MAKNA SEMBAHYANG KEPADA LELUHUR DALAM KONSEP AGAMA KHONGHUCU
Skripsi
Diajuka11 Kepaila Fakultas U11Ju[ui\i)i11 U11tufz Meme11ubi Pers;garata11 Mencapai Gelar Sarja!1tl (Sr) usbuluoili11
Oleh:
NAJIBAH NIM: 1973213557
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1422 H/2002 M
MAKNA SEMBAHYANG KEPADA LELUHUR DALAM KONSEP AGAMA KHONGHUCU
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S 1) Ushuludin
Oleh:
Najibah NIM • 1973213557
Di Bawah Bimbingan :
akhtiar MA . 150 240 483
Drs. Ikhsan Tanggok, M.Si NIP. 150 273 478
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYA TULLAH JAKARTA
1422 H / 2002 M
PENGESAHAN PANITIA SIDANG
Skripsi yang berjudul MAKNA SEMBAHYANG KEPADA LELllHUR OALAM
KONSEP AGAMA KHONGHUCU telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jaka11a pada tanggal 6 Februari 2002. Skripsi ini telah diterirna sebagai
salah satu syarat untuk
rnernperoleh gelar Sarjana Program Strata I ( S I ) pada Jurusan Perbandingan Agan1a.
Jakarta. 6 Februari 2002
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
~ Ors. H.M.Ammin Nurdin, MA NIP. 150 232 919 Anggota:
!.--
•
Ors. H. Ros\ n Dja'far NIP. 150 022 782
Pernbirnbing I
Or.Amsal Bakhtiar, MA NIP. 150 240 483
Ors.M.Ikhsa , nggok. M.Si NIP. 150 273 478
KATA PENGANTAR
Segala pt\ii dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan melimpahkan rahmat-Nya dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana. Shalawat serta salam ditujukan kepada Ba;,rinda Nabi Besar Muliammad SAW, sebagai suri tauladnn yang baik serta manusia paling sempurna yang ditunjuk oleh Allah SWT untuk memberikanjalan yang !urns kepada mnatnya. Al-Hamdulillah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, meskipun banyak kendala dan rintang:in yang dihadapi dalan1 proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama masa penyelesaian skripsi banyak mendapat bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak baik moril maupun maieril. Dengan demikian sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada : I.
Bapak Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, MA, selaku Dekan fakultas Ushnluddin, Bapak Drs. H. Amin Nurdin, MA, selak'll Ketua Jurusan Perbandinagan Agama, serta Thu Dra. Haniah Hanafie, M.Si, selaku Sekretaris Jmusan Perbandingan Agama, dan selnruh dosen faknltas Ushnluddin yang telah
memberikan ilmunya selama masa perkuliahan kepada penulis di IAJN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Bapak Dr. Amsal Bakhtiar, MA dan Bapak Drs. M. lkhsan Tanggok, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bariyak memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi untuk menyesaikan skripsi ini
3.
Bapak pimpinan dan Staf karyawan perpustakaan IAJN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia Depok yang telah melayani penulis dengan baik didalam peminjamah literatur yartg diinginkan.
4.
Bapak
Setianda Tirtarasa,
Bapak
Tjandra.
R
Muljadi,
serta
Bapak
H.T.Saptltra sebagai rohaniawan yang telah banyak memberikan bhnbingan dan infonnasi serta bantuan dalam penulisan skripsi ini. 5.
Ayahanda H. Mudasir dan Ibunda Hj. Muanih orang tua yang saya cintai dan honnati yang teh\h mengasuh, membimbing dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayarig serta j:i()ngorbanan yang tak terhingga selama penulis menuntut Ilmu. Seluruh jasa beliau yang tak mungkin terbalaskan dengan apapun, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kebaikan kepada keduanya. Serta kakanda Mukhlis, adinda Robiatul Adawiyah dan Ahmad Said serta keluarga yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.
6.
Untuk Kakanda tercinta Ojih S. Ag yang telah memberikan motivasi da.n dorongan kepada penulis dengan sabar dan ikhlas.
7.
Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Perbandingan Agama angkatan '97, diantaranya: Lala, Omah, Ela, Ika dan teman yang lain yang takdapat saya
sebutkan satu persatu unh1k memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal dari berbagai pihak dalam pemtlisan skripsi ini mendapatkan balasan dari Allal1 SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang yang ingin membacanya. Jakarta, 1 Februari 2002
Penulis
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ... .................................................................. i DAFTAR ISi ......... ......................................................................... iv BAB
I
PENDAHULUAN ............................................................................ I A. Latar Belakang Masalah... .. .... ..... ... ..... ..... .. .. ....... .. .. .......... .. ..... ... l
B. Pembatasan, dan Perumusan Masalah... ... .. . ... ... ....................
5
C. Metodologi Penelitian... . .................. ............................. ............. 5 D. Sistematika Penulisan...... .......................................................... 7
BAB
ll
KON SEP AGAMA KHONGHUCU TENT ANG SEMBAHY ANG KEPADA LELUHUR ................. ................................... 9
BAB
Ill
A. Pengertian Penghonnatan Kepada Lel11hur..
9
B. Selayang Pandang Agama Khonghucu..................................... ..
ll
C. Macam-macam Sembahyang dalam Agama Khonghucu.........
19
SEMBAHY ANG KEPADA LELUHUR DAN MAKNANY A DALAM AGAMA KHONGHUCU ............................................... 25
A. Upacara Penghonnatan Kepada Leluhur....................................
25
B. Momentum MeWttjudkan Laku Bakti........................................
49
C. Makna Penghonnatan Kepada Leluhur....... .. .......... .. ..... .. . .... . .. ..
54
D. Catatan Penulis....... .. .. ... ............ .. .. ... .. ... .. ... .......... .. ... .. .. ......... ... . 57
BAB
IV
PENUTUP ........................................... . A. Kesimpulan ........................................... .
....... 62 ... .
. ··········
62
B. Saran-saran................................................................. .. .. ... ... ....
63
DAFTARPUSTAKA ...................................................................... 64 LAMP IRAN-LAMP IRAN ................................................................. 66
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cina merupakan suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Mereka telah mengenal peradaban sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi tetap mereka pelihara. Hal-hal tersebut bahkan dapat kita lihat pada orang-orang Cina yang telah menetap di Indonesia pada saat ini. Salah satu aspek dari kebudayaan orang Cina di Indonesia yang masih bertahan dan merupakan suatu ciri yang memmjukkan ketionghoan mereka ialah dalam agama Cina tradisional, yaitu tentang menghormati leluhur atau nenek moyang. 1 Jika kita mengunjungi rumah sebual1 keluarga Cina tradisional, di ruang tamu akan terlihat sebuah meja khusus yang diatasnya terletak berbagai jenis peralatan sembahyang serta potret-potret anggota keluarga yang telah meninggal. Dengan menyaksikan benda-benda tesebut akan langsung terpikir bahwa betapa orang tua serta leluhur yang telah meninggal sangat dihormati dan dihargai oleh keluarga yang masih hidup. Agama tradisional yang merupakan salah satu unsur kebudayaan orang Cina tetap dipegang hingga saat ini adalah semba11yang kepada leluhur. Penghormatan leluhur merupakan suatu bentuk agama yang menekankan pada
1
I'vfariana Makrnur, l'i111gsi J?uu1ah .1"1bu Dala111 Kehidupan Orang Tioughoa, skripsi Fak.L1ltas
Sastra (Jakarta: Perpustakaan UI, 1983), h. I.
2
pengaruh roh leluhur terhadap kehidupan nyata. Suatu bentuk agama yang merupakan perkembangan dari animisme dimana manusia percaya bahwa makhluk-makhluk halus menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Makhluk-makhluk tersebut bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap panca indra manusia, dan makhluk tersebut
mampu
berbuat
hal-hal
yang
tidak
dapat
diperbuat
manusia,
dan
mendapatkan suatu tempat yang amat penting di dalam kehidupan manusia sehingga menjadi obyek daripada penghonnatan dan penyembaliannya, dengan berbagai upacara berupa doa, sajian atau korban. 2 Penghonnatan leluhur dilakukan berdasarkan beberapa tujuan yaitu : Kelestarian dengan masa lampau. Penghonnatan terhadap kebijaksanaan orang-orang tua. Harapan akan berkah yang diberikan oleh orang-orang yang telah meninggal. Meredakan kesedihan, dengan cara merawat dan memelihara roh leluhur dengan memberikan sesajian dan doa bagi kebahagiaan mereka. Ketakutan akan kutukan roh-roh jab.at. Prinsip dasar dari hal-hal tersebut di atas ialah : 1. Roh atau Jiwa dari orang yang telah meninggal tetap memperhatikan dan tetap mengasihi orang-orang yang masih hidup. 2. Adanya rasa ketidaktenteraman dan ketakutan akan orang yang telah meninggal,
2
221.
oleh
karena
itu mereka berusaha menenteramkan
roh-roh
Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropo/ogi Sosial, (Jakarta :Dian Rakyat, 1981), h. 219-
3
tersebut. 3 Praktek penghonnatan leluhur (nenek moyang) sudah dilakukan bangsa Cina sebelum
Khongbucu
dilahirkan4,
clan terns
mengalami
perkembangan
sampai
sekarang. Penghormatan leluhur dilakukan dengan kepercayaan akan kelangsungan hidup keluarga clan penghormatan terhadap orang tua yang sudah meninggal. Penghonnatan leluhur ini merupakan salah satu kewajiban keluarga yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai praktek pemberian sesaji, tata ibadal1 upacara, clan doa yang dilakukan dihadapan papan tempat arwal1 leluhur (shen wei) di ruma!Hun1al1, kelenteng, clan di makam. Dilihat dari segi tata kehidupan moral dalam masyarakat Cina, penghormatan leluhur merupakan manifestasi dari 'bakti' atau Xiao, pengbormatan bagi orang tua Xiao Jing Fu Mu sebagai ajaran yang ditananlkan Konfusius.
Menurut Konfusius, kewajiban bagi seorang anak adalah menghormati orang tua, ketika orang tua masih hidup layani mereka menurut tata cara kesopanan, ketika meninggal kuburkan mereka menurut tata cara kesopanan, clan berikan mereka upacara kurban menurut tata cara kesopanan5. Dengan demikian menurut Konfusius laku bakti anak terhadap orang tua seharusnya secara terns menerus walaupun orang tua meninggal.
3
AncestorWorship, Encylopedia Americana, ( New York: Glorier Incoporated 1829) Vol.I,
4
Nio Joe Len, Peradaban Tionghoa Se!ayang Pandang, (Jakarta: Keng PO, 196 l ), h. 89. Legge, The Four Books, Co11fucion Analects, (Shanghai, tp 1930), h. 15.
hS00-801 5
4
Kepercayaan orang Cina terhadap kehidupan setelah meninggal sangat kuat. Mereka percaya bahwa roh-roh ini membutuhkan hal-hal yang sama sebagaimana manusia di dunia. Segala kebutuhan tersebut hanya bisa diperoleh dari sanak keluarga yang masih hidup. Menurut masyarakat Cina, keharmonisan antara yang hidup dan yang telah mati haruslah dijaga, karena jika keharmonisan ini terganggu maka akan timbul halhal yang tidak diinginkan, seperti: kemiskinan, timbul penyakit, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk menjaga keharmonisan antara yang hidup den[,>an yang mati diperlukan kelapangan hati dari yang hidup untuk memberikan penghormatan pada yang mall·6 . Sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni selama ini, penulis tertarik untuk mengetengahkan tentang kebudayaan Cina khususnya agama tradisional. Penulis mencoba untuk memaparkan apa dan bagaimana sembahyang kepada leluhur dalam masyarakat Cina, khususnya pelaksanaan upacara sembahyang kepada leluhur di Indonesia. Disamping itu, penulis berusaha untuk menjelaskannya semaksimal mtmgk-in agar bisa dipahami oleh orang yang ingin mengetahui tentang agama tradisional orang Cina khususnya tentang sembahyang kepada lelulmr. Oleh sebab itu penulis mencoba untuk mengambil judul pada skripsi ini "Makna Sembahyang Kepada Leluhur dalam Konsep Agama Khonghucu".
6
M. lkhsan Tanggok, Jala11 Keselamata11 Me/alui Agama Kho11ghucu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 7
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sembahyang kepada leluhur merupakan suatu tradisi yang sudah cukup tua bagi masyarakat Cina, bahkan sudah ada sebelmn Khonghucu lahir ke dunia. Namun, meskipun zaman sudah berubah, pengetahuan bertarnbah, pendidikan orang Cina semakin maju, agama-agarna yang dianutpun berbeda-beda, namun tradisi upacara tersebut masih tetap dipertahankan. Karena sembahyang kepada leluhur tidak hanya berfungsi mempersatukan keluarga, tetapi berfungsi juga sebagai rasa bakti seorang anak terhadap orang tua yang telah meninggal dunia, khususnya anak tertua yang memimpin upacara kepada orang tua yang telah meninggal. Dalarn pembahasan skripsi ini penulis memberikan batasan yang akan dibahas. 1. Upacara sembahyang kepada leluhur dalarn masyarakat Cina yang menganut
agama Khonghucu. 2. Ajaran Khonghucu tentang penghormatan kepada leluhur (nenek moyang).
Sedangkan dalam perumusan masalah ini, agar tidak melebar terlebih dalmlu akan
dikemukakan
pokok-pokok
permasalal1an
yang
sangat
penting
dalam
pembal1asan skripsi ini yaitu: Bagaimanakah bentuk penghonnatan kepada leluhur
dan maknanya bagi kehidupan mmyarakat Cina yang beragama Khonghucu.
C. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalarn penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:
6
I. Penulis
melakukan
membaca
dan
penelitian
menelaah
perpustakaan
buku-buku
dan
(Library
Research),
majalah-majalah
yang
yaitu ada
relevansinya dengan slaipsi ini. 2. Penelitian lapangan (Field Research), tujuannya adalah mencari data-data yang ada kaitannya dengan pembal1asan slaipsi. 3. Metode dan alat pengumpulan data. a. Teknik Observasi.
Dengan mendatangi tempat - tempat ibadal1 umat Khonghucu (Lithang) guna memperoleh secara jelas dan nyata tentang cara-cara sembal1yang umat Khonglmcu. b. Teknik Komunikasi.
