Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Bab I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Semenjak berakhirnya Perang Dunia Kedua yang lantas diikuti oleh gencarnya pembangunan ekonomi di banyak negara di Dunia Ketiga yang ketika itu baru saja merebut kemerdekaanya, maka pada tatanan ekonomi global menurut Dinkar Nayak dan Rahul N. Chaudhury (2014: 2) telah berlangsung proses globalisasi yang berjalan sangat cepat yang antara lain ditandai oleh perluasan dan peningkatan arus masuk modal jenis foreign direct investement (FDI) dari sejumlah negara industri maju. Perkembangan perusahaan multinasional (multinational corporations = MNCs) sebagai pelaku utama dan penanaman modal asing untuk jenis investasi asing langsung (FDI = IAL = PMA) sebagai suatu proses, telah berlangsung pada dekade lima puluhan dan enam puluhan (pada abad ke 20) terutama yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari Amerika Serika dan Eropa sebagai pelakunya yang utama yang sangat dominan ketika itu. Selama dekade terakhir (1990-an) mengacu kepada keterangan Andreas Waldkirch (2002: 1), pertumbuhan FDI memperlihatkan kenaikan yang jauh diatas pertumbuhan produksi dan perdagangan dunia. Bila perdagangan dunia hanya tumbuh sebesar 85 persen (angka ini pun tergolong tidak rendah) serta produksi dunia tumbuh pada angka 27 persen, arus FDI meningkat dengan angka sebesar 535 persen. Angka FDI ini terbagi dalam angka yang hampir sama berimbang baik di negara industri maju maupun di negara sedang berkembang. Seperti juga ditegaskan oleh penulis lainnya, merujuk kepada pendapat Pravakar Sahoo (2006: 4), hal penting yang telah terjadi pada dekade 1990-an berkenaan dengan fenomena globalisasi ekonomi dunia ialah mengalirnya modal swasta dalam bentuk foreign direct investment. Beberapa fihak telah memberi penilaian bahwa FDI dinilai memiliki peranan penting karena hal berikut (Sahoo, 2006: 4): sebagai sumber pembiayaan pembangunan, memiliki keunggulan teknologi, handal dalam manajemen perusahaan, menguasai jaringan pasar, dan memberi kontribusi terhadap kenaikan produktivitas. Berkenaan dengan sejumlah keterbatasan yang dialami oleh banyak negara sedang berkembang antara lain dalam hal kekurangan sumber dana investasi, telah diyakini oleh beberapa fihak bahwa FDI merupakan salah satu sumber peningkatan kemajuan ekonomi. Sejumlah literatur yang dipublikasikan sejak tahun 1940-an dan 1950-an yang menyoroti persoalaan perkembangan ekonomi, telah memandang arti penting akumulasi modal dan peranan teknologi dalam rangka memicu tingkat kemajuan. Dalam konteks pembahasan ini, (berdasarkan pendapat Gouranga G. Das, Hiranya K. Dath, dan Halis Murat Yildiz; 2005: 1) 1
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
maka foreign direct investment (FDI) bersama dengan pembentukan modal domestik, dinilai mempunyai arti signifikan dalam rangka terbentuknya investasi nasional. Berkenaan dengan kenyataan bahwa FDI merupakan salah satu komponen pendanaan dari luar negeri yang dinilai paling stabil dibandingkan dengan sumber-sumber pendanaan lainnya (seperti pinjaman resmi pemerintah, pinjaman dari perbankan swasta, dan arus dana investasi portofolio asing), maka bisa dimengerti bila telah terdapat minat dan perhatian sangat tinggi dalam upaya memahami unsur-unsur penentu (determinants) terhadap terjadinya aliran dana FDI (foreign direct investment). FDI disamping sudah pasti membawa atau mengalirkan dana bagi negara tuan rumah, jenis investasi asing ini juga menjadi “mesin” (pemicu) bagi kemajuan teknologi melalui diseminasi dalam pengembangan teknik produksi. Tidaklah aneh bila sejumlah pakar telah meneliti faktor-faktor ekonomi dan nonekonomi termasuk faktor lingkungan kelembagaan yang (menurut Agnes Benassy-Quere, Maylis Coupet, dan Thiery Mayer; 2005: 4 dan 8-9) diduga/ dinilai ikut mempengaruhi terhadap proses/ pengaliran FDI. Secara bersamaan dan berbarengan dengan tumbuh dan berkembangnnya FDI, maka pengkajian tentang peranan perusahaan multinasional dan determinan yang menentukan FDI-pun telah meningkat pula. Fenomena seperti itu, telah menarik perhatian bagi sejumlah kalangan akademisi dan peneliti untuk mengkaji bagaimana keberadaan serta isu-isu dan permasalahan di sekitar eksistensi MNCs dalam proses internasionalisasi produksi. Sejalan dengan terjadinya percepatan dalam penanaman modal pada skala internasional (dalam keterkaitannya dengan globalisasi ekonomi), maka pada lingkungan keilmuanpun telah berkembang pula pengkajian dalam rangka merumuskan dan memformulasikan berbagai teori guna menjelaskan fenomena tentang FDI dan MNCs. Tentang fenomena perekonomian Indonesia, kiranya dapat dipaparkan beberapa permasalahan dan isu-isi terkini sebagaimana disajikan pada data, gambar dan keterangan yang dipaparkan di bawah ini. Berdasarkan keterangan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi penanaman modal asing (PMA) Triwulan I 2015 adalah sebesar Rp 82,1 triliun. Angka yang tergolong tinggi ini ditunjang karena adanya penyederhanaan perizinan dan kebijaksanaan pelayanan terpadu satu pintu di BKPM, sehingga mengakibatkan minat investor asing ke Indonesia cukup tinggi. Pada Triwulan II 2015, realisasi PMA sebesar Rp 92,2 triliun, dimana tiga besar sektor usaha yang dimasuki PMA adalah sektor/ sub-sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi; pertambangan; serta konstruksi. Sedangkan tiga wilayah/ daerah penyerap terbesar PMA adalah Jabar, DKI Jakarta, dan Kaltim. Dilihat dari tiga teratas yang menanamkan modalnya, para investor tersebut berasal dari negara Malaysia, Singapura, dan Jepang. Pada Triwulan III 2015, realisasi PMA mencapai angka sebesar Rp 92,5 triliun, dimana tiga besar sektor usaha yang digarap proyek-proyek PMA ini meliputi sektor/ sub-sektor 2
Des 2016
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
telekomunikasi, pertambangan, dan listrik. Dilihat dari kemampuan daya serap wilayah/ daerah dalam menyerap PMA, tiga besar urutan teratas berlokasi di Jabar, DKI Jakarta, dan Kaltim. Kalangan investor tersebut, dilihat dari tiga besar teratas adalah berasal dari Singapura, Malaysia, dan Jepang. Pada Triwulan IV 2015, realisasi PMA sebesar Rp 99,2 triliun. (Gambar 1).
