BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. Data dan literatur
Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 1. Website
- www.tarotwayang.com - www.wikipedia.co.id - Tarot - www.liputan6.com – Kenali Diri Sendiri dengan Tarot
2. Literatur - Bunga Rampai Wacana Tarot : Ani Sekarningsih - Meramal dengan Kartu Tarot : Eka Surya - The science of Being Great : Wallace D. Wattles - Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi : Sarlito W. Sarwono - Quantum Ikhlas, The Power of Positive Feeling (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) : Agus Mustofa 3. Wawancara : Ani Sekarningsih, CTGM 4. Milis Tarot :
[email protected]
2.1.1. Hasil Survei Hasil penyebaran angket dengan target 187 orang dari Mahasiwa Bina Nusantara dan Pegawai Kantor 4
Berikut adalah perolehan suara Angket: Pada saat melihat sebuah visual, yang mana yang Anda lihat terlebih dahulu? a. Teks = 5%
b. Ilustrasi (gambar) = 95%
Pada saat melihat Buku, Anda cenderung lebih tertarik melihat…. a. Teks = 1,4%
b. Ilustrasi (gambar) = 2,6%
c. Ilustrasi disertai Teks = 96%
Anda lebih tertarik membaca …. a. Novel = 6%
b. Komik = 53%
c. Art Book = 12% d. Koran = 27% e. etc = 2%
Jenis gambar mana yang Anda lebih minati atau menarik perhatian? a. Lukisan real = 30% b. Foto = 70%
Sebelumnya, Anda pernah dengar tentang Tarot? a. Ya = 66%
b. Tidak = 34%
Anda tertarik dengan ramalan peruntungan atau perjalanan kehidupan manusia? a. Ya = 71%
b. Tidak = 29%
Menurut Anda, apa itu tarot? a. Kartu meramal = 97%
d. Penyembahan berhala = 3%
Menurut Anda pribadi, apakah tarot ini bertentangan dengan ajaran agama? b. Tidak = 81%
c, Tidak Tahu = 19%
Jika diselami lebih dalam, Tarot bisa dikaji dari sisi psikologis, numerologi, perbintangan dll, apakah Anda penasaran dengan hal tersebut dan menarik jika ada buku yang membahasnya? a. Ya = 100%
Anda sendiri pernah lihat desain-desain buku Tarot khususnya yang dari Indonesia? a. Ya = 81%
b. Tidak = 19%
5
2.1.2. Data Penyelenggara
www.grasindo.com
PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Grasindo adalah salah satu anak usaha dari Kelompok Kompas Gramedia. Grasindo didirikan pada tahun 1990 seiring dengan diluncurkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut membuka cakrawala baru di bidang pengembangan jasa peningkatan mutu pendidikan. Banyak pengusaha yang kemudian beralih ke industri penerbitan. Grasindo diciptakan untuk berpartisipasi dan mengantisipasi derasnya jasa pendidikan yang tidak jarang bergeser dari misi semula. Grasindo pun memilih untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang mayoritas berada pada umur produktif. Awalnya, Grasindo bergerak pada bidang penerbitan buku-buku teks atau pelajaran untuk taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, dan perguruan tinggi. Tahun 1990, sebuah majalah pendidikan yang bernama ARIF terbit perdana. ARIF diterbitkan untuk mengisi
kebutuhan
anak-anak
terutama
di
usia
sekolah
dasar,
dalam
mempersiapkan diri ke tingkat pendidikan selanjutnya. Seiring dengan kebutuhan dari berbagai kalangan, maka Grasindo juga mengembangkan sayapnya ke buku-buku di luar buku teks atau buku pelajaran. Diawali dengan diterbitkannya buku cerita-cerita rakyat, lagu anak-anak karya komposisi Indonesia yang diakui handal seperti bapak AT Mahmud dan Ibu Kasur,
6
permainan anak-anak yang menunjang kepiawaian anak dalam bidang matematik yaitu Polydron, dan buku-buku "Bagaimana" atau "How To" untuk orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Alasan lain pengembangan beberapa produk ini adalah mengantisipasi lajunya media elektronika yang menampilkan film-film ataupun cerita-cerita yang sebenarnya kurang sesuai dengan usia anak-anak terutama anak-anak di tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Terlebih lagi, kurangnya pendampingan para orang tua ketika mereka mengkonsumsi tayangan-tayangan atau permainanpermainan tersebut. Dalam kerangka pengembangan produk inilah, kami, PT. Grasindo mengadakan jalinan kerja sama dengan beberapa penerbit negara asing seperti Inggris, Belanda, Jerman, Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Amerika. Grasindo juga telah melakukan kolaborasi dengan kedutaan besar Australia untuk Indonesia dengan menerbitkan buku Geografi Australia. Kami mendistribusikan ke banyak sekolah di Indonesia dan menciptakan "workshop" bagi para guru terutama guru-guru di daerah. Pada awal Oktober 2000, UNTAET (United Nations Transition Administration in East Timor) membeli beberapa judul buku dari Grasindo untuk anak-anak di Timor Timur. Jalinan hubungan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan juga kami adakan dengan lembaga-lembaga atau yayasan-yayasan lokal.
