BARONGSAI DALAM AGAMA KHONGHUCU ( Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta )
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam
Disusun Oleh: ARI QUDRIYATI NIM. 03521291
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2008
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ii
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iii
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
iv
MOTTO
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” agamaku”1
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Mekar, 2000), hlm. 1112
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
ayah dan bunda yang telah memberikan segalanya kepada penulis, apapun yang penulis lakukan rasanya belum cukup untuk penulis haturkan kepada beliau.
kepada saudaraku serta sohibku semua yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
kepada para pembaca semoga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuannya.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kepada kita semua kenikmatan baik lahir maupun batin. Kenikmatan yang tiada bisa kita hitung secara terperinci serta kenikmatan yang tiada seimbang jika dibandingkan dengan kita sebagai seorang insan yang secara sadar atau tidak sadar selalu berbuat kesalahan. Salam serta salawat kita tujukan kepada Suritauladan bagi seluruh umat, Baginda Rasulullah SAW yang kita nantikan Safa’atnya kelak di Yaumul akhir nanti. Setelah sekian lama penulis mengadakan penelitian serta banyak sekali halangan dan rintangan yang menghadang, tetapi akhirnya penulis dapat membuat sekecil buah karya yang mungkin dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca semuanya. Tiada manusia dapat hidup sendiri dan tiada sebuah karya tanpa bantuan orang lain juga. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani MA, selaku Dekan Ushuluddin yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini walaupun masih sangat kurang untuk sebuah karya yang hebat. 2. Ibu Dr. Syafaatun Almirzanah Ph.D, selaku ketua jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan semangat dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Bapak Ustadzi Hamzah S.Ag, M.Ag, selaku sekretaris jurusan Perbandingan Agama yang telah memberikan arahan dan masukan kepada
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
penulis, walaupun pada awalnya penulis sedikit takut dengan judul yang penulis ajukan ini. Tetapi jiwa semangat membuat penulis tidak mau menyerah. 4. Ibu Hj. Nafilah, M.Ag, selaku pembimbing I yang telah memberikan semangat serta ilmunya kepada penulis. Kesabaran serta ketelitian bagaikan seorang ibu yang membimbing anaknya membuat penulis semakin nyaman. 5. Bapak Ahmad Muttaqin S.Ag, M.Ag, selaku pembimbing kedua yang dengan sabar dan telah banyak memberikan masukan kepada penulis sehingga terselesaikannya salah satu tugas penulis sebagai mahasiswa. 6. Bapak Mohammad Soehada S.Sos, M.Hum, selaku penasehat akademik penulis selama menjadi mahasiswa yang telah memberikan ilmu serta dukungannya. 7. Terima kasih banyak kepada pihak MAKIN Surakarta dan Perkumpulan Tripusaka yang bersedia menjadi obyek penelitianpenulis, khusus buat Haksu Tjie Tjay Ing dan Bapak Aji Chandra serta para anggota yang bersedia meluangkan waktu buat penulis jadikan informan dalam penelitian ini. 8. Ayah dan Bunda yang telah memberikan do’a, dukungan, masukan, serta semangat kepada penulis sehingga satu salah satu amanah dari beliau dapat penulis selesaikan walaupun hanya dengan ini jelas sangat kurang penulis berikan kepada beliau selaku orang tua yang telah memberikan segalanya kepada anaknya.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
9. Saudara-saudaraku semuanya, terima kasih atas do’a dan dukungan dari kalian semuanya yang tiada bosan-bosannya memberikan kepada adiknya. 10. Saudara-saudaraku seiman yang telah memberikan semangat dan masukannya.Walau kadang hati belum siap menerimanya, tetapi penulis yakin itu semua sangat berguna bagi penulis, Jazakumullah atas semuanya. 11. Sohib-sohibku khususnya angkatan 2003 Perbandingan Agama yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, Makasih banyak atas bantuan do’a dan semangat kalian selama menjadi teman seperjuangan saya di Perbandinagan Agama. Wa ila khusus buat sohibku yang menemaniku dan membantuku dalam pembuatan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, walau dalam tengah perjalanan sempat ada rasa malas yang menghinggapi, tetapi berkat kerjasama dan dukungan maka tugas ini dapat selesai. Kesempurnaan hanya milik Allah, Kelalaian terletak pada penulis. Mohon Maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan hanya Allah yang membalas kebaikan kalian, semoga menjadi amal sholeh buat kalian. Yogyakarta, 21 April 2008 Penulis
(Ari Qudriyati)
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i NOTA DINAS ................................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv HALAMAN MOTTO....................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi KATA PENGANTAR....................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... x HALAMAN ABSTRAK.................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah………………………………………………. 6 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 7 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7 F. Kerangka Teori ................................................................................ 10 G. Metode Penelitian ............................................................................ 14 H. Sistematika Pembahasan ................................................................. 16 BAB II SEJARAH BARONGSAI DI INDONESIA A. Sejarah Tionghoa di Indonesia.......................................................... 17 B. Sejarah Agama Khonghucu............................................................... 20 C. Sejarah Barongsai dan Perkembangannya......................................... 27 BAB III SEJARAH PERKUMPULAN TRIPUSAKA A. Sekilas Kota Surakarta..........................................................................32 B. Sejarah Makin………………………………………………………...33 a. Maksud dan Tujuan MAKIN...............................................................35 b. Struktur Organisasi MAKIN................................................................35
