9
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian
oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mengacu pada pemenuhan tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut principal. Maksimalisasi kekayaan principal akan diserahkan kepada pihak-pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebut dalam perusahaan disebut sebagai manajemen, yang dalam teori keagenan disebut sebagai agent. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh principal, maka agent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang kecil, karena manajemen tidak menyukai adanya resiko (risk averse). Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency conflictakan terjadi jika proporsi kepemilikan manajemen atas saham perusahaan kurang dari 100%. Kondisi ini akan menimbulkan kecenderungan manajemen untuk bertindak mementingkan kepentingan sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi kemakmuran principal lagi. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat terjadi saat terdapat free cash flow. Ketika perusahaan tidak lagi mempunyai kesempatan investasi yang
10
10
menarik, pemegang saham menginginkan free cash flow dibagikan kepeda mereka dalam bentuk dividen. Disisi lain manajer cenderung ingin menahan sumber daya termasuk (free cash flow) tersebut sehingga manajer mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut (Hanafi, 2008:317). Konflik keagenan antara kreditur dan pemegang saham muncul karena pemegang saham selalu menginginkan agar manajer bersifat agresif dalam menerima
proyek-proyek
dengan
expected
return
(pengembalian
yang
diharapkan) yang tinggi sedangkan di sisi lain, expected return yang tinggi sudah tentu mengandung risiko yang tinggi pula (high risk, high return). Jika perusahaan mengambil proyek yang berisiko tinggi maka akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan sehingga kreditur merasa khawatir pinjaman yang diberikan tidak dapat dikembalikan oleh perusahaan. Apabila proyek yang berisiko tinggi tersebut dapat memberikan hasil baik, kreditur akan tetap dibayar dengan tingkat bunga sesuai kontrak, sedangkan keuntungan sisa akan menjadi hak pemegang saham meskipun kreditur juga telah menanggung tambahan risiko atas kemungkinan gagalnya proyek. Menurut Wahidahwati (2001), konflik keagenan dapat dikurangi melalui beberapa alternatif, yaitu: (1). Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership). Dengan kepemilikan manajerial, manajemen akanmerasakan langsung dampak dari setiap keputusannya termasuk dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan, (2). Peningkatan kepemilikan institusional (institusional investor) sebagai pihak yang memonitor agen. Dengan kepemilikan institusional maka distribusi saham akan lebih menyebar yang
11
nantinya mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen sehingga dapat mengurangi biaya keagenan, (3). Meningkatnya deviden payout ratio sehingga akan mengurangi free cash flow dan manajemen terpaksa mencari sumber pendanaan dari luar, (4). Meningkatkan penggunaan hutang dalam pendanaan karena dapat menurunkan excess cash flow maka free cash flow yang tersedia untuk manajer untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya menjadi terbatas. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh principal, maka agent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang kecil, karena manajemen sangat tidak menyukai adanya resiko (risk averse). Jensen dan Meckling (1976) agency conflict akan terjadi jika proporsi kepemilikan manajemen atau saham perusahaan kurang dari 100%. Kondisi ini akan menimbulkan kecenderungan manajemen untuk bertindak mementingkan kepentingan sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi principal lagi.
2.1.2
Struktur Kepemilikan (Kepemilikan manajerial) MenurutWahidahwati (2002) Kepemilikan manajerial (managerial
ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris.Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentasi. Mahadwartha dan Hartono (2002) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam
12
perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan mensejajarkan dan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang kurang tepat. Hal ini menunjukkan akan hilangnya masalah keagenan dikarenakan seorang manajer juga sebagai seorang pemilik. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan sehingga membuat deviden tidak perlu dibayarkan pada risiko yang tinggi. Cristiawan dan Tarigan (2007) telah membuktikan secara empiris tentang perbedaan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial dalam hal kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan. Hasil penilitian ini adalah terdapat perbedaan dalam kebijakan hutang dan nilai perusahaan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Rata-rata debt ratio perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, sedangkan rata-rata nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih tinggi dibandingkan tanpa kepemilikan manajerial. Pengelolaan perusahaan yang semakin dipisahkan dari kepemilikan perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai dengan
13
agency theory yang menginginkan pemilik perusahaan (principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis. Tujuan dipisahkannya pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik memperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien. Wicaksono (2000) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan corporate governance
tidak
terlepas
dari
struktur
kepemilikan
perusahaan.
Strukturkepemilikan tercermin baik melalui instrumen saham maupun instrumen utangsehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan bentuk masalahkeagenan yang akan terjadi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalamstruktur perusahaan
kepemilikan, oleh
antara
manajemen
lain:(1).
Kepemilikan
mempengaruhi
sebagian
kecenderungan
kecil untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata,(2). Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan, (3). Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan. Jensen dan Mecking (1976) menjelaskan bahwa istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukan bahwa variable-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh prosentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi.Salah satu bentuk mekanisme corporate governance yang dapat
14
digunakan untuk menyamankan kepentingan participal dan agent adalah konsentrasi
kepemilikan.
