PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS (Studi Kasus di Vihara Padumuttara, Boen Tek Bio) By Name: Eka Agus Setianingsih Nim: 0250108020257 Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Dharmaduta
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN 2012
(artikel ini merupakan simpulan eksekutif dari skripsi untuk mendapat gelar sarjana Dharmaduta Buddha pada program studi tenaga penyuluh jurusan Dharmaduta STAB Negeri Sriwijaya Tangerang-Banten)
ABSTRACT
Setianingsih, Eka Agus. 2012. Implementation Barongsai’s Art of Values in Increasing Buddhist spirit youth (Case of study at Boen Tek Bio, Padumuttara's Temple). undergraduate thesys. Dharmaduta's majors. Sriwijaya Buddhist College Tangerang Banten. Advisor I Dody Herwidanto, , S. Ag., M.A., and Advisor II Waluyo, M. Pd. Keyword: barongsai's art value's, spirit The problem which is lifted by writer in this research about a lot of Buddhist youth doesn't understand with applying barongsai's art values can increase spirits. Even though this research subject to know and describe values roles of barongsai to increasing Buddhist spirit youth. This research includes in cualitative's research. Data collecting utilizes using observation method, interview, and documentation. Instrument to utilize observation guidance and interview guidance. Analize data using Miles Huberman's model, which covers collecting data, reduction's data, data display, and verification. This observational result points out that Buddhist youth has to high ardour with assesses barongsai's arts in daily life. Based on the research result according about concludes that a) barongsai’s artist could increase Buddhist spirit youth to make a abode active at temple, b) deep joined into barongsai's artist and applies barongsai's art values constitutes to make the point or effort increases the ardour Buddhist youth, c) art values roles of barongsai in increase Buddhist spirit youth marked by growing and practiced assesses that available on barongsai's artist, which is (1) Buddhist youth have skill which that implicated at temple and also daily life, (2) Buddhist youth have discipline attitude in daily activity, (3) Buddhist youth comports keens
in going activity everyday, (4) Buddhist youth have well attitude pattern in activity especially at temple, (5) Buddhist youth has pattern in healthy lifes that can be applied on temple environment and also at its vicinity, (6) Buddhist youth gets brave mentals in going all activity, (7) Buddhist youth has to perceive togethernesses or familiarities in gets activity as to establish congruity, (8) Buddhist youth has to perceive unities and strong association to gets organization or group, (9) Buddhist adolescent solidarities gets strengths and high to gets organization and also group and in activity, (10) enforcement self, confidence, and Buddhist spirit increases, (11) Buddhist youth have fair and truth, (12) religious / spiritual Buddhist youth increases earlier and to be applied at temple and also in daily activity. Finally writer suggests that barongsai’s art could be media to increase Buddhist spirit youth at various temple. Advisors of youth at various temple get entered barongsai's artist in one work day activity that can be carried on adolescent. With marks of sense barongsai's art activity, adolescents can increase spirit in their activity, youth could practice the values point that consists of barongsai's artist in daily life. I. PENDAHULUAN Generasi bangsa yang memiliki kualitas seimbang antara batin dan jasmani, akan menjadi generasi yang mempunyai banyak gagasan maupun ide-ide yang mampu memajukan negaranya, dalam bidang pendidikan, kesenian, keterampilan, serta menjadi remaja yang disiplin dan teratur. Kondisi ini mencerminkan bahwa remaja mampu menjalani masa perkembangannya dengan mendapatkan manfaat besar untuk dirinya maupun orang lain, meskipun untuk hal itu remaja harus menghadapi banyak perubahan. Generasi muda diharapkan memiliki intelektual tinggi, berdaya guna, aktif, kreatif, terampil, disiplin, dan tekun guna menunjang kemajuan atau perkembangan kesenian dan kebudayaan dalam sebuah negara atau bangsa. Remaja menjadi berbakat dan berprestasi dalam sebuah karya seni maupun budaya dengan ikut serta berlatih tekun apa yang di minati. Di dalam karya seni maupun budaya terkandung nilai-nilai positif yang sangat berguna untuk para remaja. Contohnya adalah menerapkan hidup terampil, disiplin,
tekun, teratur, berani, pola hidup sehat, rasa kebersamaan/kekeluargaan, kesatuan dan persatuan, kekompakan, kekuatan, dan keadilan/kebenaran (kesatria) serta menanamkan nilai kereligiusan yang merupakan nilai-nilai seni barongsai di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dapat menjadikan remaja berbakat dan aktif dalam aktivitas yang positif. Selain nilai-nilai seni barongsai tersebut menjadikan para remaja memiliki bakat dan semangat, dapat menjadikan para remaja Buddhis lebih aktif ke vihara. Seni barongsai menjadi media untuk menjadikan remaja lebih aktif dan berdaya guna untuk suatu vihara. Seperti para remaja Buddhis Vihara Padumuttara, Perkumpulan Boen Tek Bio, memiliki kegiatan di vihara. Aktivitas atau kegiatan remaja yang ada sangat padat. Selain melaksanakan puja bhakti setiap minggunya, terdapat kegiatan lain seperti fangsen, baksos, tour, sparing partner, pelatihan kesenian tarian barongsai/liong, pelatihan dance, musik, tari, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak diakomodir oleh viharavihara lain di Tangerang terutama kesenian tarian barongsai, sehingga menyebabkan remaja Buddhis di vihara tersebut tidak aktif/semangat dan vihara menjadi sepi. Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik mengangkat masalah “Peranan NilaNilai Seni Barongsai dalam Meningkatkan Semangat Remaja Buddhis”. Adapun alasanalasan penulis mengangkat masalah ini adalah: a.
