1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah. Hal ini dikarenakan masyarakat cenderung untuk memilih makanan cepat saji, murah serta makanan yang enak tanpa mempertimbangkan kandungan gizi. Pola makan yang salah dan pemilihan makanan yang tidak sehat seperti makanan dengan kandungan lemak dan fruktosa yang tinggi akan memicu terjadinya sindrom metabolik (Prahastuti, 2011). Sindrom metabolik merupakan salah satu masalah utama terkait kesehatan di dunia. Sindrom metabolik ini disebut juga sindrom X, yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, penyakit ginjal, dan lain-lain. Hampir setengah dari kematian akibat penyakit tidak menular (non-comunicable diseases) disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (WHO, 2011). Menurut Grundy et al., (2004), terdapat 6 komponen dari sindrom metabolik yang terkait dengan penyakit jantung koroner, antara lain obesitas abdominal, dislipidemia seperti hiperkolesterolemia
dan
hipertrigliserida,
peningkatan
tekanan
darah,
resistensi insulin, tahap proinflammatory, dan protrombotic. Oleh sebab itu, penurunan angka kematian akibat penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan mengontrol ke-6 komponen tersebut. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliserida merupakan faktor risiko dari penyakit sindrom metabolik seperti aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
1
2
stroke dan lain-lain. Menurut Riskesdas (2013), prevalensi penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun dengan abnormalitas kolesterol adalah 35,9%. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki prevalensi yang lebih besar daripada laki-laki, yaitu 39,6% pada perempuan dan 30,0% pada laki-laki. Prevalensi penduduk Indonesia dengan usia lebih dari 15 tahun dengan kadar trigliserida 150-199 mg/dL (ambang tinggi) adalah 13,0%, dan kadar trigliserida 200 - >500 (tinggi dan sangat tinggi) adalah 11,9%. Prevalensi kadar trigliserida yang abnormal ini lebih rendah pada perempuan daripada laki-laki. Oleh karena itu, prevalensi hiperkolesterolemia dan hipertrigliserida yang tinggi perlu ditanggapi dengan serius untuk mencegah risiko terjadinya sindrom metabolik. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dapat dikendalikan salah satunya dengan mengonsumsi makanan fungsional. Sifat fungsional dari makanan fungsional dikarenakan kandungan bioaktif dalam makanan seperti kandungan serat pangan, inulin, isoflavon, dan lain-lain (Marsono, 2008). Salah satu kandungan yang memiliki efek dalam penurunan koesterol total dan trigliserida adalah serat pangan. Serat pangan merupakan bagian tumbuhan yang tidak dapat dicerna di usus halus manusia. Serat larut air di usus dapat mengikat lemak sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 5%. Selain itu, serat dapat meningkatkan ekskresi asam empedu, sehingga sintesis asam empedu meningkat. Peningkatan sintesis asam empedu tersebut mengakibatkan jumlah pengambilan kolesterol dalam hati meningkat, sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol. Dengan demikian, serat pangan dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi
3
sehingga makanan yang mengandung serat tinggi dapat menurunkan risiko kejadian aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Santoso, 2011). Berdasarkan data Riskesdas (2013), dapat dilihat bahwa konsumsi serat masyarakat Indonesia masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi sayur dan buah pada penduduk umur >10 tahun. Konsumsi sayur dan buah dikatakan cukup apabila mengkonsumsi 5 porsi sayur dan atau buah dalam sehari selama 7 hari. Apabila kurang dari porsi tersebut, dapat dikatakan konsumsi sayur dan buah kurang. Rata-rata konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih kurang yaitu 93,6% sehingga asupan serat masyarakat masih tergolong rendah. Oleh sebab itu dibutuhkan bahan makanan tinggi serat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu makanan sumber serat yang cukup tinggi adalah kacang merah. Kacang merah memiliki protein yang setara dengan kacang hijau, kandungan serat yang setara dengan kacang hijau, kedelai, dan kacang tanah, serta memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan kacang kedelai dan kacang tanah (Astawan, 2009). Selain itu, kacang merah juga memiliki komponen bioaktif seperti serat pangan, pati resisten, flavonoid, saponin, steroid, dll (Atchibri et al, 2010). Pengolahan kacang merah berpengaruh terhadap kandungan bioaktif didalamnya. Proses pengukusan pada kacang merah sudah umum dilakukan masyarakat. Pengukusan ini dapat meningkatkan kandungan pati resisten karena adanya proses pemanasan. Selain itu, fermentasi kacang merah menjadi tempe kacang merah belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga tempe kacang merah dapat dijadikan modifikasi pembuatan tempe yang umumnya menggunakan kacang kedelai. Proses fermentasi juga akan meningkatkan
4
kandungan bioaktif serta protein didalamnya (Reyes-Bastidas, 2009). Oleh karena itu, kacang merah sebagai bahan dasar pembuatan tempe diharapkan menambah keanekaragaman makanan fungsional yang memiliki efek dalam menurunkan dan atau mencegah peningkatan kolesterol dan trigliserida dalam darah.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pemberian tempe kacang merah terhadap kolesterol total dan trigliserida serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa? 2. Bagaimana pengaruh pemberian kacang merah kukus terhadap kolesterol total dan trigliserida serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa?
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui efek tempe kacang merah terhadap kadar kolesterol total serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa. 2. Mengetahui efek kacang merah kukus terhadap kadar trigliserida serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa.