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
x
C. Sejarah Tripusaka...................................................................................38 BAB IV PROSES RITUAL DAN MAKNA BARONGSAI A. Proses Ritual Barongsai 1. Tahap Persiapan .........................................................................42 2. Tahap Pelaksanaan .....................................................................43 3. Tahap Penutup ............................................................................50 B. Unsur Pendukung Atraksi Barongsai 1. Unsur Instrumen Musik ……………………………………....58 2. Unsur Peralatan …………………………………………….....59 C. Makna Barongsai 1. Makna bagi para pemain.............................................................63 2. Makna bagi umat khonghucu......................................................67 D. Barongsai dalam Perspektif Victor Turner.......................................69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................73 B. Saran-Saran......................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA CURICULUM VITAE
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
xi
ABSTRAK Barongsai telah menjadi bagian dari keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Sebagai sebuah produk budaya, Barongsai tidak hanya berfungsi sebagai sebuah karya seni namun juga sebagai sebuah ritual yang kerap dilekatkan dengan Agama Khonghucu. Anggapan ini didasarkan pada induk dari budaya Barongsai itu sendiri, yaitu budaya Tionghoa. Sedangkan masyarakat Tionghoa di Indonesia sering diidentikkan sebagai penganut ajaran Khonghucu, mengingat agama tersebut merupakan agama yang cukup dominan di Tionghoa. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami sejarah dan perkembangan Barongsai di Indonesia; untuk mengetahui kapan dan bagaimana budaya Barongsai tersebut bisa sampai di Indonesia, serta siapa yang berperan dalam proses tersebut. Penelitian ini juga berusaha memaparkan prosesi ritual Barongsai dari awal hingga akhir. Tidak hanya itu, penelitian ini juga berupaya memahami makna yang terkandung dalam ritual Barongsai tersebut baik bagi para pemainnya maupun bagi umat khonghucu. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan pendekatan antropologi. Pendekatan ini dipilih karena penulis melihat ritual Barongsai sebagai sebuah keterkaitan antara berbagai aspek, terutama unsur-unsur budaya dan agama. Sebagai sebuah penelitian lapangan, penulis mengumpulkan data melalui metode observasi, interview dan dokumentasi, ditambah kajian literatur atau pustaka. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan alur historis masuknya Barongsai ke Indonesia. Barongsai merupakan budaya asli Tionghoa yang masuk ke Indonesia karena dibawa oleh masyarakat Tionghoa Totok. Proses migrasi dan transfer budaya ini telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Pada masa orde baru pemerintah Indonesia melarang orang-orang Tionghoa untuk berkembang baik Agama dan budayanya. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid menjadi awal orang-orang Tionghoa untuk dapat berkembang di Indonesia baik Agama dan Budaya. Barongsai adalah salah satu budaya yang tetap eksis dan mulai terorganisasikan dengan baik serta semakin mendapatkan kebebasan berekspresi. Proses ritual Barongsai meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, hingga tahap penutup. Selain itu penulis juga memberi gambaran tentang berbagai perlengkapan yang digunakan dalam ritual Barongsai. Makna ritual Barongsai tersebut adalah sebagai sarana meningkatkan kerjasama, meningkatkan kreatifitas, saling menghargai dan menghormati, mengukir prestasi, mengusir roh jahat, serta untuk melestarikan budaya leluhur. Satu makna yang tidak kalah penting adalah bahwa ritual Barongsai merupakan ungkapan syukur kepada Thian atas anugerah yang diberikanNya.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari bermacam-macam agama atau kepercayaan. Dasar dari pemerintahan adalah Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Dari kedua dasar hukum tersebut manusia dituntut untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia baik dalam hal tata kehidupan atau bagaimana cara seseorang menampakkan bentuk-bentuk peribadatan yang jelas berbeda antara agama satu dengan yang lain. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.2 Kebudayaan dan kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh sistem kepercayaannya. Kepercayaan yang biasa dikenal oleh masyarakat Tionghoa adalah Agama Buddha, Taoisme dan Konfusianisme. Di Indonesia ketiga kepercayaan itu ada kalanya dipuja bersama dalam perkumpulan Sam Kauw Hwee (Perkumpulan Tiga Agama dan Buddha Tri Dharma). Biasanya dalam kepercayaan itu ditambah pula dengan kepercayaan dan pemujaan kepada orang-orang suci yang dianggap sebagai Dewa atau Dewi. Namun demikian diantara ketiga kepercayaan itu, ajaran Konfusius lebih berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang-orang
2
Harun Al Rasid, Naskah UUD 1945 sesudah empat kali diubah oleh MPR (Jakarta:Universitas Indonesia Press, 2007), hlm. 11.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1
Tionghoa atau Cina dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat dipahami oleh karena di negeri asalnya (Tiongkok) ajaran ini telah dianut selama lebih dua abad lamanya, dan telah menjadi tradisi yang sengaja dicipta dan dicita-citakan oleh Konfusius untuk membangun negerinya.3 Bangsa Tiongkok sebagai suatu bangsa yang memiliki adat istiadat kehidupan masyarakat
dalam beberapa hal: (a). Sangat mengagungkan
kepercayaan terhadap hal-hal gaib, roh-roh, serta para leluhurnya. (b) Sangat menjunjung tinggi etika serta upacara-upacara dalam hidup masyarakat. (c) Sangat mementingkan kehidupan mental daripada material.4 Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik sendiri dengan belajar.5 Secara filosofis, berbicara tentang kebudayaan sebenarnya berbicara tentang keistimewaan manusia dibanding makhluk lain. Kebudayaan merupakan perkembangan khas manusia yang berasal dari penggunaan intelegensi dan kebebasan yang dimilikinya. Semua itu dilakukan manusia untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, baik untuk melestarikan, memasukkan dan menikmati kehidupan.
