BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi. Proses akulturasi inilah yang menyebabkan hubungan Indonesia dengan negara lain semakin terjalin dekat. Karena tidak hanya berpengaruh terhadap seni dan budaya, tetapi juga terhadap hubungan bilateral bisnis, politik, dan lainnya. Kata akulturasi itu tidak jauh dengan definisi budaya dan seni, karena memang di Indonesia yang lebih berpengaruh akibat proses akulturasi itu adalah seni dan budaya. Pengaruh budaya asing lainnya yang bersifat positif adalah budaya baca tulis yang mulai diterapkan pada masyarakat di segala lapisan sosial. Budaya asing tidak harus selalu diartikan budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya barat. Namun, tidak bisa disangkal bahwa budaya barat berupa makanan, mode, seni, dan iptek memang telah banyak memengaruhi budaya masyarakat di Indonesia. Pada abad ke- 20 dan ke-21, pengaruh budaya asing di Indonesia dapat terlihat melalui terjadinya gejala globalisasi. Dalam proses globalisasi terjadi penyebaran unsur-unsur budaya asing dengan cepat melalui bahasa, sarana teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi.
1
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia terkena pengaruh negara lain. Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Karena letak geografis tersebut, Indonesia terletak di persimpangan jalan yang banyak disinggahi orang-orang asing. Akibatnya, Indonesia banyak menerima pengaruh unsur kebudayaan asing, seperti dari India, Cina, dan Eropa. Hubungan dengan masyarakat
luar
tersebut
menyebabkan
bertambahnya
keanekaragaman
kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia terdiri atas unsur kebudayaan asli, yaitu kebudayaan nenek moyang pada zaman prasejarah dan unsur kebudayaan dari luar, seperti kebudayaan Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Itulah sebabnya, kebudayaan Indonesia banyak yang diwarnai budaya asing. Misalnya, dalam gaya hidup, cara berpakaian, seni musik, dan seni tari. Dari berbagai definisi tentang budaya, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan lokal mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya terutama para generasi 2
muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik dan mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian tradisional. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional agar tetap lestari adalah dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kesenian tradisional tersebut. Misalnya kesenian musik campur sari, merupakan bentuk kesenian yang memadukan unsur-unsur kesenian tradisional dengan unsur-unsur kesenian modern. Pementasan seni pertunjukan tradisional, seperti: lenong dan wayang kulit, banyak menyisipkan unsur-unsur kesenian modern untuk menarik penonton khususnya kalangan anak muda. Sebagai orang Indonesia tentu mengenal negara China. Hubungan bilateral antara China dan Indonesia itu sangatlah banyak dalam berbagai hal, misalnya dalam hal perdagangan, politik, pendidikan, bahkan budaya. Banyak hal di Indonesia yang dipengaruhi oleh negara China. Di dalam hal budaya terdapat kesenian yang dipengaruhi oleh budaya China, sebagai contoh tarian yang ada di Indonesia. Khususnya di kota Yogyakarta, ada beberapa jenis tarian yang dipengaruhi oleh kebudayaan China. Tarian-tarian itu adalah Tari Bedhaya, Tari Srimpi, dan Tari Golek Menak. Dalam pembahasan selanjutnya akan diketahui tentang pengaruh akulturasi kebudayaan China itu terhadap Tari Golek Menak yang ada di Yogyakarta. Penulis memilih untuk menulis tentang tari Golek Menak, karena tari Golek Menak merupakan salah satu tarian yang terpengaruh oleh budaya China dan tari Golek Menak adalah tari yang pokok dan paling sering dipertunjukkan di Kraton Yogyakarta sebagai tarian penyambutan untuk tamu kenegaraan. Selain 3
itu dalam tarian ini tokoh putri China sering dimunculkan daripada tari klasik gaya Yogyakarta yang lainnya. Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide Sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Tarian ini disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak yang mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Tarian ini juga mirip dengan seni yang terdapat di China, yaitu Wayang Potehi. Ada tiga tipe karakter yang ditampilkan dalam bentuk dua beksan Golek Menak, yaitu perang antara Putri Adaninggar melawan Dewi Kelaswara, serta perang antara Putri Widaninggar melawan Dewi Rengganis. Putri Adaninggar dan Putri Widaninggar yaitu putri dari raja yang bernama Hongtete yang berasal dari China 1 . Sedangkan Dewi Kelaswara dan Dewi Rengganis adalah putri dari salah satu kerajaan di Indonesia. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menguraikan dan menceritakan tentang latar belakang dan nama-nama Putri di dalam tari Golek Menak, agar diketahui siapakah Putri China dan Putri Jawa. Putri China yang bernama panjang Retno Adaninggar namun sering disebut Adaninggar adalah seorang Putri dari negara China yang berperang melawan seorang Putri Jawa yang bernama Dewi Kelaswara, karena orang-orang yang dikasihi Adaninggar ditangkap oleh pengikut Dewi Kelaswara. Retno Adaninggar tidak kuat melawan Dewi Kelaswara, sehingga dia pun mati di tangan Dewi Kelaswara. Ada lagi seorang Putri China 1
http://wayang.wordpress.com/2006/10/24/menak‐cina/
4
yaitu Widaninggar, dia adalah saudara dari Retno Adaninggar. Widaninggar tidak terima saudaranya mati, sehingga Widaninggar membalas dendam dan berperang melawan Dewi Kelaswara. Tetapi tanpa disangka, ternyata saudara ipar Dewi Kelaswara, yaitu seorang Putri Jawa yang bernama Dewi Rengganis juga ikut berperang. Dan pada akhirnya, Widaninggar pun kalah dalam pertempuran itu.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah di atas, dapat menjadi dasar dari rumusan masalah. Dengan dasar tersebut, maka dapat dibuat beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan tari Golek Menak? 2. Bagaimana awal cerita terbentuknya tarian Golek Menak? 3. Bagaimana sejarah cerita peperangan antara Putri China dan Putri Jawa dalam tari Golek Menak? 4. Apa pengaruh budaya China pada tari Golek Menak?
