BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu aspek yang terdapat dalam pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran menurut Dimyati (2006) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Keberhasilan suatu pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar. Menurut Nawawi (K.Brahim, 2007:39), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Tidak semua proses pembelajaran dapat menghasilkan hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan data dari dafar nilai matematika di SD Negeri 04 Kaloran khususnya kelas IV diperoleh informasi, bahwa 21 siswa yang menikuti tes akhir, hanya 7 siswa atau 33,3% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100 dengan rata-rata hasil belajar matematika pada tes terakhir adalah 73,3. Hal itu menunjukan bahwa hasil belajar yang dicapai masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) , yaitu 75. Atas dasar hasil tersebut maka dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran matematika di SD Negeri 04 Kaloran. Berdasarkan observasi tampah bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran konvesional (ceramah) dengan bantuan media cetak, berupa buku pegangan guru dan lembar kerja siswa (LKS). Ketika guru menyampaikan materi tidak semua siswa memperhatikan. Beberapa siswa
1
2
justru bermain dan mengobrol dengan teman. Sebagian siswa juga tidak mau mencatat materi yang dijelaskan guru. Selain itu, model pembelajaran tersebut juga kurang memberi kesempatan dan latihan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan yang dimiliki karena terpusat pada guru. Siswa juga lebih berfikir secara individu dan jarang sekali belajar dengan berkelompok untuk bertukar pendapat. Proses pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa merasa bosan, kurang antusias. Selama pembelajaran berlangsung siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru dan kurang aktif mengajukan pertanyaan, sehingga proses pembelajaran kurang efektif dan hasilnya pun kurang optimal atau tidak memuaskan. Oleh karena itu diperlukan pemilihan dan penerapan model yang lebih berfokus pada siswa. Salah satu upaya perbaikan proses pembelajaran diantaranya dengan cara pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang berfokus pada sisw. Salah satunya model yang berfokus pada siswa adalah (Two Stay Two Stray ) TSTS. Menurut Yusritawati (2009), model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran berkelompok yang memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membagikan informasinya kepada kelompok lain agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan untuk bersosialisasi dengan baik. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi justru siswa yang dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru. TSTS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan bersama teman sekolompoknya. Selain itu, TSTS juga dapat melatih siswa dalam hal berkomunikasi khusunya dalam menjelaskan materi kepada teman lainnya. TSTS memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dengan harapan hasil belajar menjadi meningkat. Keberhasilan model pembelajaran (TSTS) Two Stray Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar sudah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan
3
oleh Gunawan (2012) dan Wiratna (2011). Gunawan (2012) menerapkan model pembelajaran (TSTS) Two Stray Two Stray pada pelajaran Matematika kelas V dalam materi bangun datar. Adapun penelitian Wiratna (2011) menerapkan model pembelajaran (TSTS) two stay two stray pada pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Tanjung rejo Malang. Berdasarkan permasalahan mengenai rendahnya nilai pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri 04 Kaloran maka akan dilakukan penelitian dalam upaya mengatasi permasalahan hasil belajar yang masih di bawah KKM. Adanya teori dan hasil penelitian tentang TSTS menjadi dasar pemilihan model TSTS sebagai model yang akan diterapkan pada pelajaran matematika dalam upaya untuk perbaikan tersebut. Penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kaloran Tahun Pelajaran 2015/2016”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi ditemuksn beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranta sebagai berikut. 1.2.1
Guru masih menggunakan pembelajaran secara konvesional yang berfokus pada guru
1.2.2
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang memberi kesempatan dan latihan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan yang dimiliki, sehingga siswa yang mempunyai gagasan tersebut lebih memilih diam.
1.3 Batasan Masalah Dari identifikasi maslah yang telah diuraikan di atas maka peneliti memperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas, oleh karena itu peneliti sengaja membatasi
permasalahan
yang dihadapi
mengingat
adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan dari peneliti, jadi peneliti perlu memberikan batasan masalah sebagai berikut .
4
1.3.1
Hanya berfokus untuk menerapkan TSTS dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan
1.3.2
Hasil belajar yang akan ditingkatkan adalah hasil belajar matematika pada materi pecahan
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam peelitian ini adalah : 1.4.1
Bagaimana merancang dan menerapkan model pembelajaran tipe TSTS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV di SD Negeri 04 Kaloran tahun pelajaran 2015/2016?
1.4.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada mata pelajaran matematika pada materi pecahan dapat meningkatkan hasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 04 Kaloran tahun pelajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.5.1 Untuk merancang model pembelajaran TSTS dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV di SD Negeri 04 Kaloran tahun pelajaran 2015/2016 1.5.2 Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan menggunakan model TSTS siswa kelas IV di SD Negeri 04 Kaloran tahun pelajaran 2015/2016 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1
Manfaat Teoritis Penerapan
TSTS
dapat
memperbaiki
proses
pembelajaran
matematika di kelas. Perbaikan proses pembelajaran diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga tujuan pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
5
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dapat tercapai. 1.6.2
Manfaat Praktis Hasil dari penelitian diharapkan memiliki manfaat praktis sebagai berikut. a. Bagi siswa, menjadikan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. b. Bagi guru, memberikan informasi tentang model pembelajaran TSTS. Sebagai referensi yang dapat menginspirasi guru untuk mendesain dan melaksanakan model pembelajaran TSTS pada materi bahkan mata pelajaran lainnya. c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah referensi yang digunakan
sebagai landasan teori terkait model TSTS.