1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang memuat kaidah-kaidah tentang bentuk kata, urutan kata, fungsi kata dan kalimat. Begitu juga bahasa Jepang, dimana aturan gramatikal memiliki peranan penting dalam penyusunan berbagai jenis kata agar menjadi sebuah kalimat. Pada umumnya jenis kata pembentuk kalimat tersebut terdiri atas (1) meishi (nomina), (2) doushi (verba), (3) keiyoushi (adjektiva), (4) joudoshi (kopula), (5) joshi (partikel), (6) setsuzokushi (kata sambung), (7) fukushi (kata keterangan), dan (8) kandoushi (kata seru). Jenis-jenis kata tersebut, ada yang bisa berdiri sendiri, dapat membentuk suatu kalimat meskipun hanya satu kata, tetapi ada juga yang tidak bisa berdiri sendiri. Jabatan kata dalam kalimat tersebut dijadikan sebagai unsur suatu kalimat. Unsur kalimat dalam bahasa Jepang secara garis besar terdiri atas (1) subjek「主 語’shugo’」, (2) predikat「述語’jutsugo’」, (3) objek「対象語’taishougo’」, (4)
keterangan「状況語’joukyougo’」, (5) modifikator「修飾語’shūshokugo’」, dan (6)
penyambung「接続語’setsuzokugo’」(Sutedi , 2003:70-71). Di antara unsur-unsur tersebut terdapat unsur yang berperan penting dalam menyambung kalimat yang disebut konjungsi atau kata sambung.
2
Dalam bahasa Jepang konjungsi atau kata sambung disebut setsuzokushi. Setsuzokushi adalah salah satu kelas kata yang termasuk ke dalam kelompok jiritsugo yang tidak dapat mengalami perubahan. Kelas kata setsuzokushi tidak dapat menjadi subjek, objek, predikat ataupun kata yang menerangkan kata lain. Setsuzokushi berfungsi menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lain atau menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat lain (Sudjianto dan Dahidi 2004:170). Dalam bahasa Jepang setsuzokushi sulit dibedakan dengan partikel. Hal ini dapat dilihat dari contoh di bawah ini. a. (1) yoku taberu ga, chotto mo futoranai. Banyak makan tetapi, sedikit pun gemuk tidak. ‘Banyak makan, tetapi sedikit pun tidak gemuk’. (GBJM Seri A, 1996:108) (2) yoku taberu. Ga, chotto mo futoranai. Banyak makan. Namun, sedikit pun gemuk tidak. ‘Banyak makan. Namun, sedikit pun tidak gemuk’. (GBJM Seri A, 1996:108) b. (1) ji o yomeru keredomo, kakenai. Huruf Aku membaca bisa tetapi, menulis tidak bisa. ‘Bisa membaca huruf, tetapi tidak bisa menulis’. (GBJM Seri A, 1996:108) (2) ji o yomeru. Keredomo, kakenai. Huruf Aku membaca bisa. Namun, menulis tidak bisa. ‘Bisa membaca huruf. Namun, tidak bisa menulis’. (GBJM Seri A, 1996:108) Ga dan keredomo dalam kalimat-kalimat di atas ada yang berfungsi sebagai partikel dan ada yang berfungsi sebagai kata sambung. {-Ga} dan {-keredomo} pada kalimat a (1) dan b (1) tidak dapat berdiri sendiri, selalu mengikuti kata yang ada sebelumnya. Kata itu baru memiliki arti bila sudah disusun dengan kata lain. Sebaliknya, setsuzokushi (konjungsi) [ga] dan [keredomo] pada kalimat a (2)
3
dan b (2) dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan arti tanpa bantuan kata lain. Setsuzokushi tidak dapat digabungkan dengan kata lain (Sudjianto, 1996:108). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, setsuzokushi [ga] pada contoh a (2) dan setsuzokushi [keredomo] pada contoh b (2) sama-sama memiliki arti ‘namun’. Oleh karena itu, sulit menjelaskan yang menjadi perbedaan penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] sebagai pembeda pada kedua kalimat tersebut. Selain itu setsuzokushi [ga] dan [keredomo] berperan penting dalam membentuk paragraf karena keduanya berfungsi menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu untuk mengangkat topik penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa karya Akutagawa Ryunosuke sebagai topik penelitian. Beberapa pertimbangan mengapa novelet Kappa menarik untuk diteliti adalah sebagai berikut. Pertama, bentuk [ga] dan [keredomo] sebagai setsuzokushi dalam novelet ini cukup sering digunakan. Hal ini dapat dilihat dari kalimatkalimat yang terdapat dalam novelet ini. Kedua, sejauh yang peneliti baca novelet Kappa karya Akutagawa Ryūnosuke belum pernah dijadikan objek penelitian di bidang linguistik, baik di lingkungan Fakultas Sastra Uversitas Udayana maupun universitas lain yang ada di Indonesia. Ketiga, data-data yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian tersedia dalam novelet Kappa ini.