Demsets
dan
Lehn
(1985)
terkonsentrasinya
kepemilikan, maka principal mempunyai cara untuk memonitor agent, agar agent bertindak sesuai dengan kepentingan participal.
2.1.3
Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Indriastiti, 2008). Kinerja juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi di suatu perusahaan dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran perencanaan untuk kinerja perusahaan. Gerianta (2007) mengemukakan bahwa analisis dapat dilakukan dengan membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selanjutnya ia menegaskan bahwa analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen pada masa lalu dan prospeknya pada masa mendatang. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan
15
pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dari pada analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan yang tidak berbentuk rasio.
2.1.4
Struktur Modal Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan (Martono, 2005). Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian. Peneliti empiris telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk menguji berbagai teori mengenai struktur modal. Dalam hal ini, struktur modal yang memaksimumkan kinerja perusahaan haruslah juga menyediakan keuntungan besar bagi pemegang saham. Berikut ini dikemukakan beberapa teori struktur modal dengan kinerja perusahaan. 1.
Model Trade-Off Menurut Brigham, 2012 teori trade-off dalam struktur modal yang
optimal dapat diperoleh dengan cara menyeimbangkan antara keuntungan
16
penggunaan hutang (benefit of debt) dengan biaya kesulitan dan biaya keagenan. Namun teori ini tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat PV (present value) biaya kesulitan dan PV biaya keagenan. Metode ini memberikan tiga hal penting mengenai hutang yaitu: (1). Perusahaan yang memiliki resiko bisnis tinggi sebaiknya menggunakan hutang yang sedikit, karena semakin besar probabilitas kesulitan keuangan akan memperbesar biaya kesulitan keuangan,(2). Perusahaan yang memiliki aktiva berwujuddapat menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud,(3). Perusahaan yang sedang membayar pajak yang tinggi dapat menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang membayar pajaknya rendah. (Myers, 2001) mengemukakan bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui utang yang sangat sering diukur dengan debt ratio.Ratio ini menujukkan besarnya utang yang digunakan untuk perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya.Semakin besar tingkat ketergantungannya terhadap pihak eksternal (kreditor) maka semakin besar biaya utang (biaya bunga) yang harus dibayar perusahaan. Hal ini akan berdampak
17
kepada profitabilitas perusahaan karena sebagian pendapatannya di gunakan untuk membayar utang-utangnya. Sasaran struktur modal suatu perusahaan didefinisikan sebagai struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan Houston (2011) Penentuan struktur modal yang akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian yaitu:(a). Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, (b). Menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan meningkatkan perkiraan pengembalian atas ekuitas. Risiko yang semakin tinggi terkait dengan utang dalam jumlah yang lebih besar cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi perkiraan tingkat pengembalian yang lebih tinggi diakibatkan oleh utang yang lebih besar akan menaikannya,(c). Memaksimalkan harga saham dengan cara mencari strktur modal yang menghasilkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian.
2.1.5
Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa rasio yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan, diantaranya: Rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio pasar, Masing-masing rasio memiliki karakteristik yang berbeda, dan memberikan informasi bagi manajemen maupun investor mengenai hal yang berbeda pula. Penelitian tentang struktur kepemilikan yang mempengaruhi kinerja perusahaan sudah sangat banyak dilakukan di Indonesia, beberapa peneliti tersebut antara lain:
18
Setiawan
(2006)
mengadakan
penelitian
yang
bertujuan
untuk
menyelidiki pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan tata kelola korporasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan model dimana variabel dependennya adalah tingkat profitabilitas yang mewakili kinerja perusahaan yang kemudian diestimasi dengan menggunakan variabel independen human dan non-human faktor, danmenggunakan analisis data panel dengan fixed effect model. Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa variabel struktur kepemilikan yangdilihat dari proporsi kepemilikan publik dan kepemilikan asing, keduanya memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja perusahaan.Untuk variabel yang mencerminkan karakteristik perusahaan, seperti size, memberikan pengaruh yang positif. Hasil penelitian Joshua dan Nicholas (2007) tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja UKM di Ghana, memberikan bukti bahwa struktur kepemilikan dalam (inside) memiliki dampak signifikan pada kinerja UKM. Tingkat kepemilikan insideyang tinggi dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi kubu manajerial. Akibatnya, akan mengurangi kemampuan pemilik di pihak luar untuk memantau dan mengontrol perilaku kepemimpinan perusahaan, yang mengurangi nilai perusahaan. Randoy dan Goel (2003) menemukan bahwa tingkat kepemilikan insider yang tinggi memiliki dampak positif pada kinerja perusahaan pada perusahaan pendiri yang dipimpin, tetapi efek performa negatif dalam perusahaan non-pendiri. Hasil penelitian Antari dan Dana (2013) pengaruh struktur modal, kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
