BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Pendidikan merupakan perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak. Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global. Masalah yang sangat menonjol yang dihadapi dalam pembelajaran IPS adalah hasil belajar para siswa yang belum memuaskan dibawah KKM sebesar 80. Hal itu disebabkan karena selama ini proses pembelajaran IPS yang ditemui masih secara konvensional seperti ekspositori, drill, atau bahkan ceramah. Proses ini hanya menekankan pada penyampaian tekstual semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu, sehingga sering kali dijumpai kecenderungan siswa yang kurang berminat untuk belajar. Akibatnya siswa lebih banyak pasif dan kurang terlibat dalam proses belajar mengajar. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Siswa belajar secara efektif bila siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian dan penemuan pertalianpertalian dalam informasi yang dihadapi.
1
2
IPS mulai diajarkan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Mengingat pentingnya pelajaran IPS untuk pendidikan sejak siswa SD, maka perlu suatu cara mengelola proses belajar mengajar IPS di SD yang menarik dan efektif, sehingga IPS dapat dicerna dengan baik oleh siswa SD. Dalam mengelola proses belajar mengajar perlu memperhatikan ketepatan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran serta sesuai dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan dan kekurang-pahaman, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh siswa. Jadi diupayakan agar pembelajaran yang semula terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat pada siswa (student oriented). Berdasarkan hal itu, maka tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang memotivasi siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Pembelajaran student teams achievement division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja siswa dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim (Nurhadi, 2004:64). Dengan adanya tugas kelompok diharapkan dapat memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hubungan antar teman sebaya di dalam kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pembelajaran STAD yang dibentuk di dalam kelas dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya itu untuk tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran IPS. Dalam kenyataannya, siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan dan harga diri yang tidak jauh berbeda. Siswa bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-teman yang lain.
3
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Kutoharjo 01 Pati pengaruh teman sebaya dalam proses pembelajaran sangat kecil. Siswa dalam proses pembelajaran cenderung belajar mandiri, siswa tidak memperoleh pengetahuan dari luar selain guru. Padahal dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, siswa cenderung takut untuk berinteraksi dengan guru khususnya masalah pelajaran. Siswa-siswi SD Negeri Kutoharjo 01 Pati biasa pembelajaran yang konvensional. Siswa mendengarkan ceramah dari guru. Jika siswa kurang paham tentang materi pelajaran, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Skor ulangan harian IPS yang diperoleh masih 72 % berada dibawah KKM sebesar 80. Dalam pembelajaran nampak tidak ada interaksi antara siswa dengan guru. Pembelajaran berlangsung satu arah dan guru menyampaikan pelajaran dengan ceramah. Nampak 72 % siswa tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Kekurangan yang ada dalam pembelajaran tersebut, perlu segera diatasi melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan pembelajaran, dengan mengupayakan pembelajaran melalui model STAD. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan berjudul ‘Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SD Negeri Kutoharjo 01 Pati Semester 1 Tahun 2013/2014’.
1.2. Identifikasi Masalah Dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Kutoharjo 01 Pati Semester 1 Tahun 2013/2014, ketuntasan belajar IPS dengan KD Mengenal makna peninggalanpeninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dari hasil ulangan harian mencapai 28% atau 7 dari 25 siswa dengan skor ratarata 80 dan ini merupakan skor tertinggi. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 72 % dengan skor terendah 50, dan skor rata-rata siswa yang tidak tuntas mencapai 57,78. Adapun rata-rata kelas dari skor ulangan harian mencapai 66,67. Dalam pembelajaran tidak ada aktivitas belajar dari siswa. Tidak ada upaya guru untuk meminta siswa aktif bertanya, aktif menulis, aktif menjawab pertanyaan guru, aktif untuk melakukan pengamatan, aktif untuk berdiskusi dengan teman, aktif membaca buku. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah mendengarkan penjelasan guru,
4
yang tidak seluruh waktu dapat mendengarkan terus. Siswa mengantuk, siswa diam tidak fokus, 15 siswa (60%) bercanda dengan temannya. Siswa tidak mencatat penjelasan guru. Siswa diminta guru mengingat pelajaran. Siswa sering ijin ke kamar mandi. Ada 13 siswa (30%) dari seluruh siswa yang hanya diam saja ketika diajak berbicara dan mengantuk pada saat menyimak penjelasan dari guru. Guru tidak menggunakan media pembelajaran. Guru hanya menggunakan LKS dan buku pegangan yang dimiliki sekolah sebagai media atau sumber belajar. Dalam kerja kelompok siswa kurang berinteraksi dengan siswa yang lain, dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang cocok dengan teman sekelompoknya sehingga siswa dalam kelompok tidak dapat bekerjasama dengan baik, sehingga mengakibatkan diskusi tidak berjalan dengan baik dan hasil belajar yang diinginkan tidak tercapai dengan baik. Dalam kegiatan kelompok siswa juga kurang aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa hanya tergantung pada siswa yang dianggap pintar. Kurang ada variasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru hanya memberikan penjelasan didepan kelas tanpa memberikan contoh nyata dan menuntut siswa untuk mencatat. Nampak siswa lesu dan tidak tertarik dengan materi yang disampaikan guru. Penilaian yang dilakukan melalui penilaian hasil yaitu menggunakan tes formatif yang memaksimalkan kemampuan kognitif saja. Sedangkan penilaian proses yang meliputi kemampuan afektif dan psikomotor tidak pernah dilakukan.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : Apakah peningkatan hasil belajar
IPS dapat diupayakan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Negeri Kutoharjo 01 Pati semester 1 tahun 2013/2014.
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Negeri Kutoharjo 01 Pati semester 1 tahun 2013/2014.
5
1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberi sumbangan wacana bagi praktisi pendidikan untuk mengembangkan model pembelajaran tipe STAD dan mengembangkan hasil belajar IPS 2. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah: Bagi guru, meningkatkan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran IPS tipe STAD dan meningkatkan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar IPS siswa. Bagi Siswa, pembelajaran STAD dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktivitas siswa dalam belajar, dapat mengukur kompetensi siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan meningkatkan kerja sama diantara siswa dan melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan. Bagi sekolah memberi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.