BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau
dengan
migrasi
sel
ke
tempat
yang
jauh/metastasis (Chyntia, 2009). Badan kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) menyebutkan 8 - 9% wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Kasus kanker payudara telah mencapai lebih dari 580.000 kasus setiap tahunnya dan kurang lebih 372.000 pasien atau 64% dari jumlah kasus tersebut meninggal karena penyakit ini. Data WHO juga menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia di atas 50 tahun, sedangkan 6% diantaranya kurang dari 40 tahun. Namun, kian hari makin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an (Chyntia, 2009). The American cancer society (2008) memperkirakan setiap tahunnya sekitar 178.000 wanita Amerika akan didiagnosis terkena kanker payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga 1
diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis (Chyntia, 2009). Menurut Saryono (2008) di Indonesia masalah kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih dari 70% wanita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut. Perilaku lambat memeriksakan diri ke dokter
disebabkan
pengetahuan
beberapa
tentang
faktor
kanker
seperti
kurang
payudara,
kurang
memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya dukun atau praktek-praktek tradisional, faktor sosial ekonomi dan
rasa
malu
memberitahukan
atau
memperlihatkan
payudara/tabu (Sutjipto, 2009). Kendala lain, kata Sutjipto, belum ada program deteksi dini masal yang terorganisasi secara
maksimal,
penanganan
penyakit
kanker
belum
mendapat prioritas pemerintah, keterbatasan masyarakat memperoleh pengobatan yang berkualitas karena masalah sosial
ekonomi,
masyarakat
transportasi,
yang
percaya
dan
pada
faktor
kultur
pengobatan
sosial
alternatif,
tradisional, atau paranormal menambah mitos yang salah tentang kanker payudara (Sutjipto, 2010). Beberapa hambatan dalam melakukan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri adalah tidak adanya waktu luang, malas, tidak ada fasilitas, lupa,
kurangnnya
dukungan
keluarga
dan
sulit
membiasakannya (Prima, 2010). Maka dari itu masalah kanker
2
payudara memang membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan perilaku pencegahan atau mendeteksi secara dini munculnya kanker payudara. Menurut Blum (dalam Nursalam & Efendi, 2008) terdapat empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan yaitu keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Perilaku dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan terutama lingkungan sosial dan budaya, sehingga perilaku masyarakat yang berlatar belakang sosial budaya yang satu akan berbeda dengan masyarakat yang berlatar belakang sosial budaya yang lain. Oleh karena itu perilaku manusia dikenal karena budayanya (Notoatmodjo. 2010). Budaya menggambarkan sifat non fisik seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Perry & Potter, 2005). Bukti terakhir menunjukkan bahwa kanker payudara pada wanita muda dapat menyebar dengan cepat dalam waktu kurang dari satu tahun (Kerlikowse dalam Wheeler, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa kanker payudara harus dideteksi sedini mungkin pada wanita usia muda. Menurut Saryono (2008) deteksi dini dapat menekan angka kematian kanker payudara sebesar 25-30%. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker payudara yaitu dengan 3
pemeriksaan thermography, mammography, ductography, biopsy, dan USG payudara. Namun untuk melakukan pemeriksaan diatas dibutuhkan biaya yang cukup tinggi. Selain itu ada cara yang lebih mudah dan tidak membutuhkan biaya yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI atau Breast Self Examination). Semua wanita di atas 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera memeriksakan diri ke dokter apabila ditemukan benjolan. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. American Cancer Society dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan kepada wanita walau tidak dijumpai keluhan apapun harus melakukan SADARI tiap 3 bulan untuk wanita usia > 20 tahun. Suryaningsih
(2009)
menyatakan
bahwa
pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi, dan seorang mahasiswi sudah termasuk dalam golongan usia tersebut. Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda tentu mempunyai perilaku yang berbeda pula
4
dalam menyikapi hal-hal terkait kesehatan diri mereka. Jumlah seluruh mahasiswa di UKSW yang aktif adalah 11.200 orang dengan jumlah mahasiswa 5.448 orang dan mahasiswi 5.752 orang. Berdasarkan data awal yang diperoleh dengan mewawancarai beberapa mahasiswi UKSW pada bulan September dan awal oktober 2011, ada mahasiswi yang mengetahui tentang pemeriksaan payudara namun tidak pernah melakukannya dan ada yang sama sekali tidak tahu tentang pemeriksaan payudara. Berdasarkan
pemikiran
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Gambaran perilaku pemeriksaan payudara dalam upaya deteksi dini kanker payudara mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ditinjau dari perspektif kebudayaan”.
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana gambaran perilaku pemeriksaan payudara dalam upaya deteksi dini kanker payudara mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ditinjau dari perspektif kebudayaan?
5
1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan umum Untuk mengetahui Gambaran perilaku pemeriksaan payudara dalam upaya deteksi dini kanker payudara mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ditinjau dari perspektif kebudayaan.
1.3.2
Tujuan khusus a. Mengetahui
gambaran
perilaku
pemeriksaan
payudara mahasiswi UKSW dalam hubungannya dengan pandangan dunia (world view) b. Mengetahui
gambaran
perilaku
pemeriksaan
payudara mahasiswi UKSW dalam hubungannya dengan keyakinan (beliefs) c. Mengetahui
gambaran
perilaku
pemeriksaan
payudara mahasiswi UKSW dalam hubungannya dengan nilai (values).
6
1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat praktis a. Bagi Mahasiswi UKSW Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para mahasiswi tentang kanker payudara
agar
dapat
lebih
kesehatan payudara dan
memperhatikan
mampu mendeteksi
penyakit kanker payudara sedini mungkin. b. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya melakukan pencegahan atau deteksi dini untuk mengetahui adanya kanker payudara. c. Bagi institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
referensi
dalam
meningkatkan
pendidikan kesehatan reproduksi tentang kanker payudara
dan
pendidikan
kesehatan
tentang
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta sebagai bahan bacaan .
7
d. Bagi petugas kesehatan Diharapkan dapat dijadikan referensi bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan tentang kanker
payudara
sehingga
dapat
mencegah
kanker payudara sedini mungkin.
1.4.2
Manfaat teoritis Hasil
penelitian
pertimbangan wawasan
atau
dan
pemeriksaan
ini
dapat
digunakan
masukan
pengetahuan
payudara
ditinjau
untuk
menambah
tentang dari
sebagai
perilaku perspektif
kebudayaan.
8