Gambar 1. PMA ke Indonesia Tahun 2015 (Data Triwulanan, dalam Triliun Rupiah)
Penanaman Modal Asing Ke Indonesia Tahun 2015 (Data Triwulan, Dalam Triliun Rupiah) 120 100 80
60
Jumlah PMA
40 20 0 Q1
Q2
Q3
Q4
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Bila diamati dari perspektif makro-ekonomi, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan I-2015 diukur berdasarkan harga yang berlaku mencapai angka sebesar Rp2.724,7 triliun. Dilihat dari tingkat pertumbuhannya (rate of economic growth), pertumbuhan Triwulan I-2015 dibandingkan Triwulan I-2014 adalah sebesar 4,7 persen (atas dasar hitungan y-on-y). Dilihat dari sisi produksi (production approach/ side), sektor/ sub-sektor yang mencapai pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi (sebesar 10,53 persen), dan dilihat dari sisi pengeluaran (expenditure approach/ side), angka tertinggi dicapai pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
(sebesar 5,01 persen). Secara spasial, dua urutan teratas sebagai kontributor terbesar dalam pembentukan PDB ialah kelompok provinsi di Pulau Jawa (58,3 persen) dan Pulau Sumatera (22,56 persen). PDB pada triwulan II-2015 atas dasar harga yang berlaku adalah sebesar Rp2.866,9 triliun. Pada Triwulan I-2015, tingkat pertumbuhan sebesar 4,67 persen (y-on-y), dimana dilihat dari sisi produksi sektor yang memberikan kontribusi tertinggi adalah Jasa Pendidikan (12,16 persen), dan dilihat dari sisi pengeluaran angka tertinggi adalah pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (4,97 persen). Seperti juga pada Triwulan I, pada Triwulan II-2015 ini, secara spasial kontributor terbesar adalah provinsi-provinsi di Pulai Jawa (58,35 persen) dan Pulau Sumatera (22,31persen). Pencapaian PDB pada Triwulan III-2015 atas dasar harga yang berlaku adalah sebesar Rp2.982,6 triliun. Atas dasar hitungan y-on-y (membandingkan Triwulan III-2015 dengan Triwulan III-2014), pertumbuhan Tw III-2015 sebesar 4,73 persen; dimana kontributor terbesar dilihat dari sisi produksi adalah Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi (10,83 persen), dan dilihat dari sis pengeluaran Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah memperlihatkan angka tertinggi yaitu sebesar 6,56 persen. Seperti pada dua triwulan sebelumnya, pada Triwulan III-2015 pun, secara spasial peranan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera memberikan kontribusi terbesar dalam menciptakan PDB dengan proporsi angka yang tidak jauh berbeda. PDB atas dasar harga yang berlaku yang dicapai pada Triwulan IV-2015 sebesar Rp2.966 triliun. Berdasarkan hitungan y-on-y, pertumbuhan pada triwulan IV ini sebesar 5,04 persen, dimana dilihat dari sisi produksi Lapangan Usaha Jasa keuangan dan Asuransi memperlihatkan pertumbuhan tertinggi sebesar angka 12,52 persen dan dilihat dari sisi pengeluaran ternyata sektor Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,32 persen. Kontributpr terbesar dalam pembentukan PDB, secara spasial tetap dihasilkan oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa (58,29 persen) dan Pulau Sumatera (22,21 persen). (Gambar 2).