Tingkat semangat remaja Buddhis aktif di vihara masih rendah.
b.
Masih banyak remaja Buddhis tidak dapat memanfaatkan waktu luang.
c.
Semangat remaja Buddhis terpengaruh dampak negatif dari kemajuan zaman.
d.
Masih banyak remaja kurang memahami nilai-nilai seni barongsai dapat meningkatkan semangat untuk aktif di vihara.
e.
Remaja kurang memahami bahwa berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai seni barongsai membawa pengaruh positif. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para remaja
Buddhis yang semangatnya masih rendah bahkan sudah hilang untuk aktif di vihara. Untuk meningkatkan semangat aktif di vihara, dapat diterapkannya nilai-nilai seni barongsai dalam kehidupan sehari-hari seperti remaja Buddhis di Vihara Padumuttara, Perkumpulan Boen Tek Bio. Dengan semangat aktif di vihara yang tinggi maka cita-cita dan harapan untuk memajukan dan mengembangkan vihara tersebut dapat terwujud. Remaja merupakan generasi penerus yang masih membutuhkan sebuah pembinaan dan pelatihan dalam perkembangan Buddha Dhamma. Oleh karena itu melalui media penerapan nilainilai seni barongsai, remaja dibina dan dididik guna memiliki semangat di vihara dan dapat mengembangkan Buddha Dhamma, sehingga masalah semangat remaja Buddhis aktif di vihara yang rendah dapat diatasi dan dapat ikut serta membangun generasi muda Buddhis yang potensial, berbakat, dan berprestasi baik dalam vihara maupun di luar vihara.
II. PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan nilai-nilai seni barongsai untuk meningkatkan semangat remaja Buddhis melalui kesenian barongsai. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi yang dimulai dari tanggal 24 Februari 2012 sampai 8 Juli 2012. Kegiatan pelatihan kesenian barongsai dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Rabu pukul 19.00-21.00 WIB dan hari Minggu pukul 15.00-17.00 WIB. Jadwal pelatihan pada hari Rabu, para pemain barongsai fokus berlatih pada gerakan, sedangkan hari Minggu berlatih pada irama musik yang mengiringi permainan barongsai. Anggota barongsai berjumlah ± 70 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Data
yang telah didapat selama waktu penelitian, anggota barongsai yang aktif mengikuti latihan setiap pertemuan ± 20 orang dan semuanya adalah laki-laki. Anggota lainnya yang tidak dapat mengikuti latihan barongsai memberikan alasan bahwa disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan lainnya yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ketika barongsai mendapat undangan untuk pentas, para pemain yang tidak ikut berlatih disibukkan dengan kegiatan lainnya atau bekerja dapat mengikuti pentas tersebut karena di luar jam kerja dan memang memiliki peran penting dalam permainan barongsai. Apabila barongsai mendapat undangan untuk pentas pada sebuah acara yang sakral dan besar, pelatihan barongsai akan berbeda dari biasanya, yaitu lebih serius, giat, semangat, aktif, dan para pemain yang datang dapat melebihi 20 orang, tidak seperti latihan biasanya yang hanya 20 orang dan bisa kurang dari itu. Melihat dari perbedaan itu, para pemain barongsai yang kurang aktif pada latihan masih tetap memiliki semangat dan mempraktikkan nilai-nilai seni barongsai pada dirinya pada saat pentas dan latihan sebelum pentas. Para pemain yang tetap aktif dalam latihan setiap harinya memiliki semangat yang lebih pula dalam mempraktikkan nilai-nilai seni barongsai saat pentas, latihan, maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Perlakuan atau sikap dan cara seorang pelatih dapat menentukan hasil permainan barongsai yang maksimal atau tidak. Pada saat berlatih barongsai di hari biasa maupun menjelang pentas, pelatih memberikan perlakuan dan bersikap tegas dan tidak membeda-bedakan antara teman atau saudara kepada semua pemain. Pelatihan barongsai yang dilakukan seperti latihan militer yang memprioritaskan kedisiplinan. Cara pelatihan dan sikap seorang pelatih begitu tegas dan disiplin kepada para pemain. Para pemain yang tidak disiplin, yaitu bercanda dengan pemain lainnya, tidak bisa mempraktikkan gerakan, melawan pelatih, dan terlambat datang untuk latihan diberi sanksi
