BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu fasilitas yang memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi, diagnosis dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan pengawasan seorang dokter setiap hari dan definisi fungsional rumah sakit komunitas adalah suatu institusi dengan tujuan untuk menyelenggarakan perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat (Gillies, 1996). Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan upaya tersebut rumah sakit umum mempunyai fungsi menyelenggarakan: pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, administrasi dan keuangan (Depkes RI, 1998).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pelayanan Rawat Inap Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan
pelayanan
secara
komprehensif
untuk
membantu
menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap merupakan salah satu revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan (Nursalam, 2001). Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan
kesehatan
perorangan
yang
meliputi
observasi,
pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2010). Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan (pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung, penyediaan peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang. Mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik, apabila memberikan rasa tentram kepada pasien dan memberikan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan yang profesional dan setiap strata pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien kerumah sakit sampai pasien pulang. Brdasarkan kedua aspek ini dapat diartikan bahwa: (1). Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera, (2). Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar, (3). Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit. (4). Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit, (5). Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional dan (6). Lingkungan rumah sakit yang nyaman (Azwar, 2000).
2.3. Kepala Ruangan Pengertian Kepala Ruang adalah seorang tenaga perawat professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat. Standar tugas pokok kepala ruang yang ditetapkan oleh Depkes (1999) meliputi kegiatan menyusun rencana kegiatan tahunan yang meliputi sumber daya (tenaga, fasilitas, alat dan dana), menyusun jadwal dinas dan cuti, menyusun rencana pengembangan staf, kegiatan pengendalian mutu, bimbingan dan pembinaan staf, koordinasi pelayanan, melaksanakan program orientasi, mengelola praktik klinik serta melakukan penilaian kinerja dan mutu pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Depkes (1999), mengatakan bahwa uraian tugas tenaga perawatan sangat penting dan banyak manfaatnya yaitu: (1). Membantu tenaga perawatan untuk mengetahui dengan pasti tanpa ragu-ragu apa tugasnya dan apa yang diharapkan dapat dicapai, (2). Mencegah tumpang tindih maupun terlupakannya suatu tugas, serta membantu mencegah perdebatan antar sejawat tentang siapa harus bekerja apa, (3). Dapat untuk menganalisa jenis latihan yang diperlukan untuk staf, (4). Berperan penting sebagai dasar penilaian individu tenaga perawatan. Adapun uraian tugas (job discription) kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang rawat sebagai berikut: 1. Kepala Ruangan a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: (1). Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan di ruangan, (2). Merencanakan jumlah jenis peralatan keperawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan
dan
(3).
Merencanakan
dan
menentukan
jenis
kegiatan/asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien. b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi: (1). Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, (2). Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain, sesuai kebutuhan dan ketentuan peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian dan lain-lain), (3). Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat, (4). Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan
asuhan
keperawatan
sesuai
standart/
ketentuan,
(5). Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat, (6). Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya, (7). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain, melalui pertemuan ilmiah, (8). Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien, agar tercapai pelayanan optimal, (9). Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat, (10). Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan agar selalu dalam keadaan siap pakai, (11). Mengatur dan mengawasi pelaksanaan inventarisasi peralatan, (12). Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan, (13). Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk memeriksa pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampaikannya kepada staf untuk melaksanakannyamelaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar, (14). Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi, untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan, (15). Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat, untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta
Universitas Sumatera Utara
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, (16). Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindung selama pelaksanaan pelayanan berlangsung, (17). Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga dalam batas wewenangnya, (18). Menjaga perasaan petugas agar merasa aman
dan
terlindung
selama
pelaksanaan
pelayanan
berlangsung,
(19). Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan, secara tepat dan benar. Hal ini sangat penting untuk tindakan perawatan selanjutnya, (20). Mengadakan kerja sama yang baik dengan Kepala Ruang Rawat lain, seluruh Kepala Bidang, Kepala Bagian, Kepala Instalasi dan Kepala UPF di rumah sakit, (21). Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan, (22). Memberi motivasi tenaga non perawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungannya, (23). Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruangan, (24). Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan, berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa/meneliti ulang pada saat penyajiannya sesuai dengan dietnya, (25). Memelihara buku register dan berkas catatan medik dan (26). Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruang rawat. Selanjutnya menyampaikannya
kepada
Kepala
Seksi
Perawatan/Kepala
Bidang
Perawatan.