4
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Gambar 2. PDB Indonesia Tahun 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Data Triwulanan, dalam Triliun Rupiah)
PDB Triwulan Indonesia Tahun 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Dalam Triliun) 3100 3000 2900 2800
Besar PDB
2700 2600 2500 Q1
Q2
Q3
Q4
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tingkat inflasi di Indonesia pada Januari 2015 diukur dari tahun ke tahun (dengan membandinghkan perkembangan harga Januari 2015 dengan Januari 2014) sebesar 6,96 persen. Beberpa komoditas yang harganya memperlihatkan kenaikan antara lain: bahan bakar rumah tangga, daging ayam, bawang merah, dan tariff listrik. Inflasi tahun ke tahun [membandingkan bulan yang sama pada tahun yang berbeda, dikenal y-o-y (year of year)] pada Februari 2015 sebesar 6,29 persen. Kenaikan harga ini terjadi pada sejumlah komoditas seperti: tarif sewa rumah, beras, sepeda motor, dan tarif rumah sakit. Pada Maret 2015, inflasi tahun ke tahun sebesar 6,38 persen; dimana sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harganya antara lain: bensin, bahan bakar rumah tangga, bawang merah, dan mobil. Pada April 2015, tingkat inflasi tahun ke tahun (dengan membandingkan perkembangan harga dari April 2015 terhadap April 2014) sebesar 6,79 persen. Kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas antara lain: solar, bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tariff angkutan dalam kota. Inflasi (tahun ke tahun) pada Mei 2015 sebesar 7,15 persen. Tarif listrik, cabai merah, bawang putih dan bawang merah; antara lain merupakan beberapa komoditas yang harganya meningkat. Inflasi (tahun ke tahun) pada Juni 2015 sebesar 7,26 persen, dimana 5
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas antara lain: tarif listrik, bensin, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai merah. Berdasarkan penghitungan dari tahun ke tahun, inflasi pada Juli 2015 sebesar 7,26 persen; dimana kenaikan harga terjadi pada sejumlah komoditas antara laan: angkutan dalam kota, tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara, dan uang sekolah SD. Perkembangan harga sebagaimana tercermin pada tingka inflasi, pada Agustus 2015 berdasarkan hitungan tahun ke tahun menunjukkan angka sebesar 7,18 persen; yang mana kenaikan harga terjadi antara lain pada komoditas berikut: uang sekolah SD, SMP, SMA; uang kuliah PT/ akademi, tarif kontrak dan sewa rumah, serta tarif jalan tol. Pada September 2015, inflasi tahun ke tahun sebesar 6,83 persen; yang mana kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas berikut, antara lain: uang kuliah PT, tarif kontrak rumah, emas perhiasan, dan beras. Tingkat inflasi berdasarkan hitungan tahun ke tahun pada Oktober 2015 sebesar 6,25 persen, yang mana kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas, antara lain: bawang putih, bawang merah, tomat sayur, tomat buah, dan upah tukang bukan mandor. Pada bulan November 2015, inflasi tahun ke tahun sebesar 4,89; dimana tingkat inflasi bulan ini lebih rendah daripada bulan (Oktober) sebelumnya. Walau terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas tertentu, namun telah terjadi juga penurunan harga pada beberapa komoditas, antara lain: minyak goreng, ikan segar, emas perhiasan, dan bensin. Tingkat inflasi tahun ke tahun pada Desember 2015 sebesar 3,35 persen, angka terendah pada tahun ini. Kendati pada beberapa komoditas lainnya terjadi kenaikan harga, namun pada bulan ini (seperti juga pada November) telah terjadi penurunan harga yaitu harga bensin dan perhiasan emas. (Gambar 3).
6
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Gambar 3. Perkembangan Inflasi di Indonesia Tahun 2015 (Inflasi Bulanan, dalam Persen)
Tingkat Inflasi Bulanan Tahun 2015 8 7
6 5 4 3 2
Tingkat Inflasi
1 0
Sumber: Badan Pusat Statistik dan www.bi.co.id
Pada Januari 2015, nilai ekspor Indonesia mencapai angka US$ 13,30 miliar, dimana terjadi penurunan dibandingkan ekspor Desember 2014 sebesar 9,03 persen. Sedangkan nilai impornya sebesar US$ 12,59, dimana terjadi penurunan sebesar 12,77 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada Februari, nilai ekspor sebesar US$ 12,29 miliar, dimana terjadi penurunan sebesar 9,99 persen dibanding bulan Januari. Sedangkan nilai impornya sebesar US$ 11,55 miliar, dimana terjadi penurunan sebesar 8,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Total ekspor pada Maret, nilainya mencapai US$ 13,71 miliar, dimana terjadi kenaikan sebesar 12,63 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Disisi lain, impor sebesar angka US$ 12,58 miliar, dimana terjadi kenaikan sebesar 9,29 persen dibanding bulan sebelumnya. Memasuki April 2015, ekspor Indonesia mencapai nilai sebesar US$ 13,08, yang mana telah mengalami penurunan sebesar 4,04 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Impornya sebesar US$ 12,69 miliar, dimana telah mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada Mei, nilai ekspor sebesar US$ 12,56, dimana telah terjadi penurunan sebesar 4,11 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun, nilai impornya sebesar US$ 11,61 miliar, yang mana telah menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 7
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
8,05 persen. Ekspor bulan Juni, nilainya sebesar angka US$ 13,44 miliar, yakni mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya sebesar 5,91 persen. Nilai impornya mencapai angka US$ 12,96 miliar, dimana telah terjadi kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 11,63 persen. Pada Juli 2015, ekspor sebesar US$ 11,41 miliar, dimana terjadi penurunan dibanding bulan Juni sebesar 15,53 persen. Nilai impornya mencapai US$ 10,076 miliar, yakni terjadi penurunan sebesar 22,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus, ekspor sebesar US$ 12,70 miliar, dimana terjadi peningkatan sebesar 10,79 persen disbanding Juli. Adapun impornya mencapai US$ 12,27 miliar, yakni naik 21,69 persen dibanding bulan sebelumnya. Di bulan September, ekspor sebesar US$ 12,5 miliar, yakni terjadi penurunan sebesar 1,55 persen dibanding bulan Agustus. Di sisi lain, impor sebesar US$ 11,51 miliar, yakni turun sebesar 7.16 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada bulan Oktober 2015, nilai ekspor sebesar US$ 12,08 miliar, dimana terjadi penurunan sebesar 4,00 persen dibandingkan bulan September. Impor pada bulan Oktober mencapai US$ 11,07 miliar, yakni turun 4,27 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor November, mencapai nilai US$ 11,16 persen, yaitu turun 7,91 persen dibanding bulan sebelumnya. Pada November, impor sebesar US$ 11,51 miliar, yaitu turun 3,61 persen dibandingkan bulan Oktober. Di bulan Desember 2015, ekspor mencapai nilai US$ 11,89 miliar, yakni terjadi peningkatan sebesar 6,98 persen dibandingkan November. Adapun impor Desember 2015, nilainya mencapai US$ 12,12 miliar yaitu meningkat 5,23 persen dibandingkan dengan November 2015. (Gambar 4).
