BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada tahun 2015
dimana khusus untuk sektor perbankan yang mulai berlaku pada tahun 2020, menuntut perbankan di Indonesia harus siap untuk menghadapi era persaingan bebas di ASEAN, karena MEA akan memberikan akses pasar yang terbuka diantara negara-negara ASEAN (liberalisasi perbankan), sehingga potensi pasar bank yang sebelumnya bersifat terbatas akan menjadi terbuka dalam mengakses dan menggarap potensi bisnis bank di seluruh negara ASEAN. Untuk mengadapi tantangan dalam era MEA tersebut, bank-bank nasional dituntut untuk lebih kuat dan sehat sehingga disamping melayani kebutuhan domestik juga dapat bersaing dengan bank-bank lain di kawasan ASEAN. Mekanisme integrasi dan percepatan integrasi perbankan melalui pemberian akses pasar serta keleluasaan beroperasi di negara anggota ASEAN, diimplementasikan dalam kerangka ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), khususnya terkait bank yang akan hadir di pasar perbankan ASEAN (melalui
perjanjian
bilateral),
dengan
tetap
memperhatikan
pemenuhan
persyaratan prudensial yang berlaku di masing-masing negara ASEAN. ABIF sendiri merupakan inisiatif di bidang perbankan dibawah kerangka MEA.
1
Saat ini, kekuatan bank-bank di ASEAN didominasi oleh bank-bank Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi perbankan di Indonesia, sehingga pada saat implementasi MEA atau integrasi perbankan melalui ABIF tersebut, perbankan Indonesia diharapkan dapat bersaing di kancah ASEAN dengan berstatus Qualified ASEAN Bank (QAB), dimana bankbank yang QAB-lah yang akan melakukan proses integrasi perbankan di dalam ABIF tersebut serta yang akan bebas berekspansi ke pasar-pasar di ASEAN. Untuk menghadapi tantangan tersebut, secara khusus di Indonesia, QAB diarahkan ke Bank BUMN untuk mewakili Indonesia di peta perbankan di ASEAN (Harian Kontan, 27 November 2014), dan bersaing dengan bank-bank ASEAN yang mempunyai aset dan permodalan yang besar. Data sebagaimana bagan berikut menunjukkan kinerja beberapa bank di ASEAN dalam hal aset, modal dan kapitalisasi pasar dimana perbandingan jumlah aset, modal dan kapitalisasi pasar bank di Indonesia berada jauh dibawah bankbank ASEAN, khususnya bank-bank Singapura, Malaysia dan Thailand. Total Asset (Bn USD) 500
441
401
400 307 300
36
34
32
31
27
5
3
3
BCEL (LA)
42
ACLEDA Bank (KH)
44
BIBD (BN)
65
Vietcombank (VN)
69
VietinBank (VN)
82
BPI (PH)
83
BNI (ID)
84
Metrobank (PH)
99
BDO Unibank (PH)
118
100
BCA (ID)
183
200
0
Sumber: Bank’s Financial Report, Des 2014 (*Des 2013, **Mar 2013)
*
Ayeyarwady Bank (MM)
BRI (ID)
Bank Mandiri (ID)
The SCB (TH)
Krung Thai Bank (TH)
Bangkok Bank (TH)
Public Bank (MY)
CIMB (MY)
Maybank (MY)
UOB (SG)
OCBC (SG)
DBS (SG)
‐
* *
2
Equity (Bn USD) 50 38
34
30
30
7
6
5
4
4
3
3
2
1
0
0
BCEL (LA)
8
ACLEDA Bank (KH)
8
BIBD (BN)
8
Vietcombank (VN)
9
VietinBank (VN)
10
BPI (PH)
11 10
Metrobank (PH)
16
20
BDO Unibank (PH)
40
0
*
Ayeyarwady Bank (MM)
BNI (ID)
BCA (ID)
Krung Thai Bank (TH)
BRI (ID)
Public Bank (MY)
Bank Mandiri (ID)