7
2.1.3. Sejarah Tarot Menurut Ani Sekarningsih, Tarot tercipta sejak Nabi Musa berupa kumpulan catatan simbol-simbol esoterik yang berhubungan dengan rahasia alam semesta. Catatan keduapuluh dua perjalanan planet dan rasi bintang tersebut mempunyai hubungan erat dengan siklus kehidupan manusia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan (Trionfi: berjaya atau menang, triumph). Sebanyak 28 dokumen tertanggal 1442-1463 mencantumkan permainan kartu bernama Trionfi. Kartu-kartu Trionfi tersebut pun masih dapat dijumpai saat ini. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, nama Trionfi berubah menjadi Tarocchi Kepopuleran kartu Tarot diperkirakan bermula sejak Antoine Court de Gebelin menerbitkan sebuah buku pada tahun 1781. Buku tersebut menyatakan bahwa pendeta-pendeta Mesir kuno telah melukis kartu Tarot berdasarkan Buku Thoth. Mereka
kemudian
membawa
gambar-gambar
tersebut
ke
Roma
untuk
dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Penjelasan Court de Gebelin dianggap tidak akurat karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah dan ditulis sebelum Champollion menerjemahkan bahasa Mesir kuno, Hieroglif (Hieroglyph). Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang.
8
Hak eksklusif tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada akhir abad ke-14 seorang penceramah dari Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan permainan kartu. Tractus de moribus et disciplina humanae conversationis diterbitkan di tahun 1370 (Beberapa ahli menyatakan pada tahun 1377). Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, pemerintah Firenze dan Basel secara bersamaan menerbitkan larangan bermain kartu. Beberapa tempat seperti Regensburg dan Duchy of Brabant pun menerbitkan larangan serupa di tahun 1379. Bernard Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan. Tarot-tarot tertua saat ini dibuat pada awal sampai pertengahan abad ke-15. Ketiga set kartu tersebut adalah milik keluarga Visconti, keluarga yang paling berkuasa di Milan pada saat itu. Kartu-kartu tersebut dilukis untuk merayakan perkawinan antara keluarga Visconti dan Sforza, kemungkinan besar oleh Bonifacio Bembo dan pelukis-pelukis miniatur dari Ferrara. 35 kartu disimpan di Perpustakaan Pierpont Morgan, 26 kartu di Accademia Carrara, 13 kartu di Casa Colleoni, dan 4 kartu (Devil, Tower, Three of Swords, dan Knight of Coins) tidak dapat ditemukan, atau mungkin tidak pernah dibuat. Set kartu 'Visconti-Sforza' ini direproduksi secara meluas. Dalam set tersebut, Minor Arcana (kartu-kartu Pedang, Tongkat, Koin dan Cawan) dan Major Arcana digabungkan untuk merefleksikan ikonografi konvensional pada saat itu.