3 Hariyono, Kultur Cina dan Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 19.
(Jakarta:
4
Arifin M. Ed, Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama Besar (Jakarta: Golden Terayon Press, 1986), hlm. 25. 5
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Budaya (Jakarta: Aksara Baru, 1980), hlm. 193.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
Berangkat dari hal ini, sebuah kebudayaan dalam ilmu sosiologi adalah usaha manusia mengenai bagaimana seharusnya ia hidup dalam sebuah masyarakat guna mencapai taraf hidup yang lebih baik. Manusia lahir sebenarnya
tidak membawa kebudayaan, tetapi ia
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu di mana ia dilahirkan. Dalam batas-batas tertentu manusia kadang mengubah dan membentuk kebudayaan, tetapi pada dasarnya manusia hanya menerima budaya dari generasi sebelumnya. Manusia adalah ahli waris sebuah kebudayaan dunia yang sah sebagai warisan tanpa adanya surat wasiat secara formal. Tradisi bukanlah suatu obyek yang mati. Tradisi diciptakan sebagai alat hidup untuk melayani kehidupan manusia dan untuk kepentingan hidupnya. Oleh karena itu tradisi seharusnya juga dikembangkan sesuai dengan zaman kehidupan.6 Barongsai adalah salah satu budaya Cina yang sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Kesenian barongsai semakin menarik perhatian dan digemari oleh masyarakat. Kesenian ini juga dapat dinikmati dari balita hingga manula, dari majikan hingga karyawan, kesemuanya akan berlomba memberikan angpau (amplop merah berisi uang) setelah barongsai selesai beratraksi. Kesenian ini dapat dilihat pada waktu-waktu tertentu saja. Salah satunya pada saat hari raya bagi umat Khonghucu, tetapi ini tidak menutup
6
Johanes Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi, Transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 11-13.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3
kemungkinan juga apabila barongsai dapat bermain diluar kegiatan ritual tersebut. Sama halnya Agama Khonghucu yang mempunyai sejarah panjang sehingga saat ini bisa mendapatkan legalitas dari pemerintahan, sebuah budaya Cina atau Tionghoa juga mengalami hal yang sama khususnya barongsai. Semua ini terjadi berkat kebijakan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden R.I saat itu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lewat Keppres no.6 tahun 2000 yang mencabut Inpres no.14 tahun 1967 yang isinya pendiskriminasian
terhadap
keturunan
Tionghoa
dengan
dilarangnya
pelaksanaan segala macam kegiatan atau kepercayaan dan adat istiadat atau kebudayaan. Hal ini
berpengaruh terhadap perkembangan agama dan
kebudayaan pada saat itu yang terasa sangat pahit dan menderita bagi masyarakat Tionghoa.7 Budaya barongsai merupakan warisan leluhur sejak dahulu khususnya Konfusius. Pada hakekatnya leluhur adalah nenek moyang dahulu kala yang telah tiada. Namun mereka masih dianggap sebagai persona-persona yang telah berhasil membentuk pola masyarakat sampai berbentuk sekarang ini. Leluhur itu dipercayai sebagai arwah yang berada di alam rohani, alam atas, alam roh-roh halus dan dekat dengan yang Maha Luhur yang patut menjadi teladan, kaidah atau norma.8
7
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm. xvi. 8
Muhammad Damami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 59.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4
Berbicara masalah leluhur tidak bisa lepas dari agama. Makna dari agama adalah sebagai pedoman hidup manusia. Agama apapun pada dasarnya mengandung ajaran kebaikan untuk keselamatan dan kesejahtaraan hidup manusia. Salah satu agama yang dapat berkembang dan lebih dominan di negara Cina adalah Khonghucu. Kung Fu Tze atau Konfusius adalah tokoh yang erat kaitannya dengan kebudayaan Cina. Tidak ada seorangpun yang berpendapat bahwa hanya beliaulah yang membangun kebudayaan Cina. Kung Fu Tze bukan seorang yang mengubah kebudayaan Cina, beliau merupakan penyunting yang utama.9 Kebudayaan berhubungan dengan agama. Agama berhubungan dengan ritual. Maka dari itu kebudayaan Cina berhubungan dengan Agama Khonghucu. Tindakan agama terutama ditampakkan dalam ritual. Dapat dikatakan bahwa ritual merupakan agama dalam tindakan. Ungkapan iman mungkin merupakan bagian dari ritual atau bahkan ritual itu sendiri. Iman keagamaan berusaha menjelaskan makna dari ritual serta memberikan tafsiran dari pelaksanaan ritual tersebut. Dalam tingkah laku manusia sebagaimana diselidiki mitos dan ritual saling berkaitan.10 Barongsai dapat berfungsi bermacam-macam. Kalau dahulu kesenian ini hanya untuk kegiatan ritual saja, tetapi tidak berlaku pada zaman sekarang. Jadi barongsai dapat dimaknai lebih dari sekedar ritual, ini dikarenakan perkembangan daripada zaman yang terus berubah dari waktu ke waktu. 9
Huston Smith, Agama-Agama Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm.88.
10
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm, 167.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
5
Namun demikian kesenian barongsai tidak bisa lepas dari konteks zaman dahulu yaitu sebagai kegiatan ritual tetap dilaksanakan yang mempunyai tujuan tertentu. Budaya barongsai yang telah mewarnai kehidupan bangsa Indonesia mempunyai sejarah perjalanan yang cukup menarik. Salah satu budaya barongsai yang masih berkembang saat ini adalah Perkumpulan Tripusaka Surakarta. Salah satu yang menarik dari Perkumpulan tersebut adalah tidak terbatasnya Etnis dan Agama. Perbedaan tersebut menuntut para pemain untuk saling menghormati dan menghargai antar Etnis dan Agama, sehingga budaya tersebut dapat diterima dalam masyarakat umum. Dari uraian diatas muncul berbagai macam pertanyaan yang berhubungan dengan barongsai. Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis dengan judul Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengemukakan pokok masalah yang akan diteliti sehingga dapat memperoleh jawaban. Rumusan masalah dalam hubungan penyusunan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah dan perkembangan barongsai di Indonesia? 2. Bagaimana sejarah barongsai Tripusaka Surakarta? 3. Bagaimana proses dan makna ritual barongsai dalam agama Khonghucu?