The SCB (TH)
Bangkok Bank (TH)
CIMB (MY)
Maybank (MY)
UOB (SG)
OCBC (SG)
DBS (SG)
‐
* *
Sumber: Bank’s Financial Report, Des 2014 (*Des 2013, **Mar 2013)
Market Capitalization (Bn USD) 52
24
21
20
16
14
10
10
9
9
8
7
5
0
0
N/A ‐
N/A ‐
N/A ‐
ACLEDA Bank (KH)
24
BIBD (BN)
27 20
Ayeyarwady Bank (MM)
39
VietinBank (VN)
41 40
BCEL (LA)
60
Vietcombank (VN)
Metrobank (PH)
Krung Thai Bank (TH)
BPI (PH)
BDO Unibank (PH)
BNI (ID)
Bangkok Bank (TH)
CIMB (MY)
The SCB (TH)
Bank Mandiri (ID)
Public Bank (MY)
BRI (ID)
Maybank (MY)
BCA (ID)
UOB (SG)
OCBC (SG)
DBS (SG)
‐
Sumber: bloomberg.com, en.stockbiz.vn, lsx.com.la (22 Mei 2015)
Gambar 1.1 Kinerja Total Aset, Ekuitas dan Kapitalisasi Pasar beberapa bank di ASEAN Sumber: Laporan Keuangan Bank, bloomberg.com, en.stockbiz.vn, lsx.com.la
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan strategi untuk dapat bersaing di pasar ASEAN sehingga perbankan Indonesia dapat memenuhi kriteria integrasi perbankan dalam MEA 2015/QAB, yaitu (OJK, 2015) sebagai berikut. Memiliki track record yang baik, antara lain ditunjukkan melalui market share yang besar. Mempunyai modal yang cukup dan sehat secara finansial. Mempunyai tata kelola yang baik. Didukung oleh otoritas home country untuk menjadi QAB. Terkait dengan QAB tersebut, pilihan untuk perbankan Indonesia adalah dengan melakukan penambahan modal atau dengan melakukan konsolidasi antara Bank BUMN sehingga dapat tercipta bank yang cukup besar untuk dapat bersaing
3
di ASEAN. Hal ini mengingat Indonesia cukup tertinggal jauh dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia yang telah memiliki regional bank masing-masing. Sehubungan dengan kondisi tersebut, salah satu tahapan wacana konsolidasi perbankan di Indonesia khususnya dalam kerangka ABIF/QAB dan persiapan menghadapi MEA sektor perbankan yang akan mulai berlaku tahun 2020 yang akan datang, adalah melalui konsolidasi strategis maupun konsolidasi institusi (melakukan penggabungan usaha (business combination) melalui ativitas penggabungan/merger, peleburan/konsolidasi, atau pengambilalihan/akuisisi) antara Bank BUMN. Konsolidasi tersebut diharapkan juga dapat mengendalikan biaya operasional bank, pengawasan yang efektif oleh regulator, memperluas pangsa pasar dengan fundamental yang kokoh, adanya integrasi dalam menjalankan fungsi intermediasinya, serta untuk mempersiapkan bank nasional yang tangguh di ASEAN. Wacana konsolidasi antar bank khususnya antar Bank BUMN yang mengemuka akhir-akhir ini dengan segala pro-kontranya (dukungan dan resistensinya) adalah konsolidasi institusi melalui merger antara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“BNI”) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (“Mandiri”) (Harian Bisnis Indonesia, 06 Februari 2015). BNI dan Mandiri merupakan Bank BUMN dimana Pemerintah RI merupakan pemegang saham mayoritas pada kedua bank tersebut yaitu masing-masing sebesar 60% (posisi Desember 2014). Adapun alasan yang mendukung merger antara BNI dengan Mandiri antara lain sebagai berikut.
