BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbiter yang digunakan untuk komunikasi manusia Wardhaugh (1972). Menurut Kentjono, Ed., (1984) Bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri. Salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia inilah definisi bahasa menurut Halliday (1991). Walau ada bermacam-macam definisi yang dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya konsep bahasa memiliki beberapa karakteristik yaitu, bahasa merupakan sebuah sistem, lambing bunyi ujaran yang arbitrer, bersifat konfensional dan komunikatif. Bahasa juga memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia sebagai mahluk individu. Dengan bahasa manusia dapat menyatakan keinginan, cita-cita, kesetujuan, dan ketidaksetujua, serta rasa suka dan tidak suka. Sedangkan fungsi sosial bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antar individu atau kelompok sosial. Dengan menggunakan bahasa mereka saling memberikan informasi, saling menyapa dan mempengaruhi antara satu orang dengan orang yang lain, bekerjasama, beradaptasi, dan integrasi. Fungsi Bahasa menurut Halliday (1975) yaitu fungsi personal adalah penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, sikap, dan perasaan pemakainya. Fungsi regulator adalah penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap, pikiran atau pendapat orang lain. Fungsi interaksional adalah penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan sosial. Fungsi informatif adalah penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi ilmu pengetahuan atau budaya. Fungsi heuristik adalah penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh informasi melalui
1
2
pertanyaan atau permintaan, penjelasan atas suatu hal. Fungsi imajenatif adalah penggunaan bahasa untuk memenuhi dan menyalurkan rasa estetis (indah) melalui nyanyian dan karya sastra. Fungsi instrumental adalah penggunaan bahasa untuk mengungkapkan keinginan atau kebutuhan pemakainya. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar karena Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Bahasa Indonesia harus diajarkan sejak dini suapaya siswa lebih menguasai Bahasa Indonesia yang baku. Bahasa Indonesia tidak hanya dijadiakan sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai di SD saja tetapi Bahasa Indonesia terus diajarkan sampai ke perguruan tinggi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD sampai SMA/SMK di jadikan sebagai salah satu tolok ukur ketuntasan di Ujian Nasional. Mata pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya termasuk mata pelajaran yang menyenangkan tetapi, siswa-siswa menganggap mata pelajaran ini sangat membosankan karena hanya menulis dan membaca saja. Mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa dijadikan pembelajaran yang menyenangkan apa bila guru tidah hanya menggunakan ceramah saja tetapi mau mencoba metode yang baru. Selain dari itu dalam guru mengajar dikelas masih sering menggunakan bahasa daerah bahkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sekalipun, ini akan membuat siswa lebih ketergantungan menggunakan bahasa daerah dari pada Bahasa Indonesia. Selain menggunakan bahasa daerah guru di SD ini masih sering menggunakan Bahasa Indonesia yang tidak baku sehingga banyak anak-anak didik yang menurunya. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa materi yang tercantum didalamnya salah satunya adalah drama. Dalam drama ada berbagai macam kegiatan pembelajaran yaitu (a) membaca dialog drama pendek dengan lancar dan jelas, (b) memerankan drama pendek dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai dengan karakter tokoh, (c) siswa dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran secara lisan. Dari ketiga kegiatan pembelajaran diatas penulis mengambil satu kegiatan yaitu (b) memerankan drama pendek dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi
3
yang sesuai dengan karakter tokoh. Penulis mengambil ini karena dalam guru mengajar hanya menggunakan ceramah dan siswa hanya diminta untuk membaca ceritanya saja. Apabila siswa ditanya karakter tokohnya kadang mereka bingung untuk menjawabnya. Siswa SD cara berfikirnya juga masih menggunakan segala sesuatu yang nyata atau fisualisasi dan mereka lebih ingat apa bila mereka menemukan sendiri. Selain dari cara mengajar guru nilai siswa yang masih rendah rata-rata siswa mendapat nilai di bawah KKM. KKM yang di tentukan oleh sekolah adalah 65 tetapi dalam kenyataanya dari 20 siswa masih ada 11 dengan persentase 55% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 55 sampai 59 pada UTS semester 1 mata pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan yang sudah memenuhi KKM ada 9 dengan persentase 45% siswa yang mendapat nilai sesuai KKM yaitu 65 sampai 95. Hal ini dikarenakan siswa masih kurang mengusai apa yang diajarkan guru dan dirumah mereka juga kurang perhatian dari orang tuanya karena orang tua mereka sibuk bekerja dan rendahmya tingkat pendidikan orang tua sehingga ini juga mempengaruhi pembelajaran anak di rumah. Selain itu ada beberapa siswa yang masih belum lancar dalam membaca, belum bisa merangkai kalimat, membuat pertanyaan, dan membuat cerita. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menerapkan pendekatan pembelajaraan kooperatif tipe role playing untuk mengganti metode pembelajaran ceramah dengan model pembelajaran yang lebih menyenangkan. Penulis memutuskan menggunakan pembelajaran role playing untuk menjelaskan materi drama kepada siswa-siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono, karena pembelajaran role playing penulis anggap lebih efektif unuk menjelaskan materi tentang drama karena siswasiwa yang berperan langsung dalam pembelajaran atau lebih tepatnya siswa bermain peran sehingga siswa mendapat ilmu secara langsung dengan melihat dan belajar bermain peran dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai dengan karakter tokoh, selain itu siswa menemukan sendiri pembelajarnya dengan didampingi guru.
4
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan kooperatif tipe role playing pada siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono semester II tahun pelajaran 2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa permasalahan dalam mata pelajaran matematika, yaitu : a) Pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas hanya berpusat pada guru. b) Guru belum menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di kelas. c) Kurangnya perhatian guru antara satu siswa dengan siswa yang lain. d) Siswa dipaksa berfikir abstrak, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memahmi pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. e) Kurangnya kesadaran orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah.
1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan dilakuakan agar penulis lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan pada penelitian ini adalah: a) Penerapan pendekatan kooperatif tipe role playing pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 SD Negeri Jubelan Dusun Jubelan Sumowono tahun pelajaran 2013/2014. b) Peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono tahun pelajaran 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
5
1) Bagaimana penerapan pendekatan kooperatif tipe Role Playing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 pada standar kompetensi mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama, dan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan eksperi yang tepat SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono?. 2) Apakah melalui pendekatan kooperatif tipe Role Playing hasil belajar Bahasa Indonesia pada standar kompetensi mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama, dan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan eksperi yang tepat siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 dapat ditingkatkan?.
1.5 Tujuan Penelitian Dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh penulis tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1) Menerapkan pendekatan kooperatif tipe Role Playing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 pada standar kompetensi mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama, dan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan eksperi yang tepat SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono. 2) Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada standar kompetensi mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama, dan kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan eksperi yang tepat siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 melalui pendekatan kooperatif tipe Role Playing.
6
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek teoritis dan aspek praktis, dari dua aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoeitis dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya peran model pembelajaran dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran role playing dalam proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan sikap belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Karena model pembelajaran role playing sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan keberhasilan belajar, oleh karena itu wajar jika guru meningkatkan pemanfaatan model pembelajaran role playing dalam proses belajar.
1.6.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi guru, siswa, sekolah dan adik angkatan adalah : a) Bagi guru Dapat memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran Role Playing dan model pembelajaran yang lain. Selain itu guru dapat memilih pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Role Playing sebagai solusi untuk memperbaiki hasil belajar siswa. b) Bagi calon guru / mahasiswa praktikan Guna memberikan pengalaman yang nyata dalam meneliti masalah serta dapat mengatasi masalah yang diteliti langsung di kelas. c) Bagi peneliti lain Dapat menjadi bahan refleksi untuk melakukan PTK lebih lanjut pada setting kelas, lokasi, waktu dan subyek yang berbeda.