Dalam telurik ini penulis menggunakan komnnikasi langsung (interview) atan wawancara. Wawancara ini dilakukan secara mendalam (lndepth Interview) dengan para informan tentang data-data yang diperlukan dan sesuai dengan judul slaipsi. Dalam wawancara penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang ada kaitannya dengan out line slaipsi. Di samping itu, ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak tertulis. 4. Metode Pengolahan Data. Data yang sudal1 terkumpul kemudian diadakan klasifikasi nntuk disesuaikan dengan masalah yang sedang dibal1as. Adapnn metode yang digunakan dalam pengolahan
data
tersebut
dengan
menganalisa
data
yaitu,
menyelidiki
dan
menguraikan istilah-istilal1 dengan isi yang dimaksud. Tujuannya ialal1 untuk mencari penge1tian-pengertian atau nntuk memahami konsepsi-konsepsi yang sedang dibahas.
7
Adapun pendekatan yang digunakan dalarn pengurnpulan data. Ada dua pendekatan untuk rnenganalisa agarna dalarn kehidnpan beragarna : 1. Pendekatan dengan rnenggtrnakan ihnu-ilrnu agarna, yaitu rnelihat agarna dan
kehidupan beragarna berdasarkan teks kitab suci yang diyakini. 2. Pendekatan dengan rnelihat dan rnenganalisa agarna dari sudut pandang ilrnuilmu sosial terutarna Sosiologi dan Antropologi yaitu rnelihat agarna dan kehidupan beragarna, rnaupun upacara-upacara ritual yang rnereka lakukan sebagai bagian dari suatu sistern sosial dan kebudayaan.
Untuk rnenulis skripsi ini, penulis berpedornan pada ketentuan-ketentuan dan petunjuk-petunjuk yang telah ditentukan oleh IAIN Syarif Hidayatuflal1 Jakarta, yaitu buku: "Pedoman Penu/isan Skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syari( Hidayatullah
Jakarta", yang diterbitkan oleh IAIN Jakarta Press Tal1un 2000.
E. Sistematika Penulisan
Sisternatika skripsi ini disusun melalui beberapa bab dan sub bab agar mernudallkan
dalam memal1ami dan mengikutinya.
Secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut : BAB
I
Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang Masalah., Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metode penulisan,
serta Sisternatika
Penulisan. BAB
II
Konsep Agama Khonghucu tentang Sembahyang pada Leluhur, yang terdiri
atas: Pengertian Sernbahyang Kepada Leluhur,
Selayang
8
Pandaug Agama Khonghucu, dan Macam-macam sembahyang dalam
Agama Khongl1ucu. BAB Ill
Sembahyang Kepada Leluhur dan Maknanya Dalam Agama Khonghucu, yang terdiri atas: Upacara Penghormatan Kepada Leluhur, Momentum Mewujudkan Laku Bakti, Makna Upacara Penghormatan Kepada Leluhur, dan Catatan Penulis (Analisa)
BAB
IV
Kesimpulan.
BAB II KON SEP AGAMA KHONGHUCU TENT ANG SEMBAHY ANG KEPADA LUHUR
A. Pengertian Sembahyang Kepada Leluhur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, roh adalah sesuatu yang hidup tidak berbadan/jasmani, yang berakal budi dan berperasaan. Sedangkan leluhur adalah nenek moyang. 7 Jadi roh Jeluhur adalah orang yang telah meningggal dunia tetapi rolmya dianggap masih berada di sekeliling manusia, dan masih mempunyai hubungan sosial dengan orang-orang yang hidup, yang dihonnati dan disegani oleh keluarganya. Konsep
sembahyang
kepada
leluhur
dalam
agama Khonghucu
tmtuk
mengenang dan menghormati pada leluhumya, tak Jain dan tak bukan adalah untuk menyatakan terima kasihnya yang berkesinambungan. Hubungan darah yang tak terputuskan ini membekas dalam hati sanubari setiap umat Khonghucu sehingga menjalin kesinambungan sejara11 dan keterikatan antar manusia yang non materi yang tulus dan mumi. Umat Khonghucu, tak perduli kaya atau miskin, pintar atau bodoh, bahkan berpangkat atau jelata mereka menghonnati satu sama lain seperti pendahulu mereka yang telah tiada. 7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Ka111us Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. ke-L h. 830 dan 581
10 Sembahyang kepada Jeluhur biasanya dilaksanakan tiap: I. Tanggal 1 dan 15 Imlek malam hari 2. Tanggal 5 April (hari Ching Bing) 3. Tanggal 15 bulan VI! Imlek (sembahyang lelul1ur) 4. Malam menjelang tahun baru Imlek 5. Setiap tanggal wafat para lelul1ur. Dalam Setiap keluarga Khonghucu altar lelul1ur mempunyai arti yang sangat penting karena altar lelul1ur berfungsi sebagai sarana berhidmat dan mengenang, sekaligus berjanji agar generasi pelanjut mampu hidup didalam kebajikan dan tidak memalukan serta mengecewakan almarhum orang tuanya yang telah tiada. 8 Namun walau tidak ada media yaitu altar untuk sarana sembahyang kepada lelulmr, penghormatan kepada leluliur masih tetap bisa diwujudkan dalam hati sanubari. 9 Penghormatan kepada leluliur merupakan suatu faktor yang paling penting didalam masyarakat Cina. Penghormatan lelul1ur itu memegang posisi knnci tertinggi didalam kehidupan agama Khonghucu. 10 Di Cina orang yang mati akan menjadi lelulmr (nenek moyang) ketika periode ratapan tertentu (masa berkabung) telah usai. Periode ratapan dianggap sebagai masa transisi bagi orang yang mati. Pada titik
8
Makin, Bersujud Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan 111enghorn1ati Para Leluhur atau Orang yang Te/ah Mendahu/11 (Jakarta: Sala, 1993), Cet ke-L h. 10 9
Tjandra R Mulyadi, Rohaniawan Khonghucu, Wawanwra Pribadi, Cibinong, 17 Nopember
2001 '
h.48
0
Suh Sung Min, Injil dan Penyembahan Nenek Moyang (Yogyakarta: Media Presindo, 2001 ),
11
terakhir dari periode ratapan, sesajian untuk orang yang meninggal tersebut barn akan diberikan, clan barn setelah itu manjadi seorang nenek moyang. Sejak saat itu nenek moyang yang barn itu mendapat kuasa yang khusus bagi perlindungan keluarganya, setelah itu pemberi sajian mengikntinya. Kuasa nenek moyang barn berkurang pada generasi-generasi berikutnya. Penghonnatan nenek moyang bagi pribadi di laksanakan sampai pada generasi kelirna bagi raja-raja, generasi ketiga bagi para pangeran, tetapi bagi seorang bangsawan biasa hanya satu generasi. Pada akhir periode, tablet (papan arwah) yang sama di titipkan di kuil dan tidak lagi rnenerirna sajian. Sikap dan penghonnatan terhadap orang nra adalah sikap yang baik. Tata kelakuan ini rnernperluas budi kebijaksanaan yang dapat rnenjamin ketentraman dan kesejahteraan keluarga.
11
B. Selayang Pandang Agama Khonghucu
Animisrne
(pernujaan
terhadap
dewa-dewa
alam)
clan
upacara
untuk
kesuburan, khususnya pernujaan nenek rnoyang adalah bukan hanya praktek keagarnaan bangsa cina yang paling awal tercatat, tetapi ada pada setiap agamaagarna berikutnya rnasih tetap rnernpercayai ha! tersebut. Pada saat dinasti Shang digantikan oleh Chou pada tahun 1027 SM hingga 771 SM, kerajaan Chou rnernerintal1 sebagai "Pangeran raja-raja" dalam kekuasaan
"Ibid, h. 49
12
tak perlu dipersoalkan laf,>i atas dunia Cina 12 _ Dan bukti berpusatnya cara rnemuja keluarga sejauh kita kembali kemasa dinasti Shang atau Yin I 000 SM.
13
Pada waktu dinasti Shang dan Chou berkuasa, hampir setiap segi kehidupan dikuasai oleh kaum ningrat secara turun-ternurun. Diantara penguasa Shang dan Chou banyak terdapat orang terkenaL Orang-orang terkenal dari kalangan keluarga ningrat ini telal1 lama rneninggal dunia dan mereka dihonnati oleh sebagian besar rakyat Shang dan Chou. Para pembesar dari kalangan ningrat ini tidak hanya dihonnati, tetapi juga dirnasukkan dalam mitologi orang Cina, atau dapat dikatakan sebagai Dewa. Dapat dikatakan bal1wa penguasa pada masa itu hidup dalarn binibingan para lelttlmr rnereka, yang dapat diketalmi dari berbagai macam dokumen yang ada pada waktu itu. Dalam suatu inskripsi dari bejana Perunggu dapat dibaca ba!Jwa ada seorang bangsawan dengan bangga rnengatakan ba!Jwa para lelttliur rnereka di surga tela!J berbesar hati rnembukakan jalan bagi keturunanya di dunia. Menurut pandangan rnasyarkat Cina pada rnasa itu kekuasaan yang rnereka peroleh di dunia ini tidak lain anugerah dari para lelttliur rnereka yang ada di surga. Surga ini rnenurut rnereka adala!J ternpat para pemimpin rnereka yang pema!J berkuasa sebelunmya. Dinasti Chou adalal1 sala!J satu dinasti yang ditunjuk oleh para leluhur di surga untuk rnemimpin Cina pada rnasa itu. Dalam pandangan rnasyarakat
12
Man and His Gods. Encyclopedia of the World's Religions (London: the Hamlyn, 1971 ), h.
13
Laurence G. Thomson, Chinese Religion (California: University of Southern, tt), h 31
266
13
Cina pada masa itu, rakyat jelata, budak, dan orang-orang miskin, tidaklah dapat merijadi penguasa di dunia, karena mereka tidak memiliki leluhur yang berkuasa di surga. Jadi penguasa pada masa itu mempakan pewarisan dari penguasa masa lalu yang masih dalam hubungan keluarga, dan tidak di raih melalui prestasi seseorang. 14 Pembenaran mengenai penganugerahan kekuasaan dari para leluhur ini tidak saja di yakini oleh para penguasa Chou, namun mitologi semacam itu sudah ada sejak zaman dinasti Shang. Mereka mengakui bahwa berdirinya dinasti Shang tidak terlepas
dari
pemberian
Tuhan kepada mereka untuk memimpin
rakyatnya.
Pembenaran atas mitologi ini sangat sulit diterima oleh aka! sehat, namun agar dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat pada masa itu, mitologi tersebut disebarkan melalui cerita-cerita rakyat. Menumt Creel, penguasa Chou menyebutkan ajaran mereka ini sebagai ajaran mengenai "Keputusan Ti atau Tuhan ". Ti atau Thian adalah sebutan untuk dewa tertinggi. Kepercayaan semacam ini tidak hanya terdapat pada masyarakat Cina di masa dinasti Shang dan Chou (sebehun Khonghucu lahir), namun juga dalam masyarakat Cina dewasa itu. Akan tetapi dapat kita katakan bahwa masyarakat Cina sebelum Khonghucu lahir sudah menamh keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan para leluhur yang telah lama meninggal dunia dipandang hidup dalam surga. Meskipun para leluhur ini sudal1 lama meninggalkan dunia, namun mereka tetap memperhatikan sanak keluarga mereka yang ada di dunia. Untuk membalas kebaikan yang telah
14
M. lkhsan Tanggok, Op. Cit., h. 3-4
14 diberikan para leluhur ini, mereka dengan senang hati memberikan sesembahan yang dikemas dalam bentuk makanan untuk para leluhur mereka.
15
Agama Khonglmcu telal1 dirintis oleh para nabi sebelum nabi Khonglmcu lal1ir, antara lain Raja Suci Tong Giao (2357-2255 SM) dan Gi Sun (2255-2205 SM) yang semula dinamai agama Jikau, agama orang-orang yang lembut hati, terbimbing dan terpelajar, yang kemudian disempurnakan oleh nabi Khonghucu (551-479 SM)
dan akhirnya ditegal(kan oleh Bingcu (372-289 SM). Kitab suci agama Khonghucu l. Yang pokok : Kitab Su Si (kitab yang Empat), terdiri dari : a.
Thay Hak I Kitab ajaran besar berisi tuntutan pembinaan diri ditulis oleh Cingcu, murid nalli Khonglmcu.
b. Tiong Yong I Kitab tengah sempurna berisi ajaran keinlanan ditulis oleh Cusu, cucu nabi Khonghucu. c.
Lun Gi I K.itab Sabda Suci berisi kunlpulan berbagai aJaran nabi, percakapan nabi dengan murud-muridnya dan penghidupan sehari-hari nalli.
d. Bing Cu I Kitab Bing Cu berisi ajaran Bing Cu yang menjelaskan ajaran nabi Khonglmcu ditulis Oleh. Bingkho. 2. Yang melandasi: Ngoking (kitab yang linla), terdiri dari :
15
Ibid, h. 5
15 a.
Si King I Kitab Sanjak berisi kumpulan sanjak atau puji-ptciian purba (abad 16 s/d 7 SM).
b. Su King I Kitab Hikayat I Dokumentasi Sejarah Suci berisi teks sabdasabda, peraturan-peraturan, nasehat-nasehat, maklumat para nabi dan Raja Snci purba (abad 24 s/d 7 SM), dari zaman Raja Suci Giow sarnpai Raja mnda Chien Bok Kong. c.
Ya King I Kitab Perubahan atau kejadian alarn semesta, wahyu yang turun kepada Raja Suci Bun (abad 12 SM).
d.
Lee King I Kitab berbagai peraturan tentang kesusilaan, peribadahan, di!.
e.
Chun Chiu King I kitab catatan sejarah zaman Chun Chiu (722-481 SM), yang ditulis oleh nabi Khonghucu untuk menilai peristiwa pada zaman itu.16
Pengertian Agarna dijelaskan dalarn K.itab Tiong Yong (Tengah Sempuma) Bab Utarna: "rlrman Tuhan itulah dinamai watak sejati, berbuat mengikuti watak
sejati dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan untuk menempuh jalan suci dinamai agan1a".
17
Menurut BS. Setianda bahwa agarna K.honghucu adalah tuntutan hid up yang telah diturunkan melalui para nabinya. Nabi dalarn agarna Khonghucu berasal dari berbagai suku bangsa, bukan hanya dari Tiongkok, Barat dan Timur yang dirintis
16
Bs.
