BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian dan Klasifikasi Saham Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas
yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian diberikan hak atas deviden sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perseroan tersebut. Menurut Fahmi (2012: 86), dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa dan saham istimewa (preferen). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masingmasing. 1. Saham Biasa Saham biasa adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan pembeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Saham biasa memiliki beberapa jenis, yaitu:
8 Universitas Sumatera Utara
a. Saham unggulan (blue chip-stock), yaitu saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. b. Saham pertumbuhan (growth stock), yaitu saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari ratarata saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi. c. Saham defensif (defensive stock), yaitu saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. d. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. e. Saham musiman (seasonal stock), yaitu saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya cuaca dan liburan. f. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi dan kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif. 2. Saham Preferen Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan).
9 Universitas Sumatera Utara
Saham preferen merupakan saham dengan preferensi (hak-hak) yang melebihi saham biasa (Smith dan Skousen, 1992). Apabila suatu perusahaan menerbitkan baik saham biasa maupun saham preferen, hakhak preferensi yang menyertai saham preferen biasanya terdiri dari klaim lebih dahulu atas dividen. Saham pada umumnya diterbitkan dengan nilai nominal. Apabila saham preferen mempunyai suatu nilai nominal, maka dividen dinyatakan dengan suatu presentase dari nilai nominal. Namun apabila saham preferen tidak memiliki nilai nominal, maka dividen harus dinyatakan dengan jumlah uang. Menurut Smith dan Skousen (1992) ada beberapa jenis saham preferen, yaitu: a. Cumulative and Noncumulative Preferred Stock Cumulative preferred stock menetapkan bahwa bila perusahaan gagal untuk mengumumkan dividen untuk saham preferen ini maka dividen itu akan diakumulasikan dan perlu dibayar di kemudian hari sebelum dividen dapat dibayarkan kepada para pemegang saham biasa. Dengan kata lain bahwa jika dividen cumulative preferred stock tidak dibayar dalam jangka waktu satu tahun, maka jumlah dividen itu wajib dibayar pada tahun-tahun berikutnya. Dan jika saham preferen itu adalah noncumulative, maka jumlah dividen yang tidak dibayar dalam jangka satu tahun, maka jumlah dividen itu tidak wajib dibayar pada tahun-tahun berikutnya.
10 Universitas Sumatera Utara
b. Convertible Preferred Stock Saham preferen dapat dikonversi apabila syarat-syarat penerbitan saham menetapkan bahwa saham preferen itu dapat ditukar oleh pemiliknya dengan surat berharga lain dari perusahaan yang menerbitkan saham. c. Callable Preferred Stock Saham preferen dapat ditarik kembali sesuai dengan kehendak perusahaan. Harga penarikan kembali pada umumnya ditegaskan dalam perjanjian semula dan menetapkan pembayaran dividen yang ditangguhkan sebagai bagian dari harga pembelian kembali. d. Redeemable Preferred Stock Merupakan saham preferen yang dapat ditebus sesuai dengan keinginan pemegang saham atau dalam kondisi lain di luar kendali penerbit saham (seperti penebusan pada tanggal tertentu atau ketika mencapai tingkat laba tertentu). 2.1.2
Harga Saham Harga saham merupakan harga suatu saham pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar serta oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Menurut Harahap (2011), harga saham di pasar modal sudah menjadi trade mark dari kinerja perusahaan. Walaupun laporan keuangan menyajikan nilai buku sesuai dengan sifat dan prinsip laporan keuangan, namun nilai buku hanya dianggap sebagai data dasar yang akan diolah dalam menghitung berbagai rasio dan indikator kinerja keuangan perusahaan. 11 Universitas Sumatera Utara
Harga saham selalu dianggap lebih objektif dalam mengukur nilai perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan akan selalu berupaya agar harga sahamnya di bursa semakin meningkat. Meningkatnya harga saham di bursa dapat dipengaruhi oleh pembagian dividen saham kepada para pemegang saham. Brigham dan Houston (2008) menyatakan bahwa dividen saham biasanya diberikan secara teratur untuk menjaga kestabilan harga saham. Secara umum harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan dividen. Namun pada kenyataannya tidak semua perusahaan mengumumkan dividen secara teratur setiap bulan atau tahun. Penahanan dividen dalam bentuk laba ditahan akan dilakukan guna membiayai investasi di masa yang akan datang. Dan diharapkan harga saham akan meningkat lebih besar seiring dengan meningkatnya dividen yang dapat dibagikan. Menurut Widiadmodjo (1996: 46) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Harga Nominal Merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting pada saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Merupakan harga yang pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
