ASUHAN KEBIDANAN PADA An. A 1,5 TAHUN DENGAN ISPA SEDANG DI PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : Liya Nur Anissa NIM B11030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada An. A 1,5 Tahun Dengan ISPA Sedang Di Puskesmas Kedawung II Sragen tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2.
Ibu Retno wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
3.
Ibu Arista Apriani S.ST.M.kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan pembimbing kepada penulis.
4.
Bapak dr. H. Joko Haryono M.kes, selaku Kepala Puskesmas Kedawung II Sragen, yang telah memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan kasus.
5.
Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta , Mei 2014 penulis
iv
MOTTO 1. Kebahagiaan yang sejati adalah kebahagian yang didapat dengan perjuangan, kerja keras dan do’a. (Penulis) 2. Allah merahasiakan masa depan,untuk menguji kita agar berprasangka baik , berusaha yang terbaik serta bersyukur dan bersabar. (Penulis) 3. Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda (Mahatma Gandhi) 4. Suatu kesalahan tidak semestinya diselesaikan dan tidak harus diulangi, melainkan dijadikan suatu pelajaran karena suatu kesalahan adalah guru di masa yang akan datang.
PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan: 1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Kepada kedua orang tua dan keluargaku yang amat saya cintai dan yang selalu memberikan segalanya untukku. 3. Kepada
pemilik
hatiku
sayangku
yang
selalu
memberikan semangat dan menghiburku di setiap lelahku. 4. Kepada teman-teman ku seperjuangan di STIKes Kusuma Husada jangan pernah menyerah karena perjalanan masih panjang, kalian semua yang terbaik. 5. Almamater tercinta.
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Mei 2014 Liya Nur Anissa B11 030 ASUHAN KEBIDANAN PADA An. A 1,5 TAHUM DENGAN ISPA SEDANG DI PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN TAHUN 2014 (Xi + 78 halaman + 13 lampiran ) INTISARI Latar Belakang : Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indosesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Balita (AKB) adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Secara keseluruhan dari 16380 anak yang disurvei 5% dilaporkan menunjukan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, dan jamur, sedangkan kondisi cuaca, status gizi, status imun, dan polusi udara merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA. Data di Puskesmas Kedawung II Sragen pada bulan januari sampai september 2013 didapatkan 2654 balita sakit yaitu 949 (35,7%) balita denan ISPA yang terdiri dari 497 (52,37%) balita dengan ISPA ringan, 452 (47,62%) balita dengan ISPA sedang. Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada balita Ny. W dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang menurut manajemen kebidanan menurut Varney. Metodelogi : Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif, lokasi studi kasus di Puskesmas Kedawung II Sragen, subyek studi kasus adalah balita Ny. W dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang, waktu pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada tanggal 13 maret sampai 13 april 2014, teknik pengumpulan data meenggunakan data primer yang diperoleh dengan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta wawancara dan obsrevasi sedangkan data sekunder meliputi studi kepustakaan dan studi dokumentasi, dan alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan (format askeb, termometer, stetoskop), alat dan bahan untuk observasi (alat timbangan berat badan, stetoskop, termometer) dan untuk dokumentasi Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari adalah pasien An. A umur 1,5 tahun tertangani dengan baik dan diagnosa potensial tidak terjadi. Kesimpulan : Pada kasus balita Ny. W dengan ISPA sedang penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan yaitu pada pengkajian. Kata Kunci : Asuhan kebidanan, balita, ISPA sedang Kepustakaan : 33 literatur (2003-2012)
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran3.
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan dari Puskesmas Kedawung II Sragen
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Pelindungan Masyarakat
Lampiran 6.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Lampiran 7.
Lembar Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 8.
Lembar Persetujuan Pasien dalam pengambilan kasus
Lampiran 9.