Nopember 200 l. 17 Ibid.
Setianda Tirtarasa,
Rohaniawan Khonghucu,
Wawancara Pribadi,
Jakarta,.
l7
16 s<:
''Adapun jalan suci dalam ajaran besar ilu ialah: Menggemilangkan kebajikan yang bercahaya; mengasihi rakyat dan berhenti pada puncak kebaikan ". (Thay hak I k't. Ajaran Besar Utama : I)
"Hanya kebajikan berkenan kepada Tuhan YME. sungguh hanya ada satu yaitu kebajikan". (Wi Tik Tong Thian, Hom yu it tik)" (Su King).
Karena itulal1 wajib untuk mempelajari. Tidak hanya cukup diketalmi, tapi hams dipelajari. Dalam kitab Tiong Yong (Tengah Sempurna) 24:2 : "Tanpa iman
tanpa kesungguhan hati segala sesuatu tidak akan teljadi. Semua dasamya iman". Dan untuk meyakini sesuatu harus berdasarkan pengertian sesuai dengan ayat:
"Be/ajar tanpa belfikir akan sia-sia, belfikir tanpa be/ajar akan berbahaya ". Apabila sudah melaksanakannya, berarti sudah mengembangkan watak sejati manusia. Watak sejati itu merniliki lin1a pokok kebajikan :
1. Cinta kasih (Jien) 2. Kebenaran I keadilan I kewajiban (Gi)
17
3. Susila (Lee) 4. Bijaksana (Ti) 5. Dapat dipercaya (Sien) Lima sifat baik ini hendaknya selalu menghias diri setiap orang. Dengan mengembangkan dan melaksanakan sifat kebaikan, manusia akan mendapat jalinan yang indah terhadap Tuhan maupun terhadap sesamanya.
18
Manusia dalam pandangan agama Khonghucu adalah makhluk yang tediri dari jasmani dan rohani. Bila manusia mati maka rohaninya akan kembali kepada Tuhan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia. Hal ini membuktikan akan kepercayaan
agama
Khonghncn
mengenru
adanya
kehidnpan
setelah
mati.
Sebagairnana yang disabdakan nabi Khonghucn didalrun kitab Lee Ki XXIV ayat 13 berbunyi: Semangat (Khi), itulah perwlliudan tentang adanya roh; kehidupan jasad (Phik) itulah perwujudan tentang adanya nyawa, bersatu harmonisnya nyawa dan roh, itulah tujuan pengajaran agruna Semua yang dilahirkan pasti mengalami kematian; yang mati itu mesti pulang kepada tanah, inilah yang berkaitan dengan nyawa. Semangat itu mengembang naik ke atas, memancar cemerlang diantara semerbaknya ban dupa, itulal1 sari beratus benda dan makhluk., inilah pemyataan dari pada roh. 19 Sebagaimana telal1 disebutkan di atas, bahwa manusia adalah makhluk yang tidak hanya memiliki rohani saja, tapi juga jasmani. Untuk kehidupan jasmaninya itu manusia memerlukan
berbagai uafsu, naluri dan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan lahimya, maka manusia wajib mrunpu mengendalikan nafsu-nafsunya 18
Smyo Hutomo, Tara ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, (Jakarta : MATAK.IN 1983),,
19
MATAKIN, Pokok-pokokKeimanan Konfusiani, (Solo: MATAKIN 1985), h. 42-45.
h. 19.
19
C. Macam-macam Sembahyang Dalam Agama Khonghncu. Sebelum masuk pada uraian tentang sembahyang kepada leluhur pada pembahasan selanjutnya, maka terlebih dahulu kita mengenal jenis sembahyang lainnya,
kiranya pada agama Khonghucu banyak sekali
macam
dan
ragam
sembahyang selain sembahyang yang kepada leluhur. Ada sembahyang terhadap Thian Tul1an Yang Maha Esa, terhadap nabi dan para arwal1 suci dengan berbagai nama, waktu, dan aturannya. Di bawah ini akan diuraikan tentang macam-macam sembahyang dan saatsaat waktunya, tetapi tidak dengan tata cara pelaksanaan ibadatnya. a. Sembahyang kepada Thian Tuhan Yang Maha Esa
1). Tiam Hio/Sembahyang Ucapan Syukur Dilakukan tiap hari, pagi/sore atau tiap bulan barn dan bulan pumama, Cet let dan Cap Go; yaitu sore menjelang Ce let, Cet let pagi dan Cet let sore demikian pula untuk Cap Go. 2). Sembahyang Syukur Malam Penutupan Tahun (Gwan Than) Dilaksanakan dalam keluarga pada saat Cu Si (jam 23.00-01.00), cukup dengan Tiam Hio; kecuali bila telah melakukan nazar (janji/kaul) wajib dilakukan dengan altar lengkap. 3). King Thi Kong (Sembahyang Besar Kepada Tuhan Yang Maha Esa) pada tanggal 8/9 Cia Gwee Dilaksanakan seminggu sesudah Tahun barn Khonghucu-lik, yakni pada tanggal 8 malam hari menjelang tanggal 9 bulan Cia Gwee,
20 pada saat Cu Si (jam antara pukul 23.00-01.00) 4). Sembahyang Syukur Saat Siang Gwan/Gwan Sian Dilaksanakan pada Cap Go Meh/tanggal 15 bulan Cia Gwee, antara saat Shien Si sampai saat Cn Si (15.00-01.00) 5). Sembahyang Besar Twan Yang Dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee (tanggal 5 bulan V Imlek) di rumah masing-masing, di Lithang atau di tanah lapang dekat tepi dungai atan laut. Dilaksanakan pada saat Ngo Si (jam 11.00-13.00) 6). Sembahyang Besar Tangcik Dilaksanaka..'1. pada tanggal 22 Desember pagi dini hari saat len Si (jam 03.00 s.d. 05.00) di rumah masing-masing atau di Lithang. b. Upacara Sembahyang untuk nabi 1). Upacara Sembal1yang Besar Cing Sing Tan I Peringatan Hari lahir nabi Khonghncu Dilaksanakan pada petang hari menjelang Pik Gwee Ji Chiet (27 bulan VII Khonghucu Lik), oleh para rokhaniawan, pengurus dan panitia penyelenggara. Waktu saat Bau Si (antarajam 05.00-07.00). 2). Sembahyang hari genta Rokhani (Tang Cik) Dilaksanakan pada tanggal 22 Desember pagi dini hari saat Ien Si (jam 03 .00-05 .00) di rumah masing-masing atau di Lithang.
21
3). Sernbahyang Peringatan hari Wafat nabi Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 18 Ji Gweejarn 09.00. c. Upacara Sernbahyang Untuk para Suci 1). Hari Twan Yang
Dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee (tanggal 5 bulan V hnlek) di rurnah rnasing-rnasing, di Lithang atau di tanah lapang dekat tepi sungai atau laut. Dilaksanakan pada saat Ngo Si Garn 11. 00-13. 00) Surat do'a ditulis pada kertas rnerah. 2). Bari Sernbahyang Tiong Chiu Diselenggarakan pad tanggal 15 bulan VIII hnlek (Pik Gwee Cap Go) 3). Hari Sernbahyang He Gwan Diselenggarakan pada tanggal 15 Cap Gwee/bulan 10 Irnlek, cukup dengan Tiarn Hio. d. Upacara Sernbahyang Untuk Leluhur I). Tlriarn Hio Dilaksanakan pada tanggal I dan 15 hnlek; dilaksanakan pada petang hari sebelumnya, dan pada tanggal tersebut pagi dan sore hari, (sernuanya tiga kali). 2). Sernbahyang hari Wafat Leluhur (Co-Ki)
22 Dilaksanakan pada saat bau Si (antara jam 05.00-07.00). Sajian (bila memungkinkan) lengkap,jangan dilupakan sayur sawi dan nasi putih. 3). Pada Tutup Tahun lama (Ti Sik) Dilaksanakn pada tanggal 29-VII Imlek, dilaksanakan pada siang hari saat Bi Si (antarajam 13.00-15.00) sajian lengkap. 4). Ching Bing (Sadranan) Dilaksanakan di makam atau di Thiong Ting (mnum). Waktu bebas, sekitar 10 hari sebelum/sesudah 5 April. Sajian boleh lengkap. 5). Tiong Gwan atau Tiong Yang Dilaksanakan pada tanggal 15 bulan VII Imlek, di altar keluarga. Pada saat Ngo Si (antarajam 11.00-13.00) sajian boleh lengkap. e. Kebaktian Kemayarakatan 1). King Hoo Ping atau Sembahyang bagi Arwal1 Umum
Dilaksanakan tanggal 29 bulan VIl Imlek, untuk sembahyang ini dibuatkan altar khusus, di halaman kelenteng atau di ruang khusus di rumah abu umum atau Tiong Ting. Sajian lengkap. 2). Sembahyang hari Persaudaraan (Sosial) atau Hari kenaikan Cookun Diselenggarakan pada tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap-Ji-Gwee-Ji-Si)
dan dilaksaknakan pula pada tanggal 4 bulan 1 Imlek (Ci Gwee Chee Si) sebagai hari penyambutan Coo Kun (malaikat pemeriksa/dapur)
turun. Pada hari persaudaraan ini yang penting ialah diadakan
23 kegiatan-kegiatan prikemanusiaan, kegiatan dana dan amal untuk
fakir miskin.
JADWAL WAKTU SEMBAHWANG
1.
Saat Cu Si
antara pukul
23.00-01.00
2.
Saat Thio Si
antara pukul
01.00-03.00
3.
Saat Ien Si
antara pukul
03.00-05.00
4.
SaatBau Si
antara pukul
05.00-07.00
5.
Saat Sien Si
antara pukul
07.00-09.00
6.
Saat Ci Si
antara pukul
09.00-11.00
7.
SaatNgo Si
antara pukul
11.00-13.00
8.
Saat Bi Si
antara pukul
13.00-15.00
9.
Saat Shien Si
antara pukul
15.00-17.00
10.
Saat Yu Si
antara pukul
17.00-19.00
11.
Saat Sut Si
antara pukul
19.00-21.00
12.
SaatHai Si
antara pukul
21.00-13.00
RUMAH IBADAHffEMPAT KEBAKTIAN
I.
Thian Than
Tempat ibadah untuk bersujud kepada Thian Tuhan Yang MaliaEsa
2.
Khonghucu Bio
Komplek bangunan kuil untuk kebaktian bagi nabi
3.
BunBio
Sejenis no.2, hanya saja segala lambang-lambang Altar dengan Sienci (berwajud tulisan, tanpa gambar atau patung)
4.
Lithang
Ruang kebaktian, tempat jamaah melaksanakan ibadah bersama
24 5.
Cong Bio I
Kuil Jeluhur
CoBio 6.
HioHwee
Altar leluhur didalam keluarga
7.
Kau
Altar sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa
8.
Bio/Kelenteng/Kuil Para Suci
9.
Sia
21
: Altar sembahyang bagi Malaikat Bumi. 21
Sumber seluruhnya diperoleh dari: Majelis Tinggi Agama Khonghucu fudonesia (MATAKJN), Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, h. 35, 39-42 dan B.S. Suryono Hutomo, Modul Tata Agama penyeragaman Tata Ibadah. Diktat Penataran Agama Khonghucu Tinggat I bagi ca/on Rohaniawan dan pengajar, (fangurang: MATAKJN, 1990) IL 3-6.
BAB III SEMBAHY ANG KEPADA LELUHUR DAN MAKNANY A DALAM AGAMA KHONGHUCU
A. Upacara Penghormatan Kepada Leluhur Semua aktifitas manusia yang bersangkutan dengan agama didasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan. Emosi keagamaan ini biasanya pemah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkiu hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali. Emosi keagamaan itulal1 mendorong orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat agama. 22 Sistem agama dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri khusns untuk sedapat mungkiu memehbara emosi keagamaan itu di antara pengikutpengikutnya. Dengan demikian emosi keaganlaan merupakan unsur penting dalam Stratu agama bersama dengan tiga unsur yang lain yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan suatu umat yang menganut agama itu. 23 Penghormatan leluhur dalam masyarakat Cina merupakan suatu sistem agama oleh karena selain memiliki emosi keagamaan, juga memiliki unsur-unsur yang lain sistem keyakinan dimarra perhatian ditujukan pada konsep tentang roh-roh leluhur, sistem upacara keagamaan, dan suatu nmat yang menganut agama tersebut.
22
Koentjoroningrat, Penganlar I/mu Antropologi, (Jakarta : Aksara Baru 1986), h. 3 76-377.
