BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, tiga perempat wilayahnya terdiri atas laut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan mendapatkan julukan negara archipelago. Indonesia terletak di posisi strategis yang memiliki nilai estetika lingkungan unggul jika dibandingkan dengan negara kepulauaan lainnya, berkat gugusan pulau dan kekayaan hayati laut yang menjanjikan potensi ekonomi pada sektor pariwisata dengan estimasi nilai pendapatan sekitar US$54.3 miliar per tahunnya (Lasabuda, 2013). Berdasarkan daftar yang dikeluarkan oleh World Trade Organization (WTO), dinyatakan bahwa enam diantara sepuluh terumbu karang terindah di dunia terdapat di Indonesia. Terumbu karang ini diantaranya terletak di Raja Ampat, Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa, dan Pulau Weh. Salah satu diantaranya adalah Pulau Weh. Pulau Weh atau sering dikenal dengan nama Kota Sabang merupakan pulau di Provinsi Aceh yang merupakan pulau di ujung paling barat di Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu destinasi wisata bahari di Indonesia. Pulau yang terletak di 05°50’ - 05°54’ LU dan 95°14’ - 95°17’ BT dengan luas sebesar 153 km² ini memiliki keanekaraman hayati yang sangat beragam. Keanekaragaman yang paling beragam terdapat di Pulau Rubiah yang telah ditetapkan sebagai Taman Laut. Hal ini menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk berkunjung. Selain wisata bahari, di pulau ini terdapat wisata budaya seperti Tugu Kilometer Nol Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (Purbani dkk, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang datang ke Kota Sabang memiliki jumlah terbesar di Aceh. Dapat dilihat pula bahwa jumlah wisatawan
1
lokal yang terus berkembang tiap tahunnya, serta jumlah wisatawan asing yang stabil. Pada tahun 2011 terdapat 96.691 wisatawan lokal dan 5.055 wisatawan asing. Pada tahun 2012 wisatawan lokal meningkat menjadi 212.165 dan 4.622 wisatawan asing. Pada data terbaru yaitu tahun 2015, terdapat peningkatan pesat pada wisatawan lokal sebesar 623.535 dan 5.582 pada wisatawan asing. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pariwisata pada pulau ini sangat menjanjikan. Namun untuk saat ini wisatawan di Pulau Weh paling banyak berdatangan dari Sumatera Utara saja. Terdapat 30 tempat objek wisata di Pulau Weh dengan objek wisata andalan seperti Pantai Gapang, Pantai Sumur Tiga, Taman Laut Pulau Rubiah, dan Tugu Monumen Kilometer Nol Indonesia. Terdapat sekitar 70 tempat akomodasi yang umumnya berupa cottage dan resort indah yang sangat dekat dengan alam. Kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan berupa berenang, memancing, berlayar, menyelam (diving), menyelam lautan dangkal (snorkeling), atau berselancar (surfing) atau sekedar berupa berjemur atau berjalan menyelusuri pantai (Djou, 2013). Kegiatan-kegiatan ini sangat cocok bagi orang-orang yang menyukai kegiatan di tempat tebuka (outdoor) yang umumnya merupakan kalangan muda. Kawasan alam Pulau Weh memiliki keindahan yang tinggi, penawaran harga dari pelaku wisata pun relatif rendah jika dibandingkan dengan banyak lokasi wisata lainnya. Namun belum terdapat pesan yang kuat tentang kelebihan Pulau Weh dalam kegiatan pemasarannya. Selain itu dibutuhkan media yang bertujuan untuk memperkenalkan daya tarik wisata dari Pulau Weh dan meningkatkan minat para calon wisatawan untuk berkunjung, serta media untuk mempermudah para pengunjung. Dapat disimpulkan bahwa promosi atas Pulau Weh layaknya ditingkatkan (Maulidasari dkk, 2015). Pihak pemerintah sendiri telah berupaya melakukan kegiatan promosi Pulau Weh dengan menampilakan slideshow foto promosional di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Terdapat pula kegiatan seperti Sabang Marine Festival yang didatangi yacht dari berbagai negara
2
untuk menarik wisatawan asing untuk datang berkunjung ke pulau ini. Selain itu pemerintah juga melakukan promosi dengan berpartisipasi pada kegiatan pameran yang turut menyediakan brosur dan leaflet. Terdapat pula website untuk informasi tentang objek wisata Pulau Weh, namun informasi tidak mendalam dan tidak diperbaharui secara berkala sehingga tidak efektif. Dibutuhkan media yang menyediakan informasi yang mencakup berbagai informasi dalam satu media. Menurut Tri Parasetyo, buku adalah sebuah media informasi yang luas dan memiliki manfaat yang besar dalam menyampaikan pengetahuan (Prasetyo (2014), indonesiatera.com, diakses pada 12 Agustus 2016). Maka dari itu dipilihlah media berupa buku. Penggunaan media buku sebagai panduan juga menghilangkan kekhawatiran akan informasi yang tidak akurat atau masalah teknis seperti ketahanan baterai dan keberadaan sinyal yang masih kurang stabil di Pulau Weh yang dapat menganggu kegiatan wisata. Selain itu media buku serta mudah untuk dibawa kemana saja dalam kegiatan wisata alam. Pulau Weh pernah dimuat di dalam buku panduan wisata Aceh dan buku kumpulan destinasi-destinasi bahari di Indonesia, namun belum terdapat buku panduan wisata yang hanya berfokus terhadap Pulau Weh. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa, dibutuhkan buku panduan Pulau Weh yang cocok untuk wisatawan muda yang menyukai kegiatan di tempat terbuka. 1.2 Identifikasi Masalah a. Kurangnya pengetahuan akan keberadaan Pulau Weh. b. Kurangnya media informasi tentang keindahan dan keunggulan wisata bahari di Pulau Weh secara luas. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang buku wisata yang dapat mempermudah wisatawan ketika berkunjung ke Pulau Weh?