Lembar Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Tentang ISPA Lampiran 11. Leaflet ISPA Lampiran 12. Materi ISPA Lampiran 13. Lembar Konsultasi
x
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA, khususnya pneumonia. ISPA lebih banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase masing – masing sebesar 25% - 30% dan 10% - 15%. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2,1 juta balita pada tahun 2004 (Fitri, 2012). India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak (Usman, 2012). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda) (WHO, 2003). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Balita (AKB) adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencangkup berbagai pertanyaan untuk mendapatkan keterangan prevalensi dan praktek pengobatan untuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), demam dan diare, penyakit – penyakit yang berpengaruh pada penyebab
2
kematian anak. Secara keseluruhan dari 16380 anak yang disurvei 5 % dilaporkan menunjukan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 31 % mengalami demam, dan 14 % sakit diare. ISPA adalah Infeksi Pernafasan Akut, merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat penyakit ini menyerang semua usia dari bayi sampai lansia, dan tersebar luas dimanamana. Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, dan jamur, sedangkan kondisi cuaca, status gizi, status imun, dan polusi udara merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA (Abdullah dkk, 2003). Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dan provinsi jawa tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi di atas angka nasional yaitu 29,09%. Prevalensi tertinggi pada balita (>35%), sedangkan prevalensi terendah pada kelompok umur 15-24 tahun. Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk di Jawa Tengah juga masih cukup tinggi yaitu 12% untuk gizi kurang dan 4% untuk gizi buruk. Status gizi merupakan faktor risiko penting terjadinya ISPA, karena status gizi yang buruk biasanya disertai dengan status imun yang buruk sehingga meningkatkan risiko terjadinya ISPA. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis tanggal 14 Oktober 2013 di Puskesmas Kedawung II Sragen didapatkan data pada bulan januari sampai september 2013 terdapat 2654 balita sakit, yaitu 949 (35,7%) balita dengan ISPA yang terdiri dari 497 (52,37%) balita dengan ISPA
3
ringan, 452 (47,62%) balita dengan ISPA sedang, 443 (16,69%) balita dengan demam, 398 (14,9%) dehidrasi ringan, 864 (32,5%) balita dengan anemia ringan. Mengingat masih cukup tingginya angka kejadian kasus dengan balita ISPA sedang dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan ISPA berat, maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus dengan judul” Asuhan Kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di puskesmas Kedawung II Sragen”.
B. Perumusan Masalah “Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di Puskesmas Kedawung II Sragen dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan Umum Penulis
mampu
memperoleh
pengalaman
nyata
dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney.
4
2.
Tujuan khusus a.
Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang secara lengkap dan sistematis 2) Menginterpretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan pada kasus pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang 3) Mengidentifikasikan kebutuhan terhadap tindakan segera pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang 4) Melakukan antisipasi tindakan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang 6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang 7) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang
b.
Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus nyata dalam pelaksanaan Asuhan kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang
5
c.
Memberikan alternatif pemecahan masalah pada kesenjangan antara teori dan kasus nyata dalam pelaksanaan asuhan pada An. A dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang
D. Manfaat Studi Kasus 1.
Bagi Diri Sendiri Dapat menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik dan memperoleh pengalaman nyata dalam masalah memberikan asuhan kebidanan pada anak dan balita sakit dengan ISPA sedang.
2.
Bagi Profesi Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada anak dan balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang dan menekan angka kesakitan dan angka kematian.
3.
Bagi Institusi a.
Puskesmas Kedawung II Sragen Memberi masukan dalam penyusunan kebijakan program pelayanan kebidanan khususnya tentang balita sakit dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sedang.
b.
Pendidikan Stikes Kusuma Husada Surakarta Untuk
menambah
wacana
dan
referensi
bagi
pembaca
diperpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang.
6
E. Keaslian Studi Kasus Studi kasus dengan judul asuhan kebidanan pada balita dengan Infeksi Saluran Akut (ISPA) pernah dilakukan oleh: 1.
Melinda Widiadi (2012), dari Akademi Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada An. S dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di RSUD dr. MOEWARDI. Asuhan yang diberikan yaitu paracetamol 500 mg, cetrizine 250 mg, ambroxol 250 mg, metal prednisolon 75 mg, salbutamol 250 mg, vit. C, jumlah semua obat ada 4 tablet dibuat puyer di bagi menjadi 12 bungkus diminum 3 x 1 per hari. Hasil dari asuhan yang diberikan pada balita S selama 5 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, nafsu makan anak baik, pemeriksaan fisik dan TTV baik dan anak dinyatakan sembuh.
