BAB I PE DAHULUA
1.1
Topik dan/atau Judul Tayangan Topik yang dipilih oleh penulis adalah tentang melestarikan salah satu
budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai
1.2
Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya yang
bernilai tinggi dan juga beraneka ragam sifat dan coraknya. Indonesia juga kaya akan etnis (suku bangsa). Kebudayaan tersebut mencakup wujud-wujud kesenian yang didukung oleh masyarakatnya, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian. Kesenian merupakan hasil produk budaya yang dalam kehidupannya selalu tidak pernah lepas dari masyarakat, karena kesenian itu lahir dari aktifitas masyarakat itu sendiri. Suku bangsa Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia. Etnis Tionghoa kini sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, mereka juga memiliki produk budaya yang menarik untuk dipelajari. Salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa dan sudah menjadi ciri khas mereka yaitu tarian tradisional Barongsai. Barongsai merupakan salah satu kesenian yang berbentuk tarian, yang lebih mengutamakan bela diri atau akrobatik di dalam gerakannya serta diiringi
1
2
instrument musik. Di Tiongkok kesenian Barongsai di kenal dengan nama Wushe, nama Barongsai menurut versi Indonesia berasal dari dua suku kata, yakni barong dan sai. Barongsai sendiri berasal dari kata “Barong” yang berasal dari bahasa Bali (Indonesia) dan “Sai” yang berasal dari bahasa Tionghoa dialek Fujian (Hokkian). Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu, Singa. Dari asal kata tersebut terlihat jelas bahwa terjadi akulturasi budaya bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Tionghoa dalam dialek suku Hokkian. Sedangkan dalam bahasa Tionghoa Nasional atau Guoyu atau Mandarin, Barongsai sendiri disebut Shi Wu (Tari Singa).1 Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991:5) “Barongsai adalah tarian yang memakai kedok dan kelengkapan sebagai binatang buas (singa), di mainkan oleh dua orang (satu bagian kepala dan satu bagian ekor). Seni Barongsai yang sering di pertunjukkan pada tahun imlek”. Dari asal-usulnya di daratan Cina, ada tiga jenis Barongsai berdasarkan wilayah, yakni Barongsai Utara, Barongsai Selatan, dan Barongsai Peking. Karena di wilayah utara dingin, Barongsainya penuh bulu. Daerah selatan yang lebih panas didominasi oleh motif kain, sedangkan Barongsai Peking kaya akan pernik hiasan dan bulu yang lebat serta gigi yang menonjol. Barongsai Utara lebih lucu
1
Barongsai, Usir Aura Buruk dan Pembawa Keberuntungan (2012, 22 Januari). Beritasatu [online]. Diakses pada tanggal 14 september 2013, dari http://www.beritasatu.com/budaya/27269Barongsai-usir-aura-buruk-dan-pembawa-keberuntungan.html
3
karena mulutnya lurus seperti bebek. Sedangkan Barongsai Selatan lebih seram dengan mulut melengkung seperti kucing.2 Tarian Barongsai dilihat dari penari yang melakukan gerakan-gerakan yang yang diikuti oleh irama atau ritme dari permainan musik. Pada permainan musik Barongsai biasanya para pemain musik menggunakan alat seperti tambur, gong, dan cecer yang menggunakan beberapa ritme atau ritem yang telah di sesuaikan pada gerakan-gerakan tarian yang di lakukan para penari. Pada umum nya pemain Barongsai kurang lebih 15 orang dan mengikuti irama tambur, gong, dan cecer. Kebudayaan Tionghoa di Indonesia telah menambah keanekaragaman budaya Indonesia. Salah satunya yaitu yang bermukim di kota Tangerang. Kesenian etnis Tionghoa masuk ke kota Tangerang pada tahun 1684. Hal ini terbukti dengan adanya klenteng Boen Tek Bio yang merupakan Klenteng tertua yang dibangun di Tangerang sejak tahun 1684. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, Klenteng Boen Tek Bio juga menaungi kesenian tari Barongsai di kota Tangerang. Yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Barongsai di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Jenis Barongsai yang dipakai oleh perkumpulan Boen Tek Bio adalah jenis Barongsai selatan, yang berasal dari Shan Dong (Cina bagian selatan). Barongsai selatan dipakai karena yang membawa kesenian Barongsai sampai ke Tangerang adalah pedagang yang merantau dari Cina Selatan yang membawa 2
