BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri Chaer, Abdul (1998:1). Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya dalam pemakaian bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakainya dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Untuk menghindari masalah dalam berbahasa , seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama saat hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita, atau saat hendak menterjemahkan bahasa asing. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Bahasa merupakan kunci penentu menuju keberhasilan
dan
memilik
peran
sentral
khususnya dalam
perkembangan
pengetahuan, sosial dan emosional seseorang serta dalam mempelajari semua bidang studi. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menyampaikan dan menyerap gagasan, fikiran, pendapat, serta perasaan. Dengan bahasa juga, diharapkan dapat membantu seseorang untuk mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Agar fungsi komunikasi bahasa dapat tersampaikan dengan baik, maka pembicara dan lawan bicara harus memiliki pemahaman makna yang sama. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik, karena selain memiliki jenis huruf yang
beragam, bahasa Jepang juga memiliki keunikan dalam aspek bunyi, intonasi, pola kalimat dan lain sebagainya. Hal lain yang menjadi keunikan dalam bahasa Jepang adalah sinonim ( ruigigo). Sinonim merupakan salah satu masalah dalam penggunaan bahasa asing termasuk bahasa Jepang. Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “onoma” yang berarti “nama” dan “syn” yang berarti “dengan”. Maka secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonim (Ruigigo) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip. (Sutedi, 2004: 114). Kesalahan berbahasa pada pembelajar, umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan lain sebagainya. ( Sutedi, 2008: 1). Maka pemahaman kosakata dianggap salah satu bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Hal ini dipertegas oleh Tarigan (1985 :2) bahwa : “ Kualitas keterampilan berbahasa seseorang tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa”. Sinonim dalam bahasa Jepang banyak kita jumpai dalam bentuk kata kerja atau verba. Salah satu contoh kata dalam bahasa Jepang yang memiliki sinonim adalah 勉強する (benkyousuru) ‘belajar’, 習う(narau) ‘belajar’ dan 学ぶ (manabu ) ‘belajar’ yang ketiganya sama-sama memiliki makna “belajar”,思う (omou) ‘bermaksud’ dan 考える(kangaeru) ‘berfikir/bermaksud’ dimana kedua kata tersebut memiliki makna”berfikir/bermaksud”. Kata-kata tersebut kerap muncul dalam buku
pelajaran maupun dalam percakapan sehari-hari, Tetapi dalam pemakaiannya pada kalimat, kosakata-kosakata tersebut tidak dapat sepenuhnya saling menggantikan, disebabkan dua atau tiga kata kata yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama Chaer, Abdul (1994: 298). tetapi masih banyak pembelajar bahasa Jepang yang melakukan kesalahan dalam menggunakan kata-kata tersebut dalam sebuah kalimat yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang kata-kata yang bersinonim. Dalam penelitian ini penulis memilih verba mawaru dan meguru sebagai tema dalam penelitian ini. Berikut adalah contoh dari kedua verba tersebut:
1. 東京から小坂に行くのに金沢を回って行った.
(Nihon
Go
Kihon
Doushi Jiten, 1996:485) Tokyo kara Osaka ni iku noni kanazawa wo mawatte itta. Walaupun dari Tokyo mau pergi ke Osaka tetapi perjalanan mengelilingi Kanazawa.
2. 諸国を巡る. Nihongo Daijiten 2 Edition (1995 :145)
Shoukoku wo meguru. Berkeliling ke berbagai negara.
Dari kedua contoh diatas kedua verba mawaru dan meguru bila di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki makna yang hampir sama yaitu “berkeliling atau berputar” tetapi
dari persamaan dan perbedaan serta
penggunaannya dalam kalimat belum jelas, sehingga pembelajar bahasa Jepang
memiliki kesulitan dalam menangkap maknanya maupun pada saat akan digunakannya. Alasan lain dipilihnya verba tersebut adalah sebagai berikut: •
Sering digunakan dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari;
•
Sering muncul dalam buku pelajaran ataupun media lainnya;
•
Sulit dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang, sehingga sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Dengan dilatarbelakangi hal-hal tersebut diatas, makan penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan menganalisis doushi tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul : Analisis Nuansa Makna Verba “ Mawaru dan Meguru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang.
