BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 20 Tahun 2003 pasal 2 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Meskipun begitu, jalan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan oleh Pemerintah melalui UU No 20 Tahun 2003 di atas tampaknya tidak mudah. Sunarya (2008: 112), mengatakan bahwa masalah pendidikan yang dihadapi dewasa ini semakin luas. Pertama, karena sasaran pembangunan adalah manusia sebagai makhluk unik. Kedua, usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak semua aspek dapat terjangkau. Menghadapi dua masalah yang disebutkan oleh Sunarya di atas, peran pendidik dalam hal ini guru menjadi sangat penting. Karena itu, guru diharapkan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab. Dalam mengemban tugas yang demikian, guru menggunakan berbagai pendekatan, strategi, dan model pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkannya. Berdasarkan pengalaman pengamatan selama PPL, ditemukan bahwa masalah utama dalam pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, sangat menekankan pembelajaran berpusat pada guru. Siswa hadir di kelas, terbatas hanya mendengarkan ceramah dari guru; jika pun ada aktivitas yang dilakukan siswa, hal itu terbatas mencatat materi berdasarkan instruksi yang diminta guru, atau
1
2
menjawab pertanyaan ketika guru mengajukan pertanyaan. Selain dari dua aktivitas ini, hampir seluruh aktivitas siswa adalah menjadi pendengar pasif. Hasil dari pasifnya siswa dalam belajar mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA siswa. Rendahnya minat belajar IPA siswa memberikan efek siswa belum lulus KKM yaitu 70. berikut adalah hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 09. Tabel 1. 1 Hasil Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya No
Ketuntasan
SD Salatiga 09 Frekuensi
(%)
1
Tuntas
21
47.7
2
Tidak tuntas
23
52.3
Jumlah Siswa
44
100
Nilai Minimum
44
Nilai Maksimum
85
Rata-rata Kelas
67.5
Sumber: Data Primer, 2013. Melihat kenyataan demikian, penulis menjadi tertarik untuk mengetahui penyebab lebih dari 50% siswa yang tidak lulus KKM pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa rendahnya hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya, disebabkan karena: 59% siswa menjadi jenuh karena hanya menjadi pendengar pasif, sebab guru terus memberikan materi dengan ceramah, 21% menjawab tidak memahami materi pelajaran yang diberikan, siswa, 14% menjawab tidak tertarik dengan pelajaran IPA karena pelajarannya tampak sulit bagi mereka, dan 6% menjawab takut dengan guru, sehingga tidak berani bertanya jika belum paham materi. Mengacu pada hasil wawancara awal dengan siswa di atas, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa penyebab utama siswa tidak mencapai KKM pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya disebabkan karena guru menerapkan model pembelajaran konvensional yang masih sangat berpusat pada guru. Karena itu, diperlukan model pembelajaran berbeda, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Faciliator and Explaining. Model
3
pembelajaran kooperatif tipe Student Faciliator and Explaining, merupakan salah satu varian dari model pembelajaran kooperatif. Tentang model pembelajaran kooperatif, Stahl (dalam Isjoni, 2010: 24) mengatakan bahwa model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Sementara itu, model pembelajaran kooperatif tipe Student Faciliator and Explaining itu sendiri menurut Trianto (2007: 52), merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan maksud agar siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan lainnya; atau meminta peserta didik menjadi narasumber terhadap semua temannya dalam kelas. Lebih lanjut dikatakan bahwa model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mudah, dimana tujuannya adalah untuk memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggunjawab individu, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertindak menjadi seorang pengajar/penjelas materi sekaligus menjadi seseorang yang memfasilitasi proses belajar terhadap peserta didik yang lain. Dari pemaparan tentang model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining di atas, tampak bahwa model pembelajaran ini memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik, karena siswa diminta untuk bertindak sebagai pengajar ataupun sebagai fasilitator bagi seisi kelas. Artinya, dengan memposisikan siswa seperti itu, siswa secara langsung terkondisi untuk menguasai materi pelajaran yang hendak diberikan. Dengan menguasainya, maka siswa lebih mudah memahami materi dan memungkinkan baginya untuk meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan seluruh pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan judul penelitian ini yaitu: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Type Student Facilitator and Explainig Materi Sifat-sifat Cahaya pada Siswa Kelas V SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.
4
1.2. Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah dan judul penelitian yang diajukan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah apakah hasil belajar IPA ditingkatkan melalui model cooperative learning type Student Facilitator and Explainig materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui model cooperative learning type student facilitator and explaining materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian betujuan untuk mengungkap fakta, dengan demikian hasil peneltian tersebut akan memberikan manfaat baik dalam pengembangan keilmuan maupuan manfaat praktis kepada pihak-pihak yang dapat menggunakan hasil penelitian tersebut. Terkait dengan penelitian ini, maka manfaat penelitian ini yaitu: 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan kekayaan dan masukan yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan dalam hal inovasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran tertentu. 1.4.2. Manfaat Praktis a.
Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah mengenai model pembelajaran alternatif
yang dapat membangkitkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, dan juga pada mata pelajaran lainnya.
5
b.
Guru Memberikan masukan bagi guru untuk mempertimbangkan model
pembelajaran
lain
yang
dapat
membangkitkan
minat
belajar
maupun
meningkatkan hasil belajar IPA dan juga pada mata pelajaran lain. c.
Siswa Agar siswa dapat berminat belajar dan juga belajar bekerjasama, memiliki
kesempatan mengungkapkan ide, dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.