12 Universitas Sumatera Utara
emisi (underwritter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga Pasar Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. 2.1.3
Teori Perubahan Harga Saham Terdapat dua teori yang berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada
harga saham, yaitu Teori Random Walk dan Teori Elliot Wave. 1. Teori Random Walk Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitasi yang sama. Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan
13 Universitas Sumatera Utara
tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung resiko. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Sehingga harga saham cenderung tidak akan mempunyai tren yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Teori Elliott Wave The Wave Principle merupakan penelitian Elliott (1938), penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Walaupun repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Pola atau gelombang tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Elliott Wave Theory
14 Universitas Sumatera Utara
Pola atau gelombang pada gambar diatas dapat diartikan sebagai berikut: a. Gelombang 1 Harga saham mula-mula bergerak naik dan membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik. b. Gelombang 2 Pada saat harga saham tersebut dinilai terlalu tinggi investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga harga saham tersebut turun. c. Gelombang 3 Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang terpanjang dan terkuat. Pada gelombang ini saham telah menarik banyak perhatian investor. Hal ini menyebabkan harga saham melambung tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan pada saat gelombang 1. d. Gelombang 4 Investor mulai merealisasikan keuntungannya karena harga saham sudah terlalu tinggi. Namun masih ada sebagian investor yang merasa bahwa harga saham masih dalam tren naik, jadi gelombang ini cenderung masih lemah. e. Gelombang 5 Pada gelombang ini harga saham dinilai sudah terlalu tinggi untuk dibeli. Hanya sedikit investor yang bersedia membeli saham.
15 Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Teori Penilaian Investasi Menurut Tuanakotta (1999), terdapat tiga model teori yang dapat
dipertimbangkan oleh investor dan calon investor untuk membantu mereka dalam membuat keputusan untuk menjual, membeli, atau menahan saham-saham perusahaan. Ketiga model teori tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Teori Nilai Intrinsik Menurut teori ini seorang investor akan membeli atau mempertahankan suatu saham apabila ia percaya bahwa nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga saham tersebut di bursa saham. Menurut pandangan investor nilai intrinsik seharusnya dapat menunjukkan nilai saham yang sesungguhnya dan nilai ini akan tercermin dalam harga pasar saham tersebut jika investor lainnya juga memiliki pandangan yang sama. 2. Hipotesis Pasar yang Efisien Hipotesis ini menyatakan menyatakan bahwa pasar saham adalah efisien apabila harga saham mencerminkan secara jelas dan lengkap seluruh informasi yang tersedia. Ada tiga bentuk pasar yang efisien yang dikenal secara umum, yaitu: a. Bentuk Lemah Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersirat dalam urutan harga saham di masa lalu. b. Bentuk Setengah Kuat Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia bagi publik mengenai perusahaan. 16 Universitas Sumatera Utara
c. Bentuk Kuat Harga saham mencerminkan seluruh informasi bahkan termasuk informasi yang bersifat khusus. 3. Teori Portofolio Teori ini menyatakan bahwa investor yang rasional akan memilih untuk menyimpan saham-saham untuk dapat memaksimalkan tingkat laba yang diharapkan ( expected rate of return) untuk tingkat resiko tertentu atau meminimalisasi tingkat resiko untuk hasil tertentu. Portofolio sahamsaham seperti itu disebut efisien. Jadi yang peting bagi investor adalah dampak dari sekumpulan saham dan bukan expected performance dari suatu saham tertentu. Oleh karena itu pengukuran risiko yangn relevan bukanlah total variability dari suatu saham melainkan covariability dari suatu saham terhadap saham-saham lainnya dalam portofolio tersebut. Hal ini berarti bahwa ada dua jenis saham yang masing-masing mungkin mempunyai risiko yang tinggi, tetapi jika digabungkan dalam satu portofolio total risikonya akan menjadi lebih kecil apabila variabilitas dari kedua jenis saham tersebut berbanding terbalik. 2.1.5
Analisis Saham Dalam penentuan keputusan investasi terdapat dua jenis analisis dalam
memperkirakan harga saham perusahaan di masa yang akan datang, yaitu:
17 Universitas Sumatera Utara
1. Analisis Teknikal Analisis teknikal adalan analisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, serta volume transaksi pada msa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal. 2. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. 2.1.6
Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2008: 297),
rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat dinilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat dibandingkan dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian.