atau hukuman push-up, dan berlari mengelilingi tempat pelatihan. Hukuman-hukuman tersebut bukan tindakan penyiksaan, melainkan menerapkan sikap yang mencerminkan kedisiplinan kepada para pemain barongsai guna memperoleh hasil latihan yang maksimal dan tidak sia-sia. Pelatihan barongsai bukan sekadar datang di tempat berlatih dan melakukan banyak gerakan, namun ada beberapa tahapan atau proses yang wajib dilakukan terlebih dahulu sebelum memasuki latihan gerakan. Tahapan atau proses tersebut adalah (1) doa pembuka, (2) melakukan pemanasan dengan gerak ringan dengan tujuan agar tidak cidera, (3) latihan gerakan secara fisik yang meliputi gaya kuda-kuda yaitu Ma She, Chi She, dan Khung She dengan waktu ± 30 menit, (4) istirahat, (5) latihan gerakan fisik, dan (6) doa penutup. Setiap kali latihan yang dilakukan tidak keluar dari enam tahapan atau proses tersebut. Ketika latihan, para pemain tidak diwajibkan untuk menggunakan kostum karena hanya pada saat ada pentas kostum barongsai tersebut digunakan. Kostum barongsai digunakan pada saat latihan hanya sesekali untuk mempelajari gerakangerakan barongsai tersebut. Pelatihan barongsai terkadang tidak berjalan lancar meskipun tepat pada hari/waktu jadwal latihan. Kendala tersebut terjadi karena terdapat beberapa alasan, yaitu (1) para pemain barongsai sedang melaksanakan ujian sekolah, (2) jadwal pelatihan barongsai bertepatan dengan perayaan hari Ce It dan Cap Go, (3) jadwal latihan bertepatan pada hari pentas dan menjelang pentas. Di luar hal itu, pelatihan barongsai tetap berlangsung seperti biasanya. Terkait oleh hal itu, para pemain barongsai pun tetap memiliki semangat baik sedang berlatih maupun dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Upaya untuk meningkatkan semangat remaja Buddhis khususnya agar menjadi lebih semangat dari yang biasanya, yaitu dengan cara bergabung dalam kesenian
barongsai dan mempraktikkan sendiri permainan atau gerakan barongsai tersebut. Masyarakat setempat sering menyaksikan permainan barongsai yang diiringi dengan irama musik yang mencerminkan rasa semangat dapat mempengaruhi para penonton. Semangat yang mempengaruhi para penonton berbeda dengan pemain barongsai. Penonton memiliki semangat hanya saat menyaksikan pertunjukan barongsai, sedangkan pemain dapat menjiwai konsep semangat ini secara praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kesenian barongsai dapat dimiliki oleh setiap remaja pemain barongsai. Hal tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Nilai-nilai kesenian barongsai beserta implikasinya, yaitu terampil atau keterampilan harus dimiliki oleh setiap pemain barongsai. Jika pemainnya tidak terampil akan sulit mendapatkan permainan yang indah. Terampil dapat dimiliki agar menghasilkan sebuah permainan yang indah, yaitu dengan cara sungguh-sungguh dalam berlatih dan paham setiap gerakan-gerakan yang dipelajari pada kesenian barongsai. Jika sudah mahir atau ahli dalam permainan barongsai, keterampilan tersebut dapat diajarkan oleh orang lain. Jadi apa yang sudah dipelajari dan keterampilan yang dimiliki bermanfaat dapat dibagikan ke orang lain. Selain itu, keterampilan yang dimiliki dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dibidang atau kegiatan yang lain agar menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati orang lain. Keterampilan dalam pelatihan barongsai dapat dilihat pada gerakan-gerakan yang membutuhkan gerakan yang bersifat lues, lentur, indah, tepat, dan gagah dalam setiap detil gerakannya. Jika pemain tidak dapat melakukan gerakan yang sempurna, pelatih mengulang latihan pada gerakan yang sama sampai para pemain dapat melakukan gerakan tersebut. Jika sejak dini para remaja sudah memiliki bekal jiwa yang terampil, maka dapat lebih mudah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari yang penuh manfaat.