8
Des 2016
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Gambar 4. Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2015 (Data Bulanan, dalam Miliar Dolar Amerika Serikat)
Billions
Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2015 (Data Bulanan, Dalam US$) 16 14 12 10 8 Ekspor 6
Impor
4 2 0
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ditunjang oleh kondisi ekonomi AS yang membaik disertai dengan kebijakan Quantitative Easing ECB, maka hal ini telah menimbulkan apresiasi dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia dan keadaan ini telah menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Nilai rupiah pada triwulan I 2015 telah terdepresiasi rata-rata sebesar 4,4% (atas dasar hitungan qtq = quarter to quarter) ke tingkatan Rp 12.807 per satu dolar AS. Tetapi, sejalan dengan persepsi yang membaik atas risiko perekonomian domestik, maka pada April 2015 rupiah kembali menguat. Dibandingkan dengan Maret 2015 (pada tingkat perbandingan Rp 13.066 per USD), penguatan rupiah sebesar 0,95% (atas dasar mtm = month to month) ke tingkatan Rp 12.944 (pada April). 9
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Pelemahan nilai rupiah pada triwulan II 2015 dipengaruhi oleh faktor internal dan (terutama) faktor eksternal. Faktor internal berupa meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen serta lingungan eksternal berupa antisipasi investor atas rencana kenaikan suku bunga AS, penerapan QE ECB, dan dan dinamika negosiasi fiskal Yunani. Kesemuanya telah menimbulkan depresiasi rupiah sebesar rata-rata 2,47% (qtq) ke tingkatan Rp 13.131 per USD. Kondisi melemahnya nilai rupiah ini terus berlanjut sampai Juli 2015 dengan intensitas yang menurun, dimana tingkat rata-rata depresiasi-nya sebesar 0,53% ke tingkatan Rp 13.382 per USD (dibandingkan Rp 13.311, per USD bulan sebelumnya). Melemahnya nilai rupiah yang tercermin dari terjadinya depresiasi, berlanjut terus (sejak awal triwulan I 2015 sampai akhir triwulan II 2015) hingga akhir September triwulan III 2015. Atas dasar hitungan qtq, rata-rata pelemahan rupiah sebesar 5,35%, dimana rupiah mencapai angka (rata-rata) Rp 13.873 per USD. Puncak melemahnya rupiah, terjadi pada minggu ketiga/ keempat September pada perbandingan angka Rp 14.700 per USD. Bila ditelusuri, pelemahan rupiah ini dipengaruhi faktor domestik karena tingginya permintaan dolar untuk pembayaran utang luar negeri dan dari faktor eksternal dikarenakan kekhawatiran kebijakan the Fed dan devaluasi Yuan (Tiongkok). Namun berkat langkah sigap pemerintah dalam menyusun rangkaian paket kebijaksanaan ekonomi guna menstabilkan rupiah yang telah menumbuhkan optimisme, maka mulai Oktober 2015 rupiah mulai menguat. Secara hitungan mtm, apresiasi rupiah rata-rata sebesar 4,47%, mencapai tingkatan Rp 13.783 per USD. Tren menguatnya rupiah ini berjalan sampai akhir tahun pada triwulan IV 2015. Persepsi yang membaik terhadap ekonomi domestik karena perbaikan iklim investasi, tindakan penurunan BI rate, dan makin efektifnya pengembangan proyek infrastruktur; telah ikut mendongkrak pemasukan modal asing (terutama ke pasar surat berharga negara). Lingkungan keuangan globalpun, juga telah memperlihatkan kondisi/ risiko yang mereda. Menguatnya nilai rupiah mencapai sebesar 6,27% (secara ptp = point to point), dimana perimbangan rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 13.785. (Gambar 5).