4
Kesamaan platform/segmen bisnis, sehingga dapat terjadinya efisiensi dalam aktivitas bisnis bank. Memperkuat daya saing Bank BUMN dengan adanya penguatan dari segi modal dan aset. Adapun pihak yang kurang mendukung rencana merger tersebut beralasan sebagai berikut (Investor Daily, 20 Februari 2015). Potensi kerugian finansial dan sosial antara lain seperti adanya potensi pemutusan hubungan kerja, kualitas kerja yang menurun akibat perbedaan kultur dalam berbisnis, gangguan operasional, potensi kehilangan mitra strategis. Kekhawatiran apabila jumlah bank di Indonesia menjadi sedikit maka industri perbankan nasional akan terpojok dalam persaingan dengan bank asing (potensi benefit-nya rendah). Upaya merger harus memperhatikan potensi timbulnya perusahaan ke dalam unsur persaingan tidak sehat atau monopoli. Dibanding merger, pemerintah sebaiknya menyediakan akses yang lebih luas untuk ekspansi ke luar negeri.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang masalah,
dapat dirumuskan bahwa adanya wacana konsolidasi melalui penggabungan usaha (business combination) antar bank khususnya antar Bank BUMN yaitu konsolidasi institusi melalui merger antara Bank BNI (“BNI”) dan Bank Mandiri
5
(“Mandiri”). Wacana ini layak untuk dikaji/diteliti khususnya dari aspek keuangan, terlepas apakah nantinya merger kedua bank tersebut akan dieksekusi atau tidak oleh pemerintah selaku pemegang saham mayoritas. Dalam proses pelaksanaan merger (secara umum disebut M&A atau merger and acquisition), terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dimana secara ringkas DePamphilis (2014) mengelompokkan tahapan M&A sebagai berikut. Aktivitas sebelum pembelian (Prepurchase Decision Activities) Tahap 1 Rencana bisnis: Mengembangkan rencana strategis untuk seluruh bisnis. Tahap 2 Rencana akuisisi: Mengembangkan rencana akuisisi yang mendukung rencana bisnis. Tahap 3 Pencarian: Secara aktif mencari kandidat untuk diakuisisi. Tahap 4 Seleksi: Menyeleksi dan memprioritaskan calon potensial. Tahap 5 Kontak awal: Memulai kontak dengan target. Tahap 6 Negosiasi: Melakukan penilaian (valuation), kesepakatan terkait struktur (structure the deal), melakukan uji tuntas (due diligence), dan mengembangkan rencana/struktur pembiayaan. Sampai dengan Tahap 6 ini, diputuskan apakah proses akan dilanjutkan atau tidak. Aktivitas setelah pembelian (Postpurchase Decision Activities) Tahap 7 Rencana Integrasi: Mengembangkan rencana untuk mengintegrasikan bisnis yang diakuisisi. Tahap 8 Penutupan: Memperoleh persetujuan yang diperlukan, menyelesaikan permasalahan pasca penutupan dan melaksanakan penutupan. Tahap 9 Integrasi: Mengimplementasikan integrasi paska penutupan. Tahap 10 Evaluasi: Melakukan evaluasi paska penutupan aktivitas akuisisi.
Haas dan Hodgson (2013) menggambarkan rangkaian aktivitas due diligence (uji tuntas) dalam pelaksanaan M&A, sebagaimana gambar berikut.