Suatu keterampilan yang dimiliki dapat menjadikan diri lebih baik dan memiliki harapan untuk tetap eksis serta semangat dalam mewujudkan cita-cita dan harapan sampai berhasil. Tonggak utama dan kunci sukses dalam meraih keberhasilan serta kesuksesan adalah disiplin. Pola perilaku, kebiasaan, dan sikap yang baik merupakan kebiasaan atau latihan yang mencerminkan kedisiplinan. Dalam pelatihan barongsai, disiplin merupakan hal yang paling utama untuk dimiliki oleh para pemain. Jika para pemain tidak memiliki kedisiplinan, maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Disiplin tinggi dapat dimiliki oleh pemain, dengan cara serius, sungguh-sungguh, tepat waktu, mentaati peraturan, dan paham akan gerakan yang diajarkan oleh pelatih. Dengan mempraktikkan cara-cara tersebut dalam berlatih, maka akan mendapatkan hasil yang maksimal dan bagus. Dalam pelatihan barongsai terdapat kedisiplinan tinggi yang wajib ditaati, yaitu dalam berlatih, para pemain tidak serius atau bercanda, sehingga tidak dapat mempraktikkan suatu gerakan, mereka mendapatkan hukuman seperti push-up. Para pemain yang datang terlambat dalam berlatih mendapat hukuman lari mengelilingi arena pelatihan dan push-up. Dengan remaja memiliki kedisiplinan tinggi dari sejak dini, maka dapat menjadikan dirinya lebih baik dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Remaja yang memiliki bekal kedisiplinan, di dalam dirinya tumbuh sifat tekun atau ketekunan secara otomatis. Di dalam pelatihan barongsai, ketekunan merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap pemain. Jika tidak tekun dalam berlatih maka pemain tidak dapat bermain barongsai dengan baik. Tekun atau ketekunan dapat dimiliki, yaitu dengan cara melatih gerakan barongsai dengan rajin dan ulet. Gerakan-gerakan yang membutuhkan keuletan dan ketelitian tersebut harus dilakukan sesuai dengan irama
musik yang dimainkan. Semua gerakan dan irama musik dapat terlihat serasi, selaras, dan indah jika para pemain dapat memainkan dengan tepat dan pas dari gerakan dengan irama musiknya yang sesuai. Ketekunan yang telah didapat dari berlatih barongsai dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada saat berlatih atau bermain barongsai. Ketekunan seseorang akan terasah dan terbiasa karena sering dipraktikkan pada aktivitas sehari-hari. Dengan adanya ketekunan dalam diri, pola hidup yang teratur akan tumbuh secara otomatis. Teratur atau keteraturan dapat dimiliki dengan cara menjalankan kegiatan rutin, aktivitas lain yang terjadwal dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pola hidup teratur segala sesuatunya dapat menjadi rapi. Implikasi keteraturan adalah lahirnya kedisiplinan, yakni ketaatan terhadap aturan yang berlaku. Antara kedisiplinan, ketekunan, dan teratur merupakan faktor penting yang menunjang seseorang untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup. Pada permainan barongsai, teratur atau keteraturan merupakan faktor penting guna menciptakan sebuah gerakan indah dan pola permainan. Jika pemain barongsai tidak memiliki keteraturan dalam berlatih, maka akan sulit dalam mempraktikkan gerakan tersebut serta sukar untuk memiliki keahlian atau kelincahan dalam bermain barongsai. Dengan berlatih dan bermain barongsai secara teratur, dapat menghasilkan permainan barongsai yang indah. Permainan yang indah dapat menghasilkan pemain-pemain yang memiliki mental berani. Berani atau keberanian dapat dimiliki oleh pemain atau remaja dengan cara yaitu kemantapan hati, percaya diri, dan gagah dalam memainkan barongsai. Dalam permainan barongsai membutuhkan keberanian dikarenakan banyak gerakan atau atraksi yang membutuhkan nyali besar, seperti melompat di atas papan atau tiang-tiang besi, berdiri setinggi mungkin di atas pundak pasangan bermain, dan lain sebagainya. Jika para