3
1.4 Batasan Masalah Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2016 di Pulau Weh, Provinsi Aceh. Data yang dikumpulakan berupa informasi dan visual berupa foto dari destinasi wisata alam dan destinasi wisata budaya di Pulau Weh. Pengumpulan data dilakukan dengan kegiatan observasi, wawancara, studi pustaka, dan kuesioner. 1.5 Tujuan Perancangan Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan Pulau Weh secara mendalam untuk meningkatkan minat bagi para calon wisatawan muda pencinta alam untuk berkunjung dengan memperkenalkan daya tarik wisata yang ada dan untuk memandu wisatawan dalam kunjungannya ke Pulau Weh dengan informasi yang detail tentang objek wisata dengan visual berupa fotografi dan ikon. 1.6 Cara Pengumpulan dan Analisis Data Tugas akhir ini disusun dengan beberapa metodologi untuk mengumpulkan dan menganalisis data, antara lain: 1.6.1 Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung pada objek penelitian oleh peneliti untuk melihat lebih dekat kegiatan (Riduwan, 2004:104). Kegiatan observasi dilaksanakan oleh penulis secara langsung pada tempat-tempat objek wisata dan akomodasi yang terdapat di Pulau Weh, Provinsi Aceh. b. Wawancara Menurut W. Gulo (2002:118) wawancara adalah sebuah kegiatan tatap muka antara pewawancara dan responden yang terdiri atas memberi pertanyaan, meminta tanggapan responden, dan mencatat tanggapan responden.
4
Wawancara dilaksanakan oleh penulis dengan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang untuk mendapatkan data berupa profil wisatawan serta informasi tentang tempat objek wisata, akomodasi, serta sarana umum pendukung lainnya. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui upaya pemerintah untuk mempromosikan Pulau Weh. c. Studi Pustaka Menurut Djiwandono (2015:27), studi pustaka adalah kegiatan pencarian sumber-sumber atau opini dari pakar tentang suatu
yang
berhubungan
dengan
topik
penelitian
yang
dilaksanakan. Penulis melaksanakan studi pustaka dengan data-data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh dan Dinas Kebudayaan
dan
Pariwisata
Kota
Sabang.
Penulis
juga
melaksanakan studi pustaka untuk mendapatkan teori-teori perancangan berupa teori buku, teori layout, teori tipografi, teori warna, dan teori pariwisata. d. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan tentang sebuah topik yang nantinya akan dijawab oleh para responden. Jawaban dari kuesioner bersifat tidak spesifik. Tujuan dari kuesioner adalah untuk memperoleh data dalam waktu yang singkat (Soewardikoen, 2013:25). Pembagian kuesioner dilakukan kepada responden untuk mengetahui kebutuhan atas buku panduan dan ketertarikan atas Pulau Weh. 1.6.2 Analisis Data a. Matriks Analisis matriks adalah analisis yang terdiri atas kolomkolom yang membandingkan obyek-obyek visual dengan tolak
5
ukur yang sama untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari data penelitian. (Soewardikoen, 2013:50) Analisis matriks akan membandingkan obyek berupa bukubuku panduan wisata bahari untuk melihat persamaan dan perbedaanya serta melihat kebutuhan-kebutuhan elemen visual dan tren desain untuk perancangan sebuah untuk buku panduan.
6
1.7 Kerangka Perancangan
7
1.8 Pembabakan Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang membahas fenomena, alasan pemilihan topik permasalahan, permasalahan, batasan masalah, dan tujuan perancangan. Pada bab ini juga dijelaskan metode pengumpulan dan analisis data, kerangka perancangan. sebagai acuan, serta gambaran singkat dari setiap bab. Bab II Landasan Teori Menjelaskan dasar pemikiran dan teori sebagai landasan perancangan buku panduan wisata. Bab III Data dan Analisis Menguraikan data-data yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan kuesioner tentang Pulau Weh dan perancangan buku panduan wisata. Analisis akan menjelaskan uraian data yang didapatkan dengan matriks untuk mendapat konsep perancangan. Bab IV Konsep & Hasil Perancangan Menjelaskan konsep perancangan berupa konsep pesan, konsep kreatif, dan konsep visual dari buku panduan wisata dan menampilkan tahaptahap perancangan hingga mendapatkan hasil perancangan. Bab V Penutup Menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil perancangan berupa jawaban dari tujuan penelitian dan saran merupakan rekomendasi terhadap pihak yang terkait.
8