6
Gambar 1.2 Gambaran Transaksi Due Diligence
Dari tahapan-tahapan tersebut, tahapan penilaian (valuation) memainkan peranan yang penting dalam aktivitas M&A. Aktivitas penilaian menentukan nilai wajar dari suatu bisnis (perusahaan), sehingga tidak terjadi over atau undervalue (ketidakwajaran) atas nilai perusahaan yang melakukan M&A, yang dapat merugikan pihak-pihak yang melakukan M&A. Valuation yang tepat juga berperan dalam mengurangi potensi risiko terkait kelancaran aktivitas transaksi dalam proses M&A (Herd dan McManus, 2012). Weston dan Weaver (2001) menyatakan bahwa penilaian (valuation) merupakan bagian penting dari proses merger. Tujuan dari valuation analysis adalah menyediakan prosedur yang disiplin untuk sampai kepada kesepakatan harga. Jika perusahaan (pembeli) menawar dengan harga yang rendah, perusahaan target (penjual) akan menolak, sedangkan jika dibeli dengan harga tinggi, kemungkinan tidak akan tertutup dari sinergi pasca merger. Aktivitas merger dikatakan mendapatkan peningkatan nilai jika nilai dari perusahaan yang
7
bergabung lebih besar dibanding total nilai masing-masing perusahaan (jika tidak di-merger). Miller Jr. (2008), mengungkapkan bahwa terdapat dua konsep dalam valuation of the business (penilaian bisnis) yaitu enterprise value dan equity value. Enterprise value merupakan nilai yang harus dibayar pembeli untuk memiliki semua klaim (hak) terkait bisnis, termasuk didalamnya hutang perusahaan. Equity value berarti nilai dari saham perusahaan. Arzac, 2004 (dikutip dari Denis, 2007) menyatakan bahwa suatu merger akan menarik minat pemegang saham perusahaan apabila hal tersebut akan meningkatkan nilai saham-saham atau equity value para pemegang saham. Equity value disebut juga dengan intrinsic value (Franceschi, et al., 2008). Dalam penetapan equity value suatu perusahaan, pendekatan metoda penilaian (valuation method) berdasarkan model equity valuation, antara lain terdiri dari (dikutip dari berbagai sumber). 1.
CFA Institute- Kaplan Schweser (2012), menyatakan bahwa digunakan berbagai model yang berbeda dalam menetapkan equity value dan harga saham yang wajar, yaitu sebagai berikut. a. Discounted Cash Flow Models (atau Present Value Models), yaitu: Dividend Discount Models Free Cash Flow to Equity Models b. Multiplier Models (atau Market Multiple Models), yaitu: Share Price Multiples, dimana yang biasa digunakan dalam Share Price Multiples adalah Price to Earning (P/E) Ratio
8
Enterprise Value Multiples (Enterprise Value) c. Asset-Based Models, yaitu dengan melakukan adjustments to book value. 2.
Palepu et al. (2013), menyatakan bahwa analis (investment banker) biasanya menggunakan 5-10 metoda penilaiaan (valuation) yang berbeda untuk mendapatkan/mengevaluasi equity value, diantaranya adalah sebagai berikut. Discounted Dividends. Discounted Cash Flow (DCF) Analysis. Discounted Abnormal Earnings. Discounted Abnormal Earnings Growth. Valuation Based on Price Multiples.
3.
Martin, Jr. (1998) (dalam Larrabee dan Voss, 2013), mengungkapkan empat metoda tradisional dalam equity valuation, yaitu menggunakan metoda sebagai berikut. Price-to-Book Ratio (P/B). Price-to-Sales Ratio (P/S). Price-to-Earnings Ratio (P/E). Dividend Discount Model (DDM).
4.
Reilly dan Brown (2012), mengungkapkan pendekatan dalam equity valuation sebagai berikut. a. Discounted Cash Flow Techniques, terdiri atas: Present Value of Dividends (DDM). Present Value of Operating Free Cash Flow. Present Value of Free Cash Flow to Equity.
9
b. Relative Valuation Techniques, terdiri atas: Price/Earning Ratio (P/E) Price/Cash Flow Ratio (P/CF) Price/Book Value Ratio (P/BV) Price/Sales Ratio (P/S) Terkait dengan wacana konsolidasi institusi melalui merger antara BNI dan Mandiri tersebut, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah dengan melakukan proyeksi keuangan dan analisis terkait dengan penilaian (valuation) terhadap masing-masing bank, serta proyeksi keuangan dan analisis terkait penilaian (valuation) terhadap bank hasil merger, sehingga dapat diperoleh kesimpulan
apakah
pelaksanaan
merger
tersebut
akan
membentuk
sinergi/menguntungkan (berimplikasi positif) bagi pemegang saham, atau malah sebaliknya.