remaja dari sejak dini sudah memiliki bekal keberanian dalam diri, maka keberanian tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan hasil seseorang akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan maupun masalah, karena memiliki kemantapan mental, percaya diri, dan gagah. Pola hidup sehat dapat terwujud dan dimiliki dengan menerapkan dan mempraktikkan kehidupan disiplin, tekun, teratur. Sehat merupakan hal penting yang selalu diinginkan oleh setiap orang. Sehat atau kesehatan dapat dimiliki dengan cara pola hidup sehat dan teratur, jika dalam pelatihan barongsai agar memiliki pola hidup sehat maka melaksanakan pemanasan sebelum berlatih gerakan fisik. Pemain barongsai memerlukan kekuatan fisik dan kelincahan tubuh, karena atraksi-atraksi dan perlengkapan yang dipakai oleh pemain memerlukan kondisi tubuh dan tenaga yang kuat. Dengan memiliki badan jasmani yang sehat dan pola hidup teratur dan sehat maka dapat diterapkan alam kehidupan sehari-hari. Secara umum, rasa kebersamaan atau kekeluargaan dapat menciptakan kerukunan, kedamaian, dan keindahan dalam kehidupan.
Rasa kebersamaan atau
kekeluargaan dapat ditanamkan dari dalam keluarga, bermasyarakat, maupun negara. Tanpa adanya kebersamaan atau kekeluargaan dalam hidup sosial dapat menimbulkan gejolak atau masalah satu sama lainnya. Jadi kebersamaan atau kekeluargaan dapat diterapkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelatihan dan permainan barongsai, rasa kebersamaan atau kekeluargaan dapat dimiliki dengan cara melatih diri untuk bisa menerima orang lain dengan kekurangannya, karena dalam permainan barongsai harus berpasangan dan selalu bersama. Permainan barongsai dimainkan secara berpasangan, posisi depan bertugas memegang kepala barong, dan posisi belakang bertugas sebagai badan dan ekor barongsai. Barongsai tersebut juga harus
mengikuti alunan irama musik yang dimainkan oleh anggota agar menghasilkan suatu permainan yang indah, kompak, dan harmonis. Dengan jiwa kebersamaan atau kekeluargaan yang tinggi dapat menunjang tumbuhnya jiwa kesatuan dan persatuan dalam diri terhadap sesama. Kesatuan dan persatuan merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan sosial dan kelompok untuk mendapatkan keharmonisan. Kesatuan dan persatuan dalam anggota barongsai/liong di Vihara Padumuttara, Boen Tek Bio sangat diutamakan dan dijaga agar hubungan antarpemain dan anggota tetap rukun dan harmonis. Keharmonisan dalam anggota barongsai/liong di Vihara Padumuttara, Boen Tek Bio tetap terjaga dapat dilihat dengan adanya fakta atau bukti, yaitu terdapat anggota yang memiliki keyakinan berbeda dan suku atau ras yang berbeda pula. Permainan barongsai dianggap oleh khalayak hanya permainan yang sering dimainkan oleh orang etnis tionghoa dan hanya beragama Buddha. Namun, anggapan itu tidak benar, karena dalam organisasi atau kelompok permainan barongsai yang terbentuk terdapat anggota nonBuddhis dan bukan etnis tionghoa saja. Anggota yang tergabung dalam permainan barongsai bermacam-macam suku dan agama. Terdapat anggota yang beragama Islam, Kristen, dan konghucu. Mereka ada yang suku jawa dan sunda. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan ini dapat menunjukan bahwa kesatuan dan persatuan yang tertanam dalam sebuah perkumpulan anggota barongsai dapat dijadikan sebagai pendidikan adanya multikulturalisme, yaitu percampuran suku, adat, ras, dan agama yang dapat membangun keharmonisan dalam hidup sosial. Selain itu, kekompakan merupakan hal penting menyelesaikan suatu perkara, masalah, dan tugas dalam kelompok tersebut. Kekompakan terwujud dari adanya kebersamaan, kesatuan, dan persatuan antarsesama. Dalam permainan barongsai,