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
6
C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai. Adapun penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain: 1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan barongsai yang merupakan kebudayaan asli Cina atau Tionghoa hingga sampai di Indonesia. 2. Untuk mengetahui sejarah barongsai Tripusaka Surakarta. 3. Untuk mengetahui proses pelaksanaan ritual dalam barongsai, untuk mengetahui makna barongsai bagi para pemain serta makna dalam agama Khonghucu. D. Kegunaan Penelitian Hasil penyusunan ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Dapat menjadi sumbangan atau informasi bagi pembaca tentang keberadaan Agama Khonghucu serta kebudayaan Cina yang dapat mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. 2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama bidang Ilmu Perbandingan Agama.
E. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai tema sebagaimana penelitian ini sebenarnya bukan hal yang baru. Ada beberapa literatur yang membahas barongsai, akan tetapi penulis belum menemukan penelitian yang tentang ritual barongsai.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
7
secara spesifik membahas
Haryono yang menulis buku dengan judul Kultur Cina Dan Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Hariyono membahas tentang bagaimana kebudayaan bisa saling berjalan bersama atau saling menghormati antara keduanya. Walaupun Cina menjadi masyarakat minoritas sedang Jawa menjadi masyarakat mayoritas di Indonesia, keduanya dituntut untuk saling menghargai dan menghormati sekalipun pada dasarnya ada titik perbedaan yang tidak sedikit. Dengan adanya persamaan dan perbedaan sebuah kebudayaan haruslah dapat diterima guna mewarnai dan mempererat bangsa Indonesia khususnya agama dan budaya. Buku ini disertai juga dengan kasus perkawinan antara orang-orang Tionghoa dengan masyarakat pribumi dengan mengambil sampel masyarakat Yogyakarta. M. Iksan Tanggok dalam buku yang berjudul Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Buku ini berbicara tentang sejarah dan perkembangan Agama Khonghucu. Didalamnya memuat bahasan tentang ajaran-ajaran, peribadatan, dan perayaan yang ada dalam Agama Khonghucu. Agama-Agama Manusia yang ditulis oleh Huston Smith. Dia berbicara mengenai agama-agama dunia antara lain; Agama Hindu, Budha, Khonghucu, Taoisme, Islam, Yahudi, dan Kristen. Huston Smith berusaha menjelaskan nilai-nilai agama bagi kehidupan para penganutnya. Dengan demikian nilai agama tersebut dapat membimbing dan menyemangati para penganutnya sesuai dengan kepercayaannya. Skripsi yang berjudul ”Manusia Model Dalam Agama Khonghucu” karya Neni Trianah. Penelitian tersebut menggunakan perbandingan antara
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
8
Islam, Khonghucu dan Kristen. Dia menjelaskan bagaimana manusia dalam agama Khonghucu serta faktor yang melatarbelakanginya.Dari hasil penelitian tersebut dia membandingkan dengan agama Islam dan Kristen. ”Seni Profetik Islam dan Khonghucu (Studi Kasus Terhadap Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur dan Kelompok Seni Barongsai Liong Perkumpulan Budi Abadi Yogyakarta)” yang ditulis oleh Uswatun Hasanah. Skripsi ini menggunakan pendekatan Psikologi Agama, jadi disini dijelaskan bentukbentuk pengalaman keagamaan antara kedua seni tersebut, dengan perbandingan antara Khonghucu dan Islam. Penelitian yang dilakukan Nafilah Abdullah dalam Skripsinya ”Penghayatan Orang Cina Terhadap Agama Khonghucu di Kotamadya Magelang”. Dengan menggunakan pendekatan Historis membahas bagaimana pengalaman batin bagi orang Cina tentang tuntunan hidup yang benar dalam agama Khonghucu khususnya di Magelang. Dari beberapa buku serta karya ilmiah diatas, nampaknya belum ada yang membahas tentang Barongsai khususnya dari prespektif sejarah, perkembangannya, ritual dan makna Barongsai dalam agama Khonghucu. Maka dari itu penulis mengangkat judul dengan tema yang menurut penulis masih sangat relevan atau cukup menarik untuk dijadikan obyek penelitian, yaitu tentang Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta).
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
9
F. Kerangka Teori Dalam sebuah karya ilmiah perlu adanya kerangka teori. Dalam pembahasan ini penulis terfokus pada ritual dan makna dalam sebuah kebudayaan Cina. Mempelajari ritus berarti mempelajari simbol-simbol yang digunakan dalam ritus itu. Simbol merupakan manifestasi yang nampak dari ritus. Victor Turner menegaskan bahwa tanpa mempelajari simbol yang dipakai, maka akan sulit untuk mempelajari sebuah ritual. Victor Turner mendefinisikan simbol sebagai sesuatu yang dianggap dengan persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran. Ada beberapa ciri khas dari simbol antara lain : a. Multivokal artinya simbol mempunyai banyak arti, menunjuk pada banyak hal pribadi atau fenomena b. Polarisasi artinya bahwa simbol mempunyai arti-arti yang bertentangan. Ada 2 kutub yaitu fisika atau indrawi (apa yang diinginkan) dan kutub ideologis atau normatif (apa yang diwajibkan) c. Unifikasi atau penyatuan, penyatuan dari arti-arti yang terpisah dari sebuah ritual. Penyatuan ini menjadi mungkin karena adanya sifat yang sangat umum dan mirip.11 Menurut Clifford Geertz, sistem simbol adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan suatu ide kepada seseorang atau kepada objek 11
Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur:Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 18 – 19.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
10
lain. Simbol juga dapat membangun motivasi dan suasana hati. Motivasi mempunyai tujuan dengan serangkaian nilai atau aturan. Sehingga agama dapat membuat orang merasakan sesuatu dan juga ingin melakukan sesuatu.12 Konsep selanjutnya adalah ritual menurut Goody, ritual adalah kategori adat perilaku yang dibakukan, dimana hubungan antara sarana-sarana dengan tujuan tidak bersifat intrinsik dengan kata lain sifatnya dapat irrasional atau nonrasional. Ritual dapat dibedakan menjadi 4 macam antara lain : a. Tindakan magi (penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistik) b. Tindakan religius, kultus para leluhur c. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis. d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan dan perlindungan sehingga dengan ini kesejahteraan materi suatu kelompok dapat meningkat.13 Ritual dalam sebuah agama mempunyai maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama tersebut. Bentuk ritual juga berbeda-beda, hal ini sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Menurut Victor Turner ritus mempunyai beberapa peranan antara lain: a. Ritus dapat menghilangkan konflik
12
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Yogyakarta : Qalam, 2001), hlm. 414.