Universitas Sumatera Utara
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi: (1). Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, (2). Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan, (3). Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan untuk memperoleh pengalaman belajar, sesuai tujuan program pendidikan yang telah ditentukan oleh institusi pendidikan, (4). Melaksanakan penilaian dan mencantumkannya ke dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3) bagi pelaksana perawatan dan tenaga lain di ruang rawat yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (kenaikan pangkat/golongan dan melanjutkan sekolah), (5). Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta oba-obatan secara efektif dan efisien dan (6). Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat 2. Perawat Pelaksana a. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku c. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu keadaan siap pakai. d. Melaksanakan
program
orientasi
kepada
pasien
tentang
ruangan,
lingkungan, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya, serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan e. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan pasien dan keluarganya
Universitas Sumatera Utara
f. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien, sesuai batas kemampuannya dengan cara mengamati keadaan pasien (tanda vital, kesadaran, keadaan mental dan keluhan utama) dan melaksanakan anamnesa g. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya h. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya antara lain melaksanakan tindakan pengobatan sesuai progaram pengobatan dan memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganyan mengenai penyakitnya i. Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi kepada pasien j. Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan atau institusi pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu, untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi k. Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara tepat dan benar sesuai kebutuhan, serta PROTAP yang berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan, kepada dokter ruang rawat/dokter penanggung jawab ruangan. l. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya. m. Memantau dan menilai kondisi pasien. Selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat
berdasarkan
hasil
pemantauan
tersebut,
sesuai
batas
kemampuannya. n. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan anggota tim kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan, pekarya rumah tangga dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
o. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan. p. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal dinas. q. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan pasien dan keluarganya, sehingga tercipta ketenangan. r. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat. s. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain, melalui pertemuan ilmiah dan penataran. t. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit yang dapat dipercaya (akurat). u. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas. v. Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi: (1). Menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi, seperti: Surat izin pulang, surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk di rumah, jika diperlukan, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan surat keterangan lunas pembayaran dan lain-lain dan (2). Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien, mengenai diet, pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaanya, pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, Puskesmas atau institusi pelayanan kesehatan lain, cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat,
Universitas Sumatera Utara
makanan yangbergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi, melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti: Rollstoel, Tongkat penyangga, protesa dan sejenisnya, melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah sakit misalnya: merawat luka, melatih anggota gerak dan lain-lain serta mengantar pasien yang akan pulang sampai pintu keluarga ruang rawat.
2.4. Kinerja Pengertian kinerja atau performance adalah suatu prestasi kerja yaiu proses melalui suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan atau minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja, semakin tinggi nilai ketiga faktor tersebut semakin baik pula prestasi kerja pegawai yang bersangkutan Handoko (2000). Pengamatan dan analisis manajer tentang perilaku dan prestasi individu memerlukan pertimbangan ketiga perangkat variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu dan hal-hal yang dikerjakan oleh pegawai yang bersangkutan, ketiga perangkat variabel tersebut dapat dikelompokan dalam variabel individu, psikologis dan keorganisasian (Gibson, 1987). Penilaian kinerja merupakan suatu usaha untuk membantu merencanakan dan mengontrol proses kegiatan pekerjaan agar benar-benar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan organisasi, pada hakekatmya penilaian
Universitas Sumatera Utara
kinerja adalah merupakan suatu eveluasi terhadap penampilan kerja personel atau individu dengan membandingkan dengan standar baku penampilan. Manfaat yang diperoleh dalam penilaian kinerja antara lain: 1. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu maupun kelompok dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan Rumah Sakit. 2. Merangsang
minat
dalam
pengembangan
pribadi
dengan
tujuan
meningkatkanprestasi dan hasil kerja dengan memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya. 3. Membantu Rumah Sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna. 4. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gaji atau sistem imbalan yang baik. 5. Memberikan kesempatan untuk komunikasi antara atasan dan bawahan. (Ilyas, 2001).