membutuhkan kekompakan antaranggota dan antarpemain untuk menciptakan permainan yang baik. Pemain dan seluruh anggota harus memiliki kekompakan dalam memainkan barongsai, karena adanya atraksi-atraksi atau gerakan yang sulit dan bahaya. Permainan barongsai dimainkan oleh dua orang, yaitu pemain depan dan belakang. Jika kedua pemain tidak kompak, maka akan susah memainkan gerakan dan atraksi barongsai dan bisa saling menginjak atau bertabrakan. Dan pemain barongsai juga harus kompak dan sesuai dengan irama musik yang dimainkan oleh anggota lainnya agar mendapatkan permainan yang indah. Permainan barongsai yang menunjukan gerakan dan atraksi berbahaya, para pemain membutuhkan adanya kekuatan yang dapat membantu dirinya untuk memperoleh permainan yang indah. Kekuatan tersebut selalu dibutuhkan oleh setiap pemain agar dapat menyelesaikan permainan dan atraksi dengan baik. Dalam permainan barongsai sering menunjukan gerakan dan atraksi yang membutuhkan kekuatan ekstra dan kerjasama antarpemain dan antaranggota, seperti gaya rol, salto belakang, berdiri di atas papan, dan piramid. Jika pemain tidak memiliki kekuatan, maka sulit untuk menunjukan atraksi-straksi tersebut. Kekuatan yang dibutuhkan para pemain dan anggota adalah kekuatan diri, keyakinan dalam bertindak, dan kekuatan semangat dalam bermain. Selain kekompakan, kesatuan, dan persatuan para pemain barongsai harus memiliki jiwa keadilan dan kebenaran (kesatria). Dalam permainan barongsai semua anggota memiliki peran masing-masing yang telah dibagi secara adil oleh pemimpin atau pelatihnya sesuai dengan kemampuannya. Kebenaran dalam permainan barongsai mencerminkan sikap kesatria yang gagah berani dalam menyelesaikan tugas dan perannya. Para pemain dan seluruh anggota harus adil berbagi tugas dengan yang lainnya dalam memainkan barongsai. Permainan barongsai dimainkan silih berganti oleh anggota
lainnya, jika bermain dua orang saja akan kelelahan. Begitu juga dengan anggota yang memainkan alat musiknya saling tukar menukar dengan anggota lain yang belum bertugas. Selain nilai terampil, disiplin, tekun, teratur, berani, sehat, dan rasa kebersamaan atau kekeluargaan, terdapat satu nilai penting yang dimiliki setiap individu, yaitu religius/spiritual. Religius merupakan suatu hal atau keadaan yang ada sangkut pautnya dengan kepercayaan dan agama yang dapat dijadikan pedoman bagi seseorang. Permainan barongsai terdapat sisi religiusnya, dapat terlihat dari fungsinya. Dari zaman dahulu barongsai sering digunakan oleh para kaisar untuk mengusir para nian (monster) dan hal-hal buruk/jahat. Dalam pelatihan dan permainan barongsai tidak sembarangan memainkannya. Sebelum berlatih maupun bermain, para anggota pemain barongsai melakukan ritual doa pembuka kepada para dewa-dewi seperti dewi Kwan Im Po Sat dan lain sebagainya untuk memeproleh berkah dalam permainan barongsai tersebut. Setelah selesai berlatih maupun bermain, seluruh anggota pemain barongsai melakukan doa penutup seperti yang dilakukan pada saat doa pembuka. Jika barongsai akan bermain atau pentas, maka para pemain beserta barongsai melakukan doa terlebih dahulu di altar dengan beberapa persembahan, yaitu lilin, dupa, air, dan buah dengan tujuan agar mendapat berkah dalam permainan barongsai. Selanjutnya sebelum pentas, para barongsai melakukan Pai Yen atau namaskara atau sembah sujud di depan altar utama para dewa-dewi. Dalam kehidupan sehari-hari religius/spiritual sudah diterapkan oleh masingmasing individu. Dengan menjalankan hidup penuh semangat dalam hal yang positif atau baik serta selalu melakukan perbuatan yang baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Kekuatan religius/spiritual yang terkandung dalam barongsai/naga dapat ditanamkan dan dipraktikkan oleh diri sendiri maupun orang lain di lingkungan sekitar.