13
Mariasusay Davamony, op.cit.,hlm 176.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
11
b. Ritus dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat c. Ritus mempersatukan dua prinsip yang bertentangan d. Dengan ritus orang mendapat kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari. Sehingga menurut Victor Turner, ritus mengungkapkan nilai pada tingkat yang paling dalam.14 Penyelenggaraan ritual juga mempunyai maksud dan tujuan. Secara umum ritual merupakan permohonan terhadap roh leluhurnya dan rasa syukur terhadap Tuhan serta sebagai sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada dan berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Victor Turner dalam bukunya The Ritual Process menyebut tiga tahap dalam ritus atau upacara keagamaan. Pertama, tahap pemisahan (separation), dalam tahap ini orang atau kelompok yang menjalani ritus dipisahkan
dari dunia fenomenal, dunia yang terbedakan (differentiated).
Kedua, tahap liminal yang diartikan sebagai tahap ambigu, si subyek mengalami suatau keadaan yang lain dengan dunia fenomenal. Yang dialami dari tahap ini adalah situasi ambigu (tidak disana dan tidak disini). Tahap ini adanya kesamaan, dunia tak terbedakan. Ketiga, tahap reintegration (pengintegrasian kembali). Dalam tahap ini orang atau kelompok dipersatukan kembali dengan masyarakat, dunia fenomenal sehari-hari. Dengan bekal nilainilai atau makna hidup yang diperoleh dalam pengalaman liminal, maka orang atau kelompok akan kembali kepada masyarakat biasa15.
14
Wartaya Winangun, op.cit., hlm 24.
15
Wartaya Winangun, op.cit.,hlm 34.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
12
Bentuk sosial dari liminalitas adalah komunitas. Komunitas yang dialami oleh subjek ritual itu sungguh-sungguh berbeda dengan situasi dan keadaan hidup sehari-hari. Dalam ritus hubungan-hubungan itu bercirikan tak terbedakan, adanya kesamaan, dan tidak berstruktur. Kalau melihat dan mencermati masyarakat Cina tidak hanya beragama Khonghucu, kemudian bagaimanakah pelaksanaan ritual barongsai tersebut. Apakah ritual tersebut murni dari ajaran Khonghucu saja atau ada campuran dari agama Taoisme dan Buddha, mengingat kedua agama tersebut juga mempunyai andil dalam perkembangan sejarah agama Khonghucu. Kota Surakarta kaya akan etnis, agama dan budaya. Dengan fenomena tersebut walaupun masyarakat Cina atau Tionghoa menjadi kelompok yang masih minoritas, tetapi agama dan budayanya patut diacungi jempol dengan perjuangannya khususnya di Surakarta. Kesemuanya menambah wawasan dan mewarnai kehidupan masyarakat Surakarta pada umumnya dan masyarakat Cina pada khususnya. Sejarah, simbol, ritual, dan makna pada barongsai mempunyai nilai bagi umat Khonghucu khususnya. Dalam penelitian ini juga akan dijelaskan bagaimana implikasi dari semua itu, mengingat para pemain ini tidak hanya beragama Khonghucu saja. Kesenian ini juga tidak lagi bersifat eksklusif sehingga dalam ritual barongsai atau budaya Tionghoa ini diharapkan mempunyai peranan-peranan seperti yang disebutkan Victor Turner.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
13
Maka dari itu dengan menggunakan pendekatan Antropologi Agama, penulis berusaha menjelaskan bagaimana agama dan budaya saling berhubungan.
G. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan tertentu. Tujuan pengumpulan data yaitu untuk memperoleh fakta yang diperlukan untuk mencapai tujuan riset.16 Pengumpulan data ini dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Observasi Metode Observasi sebagai metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomenafenomena yang diselidiki.17 Observasi yang penulis lakukan dilapangan difokuskan pada pengamatan-pengamatan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan barongsai. Observasi ini terfokus pada saat ritual, persembahyangan maupun pada saat barongsai beratraksi. b. Metode Interview Yaitu proses memperoleh keterangan secara langsung kepada obyek penelitian dengan cara tanya jawab langsung atau memberikan angket
16
Sugiarto, Teknik Sampling (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 66.