18 Universitas Sumatera Utara
Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39), yaitu : 1.
Cross-Sectional Approach Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2.
Time Series Analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut
dianalisis. Analisis dan interpretasi dari bermacam- macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analisis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analisis kredit, dan analasis saham. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000: 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis yaitu sebagai berikut :
19 Universitas Sumatera Utara
1.
Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasional yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.
2.
Pembanding yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio financial perusahaan A pada tahun 20X0 dengan rasio financial perusahaan B pada tahun 20X1.
3.
Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih sangat diragukan, sehingga rasio-rasio yang dihitung kurang akurat.
4.
Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2.1.7
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis,
antara lain: 1. Rasio Likuiditas Rasio
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aset
20 Universitas Sumatera Utara
lancar dan utang lancar. Rasio likuiditas ini terdiri dari Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR). 2. Rasio Solvabilitas Rasio rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini terdiri dari Debt Ratio (DR), Debt to Equity Ratio (DER), Time Interst Earned (TIE), dan Long Term Debt to Equity Ratio. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, maupun kegiatan lainnya. Rasio aktivitas terdiri dari Inventory Turnover (IT), Receivable Turnover (RT), Fixed Assets Turnover (FAT), Total Assets Turnover (TAT), dan Days Sales Outstanding. 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan utang. Rasio profitabilitas ini terdiri dari Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operating Ratio (OR), dan Net Profit Margin (NPM). 5. Rasio Penilaian Pasar Rasio penilaian pasar merupakan rasio yang lazim digunakan di pasar modal untuk menggambarkan situasi dan prestasi perusahaan di pasar
21 Universitas Sumatera Utara
modal. Rasio ini terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Book Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV). Rasio keuangan yang akan digunakan untuk memprediksi saham dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV). 2.1.8
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2012: 97). Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001: 139). Earning Per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu. Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap
22 Universitas Sumatera Utara
lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. EPS dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai EPS suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan rumus sebagai berikut:
EPS =
2.1.9
ππππππππ ππππππππππβ ππππππππππβ π π π π βππππ ππππππππππππππ
Price Earning Ratio (PER) Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan
laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Menurut Fahmi ( 2012: 97), Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar per lembar saham (Market Price Per Share) dengan laba per lembar saham (Earning Per Share). Harapan investor terhadap earning perusahaan pada masa yang akan datang direfleksikan pada harga saham yang sedia mereka bayar atas saham
23 Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan,
sehingga
perusahaan-perusahaan
yang
berada
dalam
tahap
pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan. Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan, maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan. Price Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PER =
βππππππππ ππππππππππ ππππππ ππππππππππππ π π π π βππππ ππππππππ ππππππ ππππππππππππ π π π π βππππ (πΈπΈπΈπΈπΈπΈ)
2.1.9 Book Value Per Share (BVS) Book Value Per Share (BVS) adalah angka per lembar saham yang berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca (Subramanyam, 2012: 232). Book Value Per Share (BVS) ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai
24 Universitas Sumatera Utara
perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Book Value Per Share (BVS) menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai buku per lembar saham, yaitu sebagai berikut: a. Perusahaan dapat melakukan penahanan laba. Dengan cara ini ekuitas pemilik akan meningkat, namun tidak terjadi perubahan dalam jumlah lembar saham yang beredar. Hal ini mengasumsikan bahwa laba ditahan dapat digunakan seefektif ekuitas pemilik sebelumnya, dengan kata lain pengembalian atas ekuitas pemilik dipertahankan. b. Membeli kembali saham perusahaan pada harga yang lebih rendah daripada nilai buku per lembar saham. c. Melakukan merger sehingga dapat menghasilkan peningkatan nilai buku per lembar saham bagi perusahaan yang bertahan. Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Nilai buku merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai aset bersih, yaitu total aset dikurangi kewajiban. Cara sederhana untuk menghitung nilai buku adalah menjumlahkan akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan klaim yang didahulukan yang tidak tercermin dalam neraca. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin kecil nilai Book Value Per Share (BVS) maka nilai pasar dari suatu saham dianggap semakin murah.
25 Universitas Sumatera Utara
Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan investment opportunity cost set (IOS) atau set kesempatan di masa yang akan datang. Perusahaan yang tumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai bukunya.