III. PENUTUP SIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah: a. Kesenian barongsai dapat meningkatkan semangat remaja Buddhis untuk tetap aktif di vihara; b. Bergabung dalam kesenian barongsai dan menerapkan nilai-nilai seni barongsai merupakan cara atau upaya meningkatkan semangat remaja Buddhis; c. Peranan nilai-nilai seni barongsai dalam meningkatkan semangat remaja Buddhis ditandai dengan tumbuh dan dipraktikkannya nilai-nilai yang terdapat pada kesenian barongsai, yaitu: 1) Remaja Buddhis memiliki keterampilan yang dapat diimplikasikan di vihara maupun dalam kehidupan sehari-hari; 2) Remaja Buddhis mempunyai sikap disiplin dalam beraktivitas sehari-hari; 3) Remaja Buddhis bersikap tekun dalam menjalankan kegiatan sehari-hari; 4) Remaja Buddhis memiliki sikap dan pola hidup yang teratur dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas di vihara; 5) Remaja Buddhis mempunyai pola hidup sehat yang dapat diterapkan dalam lingkungan vihara maupun di sekitarnya; 6) Remaja Buddhis bermental berani dalam menjalankan segala aktivitas; 7) Remaja Buddhis memiliki rasa kebersamaan atau kekeluargaan dalam beraktivitas untuk menciptakan keharmonisan;
8) Remaja Buddhis mempunyai rasa kesatuan dan persatuan yang kuat dalam berorganisasi atau kelompok; 9) Kekompakan remaja Buddhis semakin kuat dan tinggi dalam berorganisasi maupun kelompok serta dalam beraktivitas; 10) Kekuatan diri, keyakinan, dan semangat remaja Buddhis meningkat; 11) Remaja Buddhis memiliki jiwa adil dan benar (kesatria) yang tinggi; 12) Religius/spiritual remaja Buddhis meningkat dari yang sebelumnya dan dapat diterapkan di vihara maupun dalam beraktivitas sehari-hari. SARAN Seni barongsai dapat menjadi media guna meningkatkan semangat remaja Buddhis. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembina remaja di berbagai vihara dapat memasukkan kesenian barongsai dalam sebuah kegiatan rutin yang dapat dijalankan para remaja. Dengan adanya kegiatan seni barongsai remaja dapat meningkatkan semangat dalam beraktivitas. Remaja dapat mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian barongsai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Bodhi, Bhikkhu. 2007. Saṁyutta Nikāya I. Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Edisi Pertama. Klaten: Vihāra Bodhivaṁsa dan Wisma Dhammaguṇa. . 2007. Saṁyutta Nikāya V. Terjemahan oleh Indra Anggara. Jakarta Barat: Dhammacitta Press. Buddharakkhita, Acharya. 2003. 8 Jayamaṅgala: Berkah Kejayaan Sang Buddha. Terjemahan oleh Hendra Widjaja. Jakarta: Pustaka Karaniya. Dhammika, Shravasti. 2006. Buddha Vacana: Renungan Harian dari Kitab Suci Agama Buddha. Terjemahan oleh Tjintjin S. Thendera, Herlina Arman, dan Lie Kam Lok. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. Gulӧ, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gunawan, Yusuf. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Herwidanto, Dody. 2004. Buku Pedoman Pokok-Pokok Dasar Buddha Dhamma. Bagian Ketiga. Bogor: Dhamma Study Group. Hoay, Kwee Tek. 1976. Avalokitesvara: Kwan Im Po Sat. Tangerang: Vihara Padumuttara. Horde, Golden. 2012. Sepintas tentang Barongsai. Makalah disajikan dalam Gathering Milis Budaya Tionghoa, Mailing-list Budaya Tionghoa, Jakarta, 9 Februari 2012. Horner, I.B. 2010. Suttapiṭaka Khuddakanikāya Buddhavaṁsa. Terjemahan oleh Nafta S. Meika. Medan: Indonesia Tipitaka Center (ITC). Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Sudjarwo. Jakarta: Erlangga. Kaharudin, Pandit Jinaratana. 2004. Kamus Umum Buddha Dharma. Cetakan kedua. Jakarta: Tri Sattva Buddhist Centre. . 2005. Abhidhammatthasaṅgaha. Jakarta: CV Yanwreko Wahana Karya. Meyer, Paul J. 2007. 24 Kunci Sukses. Yogyakarta: Andi Offset. Mighwar, Muhammad Al . 2006. Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Bandung: Pustaka Setia. Mӧnks, Knoers & Sri Rahayu Haditono. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mulyono, Y. Bambang. 1985. Mengatasi Kenakalan Remaja. Yogyakarta: Yayasan Andi. Ñānamoli, Bhikkhu. 2006. Khuddakapāṭha Jilid II. Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Edisi Pertama. Klaten: Vihāra Bodhivaṁsa dan Wisma Dhammaguṇa. Ñānamoli, Bhikkhu & Bodhi, Bhikkhu. 2004. Majjhima Nikāya Jilid I. Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Edisi Pertama. Klaten: Vihāra Bodhivaṁsa dan Wisma Dhammaguṇa. Nārada. 1989. The Dhammapada: Terjemahan oleh Tirtasanti. Bandung: Yayasan Buddhis Karaniya. . 1992. Sang Buddha dan Ajaran-AjaranNya bagian 2. Jakarta: Yayasan Dhammadīpa Ārāma.