Susi Ivvaty, (2009, 10 Febuari). Barongsai Memperluas Diri [online]. Diakses pada tanggal 13 september 2013 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2009/02/10/11312666/Barongsai.Memperluas.Diri
4
serta budaya yang ada, sehingga tarian Barongsai tetap dilestarikan sesuai dengan asal mulanya hingga sekarang. Seiring dengan adanya modernisasi yang dapat mengakibatkan budaya tradisional terlupakan dan hanya diketahui oleh para orang tua yang lebih mengenal dan bisa menghargai budaya tradisional dibanding para generasi muda, Perkumpulan Boen Tek Bio mampu membimbing dan mengayomi generasi muda khususnya yang ada di kawasan pasar lama untuk tetap dapat melestarikan budaya tradisional. Peran serta generasi muda tercermin dari dari para anggota dan pengurus perkumpulan barongsai yang di isi oleh anak-anak dan remaja. Posisi ketua perkumpulan Boen Tek Bio di pimpin oleh generasi muda yang sudah 14 tahun mengikuti perkumpulan Boen tek Bio. Ditengah kesibukan dan maraknya budaya modern tidak membuat mereka berhenti untuk tetap semangat melestarikan budaya tradisional Barongsai. Berdasarkan uraian di atas, setiap kebudayaan dari suku asli maupun suku pendatang mempunyai nilai luhur sejarah yang perlu dijaga kelestariannya terutama oleh generasi muda sebagai penerus bangsa. Barongsai ialah salah satu kebudayaan yang kini menjadi bagian dari budaya Indonesia dan mempunyai nilai luhur sejarah yang harus dijaga kelestariannya. Saat ini media televisi hanya menampilkan seni tari Barongsai ketika ada moment tertentu seperti imlek. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai karya sebuah tayangan dokumenter yang berjudul: “Liukan Barongsai”
5
Gambar 1.1
Gambar 1.2
6
1.3
Jenis Tayangan Jenis tayangan “Liukan Barongsai” adalah sebuah tayangan dokumenter.
1.4
Kegunaan Tayangan Kegunaan dari tayangan “Liukan Barongsai ” adalah sebagai berikut: 1. Memacu semangat khususnya pada generasi muda untuk ikut melestarikan dan memahami kebudayaan yang ada di Indonesia. 2. Menyampaikan pesan untuk ikut menjadi bagian dari pelestarian budaya sedari dini.
1.5
Target Penonton Target penonton sebuah tayangan dokumenter Liukan Barongsai ada pada
kategori B yang akan memenuhi kebutuhan hiburan untuk pemirsa berjiwa muda serta keluarga dinamis dari Indonesia. Sebagai berikut:
1.6
A.
Usia
: 10 tahun +
B.
Jenis Kelamin
: Laki-laki dan perempuan
C.
Status Sosial Ekonomi
:B
Target Biaya Produksi Adapun perkiraan target biaya produksi untuk sebuah tayangan
dokumenter berjudul Liukan Barongsai dapat dilihat pada tabel berikut:
7
Tabel 1.1 Target biaya produksi O DESCRIPTIO DETAIL A. Dana Pra Produksi 1 Riset 2 Bulan 2 Transportasi 3 konsumsi Sub total B. Dana Produksi 1 Konsumsi 15 Hari 3 Orang 2 Transportasi 15 Hari 3 Orang 3 Ijin 2 Hari 4 Wawancara 1 Hari 5 Tripod 1 Buah 6 Memory card 2 Buah Sub total C. Dana Pasca Produksi 1 Konsumsi 17 Hari 2 Transportasi 17 Hari 3 Print cover CD 3 4 Print label 3 5 DVD 3 Sub total Grand Total
ESTIMATE COST IDR IDR IDR IDR
250,000 450,000 225,000 925,000
IDR IDR IDR IDR IDR IDR IDR
1,125,000 2,250,000 200,000 300,000 375,000 330,000 4,580,000
IDR IDR IDR IDR IDR IDR IDR
1,275,000 1,785,000 15,000 15,000 60,000 3,150,000 8,655,000
Terbilang: “DELAPAN JUTA ENAM RATUS LIMA PULUH LIMA RIBU RUPIAH”. 1.7
Lokasi Produksi Lokasi produksi pembuatan tayangan dokumenter Liukan Barongsai
adalah di daerah kawasan Kota Tangerang, pasar lama, Klenteng Boen Tek Bio, daerah Sewan dan juga Kampung Melayu Tangerang.