5
3. Membandingkan efektivitas pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Dapat mengetahui pengaruh olahan kacang merah yaitu tempe kacang merah dan kacang merah kukus dalam mencegah kenaikan kadar kolesterol total dan trigliserida serum darah pada tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa. b. Menambah
wawasan
dan
pengalaman
dalam
melakukan
penelitian 2. Bagi Masyarakat a. Dapat mengembangkan produk kacang merah sebagai tempe yang belum banyak dikenal masyarakat b. Merupakan upaya dalam mengembangkan makanan fungsional untuk menurunkan jumlah penderita hiperkolesterolemia dan atau hipertrigliserida 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian terkait kacang merah serta dapat menjadi acuan untuk diaplikasikan pada penderita dislipidemia.
6
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan perbandingan pemberian tempe kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dan kacang merah kukus terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida serum darah tikus adalah 1. Raras Rachmandiar (2012) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Jus Kacang Merah, Yoghurt Susu dan Yoghurt Kacang Merah Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Serum pada Tikus Dislipidemia”. Design penelitian tersebut adalah true experimental dengan post test only with control group design dengan sampel tikus wistar jantan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh jus kacang merah, yoghurt susu, dan yoghurt kacang merah terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida serum darah pada tikus dislipidemia. Hasilnya pemberian jus kacang merah dan yoghurt susu dapat menurunkan kadar trigliserida serum namun tidak signifikan, dan meningkatkan kadar kolesterol total secara signifikan. Pemberian yoghurt kacang merah dapat menurunkan kadar kolesterol total secara signifikan dan menurunkan kadar trigliserida namun tidak signifikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat yaitu melihat kadar kolesterol total dan trigliserida serum darah serta design penelitian Perbedaannya adalah variabel bebas yang digunakan, pada penelitian Raras digunakan jus kacang merah, yoghurt susu dan yoghurt kacang merah, sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tempe kacang merah dan kacang merah kukus serta jenis tikus yang digunakan pun berbeda. Selain itu subyek yang diintervensi pada penelitian Raras adalah tikus dislipidemia sedangkan
7
pada penelitian ini adalah tikus yang diberi diet tinggi lemak tinggi fruktosa hingga tikus mengalami obesitas.
2. Ega Nastriana (2011) dengan judul “Pengaruh Pemberian Yoghurt Kacang Merah Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Kolesterol HDL dalam Darah Tikus Hiperkolesterolemia”. Design penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan acak lengkap dengan menggunkan sampel tikus Sprague Dawley yang dibuat hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian yoghurt kacang merah terhadap kadar
kolesterol
total
dan
kolesterol
HDL
dalam
darah
tikus
hiperkolesterolemia. Hasil penelitian adalah pemberian yoghurt kacang merah
dapat
menurunkan
kolesterol
total
namun
tidak
dapat
meningkatkan kolesterol HDL. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat yang digunakan yaitu kadar kolesterol total, design penelitian, serta tikus Sprague Dawley. Perbedaan dengan penelitian Ega variabel bebas yang digunakan adalah yoghurt kacang merah, sedangkan pada penelitian ini adalah tempe kacang merah dan kacang merah kukus dan kondisi tikus pada penelitian ini juga berbeda.
3. Alfi Fairuz Asna (2011) dengan judul “Pengaruh Pemberian Susu Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Terhadap Profil Lipid Darah Pada Tikus Sprague Dawley Diabetes-Hiperkolesterolemia. Design penelitian adalah quasy experimental with pre-post control group menggunakan subyek tikus Sprague Dawley jantan yang diinjeksi secara intraperitonial menggunakan alloxan dan diberi diet tinggi kolesterol sebelum intervensi.
8
Hasil dari penelitian ini adalah pemberian susu kacang merah pada semua kelompok tidak memberikan profil lipid yang berbeda nyata. Kadar total kolesterol serum pada kelompok kontrol turun, pada kelompok susu kacang merah mengalami kenaikan yang tidak signifikan. Trigliserida pada kelompok kontrol dan susu kacang merah mengalami penurunan. Kadar HDL kelompok kontrol dan susu kacang merah mengalami kenaikan. Kadar LDL kelompok kontrol dan susu kacang merah mengalami penurunan namun tidak signifikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah galur tikus yang diteliti sama yaitu tikus galur Sprague Dawley, variabel bebas adalah olahan dari kacang merah, namun pada penelitian ini dibuat susu kacang merah, dan variabel terikanya adalah profil lipid. Perbedaannya adalah design penelitian, pra intervensi pada tikus yaitu dibuat hiperkolesterol dan diabetes dengan pemberian alloxan dan diet tinggi kolesterol, selain itu olahan kacang merah juga berbeda.
4. Fitri Rahmawati (2003) dengan judul “Pengaruh Diet Kacang Merah dan Kacang Kedelai Terhadap Kadar Gula dan Profil Lipid Darah Serta Sifat Digesta Tikus Diabetik”. Design penelitian adalah true experimental dengan rancangan acak lengkap dengan menggunakan sampel tikus Sprague Dawley yang diinduksi diabetes menggunakan alloxan. Hasil dari penelitian adalah diet kacang merah dan kedelai dapat menurunkan konsentrasi serum glukosa, kolesterol dan trigliserida. Selain itu kelompok kacang merah memiliki kadar air dan berat digesta yang sama dengan kelompok kacang kedelai, keduannya juga memiliki pH yang sama namun
9
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok standar. Proporsi SCFA dalam caecum tikus dengan diet kacang merah adalah asetat : propionat : butirat = 58,70 : 29,42 : 11,87. Persamaan dengan penelitian ini adalah design penelitian, galur tikus yang digunakan, variabel terikat yang diteliti yaitu kadar kolesterol total dan trigliserida. Perbedaan dengan penelitian ini adalah kondisi tikus yang diteliti, serta kacang merah yang belum diolah menjadi produk seperti tempe kacang merah dan kacang merah kukus.