Nirahai. 2008. Analisa Pengaruh Barongsai di Kelenteng Boen Tek Bio Terhadap Masyarakat di Daerah Pasar Lama Tangerang. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Bina Nusantara. Nyanaponika, Thera & Bodhi, Bhikkhu. 2001. Petikan Aṅguttara Nikāya Jilid I. Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Edisi Pertama. Klaten: Vihāra Bodhivaṁsa dan Wisma Dhammaguṇa. . 2003. Petikan Aṅguttara Nikāya Jilid II. Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Edisi Pertama. Klaten: Vihāra Bodhivaṁsa dan Wisma Dhammaguṇa. Paññavaro, Sri. 2008. Bahagia dalam Dhamma 3. Cetakan Kedua. Makasar: Keluarga Buddhis Brahmavihara. Puang, Seng Sok & Meng, Luo Xiao. 2001. Awas Nian Datang. Terjemahan oleh Ramayanti. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rashid, Teja S.M. 1997. Sila dan Vinaya. Jakarta: Buddhis Bhodi. Riyani, Metta. 2009. Peranan Kalyanamitta dalam Upaya Meningkatkan Semangat Hidup (Viriya) Seseorang. Skripsi tidak diterbitkan. Tangerang: Jurusan Dharmacarya Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya. Saddatissa, H. 2003. Sutta Nipāta. Terjemahan oleh Lanny Anggawati dan Wena Cintiawati. Edisi Kedua. Klaten: Vihara Bodhivamsa. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Supriyanto. 2011. Pesta Miras Siswi MTs Masuk Rumah Sakit, (Online), (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/11/17/102058/Pesta-MirasSiswi-MTs-Masuk-Rumah-Sakit, diakses 26 November 2011). Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia. Tejanando. 2006. Pernak-Pernik Kehidupan. Edisi Pertama. Bali: Vihara Dharma Giri. Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Widya, Dharma K & Widya, Nanda. 2004. Mengenal Lebih Dekat Jalan Mulia Berunsur Delapan. Edisi Pertama. Jakarta: Issara. Walshe, Maurice. 2009. Dīgha Nikāya. Terjemahan oleh Team Giri Mangala Publication dan Team DhammaCitta Press. Jakarta: DhammaCitta. Kompas. 24 Oktober, 2011. Perkelahian antar Kelompok Remaja, hlm. 5.
Kompas. 25 Oktober, 2011. Korban Kecelakaan Truk Trailer, hlm. 8. Kompas. 22 November, 2011. Dua Remaja Suporter Sepak Bola Meninggal Dunia, hlm. 8. Media Indonesia. 22 November, 2011. Baku Hantam antar Mahasiswa, hlm. 3. Berbagi Cerita dan Motivasi agar Hidup Lebih Berarti, (Online), (https://bagi cerita.wordpress.com/category/kisah-kisah/, diakses 11 Mei 2012). Berpesta Narkoba Enam Remaja Putri dibekuk, (Online), (http://buser. liputan6.com/read/65165/berpesta_narkoba_enam_remaja_putri_dibekuk, diakses 26 November 2011). Geng Motor Berulah Menyiksa Seorang Pengendara Motor, (Online), (http: //www.indosiar.com/tag/geng-motor, diakses 25 November 2011). Kaum Muda Rawan Kena Virus HIV/AIDS, (Online), (http://www. poskota.co.id/ beritaterkini/2011/11/08/kaum-muda-rawan-kena-virus-hivaids, diakses 26 November 2011). Pecandu Game Main Xbox Sampai Tewas, (Online), (http://www.serbacanggih. com/gilapecandu-game-main-xbox-sampai-tewas/, diakses 25 November 2011).