10
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Gambar 5. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS dari Januari Sampai Desember 2015
Sumber: Bank Indonesia dan BPS Dalam upaya mengenali, mengidentifikasikan, memahami, menganalisis, dan menafsirkan fenomena yang dipaparkan di bagian terdahulu; elemen teori yang dijadikan dasar pijakan dan alat analisis tersebut berpatokan kepada penelaahan teori ekonomi makro. Didalam rangka menjelaskan mengapa perusahaan multinasional memilih saluran FDI dalam menanamkan modalnya ke luar negeri, setidak-tidaknya (menurut Candance A. Martinez dan Gayle Allard, 2008: 86-87-88; Tokunbo S. Osinubi dan Lloyd A. Amaghionyeodiwe, 2009: 86-87; serta John C. Anyanwu, 2012: 440) ada sejumlah variabel makro ekonomi di negara tuan rumah (penerima modal) tersebut yang harus diperhatikan. Variabel makro ekonomi yang merupakan determinan tersebut ialah: a. Pertumbuhan GDP. Indikator ini merupakan perubahan (dalam persentase) tahunan dari tingkat output, yang mencerminkan kekuatan ekonomi lokal dan sekaligus memperlihatkan kenaikan dalam besaran pasar domestik. Meningkatnya pertumbuhan GDP (atau PDB), secara umum dapat diasosiasikan/ diartikan sebagai indikator yang dapat memperbesar pemasukan modal jenis FDI dari luar negeri (Martinez dan Allard, 2008: 86-88). 11
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
b. Tingkat Inflasi. Inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas makro ekonomi, mempunyai potensi berpengaruh langsung bagi investor. Tingginya tingkat inflasi merupakan cermin ketidakstabilan kondisi ekonomi internalnya dan ketidakmampuan negara terebut dalam mengelola dan menjaga sektor moneternya (Martinez dan Allard, 2008: 86-88). c. Keterbukaan perdagangan. Terbukanya ekonomi negara tuan rumah dengan fihak luar negeri memungkinkan negara tersebut menjadi bagian terintegrasi dengan tatanan perkonomian dunia secara global. Kondisi seperti ini, berpengaruh bagi negara tersebut sehingga dapat menjadi lebih menarik bagi fihak investor dari luar negeri (Martinez dan Allard, 2008: 86-87). d. Nilai tukar mata uang. Pergerakan nilai tukar dan adanya unsur ketidakpastian dari nilai tikar mata uang, telah menjadi perhatian penting dari fihak investor dan dianggap sebagai faktor yang yang harus dipandang sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi di luar negeri. Sejumlah pustaka ilmiah yang menelaah pergerakan nilai tukar dan kerterkaitannya dengan FDI, (menurut Osinubi dan Amaghionyodiwe, 2009: 86-87) terkonsentrasi dalam dua isu utama: tingkat nilai tukar mata uang dan volatilitas nilai tukar tersebut. Froot dan Stein, 1991 (dalam Osinubi dan Amaghionyodiwe, 2009: 8687) menjelaskan bahwa tingkat nilai tukar dapat berpengaruh terhadap arus FDI. Tatkala terjadi depresiasi mata uang di negara tuan rumah (host country/ penerima modal) dibandingkan dengan nilai tukar mata uang di negara pemasok dana (home country), hal ini cenderung akan menaikkan kekayaan fihak luar negeri, dan dengan demikian akan menaikkan ketertarikan negara tuan rumah bagi arus dana FDI. Jadi, depresiasi mata uang di negara tuan rumah akan meningkatkan FDI ke negara tersebut. Dan sebaliknya, tatkala terjadi apresiasi mata uang negara tuan rumah, hal ini cenderung menurunkan arus FDI. Agar bisa didapatkan pemahaman yang rinci, akurat, dan terukur; maka didalam rangka melakukan penelitian ini kami (penulis) menggunakan rujukan atau acuan berupa 3 atau 4 artikel ilmiah dari jurnal intenasional sehingga daripadanya dapat dijadikan pedoman atau arahan dalam penelitian yang kami lakukan. Artikel dari jurnal dan paper tersebut adalah sebagai berikut: 1. Yang pertama adalah artikel ilmiah yang ditulis oleh Candance A. Martinez dan Gayle Allard (2008) berjudul “Foreign Direct Investment and Social Policy: The Links in Developing Countries” yang dipublikasikan pada The Journal of Business in Developing Countries, Vol. 11, No. 09: 77-112. Dalam artikelnya tersebut, mereka meneliti sejumlah faktor/ unsur/ dimensi berupa faktor ekonomi dan faktor sosial (kebijakan sosial) sebagai variabel independen. Faktor ekonomi meliputi tingkat pertumbuhan GDP/ PDB, jumlah penduduk, tingkat inflasi, harga minyak dunia, dan pola keterbukaan perdagangan. Sedangkan faktor sosial (kebijakan sosial) meliputi faktor/ dimensi yaitu kesetaraan 12
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
gender, kesamaan dalam penggunaan sumber daya oleh kalangan publik, pengembangan sumber daya manusia, perlindungan sosial, dan kelembagaan guna menunjang pembangunan lingkungan berkelanjutan. Sedangkan variabel dependen adalah arus masuk PMA/ FDI (foreign direct investment). Penelitian tentang negara sedang berkembang dengan mengambil sampel sebanyak 59 negara untuk rentang waktu tahun 2000-2005 ini yang mendasarkan kepada penggunaan data sekunder publikasi the World Bank Group berupa laporan World Development Indicator dan dari the Energy Information Agency, bertujuan meneliti hubungan dan keterkaitan antara faktor ekonomi dan sosial yang diduga berpengaruh terhadap aliran masuk FDI ke sejumlah negara tersebut. Dengan menggunakan metode statistika ordinary least squire (OLS), didapatkan kesimpulan yang mengungkapkan bahwa kebijakan sosial-ekonomi yang kondusif, dapat memberikan efek/ dampak yang positif terhadap terjadinya aliran masuk modal jenis FDI/ PMA. 2. Artikel yang kedua ditulis oleh John C. Anyanwu (2012) berjudul “Why Does Foreign Direct Investment Go Where It Goes?: New Evidence from African Countries” yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annals of Economics and Finance, Vol. 13, N0. 