17
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 136.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
14
kepada obyek penelitian dan menghendaki jawaban secara tertulis.18 Interview dilakukan antara lain kepada; Tokoh-tokoh Khonghucu, Pengurus Lithang dan Klenteng, Pengurus barongsai, Pemain barongsai serta pihak-pihak yang mendukung pada penelitian ini. c. Metode Dokumentasi Yaitu penelitian dilakukan dengan cara menelusuri dokumen-dokumen yang ada, baik itu catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan datadata yang berhubungan dengan tema penelitian ini. 2. Pendekatan Masalah Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Antropologi. Agama tidak diteliti secara tersendiri, tetapi diteliti dalam kaitannya dengan aspek-aspek budaya yang berada pada sekitarnya. Biasanya Agama tidak terlepas dari unsur mite atau simbol.19 5. Analisis Data Data
yang
dikumpulkan
dari
penelitian
akan
dianalisis
dengan
menggunakan analisis kualitatif yaitu; dengan cara menganalisis data tanpa menggunakan angka, melainkan menggunakan sumber informasi yang relevan setelah mengadakan observasi dan interview terhadap obyek. Kemudian
penulis
menggunakan
metode
deduktif
yaitu
dengan
menganalisis suatu obyek yang dijadikan sebuah penelitian yang masih 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 231. 19
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Suatu Pengantar Awal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 121.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
15
bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dari analisis dan kesimpulan tersebut maka akan terjawab pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. H. Sistematika Pembahasan Penulis menggunakan pokok bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima Bab, dan pada tiap bab terdiri dari sub bab sebagai perinciannya. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab Kedua, untuk mengetahui sejarah dan perkembangan, yang terdiri dari sejarah Tionghoa, sejarah Agama Khonghucu, sejarah Barongsai dan perkembanganya di Indonesia. Bab Ketiga, untuk mengetahui sejarah
Barongsai Tripusaka
Surakarta, yang terdiri dari sekilas tentang kota Surakarta, sejarah MAKIN, Maksud ddan Tujuan MAKIN, Struktur MAKIN, serta sejarah Barongsai Tripusaka Surakarta. Bab Keempat, berbicara mengenai ritual yang ada dalam Barongsai dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan ketika Barongsai beratraksi didepan umum. Dalam bab ini juga diuraikan unsur pendukung barongsai serta makna Barongsai bagi para pemain dan umat Khonghucu. Bab Kelima, merupakan bab penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran–saran yang ditarik berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara historis keberadaan Barongsai di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kehadiran masyarakat Tionghoa di nusantara sejak ratusan tahun yang lalu. Kehadiran mereka membawa tradisi nenek moyangnya termasuk tradisi keagamaan, yaitu agama Khonghucu. Barongsai bermula dari tradisi Tionghoa yang sudah ada sejak abad ketiga sebelum masehi pada masa dinasti Chin. Kemudian Barongsai masuk ke Indonesia pada abad ke 17 dibawa
oleh
orang-orang
Tionghoa
Totok.
Namun
dalam
perkembangannya, Barongsai dianggap milik Agama Khonghucu karena Tionghoa di Indonesia sering diidentikkan dengan Agama Khonghucu. Dalam perkembangan berikutnya, Barongsai di Indonesia dikelola dengan baik dan memiliki perkumpulan yang bernama Persobarin (Persatuan Seni dan Olahraga Barongsai Indonesia). Sejak era pemerintarah Abdurrahaman Wahid dan Megawati, perkumpulan Barongsai semakin diakui serta bebas berekspresi. 2. Perkumpulan Tripusaka lahir pada tanggal 5 Februari 1999. Perkumpulan Tripusaka merupakan seksi kesenian dan olah raga dari MAKIN Surakarta. Dalam perkembangannya MAKIN memberikan
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
73
andil yang cukup besar serta Perkumpulan ini juga tidak terbatas pada Agama dan etnis. Tripusaka mempunyai arti Cinta kasih, Bijaksana dan Keberaniaan. 3. Proses ritual Barongsai dimulai sejak tahap persiapan (tahap pemisahan atau separation) yaitu; dengan membersihkan Barongsai serta Klenteng atau Lithang. Berlanjut pada tahap pelaksanaan (tahap liminal) yaitu; dengan membawa Barongsai masuk ke Lithang selama proses sembahyang dan pembacaan doa-doa. Kemudian Barongsai dibawa keluar dari Lithang dan beratraksi di tempat terbuka serta diarak untuk melakukan kirab. Kemudian barongsai meminta restu ke salah satu Klenteng yang ada di Surakarta dan dilanjutkan untuk kirab kembali. Pada tahap penutup (reintegration atau pengintegrasian kembali) yaitu; dengan diadakan acara makan bersama setelah melaksanakan kirab. Menurut para pemainnya, makna ritual Barongsai tersebut adalah sebagai sarana meningkatkan kerjasama, meningkatkan kreatifitas, saling menghargai dan menghormati antar umat beragama, mengukir prestasi, dan mengusir roh jahat, serta untuk melestarikan budaya leluhur yang sekaligus menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia. Bagi umat Khonghucu, ritual Barongsai sebagai salah satu sarana untuk mengatasi konflik serta membangun solidaritas masyarakat. Makna yang terpenting adalah sebagai ungkapan syukur kepada Thien yang telah memberikan keselamatan, kebahagiaan dan kedamaian.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
74
B. Saran-Saran Penelitian yang berhubungan dengan budaya Tionghoa dan agama Khonghucu ini adalah salah satu kekayaan yang ada di Indonesia. Penulis berusaha mengkaji Barongsai yang menjadi budaya Tionghoa baik sisi sejarah dan perkembangan, ritual dan makna. Tentunya masih ada kekurangan untuk mencapai hasil yang memuaskan. Kurang puasnya dalam penulisan ini, dikarenakan sulitnya penulis memahami budaya asli Tiongkok dengan budaya asli Khonghucu yang kemudian dihubungkan dengan ajaran Agama. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan Tiongkok ataupun agama Khonghucu supaya memahami sejarah, budaya serta ajarannya secara mendalam. Bahasa Cina serta artinya kiranya cukup penting untuk dipelajari supaya alur komunikasi lebih lancar.
