BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem peraturan dalam pergaulan tersebut biasanya dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, dan lain-lain. Tujuan dengan adanya pedoman pergaulan tersebut tidak lain adalah untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar setiap individu merasa senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingan orang lain dan hak-hak asasi umumnya. Hal inilah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Ini berarti etika membantu setiap manusia untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan. Serta dapat memahami bahwa etika dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan. Akan tetapi, etika tidak hanya berlaku dalam pergaulan bermasyarakat maupun bernegara saja. Di dunia kerja etika juga berlaku dan biasa disebut dengan etika profesi. Etika profesi yang sudah disepakati oleh anggota profesi maka disebut dengan kode etik. Fungsi dari kode etik tersebut
1
2
adalah agar anggotanya berperilaku sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan prosedur. Ini dikarenakan etika bagi suatu profesi menyangkut dengan masalah kepercayaan dari masyarakat terhadap anggota profesi tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Profesi akuntan merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam pasal 1 ayat (2) mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugas (Putra, 2015). Dengan mempertahankan integritas, maka akuntan akan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi. Kemudian dengan mempertahankan objektvitas, akuntan akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi. Etika dalam profesi akuntansi merupakan panduan bagi perilaku akuntan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban terhadap klien, masyarakat, anggota profesi, dan dirinya sendiri. Febrianty (2010) menyatakan bahwa perilaku etis dan pendidikan merupakan hal yang kritis dalam masyarakat modern, dunia bisnis, dan profesi akuntansi. Ketika perilaku etis hilang dari dalam diri akuntan, maka kredibilitas profesi akuntansi dalam bahaya. Seperti yang terjadi saat ini, masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap profesi akuntan. Krisis kepercayaan yang dialami oleh para akuntan ini bukan tanpa suatu alasan yang jelas. Banyak skandal kecurangan dan pelanggaran kode etik yang dilalukan oleh para akuntan, baik akuntan publik, akuntan intern perusahaan, maupun akuntan pemerintah. Salah satu contoh
3
kasus yang terjadi pada perusahan besar di Amerika yaitu
Enron dan
melibatkan kantor akuntan publik Arthur Anderson. Selain itu, di Indonesia sendiri juga terjadi kasus penggelembungan nilai persedian yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2011. Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilainilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya (Bakri dan Hasnawati, 2015). Oleh karena itu, seharusnya seorang akuntan memiliki kesadaran untuk lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan profesinya. Adanya kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi selama ini, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Hal ini tidak terlepas dari peran dunia pendidikan dimana para calon akuntan masa depan tersebut mengenal dan mempelajari tentang ilmu akuntansi. Dalam bidang akuntansi, penelitian mengenai etika telah banyak dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh Febrianty (2010)yang menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi mempunyai tingkat kesadaran yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa non akuntansi. Dengan penemuan tersebut maka semakin memperkuat alasan untuk mengintegrasikan masalah-masalah etika ke dalam kurikulum akuntansi. Pendidikan dibidang akuntansi harus dapat menciptakan calon akuntan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis. Jadi, lembaga pendidikan dalam hal ini
4
perguruan tinggi perlu memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi
mahasiswa akuntansi agar bersikap etis. Sebagai contoh, perilaku tidak etis yang dilakukan mahasiswa yaitu banyak mahasiswa yang melakukan pemalsuan presensi perkuliahan, mencontek pada saat ujian, menjiplak hasil karya orang lain, berusaha dengan memberi hadiah kepada dosen agar diberikan nilai yang tinggi, atau tidak memberikan kontribusi pada tugas kelompok. Dari segi kedisiplinan, mahasiswa juga sering terlambat dalam menghadiri perkuliahan atau pada saat mengumpulkan tugas. Selain itu, dari segi sikap dan sopan santun , terkadang mahasiswa kurang memperhatikan seperti dengan tidak memperhatikan pada saat dosen menjelaskan didepan kelas dan membuat keributan didalam kelas. Oleh karena itu, pembentukan sikap dan perilaku etis mahasiswa sangat penting. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan perilaku etis akuntan masa depan dapat terbentuk melalui proses pendidikan yang terjadi dalam institusi pendidikan yang memiliki program studi akuntansi. Mahasiswa akuntansi merupakan generasi penerus yang akan menjadi para akuntan dimasa yang akan datang. Ilmu pengetahuan tentang perilaku etis sangat diperlukan sebagai bekal ketika ia bekerja sebagai akuntan yang sebenarnya, dengan demikian, penelitian ini dilakukan agar nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan dalam bidang dunia pendidikan khususnya bagi perguruan tingi yang merupakan tempat para calon akuntan memperoleh dan mempelajari pengetahuan tentang akuntansi.
