BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropis (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas. salah satu kota yang terkenal dengan cuaca panas adalah Jakarta dan sekitarnya. Sebagai kota metropolitan yang padat dan bersuhu tinggi, keringat telah menjadi hal umum yang dialami oleh sebagian besar penduduk Jakarta. Hal ini disebabkan dari berbagai aktifitas yang dilakukan setiap hari. Udara yang kotor dan lingkungan yang tercemar juga menjadi hal utama yang mengancaman kesehatan dan kebersihan yang dialami oleh penduduk kota besar ini. Akibat dari kondisi yang tercemar ini dapat terlihat pada kualitas kesehatan yang semakin menurun. Salah satunya adalah masalah pada rambut. Setiap orangpun banyak yang mengeluhkan rambutnya yang bermasalah, bisa berupa masalah rambut rontok atau ketombe yang sudah menjadi masalah umum pada rambut. Demi menjaga kesehatan, manusia pada dasarnya membersihkan diri (mandi) minimal dua kali sehari, serta mencuci rambut minimal dua hari sekali. Ritual pembersihan tubuh ini dikerjakan secara continue dan bersifat pribadi sehingga pemilihan produk pembersih ini telah menjadi suatu cara memanjakan tubuh. Kegiatan-kegiatan ini juga mencerminkan kesadaran
1
2
manusia yang cukup tinggi dalam menjaga kebersihan tubuhnya, dan hal ini pun ditangkap oleh para pelaku bisnis sebagai peluang usaha yang cukup menggiurkan. Dalam proses membersihkan diri salah satu hal yang dilakukan adalah membersihkan rambut (keramas), sejumlah kecil shampo pasti digunakan untuk membersihkan rambut. Dalam hal ini shampo digunakan secara berulang-ulang dan apabila diakumulasikan maka konsumsi shampo seseorang akan mencapai jumlah yang cukup signifikan. apalagi konsumen yang memiliki rambut lebih tebal dan juga panjang, dapat dipastikan bahwa konsumen tersebut akan mengkonsumsi shampo dalam jumlah yang lebih banyak daripada konsumen pada umumnya. Shampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit (umumnya kulit kepala) sehingga dapat meluruhkan kotoran (membersihkan). Pada saat keramas, individu dianggap melakukan perawatan dengan mencuci rambut dan kulit kepala agar bersih dari minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain yang menempel dirambut seiring aktivitas yang dilakukannya. (id.Wikipedia.org/wiki/sampo). Faktanya pada saat ini Konsumen menginginkan shampo untuk menjadi lebih dari sekedar pencuci rambut. Oleh sebab itu, banyak produsen yang menciptakan berbagai macam tipe shampo guna menyesuaikan atas keinginan dan kebutuhan dari konsumen sehingga mengakibatkan persaingan dalam industri shampo meningkat menjadi lebih ketat.
3
Perkembangan industri shampo yang terus meningkat menyebabkan beragamnya produk shampo yang beredar di pasar, baik dari segi merek, jenis, harga maupun variasi lain yang terkandung dalam produk tersebut. Berbagai macam jenis shampo diluncurkan oleh setiap produsen. Kenyataan tersebut membuat sebagian konsumen menjadi bingung dan kesulitan menemukan shampo yang sesuai. berikut adalah berbagai macam jenis shampo dan juga manfaatnya : Tabel 1.1 Macam-Macam Shampo dan Fungsinya Tipe shampo
Sampo pembersih Shampo penambah volume
Fungsi utama Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh (clarifying shampoo). biasanya berfungsi untuk menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut (foam), hairspray, lilin rambut (wax), jelly rambut (gel), dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis sampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal.
Sampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi Shampo warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan penyehat masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut dan hal ini bisa memengaruhi kondisi kesehatan rambut Pilihan terbaik bagi rambut kering dan kaku, shampo ini dapat Shampo memperbaiki rambut bercabang dan menjaga kelembaban agar tidak pelembap terlalu kering. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sampo#Macam-Macam_Sampo (Akses, 25 Feb 2015).