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
75
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasid, Harun. Naskah UUD 1945 sesudah empat kali diubah oleh MPR. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2007 Arifin. Menguak Misteri Ajaran-Ajaran Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Press, 1986 Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998 Damami, Muhammad. Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI, 2002 Daradjat, Zakiah. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995 Durkheim, Emile. The Elementary Form of The Religion Life, Sejarah Agama. Yogyakarta: IRCiSoD, 1992 Gaus, Ahmad dan Hidayat, Komarudin (ed). Passing Over, Melintasi Batas Agama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research jilid II. Yogyakarta: Andi Offset, 2000 Hariyono. Kultur Cina Dan Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994 Hasanah, Uswatun.”Seni Profetik Islam dan Khonghucu (Studi Kasus Terhadap Sanggar Seni Ki Ageng Ganjar dan Kelompok Seni Barongsai Liong Perkumpulan Budi Abadi Yogyakarta)” Dalam Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2005 Hermawan, Sadia. Aliran- aliran Khonghucu di Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1996 Hutomo, Suryo. Tata Ibadah dan Dasar-dasar Agama Khonghucu. Jakarta: Matakin, 1983 Ing, Tjhie Tjay. Pokok-pokok Ajaran Moral dan Etika Konfusiusiani. Sala: Matakin, 1984 --------------------. Selayang Pandang Sejarah Suci Agama Khonghucu. Sala: Matakin, 1985
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
76
Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial Cet IV. Bandung: Manda Jaya, 1990 Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi. Jakarta: Dian Rakyat, 1967 --------------------. Pengantar Ilmu Budaya. Jakarta: Aksara Baru, 1980 Mardimin, Johanes. Jangan Tangisi Tradisi, Transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius, 1994 Nawawi, Hadar. Metode Penelitian Bidang Sosial Cet VII. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998 Pals, L. Daniel. Seven Theories of Religion.Yogyakarta: Qalam, 2001 Putra, Anom Surya. Agamaku Terbang Tinggi. Surabaya: Pustaka Pelajar, 2001 Romdon. Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Suatu Pengantar Awal. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996 Sadly, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ikhtiar Baru, 1984 Setiono, Benny. Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: ELKASA, 2002 Smith, Huston. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001 Sugiarto. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia, 2003 Suradi. ”Magi Dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi”. dalam Skrips, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2007 Suryanto, Markus.T. Simbol Kwa Mia: Pertanyaan Tentang Budaya Tionghoa. Jakarta: Pelkrindo, 2001 Suryadinata, Leo. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti Press, 1986 Tanggok, M. Ikhsan. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: Gramedia, 2000 Trianah, Neni. ”Manusia Model Dalam Agama Khonghucu”. dalam Skripsi Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2002 Winangun, Wartaya. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor Turner.Yogyakarta: Kanisius, 1990
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
77
Eddy Hasby, ”Barongsai ”, http://id.wikipedia.org/wiki Djuntak “Media”, http: // www. Indonesia. Media Dian, “Agama.Khonghucu”, http://id.wikipedia.org/wiki
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
78
Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan tentang
sejarah Barongsai sampai perkumpulan
Tripusaka 1. Bagaimana asal-usul Barongsai? 2. Dalam Agama Khonghucu Barongsai sebagai simbol apa? 3. Bagaimana Perkembangan Barongsai di Indonesia? 4. Dalam hal apa saja Barongsai dapat dimainkan? 5. Adakah hubungan antara Barongsai dengan ajaran agama Khonghucu? 6. Mengapa Barongsai identik dengan agama Khonghucu? 7. Bagaimana umat Khonghucu memandang Barongsai, apakah sesuatu yang suci atau sakral? 8. Kapan berdirinya perkumpulan Barongsai Tripusaka? 9. Apa tujuan didirikannya perkumpulan Barongsai ini? 10. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembanagn Barongsai? 11. Adakah kendala-kendala dalam perkembanganya? 12. Siapa saja yang memainkan Barongsai? 13. Adakah anggota yang beragama selain Khonghucu? 14. Adakah persyaratan khusus menjadi anggota Barongsai? 15. Berapa jumlah anggota dalam perkumpulan ini? Daftar pertanyaan tentang proses ritual dan makna Barongsai 1. Apakah setiap ingin memainkan Barongsai pasti ada ritual? 2. Bagaimana proses ritual dalam Barongsai? 3. Adakah persiapan sebelum memainkan Barongsai?
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
I
4. Adakah do’a-doa khusus saat ritual berlangsung 5. Adakah perbedaan antara memakai ritual dengan tidak memakai ritual? 6. Bagaimana proses ritual berlangsung, padahal dalam perkumpulan ini terdiri dari berbagai agama dan etnis? 7. Adakah perlakuan khusus kepada selain umat Khonghucu atau selain etnis Tionghoa saat ritual berlangsung? 8. Bagaimana usaha anda agar perkumpulan ini tetap eksis? 9. Apa makna Barongsai bagi anda selaku pemain dan penganut agama? 10. Bagaimana Barongsai pada saat pemerintahan sebelum dan sesudah Abdurrahman Wahid? (Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
II
DAFTAR INFORMAN
1. Nama