2.5. Fungsi Menejemen Menejemen diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Efektif artinya mengerjakan pekerjaan yang benar (doing the right thing), sedangkan efisen adalah mengerjakan pekerjaan dengan benar (doing thing right). Menejemen juga diperlukan untuk menjalankan kegiatan organisasi secara efektif dan efisien yang didasarkan oleh fungsi menejemen yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Fungsi Perencanaan Perencanaan adalah upaya untuk memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan. Oleh karena itu perencanaan adalah proses yang pro aktif dan memiliki tujuan (Huston & Marquis, 2010). Sejalan dengan hal itu Simamora (2012) juga menyatakan bahwa Perencanaan itu adalah kegitan seorang menejer untuk menyusun hal-hal yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dengan menentukan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Perencanaan merupakan fungsi yang dituntut dari dari semua menejer sehingga tujuan dan kebutuhan individu maupun organisasi dapat terpenuhi, dengan demikian perencanaan yang adekuat mendorong pengelolaan terbaik sumber daya yang ada. Perencanaan yang efektif, menejer harus mengidentifikasi tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dan merupakan tahap yang sangat penting dan menjadi prioritas dalam menejemen. Tanpa perencanaan yang adekuat proses menejemen akan mengalami kegagalan. Perencanaan di terdiri dari beberapa komponen yang secara berurutan merupakan mulai dari yang teratas mempengaruhi perencanaan dibawahnya yaitu: (1). Misi, (2). Filosopi, (3). Tujuan umum, (4). Tujuan khusus, (5). Kebijakan, (6). Prosedur dan (7). Aturan (Huston & Marquis, 2010).. Perencanaan menejemen keperawatan terdapat tiga fungsi perencanaan yaitu: (1). Perencanaan yang berfungsi sebagai arahan, (2). Perencanaan yang
Universitas Sumatera Utara
meminimalkan dampak dari perubahan dan (3). Perencanaan menetapkan standar pengawasan kualitas (Simamora, 2012). 2. Fungsi Pergerakan dan pelaksanaan Fungsi menejemen ini berfungsi sebagai penggerak semua kegiatan program yang ditetapkan pada fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan seperti yang dirumuskan dalam perencanaan. Oleh karena itu fungsi menejemen ini lebih menekankan kepada menejer dalam mengarahkan dan mengerahkan semua sumber daya yang ada (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam menggerakkan dan mengerahkan sumber daya manusia dalam organisasi, peranan kepemimpinan, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian para menejer organisasi (Simamora, 2012). Fungsi pergerakan termasuk dalam mengarahkan pelaksanaan program yang telah ditetapkan oleh menejemen dimana tujuan pelaksanaan tersebut adalah untuk menciptakan kerjasama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf, menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengupayakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi staf dan mengembangkan organisasi secara dinamis (Simamora, 2012). Pada fungsi pelaksanaan ini dipusatkan pada pimpinan dalam pengelolaan sumber daya manusia yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku. Menejer harus menunjukkan kepada staf bahwa dia mempunyai motivasi yang tinggi dalam
mengembangkan organisasi.
Menejer
harus objektif
menghadapi
permasalahan yang timbul dan perbedaan karakter stafnya. Menejer harus
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya dalam menggerakkan dan memotivasi stafnya agar bekerja secara optimal dan produktif (Simamora, 2012). 3. Fungsi Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Fungsi ini merupakan fungsi terakhir dalam proses menejemen yang berkaitan erat dengan fungsi menejemen lainnya. Melalui fungsi ini standar keberhasilan program diungkapkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainnya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Fungsi ini juga bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. Fungsi ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan sesuai standart atau rencana kerja, mengetahui penyimpangan, penyebab penyimpangan tersebut dan pemahaman staf dalam melaksanakan tugasnya, mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien, serta dapat menilai kemampuan kinerja staf (Simamora, 2012). Pengontrolan dan pengevaluasian dilakukan untuk melihat segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang diberikan serta prinsip-prinsip, aturan dan ketentuan yang telah diberikan. Pengontrolan dan pengevaluasian bermanfaat untuk mempertahankan kaidah yang sudah disepakati oleh komponen yang terlibat untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Swanburg, 2000).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Konsep Jaminan Mutu Konsep penjaminan mutu (quality assurance) lebih tertuju pada terjaminnya mutu pelayanan kesehatan secara berkesinambungan berdasarkan standart yang ditetapkan. Konsep penjaminan mutu lebih menekankan pada pentingnya proses pelayanan kesehatan yang dilaksanakan agar betul-betul sesuai standart yang ada. Penjaminan mutu produk secara terus menerus atau berkesinambungan dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan sistem mutu dalam pengelolaan organisasi secara baik. Organisasi yang menerapkan sistem dalam pengelolaannya akan selalu berupaya menghasilkan produk jasa yang sesuai atau melebihi standart, serta berfokus pada kepuasan pelanggan internal maupun pelanggan eksternal (Bustami, 2011). 2.6.1 Total Quality Management (TQM) Konsep TQM merupakan pendekatan menejemen untuk memadukan upaya pengembangan mutu pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan peningkatan mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi untuk menghasilkan produk yang paling ekonomis serta terpenuhinya kepuasan konsumen. Pada konsep TQM ini sudah melibatkan semua jajaran organisasi dan seluruh anggota organisasi, dan menekankan pada terlibatnya unsur-unsur menejemen mulai dari atas (top manager) sampai menejer paling bawah (low manager). Dalam pelaksanaan TQM, ada beberapa prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh menejemen yaitu: a. Memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan perbaikan secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan dalam seluruh proses dan output organisasi. c. Mengambil langkah-langkah untu melibatkan seluruh karyawan dalam upaya memperbaiki mutu (Bustami, 2011). Menejemen