2: 425462. Tulisan ini diharapkan mampu mengenali sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap masuknya aliran modal FDI, agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bari para perumus kebijakan di Afrika dalam merumuskan dan memutuskan kebijaksanaan ekonominya yang jelas sehingga dapat merangsang masuknya modal asing (FDI). Mengacu kepada kerangka teori ekonomi makro dan manajemen bisnis yang dijadikan dasar pijakannya serta bertolak dari pemahaman tentang kondisi sosio-ekonomi negaranegara Afrika, Anyanwu bermasuk meneliti sejumlah faktor berikut seperti jumlah penduduk, GDP per kapita, keterbukaan perdagangan, pengembangan sektor finansial, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, human capital, pinjaman luar negeri, pertumbuhan GDP/ PDB, harga minyak dunia, tingkat korupsi, dan rule of law. Dengan melacak perkembangan data tahun 1996 sampai 2008 dan dengan menggunakan metode regresi berganda, ada sejumlah temuan penting dari riset tersebut: a. terdapat hubungan positif antara besaran pasar (market size) dengan arus masuk FDI, b. pola perdagangan yang terbuka, juga berdampak positif terahadap arus masuk FDI, c. terjadinya aglomerasi ekonomi ternyata berpengaruh sangat positif terhadap terjadinya arus masuk FDI, d. sumber daya alam yang mampu dieksploitasi di negara tersebut menjadi daya tarik sangat kuat bagi masuknya FDI, e. penataan rule of law yang lebih baik, mampu menaikkan arus masik FDI, f. pengembangan sektor finansial secara lebih maju, ternyata berdampak negatif terhadap arus masuk FDI, g. ketika pinjaman luar negeri “hengkang” dari negara terebut, ternyata hal ini berpengaruh juga terhadap “hengkangnya” FDI dari negara tersebut. Kawasan Afrika Sub-region Timur dan Selatan menunjukan hubungan positif yang lebih tinggi dalam memperoleh arus masuk FDI daripada ke sub-region lainnya. 13
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
3. Artikel ketiga ditulis oleh Tokunbo S. Osinubi dan Lloyd A. Amaghionyeodiwe (2009) berjudul “Foreign Direct Investment and Exchange rate Volatility in Nigeria” yang dipublikasikanan pada International Journal of Applied Econometrics and Quantitative Studies, Vol. 6, No. 2: 83-118. Pada artikel tersebut diteliti pengaruh volatilitas nilai tukar mata uang, tingkat bunga, dan tingkat PDB riil terhadap arus masuk FDI pada kasus negara Nigeria untuk rentang waktu 1970-2004. Metode penelian dan penghitungan yang dipakai Osinubi dan Amaghionyeodie didasarakan kepada metode yang pernah dilakukan Gorg dan Wakelin (2001) dengan menggunakan peralatan analisa statistik berganda dengan teknik OLS (ordinary least squire). Hasil studi ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara arus masuk FDI dengan nilai tukar mata uang.
I.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah Arus masuk modal/ dana dari luar negeri secara agregatif/ keseluruhan lazimnya dikelompokan meliputi jenis: 1). pinjaman luar negeri (foreign loan), dan 2). investasi asing (foreign investment). Pinjaman luar negeri biasanya dirinci kedalam jenis: a). Soft loan/ concessional loan/ (pinjaman lunak/ pinjaman konsesional/ pinjaman resmi), dan b). Private loan/ commercial loan (pinjaman swasta/ pinjaman komersial). Sedangkan investasi asing meliputi a). foreign portfolio investment ( investasi asing portfolio), dan b). foreign direct investment (FDI) (investasi asing langsung = IAL atau penanaman modal asing = PMA). FDI atau PMA sebagai fenomena ekonomi dan bisnis, telah lama menjadi objek penting penelitian dari disiplin akademis ilmu ekonomi/ ekonomi umum (economics atau general economics) dan dari disiplin ilmu manajemen bisnis (business management). Dari sudut pandang ilmu manajemen bisnis, persoalan FDI terutama menjadi area penting penelitian dan pengkajian dalam sub-disiplin bisnis internasional (international business). Adapun dalam rumpun ilmu ekonomi, persoalan FDI terutama menjadi bahan pembahasan subdisiplin ilmu ekonomi internasional (international economics) dan ilmu ekonomi pembangunan (development economics). Sebagai suatu fakta bahwa FDI telah menjadi sumber penting dana/ modal asing bagi pembangunan ekonomi, peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih mendalam tentang sejumlah faktor/ unsur/ aspek makro ekonomi yang diduga sebagai penentu (determinant) terhadap aliran masuk modal asing jenis FDI (foreign direct investment), dalam kerangka pembahasan sub-disiplin ilmu terutama ilmu ekonomi umum (general economics). Peneliti tidak bermaksud meneliti apa/ dan bagaimana pengaruh (impact) FDI terhadap (misalnya) pertumbuhan ekonomi. Tulisan/ riset ini lebih menyoroti dari disiplin ekonomi umum, bermaksud untuk melakukan identifikasi dan meneliti pengaruh determinan makro-ekonomi berupa tingkat pertumbuhan GDP/ PDB, 14
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
tingkat inflasi, keterbukaan perdagangan, dan nilai tukar mata uang sebagai variabel independen terhadap arus masuk PMA sebagai variabel dependen.