1.2 Rumusan Masalah
4
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang selanjutnya dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Fungsi dan makna apa sajakah yang terkandung pada setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa? 2. Perbedaan apa sajakah yang terdapat pada penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengenai penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa karya Akutagawa Ryūnosuke. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk memahami fungsi dan makna setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa.
5
2. Untuk
memahami
perbedaan
penggunaan
setsuzokushi
[ga]
dan
[keredomo] dalam novelet Kappa.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian “Analisis Penggunaan Setsuzokushi [Ga] dan [Keredomo] dalam Novelet Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke” adalah untuk menambah khazanah kepustakaan di bidang linguistik khususnya tentang penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam kalimat bahasa Jepang. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pendidikan bahasa Jepang di lingkungan Fakultas Sastra Universitas Udayana. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu orang-orang yang mempelajari bahasa Jepang dalam memberikan gambaran serta pemahaman mengenai penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] sehingga tidak mengalami kesulitan ketika menggunakannya, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
1.5 Ruang Lingkup
6
Supaya penelitian ini tidak terlalu luas maka difokuskan pada fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa karya Akutagawa Ryūnosuke.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data. Ketiga metode tersebut diuraikan secara terperinci sebagai berikut. 1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak atau disebut juga metode observasi. Metode simak dapat diwujudkan dalam teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik yang digunakan pada tahap ini adalah teknik lanjutan yang disebut teknik simak bebas libat cakap (Kesuma, 2007:43). Teknik simak bebas libat cakap digunakan dalam menyimak penggunaan kata sambung (setsuzokushi) [ga] dan [keredomo] dalam novelet Kappa karya Akutagawa Ryūnosuke. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu setelah membaca dan memahami novelet Kappa, setsuzokushi [ga] dan [keredomo] yang terdapat di dalamnya dicatat dengan cermat dan teliti pada kartu data. 1.6.2 Metode dan Teknik Penganalisisan Data Metode yang digunakan dalam tahapan penganalisisan data adalah metode agih. Metode agih memiliki sebelas teknik lanjutan. Dalam penelitian ini teknik
7
lanjutan yang digunakan adalah teknik baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi [ga] dan [keredomo] pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novelet Kappa.
8
Selain teknik baca markah, penelitian ini juga menggunakan teknik ganti. Teknik ganti digunakan ketika mengganti penggunaan setsuzokushi [ga] dengan [keredomo]. 1.6.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Tahap penyajian hasil analisis data merupakan suatu tahap penelitian yang berupa penyusunan laporan. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah metode informal dan formal. Metode informal digunakan untuk menjelaskan setsuzokushi [ga] dan [keredomo] berdasarkan fungsi dan makna serta berdasarkan perbedaan penggunaanya pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam novelet Kappa. Selain itu, digunakan metode formal, yaitu penyajian hasil analisis dengan simbol-simbol tertentu. Untuk mempermudah melihat berapa jumlah setsuzokushi [ga] dan [keredomo], maka data diklasifikasikan dan dibuat dalam bentuk tabel menurut fungsi dan makna serta berdasarkan perbedaan penggunaannya.
1.7 Sumber Data Sumber data penelitian ini, yaitu novelet Kappa karya Akutagawa Ryūnosuke dalam bahasa Jepang. Novelet Kappa dalam bahasa Jepang pertama kali diterbitkan pada tahun 1992 oleh perusahaan Shuutsusha dengan tebal 80 halaman yang terdiri atas 17 bab. Selain itu, juga digunakan novelet Kappa yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Andi Bayu Nugroho yang diterbitkan oleh Interprebook di Yogyakarta pada tahun 2006 dengan tebal 170
9
halaman yang terdiri atas 17 bab. Novelet Kappa terjemahan digunakan sebagai referensi dan pembanding untuk membantu mempermudah dalam menerjemahkan.