4
Selain banyaknya bermunculan tipe shampo yang berbeda-beda, merek shampo pun bermunculan dan mencoba merebut pangsa pasar pencuci rambut yang ada. Begitu banyak konsep dan citra merek yang ditampilkan seperti shampo kecantikan, perawatan, bahan-bahan herbal hingga shampo khusus untuk pengobatan. Dengan begitu konsumen dihadapkan dengan banyak pilihan tipe dan merek shampo yang ada, mereka pun harus menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhan mereka. Baik
secara
sadar
atau
tidak,
para
konsumen
pasti
akan
mempertimbangkan informasi yang dia dapat tentang sebuah merek, informasi yang didapat bisa saja berupa informasi mengenai elemen-elemen produk, dan juga citra merek yang melekat dalam produk tersebut. Menurut Ferrinadewi (2008:137) Merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. (lihat juga Keegan et. al, 1995). Penetapan merek (branding) adalah memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa. Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaan antarproduk. Penetapan merek menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan merek tentang produk dan jasa dengan cara yang menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan dalam prosesnya memberikan nilai bagi perusahaan. (kotler & keller, 2009:260). Peluang pasar yang semakin terbuka lebar menyebabkan semakin banyak muncul perusahaan yang bergerak dalam industri home & personal
5
care khususnya kategori shampo. Saat ini industri shampo di dalam negeri, dikuasai oleh dua pemain besar yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Procter & Gamble. Kedua perusahaan tersebut telah memiliki berbagai macam merek shampo yang dipasarkan. Seperti PT.Unilever, pada saat ini telah memiliki beberapa merek shampo seperti shampo Sunsilk, Clear, Lifebuoy, Dove dan yang terbaru adalah TRESemme. Begitu juga dengan P&G yang mengeluarkan shampo merek Pantene, Rejoice, Head & Shoulders serta Herbal Essences. Sunsilk merupakan salah satu produk shampo yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia Tbk dan mulai dipasarkan di Indonesia sejak tahun 1952. Sejak produk pertamanya dipasarkan. Sunsilk terus melakukan inovasi– inovasi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya, terutama yang berkaitan dengan perawatan rambut. berikut adalah inovasi yang dilakukan oleh Sunsilk.
Tahun 1952 1970 1975 1995 1997
Tabel 1.2 Inovasi Sunsilk Inovasi Sunsilk Diluncurkan untuk pertama kalinya di pasar Indonesia (dalam botol kaca). Sunsilk diluncurkan kembali dengan menggunakan botol rancangan Internasional dan pada saat yang sama varian kedua “lemon”diluncurkan. Sunsilk hitam – shampo hitam pertama yang diperkenalkan di pasar dankemudian menjadi varian tulang punggung merek ini. Pendekatan bahan ganda (yaitu varian minyak kelapa dan mawar) diperkenalkan di pasar Peluncuran kembali jajaran produk (5 varian) dengan menggunakan pendekatan varian ganda dan juga bentuk botol baru.
6
1999 2001 2003 2006 2009
2010
2013 2014 Sumber
Peluncuran kembali deretan shampo Sunsilk dengan menggunakan Fruitamin sebagai pendekatan baru teknologi ilmu alam (Proyek Apolo). Peluncuran kembali jajaran produk dengan menggunakan bahan bergizi sebagai pendekatan teknologi baru (Proyek Voyager). Peluncuran kembali deretan dengan menggunakan bentuk botol baru (Proyek Merkuri). Peluncuran kembali jajaran produk dengan rancangan permukaan baru (Proyek Aurous). Peluncuran logo Sunsilk yang baru serta beberapa varian Sunsilk yang baru Sunsilk Damage Treatment, Sunsilk Bouncy Curl dan Sunsilk Straight & Sleek Sunsilk kembali Melakukan Revolusi dengan Inovasinya Di Industri Kecantikan Rambut. Sunsilk Bekerja Sama Dengan 7 Pakar Rambut Dunia Untuk menghasilkan Formulasi Terbaik Sunsilk Yang Menggabungkan Teknologi Tinggi Yang Dimiliki