BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan bank syariah di Indonesia diawali dari lokakarya MUI
mengenai perbankan tahun 1990. Kemudian diikuti penerbitan UU No 7/1992 tentang perbankan yang mengakomodasi kegiatan bank dengan prinsip bagi hasil. Satu-satunya bank syariah pada waktu itu adalah bank Muamalat Indonesia (BMI). Dalam perkembangan selanjutnya undang-undang bank syariah di amandemen menjadi UU No.21 tahun 2008. Meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Bank syariah berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pembiayaan mikro dan pembiayaan proyek infrastruktur. Dan juga bank syariah merupkan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat
menghasilkan
keuntungan
dengan
cara
meminjamkan
modal,
menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Salah satu daripada kegiatan bank syariah ialah membiayaai kegiatan usaha atau yang sering kita sebut dengan pembiayaan merupakan salah satu
1
tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (M.Syafi’I Antonio). Sedangkan
menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan menyatakan Pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain Produk-produk pembiayaan yang terdapat pada bank syariah sangatlah banyak, dalam hal ini yang akan diteliti oleh penulis ialah pembiyaan Mudharabah dan Musyarakah, Mudharabah ialah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Mudharabah memiliki tiga rukun pertama adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib), kedua objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan, ketiga pelafalan perjanjian. Sedangkan Musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya. 2
Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas dalam penyaluran
pembiayaan, salah satunya terhadap tingkat inflasi, dalam hal ini pembiayaan
mudharabah dan musyarakah ialah termasuk dalam pembiayaan yang berjenis
investasi, dimana laju inflasi sangat mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan investasi, baik investasi yang berbentuk fisik (materi) maupun pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi.
Adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai ke ekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru, ini lah yang sering disebut dengan inflasi desakan biaya (cost push inflation) yang menjadi landasan adanya pengaruh inflasi terhadap pembiayaan mudharabah dan Musyarakah. Bank syariah sebagai salah satu pemain di industri keuangan perbankan tidak luput juga dari dampak inflasi. Berbeda dengan bank konvensional, transaksi berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan bank syariah berhubungan langsung dengan sektor rill. Setiap pendanaan yang dikeluarkan harus terdapat Underlying transaction dibelakangnya. Ketika inflasi berlangsung sektor rill biasanya dihadapkan dengan dua kesulitan. Dari sisi produksi, biaya yang dibebankan perusahaan untuk produksi akan naik sehingga harga jual outputnya akan ikut naik. Sedangkan dari sisi permintaan, inflasi dapat menyebabkan, pendapatan rill masyarakat berkurang sehingga akan mengurangi demand terhadap barang dan jasa. Bank syariah seperti entitas bisnis lainnya tentu akan merespon ketidak daya dukungan sektor riil di saat inflasi dengan melakukan optimalisasi diversifikasi pendanaannya.
3
Selain itu, pengendalian inflasi tidak hanya di kendalikan oleh
pemerintah. Bank Indonesia selaku lembaga resmi yang bertugas untuk
mengatur stabilitas nilai rupiah, juga berperan aktif dalam membendung
penurunan nilai rupiah. Pemerintah perlu berkolaborasi dengan bank Indonesia dalam menyusun strategi baik itu dalam level mikro maupun makro. Pada akhirnya, program-program yang dikeluarkan oleh pemerintah
sebenarnya untuk memonitoring perkembangan inflasi di Indonesia.
Berikut ini merupakan tabel pembiayaan Mudharabah,Musyarakah dan
tingkat inflasi pada September 2006-2009 Tabel 1.1 Pembiayaan Mudharabah-Musyarakah yang diberikan dan tingkat Inflasi Tahun
Mudharabah
Musyarakah
Inflasi
Sep-06 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10
11,88%
19,54% 20,50% 17,91% 16,69% 13,32%
14,55% 6,95% 12,14% 2,83% 5,80%
15,35% 18,49% 22,10% 8,30%
Sumber : www.bi.go.id
Dilihat dari tabel presentase pembiayaan diatas, antara tabel pembiayaan mudharabah-musyarakah dan inflasi, adanya fenomena yang terjadi dimana pada September 2007 pembiayaan mudharabah yang dikeluarkan sebesar 15,35% dan pembiayaan musyarakah sebesar 20,50%, dimana pada saat itu inflasi sedang turun dari tahun sebelumnya sebesar 14,55% dan pada tahun 2007 menjadi 6,95% . Dan pembiayaan yang disalurkan pada bulan September 2006 jauh lebih rendah dibandingkan dengan September 2007 dimana saat itu tingkat inflasi di tahun 2006 lebih tinggi daripada tahun 2007. Dan pada tahun berikutnya inflasi meningkat dari 6,95% pada September 2007 menjadi 12,14% pada September 2008. Dalam 4
hal ini pembiayaan musyarakah mengalami penurunan pembiayaan yang disalurkan dari 20,50% pada September 2007 menjadi 17,91% pada
September 2008, dimana inflasi sedang meningkat, namun pembiayaan
mudharabah tindak mengalami penurunan. Adanya fenomena tingginya inflasi yang mana akan menaikan harga barang secara umum dan terus menerus, yang akan berpengaruh terhadap
nasabah yg akan mengajukan pembiayaan mudharabah dan musyarakah, karena produk yang akan dibiayaai akan mengalami peningkatan harga yg
sangat tinggi, dari harga yg tinggi tersebut secara otomatis akan meningkatkan margin bagi hasil yg didapat antara bank dan nasabah, dan biaya yang akan dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan sedang tidak terjadinya inflasi. Baik menggunakan akad mudharabah yg modal 100% dari bank maupun akad musyarakah yg modalnya berasal dari kedua belah pihak. Berdasar uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap pembiayaan mudharabah dan musyarakah pada bank syariah. Penulis juga mengambil judul tersebut karena belum adanya studi yang mendalam mengenai pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang salah satunya dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Sehingga judul yang saya ajukan untuk penelitian ini adalah “ Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2006-2010 “
5