9
2.1.4. Simbolisme Tarot Tarot bermakna tarekat atau "Jalan", dikenal sejak kejayaan Islam di Spanyol dan menjadi pelengkap studi spiritual bagi paguyuban sebuah tarekat Islam, sebagai media penguji pendakian karomah. Atau pencerahan para muridnya dalam menemukan jati dirinya. Makna pendakian kemakrifatan atau pencerahan adalah proses yang berkesinambungan berupa pengalaman seseorang dalam menyelami siapa, kemana dan apa sebenarnya diri setiap pribadi itu. Ilustrasi dan interpretasi Tarot berkembang sejalan dengan perkembangan jaman. Seringkali, ilustrasi Tarot dibentuk untuk melayani pandangan mistis dan kebutuhan penggunanya. Berdasarkan interpretasi Arthur Edward Waite, artis Pamela Colman Smith melukis satu set lukisan Major Arcana. Hasil karya mereka kemudian diterbitkan oleh perusahaan percetakan, Rider Company. Set Tarot ini menjadi set yang paling populer di peradaban modern. Set kartu tersebut dikenal juga dengan sebutan Tarot Rider-Waite-Smith. A.E. Waite menerbitkan buku petunjuk interpretasi Tarotnya, The Pictorial Key to the Tarot (1910). Dua puluh dua kartu yang terdapat dalam Arcana Mayor banyak menimbulkan perdebatan, baik arti dari set itu sendiri, maupun interpretasi masingmasing kartu. Secara umum, Arcana Mayor dimengerti sebagai perjalanan hidup the Fool (si Pandir), melalui segala prahara dan rintangan sampai akhirnya dia menemukan kebijaksanaan. Pengertian tersebut diusulkan oleh Eden Gray pada pertengahan abad ke-20.
10
Tarot dikaitkan dengan berbagai bidang studi seperti Astrologi, Numerologi Pythagoras, Kabalah, I Ching, dan lain-lain. Empat simbol Minor Arcana sering diasosiasikan dengan empat elemen dasar: udara (Pedang), api (Tongkat), air (Cawan), dan tanah/batu (Pentacle/Koin).
2.1.5. Psikologi Carl Gustav Jung Ketidaksadaran kolektif adalah suatu sistem psikis yang paling kuat dan berpengaruh, dan pada kasus patologi, sistem ini mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi manusia menjadi blue print bukan hanya mengenai fisik tetapi juga mengenai kepribadian. Ketidaksadaran kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur. Ingatan yang diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus-menerus berulang lintas generasi. Namun, yang diwariskan bukanlah memori atau pikiran yang spesifik, ingatan ini lebih sebagai predisposisi (kecendrungan untuk bertindak) atau berpotensi untuk memikirkan sesuatu. Adanya predisposisi membuat orang menjadi peka dan mudah membentuk kecenderungan tertentu, walaupun tetap membutuhkan pengalaman dan belajar. Manusia lahir dengan kemampuan mengamati tiga dimensi, namun kemampuan itu baru diperoleh sesudah manusia belajar melalui pengalamannya. Proses yang sama terjadi pada kecenderungan rasa takut ular dan kegelapan, menyayangi anak, serta keyakinan adanya Tuhan.