mutu
menurut
Juran
(1976),
dilaksanakan
dengan
menggunakan tiga proses menejerial yang dikenal dengan Trilogi Juran yaitu: 1. Perencanaan mutu (Quality planning) Adalah kegiatan pengembangan produk dan proses yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan ini merupakan suatu rangkaian langkah universal yang terdiri atas: (1). Mengidentifikasi pelanggan, (2). Menentukan kebutuhan pelanggan, (3). Mengembangkan ciri atau karakteristik produk atas jasa yang memenuhi harapan pelanggan, (4). Menetapkan tujuan mutu, (5). Mengembangkan proses untuk mencapai tujuan dan (4). Meningkatkan kapabilitas proses. 2. Pengendalian mutu (Quality control) Yaitu proses pengawasan yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri dalam menjalankan proses kegiatan untuk mencapai tujuan produk/jasa pelayanan yang sesuai dengan standart yang ditetapkan. 3. Peningkatan mutu (Quality inprovement) Adalah sarana untuk meningkatkan produk/jasa yang dapat bersaing dengan mengurangi tingkat kesalahan untuk mutu pruduk/jasa. Langkah kegiatannya antara lain membangun infrastruktur yang diperlukan untuk menjamin upaya meningkatkan mutu.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Proses Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Proses penjaminan mutu dikemukakan Swanburg (1990), di Amerika Serikat yang dimuat dalam Quality Assurance of Health Care in Develoving Country,
meliput i:
merencanakan
penjaminan
mutu,
set
standart,
mengkomunikasikan standart, memantau mutu pelayanan, mengidentifikasi masalah dan menentukan alternatif pemecahan masalah, menetapkan masalah, membentuk tim, mengkaji dan menentukan akar penyebab masalah, menentukan kegiatan untuk pemecahan masalah, serta melaksanakan dan menilai upaya peningkatan mutu yang dilakukan. Sistem menejemen mutu maka organisasi perlu melakukan pengelolaan yang sistematis dengan cara yang dapat dibuktikan. Organisasi harus membuat, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem menejemen mutu dan melakukan peningkatan berkelanjutan secara efektif. Dokumentasi akan menciptakan adanya komunikasi tujuan dan konsistensi tindakan dan konsistensi tindakan.
Penggunaan dokumen
memberikan
masukan
bagi pencapaian
kesesuaian pada persyaratan pelanggan, perbaikan dan penyediaan pelatihan yang sesuai. Selain itu dokumen juga berfungsi sebagai alat dalam penelusuran, prasarana pemberian bukti yang objektif dan alat penilaian keefektifan dan kestabilan dari sistem menejemen mutu (Suardi, 2004). Dokumen yang dipakai dalam sistem menejemen mutu menurut ISO 9000:2000 adalah: a. Manual mutu yaitu dokumen yang memberikan informasi yang konsisten baik ke dalam maupun ke luar tentang sistem menejemen mutu organisasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Rencana mutu yaitu dokumen yang menguraikan bagaimana sistem menejemen mutu diterapkan pada suatu unit tertentu. c. Spesifikasi yaitu dokumen yang menyatakan persyaratan mutu. d. Panduan, yaitu dokumen yang memberikan informasi tentang bagaimana melaksanakan kegiatan dan proses secara konsisten. Dokumen ini mencakup instruksi kerja (IK) atau standart prosedur operasional (SPO) dan gambar. e. Rekaman yaitu dokumen yang memberi bukti objektif dan kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapai. f. Borang yaitu panduan kriteria dan penilaian hal-hal yang dicapai (Suardi, 2004). Mengendalikan dokumen, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: (1). Menetapkan prosedur pengendalian dokumen, (2). Mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang, (3). Menentukan pengendalian secara sentralisasi atau
desentralisasi,
(4).
Menjelaskan
dokumen
yang
dikendalikan,
(5). Mengidentifikasi wewenang untuk meninjau ulang dan mengesahkan dokumen (sebagai aturan umum, tingkatan dokumen yang lebih tinggi, jabatan pengesahan yang menandatangani), (6). Menjelakan sistem pengendalian perubahan dan penanganan dokumen yang kadaluarsa dan (7). Memelihara daftar induk dan revisi terakhir/terkini (Suardi, 2004). 2.6.3. Pemecahan Masalah Dalam Penjaminan Mutu pelayanan Kesehatan Pendekatan Model PDCA (Plan, Do, Check, Action) menurut Bustami (2011), merupakan suatu proses yang tidak hanya berlangsung secara terus, tetapi
Universitas Sumatera Utara
secara tersistematisasi untuk memecahkan masalah dalam rangka perbaikan mutu pelayanan secara continue, dan berlangsung di seluruh bagian dan mekanisme pelayanan. Adapun langkah- langkah tersebut adalah sebagai berikut: a.
Perencanaan (Planning) Perencanaan didasarkan pada pemilihan prioritas kebijaksanaan, hasil yang
diharapkan dan analisis dari situasi sekarang. Langkah-langkah perencanaan meliputi penentuan dan prioritas masalah, mencari sebab dari masalah yang timbul, meneliti sebab yang paling mungkin, dan kemudian menyusun langkah perbaikan. b.
Pelaksanaan (Do) Pada dasarnya yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba suatu produk
baru yang telah dilaksanakan secara terperinci pada langkah sebelumnya. Dengan demikian, kemungkinan error pada saat pelaksanaan merupakan hal yang wajar, karena dalam setiap mencoba produk tidak akan ada yang berlangsung mulus. c.