23
Ibid,
26
Sistem upacara keagamaan mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus yaitu: (1) tempat upacara keagamaan, (2) saat-saat upacara keagamaan dijalankan, (3) benda-benda dan alat upacara, (4) pelak:u upacara.24 Penghormatan leluhur dilakukan pada tempat tertentu, yaitu di rumah abu, di rumah tempat tinggal keluarga serta kuburan-kuburan. Rumah abu orang-orang Cina khususnya di Indonesia merupakan perkumpulan klen dimana anggotanya
~ah
orang-orang Cina yang baerasal dari sub suku bangsa mana saja asalkan mempunyai nama keluarga yang sarna. 25 Yang dimaksud dengan sub suku bangsa di sini adalah orang-orang Cina yang berasal dari propinsi-propinsi yang berbeda, membawa serta ciri kebudayaan yang khas dari kampung halamannya dan memiliki perbedaan dialek bal1asa sepertinya Hokkian, Hakka, Kanton. 26 Pada saat-saat tertentu seluruh anggota Klen tersebut berlrumpul, selain untuk melakukan upacara sembahyang leluliur bersama, rumah abu ini juga bertujuan memperat persaudaraan serta solidaritas keluarga. Upacara-upacara penghormatan kepada leluliur yang dilak:ukan oleh orang Cina biasanya berkenaan dengan suatu peristiwa atau perayaan tertentu. Dalam kebudayaan Cina banyak terdapat perayaan-perayaan tradisional yang berkaitan dengan agama yang dianut. Di antara perayaan-perayaan tersebut, ibadah yang khusus di tujukan kepada leluliur adalah : 24
Ibid, h .. 378. Makmur, Fungsi R11mah Abu dalam Kehidupan Orang Tionghoa, Skripsi Sarjana Fakultas Sastra (Jakarta :perpustakaan UI 1983) h_ 6. 26 Skinner, Golongan Minari/as, Golongan Etnis Tionghoa Di Indonesia (Jakarta:Gramedial981) ed MelyG. Tan, h_ 6 25
27
1. Setiap tanggal 1 dan 15 bulan lmlek yang disebut Ce It Cap Go.
2. Hari wafat lelubur I orang tua/ 3. Sembahyang Tahun Baru. 4. Sembahyang Ceng Beng- Qing Ming. 5. Sembaliyang arwah umum - Cioko (sembahyang rebutan). Cioko dilakukan pada tanggal 15 bualan 7 Imlek ditujukan bagi arwah atau roh yang tidak memiliki keluarga lagi atau roh-roh yang terlantar, yang tidak disembahyangi oleh sanak keluarga lagi. 27 Semua upacara tersebut pada umumnya dilakukan di !1lIIlah-rumah keluarga terutama yang memelihara abu. Waiau demikian, banyak keluarga yang tidak memelil1ara abu juga melakukan upacara sembal1yang dengan meletakkan meJa menghadap pintu muka rumahnya. Semua upacara yang dilakukan tersebut bertepatan dengan suatu perayaan tertentu yang erat kaitannya dengan peredaran alam. Dalam upacara agama biasanya dipergunakan benda-benda sebagai alat upacara seperti patung-patung, al at bunyi-bunyian dan sebagainya. 28 Peralatan ritus upacara lelubur di rumah tempat tinggal lebili sederhana daripada di rumah abu. Dalam upacara diperlukan dupa atau Hio, lilin, papan lelubur atau papan arwah yang disebut Sien Ci atau Shen Wei, tempat menancapkan dupa atau hiolo yang banyaknya tergantung dari jumlah lelubur yang disembahyangi, kotak panjang-bundar tempat berisikan batang dupa, dan lain-lainnya. Segala peralatan ritus upacara seperti
2:1 28
Suara Agama Konghucu, (Solo: MATAKIN, 1969), h. 4 Koentjoroningrat. OP. Cit., h. 378
tersebut di atas diletakkan di atas meja abu leluhur yang merupakan sebuah meja khusus diperuntukkan bagi leluhur.29 Meja abu umumnya terdiri atas dua atau tiga buah meja berwama merah Lou. Meja yang tinggi berukuran panjang 6 1/2 kaki dan lebar 2 1/2 kaki, dan meja yang rendah berukuran panjang/lebar 3 kaki. 30 Jika tidak ada Shen Wei, pada dinding di belakang meja abu biasanya digantung potret leluhur atau orang tua. Bersama dengan potret-potret tersebut biasanya juga terdapat gambar pemandangan alam., diapit oleh dua buah panji yang bertuliskan huruf-huruf Cina. Keseluruhan gambar dengan panji-panji tersebut dinamakan Shen-Shui, maksud dari gambar itu adalah pelambang tempat tinggal leluhur dimana "abu" nya diletakkan di hadapan lukisan tersebut. Pada keluarga yang cukup mampu, meja abu dihiasi dengan sebuah jambangan yang berisi bunga-bunga segar. Bagi orang-orang yang kurang mampu biasanya altar dihias dengan bungabunga yang terbuat dari kertas yang kemudian akan diganti dengan yang barn pada hari-hari menjelang Tahtm Barn Imlek.
31
Persembahan yang ditujukan bagi leluhur dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persembahan yang dibakar dan yang tidak dibakar. Persembahan tersebut berbentuk sajian makanan, minuman serta benda yang terbuat dari kertas. Persembalian yang tidak dibakar, berupa berbagai jenis makanan dan minurnan akan tetap utuh selama upacara berlangsung dan pada akhir upacara akan menjadi santapan 29
Yang dimaksud dengan abu leluhur di sini bukanlah merupakan abu dari pembakaran jenazah (kremasi) leluhur melainkan sebagai pelarnbang saja. Biasanya abu ini berasal dari kelenteng ada juga yang diarnbil dari abu dapur atau sisa-sisa pembakaran llio. 30 Mely G. tan. Op. cit. h, 162. 31 Nio, Peradaban Tionghoa Se/ayang Pandang (Jakarta: Keng Po 1961), h. 93.
29
bagi seluruh keluarga. Persembahan yang dibakar terdiri dari sebagian kecil saJ1an yang tersedia serta uang-uang kertas tiruan32 . Kedua bentuk persembahan ini memiliki arti simbolis. Jika ditelusuri menurut dasar pemikiran orang Cina seperti yang telah diterangkan sebelumnya, persembahan saj ian-saj ian makanan dan minuman tersebut merupakan tindakan pengucapan syukur yang ditujukan bagi PO (material soul) oleh karena jenis persembahan ini tidak dibakar. Sedangkan jenis persembahan yang menggunakan api (dibakar) ditujukan bagi Qi (immaterial soul). Pelaku atau orang-orang yang melakukan upacara sembahyang lelul!ur adalah orang-orang yang masih terikat dalarn suatu keluarga atau marga. Sembahyang kepada lelul!ur yang dilakukan keluarga, dipimpin laki-laki tertua dalarn keluarga, jika ia sudal! terlalu lemal! dan sudah tidak sanggup lagi memimpin upacara maka tugas tersebut diseral!kan pada anak laki-laki yang sulung; upacara ini ditujukan terbatas pada lelul!ur yang terdekat saja dan pelaku upacara juga terbatas pada anggota keluarga yaitu isteri, anak serta cucu-cucu. Pemujaan di rumah abu dihadiri oleh anggota keluarga besar atau atau Iden, dan yang dipttja adalah lelul!ur yang lebih jaul!. Pimpinan upacara ditunjuk seorang yang dianggap paling tua dan paling dihormati. 1. Tata Cara Sembahyang Kepada Lelul!ur Sembahyang kepada lelul!ur dilaksanakan di rurnal! masing-masing, yakni
32
Makna pembakaran uang kertas yaitu sebagai bekal di surga untuk menyogok para dewa jangan sampai mengganggu para roh leluhur.
30
pada altar keluarga (Hio Hwee) atau Bio leluhur atau Co Bio. Dan upacara sembahyang ini dapat dilakukan bersama atau perseorangan33 . Upacara sembahyang kepada Jeluhur menggunakan media yaitu Ciak tuk yaitu meja sembahyang yang berbentuk empat persegi panjang bentuknya dan lebih tinggi dari meja di depannya. Sedangkan Ki tuk yaitu meja sembahyang berbentuk bujur sangkar dan Jebih rendah dari pada Ciok-tuk. Apabila altar di rumal1 memakai satu meja saja, yaitu Ki-tuk saja, yang tingginya dibuat Jebih tinggi sedikit dari pada meja makan biasa, maka penyusunan altar disesuaikan. Altar I meJa sembahyang leluhur sebaiknya diletakkan di bagian tengah rumah (tempat yang menghadap pintu keluar), kalau tidak memungkinkan meja sembahyang tersebut diletakkan di ruang tengah maka tempat sembayang leluhur ini bisa ditempatkan di ruang khusus seperti kamar.. Hendaknya dirawat sebagainiana mestinya suatu tempat suci, jangan diletakkan di atasnya benda-benda yang tidak ada hubungannya dengan peralatan upacara. Perlengkapan sembahyang dapat ditambah sesuai kebiasaan setempat, asalkan tidak bertentangan dengan maksud pemghormatan kepada leluhur, sebaiknya di altar leluhur juga di leta ·kkan kitab Su
S~
dekat Sien-Ci I foto Jeluhur.
Tempat kebaktian keluarga kepada leluhur ini ada duajenis yaitu: a. Rumah abu leluhur atau kelenteng leluhur (Co Bio), umunmya di tempat
ini pada altarnya di letakkan Sien-Ci leluhur kaum.
33
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Klwnghucu, (Solo: tpn, 1985), h. 90
31
b. Hio Hwee yaitu tempat abu leluhur keluarga/rumah tangga, pada umumnya pada altar selain menggunakan Sien-Ci, kini banyak digunakan foto leluhur yang dihormati34 • Rnmah abu leluhur ini sekarang ada dua macam : 1) Rnmah abu dari satu marga/satu kaurn. 2) Rumah abu untuk leluhur umum. 35 Tata cara pelaksanaan sembahyang kepada Tuhan maupun leluhur ada beberapa ha! yang hams di ketahui, yaitu sebelnm sembahyang ke altar leluhur, hams terlebih dahulu sembahyang dengan menghadap keluar pintu rumah, maksudnya adalah sembahyang kepada Thian, Tuhan YME, karena orang tua hanya merupakan sebagai wakil dari Tulllll1, sedangkan Tuhan adalah yang maha roh (sing ti kwi sien) yang dengan sepenuh hati menyadari adanya nyawa dan roh, sebagai anak memohon berkah kepada Tuhan. Setelah itu nyalakan tiga atau sembilan batang dupa kemudian naikkan tiga kali sambil mengucap dalam hati : Pertama : Ke hadirat Thian Yang Maha Besar di tempat Yang Maha Tinggi. Kedua
: Kehadapan nabi Khonghucu, penuntun dan penyadar hidup ..
Ketiga
: Kehadapan segenap leluhur yang karni hormat dan cintai, siancay. 36
34
Ibid., h. 91 Ibid., h 22. 36 MAKIN, Membentuk Sikap Bakti; Bersi!ftld Kepada Tuhan YME dan Menghormati Para Leluhur atau Orang Tua.)'2ng Mendahului, (Solo: tpn, tt), h 22. 35
32
Sesudah itu dupa dinaikkan secara Ting Lee37 (tangan kanan dikepal ditntnp telapak tangan kiri, dari ulu hati diturunkan sedikit laln dinaikkan sampai ke atas
dahi) dan ditancapkam dupa pada tempat yang disediakan, lain bersikap Pau Sim Pat tik (telapak tangan kanan ditntnp telapak tangan kiri, kedua ibn jari dipertemukan dan diletakkan di uln hati) dan mengucapkan doa, sebagai berikut :
"Ke hadiral Thian Yang Maha Besar, di lempat Yang Maha Tinggi, dengan bimbingan Nabi Khonghucu, dipem1u/iakanlah. Diperkenankan kiranya kami melakukan sujud sebagai pernyataan kepada leluhur kami. Kami berdoa semoga Tuhan berkenan bagi para arwah beliau itu selalu di da/am cahaya kemuliaan kebajikan Thian, sehingga damai dan tenteram yang abadi boleh selalu padanya. Siancay. (diakhiri dengan sekali Ting Lee). 38 Selesai bersembahyang kepada Thian kemndian mennjn ke altar leluhur. Dupa dinyalakan dua atan empat batang dan dinaikkan 2 kali sambil mengucap : Pertama : Ke hadirat Thian Yang Maha Besar, di tempat Yang Maha Tinggi. Kedna
: Kehadapan ..........yang kami hoimat dan kasihi, siancay. 39
Setelah itn batang itn ditancapkan, kemndian bersikap Pan Sim Pat Tik memanjatkan doa:
"Kehadapan leluhur (namalpanggi/an kepada beliau yang dihormati) yang kami cinta dan hormati, terimalah hormat dan bakti kami.
37
71ng Lee barmakna menyampaikan hormat setinggi-nnggmya waktu sembahyang dihadapan altar, sedangkan Pau Sim Pat adalah sikap yang bennakna delapan kebenaran, yaitu: bakti, rendah hati, setia, dapat dipercaya, susila, kebenaran, suci hati, dan tahu rnalu. 38 MAT AKIN, Op. Cit, h. 19-20. 39 MAKIN, Op. Cit, h. 22.
33
Segenap kasih dan teladan mu/ia yang telah kami terima, akan tetap kami junjung dan /anjutkan serta kembangkan, sebagaimana Nabi Khonghucu telah menyadarkam dan membimbing diri kami. Kami akan selalu berusaha menjaga keharuman serta keluhuran nama keluarga dan leluhur kami, tidak menodai dan memalukan. Terimalah homwt dan bakti kami. Siancay. 40 2. Macam-macam Perayaan Penghormatan Kepada Leluhur.
a. Sembahyang Ce It Cap Go Sembahyang Ce It Cap Go dilakukan pada setiap tanggal I dan I 5 Imlek. Di Indonesia upacara ini disebut juga sembahym1g tuang teh. 41 Tradisi penghormatan leluhur pada setiap tanggal tersebut bermula sebelum masuknya penanggalan Tarikh Masehi di Cina. Sebelum orang Cina mengenal hari minggu dalam penanggalan Tarikh Masehi,
memakai
tanggal I clan 15 dalam penganggalan Cina/Imlek sebagai hari
untuk beristirahat. Pada tanggal-tanggal tersebut, keluarga-keluarga yang 'memelihara abu' membakar batang hio di hadapan 'abu lelu11ur' atau Shen Wei dan juga di hadapan patung dewa yang dipuja di dalam rumalmya pada waktu pagi dan sore hari.42 Upacara ini biasanya dilakukan pada sore hari, 1 hari sebelum tanggal 1 dan 15 Inilek kemudian dipagi dan sore hari pada tanggal tersebut. Sembahyang pagi biasanya dilakukan pada pukul 6 atau 6.30, sore hari dilakukan pada pukul 18.00.
40
MATAKIN, Op. Cit., h. 92. Tan, The Chinese Of Sukabumi (New York: tpl963), h. 165. 42 Nio, Op. Cit., h. 13 8. 41
34
Tata ibadah yang diJakukan pada setiap tanggal 1 dan 15 Imlek ini merupakan bentuk dasar dari upacara pada setiap sembahyang.
43
1) Tempat Upacara Sembahyang ini diJakukan pada setiap tempat tinggal keJuarga Cina yang masih memiliki meja abu, upacara berlangsung dihadapan abu JeJubur. Meja abu biasan: 'ya diletakkan di ruang tengah, ruangan tempat berkumpul seJurub keluarga. 2) PeraJatan Upacara Di atas meja abu diJetakkan potret orang tua atau kakek-nenek yang teJah meninggaJ, 2 batang Jilin, Jampu listrik berbentuk lilin, kotak tempat penyimpanan lrio,
hio Jou, geJas-geJas berisi teh, serta sajian sederhana
berupa kue dan buah-buahan. 3) Jalannya Upacara Pada ibadah ini, sembahyang biasanya dilaknJ kan oleh isteri dan anak-anaknya dalam keJuarga. Ketika upacara akan dimulai, segala keperJuan sembahyang disiapkan. Sajian berupa teh serta kue dan buahbuahan diletakkan di atas meja abu, kemudian dua batang lilin dinyalakan. Pada mulanya pintu depan dibuka lebar, lalu tiga batang lrio dinyalakan.