Sunsilk Dengan Ilmu Dan Pengalaman Dari Para Ahli Rambut Terkemuka Di Bidangnya. Dengan Pakar-pakar Rambut Yang memiliki Keahlian Di bidangnya Masing-Masing Untuk Mengatas Berbagai Permasalahan Rambut, Sunsilk Membawa Solusi Bagi Para Wanita Di dunia Yang menginginkan Penampilan yang Sempurna Dengan Rambut Yang Indah dan Bebas Masalah. Sunsilk Kembali Melakukan Revolusi dengan wajah Baru dan masih bekerja sama dengan 7 Pakar rambut Dunia. Sunsilk Meluncurkan Varian terbaru LIVELY STRAIGHT : http://id.wikipedia.org/wiki/Sunsilk ( Akses 25 februari 2015, 01:52
WIB) Sunsilk selalu berinovasi dengan produknya. hal ini dilakukan untuk menciptakan brand image kepada benak konsumen sebagai produk shampo yang selalu mengerti keinginan para konsumen dengan selalu memberikan produk terbaru sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. maka dari itu, Sunsilk harus selalu mengikuti perkembangan dan menemukan sesuatu yang baru dimata konsumennya. Salah satunya adalah Sunsilk meluncurkan varian terbarunya, yaitu Sunsilk Lively Straight dengan Straight Lock
7
Technology yang mampu ‘mengunci’ bentuk rambut tetap lurus mempesona sepanjang hari. Sunsilk memahami keinginan perempuan muda Indonesia untuk memiliki rambut lurus mempesona dengan meluncurkan varian terbarunya. kebutuhan shampoo untuk masalah bentuk rambut meningkat dari tahun ke tahun. Konsumen mencari produk shampo yang dapat membantu mereka mendapatkan bentuk rambut yang diinginkan dan rambut lurus tetap menjadi tampilan yang diinginkan oleh perempuan Indonesia dari masa ke masa. 96% perempuan muda Indonesia berambut lurus mengakui rambut lurus memesona adalah penampilan ideal bagi mereka. Hasil studi yang dilakukan oleh Unilever Indonesia juga membuktikan bahkan 42% perempuan muda yang berambut ikalpun mendambakan memiliki rambut lurus yang mudah diatur.
(www.unilever.co.id/id/media-centre/pressreleases/2015/Sunsilk-
Lively-Straight.aspxvv) Berikut ini adalah data-data hasil penelitian pada kategori shampo di Indonesia menurut survey yang dilakukan MARS dan Majalah SWA dalam Nuriyani (2014:3). Berikut adalah Brand Value Kategori Produk shampo pada tahun 2010-2013 :
8
Tabel 1.3 Brand Value Shampo 2010-2013 Brand Value Merek
2010 (%)
2011 (%)
2012 (%)
2013 (%)
Rata-rata Brand Value 2013 (%)
50,4 54,7 54,0 55,6 Pantene Sunsilk 52,0 51,9 51,1 50,2 Clear 50,5 49,7 50,8 48,2 44 % Lifebuoy 45,0 46,2 45,2 45,2 41,9 Rejoice Dove 43,5 42,6 43,2 Sumber : SWA 15/XXVI/15-28 JULI 2010, SWA 15/XXVII/18-27 JULI 2011, SWA 20/XXVIII/20 SEPTEMBER – 03 OKTOBER 2012 dan SWA 19/XXIX/12 – 25 SEPTEMBER 2013, dikutip oleh Nuriyani (2014)
Tabel 1.3 diatas menyajikan brand value (nilai merek) dari beberapa merek shampo yang sudah dikenal oleh konsumen di Indonesia. Berdasarkan tabel di atas, Sunsilk untuk kategori shampo adalah merek terbaik dengan brand value (nilai merek) menempati urutan teratas pada tahun 2010. Akan tetapi, sunsilk mengalami penurunan sebesar 0,1 % pada tahun 2011, 0,8% pada tahun 2012 dan 0,9% pada tahun 2013. Survei brand value dapat dijadikan parameter keberhasilan merek dalam meningkatkan kinerja berupa pangsa pasar ataupun keuntungan perusahaan. Berdasarkan point brand value-nya, sunsilk
cenderung
mengalami penurunan yang mengindikasikan merek tersebut memiliki kinerja yang menurun. Apalagi brand value mempertimbangkan aspek penguasaan pasar (market share), popularitas merek (brand awareness), popularitas iklan (ad awareness), kepuasan (satisfaction), dan indeks pertumbuhan (gain Index). Apabila penurunan ini terus terjadi dan tidak ada upaya perbaikan
9