Pemeriksaan (Check) Hasil dari pelaksanaan kemudian diperiksa dengan dasar yang dipakai dalam
pemeriksaan (check) adalah dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan perencanaan atau target yang telah dibuat. Memeriksa hasil perbaikan dan hasil aktifitas kerja dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: (1). Dilihat dari pengaturan kerja, (2). Dilihat dari masalah dominan, (3). Dilihat dari penyebab dominan dan (4). Dilihat dari penampilan kerja secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
d.
Perbaikan (Action) Kegiatan dalam perbaikan
(action) dimaksudkan untuk: (1). Mencegah
berulangnya persoalan (masalah) yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan standarisasi yaitu mempertahankan standart atau mengadakan perbaikan standart dan mengadakan pengawasan dan pengaturan dan (2). Pencatatan sisa masalah lain dari tahap perencanaan (Plan) yang belum terpecahkan untuk dipakai dalam perencanaan berikutnya (Bustami, 2011). Unit Menejemen Mutu Universitas Sumatera Utara (UMM-USU) tahun 2010, juga menerangkan konsep PDCA dengan membuat skema yang lebih komplek dengan memasukkan komponen yang digunakan pada tahapannya yang dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan (Plan) Adalah penetapan target untuk perbaikan dan perumusan rencana tindakan guna mencapai target tersebut. Perencanaan ini disusun oleh pihak menejerial organisasi yang mempunyai kemampuan yang sesuai dengan bidang masingmasiang.
Dalam
tahapan
siklus
PDCA
ini
tujuannya
adalah
untuk
mengidentifikasi dan menganalisa masalah kemudian tentukanlah masalahnya dan identifikasi dengan tepat. Pada tahap ini, visi, misi, sasaran dan tujuan menjadi dasar penyusunan perencanaan. Beberapa management tools yang bisa digunakan dalam tahap ini adalah dokumen mutu yang terdiri dari: manual mutu (MM), manual prosedur (MP), instruksi kerja (IK), dokumen pendukung (DK) dan borang (BO). Dokumen mutu ini menjadi pendoman dan alat ukur pencapaian tujuan atau target dan merupakan
Universitas Sumatera Utara
pedoman dalam pelaksanaan kerja. Penyusunan perencanaan harus tetap mengacu pada sasaran mutu yang ingin dicapai. b. Kerjakan (Do) Hal apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara menjalankan pekerjaan. Menyusun rencana yang akan dilakukan,atau menentukan masalah yang akan diatasi atau kelemahan yang akan diperbaiki dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap ini pihak menejerial akan melaksanakan sosialisi sistem kerja sesuai dengan yang sudah direncanakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, waktu pencapaian, metode, dan sistem evaluasi sistem skor yang sudah dibuat. Tahap ini juga dilakukan pengembangan dan menguji beberapa solusi yang potensial. Fase ini melibatkan beberapa kegiatan antara lain: 1. Menghasilkan solusi yang mungkin. 2. Memilih yang terbaik dari solusi tersebut, bisa dengan menggunakan Impact Analysis. 3. Menerapkan atau menguji solusi yang di dapat pada skala kecil atau group kecil atau pada area yang terbatas. Dalam siklus PDCA, Do bukanlah menjalankan proses tetapi melakukan uji coba atau test dan proses dijalankan pada tahap Action. c. Cek (Check) Pihak menejerial melakukan monitoring yang dipercayakan kepada gugus jaminan mutu (GJM) dan gugus kendali mutu (GKM) untuk mengukur tingkat efektifitas hasil uji test solusi yang dikerjakan dan menganalisa apakah hal itu bisa diterapkan dengan cara lain. Pada tahap ini kita mengukur seberapa efektif
Universitas Sumatera Utara
percobaan yang telah dilakukan pada tahap siklus PDCA sebelumnya yaitu: Do. Tahap ini juga sebagai sarana untuk mengevaluasi diri organsasi terhadap perencanaan maupun pelaksanaan yang sudah dilakukan. Pada tahap ini juga pihak menejemen menunjuk auditor internal untuk mengaudit semua hal yang sudah dikerjakan atau dicapai yang nantinya hasilnya akan dilaporkan kepada pihak menejerial untuk dikoreksi. Kemudian pihak auditor melaporkan hasil koreksi mereka dan merekomendasikan usulan hasil koreksi kepada pihak menejeman untuk dievaluasi dan direvisi bila ada hal-hal yang tidak sesuai. Dalam tahapan siklus PDCA, Do dan Check, dengan melihat skala dan area perbaikan yang akan dilakukan, kita dapat mengulangi tahapan ini sebelum ke tahapan berikutnya jika dirasa perlu. Jika hasilnya sudah memuaskan barulah kita dapat menuju ke tahap siklus PDCA berikutnya yaitu: Action d. Tindaklanjuti (Action) Usulan tindakan koreksi yang disampaikan oleh tim auditor kepada pihak menejemen akan dibahas kembali oleh tim melalui rapat tinjuan menejemen (RTM). Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi berikutnya. Jika tahapan ini sudah selesai dan kita sudah sampai di tahapan berikutnya yang lebih baik, kita bisa mengulang proses ini dari awal kembali untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi. Penjelasan secara sistematis kerangka teori tersebut di atas dapat digambarkan dari gambar kerangka teori 2.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Kerangka Teori PDCA PLAN
CHECK
DOKUMEN RS
BASELINE SASARAN MUTU
SOSIALISASI SISTEM
MONITORING
DO
PELAKSANAAN
MM MP IK/DP/BO
INTERNAL GJM/GKM
EVALUASI DIRI