1.3 Tujuan Penulisan Setiap penulisan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Demikian pula dalam rangka penulisan Tugas Akhir dalam judul Pengaruh
5
Kebudayaan China Terhadap Tari Klasik Golek Menak Gaya Yogyakarta ini ditulis untuk mencapai tujuan sebagai berikut : 1. Menjelaskan tentang deskripsi tari Golek Menak. 2. Menjelaskan awal mula adanya tari Golek Menak. 3. Menjelaskan sejarah cerita tentang tari Golek Menak. 4. Menjelaskan pengaruh budaya China pada tari Golek Menak.
1.4 Manfaat Penulisan : Dari penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Penulis Penulis dapat mengetahui lebih mendalam mengenai hubungan dan pengaruh akulturasi budaya antara China dan Jawa di dalam tarian klasik gaya Yogyakarta. 2. Masyarakat Masyarakat lebih memahami bahwa hubungan antara China dan Indonesia tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi dalam hal budaya juga, misalnya pada tarian. Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan
6
dapat dijadikan sebagai salah satu referensi mengenai pengaruh kebudayaan China di dalam tarian klasik gaya Yogyakarta.
1.5 Batasan Masalah Di dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis hanya akan membahas tentang akulturasi antara budaya China dan Indonesia yang mempengaruhi salah satu tarian klasik yang ada di Yogyakarta, yaitu tari Golek Menak. Masalah yang akan dibahas yaitu sejarah cerita peperangan antara Putri China dan Putri Jawa dan pengaruh kebudayaan China pada segi make up, ragam gerakan tari, serta kostum yang digunakan dalam tari golek Menak.
1.6 Metode Pengumpulan Data Dalam suatu penulisan, data merupakan suatu hal yang sangat penting karena dapat menunjang penulisan itu sendiri. Metode penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu : 1. Wawancara Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden tertentu. Data yang dihasilkan dari wawancara dapat dikategorikan sebagai sumber primer karena didapatkan langsung dari sumber
7
pertama. Proses wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden tertentu. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada narasumber, yaitu K.R.T Pujaningrat di Yayasan Siswa Among Beksa, dan RM Acun Kuncara Dewa di nDalem Kaneman, dengan melakukan tanya jawab tentang tarian Golek Menak. 2. Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek. Observasi dilakukan di Kraton Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. 3. Studi Pustaka Metode studi pustaka ini dilakukan dengan mengkaji tulisan-tulisan yang berkenaan dengan sarana yang dituju. Informasi diperoleh dari buku-buku referensi, skripsi, tugas akhir dan internet berkaitan dengan penulisan Tugas Akhir ini.
Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data mengenai obyek penulisan
sehingga mempermudah dalam penulisan laporan.
8
1.7 Sistematika Penulisan Penulisan mengenai “Pengaruh Kebudayaan China Terhadap Tari Klasik Golek Menak Gaya Yogyakarta” ini disusun dalam empat bab, yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II Gambaran umum tarian klasik gaya Yogyakarta, bab ini menguraikan tentang pengertian dan macam-macam tari klasik gaya Yogyakarta. BAB III Gambaran tentang tari Golek Menak, berisi tentang deskripsi, sejarah cerita, dan tokoh-tokoh di dalam tari Golek Menak. BAB IV Pengaruh budaya China pada tari Golek Menak, bab ini berisi tentang make up, ragam gerak tari, dan kostum yang dikenakan dalam tari Golek Menak. BAB V Penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran.
9