yang cepat, maka bukan tidak mungkin jika beberapa tahun ke depan sunsilk dapat tergeser. Menurut Nuriyani (2014:5) Elemen berikutnya dari penilaian merek adalah brand share (pangsa pasar merek) dalam empat tahun terakhir sampo merek Sunsilk cenderung mengalami penurunan. Perubahan brand share kategori sampo tahun 2010-2013 dapat di lihat pada tabel 1.4 di bawah ini: Tabel 1.4 Brand Share Shampo Tahun 2010-2013 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Brand Brand Brand Brand Share Merek Share Merek Share Merek Share Merek (%) (%) (%) (%) Sunsilk 24,3 Pantene 26,4 Pantene 27,2 Pantene 29,1 20,9 Clear Sunsilk 22,8 Sunsilk 20,3 Sunsilk 19,1 Clear 18,5 Clear 20,2 Clear 15,8 Pantene 21,7 Lifebuoy 14,3 Lifebuoy 13,3 Lifebuoy 12,5 Lifebuoy 11,1 Rejoice 5,7 Dove 5,7 Dove 5,7 Dove 6,1 Sumber: SWA 15/XXVI/15-28 JULI 2010, SWA 15/XXVII/18-27 JULI 2011, SWA 20/XXVIII/20 SEPTEMBER – 03 OKTOBER 2012 dan SWA 19/XXIX/12 – 25 SEPTEMBER 2013, dikutip oleh Nuriyani (2014)
Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa brand share (pangsa pasar merek) Sunsilk menempati urutan teratas pada tahun 2010 sebesar 24,3 % dan mengalami penurunan prosentase brand share selama 2010-2013 yaitu dari 24,3% menjadi 22,8% dengan penurunan 1.5% pada tahun 2011, kemudian menjadi 20,3% dengan penurunan 2,5% di tahun 2012 dan 19,1% dengan penurunan 1,2% pada tahun 2013. Pantene merupakan saingan yang perlu diwaspadai karena selalu mengalami kenaikan brand share yaitu dari 21,7% pada tahun 2010 menjadi 26,4% tahun 2011 , 27,2% pada tahun 2012 dan
10
pada tahun 2013 menjadi 29,1%. Penurunan brand share yang terjadi dapat menjadi indikasi bahwa Sunsilk mengalami penurunan performa dan juga kekuatan mereknya. Menurut Nuriyani (2014:6) TOM Brand (Top of Mind Brand) merupakan bagian dari elemen penilaian merek (Brand Value). Merek yang bagus akan tersimpan dibenak para konsumen dan senatiasa diingat oleh konsumen. Dilihat dari tabel 1.4 di bawah ini Sunsilk juga mengalami penurunan TOM Brand hal ini menunjukkan bahwa Sunsilk merupakan merek yang sudah mulai dilupakan oleh konsumen. hal ini dapat disebabkan kurangnya promosi atau strategi pemasaran lainnya yang dilakukan oleh Sunsilk. Berikut tabel TOM Brand Sampo tahun 2010-2013: Tabel 1.5 Top of Mind Brand (TOM Brand) Sampo Tahun 2010-2013 Tahun 2010 Tahun 2011 TOM TOM Brand Merek Merek Brand (%) (%)
Tahun 2012 TOM Merek Brand (%)
Sunsilk
24,7
Pantene
26,1
Pantene
26,8
Tahun 2013 TOM Merek Brand (%) 28,7 Pantene
Clear
21,5
Sunsilk
23,3
Sunsilk
20,4
Sunsilk
19,3
Pantene
21,2
Clear
18,7
Clear
19,5
Clear
15,6
Lifebuoy
13,6
Lifebuoy
12,8
Lifebuoy
12,7
Lifebuoy
11.1
Rejoice
5,8
Dove
5,3
Dove
6,1
Dove
6,3
Sumber : SWA 15/XXVI/15-28 JULI 2010, SWA 15/XXVII/18-27 JULI 2011, SWA 20/XXVIII/20 SEPTEMBER – 03 OKTOBER 2012 dan SWA 19/XXIX/12 – 25 SEPTEMBER 2013, dikutip oleh Nuriyani (2014)
11
TOM Brand menunjukkan seberapa besar suatu merek diingat dalam benak konsumen. Dari tabel 1.5 di atas dapat diketahui bahwa Sunsilk mengalami penurunan selama rentang waktu 2010-2013 yaitu penurunan 1,4% pada 2011 dan 2,9% pada 2012 dan 1,1% pada 2013. Penurunan itu menunjukkan kesadaran konsumen akan merek sunsilk semakin terkikis. Beberapa konsumen mulai melirik dan mengingat sampo merek lain sebagai pilihan merek utama dalam benak konsumen. Tantangan Shampo Sunsilk semakin besar ketika banyak bermunculan merek-merek shampo dengan varian atau inovasi yang semakin berkembang dan juga harga yang jauh lebih murah. maka dari itu penulis memfokuskan penelitian ini pada merek Shampo Sunsilk karena Sunsilk merupakan salah satu produk unggulan dari PT. Unilever yang juga telah banyak berkontribusi terhadap peningkatan penjualan bagi Unilever khususnya pada kategori home & personal care. sebagai contoh pada tahun 2012, sebanyak 72% product home & personal care berkontribusi terhadap total penjualan. Hal ini dibuktikan dengan Sunsilk menjadi salah satu Top Brand dalam kategori shampo.