DOKUMEN MUTU
BRANCHMARK ANTAR GJM/GKM ACTION PERBAIKAN/ PENINGKATAN MUTU
RTM RAPAT TINJAUAN USULAN TINDAKAN KOREKSI MANAJEMEN
RUMUSAN KOREKSI
AUDIT MUTU INTERNAL
(UTIKOR)
Gambar 2.1. Kerangka Teori Siklus Sistem Menejemen Mutu (QMU USU, 2010)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Mutu Pelayanan Menurut Parasuraman et al 1988 dalam Tjiptono (2012), dimensi ukuran kualitas jasa/ pelayanan terdiri dari : 1. Reliability (kehandalan) Dimensi mutu pelayanan yang berupa kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat) dan memuaskan. Secara umum dimensi reabilitas
merepleksikan
konsistensi
dan
kehandalan
(hal
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dari penyedia layanan/jasa. Dengan kata lain, reabilitas berarti sejauh mana jasa mampu meberikan apa yang telah dijanjikan kepada pelanggannya dengan memuaskan. Hal ini berkaitan erat dengan apakah instansi memberikan tingkat pelayanan yang sama dari waktu ke waktu, apakah instansi memenuhi janjinya, membuat catatan yang akurat dan melayani secara benar. 2. Responsiveness (cepat tanggap) Yaitu keinginan para staf/karyawan membantu semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanaknan pemberian pelayanan dengan tanggap. Dimensi ini menekankan pada sikap dan penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan, pertanyaan, keluhan dan masalah dari pelanggan/pasien.
Dimensi ketanggapan ini merefleksikan komitmen instansi
untuk memberikan pelayanan yang tepat pada waktunya dan persiapan sebelum memberikan pelayanan. 3. Assurance (Jaminan) Artinya karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya serta bebas dari resiko dan keraguraguan. Dimensi
Universitas Sumatera Utara
ini merefleksikan kompetensi perusahaan, keramahan (sopan-santun) kepada pelanggan dan keamanan operasinya. Kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan jasa. 4. Empathy (empati) Dimensi mutu pelayanan yang meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini staf mampu menempatkan dirinya pada pelanggan. 5. Tangibel (bukti langsung/nyata) Dimensi mutu pelayanan yang meliputi ketersediaaan sarana dan prasarana termasuk peralatan siap pakai, alat komunikasi serta penampilan karyawan/staf yang menyenangkan.
2.8. Pelayanan Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Gaffar, 1999). Sejalan dengan hal tersebut Aditama (2007), membagi kegiatan keperawatan di rumah sakit terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosional pada pasien. 2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang keadaan pasien. 3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien, Komunikasi yang baik dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu sendiri. 4. Menjaga lingkungan bansal tempat perawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain. 5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Pelayanan keperawatan profesional diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan. Menurut konsorsium kelompok kerja keperawatan, asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
dengan
menggunakan
metodologi
proses
keperawatan
yang
berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab keperawatan (Nursalam, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.9. Mutu Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2006), menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien. Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi tanggung jawab manajer. Kepala Ruangan adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan dan ikut bertanggungjawab dalam menghasilkan pelayanan yang bermutu. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, system penugasan dan pembinaan.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan di ruang rawat inap menurut Azwar (2000) bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pasien pulang. Kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut: 1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera. 2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar. 3. Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit. 4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit. 5. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional. 6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.
2.10. Komponen Program Jaminan Mutu. Menurut Swansburg (2000) suatu program atau rencana jaminan mutu memiliki komponen sebagai berikut: 1. Pernyataan tertulis dan tepat tentang tujuan, filosofi dan objektif. 2. Standart atau indikator untuk mengukur kualitas keperawatan. 3. Kebijakan dan prosedur untuk menggunakan standart untuk mengumpulkan data. Kebijkan ini menentukan struktur organisasi bagi kualitas program jaminan mutu.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisa dan pelaporan data yang terkumpul dengan pembatasan masalah. 5. Penggunaan hasil-hasil untuk mengutamakan masalah. 6. Memantau kinerja klinis dan menejerial serta meneruskan umpan balik untuk memastikan masalah yang masih dipecahkan. 7. Evaluasi tentang sistem jaminan mutu.
2.11. Alat Atau Instrumen Untuk Pengumpulan Data Jaminan Mutu Audit keperawatan menurut Swansburg (2000), dibagi atas tiga ketegori yaitu: a.
