BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya.
Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang
atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Sunariyah: 2004). Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan
saham komulatif preferen (commulative preferren stock)
(Riyanto, 2005:240). Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen. Analisis teknikal merupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran
Universitas Sumatera Utara
9
dari teknik analisis ini adalah bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran dan permintaan yang terjadi. Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa yang akan datang. Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisis ini adalah tidak dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi penawaran dan permintaan menjadi tidak begitu berpengaruh. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Pendekatan
Present
value,
mencoba
menaksir
Present
value,
dengan
menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham. b. Pendekatan Price earning ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham 5 (lima) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor dalam membuat keputusan buy, hold, atau sell saham. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Menurut Nainggolan (2008), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, dividen yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi obligasi. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. Menurut Halim (2005) analisis teknikal terdiri dari beberapa pendekatan diantaranya adalah: a. Dow Theory Teori Dow berupaya untuk menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun keseluruhan. Pergeseran tersebut meliputi gerakan utama (primary movement) yaitu trend jangka panjang atas pasar modal, Pergerakan kedua (secondary movement) yaitu trend yang hanya terjadi beberapa bulan dan pergerakan ini tidak mengubah arah pergerakan pertama tetapi hanya mengoreksi harga-harga saham, Pergerakan ketiga (tertiary movement) yaitu tren yang menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga saham.
Universitas Sumatera Utara
b. Grafik Batang Dalam pendekatan ini digunakan 3 (tiga) tipe dasar diagram, yaitu diagram baris, diagram batang dan diagram gambar titik. Ketiganya menggunakan grafik batang (bar chart) yang menunjukkan volume saham yang diperdagangkan pada masingmasing perubahan harga. c. Analisis Kekuatan Pasar Analisis kekuatan pasar dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan. d. Analisis Kekuatan Relatif Analisis ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lainnya. e. Analisis Rata-rata Bergerak Analisis ini memfokuskan pada harga rata-rata bergerak dengan cara mengamati perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terkahir pada saat penutupan harga. 2.1.1.1. Signalling theory Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi
Universitas Sumatera Utara
yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
2.1.2.
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2008: 130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Gross Profit Margin Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk
mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin
akan menurun, begitu pula
sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Formulasi dari gross profit margin atau GPM adalah sebagai berikut: Penjualan Bersih – harga Pokok Penjualan GPM =
X 100% Penjualan (Sawir,2001: 18)
2.
Net Profit Margin Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh
perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. rasio NPM dapat
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut: Laba Bersih NPM =
X 100% Penjualan Bersih (Sawir,2001: 18)
Universitas Sumatera Utara
3.
Return on Assets Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Menurut Riyanto (2000) ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih bagi semua investor dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Analisa Return On Assets (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Assets (ROA) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Assets (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return On Assets (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk
Universitas Sumatera Utara
ROA adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2001: 89). Formulasi dari return on investment atau ROA adalah sebagai berikut: Laba Bersih ROI =
X 100% Total Aktiva (Munawir,2001: 89)
4.
Return on Equity Return on equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang
tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari return on equity atau ROE adalah sebagai berikut: Laba Setelah Pajak ROE =
X 100% Modal sendiri
5.
(Sawir,2001: 20)
Earning Per Share Earning Per Share adalah hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh
pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham (Munawir, 2002). Angka yang ditunjukkan dari EPS sering dipublikasikan oleh perusahaan yang ingin menjual
Universitas Sumatera Utara
sahamnya kepada masyarakat luas. Investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari, serta relevan untuk menilai efektivitas manajemen dalam membuat kebijakan pembayaran dividen. Earning Per Share menggambarkan laba bersih perusahaan yang diterima oleh setiap saham. Meskipun net income dari laporan laba rugi memberikan informasi terhadap keseluruhan keuntungan suatu perusahaan, akan tetapi para investor lebih tertarik terhadap performa perusahaan berdasarkan keuntungan per lembar sahamnya. Rasio dari EPS dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Earning Per Share =
2.1.3.
x 100% Jumlah Lembar saham
Price Earning Ratio
Price Earning Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Nany (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Sartono (1996) menyatakan bahwa PER dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
Jones (1998) dikutip dari Nany (2000) mengemukakan bahwa PER menunjukkan optimisme dan pesimisme para investor terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap Earning atau dengan kata lain menunjukkan berapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor terhadap Earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan mengetahui besarnya PER suatu perusahaan, analisis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap sahamsaham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak. Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan. Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PER a.
Pengaruh GPM dan NPM terhadap PER Gross Profit Margin dan Net Profit Margin merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Selain sebagai bagian dari rasio profitabilitas perusahaan, Net Profit Margin dan juga dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Menurut Ahmad (2004: 43) nilai GPM dan NPM dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham pada perusahaan tersebut. Nilai GPM dan NPM yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang tinggi menghasilkan yang tinggi laba pada tingkat penjualan tertentu.
b.
Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap PER Return on Assets (ROA) merupakan rasio laporan keuangan yang mengukur
tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, sesuai dengan investasi mana yang digunakan atau rasio tingkat hasil yang diharapkan dari modal yang ditanamkan. Menurut Ahmad (2004: 47) adanya pertumbuhan ROA diharapkan terjadi kenaikan harga saham yang lebih besar daripada kenaikan Earning karena adanya prospek perusahaan yang semakin baik, sehingga akan meningkatkan PER. Dengan demikian diprediksikan bahwa terdapat pengaruh yang positif pertumbuhan ROA terhadap PER. Apabila net income naik maka ROA akan naik, sehingga harga
Universitas Sumatera Utara
dan PER juga akan ikut naik maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini terdapat pengaruh positif faktor ROA terhadap PER saham-saham perusahaan yang terdaftar di BEI
c.
Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap PER Return on Equity menggambarkan perbandingan antara laba bersih dan total
ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Menurut Manurung (2004) bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap PER. Hal ini menujukkan bahwa para pemodal lebih memperhatikan prospek dan risiko, sedangkan ROE hanya menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan investasi dari para pemilik.Semakin besar laba bersih menunjukkan bahwa struktur modal
lebih
banyak
dibandingkan
mencerminkan profitabilitas
dengan
ekuitas.
Semakin
besar
ROE
perusahaan semakin tinggi sehingga kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya adalah rendah, hal ini berarti akibatnya harga saham akan turun sehingga PER akan turun pula. Jadi diduga terjadi pengaruh yang positif ROE terhadap PER. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdapat pengaruh negatif faktor ROE terhadap PER saham-saham perusahaan yang terdaftar di BEI.
d.
Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap PER Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas
perusahaan di masa yang akan datang. Apabila pertumbuhan penjualan positif
Universitas Sumatera Utara
diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat dan prospek perusahaan semakin baik. Dengan demikian semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan mendorong kenaikan harga saham karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Adanya kenaikan harga saham menyebabkan kenaikan PER. Jadi variabel ini diprediksikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER maka hipotesis yang akan diajukan pada penelitian ini terdapat pengaruh positif faktor pertumbuhan penjualan (EPS) terhadap PER saham-saham perusahaan yang terdaftar di BEI. Menurut Halim (2005: 167) Earning Per Share (EPS) merupakan faktor yang dapat mengukur besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham, jika laba per lembar saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik.
2.2.
Penelitian Terdahulu Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Haryanto (2003) yang meneliti pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, ROE dan NPM sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan ROA, ROE dan NPM berpengaruh secara signifikan terhadap harga
Universitas Sumatera Utara
saham. Secara parsial ROE berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Dwireza (2010) meneliti tentang pengaruh variabel profitabilitas terhadap harga saham di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Variavel independen yang digunakan adalah NPM, ROI dan EPS. Hasil penelitian menunjukan variabel NPM, ROI dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial NPM dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Abidin (2009) yang meneliti tentang analisis faktor fundamental keuangan dan resiko sistematik terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI. Variabel independennya adalah ROI, EPS, OPM, BV dan beta saham sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara simultan faktor fundamental keuangan yaitu ROI, EPS, OPM, BV, dan beta saham sebagai resiko sistematik berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara parsial ROI, EPS, OPM dan BV berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel beta saham sebagai resiko sistematik tidak berpengaruh terhadap harga saham. 4. Ulupui (2006) meneliti tentang rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di BEI. Variabel yang digunakan current ratio, ROA, DER. Hasil penelitian current ratio dan ROA berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan DER hasilnya positif tetapi tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu dapat dirangkum pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) N o 1
Nama Peneliti dan Tahun Haryanto (2003)
2
Dwireza (2010)
3
4
Jamalul Abidin (2009)
Ulupui (2006)
Topik
Variabel yang Hasil Penelitian digunakan penelitian Pengaruh rasio ROA, ROE, Hasil NPM menyimpulkan bahwa profitabilitas secara simultan ROA, ROE terhadap harga dan NPM berpengaruh saham pada secara signifikan terhadap perusahaan industri harga saham. Secara parsial minuman di Bursa ROE berpengaruh terhadap Efek Jakarta harga saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. ROI, Hasil penelitian Pengaruh variabel NPM, EPS menunjukan variabel NPM, profitabilitas ROI dan EPS secara terhadap harga simultan berpengaruh saham di perusahaan signifikan terhadap harga makanan dan saham, sedangkan secara minuman yang parsial NPM dan EPS yang terdaftar di BEI berpengaruh signifikan terhadap harga saham. EPS, Analisis Faktor ROI, Secara simultan faktor OPM, BV Fundamental fundamental dan resiko Keuangan dan sistematik berpengaruh Resiko Sistematik signifikan terhadap harga terhadap Harga saham. Saham Perusahaan Secara parsial ROI, EPS, Consumer Goods OPM dan BV berpengaruh yang Terdaftar di signifikan terhadap harga BEI saham sedangkan beta saham tidak berpengaruh terhadap harga saham Analisis rasio Current ratio, Hasil penelitian current ratio dan ROA berpengaruh likuiditas terhadap ROA, DER positif terhadap harga harga saham pada saham, sedangkan DER perusahaan makanan hasilnya positif tetapi tidak dan minuman yang signifikan terdaftar di BEI
Universitas Sumatera Utara