12
Tabel 1.6 TOP BRAND INDEX
Thn 2012
Thn 2013
Thn 2014
Sumber: www.topbrand-award.com
Top Brand Index diukur dengan menggunakan 3 parameter, yaitu Mind Share, Market Share dan Commitment Share. Variabel pertama, Mind Share, menunjukkan kekuatan sebuah merek dalam benak konsumen dari kategori produk masing-masing. Variabel kedua yaitu Market share, menunjukkan kekuatan merek di pasar tertentu dalam hal pembelian aktual konsumen behavior. variabel ketiga, commitment share, mengindikasikan kekuatan merek dalam mendorong konsumen untuk membeli merek dimasa depan. Nilai masing-masing parameter untuk sebuah merek di dalam kategori produk tertentu diperoleh dengan cara menghitung persentase frekuensi merek tersebut relatif terhadap frekuensi keseluruhan merek. TBI selanjutnya diperoleh dengan cara menghitung rata-rata terbobot masing-masing parameter. (http://www.topbrand-award.com).
13
Berdasarkan data dari Top Brand Index pada tabel 1.2 dapat terlihat bahwa Merek Shampo Sunsilk mengalami penurunan dalam hal citra merek dan kekuatan merek sunsilk untuk mempertahankan konsumennya untuk melakukan pembelian secara terus-menerus. Pada tahun 2012 Sunsilk menduduki posisi kedua dengan TBI (Top Brand Index) 20,5% dan harus rela dikalahkan oleh pesaingnya yaitu Pantene, pada tahun 2013 & 2014 Sunsilk mengalami penurunan
peringkat ke peringkat tiga dengan TBI masing-
masing adalah 18,5% dan 16,5%. Dapat terlihat bahwa pada tahun 2014 Sunsilk mengalami penurunan nilai sebesar 2% yang diindikasi berkurangnya minat konsumen terhadap shampo Sunsilk. Oleh karena itu, PT. Unilever harus meningkatkan penjualan yaitu dengan cara pngelolaan brand image dan strategi pemasaran lainnya. Strategi pemasaran tersebut bertujuan untuk menumbuhkan purchase intention dari konsumen. Purchase intention (Minat Beli) diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Purchase Intention ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Salah satu untuk mempertahankan purchase intention konsumen adalah mempertahankan brand Image dari produk tersebut. (Putra, 2013:5). Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen, kepercayaan konsumen mengenal nilai merek yang positif, dan kesediaan untuk mencari merek tersebut. Citra merek yang positif juga membantu
14
meningkatkan minat konsumen pada promosi merek di masa yang akan datang, dan memperkuat posisi dalam menghadapi berbagai pemasaran pesaing. (Schiffman & Kanuk, 2008:158). Pengelolaan Citra Merek (Brand Image) sangat penting karena pada umumnya konsumen tidak memiliki pengetahuan produk yang cukup untuk membeli suatu barang. Product Knowledge memiliki peranan penting dalam penelitian tentang perilaku konsumen. Pada masa sekarang ini, konsumen sangat rentan untuk berpindahpindah merek. Perpindahan merek telah menjadi keputusan relatif mudah dilakukan saat ini, karena banyaknya produk atau jasa dengan kualitas yang setara menjadi hal yang biasa ditemukan, dan penawaran dari pesaing yang memberikan
keuntungan-keunntungan
tertentu
bagi
konsumen
atau
mempromosikan harga murah pada produk baru. Selain itu Display merupakan salah satu aspek penting untuk menarik perhatian dan minat konsumen pada toko atau produk agar tertarik dan melakukan pembelian. Persaingan antar produsen, dalam memperebutkan konsumen dan merancang strategi pemasaran guna mempertahankan pelanggan lama serta menciptakan loyalitas merek dilakukan oleh setiap perusahaan yang bergerak didunia bisnis, Begitu juga dengan Produsen Shampo di Indonesia. Salah satunya dalam persaingan harga, dikarenakan faktor harga menjadi salah satu pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian. karena konsumen akan membandingkan harga dari produk pilihannya dan kemudian mengevaluasi
15