1.2 Perumusan Masalah A. Chaer ( 1998: 44) Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan itu adalah pengertian, suatu konsep, suatu ide, dan suatu pikiran yang ingin disampaikaan dalam wujud bunyi itu, oleh karena itu lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau fikiran, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Munculnya perbedaan makna diinterprestasikan dan akhirnya menimbulkan kesalahpahaman antar individu yang berkomunikasi atau terjemahan yang tidak sesuai dengan bahasa Jepang yang mengakibatkan adanya kesalahan dalam pengertian kata tersebut dalam kalimat bahasa Jepang.
Seperti halnya dengan sinonim (ruigigo) yang terdapat dalam bahasa Jepang. Salah satu contoh adalah verba mawaru dan meguru yang akan diteliti oleh penulis.
Sebagai contoh : 1. 新社長は得意先を挨拶に回った. (Nihon Go Kihon Doushi Jiten, 1996:486) Shinshachou wa tokuisaki wo aisatsu ni mawatta. Direktur baru itu berkeliling menyapa para pelanggan.
2. 諸国を巡る. (Nihongo Daijiten 2 Edition, 1995 :145)
Shoukoku wo meguru. Berkeliling ke berbagai negara
Pada kalimat (1) dan (2) makna dari pada kedua verba diatas sama-sama “berkeliling” namun apabila verba tersebut ditukar dalam kalimat maka akan mengubah makna dari kalimat itu sendiri, dan tidak selamanya verba mawaru dan meguru dapat saling menggantikan dalam kalimat, ada kalimat-kalimat tertentu yang hanya dapat digunakan oleh masing-masing verba yang akan kita bahas di bab selanjutnya. Dalam bentuk pertanyaan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apa fungsi dan makna verba mawaru dan meguru dari segi makna? 2. Bagaimana nuansa verba mawaru dan meguru yang disesuaikan dengan makna kontekstual dalam bahasa Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penulis skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya mengenai penggunaan kata yang bersinonim seperti mawaru dan meguru. Pembahasannya lebih difokuskan kepada analisis perbedaan nuansa dan makna dari kedua kata yang bersinonim diatas. Dan juga tidak menutup kemungkinan melihat persamaan-persamaan pemakaian kedua kata tersebut dalam struktur kalimat. Untuk masing-masing verba mawaru dan verba meguru akan dibahas dalam contoh kalimat yang diambil dari kalimat-kalimat bahasa Jepang yang diambil dari internet, buku-buku bacaan bahasa Jepang, seperti buku Japanese For Today, Intermediate Japanese An Intergrated course, tabloid bahasa Jepang seperti Nipponia, lagu bahasa Jepang dan berbagai artikel bahasa Jepang lainnya yang mendukung penelitian ini. Sebelum Bab pembahasan, Penulis menjelaskan juga tentang pengertian verba, jenis-jenis verba, fungsi verba, pengertian verba mawaru dan meguru jenisjenis makna dalam semantik, sinonim dan permasalahanya serta pemilihan kata.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka Menurut Abdul Chaer (1994: 1) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengkaji tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik atau makna.
Bahasa terdiri dari kosakata-kosakata yang membentuk kalimat. Dalam setiap kosakata mengandung makna. Salah satu jenis kosakata adalah sinonim. Sinonim menurut Zgusta dalam buku Linguistik Umum Chaer, Abdul (1998: 2 ) merupakan kata-kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama. Dalam bahasa Jepang juga terdapat sinonim. Menurut Akimoto (2004: 112) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi bahwa sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu: 1. Housetsu kankei (suatu arti kata termasuk kedalam arti lain) 2. Sisateki Tokuchoo (sepadan dalam arti namun memiliki perbedaan) 3. Dougigo ( Arti dan makna yang sama atau sepadan) Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan tentang verba mawaru dan meguru yang memiliki makna yang berbeda namun terkadang bisa saling menggantikan pada kalimat-kalimat tertentu. Mawaru adalah sesuatu yang bergerak dari suatu poros seperti gambar sebuah lingkaran atau berpindah ke tempat khusus, dan dapat juga bermakna bekerja keras atau bekerja dengan cukup sampai mendapatkan tujuan Umesoa, Tadao
(1995 : 144). Meguru
adalah adalah
bergeraknya suatu hal atau materi yang berpusat dari satu tempat bergerak mengitari tempat lain dan kembali ke tempat asal atau berbentuk lingkaran dan bermakna berpindah kesana kemari Shibata, Takeshi dkk (2002: 373). Baik mawaru ataupun meguru sama-sama berarti melakukan pergerakan berkeliling namun pada struktur kalimat tertentu tidak dapat saling menggantikan. b. Kerangka Teori