Dengan
ketiga
batang
hio
tersebut,
diJakukan
persembahyangan di depan pintu menghadap keluar sambil memanjatkan 43
Tan, Op Cit, h. 165.
35
do'a kepada Tuhan meminta izin untuk mengm1dang leluhur agar datang ke rumah tersebut dan mencicipi hidangan yang di sediakan. Ketiga hio tersebut ditaruh pada sebuah tempat kecil khusus yang ditempelkan pada dinding di muka pintu luar.44 Selanjutnya dilakukan hio untuk leluhur. Hio yang ditujukan bagi leluhur berjUilllah dua batang. Di hadapan meja ahu, dilakukan saja dengan hio sambil memanjatkan doa bagi leluhur berisi puji syukur dan hormat serta harapan agar para leluhur berkenan menerima persembahan yang diberikan. Kemudian hio tancapkan pada hio/o . Selanjutnya upacara selesai. Persembahan yang diberikan seperti teh dan kue setiap kali diganti pada waktu sernbahyang dilakukan, kecuali buah-buahan. Lilin dan hio yang telah habis juga diganti dengan yang baru pada saat sernbahyang. Persernbahan yang diletakkan pada sore hari tanggal 15 Imlek diangkat pagi-pagi pada keesokan harinya.
b. Sembahyang Tahun Boru Perayaan Tahun Baru Cina rnerupakan suatu perayaan yang diadakan sehubungan dengan kedatangan rnusinl semi di daratan Cina, dihitung sesuai dengan pehitungan Lunar yang dianut rnasyarakat Cina, yang jatuh tepat pada tanggal 1 bulan
44
Dalam tradisi masyarakat Cina, sebelum kita melakukan di depan meja abu leluhur orang tuanya, terlebih dahulu memberikan penghonnatan kepada Dewa Langit Dewa Langit ini digambarkan sebagai Tuhan yang menciptakan alarn dan seisinya
36
1 Imlek. Dalam penanggalan Masehi, Talnm Baru Imlek biasanya dirayakan setiap tanggal 28 atau 29 Januari. Menjelang T ahun Barn, setiap keluarga sibuk mengatnr persediaan untuk menyambut pergantian tahun. Satu hari sebelum Tahun Barn, yaitu pada tanggal 29 bulan 12 Imlek dilakukan upacara sembahyang khusus ditujukan bagi leluhur. Sembahyang ini biasanya disebut juga Sembahyang Tahun Baru. Tidak semua keluarga Cina melakukan sembahyang leluhur atau Sembahyang Tahun Baru itu pada hari sembahyang atau oleh orang Cina disebut hari 'Ji Kao Kao',45 tersebut. Ada juga yang menyelenggarakannya beberapa hari dimuka Tahun Barn dengan maksud agar segala sesuatu yang bertalian dengan Tahun Barn cepat selesai. Lagipula harga barang-barang keperluan untuk itu belum meningkat setinggi harga-harga pada waktu satu hari dimuka T ahun Barn. 46 I) Tempat Upacara Sembahyang Tahun Barn, dilakukan disetiap tempat tinggal keluarga dan upacara ini berlangsung di hadapan
abu leluhur. Biasanya
diletakkan di ruang tengah, ruangan yang agak luas tempat berkumpulnya seluruh keluarga. Bagi keluarga yang tidak memiliki meja abu, sajian persembahan biasanya diletakkan di atas meja
makan bersama-sama
dengan potret leluhur. 2) Peralatan Upacara.
45 46
Ji Kao Kao merupakan dialek Hokkian =(Nian Jiu Kao) yang berarti Jamuan tanggal 29. Nio, Op. Cit, h. 145.
37
Keluarga yang tidak memiliki meJa abu, bisa mengguuakan meJa makan. Di atas meja makan kita meletakkan sajian. Selain sesajian, di atas meja diletakkan potret orang tua yang meninggal, Jilin berwarna merah yang melambangkan kebahagiaan, gelas berisi beras untuk menancapkan hio, poci-poci teh. Selain itu juga digunakan hio berwarna merah, tempat pembakaran kemenyan berkaki empat, dua bual1 uang logam kuno, uanguang kertas emas dan perak tiruan, serta kertas-kertas bergambarkan kebutuhan rumah tangga, seperti baju, celana, teko dan sebagainya, ini dimaksudkan agar para arwah leluhur dapat merasakan kehidupan sebagainiana ketika ia hidup di dunia. Dan semua itu merupakan simbolsimbol belaka. Sajian ini dihidangkan lebih istimewa daripada hari-hari biasa. Sajian berupa buah-buahan, kue-kue kecil, kue keranjang, minUillan serta makanan kesukaan leluhur. Ada jenis makanan yang harus selalu disajikan berupa: binatang berkaki empat, misalnya babi yang mewakili tanah, burnng atau ayani yang mewakili udara, dan ikan yang mewakili
air. Ketiganya disebut Sam Seng- San Xing. 47 Keluarga-keluarga tertentu mempunyai kebiasaan bersantap bersama dengan arwah atau roh leluhur, ketika upacara sembahyang selesai,
47
Sam Seng memililki arti simbolis yaitu melambangkan kebijaksanaan, cinta dan keberanian. Hidangan babi juga mewakili kelima anggota tubuh yang memiliki arti simbolis yaitu: kepala, ekor, hati, daging, masing-masing melambangkan cinta, susila, bijaksana, keberanian, serta dapat dipercaya
38
mereka Jangsung mengambil makanan yang telah disembahyangi. 3) Jalannya Upacara Pada
tanggal
28
bulan
12
Imlek
malam,
dilakukan
upacara
sembahyang kepada Tuhan (Thian) oleh kepala keluarga, meminta izin untuk mengundang arwah Jeluhur agar dapat datang ke tempat tinggal kita dan dapat bersama-sama merayakan kedatangan hari raya T ahun Baru. Pada tanggal 29 bulan 12 Imlek, segala persiapan dilakukan pada pagi hari. Setelah makanan selesai dimasak, diletakkan di atas meja bersamasama dengan segala peralatan sembahyang oleh ibu rurnah tangga dihantu anak-anak perempuannya. Setelah semua dianggap Jengkap, ia memanggil suaminya lU1tuk memulai upacara. Upacara dimulai pada pukul 1LOO. pada mulanya kepala keluarga melakukan pemasangan dua batang Jilin berwama merah. Kemenyan dibakar pada suatu tempat kemudian dibawa berkeliling meja sesaji serta seluruh rurnah sebanyak dua kali. Menurut kepercayaan mereka, asap dari kemenyan ini dianggap penting lU1tuk memanggil rob agar cepat datang. Sebelum sembahyang kepada lelubur terlebih dahulu bersembahyang kepada Tuban menghadap keluar. 3 batang hio bewarna merah dlbakar. 48
Dengan ketiga batang hio di tangan dilakukan Soja Pai - Bai,
kemudian
hio di tancapkan di muka pintu.
48
Pai merupakan sikap memberi hormat dengan merangkap kedua tangan, Telapak tangan kanan dikepalkan kemudian ditutup dengan telapak tangan kiri. Memberi hormat dengan cara ini.
39
Selanjutnya kembali dilakukan Soja sambil mengucap doa agar diperkenankan
melakukan
sujud
kepada
leluhur.
Setelah
selesai
pengucapan doa, bersoja kemudian masuk menuju meja abu. Dua batang hio kembali dibakar. Setelah bersoja, hio ditancapkan pada tempat hio lou mengucapkan doa kepada leluhur yang berisi rasa hormat, cinta serta pujipujian akan teladan yang telah diberikan dan berjanji akan menjunjung serta melanjutkan bakti mereka. Setelah berdoa, sikap ini dilanjutkan dengan bersujud Kui Pai dimuka meja abu. Sikap doa yang dilakukan oleh ayah sebagai kepala keluarga diikuti oleh anggotar.;.. keluarga lainnya yaitu anak laki-laki, isteri, anak perempuan,
cucu
menyusul
kemudian,
namun
urutan
ini
tidak
diperhatikan lagi pada saat sekarang. Wanita tidak diharuskan bersujud, hanya betsembahyang dengan hio. Setelah semua mendapat gilii-annya, segala macam santapan makanan dibiarkan selama 1-2 jam, tindakan ini memiliki maksud tertentu yaitu membiarkan para roh leluhur bersantap sejenak. Sementara itu, seorang anggota keluarga menyalakan rokok kesukaan leluhur. Untuk mengetahui kapan para roh selesai menyantap hidangan dilakukan Popoi. 49 Yaitu melemparkan dua buah uang logam, jika kedua muka uang logam tersebut menampakkan gambar yang sama berarti roh
49
oocou.
Popoi merupakan istilah yang memiliki arti sama dengan Sio--Pwee (dialek Hokkian) yaitu,
40
belum selesai bersantap, maka hams menunggu lagi sejenak barn diulangi popoi sampai kedua muka uang logam menampakkan dua sisi yang
berbeda.
c. Sembahyang Ceng Beng Hari Raya Ceng Beng merupakan suatu hari besar bagi masyarakat Cina yang dirayakan bersama seluruh keluarga. Menurut kepercayaan, pada saat itu keluarga yang telah meninggal juga ikut berpartisipasi. Hari raya ini berhubungan dengan keadaan perubahan alam di daratan Cina yaitu hari dimana telah terjadi pergantian musim, dari musim salju kemusim semi dimana cuacanya bersih dan terang, oleh karena itu dinamakan Qing Ming atau Ceng Beng dalam logat Hokkian yang berarti segar dan terang. 50 Percayaan ini jatuh pada tanggal 1 bulan 3 Imlek, di Indonesia dirayakan pada tanggal 5 April dan biasajuga disebut Sembahyang Sadranan. 51 Pada hari yang cerah ini, setiap keluarga Cina membersihkan kuburan, ada yang memperjelas kembali nama-nama yang tertulis di atas batu nisan. Setiap keluarga membawa saji-sajian yang diletakkan di atas pelataran kuburan leluhur, serta bersembahyang bagi keluarga
yang telah tiada. Keluarga yang berhalangan hadir
atau datang ke kuburan biasanya melakukan upacara sembahyang di rumah. Berhubung
dengan
kebiasaan
umat
Khonghucu
pada
zaman
kuno
memakamkan jenazah di makam yang biasanya jauh dari kediamannya, maka hari
50 51
Nio, Op. Cit., h. 152 Suara Agama Konghutju, Op. Cit, h. 5
Cheng Beng yang biasanya mempunyai cuaca bail< dihayati sebagai hari suci yang bail< untuk berziarah ke makam leluhur. Kebiasaan beIZiarah ke makam leluhur pada hari Cheng Beng telah mempunyai sejarah yang panjang, yakni: sudah dilakukan umat Ji Kaul umat Khonghucu jauh sebelum kelahiran Nabi Khonghucu yang dihubungkan dengan saatsaat Cheng Beng yang diperingati sebagai Hari Raya Makan Dingin I Han Siet Ciat. Pada hari menjelang Cheng Beng pada zaman dahulu orang biasa makan makanan yang dingin, karena seharian penuh tidak menyalakan api I menghangatkan makanan. 1. TempatUpacara Sembahyang Ceng Beng ini dilakukan disetiap tempat tinggal masing-masing, yakni di altar keluarga (hio hwee), atau di bio leluhur (co bio), dilaksanakan pada pagi hari, kemudian dilanjutkan ziarah ke makam leluhur. Ziarah ke makam dapat dilaksanakan sepuluh hari sebelum atau sesudah hari Cheng Beng tanggal 5 April. Meskipun demikian, adalah lebih bail< apabila umat Khonghucu dapat mengusahakan beIZiarah tepat pada saat Hari raya Cheng Beng tersebut. 2. Peralatan Upacara Perlengkapan sembahyang dan sesajian di depan altar leluhur terdiri atas : a) Sienci atau Foto leluhur b) Hio Lou c) Hio, digunakan dua batang atau kelipatannya
42
d) Tee Jiau, terdiri atas teh, arak, dan manisan masing masing disediakan sejumlah dua e) Nasi, sayur, dan lain-lain diletakkan didepan tee Jiau, boleh lengkap ataupun sederhana sesuai dengan kemampuan.
f) Jeruk, diletakkan di depan nasi dan sayuran di sebelah kiri g) Pisang, diletakkan di depan jeruk dan disebelah kanan h) Kue Ku (kura), diletakkan disamping kananjeruk i) Kue mangkok (hwat kwee) diletakkan disebelah kiri pi sang j) Wajik, diletakkan ditengah-tengah k) Lilin satu pasang, masing-masing diletakkan di kiri dan kanan di deretan sajian paling depan. Perlengkapan sembahyang dapat ditarnbah sesuai dengan kebiasaan setempat, dengan catatan tidak bertentangan dengan maksud penghormatan terhadap leluhuhur. 3. Jalannya Upacara Pada saat upacara di makam leluhur, dilengkapi dengan peralatan sembahyang dan sesajian yang merupakan sikap laku bakti dan kasih terhadap leluhur. Setelah tiba di makam, kemudian makam dibersihkan dan diletakkan secara teratur peralatan upacara. Sebelum sembahyang di hadapan makam terlebih dahulu melakukan sembahyang di hadapan altar malaikat bumi (Hok Tik Cing Sien) yang selalu menjadi perawat bagi kehidupan dialam semesta. Kemudian di lanjutkan bersembahyang ke hadirat Tuhan YME. Bagi arwah leluhur, orang tua, maupun saudara-saudara yang telah mendahului mereka, dengan penuh harapan semoga penghormatan ini menjadi
43
pendorong bagi mereka untuk selalu berprilaku yang luhur dan mulia, sebagaimana yang Thian firmankan52 . 4. Sarana Upacara dan Simbolisasinya Di sebuah altar sembahyang kepada orang tualleluhur, dapat dilihat beraneka macam peralatan sembahyang antara lain : I. Hio
: Melambangkan semangat kehidupan, keharumannya menyebar ke segenap penjurn walau tidak diketahui dimana hio itu diletakkan. Demikian hendaknya kebajikan yang dilakukan terasakan oleh banyak orang tanpa orang-orang itu mengetahui siapa yang melakukannya. Dalam kitab Si King tertulis : Thian, Tuhan Yang Maha Esa, berfirman, Aku berkahi kebajikan yang becahaya, yang tidak besar suara dan rupa. (Tiong Yong XXXII : 6)
2. Hio Lou
: adalah tempat abu leluhur, gunanya untuk menancapkan batang hio/dupa sembahyang. Khnsns upacara duka/kematian digunakan Hio bergagang hijau.