11
Ketidaksadaran kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun ego, ketidaksadaran pribadi, dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari secara substansial dipengaruhi oleh ketidaksadaran kolektif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkahlaku sejak bayi. Bentuk dunia yang dilahirkan telah dihadirkan dalam dirinya, dan gambaran yang ada di dalam itu mempengaruhi pilihan-pilihan secara tidak sadar. Ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan semua hal yang telah dilupakan, semua kebajikan, dan pengalaman sepanjang sejarah. Mengabaikan ketidaksadaran dapat merusak ego, karena ketidaksadaran dapat menyimpangkan tingkahlaku manusia, seperti phobia, delusi, dan simptom gangguan psikologik. Isi utama dari ketidaksadaran kolektif adalah arketip, yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi. Simbol inilah yang terungkap pada saat mengambil tebaran kartu Tarot. 2.1.6. Tarot Indonesia Tarot telah berkembang luas hingga ke Indonesia. Belum ada catatan sejarah tertentu yang menerangkan bagaimana budaya tarot ini bisa sampai ke Indonesia. Saat ini sudah diciptakannya sebuah budaya Tarot Indonesia yang salah satunya adalah dari sisi wayang. Ani Sekarningsih adalah pioneer dalam pembuatan pertama kali sebuah tarot yang mewakili Indonesia. Tokoh-tokoh wayang tergambar dalam Tarot wayang juga tidak diambil dari sembarang wayang. Ia mengambil khusus dari wayang-wayang koleksi dari Hamengkubuwono ke IX di Yogyakarta. Prosesnya juga tidak mudah. Karena,
12
untuk mengeluarkan wayang-wayang tersebut dari tempatnya, harus melalui ritualritual khusus. Kita harus membungkuk sebagai bentuk memberikan perhormatan untuk setiap wayang yang dikeluarkan dari tempatnya, tutur Ani Sekarningsih. Dan dalam pembuatannya, ia bekerja sama dengan 3 dalang yang piawai dalam bidangnya. Setiap kata kunci dari kartu tarot, ia serahkan kepada 3 dalang tersebut dan diminta mencarikan, mana wayang yang sesuai dan mendekati kata kunci tersebut. Ia menjelaskan, wayang adalah bayang-bayang kepribadian manusia. Tarot Wayang, kata Ani dalam situsnya, adalah sarana dalam bentuk lain guna menemukan jati diri berdasarkan pengamatan melalui pendakian spiritual dan berlandaskan kearifan budaya. Jenis tarot bisa bermacam-macam. Jenis tarot apa pun sebenarnya sama saja. Yang penting adalah elemen-elemen dasar yang ada, yakni air, udara, api, tanah, terangnya suatu hari di kediamannya, Lebak Bulus, Jakarta. Tarot Wayang menempatkan tokoh-tokoh wayang pada setiap kartu yang dilengkapi kata kunci yang sudah baku. Demikian pula kelima warna latar belakang kartu telah mendasari kartu-kartu Tarot Wayang. Arkana Utama ditandai warna dasar hitam sebagai lambang misteri. Sedangkan Arkana Penunjang diwakili warna kuning (lambang api), Biru cerah (lambang air), Ungu (lambang udara) dan Hijau menjadi lambang bumi atau tanah.
13
2.1.7. Buku tentang tarot Berikut ini merupakan data mengenai rencana penyusunan dan pembuatan desain buku tentang tarot yang baru, antara lain yaitu : Penulis/esais
: Ani Sekarningsih
Desainer
: Philip Sinansari
Ilustrasi
: Philip Sinansari
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Spesifikasi
: 26 x 18,4 cm Full Color
Tebal
: 100 halaman
Harga
: Rp. 350.000,-
Struktur buku
:
a.
AWALNYA…(kata pengantar)
b.
ISINYA…(daftar isi)
c.
Isi
1. Perkenalan Tarot adalah dunia simbol. Bukan sekedar simbol, namun simbol yang mewakili suatu pesan. Lalu, akan muncul sebuah pertanyaan. Bagaimana sebuah simbol mewakili pesan? 2. Cara Kerja Kartu Tarot Cara kerja tarot tak berkaitan dengan ilmu hitam tapi berdasarkan energi yang terpancar dari manusia. Artinya, secara logika tiap keinginan
14
manusia
yang
kuat
akan
memancarkan
energi.
Energi
itu
terkomunikasikan melalui simbol-simbol tertentu yang ada dalam kartu tarot. 3. Memilih Kartu Tarot Memulai suatu latihan mencabut kartu dan membuat tebaran: Tebaran Satu beserta cara formulasi pertanyaan dan pembrian jawaban. 4. Cara Mewacana Memasuki dunia Tarot dengan menggunakan metode psikologi dan membangkitkan otak bawah sadar kita, agar semakin peka terhadap simbol-simbol yang ada pada perlambangan kartu Tarot.