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berusaha untuk mencari tahu atau meneliti tentang berbagai faktor ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran atau terjadinya aliran masuk modal asing berupa penanaman modal asing (foreign direct investment), berkenaan dengan kenyataan bahwa sumber dana FDI untuk banyak negara sedang berkembang telah menjadi faktor/ unsur penting pendanaan yang berasal dari luar negeri. Indonesia sebagai bagian dari Negara Dunia Ketiga (Third World Countries) yang perekonomiannya bersifat terbuka, sudah cukup lama menerima kehadiran modal asing, sebagai sumber pelengkap dalam pendanaan/ pembiayaan pembangunan nasional (secara makro). Dalam konteks sekarang dimana tatanan ekonomi dunia sudah bersifat sangat terbuka karena pengaruh globalisasi, dimana persaingan untuk mendapatkan modal asing terbilang semakin sulit/ kompetitif, [karena juga negara negara sedang berkembang lainnyapun (yang ada di Asia, Afrika, dan Amierika Latin) masih sangat membutuhkannya], maka salah satu maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang berbagai faktor/ unsur/ aspek ekonomi (terutama aspek makro ekonomi) sebagai determinan yang diduga mempunyai pengaruh kuat terhadap terjadinya aliran masuk modal dari luar negeri untuk jenis FDI (investasi asing langsung/ IAL atau penanaman modal asing/ PMA).
I.4. Kegunaan Penelitian I.4.1. Aspek Akademis/ Teoritis/ Keilmuan Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, dari sudut pandang keilmuan/ teoritis/ akademis diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh makro-ekonomi terhadap arus masuk FDI. Hasil temuan ini, diharapkan dapat menambah khazanah ilmu dan pengetahuan dalam sub-disiplin ilmu ekonomi umum (general economics). I.4.3. Aspek Praktik/ Terapan Berkenaan dangan fakta bahwa perekonomian Indonesia memperlihatkan pola ekonomi terbuka, maka bagi para perumus dan penenetu kebijaksanan yang bersinggungan dengan persoalan PMA yang masuk ke Indonesia, dari hasil temuan riset ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan kebijakasanaan di bidang penanaman modal asing. Sejumlah fihak yang ikut dilibatkan dalam perumusan/ penentuan/ pelaksanaan dibidang PMA, adalah berbagai badan, lembaga, dan kementerian berikut: 15
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
BKPM, Kementerian PPN/ BAPPENAS, Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, dan kementerian teknis (yang terkait).
16
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Daftar Literatur: I.Artikel dari Jurnal: Anyanwu, John C. 2012. “Why Does Foreign Direct Investment Go Where I Goes?: New Evidence from African Countries”. Annals of Economics and Finance, Vol. 13, No. 2: 425462. Dunning, John H. 2001. “The Eclectic (OLI) Paradigm of International Production: Past, Present, and Future”. International Journal of the Economics and Business, Vol. 8, No. 2: 173-190. http://www.tandf.couk/journals DOI: 10.1080/13571510110051441 Martinez, Candance A. and Gayle Allard. 2000. “Foreign Direct Investment and Social Policy: the Links in Developing Country”. The Journal of Business in Developing Country, Vol. 11, No. 09: 77-112. Narula, Rajneesh and Jose Guimon. 2010. “The Investment Development Path in a Globalised World: Implications for Eastern Europe”. Eastern Journal of European Studies, Vol. 1, Issue 2, (December): 5-19. D. Osinubi, Tokunbo S. and Lloyd A. Amaghionyeodiwe. 2009. “Foreign Direct Investment and Exchange Rate Volatility in Nigeria”. International Journal of Applied Econometrics and Quantitative Studies, Vol. 6, No. 2: 63-116. Udenze, Onyinye. 2014. “The Effect of Corruption on Foreign Direct Investment in Developing Countries”. The Park Place Economist, Vol. XXII, Issue 1, Article 17: 85-95. Available at: http://digitalcommons.iwu.edu/parkplace/vol22/iss/17
II. Paper/ Proceedings: Amann, Edmund and Swati Virmani. “Is the Evolution of India’s Outward FDI Consistent with Dunning’s Investment Development Path Sequence?”. Economics Working Paper Series 2015/019: 1-38. Lancaster: the Department of Economics, Lancaster University Management School. http://www.lancaster.ac.uk/lums/ Benassy-Quere, Agnes, Maylis Coupet, and Thierry Mayer. “Institutional Determinants of Foreign Direct Investment”. CEPII Working Paper No. 2005-05: 1-30. Paris: Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales. Das, Gouranga G., Hirasnya K. Nath, and Halis Murat Yildiz. “Foreign Direct Investment and Inequality in Productivity Across Countries”. An earlier version of this paper was 17
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
presented at the 50th Annual North American Meetings of the Regional Science Association International in Philadelphia, (November 2003). Unpublished paper, January 2005: 1-42. Globerman, Steven, Daniel Shapiro, and Yao Tang. “Foreign Direct Investment in Emerging and Transition European Countries”. Unpublished paper, December 2004: 1-45. Bellingman, WA.: Center for International Business, Western Washington University. Nayak, Dinkar and Rahul N. Choudrury. “A Selective Review of Foreign Direct Investment Theories”. Asia-Pacific Research and Training Network on Trade (ARTNeT) Working Paper No. 143, March 2014: 1-34. Bangkok: Trade and Investment Division, UN-ESCAP. Available at www.artnetontrade.org Sahoo, Pravakar. “Foreign Direct Investment in South Asia: Policy, Trends, Impact and Determinants”. ADB Institute Discusion Paper No. 56, November 2006: 1-76. Tokyo: the Asian Dvelopment Bank Institute. te Velde, Dirk Willem. “Policies Towards Foreign Direct Investment in Developing Countries: Emerging Best-Practices and Outstanding Issues”. Paper presented at the conference “Policies Toward Foreign Direct Investment in Developing Countries, Emerging Best Practices and Outstanding Issues”, held at ODI, London, (16 March 2000), Macrh 2001:1-62. London: Overseas Development Institute. Tobin, Jennifer and Susan Rose-Ackerman. “Foreign Direct Investment and the Business Environment in Developing Countries: the Impact of Bilateral Investment Treaties”. William Davidson Institute Working Paper Number 587, June 2003: 1-67. Ann Arbor, Michigan: the William Davidson Institute, the University of Michigan Business School. Waldkirch, Andreas. “Foreign Direct Investment in a Developing Country: An Empirical Investigation”. Unpublished paper, July 25, 2002: 1-37. Corvallis, Oregon: Department of Economics, Oregon State University.