3. Batang Hio : Melambangkan jalan suci dari tiga kutub (sam keu I sam cai I hakikat Thian, Tee, Jien)
(Ya King Bagian He Su Babaran Agung A Bab II : 12) serta 52
Hendrik Agus Winarso, Mengena/ Hari Raya Ko1ifusiani (Semarang: Efthar, 2001), Cet ke-1, h. 98 - !02
44
melambangkan Tiga Pusaka, yakni bijaksana, cinta kasih clan berani (Tiong Yong XIX : 8) 4. Menyulut Hio : Mengandung makna : Jalan suci itu dari kesatuan hati, Hati dibina melalui keharuman hio. 5. Sepasang Lilin : Melambangkan Penerangan Lahir batin, melambangkan unsur Im (Perempuan/Ibu) dan unsur Yang (Laki-laki I ayah). Thu dan ayah dengan penuh kasih sayang selalu memberi nasihat dan petunjuk supaya anak-anaknya tidak tersesat dalam "kegelapan". Walaupun untuk itu orang tua hams berkorban seperti api pada Jilin yang melumerkan Jilin itu sendiri. Dalam kitab Bingcu III B : 3,6 ''Begitu seorang anak laki-laki laltir, orang tuanya berharap kelak ia memperoleh seorang isteri. Dan begitu seorang anak perempuan laltir, orang tuanya berharap kelak ia memperoleh suami. Hati orang tua seperti nn, semua orang mempunyainya. Akan tetapi kalau tanpa menanti perkenan orang tuanya, tanpa perantara, melainkan secara diam-diam saling mengintip celah-celah dinding lalu melompati pagar dan lari, niscaya orang tuanya, bahwa seluruh negeri akan memandang rendah perbuatan kita".
45
6. Sin Ting
: Pelita yang menyala terns-menerus. Melambangkan semangat keimanan yang wajib selalu dibina.
Dalam Kitab Tiong Yong XXIV : 3 :
"Iman itu dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud juga. Cinta
kasih
itu menyempumakan
diri
dan
Bijaksana
menyempurnakan segenap wujud. lnilah kebajikan watak sejati dan inilah Keesaan luar dalam dari jalan suci. Maka setiap saat jangan dilalaikan". 7. Sam Poo
Tiga Mustika air teh. Bunga dan air putih melambangkan Thay kek. Air teh = Im. Bunga = garis dan titik yang membentuk sifat Im dan sifat Yang. Air putih Yang.
8. TeeLiau
Manisan. Lambang harmonisasi kehidupan keluarga.
"Keselamatan hidup bersama anak isteri itu laksana alat musik. Yang ditabuh harmonis. Kerukunan di antara kakak adik itu membangun damai dan bahagia Maka demikian hendaknya
engkau
berbuat
dalam
rumah
tanggamu,
bahagiakanlah isteri dan anak-anakmu. Dengan demikian yang menjadi ayah dan bunda pun akan tenteram hatinya. (Tiong Yong XIV : 2-3)
46
9. Ngo Koo : Lima jenis buah-buahan. Melambangkan lima hubungan, yakui hubungan raja dengan menteri, ayah dan anak, suami dengan isteri., kakak dengan adik, kawan dengan sahabat. Lima perkara inilah jalan suci yang ditempuh di dunia (Tiong Yong
XIX: 8).
10. Sien-Ci
: Adalal1 sebuah papan monument!prasasti yang terletak dimeja altar di belakang Hio-Lou. Berisi tulisan memuat nama-nama leluhur sejak awal mula yang menjadi cikal bakal generasi penems. Lelulmr ini datang dari negeri Mona dan telah menetap di bumi Nusantara lalu beranak-cucu, berbuyut dan setelah almarhum kemudian dicantumkan di papan Sien-Ci, sekaligns adalah satu silsilah pendek semarga.
Sebagaimana yang dikemukakan Eb. erhard mengenai asal-usul papan arwah (Sien-Ci) ada suatu legenda sebagai benlrut :
Pada jaman dahulu ada seorang anak yang sangat jahat dan tidak mencintai ibunya. Apa yang diinginkan harus segera dipenuhi dan dia selalu memaki-maki ibunya apabila keinginan-keinginannya tidak segera diperolehnya. Namun ibunya tidak pernah mengeluh dan menerima apa adanya. Pada suatn hari ketika sedang bekerja di ladang, anak laki-laki tersebut mendengar bunyi suara burung gagak di udara dan melihat gagak dengan makanan di mulutnya datang dari tempat yang jauh dan kemudian hinggap di pohon dekat lapangan untnk memberi makanan anakuya Anak itu lantas berfikir, gagak adalah seekor burung tetapi bahkan kita mengumpulkan makanan untuk anak-anakuya dan memelihara kita. Saya bahkan bertingkal1 laku tidak tahu berterima kasih terhadap ibu saya. Ayah telah lama meninggal dan saya bahkan tidak pernah mengingatnya. Sungguh memalukan. Anak itu kemudian sadar dan mengambil keputusan untuk mengubah sikapnya
47
terhadap ibunya. Ketika ibllllya datang memabawa makanan lllltuk analmya, begitu si anak melihat ibunya dia langsllllg berlari menyongsong ibunya lllltuk mengambil alih makanan tersebut dengan maksud agar ibllllya tidak perlu berjalan terlalu jauh. Namun si ibu yang tidak mengetahui perubahan pada analmya dengan segera meletakkan makanan yang dipegangnya dan segera lari, karena dia mengira analmya akan berbuat seperti biasanya dan akan menyakiti dia. Ketika itu si ibu terjatuh dan langsung meninggal. Sebagai peringatan untuk ibunya si anak kemudian memotong pohon dan membuat sebuah papan kecil yang kemudian dipelihara. Itulah asal mula dari papan arwah tersebut". 11. Arak
:
Bahwa arak itu mengandung falsafah, bahwa sebagai seseorang yang hidup di bumi Thian hendalmya bisa jadi manusia serba guna, yang mempllllyai kecerdasan dan kepandaian serta keterampilannya, guna dapat dimanfaatkan oleh sesamanya. Selain itu seseorang dalam kelebihannya tidak boleh bertindak over, mabuk puji-pujian
clan
sanj1lngan. Hal ini bisa merusak
watak sejatinya (sing) sehingga tidak asli, bersih, lrlumi dan suci lagi dikarenakan lupa diri dan pengaruh lihgkungan menyesatkan. Maka orang tidak boleh mabuk kepayang terhadap segala sesuatu ha!. Manusia lahir dari seorang ibu, dari air kemudian berubah bentuk di dalam rahim ibu setelah dilahirkan menjadi makhluk manusia. Sifat arak adalah hangat, manusia itu pun hangat karena punya semangat sebagai bukti watak sejati yang bersifat terns maju atau dinamis dalam kedinamikannnya. Bahwa manusia harus bisa berguna di masyarakat luas.
48
Dengan watak sejati yang dimilikinya hams bisa menghapus kebusukannya dan mengubah orang lainjadi baik. Manusia adalah pejuang didalam menegakkan irnan di dalarn diri, berjuang memerangi nafsu, pejuang dalam melanjutkan jalan
suci yang firman
Thian.
Maka dengan
falsafal1
dimaksudkan sebagai tanda untuk mengucapkan selamat jalan menempunjalan suci amanat lelulmr.
Arak di atas altar dihidangkan 3-12 cawan kecil. Persembahan kepada lelulmr sebagai ucapan selamat jalan/pergi menyatu ke hadirat Thian di alam Sian-Thian. 12. PWee Ci : Adalah dua keping uahg log.iin kuno yang digunakan sebagai
piranti untuk bertanya kepada alinarhum para lelulmr apakah upacara sembahyang tersebut sudah dapat diakhiri. Bila kedua keping uang logam tadi ketika dilempar ke lantai jatuhnya terungkup dan telentang, itu rnenandakan upacara telah usai. Kalau telentang atau tengkurap kedua-duanya, maka upacara belum usai. Hal ini yang mungkin dituduli sebagai takhayul, tetapi itu sudah rnenjadi suatu keyakinan.
50
Sembahyang pada saat akhir tahun dan saat memasuki tahun barn diawal musim Semi (Cia Gwee), juga sembahyang saat musim Rontok di bulan (Chit Gwee) yang dikenal sebagai sembahyang Tiong Goan dan Kheng Ho Peng, yang oleh sementara kalangan menyebutnya sebagai sembahyang Cio Ko itu, merupakan salah satu kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh umat Khonghucu seperti tersirat dalam kitab Tiong Yong tersebut di atas. Melaksanakan sembahyang di awal Cia Gwee dan dalam bulan Chit Gwee kepada almarhum/almarlmmah orang tua dan para leluhur, merupakan suatu momentum dalam mewujudkan laku bakti seorang anak kepada orang tua dan para leluhurnya. Dalam sembahyang ini seorang anak dapat merenungkan awal keberadaannya di dunia fana ini. Mungkinkah keberadaannya itu tanpa ayah dan ibu? Dia juga dapat merenungkan proses keberadaannya mulai dari dalam kandungan ibu sampai pada kelahirannya. Yang kemudian diasuh, diajar, dididik, dibimbing, dilengkapi segala kebutuhannya, dan sebagainya. Menurut
Tjandra R.
Mulyadi
(Rohaniawan Khonghucu),
bagi
umat
Khonghucu melakukan sembahyang tiap pagi dan sore merupakan suatu kesadaran bagi setiap orang. Melalui sembahyang seseorang dapat berhubungan dengan Tuhan Sang Pencipta serta dapat berdo'a memohon bimbingan dan kekuatan atas masalahmasalah yang dihadapinya. Dengan panjatan do'a tersebut akan dapat mengurangi beban batin dan tekanan mental yang dialami seseorang. Demikian pula halnya dengan sembahyang kepada almarhum orang tua dan para leluhur, merupakan saat
51
yang tepat bagi umat Khonghucu uutuk mengenal jati dirinya, yang dapat mengantarkan
seseorang uutuk mengenal akan kewajiban-kewajibannya.
Baik
sebagai makhluk ciptaan Thian, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai warga Negara, sebagai penumpm masyarakat maupuu sebagai peilllmpm negara atau duuia. 56 Adapuu tujuan melakukan sembahyang terhadap para leluhur, adalah uutuk mendapatkan perlinduugan dari para leluhurnya, karena mereka yakin ba11wa leluhur tersebut akan melinduugi keturuuannya. Jadi nasib beruntuug atau tidak, clitentukan oleh lelnhur yang mempengaruhi kehidupannya. Kesuksesan yang dicapai keturunannya mernpakan bukti jasa baik lelnhur. Lelnhur akan menolong keturunannya apabila mereka dipeliliara dan disembahyangkan deng;in baik dan teratur. Dalam kitab snci Su Si ajaran-ajaran bakti terdapat antara lain 57 : Pertama, Luu Gie II : 5 Nabi Khonghucu bersabda : "Pada saat hidup
layanilah sesuai dengan kesusi/aan, ketika meninggal dunia makamkanlah sesuai dengan kesusilaan dan sembahyangkanlah sesuai dengan kesusilaan". Kedua, sabda suci I : 9 Nabi Khonghucu bersabda: "Hati-hatilah saat orang
tua meninggal dunia dan janganlah lupa memperingati sekalipun telah jauh. Dengan demikian akan tebal kebajikan". Ketiga, Hau King I : 4-6 Nabi Khonghucu bersabda :
56
51
Ibid Hs. Saputra, Rohaniawan Khonghucu, Wm1'711cara Pribadi, Pondok Cabe, 28 Oktober 2001
52
Menegakkan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan nama baik dizaman kemudian sehingga memuliakan ayal1 bunda, itulali akhir Laku Bakti. Adapun Laku Bakti itu dimuali dengan melayani orang tua, selanjutnya mengabdi kepada peminipin (nusa, bangsa, dan Negara) dan akhirnya menegakkan diri. Bagi umat Khonghucll bakti tidak hanya sebatas kepada orang tua yang telal1 meninggal dan para leluhur. Tetapi bakti merupakan prinsip dan ajaran moral yang melibatkan hubungan atasan-bawalian (superior-imperior) seperti hubungan antara ayal1 dan anak laki-laki dan juga pada hubungan-hubungan sosial lainnya yang Iebih luas seperti tercantum dalam Lima Hubungan Sosial manusia atau Wu Lun yang diajarkan Koilfusius seperti berikut :
l. Hubt1ngan antara raja dengan menteri. 2. Hnbt1ngan antara ayal1 dengan anak laki-laki. 3. Hubungan antara saudara Iaki-Iaki yang tua dengall yang Iebih muda. 4. Hubungan antara suami dan isteri. 5. Hubungan antara teman dan teman58 • Kelima hubungan sosial ini disusun menurut prioritas umur, kedudukan dan 3ems kelamin serta hubungan atasan-bawalian kecuali hubungan yang terakhir. Kedudukan dan jenis kelamin dalam keluarga tersebut menyebabkan kelangsungan keluarga tanpa adanya pertengkaran diantara anggotanya. Kelima hubungan sosial di atas mengikat tali persaudaraan yang memungkinkan hidup bersarna dalam suasana selalu bekerjasama. Kerjasama berarti adanya keselarasan antara semua individu dalam keluarga dan semua anggota rnasyarakat dan negara.