apakah harga tersebut sesuai atau tidak dengan nilai produk, serta jumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen. Adapun beberapa jenis shampo yang dijual dan perbandingan harga pada 3 merek yang menjadi Top Brand shampo di Indonesia pada tahun 2014, data tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah dibawah ini: Tabel 1.7 Perbandingan Harga Produk Shampo tahun 2015 Harga (Rp) Merek Jenis kemasan Banyaknya Per Per Eceran karton Pak - shampo Pantene 7.600 Per Botol botol Pantene Pantene - shampo 1 karton = 348.000 8.900 sachet 40rtg - Shampo Sunsilk 7.200 Per botol Botol Sunsilk Sunsilk 1 karton = - Shampo 335.000 8500 Sachet 40rtg - Shampo Clear botol 8.500 Per botol Clear - Shampo Clear Sachet 1 karton = 326.000 8.400 40rtg Sumber: www.ngupasan-jaya.com, diakses 01 maret 2015, 09:28
Berdasarkan data dari tabel 1.7 bahwa harga produk shampo Sunsilk lebih murah dibandingkan dengan produk shampo Pantene. Meskipun dengan harga yang lebih murah belum tentu membuat konsumen ingin membeli produk Sunsilk karena kualitas produk merupakan salah satu indikator yang juga diperhatikan oleh konsumen dalam melakukan pembelian. Proses membeli diawali pada saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan
16
kondisi yang diinginkannya. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk didasari dengan adanya minat beli. Maka dari itu minat beli mempunyai faktor yang kuat terhadap keputusan pembelian suatu produk. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENGARUH BRAND IMAGE, PRODUCT DISPLAY,
PRODUCT
KNOWLEDGE
DAN
PRICE
TERHADAP
PURCHASE INTENTION KONSUMEN SHAMPO SUNSILK”
B. Batasan Masalah Penelitian Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, maka penulis memberikan batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kelurahan pondok kacang barat, Kecamatan Pondok Aren, kota Tangerang Selatan. 2. Responden adalah konsumen yang sedang/pernah menggunakan produk Shampo Sunsilk minimal enam bulan ke belakang dari waktu dilakukannya penelitian) waktu enam bulan dianggap cukup untuk menilai dan merasakan adanya kecocokan terhadap produk Shampo yang digunakan.
17
C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitan ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Brand Image berpengaruh terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk ? 2. Apakah product display berpengaruh terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk ? 3. Apakah product knowledge berpengaruh terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk ? 4. Apakah Price berpengaruh terhadap Purchase Inntention konsumen Shampo Sunsilk?
D. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1) Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisa pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk. 2. Untuk menganalisa pengaruh product display terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk. 3. Untuk menganalisa pengaruh Product Knowledge terhadap Purchase Intention konsumen Shampo Sunsilk.
18
4. Untuk menganalisa pengaruh price dalam terhadap purchase intention konsumen shampo sunsilk. 2) Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah : a. Kontribusi praktik 1) Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan atau tambahan pengetahuan bagi peneliti dan rekan-rekan mahasiswa mengenai Pemasaran khususnya tentang Brand Image, Product Dsisplay, Product Knowledge, Price dan Purchase Intention. 2) Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi untuk penelitian yang lebih lanjut terutama penelitian yang berkaitan dengan purchase intention dan menambah pengetahuan bagi kalangan akademis maupun masyarakat umum mengenai purchase intention dan untuk menambah khazanah pustaka di bidang pemasaran berdasarkan penerapan yang ada dalam kenyataan. b. Kontribusi Kebijakan 1) Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak perusahaan, sehingga dapat dijadikan
pertimbangan
dalam
menetapkan
kebijakan
dan
19
mengembangan strategi di masa yang akan datang dengan harapan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. 2) Bagi Konsumen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi konsumen sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan pembelian suatu produk.