19
Pengujian untuk kepemilikan manajerial dengan besarnya terhitung adalah lebihbesar dari tabel (-3,374 >-2,021) dan nilai signifikansi 0,002 < α = 0,05, maka H0ditolak dan H1 diterima. Ini berarti kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dansignifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia periode 2005-2010.Ping (2004) dalam penelitiannya menyatakan secara empiris terdapat hubungan yang positif antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Syafruddin (2006) pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Kusumajaya (2011), meneliti pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2009, sampel dipilih berdasarkan kreteria tertentu sebanyak 27 perusahaan. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan yang diukur berdasarkan Price Book Value (PBV), sedangkan variabel independennya adalah struktur modal yang diukur dari Debt to Equity Ratio (DER), pertumbuhan perusahaan diukur dari perubahan total aktiva dan profitabilitasdiukur dari Return on Equity (ROE). Dengan menggunakan teknik analisis persamaan simultan
20
dengan teknik estimasi path analysis (Hair et al., 2006) dan program aplikasi SPSS dengan versi 13.0, disimpulkan bahwa Struktur modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti peningkatan hutang dalam struktur modal akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.2
Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang konsep yang diperkirakan
sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empirik.Jadi hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu antara dua variabel atau lebih (Emory, 1996). Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Perusahaan, berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Salah satu cara untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Cruthley & Hansen (1989) serta Bathala et al (1994) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga manajer
21
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Listyani, 2003). Menurut Wahidahwati (2002) kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (dewan direksi dan dewan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. H1: Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh
Struktur
Modal
terhadap
Kinerja
Perusahaan,
pengambilan keputusan pendanaan berkenaan dengan struktur modal yang benarbenar harus diperhatikan oleh perusahaan, karena struktur penentuan perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Struktur modal menunjukkan perbandingan jumlah hutang jangka panjangdengan modal sendiri. Perusahaan yang menggunakan hutang dalamoperasinya akan mendapat penghematan pajak, karena pajak dihitung dari laba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga laba bersih yang menjadi hak pemegang saham akan menjadi lebih besar dibandingkandengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Meythi, 2012). Dengan demikian nilai perusahaan juga menjadi lebih besar. Ini berarti semakin besar struktur modalnyamaka nilai perusahaan juga akan semakin meningkat. Akan tetapi perusahaan tidak akan mungkin menggunakan hutang 100% dalam struktur modalnya. Hal itu disebabkan karena semakin besar hutang
22
berarti semakin besar pula resiko keuangan perusahaan. Resiko yang dimaksud adalah resiko financial yaitu resiko yang timbul karena ketidakmampuan perusahaan membayar bunga dana angsuran pokok dalam keadaan ekonomi yang buruk. Dalam kondisidemikian semakin besar hutang maka nilai perusahaan akan menurun. Perusahaan harusmampu menentukan besarnya hutang, karena denganadanya hutang sampai batas tertentu akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi bila jumlah hutang lewat dari batas tertentu justruakan menurunkan nilai perusahaan. Jadi dapat diketahui bahwa strktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dimana pernyataan ini didukung oleh teori trade-off yaitu struktur modal mempengaruhi kinerja perusahaan. H2
: Struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Struktur Modal sebagai Pemoderasi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasil Syafruddin (2006) pengaruh struktur kepemilikan perusahaan pada kinerja: faktor ketidakpastian lingkungansebagai pemoderasi. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel struktur kepemilikan dari pihak luar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini memotivasi peneliti untuk menguji ulang dengan dasar teori-teori yang digunakan dalam menjelaskan varibel yang diteliti dan dengan pemoderasi yang berbeda yaitu struktur modal dengan harapan bisa memperkuat antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan dan hasil penelitian terdahulu yang menyebutkan pengaruh struktur kepemilikandan struktur modal terhadap
23
kinerja perusahaan dengan hubungan yang positif, maka didapathipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H3
: Struktur modal memoderasi secara positif hubungan struktur kepemilikan
terhadap kinerja perusahaan.
2.3
Rerangka Pemikiran Berdasarkan uraian landasan teori mengenai dan beberapa penelitian
terdahulu, maka untuk memperjelas penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti perlu menyusun rerangka pemikiran berupa skema sederhana tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel pemoderasi yang digambarkan dalam kerangka teoritis sebagai berikut: Laporan Keuangan Perusahaan Farmasi di BEI
Teori Keagenan
Teori Manajerial
Teori Trade-off
Struktur Kepemilikan Struktur Modal Kinerja Perusahaan Gambar 1 Rerangka Pemikiran
24
Keterangan : 1. Variabel dependen (KP) adalah Kinerja Perusahaan. 2. Variabel independen (SK) adalah Struktur Kepemilikan. 3. Variabel moderasi (SM) adalah Struktur Modal.