1.3
Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa nilai proyeksi kinerja keuangan dan equity value BNI? 2. Berapa nilai proyeksi kinerja keuangan dan equity value Mandiri? 3. Berapa nilai proyeksi kinerja keuangan dan equity value bank hasil merger antara BNI dan Mandiri? 4. Berdasarkan nilai proyeksi kinerja keuangan dan equity value BNI, Mandiri dan bank hasil merger, apakah merger tersebut dapat memberikan nilai positif dibanding dengan tidak dilakukannya merger?
10
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan simulasi atau proyeksi kinerja keuangan sehingga dapat diketahui perbandingan kinerja keuangan antara BNI, Mandiri dan bank hasil merger antara BNI dan Mandiri (melalui simulasi merger antara BNI dan Mandiri). 2. Menghitung penilaian atau valuation (equity valuation) untuk BNI, Mandiri dan bank hasil merger antara BNI dan Mandiri berdasarkan proyeksi
kinerja
keuangan
yang
dilakukan,
sehingga
dapat
diperbandingkan equity value untuk masing-masing entitas, serta juga untuk mengetahui apakah pelaksanaan merger akan dapat menimbulkan sinergi (adanya peningkatan nilai).
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian terkait penilaian terhadap
rencana merger BNI dan Mandiri, antara lain sebagai berikut. 1. Sebagai insight, rekomendasi dan bahan analisis bagi pemegang saham/pengambil keputusan/pemangku kepentingan lainnya (shareholder dan stakeholder), terkait dengan wacana merger BNI dan Mandiri. 2. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan gambaran, pemahaman serta wawasan, khususnya bagi penulis, terkait dengan aktivitas merger dan valuation (penilaian perusahaan), khususnya di bidang perbankan.
11
1.6
Ruang Lingkup/Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, pembahasan terkait simulasi rencana merger antara
BNI dan Mandiri, didasarkan pada hal sebagai berikut. 1. Proyeksi kinerja keuangan BNI dan Mandiri ditetapkan untuk tahun 20152019 yang didasarkan atas analisis terhadap realisasi kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan BNI dan Mandiri (konsolidasi dan audited) posisi 31 Desember 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. 2. Proyeksi kinerja keuangan bank hasil merger antara BNI dan Mandiri ditetapkan untuk tahun 2015-2019 (realisasi rencana merger diproyeksikan efektif di tahun 2015), yang didasarkan atas analisis terhadap realisasi kinerja keuangan BNI (konsolidasi dan audited) dan Mandiri (konsolidasi dan audited) posisi 31 Desember 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014. 3. Perhitungan equity value ditetapkan masing-masing untuk BNI, Mandiri dan bank hasil merger antara BNI dan Mandiri dengan metoda yang cocok untuk untuk penilaian (valuation) bank (Damodaran, 2012 dan Massari et al., 2014), sebagai berikut. a. Discounted Cash Flow Models, dhi. Discounted Free Cash Flow to Equity Model (FCFE). b. Dividend Discount Model (DDM). c. Equity Excess Return Models.
12
1.7
Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi enam bab, sebagai berikut. Bab I, merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah yang akan diteliti dan dianalisis, serta membahas rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup/batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, merupakan bab yang membahas tentang profil perusahaan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu profil BNI dan profil Mandiri. Bab III, merupakan bab yang membahas berbagai teori dari tinjauan literatur yang terkait dengan pembahasan penelitian dalam tesis ini. Bab IV, merupakan bab yang membahas metoda penelitian yang terdiri dari rancangan penelitian, analisis fundamental termasuk metoda penilaian (valuation) serta metoda perhitungan sinergi. Bab V, merupakan bab yang menuangkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil penelitian (termasuk asumsi-asumsi dan proyeksi kinerja keuangan dalam perhitungan equity value BNI, Mandiri dan bank hasil merger BNI dan Mandiri). Bab VI, merupakan bab penutup yang berisi ringkasan hasil analisis serta simpulan terkait wacana merger BNI dan Mandiri. Bab ini juga menuangkan keterbatasan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian, serta saran yang disampaikan khususnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan terkait wacana merger BNI dan Mandiri.
13