: Hs. Tjhie Tjay Ing
TTL
: Blora, 26 Maret 1935
Alamat
: Jagalan No.15 Surakarta
Agama
: Khonghucu
Jabatan
: Ketua Dewan Rohaniawan MATAKIN
2. Nama
: Ws. Adjie Chandra
TTL
: Surakarta 13 Februari 1958
Alamat
: Kepanjen No.14
Agama
: Khonghucu
Jabatan
: Rohaniwan MAKIN Solo : Pembina Barongsai Tripusaka
3. Nama
: Budiono Tekgianto ( Atek )
TTL
: Surakarta, 19 Oktober 1957
Alamat
: Jl. S. Mahakam
Agama
: Budha
Jabatan
: Seksi Ritual
4. Nama
: Basuki Wibowo
TTL
: Surakarta, 10 Juni 1954
Alamat
: Gg. Ambon 1/23 Keprambon Lor Surakarta
Agama
: Budha
Jabatan
: Seksi Humas
5. Nama
: Oesman Arif
TTL
: Surakarta, 15 Mei 1942
Alamat
: Gulon RT 01/RW 19 Jetis Surakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
III
Agama
: Khonghucu
Jabatan
: Dosen dan Rohaniwan Agama Khonghucu
6. Nama
: HM. Said Romadhon
TTL
: Surakarta 17 Oktober 1960
Alamat
: Jl. Duku III No. 19 Jajar Surakarta
Agama
: Islam
Jabatan
: Kasubbag. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Surakarta
7. Nama
: Suyanto
TTL
: Surakarta 25 Mei 1990
Alamat
: Gulon RT 01/RW 21 Surakarta
Agama
: Islam
Jabatan
: Anggota Barongsai dan Liong
8 Nama
: Daniel Hendra Saputra
TTL
: Surakarta, 7 Februari 1984
Agama
: Kristen
Alamat
: Jl. Flamboyan 2 No.33 Palur
Jabatan
: Anggota Barongsai dan Liong
9 Nama
: Erri S
TTL
: Surakarta, 13 September 1990
Alamat
: Kandang Sapi RT 04/RW 30
Agama
: Islam
Jabatan
: Anggota Barongsai dan Liong
10 Nama
: Erwin Frediyanto
TTL
: Surakarta, 5 Juli 1988
Alamat
: Tegal Kuniran Surakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
IV
Agama
: Islam
Jabatan
: Anggota Barongsai dan Liong
11 Nama
: Eko Prasetyo
TTL
: Klaten 25 Juli 1983
Alamat
: Jl. Dewi Sartika No.37 Serengan Surakarta
Agama
: Kristen
Jabatan
: Anggota Barongsai dan Liong
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
V
Struktur Kepengurusan Barongsai dan Liong Tripusaka Surakarta
1. Pelindung Ketua Yayasan Tripusaka : Bs. Indarto Ketua MAKIN
: Bpk. Henry Susanto
2. Penasehat
: Bpk. Hs. Tjhie Tjay Ing : Bpk. Hendraw Yeuw
3. Ketua
: Bpk. Ks. Heru Subianto : Bpk. Bs. Adjie Chandra
4. Sekretaris
: Ibu. Ks. Ir. Tintin Lusiana
5. Bendahara
: Ibu. Andriani Chandra
6. Komisaris
: Bpk. Ks. Hasan Widjayadi : Bpk. Ks. Hermawan Budi S
7. Koordinator atau Pelatih Liong
: Sdr. Hengky Wibowo : Sdr. Nova Felian Subianto
Barongsai
: Sdr. Eko Supramono : Sdr. Agus Yunianto
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
VI
Haksu Tjhie Tjay Ing Memimpin Do’a Bersama
Salah Satu Umat Khonghucu Saat Berdo’a Kepada Thien
Kepala Barongsai Diikatkan Daun Jeruk yang Dilakukan oleh Haksu
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
VII
Barongsai Beratraksi di Depan Lithang
Barongsai Turun di Jalan dengan Mengambil Angpao di Depan Toko
Liong Turun di Jalan dengan Mengambil Angpao di Rumah Warga
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
VIII
Liong Beratraksi di Depan Lithang
Barongsai dan Liong Meminta Restu di Salah Satu Klenteng Surakarta
Anggota Perkumpulan Barongsai dan Liong Tripusaka Surakarta
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
IX
Struktur Organisasi Dalam melaksanakan aktifitasnya Perkumpulan Tripusaka ini dikelola oleh beberapa orang pengurus. Susunan pengurus perkumpuan tersebut adalah sebagai berikut: Struktur Kepengurusan Barongsai dan Liong Tripusaka Surakarta 2. Pelindung Ketua Yayasan Tripusaka Ketua MAKIN
: Bs. Indarto : Bpk. Henry Susanto
2. Penasehat
: Bpk. Hs. Tjhie Tjay Ing : Bpk. Hendraw Yeuw
3. Ketua Barongsai
: Bpk. Ks. Heru Subianto : Bpk. Bs. Adjie Chandra
4. Sekretaris
: Ibu. Ks. Ir. Tintin Lusiana
5. Bendahara
: Ibu. Andriani Chandra
6. Komisaris
: Bpk. Ks. Hasan Widjayadi : Bpk. Ks. Hermawan Budi S
7. Koordinator atau Pelatih Liong
: Sdr. Hengky Wibowo : Sdr. Nova Felian Subianto
Barongsai
: Sdr. Eko Supramono : Sdr. Agus Yunianto
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
X
Struktur Organisasi Dalam melaksanakan aktifitasnya Perkumpulan Tripusaka ini dikelola oleh beberapa orang pengurus. Susunan pengurus perkumpuan tersebut adalah sebagai berikut: Struktur Kepengurusan Barongsai dan Liong Tripusaka Surakarta 3. Pelindung Ketua Yayasan Tripusaka Ketua MAKIN
: Bs. Indarto : Bpk. Henry Susanto
2. Penasehat
: Bpk. Hs. Tjhie Tjay Ing : Bpk. Hendraw Yeuw
3. Ketua Barongsai
: Bpk. Ks. Heru Subianto : Bpk. Bs. Adjie Chandra
4. Sekretaris
: Ibu. Ks. Ir. Tintin Lusiana
5. Bendahara
: Ibu. Andriani Chandra
6. Komisaris
: Bpk. Ks. Hasan Widjayadi : Bpk. Ks. Hermawan Budi S
7. Koordinator atau Pelatih Liong
: Sdr. Hengky Wibowo : Sdr. Nova Felian Subianto
Barongsai
: Sdr. Eko Supramono : Sdr. Agus Yunianto
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
XI
CURRICULUM VITAE
Identitas Diri Nama
: Ari Qudriyati
NIM
: 03521291
Jurusan
: Perbandingan Agama
Fakultas
: Ushuluddin
TTL
: Sragen, 10 Agustus 1983
Alamat
: Kliwonan, Masaran, Sragen
Identitas Orang Tua Bapak
: Warodi AH
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Ibu
: Sadremi
Pekerjaan
:-
Alamat
: Kliwonan, Masaran, Sragen
Riwayat Pendidikan 1. Taman Kanak-kanak Pertiwi Kliwonan, lulus tahun 1990 2. MIM Kliwonan, lulus tahun 1996 3. SLTP Muhammadiyah 2 Masaran Sragen, lulus tahun 1999 4. MAN 1 Sragen, lulus tahun 2002 5. Terdaftar Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2003
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
XII
© 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1