5
Al-Fithrie (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan sensitivitas etika antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Mahasiswa perempuan akan cenderung memiliki sensitivitas etika yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Mahasiswa laki-laki biasanya lebih berorientasi terhadap logika sedangkan mahasiswa perempuan lebih mengandalkan perasaan, akan tetapi, Mardawati (2014) pada penelitiannya menyatakan tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berpersepsi etis. Selain itu, Bakri dan Hasnawati (2015) juga menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku etis dari mahasiswa akuntansi. Berdasarkan masih belum konsistennya hasil penelitian terdahulu tersebut maka peneliti akan melakukan pengujian ulang untuk mengetahui bagaimana gender memberikan pengaruh terhadap penelitian yang berorientasi terhadap etika. Karakteristik individu seperti Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity juga memiliki pengaruh terhadap individu dalam pengambilan keputusan mengenai tindakan etis. Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al-Fithrie (2015)yang menyatakan bahwa moral reasoningdan ethical sensitivitymemiliki pengaruh positif terhadap persepsi etis dari kalangan mahasiswa serta gender dapat memoderasi pengaruh moral reasoning dan ethical sensitivityterhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dari latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensiivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Gender sebagai
6
Variabel Moderasi”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al-Fithrie (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Fithrie (2015) adalah
pada
penelitian ini tidak hanya menguji pengaruh Ethical Sensitivity dan Moral Reasoning terhadap persepsi etis mahasiswa akuntasi akan tetapi, penelitian ini juga membandingkan apakah terdapat perbedaan Ethical Sensitivity dan Moral Reasoning mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi yang menjunjung dasardasar agama dengan perguruan tinggi Nasional yang tidak terlalu didasari oleh agama. Maka dari itu penelitian ini akan dilakukan pada Perguruan Tinggi Islam dan Perguruan Tinggi Nasional. Obyek pada penelitian ini menggunakan mahasiswa Program Studi Akuntansi yang sudah menyelesaikan mata kuliah seperti akuntansi keperilakuan, etika profesi, atau pengauditan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Moral Reasoning berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi? 2. Apakah Ethical Sensitivity berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi? 3. Apakah gender mempengaruhi hubungan antara Moral Reasoning dengan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi ?
7
4. Apakah gender mempengaruhi hubungan antara Ethical Sensitivity dengan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi? 5. Apakah terdapat perbedaan Moral Reasoning Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Islam dengan Moral Reasoning Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri/Nasional? 6. Apakah terdapat perbedaan Ethical Sensitivity Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Islam dengan Ethical Sensitivity Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri/Nasional?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris : 1. Pengaruh Moral Reasoning terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi 2. Pengaruh Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi 3. Pengaruh gender dalam hubungan antara Moral Reasoning dengan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi 4. Pengaruh gender dalam hubungan antara Ethical Sensitivity dengan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi 5. Perbedaan Moral Reasonig Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Islam dengan Moral Reasoning Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri/Nasional
8
6. Perbedaan Ethical Sensitivity Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Islam dengan Ethical Sensitivity Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri/Nasional
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan
penelitian
ini
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Selain itu, diharapkan juga dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang ingin meneliti masalah yang sama untuk dijadikan sebagai bahan referensi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Universitas untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku etis para Mahasiswa Akuntansi agar dapat lebih memperhatikan masalah etika yang penting untuk ditanamkan sejak dini.
9
b. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat ke dalam praktek langsung, khususnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.