Audit struktur Berfokus pada lingkungan perawatan. Hal ini termasuk fasilitas fisik,
peralatan, pemberi perawatan, organisasi, kebijakan, prosedur dan rekam medik. Struktur dapat mencakup beberapa hal, termasuk staf ahli dan ilmu selain kebijakan dan prosedur. Kandungan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan untuk memenuhi standart yang telah ditentukan akan masuk dalam audit proses keperawatan. b. Audit proses Merupakan kriteria bagi pengukuran keperawatan untuk menentukan apakah standart pelaksanaan tercapai. Audit proses pertama kali oleh Maria Phaneuf pada tahun 1964 (Swansburg 2000) dan didasarkan pada tujuh fungsi keperawatan yang ditetapkan oleh Lesnick dan Anderson. Pemeriksaan bersifat retrosfektif, diterapkan untuk mengukur kualitas perawatan yang diterima oleh
Universitas Sumatera Utara
pasien sampai pasien tersebut diperbolehkan untuk pulang. Ketujuh sub bagian tersebut meliputi: 1.
Aplikasi dan eksekusi atas pesan legal dokter.
2.
Observasi gejala dan reaksi.
3.
Pengawasan pasien.
4.
Pengawasan terhadap orang yang terlibat dalam perawatan (kecuali dokter).
5.
Pelaporan dan pencatatan.
6.
Aplikasi dan eksekusi prosedur dan teknik keperawatan.
7.
Peningkatan kesehatan fisik dan emosional melalui pengarahan dan penyuluhan.
c. Audit hasil Audit hasil adalah juga bersifat retrosfektif. Mereka mengevaluasi akhir kerja keperawatan dalam hal kriteria keluaran pasien yang telah ditentukan. National Centre For Health Depeloped mengembangkan suatu pemeriksaan keluaran yang didasarkan pada sembilan kategori persyaratan perawatan mandiri yaitu: Udara, air/aliran air, makanan, eliminasi, istirahat/tidur, interaksi sosial dan pekerja yang produktif, perlindungan dari bahaya, normalitas dan penyimpangan kesehatan. Kategori yang dievaluasi meliputi: bukti bahwa persyaratan telah dipenuhi, bukti bahwa pasien memiliki pengetahuan yang perlu untuk memenuhi persyaratan, bukti bahwa pasien memiliki keahlian yang diperlukan dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan memenuhi persyaratan dan bukti bahwa pasien memiliki motivasi yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan.
2.12. Asuhan Keperawatan. Proses keperawatan menurut Dongoes (2000), adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu : a. Pengkajian Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis,
meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, kognitif, kemampuan
fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya b. Identifikasi masalah/diagnosa keperawatan Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi c. Perencanaan Adalah proses dua bagian yaitu : pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik dan dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan
Universitas Sumatera Utara
keinginan dan sumber pasien, kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan. d. Implementasi Adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan. e. Evaluasi Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan. Menurut Gillies (1996), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain: 1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan. 2. Sumberdaya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif. 3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan. 4. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat.
2.13. Standart Praktek Keperawatan Pelaksanaan praktek keperawatan di ruang rawat inap pasien dilakukan dengan enam tahap standar praktek keperawatan, yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA yang diadopsi oleh organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2010, dijabarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan
klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Berdasarkan kriteria struktur, pengkajian merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin data yang sistematis, lengkap, dapat diperbaharui dan kerahasiaan terjaga. Kriteria proses dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang lainnya. Data dapat bersumber dari klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis serta catatan lainnya. Dalam pengumpulan data mencakup status kesehatan klien, data fisiologis, psikologis, sosial kultural, spritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap kesehatan dan resiko masalah potensial yang timbul selama dirawat. Kriteria hasilnya menunjukkan bahwa data dicatat dan dianalisis sesuai dengan format yang ada dan data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan yang sesuai dengan kebutuhan klien. 2. Standar II: Diagnosa keperawatan. Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Secara kriteria struktur akan memberi kesempatan kepada sesama perawat, klien untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan dicatat dengan sistematis dalam format asuhan keperawatan dan dapat digunakan sebagai
akses
dan
sarana
pertukaran
informasi
antara
perawata
dan
