BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan
berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada diantara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau. Kepuluan terbesar di Indonesia yaitu Papua, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Jawa. Indonesia terkenal dengan keunikan, keragaman serta keindahan alamnya. Kekayaan dan aneka ragam sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Keindahan-keindahan alam yang dimiliki Indonesia sangat kaya akan tempat wisata. Mulai dari pantai, danau, gunung, hingga keindahan lainya ditawarkan oleh negara tropis ini. Pantai salah satu objek wisata yang sering sekali di kunjungi wisatawan, seperti pantai santolo, sayang heulang, pangandaran dan lain sebagainya. Banyak cara mendapatkan informasi tentang keindahan alam di Indonesia yakni malalui media sosial, promosi-promosi parawisata, website dan juga dari film-film yang setting atau tempatnya menggunakan objek alam. Dari film tersebut diperlihatkan bagaimana keindahan objek alam yang dimiliki oleh Indonesia. Berbicara soal film dengan memanfaatkan potensi keindahan alam Indonesia, disadari oleh beberapa sineas muda yang dengan cermat menghadirkan unsur tersebut dalam film fiksi panjang mereka. Contohnya adalah Laskar Pelangi, 3 Hari Untuk Selamanya, Pendekar Tongkat Emas dan beberapa film lainya. Filmfiksi panjang yang memanfaatkan keindahan alam Indonesia, kebanyakan ditujukan untuk penonton bioskop. Berbedadengan film fiksi pendek yang ada di Indonesia masih jarangnya terlihat yang memaksimalkan potensi tersebut, terutama kepada filmmaker fiksi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat.
1
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang dianugerahi beragam keindahan alam yang luar biasa, keindahan-keindahan alam tersebut sudah dimaksimalkan menjadi objek wisata alam Jawa Barat. Seperti Gunung, Bukit, Pantai dan lain-lain. Pantai di Jawa Barat salah satu objek wisata yang sering sekali dikunjungi wisatawan, seperti pantai santolo, sayang heulang, pangandaran dan lain sebagainya. Sayangnya potensi tersebut masih kurang dimanfaatkan oleh pembuat film yang berada di Jawa Barat khusunya filmmaker di kota Bandung, Menurut Yustinus Kristianto salah satu pengamat film, para sineas kota bandung belakangan ini lebih banyak membaut film yang bertemakan sci-fi, thriller, dan slice of life. Perkembangan film pendek di Bandung berkembang pesat, terlihat dari sering diadakannya berbagai macam festival film pendek yang digelar di kota Bandung. Namun dari beberapa film pendek yang dibuat, masih jarang film yang memanfaatkan objek-objek alam yang dimiliki Jawa Barat. Potensi objek alam yang berada di Jawa Barat justru lebih banyak dimanfaatkan oleh rumah produksi film layar lebar ataupun ftv yang berada di Jakarta, pemanfaatanya pun masih kurang maksimal, cerita dalam film lebih dominan dibandingkan penataan kamera terhadap objek keindahan alamnya. Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam unsur sinematik terdapat aspekaspek teknis seperti mise en scene, sinematografi, editing dan suara. Sinematografi merupakan perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot. Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan mata penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu perjalanan cerita. Menginterpretasi skenario kebentuk visual, menentukan angle kamera adalah tugas penata kamera atau Director Of Photography. Peran Director Of Photography sangat berpengaruh besar, karena pemilihan angle kamera, jarak kamera, penggunaan lensa, kecepatan gambar hingga gerak kamera bisa mempengaruhi visualisasi dramatic dari cerita. Oleh karena
2
itu penulis tertarik menjadi penata kamera atau Director Of Photography dalam pembuatan film fiksi pendek yang memaksimalkan potensi keindahan objek alam yang dimiliki oleh provinsi Jawa Barat. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan, maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut: a. Keindahan alam yang dimiliki Indonesia khususnya pantai di Jawa Barat, sangatlah banyak pantai, gunung, dan bukit, namun kurang dimanfaatkan dengan baik. b. Filmmaker yang berada di kota Bandung kurang memanfaatkan potensi objek alam yang dimiliki oleh Jawa Barat. c. Potensi keindahan objek alam lebih banyak dimanfaatkan oleh rumah produksi film layar lebar atau ftv yang berasal dari Jakarta. d. Film-film yangmemanfaatkan objek alam lebih dominan cerita dan konflik dibandingkan pemanfaatan objek alam. e. Perlu adanya penataan kamera terhadap film yang memanfaatkan keindahaan objek alam khususnya pantai santolo di Jawa Barat. f. Interpretasi sebuah skenario menjadi naratif visual, menjadi tugas utama penata kamera. 1.3
Rumusan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah yang telah ada agar pembahasan lebih
terarah, maka penulis memberikan rumusan masalah pada perancangan ini diantaranya : a. Bagaimana menginterpretasi sebuah skenario ke dalam naratif visual pada produksi film fiksi pendek “Jeni Lova” dengan memanfaatkan pantai santolo ? b. Bagaimana penataan kamera menggunakan pendekatan psikologi lingkungan pada film fiksi pendek “Jeni Lova” dengan memanfaatkan pantai santolo ?
3
1.4
Ruang Lingkup Dari rumusan masalah yang telah ada serta agar pembahasan lebih terarah,
maka penulis memberikan ruang lingkup masalah pada perancangan ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah : 1.
Apa Media film yang dirancang meliputi media utama berupa film fiksi pendek dengan memanfaatkan objek alam di Jawa Barat.
2.
Siapa Target audiens dari perancangan ini ialah masyarakat dengan rentang usia 18-40 tahun di wilayah geografis perkotaan.
3.
Bagaimana Dalam perancangan media film ini penulis akan berperan sebagai penata kamera.
4.
Tempat Media film ini akan disebar ke jaringan festival film yang ada di Indonesia ataupun Luar Negeri.
5.
Waktu Pemutaran perdana dari film ini direncanakan pada tahun 2016.
6.
Mengapa Film-film yang memanfaatkan objek alam tidak hanya film panjang, namun film pendek juga berpotensi, karena nantinya film-film pendek akan lebih bervariasi.
1.5
Tujuan Perancangan Setelah meninjau keseluruhan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana menginterpretasi sebuah skenario ke dalam naratif visual pada produksi film yang memanfaatkan objek alam pantai santolo. b. Untuk mengetahui bagaimana penataan kamera dengan pendekatan psikologi lingkungan dengan memanfaatkan pantai santolo.
4
1.6
Manfaat perancangan a. Secara Umum 1)
Pembuatan film ini di harapkan sebagai media hiburan yang berawawasan tentang keindahan alam Jawa Barat.
2)
Memberikan informasi serta memperkenalkan suatu tempat.
b. Secara Khusus 1)
Sebagai film fiksi pendek yang memanfaatkan objek alam.
2)
Untuk menambah, memperkaya, dan memberikan keunikan untuk kreasi lokasl Indonesia di bidang perfilman.
1.7
Metodelogi Perancangan Dalam membuat sebuah perancangan, dibutuhkan metode yang tepat dan
sistematis agar
perancangan tersebut terarah. Metode yang di gunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan psikologi lingkungan sebagai analis data. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan teknik-teknik sebagai berikut: a. Observasi Dalam hal ini, Peneliti secara langsung ke tempat-tempat keindahan alam Jawa Barat khususnya pantai santolo dan beberapa keindahan alam seperti bukit-bukit, gunung dan lain lain. Penulis selain mengamati juga mendokumentasikan foto suasana disekitar objek alam. Semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah obvsever (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian berfunbgsi sebagai pemberi informasi, yaitu informan. Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan.(Adler,2009: 523) b. Wawancara Pada metode ini penulis melakukan wawancara terstruktur, yaitu wawancara baku, terarah, terpimpinm di dalamnya susunan pertanyaan sudah ditentukan
5
sebelumnya, dengan mewawancari ahli psikolog yang berkaitan dengan psikologi lingkungan. Wawancara dinyatakan pula oleh (Ratna, 2010: 230) yang menyatakan bahwa, “Pada umumnya wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.” c. Studi Pustaka Penulis Mempelajari data-data yang dikumpulkan berdasarkan buku-buku terkait dengan objek penelitan dan teori-teori mengenai penataan kamera. d. Studi Literatur Dalam studi literatur ini, penulis mempelajari film-film sejenis seperti Tanah Air Beta, Laskar Pelangi, dan 3 Hari Untuk Selamanya. e. Quesioner Dalam questioner ini penulis memberikan gambar pantai santolo kepada masyarakat setelah itu dibiarkan untuk berpendapat, hal tersebut dilakukan berfungsi memperoleh respon masyarakat terhadap pantai santolo. Penulis menggunakan teknik purposif. Ratna (2010: 238) menyatakan bahwa teknik quesioner puposif bahwa “Dengan pertimbangan pemilihan sampel secara cermat, sampel terbaik yang dapat mewakili keseluruhan populasi.” 1.7.2 Metode Analisis Data Metode Analisis adalah metode yang digunakan penliti untuk mempermudah menemukan proses penelitian analisis adalah aktivitas mendengarkan suara-suara orang lain, dalam hubungan ini meliputi keseluruhan data, baik yang diperoleh melalui sumber primer maupun sekunder, yang kemudian digabungkan dengan pemahaman dan penjelasan peneliti, sebagai proses interpretasi, sehingga menghasilkan makna-makna baru.(Ratna, 2010: 302)
6
Setelah penulis mendapatkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian lalu dilakukan analisis dengan pendekatan psikologi lingkungan, menggunakan teori stimulus respon untuk menemukan makna di dalamnya Data Foto / Visual
Analisis Stimulus Respon
Makna Perilaku
Skema 1.1 Analisis Data
1.7.3 Metode Perancangan Dalam perancangan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Pra Produksi Penulis melakukan tahap awal yaitu, pengumpulan data-data terkait objek penelitian, mengamati film-film sejenis yang berkaitan dan bekerja sama dengan sutradara menginterpretasi skenario ke naratif visual dan membuat konsep perancangan. 2. Produksi Dalam tahap ini adalah proses syuting. Penulis sebagai penata kamera atau Director of Photography yang bertanggung jawab menentukan segala aspek sinematografi dalam film dan bekerjasama dengan sutradara. 3. Pasca Produksi Setelah tahap produksi, penulis bekerja sama dengan editor untuk pemilihan adegan atau shot-shot yang sesuai dengan konsep perancangan film.
7
1.8
Kerangka Perancangan
Fenomena Pemanfaatan Objek alam
Identifikasi masalah 1. Keindahan Alam khususnya JawaBarat sangat banyak namun tidak dimanfaatkan 2. Masih jarangnya film-film pendek yang memaksimalkan objek alam
Batasan Masalah Menginterpretasi skenario yang menjadi bagian penata kamera atau Director Photography dalam film pemanfaatan objek alam Jawa Barat
3. Film-Film keindahan alam Jawa Barat justru dimaanfaatkan oleh rumah produksi film Jakarta 4.Penataan kamera terhadap film yang memanfaatkan keindahan objek alam
Ruang Lingkup Usia 18-40 tahun di perkotaan
Pengumpulan Data Metode penelitian Kualitatif
Analisis Data Pendekatan Psikologi Lingkungan
- Studi Pustaka - Literatur - Observasi - Wawancara
Solusi Penataan kamera film fiksi pendek
Pra Produksi Interpretasi Skenario Breakdown Shot
Produksi Shooting
Paska Produksi Pemilihan stock shot
Film Fiksi Pendek dengan pemanfaatan objek alam Skema 1.2 Kerangka Perancangan Sumber : Penulis
8
1.9
Pembabakan Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan ini, perancang
memberikan gambaran singkat tiap bab. Bab – bab tersebut adalah : a. Bab I Pendahuluan Pada bab I memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup, Tujuan Perancangan, cara pengumpulan data dan analisis, dan kerangka perancangan. b. Bab II Dasar Pemikiran Pada bab II memuat penjelasan dasar pemikiran dari teori teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang. c. Bab III Data dan Analisis Masalah Pada bab III memuat data narasumber, data perancangan, data khalayak sasaran, data hasil observasi, wawancara, kuisoner dan lain-lain. d. Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Pada bab IV memuat konsep pesan (ide besar), konsep kreatif (pendekatan), konsep media, konsep visual, proses perancangan, dan hasil perancangan mulai dari sketsa hingga penerapan visual pada media. e. Bab V Penutup Pada bab V memuat kesimpulan dan saran.
9