Book value per share (BVS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: BVS =
π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ ππππππππππππππ
ππππππππππ β π π π π βππππ ππππππππππππππ
2.1.11 Price To Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) merupakan bagian dari rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. PBV adalah rasio yang membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham menurut harga buku. PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah dibandingkan dengan harga pasar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV merupakan rasio yang sudah secara luas dipakai di berbagai analisis sekuritas dunia. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Nilai rendah PBV ini disebabkan oleh turunnya harga saham, 26 Universitas Sumatera Utara
sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya. Namun, rendahnya nilai PBV ini juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan (fundamentally wrong). Oleh karena itu, nilai PBV suatu perusahaan harus kita bandingkan juga dengan PBV perusahaan lain dalam sektor yang sama. Apabila terlalu jauh perbedaannya dengan PBV perusahaan lain maka sebaiknya perlu dianalisis lebih dalam lagi. PBV ini juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang dibayar atau diinvestasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba. Karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utamanya adalah membayar utang terlebih dahulu, baru sisa aset (kalau ada) dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kelemahan rasio keuangan ini, di mana nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan yang diakumulasi dari laba/rugi pada income statement. Jadi konsep utama PBV adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku. Nilai buku dapat dengan basis seluruh perusahaan atau per sahamnya saja. Rasio ini jelas membandingkan nilai pasar terhadap nilai perusahaan berdasarkan laporan keuangan. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai PBV suatu saham mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan, begitu juga sebaliknya jika PBV rendah maka diartikan sebagai sinyal good investment opportunity dalam jangka panjang. Price to Book Value (PBV) ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
27 Universitas Sumatera Utara
PBV =
2.2
βππππ ππππ ππππππππππ ππππππ ππππππππππππ π π π π βππππ
ππππππππππ ππππππππ ππππππ ππππππππππππ π π π π βππππ (π΅π΅π΅π΅π΅π΅)
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu
sebagai berikut: 1. Siagian (2004) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen yaitu nilai buku dan laba per lembar saham secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. 2. Arief (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan Dividend Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Nurdhiana (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007β2010. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial variabel Book Value dan Price to Book Value tidak berpengaruh secara signifikan 28 Universitas Sumatera Utara
terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan berdasarkan pengujian secara simultan menyatakan bahwa variabel Book Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Mathilda (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap harga Saham Indeks LQ 45 (Periode 2007-2009). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Price Earnings Ratio dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
1
Rozard Karla Siagian (2004)
2
Judul Penelitian
Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002 Muhammad Pengaruh Earning Izhar Arief Per Share dan (2006) Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Indonesia
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Nilai Buku, Laba Per Lembar Saham, dan Harga Pasar Saham
Nilai buku dan laba per lembar saham berpengaruh terhadap harga pasar saham.
Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Harga Saham
Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan Dividend Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 29 Universitas Sumatera Utara
3
Fredy Hermawan Mulia Nurdhiana (2011)
Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007β2010
Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Harga Saham
4
Mariana Mathilda (2012)
Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap Harga Saham Indeks LQ 45 (Periode 20072009)
Price Earnings Ratio, Price to Book Value, dan Harga Saham
2.3
Secara parsial variabel Book Value dan Price to Book Value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan variabel Book Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Price Earnings Ratio dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.
Kerangka Konseptual Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar
variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
30 Universitas Sumatera Utara
Variabel Independen
Variabel Dependen
Earning Per Share (X1) Price/Earning Ratio (X2)
Harga Saham
.
(Y) Book Value Per Share (X3)
Price To Book Value (X4)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham Informasi EPS perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Semakin besar EPS menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dan memberikan return yang besar kepada para pemegang saham dan investor. Investor akan cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai EPS yang besar. Hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, yakni meningkatnya harga saham. 2. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham.
31 Universitas Sumatera Utara
Semakin kecil PER suatu saham maka akan semakin baik sehingga bisa disimpulkan bahwa rasio PER memiliki pengaruh yang berbanding terbalik terhadap harga saham. 3. Pengaruh Book Value Per Share Terhadap Harga Saham Book value per share (BVS) pada dasarnya mewakili jumlah aset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, BVS suatu perusahaan akan terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya, sehingga BVS ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Dengan demikian secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa BVS berpengaruh terhadap harga saham. 4. Pengaruh Price To Book Value Terhadap Harga Saham Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara nilai (market value) dengan nilai buku (book value) suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham. 2.4
Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2011: 42), hipotesis menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value
32 Universitas Sumatera Utara
Per Share, dan Price To Book Value berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun secara parsial.
33 Universitas Sumatera Utara