dapatdigunakan untuk pengembangan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Dalam prosesnya diagnosa keperawatan terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi klien dan perumusan. Diagnosa keperawatan terdiri atas komponen PES yaitu masalah/problem (P), penyebab/etiologi (E), gejala/simptom (S) atau komponen PE. Dalam perumusan ini juga dapat bekerjasama dengan perawat lain dan dapat direvisi berdasarkan data terbaru. Selanjutnya pada tahap ini kriteria hasil yang diharapkan adalah diagnosa keperawatan dapat divalidasi dan diterima dan dipahami oleh sesama perawat sehingga dapat dilakukan oleh semua perawat dan didokumentasikan. 3. Standar III: Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Secara struktur maka dibutuhkan sarana untuk pengembangan perencanaan dan adanya pencatatan sehingga dapat dikomunikasikan. Dalam prosesnya dilakukan penetepan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan yang bekerjasama dengan klien serta tim kesehatan lainnya. Perencanaan dapat bersifat individual, kelompok maupun masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang didokumentasikan. Kriteria hasil yang diharapkan dalam perencanaan ini adalah tersusunnya rencana asuhan keperawatan sebagai cerminan dari penyelesaian diagnosa keperawatan. Perencanaan dibuat tertulis dalam format yang singkat sebagai bukti rencana dalam mencapai tujuan. 4. Standar IV: Implementas Keperawatan Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana keperawatan. Secara kriteria struktur maka implementasi keperawatan ini
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan oleh perawat yang telah terampil dan punya kompetensi yang disusun berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan dan dapat dilimpahkan kepada perawat lain melalui sistem konsultasi keperawatan. Pada prosesnya perawat dan klien bekerjasama dalam pelaksanaannya dan kolaburasi yang baik dengan profesi lain untuk mengatasi masalah klien. Pada tahap ini juga perawat juga berperan dalam menginformasikan status kesehatan klien dan fasilitas pelayanan yang ada. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam memandirikan klien menjadi tugas perawat. Setelah itu kriteria hasil dari standart ini adalah terdokumentasinnya tindakan keperawatan pada pasien secara sistematik begitu juga respon yang diberikan oleh pasien terhadap tindakan yang telah diterima. 5. Standar V: Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam mencapai tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi pengkajian data dan perencanaan sesuai dengan respon klien. Kriteri struktur evaluasi keperawatan ini adalah adanya lingkungan sarana prasarana yang mendukung, adannya akses informasi dan adanya suvervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi yang efektif dan pengembangan alternatif perencanaan. Dalam prosesnya evaluasi tindakan dilakukan secara konfrehensif, tepat waktu dan terus menerus. Evaluasi menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur pencapaian serta bekerjasama dengan pasien dan keluarga. Suvervisi pimpinan dan pendokumentasian menjadi hal yang mutlak dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dalam evaluasi keperawatan ini. Hasil yang dharapkan dalam evaluasi keperawatan ini bahwa dengan hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar mengambil keputusan, dan adanya revisi rencana dan implementasi. Adanya partisipasi klien merupakan hal yang mutlak dalam menilai evaluasi keperawatan. Hasil dari evaluasi harus didokumentasikan dengan baik sebagai bahan pertanggungjawaban dan tanggunggugat perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien. 6.
Standar VI : Dokumentasi Asuhan Keperawatan Catatan asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam catatan asuhan keperawatan ini pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang dikerjakan dan yang ditulis dengan jelas sehingga dapat digunakan antar tim kesehatan. Pedoman kesesuaian asuhan keperawatan dengan Standart Asuhan Keperawatan (SAK) digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan asuhan keperawatan yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan asuhan keperawatan yang ditentukan dalam SAK. Instrumen penilaian kinerja perawat pada proses catatan asuhan keperawatan menurut Depkes (2001) terdiri dari: (1). Menulis pada format yang baku, (2). Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan, (3). Pencatatan ditulis dengan jelas, (4) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan dan (5). Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
2.14.Kerangka Konsep: Konsep PDCA Siklus Kinerja Kepala Ruangan INPUT (X1) DOKUMEN MUTU -
X2 PERENCANAAN
- Pengorganisasian SDM - Logistik/peralatan - Rencana Kegiatan asuhan keperawatan
Manual mutu (MM) Manual Prosedur (MP) Instruksi kerja (IK) Dokumen pendukung (DP) Borang (BO)
MUTU PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN - Standart 1(Pengkajian) - Standart 2 (Diagnosa Kep) - Standart 3 (Perencanaan) - Standart 4 (Implementasi) - Standart 5 (Evaluasi) - Standart 6 (Dokumentasi Kep)
PROSES
PERGERAKAN DAN PELAKSANAAN - Pengaturan/staffing SDM - Penyediaan dan inventarisasi logistik - Pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien
X3 PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN
- Mengawasi - Menilai - Audit mutu internal
MUTU PELAYANAN -
Kehandalan (Reability) Daya tanggap (Responsiveness) Jaminan (Assurance) Empati (Emphathy) Bukti langsung (Tangibles)
Perbaikan/ Peningkatan mutu
RTM Rapat tinjauan menejemen
Rumusan koreksi
OUT PUT (Y)
Keterangan: ` Input (X1): varibel dependen meliputi komponen dokumen mutu dan perencanaan. Proses (X2 & X3): variabel antara meliputi pergerakan dan pelaksanaan serta pengawasann pengendalian dan penilaian. Output (Y): varibel independen meliputi komponen mutu pelayanan dan standart praktek asuhan keperawatan.
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara