11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata- kata Bahasa Inggris ” Natural Science” secara singkat sering disebut “ Science”. Natural artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau kumpulan prinsip saja tapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri dan alam sekitarnya, prospek lebih lanjut menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitarnya secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitarnya. Walaupun IPA merupakan pelajaran yang membutuhkan proses temuan, guru masih lebih percaya pada model pembelajaran ceramah dari pada metode baru,sehingga siswa merasa bosan dalam penerimaan pembelajaran. Dan juga pembelajaran masih terpusat pada metode ceramah,akibatnya siswa bersifat pasif dalam memperhatikan pelajaran IPA, tidak berani bertanya kepada guru ,apabila terdapat hal yang kurang dimengerti. Siswa juga tidak mau bertanya kepada teman,apabila terdadap hal yang kurang jelas ataupun tertinggal dalam penerimaan pembelajaran. Terdapat kesalahan penerimaan pembelajaran, karena kurangnya perhatian siswa terhadap guru pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan ilmiah (scientific) untuk menubuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya, sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada 1
2
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standart kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standart minimum secara nasional harus dicapai untuk peserta didk dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi guru. Berdasarkan pra survei dan observasi data dari kelas 5 pada SD N III Lajer diperoleh hasil bahwa siswa kelas 5 SD N III Lajer masih jarang memperhatikan pelajaran, gaduh, berbuat jail, kurangnya sikap peduli terhadap teman dan Guru. Hal tersebut tentunya memberikan efek yang kurang baik pada hasil belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajarn IPA yaitu 70. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang masih terdapat siswa yang nilainya kurang dari KKM. Berikut data nilai ulangan harian IPA disajikan dalam tabel 1.1
Tabel 1.1 Analisis Komparatif Ketuntasan Belajar IPA kelas 5 SD N III Lajer No
Keterangan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Tuntas
7
29, 41 %
2
Tidak Tuntas
24
70, 59 %
3
Jumlah
31
100 %
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil wawancara (dalam observasi) kepada siswa serta berdasarkan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan terdapat masalah – masalah pada proses pembelajaran yaitu: 1.2.1
Masalah yang Muncul dari Latar Belakang Siswa 1. Tidak berani bertanya kepada guru apabila terdapat hal yang kurang dimengerti.
3
2. Tidak mau bertanya kepada teman apabila terdapat hal yang kurang jelas ataupun tertinggal dalam penerimaan pembelajaran. 3. Terdapat kesalahan penerimaan pembelajaran karena kurangnya perhatian siswa terhadap Guru pada saat proses pembelajaran. 1.2.2 Masalah yang Muncul dari Latar Belakang Guru 1. Guru lebih percaya kepada Model pembelajaran ceramah daripada metode baru, sehingga siswa bosan dalam menerima pembelajaran. 2. Pembelajaran terpusat pada guru (ceramah) menyebabkan siswa hanya menerima informasi dan kurang berkembangnya pola berfikir belajar yang baik. 1.3 Cara Penyelesaian Masalah Dari permasalahan diatas menimbulkan efek yang tidak baik pada siswa yaitu kurangnya kepercayaan diri pada siswa, kurangnya minat dalam menjalani proses pembelajaran, dan tidak berkembangnya pola berfikir belajar yang baik menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, sehingga perlu adanya solusi dari permasalahan tersebut. Penggunaan model pembelajaran Inside Outside Circle menawarkan terpecahkannya permasalahan tersebut. Model pembelajaran Inside Outside Circle digunakan sebagai solusi karena mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: 1) Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan, hal ini memungkinkan siswa memperoleh informasi lengkap. 2) Dapat dimasukkan kedalam pelajaran, hal tersebut mempermudah guru dalam proses pembelajaran. 3) Membangun sifat kerjasama antar siswa yang tentunya akan membangun sifat percaya diri pada siswa. Kekurangan: 1)
Membutuhkan ruang kelas yang besar.
2)
Terlalu lama sehingga tidak berkonsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.
3)
Rumit untuk dilakukan.
4
Beberapa penelitian yang berhasil menggunakan Inside Outside Circle antara lain “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika dengan Metode Inside Outside Circle di Kelas 5 SD Negeri 060876 Medan Timur” dengan hasil terdapatnya peningkatan motifasi belajar siswa. Contoh lainnya adalah “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa dengan Model Inside Outside Circle di Kelas 5 SD N Batok 04 Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor” dengan hasil adaya peningkatan hasil belajar siswa. Dari kedua contoh penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain tersebut, penulis mempunyai acuan untuk mencoba menggunakan IOC sebagai sebuah aolusi dari permasalahan.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari permasalahan diatas, maka dirumuskanlah rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan Standart Kompetensi organ tubuh manusia dan hewan pada kelas 5 SD Negeri III Lajer Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013/2014 ?
1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle dengan standart kompetensi organ tubuh manusia dan hewan kelas 5 SD N III Lajer Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Perkembangan pengetahuan dibidang pendidikan Memberikan sumbangan pemikiran, refrensi dan inovasi guna meningkatkan hasil belajar IPA khususnya dan semua matapelajarn pada umumnya.
2.
Bagi Guru Memberikan alternatif selain pembelajaran konvensional serta refrensi penggunaan model pembelajaran.
5
3.
Bagi Siswa Menimbulkan kepercayaan diri dan cara belajar yang baik khususnya serta dapat meningkatkan hasil belajar pada umumnya.
4.
Bagi Sekolah Dapat memberikan dampak positif pada kualitas pengembangan pembelajaran di sekolah.