Sesuai dengan pembahasan skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk menganalisis makna verba mawaru dan meguru adalah pendekatan linguistik dalam kajian semantik. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Sebagai ilmu linguistik beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik). Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata benda) yang berarti ”tanda” dan ”lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti ”menandai” atau ”melambangkan”. Menurut Koizumi dalam buku Kihon Doushi yohoo Jiten (1989: 2) semantik ( imiron) adalah mengungkapkan makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi (2004:103) semantik adalah salah satu cabang linguistik (genggogaku) yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti Ferdinand De Saussure dalam Chaer, (1961:2). Selanjutnya menurut Parera (2004:16) secara umum teori makna dibedakan atas: 1. Teori Refrensial atau Korespondensi 2. Teori Kontekstual 3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas
Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik salah satu makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah Teori Kontekstual.Teori makna Kontekstual adalah sebuah makna leksem atau kata kata yang berbeda dalam suatu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya Abdul Chaer, (1994:2001). Teori kontekstual merupakan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan cara menganalisis verba berdasarkan konteks kalimat dalam satu paragraf agar menemukan makna atau nuansa yang ditimbulkan dengan menggunakan verba mawaru atau meguru. Sesuai dengan Teori Kontekstual penulis juga menggunakan pemilihan kata yang disesuaikan dengan kaidah yang sudah ditetapkan oleh pemakai bahasa pertama atau bahasa ibu. Seperti yang diutarakan oleh Robert Lado dalam buku Pengajaran Analisis Kontrasitif yang ditulis oleh Tarigan: "Unsur-unsur yang sama didalam bahasa ibu dengan bahasa asing yang sedang dipelajari sangat menunjang pengajaran untuk bahasa yang sedang dipelajari; sebaliknya unsur-unsur yang berbeda menyebabkan timbulnya kesulitan belajar". Tarigan, Hendri Guntur (1985 : 23). Berdasarkan teori makna diatas, maka penulis akan menginterpretasikan makna verba mawaru dan meguru sesuai dengan konteks kalimatnya
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk seluruh permasalahan yang dirumuskan diatas. Tujuan khusus penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian verba mawaru dan meguru yang bermakna berputar atau berkeliling; 2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan verba mawaru dan meguru. 3. Untuk mengetahui sejauh mana batasan fungsi mawaru dan meguru dalam kalimat bahasa Jepang.
b. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah: 1. Untuk dapat lebih memahami makna verba mawaru dan meguru; 2. Dapat menjadi bahan refrensi bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai persamaan dan perbedaan mawaru dan
meguru.
Hal
ini
diperlukan
untuk
menghindari
kesalahpahaman yang timbul akibat penggunaan mawaru dan meguru ini pada konteks yang tidak seharusnya. 3. Dengan diadakannya penelitian ini selain dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya, dapat pula dijadikan sebagai masukan bagi para pembelajar bahasa Jepang.
1.6 Metode Penelitian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode peneltian adalah cara mencari kebenaran dengan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusiaan, berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan. Penelitian deskriptif (deskriftive research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan ( menjabarkan) suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya Sutedi (2008 :18). Penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut ialah kaidah metode. Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud tujuan. Secara ringkas, metode ialah suatu sistem untuk melakukan
suatu
tindakan.
(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-
makalah/metodologi-penelitian/). Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (liberary research) yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca refrensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung penyusunan skripsi ini. Adapun teknik analisis data yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah menggunakan teori dari buku Metode dan Aneka Analisis Bahasa Sudaryanto (1993: 48-50) antara lain:
1. Pengumpulan Data Mencakup pengumpulan
contoh-contoh kalimat yang digunakan dalam
tulisan ilmiah, buku bacaan umum maupun data yang akurat dari internet (jitsurei), 2. Analisis Data Mencakup pengajian setiap contoh kalimat mengenai kondisi atau situasi yang muncul dalam kalimat tersebut, pengelompokan contoh-contoh kalimat berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya, mencari persamaan dan perbedaan yang terjadi berdasarkan pengelompokan yang telah dilakukan, menganalisis data dengan melihat konteks dimana ungkapanungkapan tersebut dapat atau tidaknya digunakan, maupun dapat tidaknya saling menggantikan dalam kalimat. 3. Memberi Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka akan diperoleh kesimpulan berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga dalam skripsi ini akan mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan mengenai verba
mawaru dan meguru dengan cara memberikan
(menjabarkan) hasil analisis tentang makna dan fungsi kedua doushi tersebut dalam prosedur ilmiah dan apa adanya.