15
2.1.8. Buku Pembanding Sejenis
Buku-buku tentang tarot sangat banyak khususnya di luar negeri, namun di Indonesia masih sangat minim sekali. Sejauh ini, buku yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dan perbandingan data berkenaan dengan rencana pembuatan desain lay out buku tarot antara lain adalah: 1.
2.
Buku karangan Leonardo Rimba dan Audifax Judul
: Psikologi Tarot
Penulis
: Leonardo Rimba dan Audifax
Penerbit
: Pinus Book Publisher (Maret, 2008)
Tebal
: 261 halaman
Harga
: Rp. 40.000,-
Buku karangan Ani Sekarningsih Judul
: Bunga Rampai Wacana Tarot
Penulis
: Ani Sekarningsih
Penerbit
: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001 (Edisi revisi Februari
2006)
3.
Tebal
: 142 halaman
Harga
: Rp.25.500,-
Buku karangan Eka Surya Judul
: Meramal dengan Kartu Tarot
Penulis
: Eka Surya
Penerbit
: PINUS Book Publisher
16
4.
5.
Tebal
: 117 halaman
Harga
: Rp. 20.000,-
Panduan Tarot Wayang (1 paket dengan kartu Tarot Wayang) Judul
: Panduan Tarot Wayang (The Wayang Tarot Manual)
Penulis
: Ani Sekarningsih
Penerbit
: Grasindo
Tebal
: 121 halaman (2 versi bahasa: Indonesia dan Inggris)
Buku karangan Mary K. Gree Judul
: Tarot for Yourself – A Workbook for Personal Transformation
Penulis
: Mary K.Greer
Ilustrasi
: Susan St. Thomas
Fotografi : Ed. Buryn
6.
Penerbit
: Newpagebooks
Tebal
: 298 halaman
Buku karangan Paul Foster Judul
: The Tarot – A Key to Wisdom of The Ages
Penulis
: Paul Foster Case
Desainer : Amy Hayes, Jesse Burns Parke Penerbit
: Tarcher Penguin
Tebal
: 238 halaman
17
2.2. Analisa Setelah melihat data-data yang didapatkan berkaitan dengan tarot, dapat diketahui bahwa pandangan masyrakat tentang kartu Tarot masih terbatas pada ramalan dan peruntungan nasib, dan belum pernah dijelaskan dari sisi ilmu psikologis, serta bagi mereka yang berminat untuk mempelajari dan menjelajah alam ketidaksadaran manusia, yang selama ini di Indonesia tampaknya kurang menimbulkan minat. Buku ini memperkenalkan sisi lain dari penggunaan kartu Tarot yang selama ini hanya dikenal sebagai kartu ramalan yang dilakukan oleh para peramal. Dalam buku ini kartu Tarot diperkenalkan kepada pembaca sebagai alat bantu untuk menemukan diri (self) seseorang dengan menggunakan panduan psikologi. Seni membaca tarot sebenarnya tidak ada unsur kegaiban sama sekali atau jalan pintas untuk mencapai tujuan akhir yang menyenangkan nafsu hewani manusia. Tarot digunakan sebagai alat konsultasi yang memberikan jalan keluar saat seseorang tertumbuk dinding kendala dalam menghadapi suatu perjuangan. Maksimalisasi penggunaan tampilan visual berupa ilustrasi merupakan cara yang paling efektif untuk menggambarkan dan memperjelas daya tangkap, proses pembelajaran tarot. Melihat buku-buku Tarot yang beredar di pasaran, penyampaian informasi berupa Visual masih sangat minim digunakan. Dan bukan hanya kekuatan visual yang harus ditekankan, intisari isi buku juga menjadi salah satu kekuatan yang harus ditonjolkan. Dimana sejumlah intisari atau makna yang terpendam di dalamnya, ditemukan kaitan ilmu Psikologi, Astrologi, Numerologi Pythagoras, Kabalah, I Ching, dan lain-lain. Intisari inilah yang kemudian diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi setiap pembaca bukan hanya ketertarikan pada ramalan, maupun mengkaji dan memperluas pandangan tentang kartu tarot.
18