58
M. Ikhsan Tanggok, Op. Cit., h. 62
53
Dalam masyarakat Cina, kewajiban seorang pria terutama adalah terhadap orang tuanya. Seorang anak laki-laki tidak boleh berhenti berkorban bagi orang tua danjuga bagi leluhurnya seperti tercanturn dalarn kitab Lun Yu I : 9 : Perhatikanlah dengan seksarna dalarn menjalankan upacara pemakaman untuk orang tua. Ketika kita telah lama berpulang, ikuti dengan upacara kurban. Dengan demikian rakyat akan penuh dengan kebajikan.26
Seorang auak yang berbakti tidak terbatas pada saat orang tua masih bidup saJa, tetapi diteruskan ketika orang tua telah meninggal, seperti tercantum dalam ajaran Konfusius pada Kitab Bakti atauXiao Jing Bab 18 : Seorang yang berbakti adalah apabila pada kematian orang tuanya, tangisnya tidak meratap-ratap, dalam menjalankan upacara tidak berpura-pura, kata-katanya tidak dibumbui, mengenakan pakaian bagus tidak merasa enak, mendengarkan musik tidak merasa gembira, makan tidak dapat merasa enak. Demikianlah rasa duka citanya. Setelah tiga hari, makan seperti lazirnnya, untuk memperlillatkan pada rakyat bahwa orang mati tidak akan menyusahkan yang hidup, clan jangan karena keadaan yang buruk tersebut sarnpai membinasakan kebidupan. Demikianlah ajaran para nabi. Berkabung jangan melewati tiga tahun agar rakyat mengetahui batas. Jenazah dibungkus dengan kain kafim, kemudian dimasukkan ke dalam peti mati. Alat-alat sembahyang disiapkan, lalu dilakukan upacara sembahyang dengan rasa duka. Sambil memukul dada clan menghentakhentakkan kaki dengan sedili, mengucapkan selamat tinggal yang terakbir kali. Jenazah dikebumikan pada tempat pemakaman yang telah dipilih menurut ramalan. Upacara sembahyang dilakukan bagi roh-roh pada knil leluhur. Upacara kurban pada tiap musim semi clan musim rontok diadakan untuk tetap mengingat orang yang telah mati pada waktu-waktu tertentu. Ketika orang tua masih hidup, layani mereka dengan cinta clan hormat; setelah meninggal, tetap mengingat mereka dengan duka cita yang dalarn. lni merupakan ringkasan dari seluruh kewajiban pokok manusia. Pelaksanaan hubungan yang saling melengkapi antara yang hidup dan yang mati merupakan penyempurnaan pelayanan seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya.
54
Sikap bakti seorang anak terhadap orang tua dan leluhumya terns diwujudkan dalam bentuk pembangunan kuil-kuil leluhur atauplUl pembuatan meja abu leluhur dirumah-rumah setiap keluarga Wltuk tempat 1badah persembahyangan bagi anakanaknya. Konfusius menganjurkan sikap bakti ini dan menyetujuinya sebagai sikap perkabungan bagi orang tua dan leluhur dalam jangka waktu panjang. 59
C. Makna Sembahyang Kepada Leluhur Melakukan sembahyang janganlah merupakan hal yang datang karena tekanan
dari luar, melainkan hendaknya keluar dari hati yang paling dalam. Hati yang tergerak dari dalam itu kemudian diwujudkan didalam Lee, karena itu hanya orang yang bajik dan bijaksana dapat benar-benar mengungkapkan kebenaran dari Lee. Sebagaimana yang tersurat didalam kitab Lee Xi XXV: Cee Thong (Intisar persembayangan): "Dari selurnh jalan suci untuk mengatur hidup manusia, tiada
yang lebih perlu daripada Lee (kesucian). Lee itu mmempunyai lima pokok dan diantaranya tiada yang lebih penting dari pada persembayanganlperibadatan". Sembahyang/Jbadah orang bajik dan bijaksana itu pasti menerima berkah, tetapi bukan sekedar berkah dalam arti duniawi, berkah di sini berarti sempurnanya kesiapan: yaitu Wltuk menamai siap sempurnanya beratus perkara berlangsung sesuai fungsinya, itulah yang dinamai sempuma siap. Seperti halnya bawahan setia didalam mengabdi kepada pemimpiWlya dan anak berbakti didalam mengabdi kepada orang tuanya, yang semuanya berpokok pada
59
MAKIN, Me111be11t11k Sikap Bakti, Op. Cit., h. I 0.
55
Yang Maha Esa. Pada garis atas patuh kepada Tuhan Yang Maha Roh (Kwie Sien), sedangkan pada garis lurus patuh kepada pemimpin dan yang lebih tua. hrilah yang disebut sempurna smp. Orang yang bajik dan bijaksana itu mengerjakan ibadah sepenuh iman dan percaya dengan satya dan hormat sujud; didikan, barang sajian diselenggarakan didalam Lee, disertakan dengan musik, semuanya dilakukan sesuai dengan waktunya. Maka gemilanglah persembahyangannya, dikerjakan bukan karena suatu parnrih (keinginan untuk mendapatkan sesuatu) demikianlah hati seorang putra berbakti. 60 Dengan bersembahyang, semangat berbakti didalam melanjutkan perawatan kepada orang tua itu adalah gudang/segenap kewajiban, bakti, wajib dilaksanakan dengan mematuhi jalan suci. Karena itu, putra berbakti didalam melayani/mengabdi kepada orang tuanya, mempunyai tiga jalan suci: saat hidup memberi perawatan, setelah
meuinggal
dilakukan
perkabungan,
dan
usai
berkabung
dilakukan
persembahyangan. Didalam melakukan perawatan, periksalah betapa keputusannya, didalam berkabung, periksalah betapa kedudukannya dan didalam melakukan sembahyang, periksalah betapa rasa hormatnya. Bersungguh-sungguh didalam tiga jalan suci ini, itulah perilaku putra berbakti.
@Hendrik Agus Winarso, Op. Cit., h. 136-138
56
Perayaan penghormatan kepada leluhur memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupann orang Cina. Penghormatan kepada Jeluhur memiliki makna yang terkandung
didalanmya
adalah
sikap
lak-u
bak1i.
Dengan
melaksanakan
pemghormatan kepada leluhur, mereka akan diingatkan kepada leluhumya yaitu orang tua (khususnya ibu) yang telah melahirkan serta memelihara hingga menjadi dewasa, serta memberikan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Karena adanya anak disebabkan perantaraan oleh ayah dan ibu, oleh karena itu walaupun orang tua telah meninggal sebagai anak harus tetap menghormati dan merawat abu leluhumya. Sebagaimana sabda nabi Khonghucu dalam kitabnya (Hau King) I: 4-6: Sesungguhnya laku bakti adalah pokok kewajiban; daripadanya ajaran agama berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut., dan kulit, diterima oleh ayah dan ibu; perbuatan tidak berani membiarkan rusak itulah permuliiali laku bakti. Menegakkan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan Illlina baik itu dimulai dengan melayani oi:ang tua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin (nusa, bangsa, negara) clan akhirnya menegakkan diri. Selain itu juga sebagai anak bisa menjaga warisan orang tua yang telah diberikan kepada anaak-anakuya dan selain itu melakukan laku bajik (nama harum) sehingga orang tua akan merasa bangga kepada anaknya, dan melanjutkan cita-cita beliau. Jangan sampai merusak apa yang telah dilakukan selama hidupnya. Dan tidak melupakan jasa-jasa beliau yang begitu banyak. Dan sudah sepantasnya, sebagai generasi penerus tidak berbuat hal yang memalukan serta mengecewakan orang tua yang telah tiada.
57
D. Catatan Pennlis (Analisis)
Pada uraian bab-bab sebelumnya dijelaskan babwa penghormatan kepada leluhur dalam agama Khonghucu ditujukan kepada orang tua dan para leluhur yang telab rneninggal dunia. Upacara sernbabyang kepada leluhur ini dipirnpin oleh anak laki-laki yang tertua. Dalam keluarga orang tua yang rneninggal itu dibuatkan papan arwab (tablet) untuk di taruh diatas altar. Papan arwab itu ditandai dengan tinta rnerab atau darab yang rnelambangkan babwa rneskipun orang tua telab rneninggal dunia, namun arwab atau semangatnya masih tetap hidup dan mengawasi kehidupan keluarga. Setiap anggota keluarga (baik laki-laki rnaupun wanita) papan arwal1 akan dibuatkan untuknya. Setelab itu, papan arwab itu disimpan di atas altar keluarga untuk dilakukan pemghormatan. Sedangkan papan arwab yang sudab rnelebihi 3 atau 5 generasi sudab tidak lagi disembabyangi. Papan arwab yang sudall berusia cukup lama itu di sinlpan dalam sebuah peti atau di bakar di samping kuburan orang yang telab rneninggal dunia. Penghormatan kepada leluhur dalarn agania Khonghucu dirnanifestasikan rnelalui "bakti" seorang anak kepada orang tuanya yang telab rneninggal. Dan untuk rnengenang dan rnenghormati dibuatlab altar keluarga atau flllllab abu, agar bisa sernbabyang kepada para leluhur. Dalam Islam pun penghormatan kepada orang tua khusunya berbakti rnerupakan kewajiban seorang anak kepada orang tua. Ada ayat-ayat al-Qur'an yang meneramigkan tentang bakti seorang anak k(}t>ada orang tua, antara lain:
59
dunia ini karena perantaraan orang tua. Oleh karena itu sebagai anak harus selalu berbakti kepada orang tuanya. Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua., mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat, dan patuh kepada apa yang meraka perintah, melakukan hal-hal yang mereka sukai dan meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai adalah kewajiban yang harus
dilaksanakan
sianak, kesemuanya ini disebut "Bin11l
Walidain", yaitu berbuat baik kepada orang tua. Dalam agama Islam, bahwasanya bakti seorang anak baik ditttiukan kepada ibu. Dan dituangkan pengertian dalam sebuah inti ajaran yang terkandung dalam sebuah hadits Nabi; "Bahwa surga itu terletak di bawah te/apak kaki ibu". Oleh karena itu sosok ibu yang harus dihormati, karena beliau yang telah mengandung dan berjuang untuk melahirkan. Selain itu jasa dan cinta seorang ayah tak kalah pentingnya Walaupun ayah tidak melayani sehari-hari tetapi ayah berjuang membanting tulang dan menguras tenaga, bahkan seluruh waktunya hampir dicurahkan untuk mencari nafkah hidup karena cinta dan kasih sayang kepada anaknya. Oleh karena itu orang tua harus selalu diingat dan dihormati dengan sepenuh hati. Dan ini merupakan yang diperintahkan olehagama. Setelal1 penulis memapaparkan tentang bakti didalam agama Islam dan Khonghucu. Ada persamaan dan perbedan dalam mengaktualisasikan masinngmasing agama dalam menghormati orang tua.
60
Persamaannya Dalam agama Khonghucu dan Islam sama-sama saling menghormati orang tua dan menghargai sebagai orang yang berjasa didalam kehidupan keluarga.
Perbedaannya Dalam agama Islam penghormatan kepada orang tua yang masih hidup yaitu dengan taat dan patuh memberi kasih sayang, hormat dan memberi perlindungan kepada orang tua, yaitu di manifestasikan melalui "bakti" seorang anak kepada orang tuanya. Setelah orang tua meninggal, pengabdian seorahg anak itu tidak bethenti sampru di situ, tetapi baktinya seorang anak yaitu deiigan mendo'akan orang tua sehabis shalat liina waldu agar orang tuanya selalu tenang dan tenteram di alam bairn. Dalam agatna Khonghucu penghormatan kepada orang tua sewaktu orang tua masih hidup tidak berbeda jauh dengan Islam, dalam agama Khonghucu berbakti adalah sikap seorang anak terhadap orang tuanya yang diwujudkan sebagai berikut; kasih sayang kepada orang tua, honnat kepada orang tua, membantu pekerjaan orang tua, dan meneruskan cita-cita luhur orang tua. Setelah orang tua meningga1 pun pengabdian tidak berhenti tetapi bakti seorang anak dilanjutkan dengan perawatan "abu leluhur" sebagai bakti seorang anak kepada orang tua yang telah meningga1 dunia. Dengan begitu anak-anak selalu mennghormati dan menghargai walaupun orang tua tela11 meninggal dunia. Tujuoo penghormatan kepada orang tua dalam Islam agar si ooak itu mendapatkoo kebahagiaan di dunia dan di akbirat, dan mendapatkan keberkahan,
61
karena itu adalah yang diperintakan oleh agarna, khusunya kepada orang tua dengan sikap "birrul walidain". Tujuan penghonnatan kepada orang tua dalarn agarna Khonghucu
yaitu
dengan merawat abu orang tuanya agar sianak selalu mengingat dan menghormati
dan media yang di gunakan yaitu altar sebagai tempat bersembahyang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upacara sembahyang kepada leluhur merupakan suatu ritual yang dijalankan penuh
kesadaran
bagi
umat
Khonghucu,
karena
dengan
sembahyang
akan
mengingatkan kepada jasa leluhur mereka. Tanpa kedua orang tua (leluhur) mereka tidak mungkin ada didunia yang fana ini. Didalam ajaran agama Khonghucu mereka mengenal tentang "laku bakti" yang harus dilaksanakan setiap anak kepada orang tua mereka. Bentuk penghonnatan kepada leluhur bagi masyarakat Cina, khususnya pemeluk agama Khonghucu yaitu dengan melakukan upacara persembahyangan, karena dengan sembahyang tersebut bertujuan untuk selalu mengingat dan menghonnati orang tua yang telah memberikan kehidupan kepada mereka. Selain itu juga dalanm bentuk yang paling nyata, sebagai anak harus selalu menjaga warisan yang diberikan oleh orang tua, bukan hanya materi khususnya harta benda, tetapi jasmanipun merupakan warisan yang harus selalu dijaga, yaitu dengan menjaga diri agar senantiasa melakukan hal-hal yang ]Jajik dalam kehidupan, dan juga selalu menjaga nama baik orang tua atau leluhur yang sudah meninggal. Apabila kedua bentuk penghorrnatan ini dilaksanakan dengan baik, yaitu melakukan persembahyangan dan realisasinya dengan bertingkah laku baik, maka kehidupan ini akan mereka dapati selaras untuk mengarungi kehidupan ini.
63
Sedangkan maknanya dalam kehidupan umat Khonghucu yaitu berhubungan !engan peIWUjudan seorang anak tentang ha! "laku bakti" seorang anak kepada orang ua yang telah meninggal. Bukan hanya pada saat masih hidup mereka dilayani fongan baik, tetapi juga ketika mereka meninggal dunia. Namun bukan berarti 1pabila mereka meninggal bakti anak kepada orang tua akan berhenti sampai disitu, tetapi terns melakukan bakti, yaitu menyediakan altar sebagai media I tempat untuk melaktikan persembahyangan, sebagai tanda bakti anak dengan merawat "abu leluhur" mereka. Dalam
melakukan
persembaliyangan
yaitu
dengan
.. .. saJian-saJian
yang
dihidangkan merupakan lambang dari permohonan orang yang bersembaliyang, bukan untuk orang tua yang telal1111eninggal.
B. Saran - saran Setelah penulis mengambil sebagian dari aJaran agama Khonghucu yang berasal dari berbagai literatur tentunya, maka di sini penulis mencoba untuk memberikan saran atau masukan-masukan untuk bahan kajian masyarakat yaitu : L Alangkah baiknya apabila pusat kajian agama Khonghucu dan buku-buku mengenai agama Khonghucu harap diperbanyak, agar para pengkaji agama Khonghucu tidak menemui kesulitan jika ingin mengkaji agama Khonghucu. 2. Mudal1-mudahan skripsi
tentang sembahyang leluhur ini
berguna bagi
mal1asiswa yang ingin mengetalmi tentang sembahyang kepada leluhur.
DAFTAR PUST AKA
Askur, Ahmad Isa, Berbakti Kepada Orang Tua, Jakarta: Gema Insani Press, 1988 Daradjat, Dr. Zakiyah, et al, Perbandingan Agama I, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama I IAIN Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982. Darma, SasanaPutra Satya, Tridarma SelayangPandang, Jakarta: Bakti, 1987. Eliade, Mercea, The Encylopedia Of Religion, New York: Macmillan Publishing Company
Encyclopedia of The World's Religion, London: Hamlyn, 1971 Hutomo, Suryo, Tata Jbadah dan Dasar Agama Khong Hu Cu, Jakarta, MATAKIN, 1983
Kitab Bakti, Solo, MATAKIN, 1975. Koentjoroningrat, Beberapa PolwkAntropologi Sosial, Jakarta, Dian Rakyat, 1981.
, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, 1986 Legge, The .four Books, Confacion Analects, Shanhai Press 1930. Lon, Nio Joe, Peradaban Tionghoa selayang pandang, Jakarta; King Po, 1961. MAKIN, Membentuk Sikap Bakti, Solo, 1993. Malanur, Mariana, Fungsi Rumah Abu dalam kehidupan orang Tionghoa, Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1983. MATAKIN, Pokok-pokok Keimanan Konfasion, Solo: MATAKIN, 1985.
65
MATAKIN, Su Si (kitab yang empat) Kitab Suci Agmna Khong Hu Cu. MATAKIN, Kitab Hau King (Kitab Bakti) MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghufju, Solo, 1985.
Min, Suh Sung, lnjil dan Penyebaran Nenek Moyang, Yogyakarta: Media Pressindo, 2001 Skinner, G. Wiliam, Golongan Minari/as Tionghoa, Golongan E1nis Tionghoa di Indonesia : Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa, ed. Mely G. tan, Jakarta : Gramedia 1981.
Suara Agama Khonghufju, Solo : MATAKIN, 1969 Tanggok,
M.
lkhsan, Jalan Keselamatan Me/alui Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2000.
agama Khong Hu
Cu,
Thompson, Lauren G., Chinnese Religion, California: University of Shoutern Tjhie, Tjay lng, dkk, Etika Keimanan Kong Hu Cu, MATAKIN, Surabaya, 1996 Wardenburg, Jacques, The Study Of Religion, University of Utrcahts, 1973 Winarso, dr. Hendrik Agus, Mengenal Hari Raya Konfusianisme, Semarang: Eff:han Offset, 2001 Worship, Ancestor, Encylopedia Americana, 1976, I, 800-801
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Telepon: 7401606 -7401925
Jakarta,. 16. Norn or
Lampi ran Ha I
_Okto1J
Kepada:
: EU/rL .00/61/X/2001 RisetfWawancara/Intervi~ wI
Yth .......................... .
Angket/observasi.
Assalamu alaikum Wr. Wb. Dcngan ini kanli perkenalkan kepada saudara mahasiswa/i Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Nam a
_Na_j_ibah __ ............................ .
Tempat/tgl. laltir
Ja.Jcarta. /. 6. A_:LJI'il_ .1.'!78............ .
Alam at
Jl_.1~ad.r13:s!lll. I_ .Rt.• ()3/ O?. .!'\
.
P8Jl~al8Jl. J~_t_i Pon_dqk_ ~-ab11 ..1.~4?9.
Jak_art?-..l:Je:).?-t.8:!1 .................... . Jurusan
_Per1Jandi:11~. A.~"!1!1~................. .
Sen1estcr
IX
No1aor Pokok
1973213557
Tahtm Akadenti Progran1
2001-2002
_sJ .................................... .
Mahasiswa tersebut bermaksud untuk mengadakan riset/wawancara/ interview/angket/observasi. Sehubungan dengan tugas lllltuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: . J'.emu_j_~~- L.
J11akl1a..
I{
[email protected]:uc1:1-................................................. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ' ....... ' ...................................... . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Untuk itu kami mohon agar mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya. Demikianlah atas perhatian dan budi baik Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalam, DEKAN,
III
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah : Nama
: Hs. Saputra
Jabatan
: Rohaniawan Khong Hu Cu
Alam at
: Pondok Cabe, Tangerang
Menerangkan bahwa Nama
: Najibah
NIM
: 1973213557
Fak/Jur
: Ushuluddin I Perbandingan Agama
Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara langsung tentang "Makna Sembahyang Kepada Leluhur Dalam Konsep Agama Khonghucu". Demikian pemyataan m1 dibuat, dan dapat ditinjau ulang apabila diperlukan.
Jakarta, 28 Oktober 2001
~ HJ.' Saputra
J
Sembahyang leluhur itu bukan suatu kewajiban atau keharusan tetapi kesadaran bagi umat Khonghucu untuk mengerjakannya.
Dan dalam
ayatpun disebutkan: "Cari/ah !, kau akan mendapatkan sia-sia, kau akan
kehilangan ". Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa sembahyang leluhur tergantung daripada si individu mau mengerjakan atau tidak. Tetapi kalau tidak ada kesadaran untuk mengerjakannya maka rohaninya akan kosong seperti seseorang yang membutuhkan makan. 5. T :
Apakah sembahyang kepada leluhur dilaksanakan setiap tanggal 1dan 15 saJa
J :
Tidak, tetapi sembahyang leluhur ini dilaksanakan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari juga dilaksanakn disetiap upacara perayaan-perayan hari besar dalarn agarna Khonghucu seperti hnlek., Cheng Beng, ataupun arwah umum (cioko ). Sembahyang kepada leluhur merupakan kesadaran tetapi kalau bisa
jangan sarnpai meninggalkannya dan Khonghucu mengatakan kalau orang lain bisa melakukan 1 kali maka kita harus 10 kali. 6. T :
J :
Apa tujuan dari sembahyang kepada leluhur ? Tujuannya agar marnpu untuk menjalankan hidup yang lebih baik., lebih maju,
lebih sukses dalarn segala bidang. Agar para leluhur selalu
memberikan berkah atau restu kepada keluarga yang ditinggalkan. 7. T : Apa makna sembahyang kepada leluhur dalarn kehidupan umat Khonghucu? J :
Maknanya yaitu sebagai perwujudan lakn bakti seorang anak kepada orang tuanya. Karena orang tualah yang telah memberikan pendidikan, kasih sayang, perlindungan, oleh sebab itu walaupun orang tua telah meninggal akan selalu diingat pada hati sanubari yang paling dalarn. Fungsi sosial
dalarn melal'llkan sembahyang kepada leluhur yaitu dengan berkumpulnya keluaraga sehingga semakin kuatnya tali persaudaran diantara keluarga
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN Telepon: 7401606 -7401925
Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Cipulat 15412
Jakarta,. 16, _Okt?1Jer. ?ClO! .....
Nomor Lampi ran Hal
Kepada :
: EU/TL. 00/ 61/.x,/2001 Riset/Wawancara/In terview I Angket/observasi.
Yth .................. _ .... _ .. _
Assalamu alaikum Wr. Wb. Dcngan ini karni perkenalkan kepada saudara mahasiswa/i Fakultas Ushuluddin IA IN Syarif Hidayatullah Jakarta : Nam a
_Na_j_iball_ ...... _. _. _... _........... _.. .
Tempat/tgl. lahir
_Ja]c_=.ta_ / _6_ A_Jll'il__ 1_$78_ ........... .
Alamat
Jl.t:adr8:S~- I __ Rt.0_3/0? _No.6?..... .
_P2Jl.&ka1811 _J~t_i _Pon_dok_ L_abu __1_::;4~9J ~a:i;t~- .s el?-:t.'¥1 .................. _.. Jurusan Sen1ester No1aor Pokok
Tahnn Akademi Progran1
_Per1J".11di:n~. A_l!;w,ia__ ....... _... _... _ IX 1973213557 2001-2002
_s1 .................................... .
Mahasiswa tersebut bermaksud Wltuk mengadakan riset/wawancara/ interview /angket/observasi. Sehubungan dengan tugas tnltuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: . ¥.~~- ;pem:i_j_f!~. ;Lel'?h:u:z: .:D?J.:~. !i-,€;EJI!l!l-.
Kl1:on(Sh11cu_ ... _. _.... _......................... _........... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Untuk itu kami mohon agar mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya. Demikianlah atas perhatian dan budi baik Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalam, DEKAN,
III
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah : Nania
: Bs. Tjandra R. Mulyadi
Jabatan
: Rohaniawan Khong Hu Cu
Alamat
: Cibinong, Bogor
Menerangkan bahwa Nama
: Najibah
NIM
: 1973213557
Fak/Jur
: Ushuluddin I Perbandingan Agama
Nama tersebut di atas benar-benar telah melaknkan wawancara langsung tentang "Malrna Sembahyang Kepada Leluhur Dalam Konsep Agama Khonghucu". Demikian pemyataan 1m dibuat, dan dapat ditinjau ulang apabila diperlukan.
_,.(,Jakarta, 17 No
Bs.
SURAT PERNYAT AAN
Saya yang bertanda tangan di bawah : Nama
: Bs. Setianda Tirtarasa
Jabatan
: Rohaniawan Khong Hu Cu
Alam at
: Cibinong, Bogor
Menerangkan bahwa Nama
: Najibah
NIM
: 1973213557
Fak/Jur
: Ushuluddin I Perbandingan Agama
Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara langsung tentang "Makua Sembahyang Kepada Leluhur Dalam Konsep Agama Khonghucu". Demikian pemyataan
1111
dibuat, dan dapat ditinjau ulang apabila
diperlukan.
Jakarta, 17 No
Bs. S
RUMUSAN HASIL WAWANCARA
Dengan
: Bs. Tjandra. R. Muljadi dan Bs. Setianda Tirtarasa
Alam at
: Cibinong-Bogor
Tanggal
: 17November2001
Basil Wawancara 1. P J
Bagaimana sejarah sembahyang kepada leluhur dilaksanakan? Sembahyang leluhur dilaksanakan sejak mengenal ajaran Ji Kau nama asli agama Khonghucu. Umat Ji Kau yang menyempumakan pada masa Raja Giau, pada tahun 2000 SM Raja Giau mernpunyai catatan kitab-kitab raja purba
sudal1
leluhurnya
rnengenal
adalah
penghormatan
menggunakan
altar
leluhur. untuk
Cara
melakukan
menghormati sernbahyang
rnungkin juga ini yang menyebabkan menyebutnya dengan menyembah ini adalah pengertian yang salah. Penghormatan kepada leluhur tidak rnengenal waktu setiap hari clilaksanakan. Penghormatan leluhur ini tidak pada tempat tertentu, clinunah, dimanapun sembahyang bisa clilakukan asalkan sebagai anak harus selalu mengingat clihati sanubarinya. 2. P :
Bagaimana pandangan nabi Khonghucu tentang leluhur ?
J : Pandangannya tentang leluhur terkait dengan laku bakti seorang anak menghorrnati
kepada
orang tuanya,
begitu juga setelah orang
tua
rneninggal. Sesuai dengan kitab Lun Gi 1 : 9 "Lok:u bakti adalah seorang
anak selama tiga tahun tidak mengubah jalan suci orang tuanya". Jalan suci orang tua adalah tertera didalam kitab Tiong Yong "Bimbingan untuk
menempuh ;alan suci adalah agama". Oleh karena itu sebagai anak jangan sampai rnengubah jalan suci orang tuanya. Seorang anak mempunyai kewajiban
selama 3 tahtm menjalankan masa berkabung. Tapi bukan
berarti berkabung selasai sampai clisitu, selanjutnya si anak tersebut harus ----~
i.. ... ~1,..
r.r'.:lnrr h1~
1$lnO;:tn
samoai 1nerusak nama baik
orang tuanya. 3. P :
J :
Apa sih pengertian leluhur itu sendiri ?
Arti dari pengertian leluhur itu sendiri adalah orang yang menyebabakan anak ada didl!Ilia ini. Karena orang tua telah berjasa mengasuh, mendidik, memberi kasih sayang sejak dalam kandungan, lahir hingga dewasa. Oleh karena itu setelah orang tua memnggal jangan sampai lupa untuk menyembahyanginya dan mengingatnya setiap hari.
4. P :
Apakah bagi umat Khonghucu sembahyang kepada leluhur wajib dilaksankan oleh setiap penganut agama Khonghucu?
J
Tidak, sembahyang kepada leluhur tidak wajib dilaksanakan oleh setiap penganut Khonghucu akan tetapi berdasarkan kesadaran individu masingmasing.
5. P:
J :
Apa tujuan sembal1yang kepada leluhur? Adapun tujuan dari sembahyang kepada leluhur tersebut adalah pertama untuk menjadi seorang Kuncu atau dalam islam dikenal dengan istilah insan kamil atau manusia yang sempurna. Kedua, agar manusia mendapafuruk kehidupan yang bahagia dan lebih baik.
6. P : Apa makna sembahyang kepada leluhm·? J :
Sembahyang kepada leluhur itu adalah kelanjutan bakti seorang anak kepada orang tuanya bukan hanya pada saat beliau masih hidup,
setelah
meiringgalkanpun hams selalu dingat, d!kenang walau orang tua telah tiada, yang dimamfestasikan dengan perawatan abu leluhur orang tuanya. 7. P : Bagamana kaitannya penghofillatan leluhur itu dalam kehidupan sosial ? J :
Adapun kaitaooya dalam kebidupan sosial masyarakat seseorang dapat menghormati lelttl1ur dengan menjaga nama baik orang tua yang disebut dengan moral. Sebagai anggota masyarakat, menjaga nama baik dengan menjaga perbuatan yang merusak nama baik orang tuanya adalah suatu prilaku yang terptrji. Jangan sampai dalam hubtmgan sosial berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang lain.