III. Buku: Ball, Donald A., Wendell H. McCulloh, Jr., Paul l. Frantz, J.Michael Geringer, and Michael S. Minor. 2006. “International Business: the Challenge of Global Competition”, tenth edition. Boston: McGraw-Hill/ Irwin. Bartlett, Christopher A., Sumantra Goshal, and Julian Birkinshaw. 2004. “Transnasional Management: Text, Cases, and Readings in Cross-Border Management”. Boston: McGrawHill/ Irwin. 18
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
Beamish, Paul W., Allen J. Morison, Philip M. Rosenzweig, and Andrew C. Inkpen. 2000. “International Management: Text and Cases”, Fourth Edition. Boston: McGraw-Hill/ Irwin. Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler. 2014. “Business Research Methods”, Twelft Edition. New York: McGraw-Hill/ Irwin. Cullen, John B. and K. Praveen Parboteeah. 2005. “Multinational Management: A Strategic Approach”, Third Edition. Ohio: South-Western. Czinkota, Michael R., Ilkka A. Ronkainen, and Michael H. Moffet. 2002. “International Business”, Sixth Edition. Singapore: Thomson Learning, Inc. Daniels, John D. and Lee H. Radebaugh. 2001. “International Business: Enviromnments and Operations”, Ninth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Davis, Duane. 2005. “Business Research for Decision Making”, Sixth Edition. Singapore: Thomson South-Western. Griffin, Ricky W. and Michael W. Pustay. 2003. “International Business: A Managerial Perspective”, Second Edition. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Hakim, Abdul. 2014. “Pengantar Ekonometrika dengan Aplikasi EViews”, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia dan FE-UII. Krugman, Paul N. and Maurice Obstfeld. 2009. “International Economics: Theory and Policy”, 8th Edition. Boston: Addison-Wesley. Madura, Jeff. 2006. “Financial Institutions and Markets”, Seventh Edition. Singapore: Thomson South-Western. Pugel, Thomas A. 2004. “International Economics”, 12th ed. Boston: McGraw-Hill. Sumodiningrat, Gunawan. 2010. “Ekonometrika Pengantar”, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-UGM. Zikmund, William G., Barry J. Babin, Jon C. Carr, and Mitch Griffin. 2013. “Business Research Methods”, Ninth Edition. Singapore: South-Western
IV. Disertasi doktor (dalam topik/ tema FDI): Mouusa, Mohamed Salem Ali. 2001. “An Eclectic Approach to the Determinants of Foreign Direct Investment Inflows to the Lybian Oil and Gas Sector”. A thesis submitted in partial 19
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
fulfillment of the requirements of Northumbria University for the degree of Doctor of Philosophy. Newcastle: Newcastle Business School, Northumbria University. Osei, Collins. 2014. “UK Foreign Direct Investment in Ghana: Determinants and Implications”. A thesis submitted in partial fulfillment of the requirement of Edinburgh Napir University for the award of Doctor of Philosophy. Edinburgh: Business School, Edinburgh Napier University. Rogmans, Tim J. 2011. “The Determinants of Foreign Direct Investment in the Middle East North African Region”. Thesis with regard to the PhD degree at Nyenrode Business Universiteit on authority of the Rector Magnificus Prof. dr, M. va Rooijen in accordance with the Doctorate Committee. Nyenrode: Nyenrode Business Universiteit.
V. Publikasi Badan/ Lembaga (Pemerintah dan Swasta): Bank Indonesia. 2015. “Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2014: Ekonomi, Moneter, dan Keuangan”. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2014. “Laporan Perekonomian Indonesia 2013: Menjaga Stabilitas, Mendorong Reformasi Struktural untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Jakarta: BI. Bank Indonesia. 2013. “Laporan Tahunan 2012: Menjaga Keseimbangan, Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Inklusif”. Jakarta: BI. UNCTAD. 2014. “World Investment Report 2014, Investing in the SDGs: An Action Plan”. New York and Geneva: the United Nations. UNCTAD. 2013. “World Investment Report 2013, Global Value Chains: Investment and Trade for Development”. New York and Geneva: the United Nations. UNCTAD. 2012. “World Investment Report 2012: Towards A New Generation of Investment Policies”. New York and geneva: the United Nations. UNCTAD. 2011. “World Investment Report 2011: Non-Equity Modes of International Production and Development”. New York and Geneva: the United Nations. UN-DESA. 2013. “World Economic and Social Survey 2013: Sustainable Development Challenges”. New York: the United Nations. UN-DESA. 2010. “World Economic and Social Survey 2010: Retooling Global Development”. New York: the United Nations. 20
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
21
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
22
Draft Progress Report Penelitian, disusun oleh Harisdiana, SE., MM., dosen FEB Universitas Padjadjaran, Bandung.
Des 2016
23