2.
Intan Nandia Saputri (2013), dari Akedemi Kusuma Husada Surakarta dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di RSUD dr. MOEWARDI. Asuhan yang diberikan yaitu infus RL 6 tpm, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi cetrizine 250 mg, ambroxol 250 mg, metil prednisolon 75 mg, amoxillin 250 mg, vitamin c, semua obat ada 4 tablet obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3 x 1 per hari. Hasil dari asuhan yang diberikan pada An A selama 4 hari adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, nafsu makan anak baik, pemeriksaan fisik dan TTV baik. ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan anak
7
dirumah, sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan ibu sudah mengerti, ibu mengerti cara memberi obat, ibu bersedia untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar ibu bersedia untuk kontrol ulang ke poli anak jika keadaan anak belum stabil dan bila ada keluhan. 3.
Nyna Prymi Setyorini (2008) dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Anak A dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di Ruang Bakung RS. Panti Waluyo Surakarta”. Asuhan yang diberikan yaitu pemberian terapi paracetamol dosis 3 x 100 mg, CTM 3 x 25 mg, gliserin guaiacolact dosis 3 x 50 mg, ambroxol 3 x 100 mg. Hasil dari asuhan yang diberikan pada balita A selama 4 hari yaitu keadaan umum baik, tenggorokan sudah tidak terlihat merah, telinga sudah tidak sakit dan tidak ada indikasi yang mengarah ke ISPA berat.
4.
Yuliana Dwi Hastari (2009) dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Balita Z Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di RSUD Kota Surakarta”. Asuhan yang diberikan yaitu pemberian terapi dengan diberi puyer 10 bungkus, diberikan 3 x 1 per hari berisi Codixen dosis 3 x 250 mg, paracetamol dosis 3 x 100 mg, CTM 3 x 25 mg, gliserin guaiacolact dosis 3 x 50 mg, ambroxol 3 x 100 mg. Hasil dari asuhan yang diberikan pada balita Z selama 5 hari yaitu keadaan umum baik, suhu tubuh kembali normal, batuk sudah hilang dan perafasan kembali normal. Perbedaan keaslian dan kasus terletak pada subyek, waktu, dan tempat.
8
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi 5 bab yaitu : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang gambaran Karya Tulis Ilmiah secara keseluruhan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan tentang teori medis yang meliputi pengertian balita, tahapan perkembangan balita, penyakit yang biasa terjadi pada balita, pengertian ISPA, tanda dan gejala, klafikasi, penyebaran penyakit, faktor resiko, penatalaksanaan, pencegahan, pengertian ISPA sedang, gejala ISPA sedang, etiologi, klasifikasi, penyebaran penyakit, faktor resiko, penatalaksanaaan, pencegahan dan teori manajeman kebidanan yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, ditambah dengan data perkembangan dengan menggunakan SOAP dan kerangka konsep serta landasan hukum.
BAB III METODOLOGI Bab ini berisi tentang studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, tehnik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan dalam studi kasus.
9
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang tinjauan kasus tentang asuhan kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang di Puskesmas Kedawung II Sragen secara nyata sesuai dengan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi ditambah data perkembangan SOAP. Sedangkan pembahasan
penulisan
menjelaskan
tentang
masalah
atau
kesenjangan yang ada antara teori dengan kasus yang penulis temukan dilahan BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti pembahasan asuhan kebidanan pada anak dengan ISPA sedang. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan. Kesimpulan yang berupa kesenjangan pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis dan operasional yang artinya saran itupun dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis 1. Balita a. Pengertian Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia nol sampai menjelang lima tahun (Ferry, 2007). Balita adalah masa anak berusia dua sampai tiga tahun (Nursalam, 2005). Balita adalah anak berusia 12 sampai 59 bulan (Depkes RI, 2005). b. Tahapan Perkembangan Balita menurut Handayani dkk (2005) 1) Umur 2 – 2 ½ tahun a) Bahasa Ia senang jika Anda membacakan cerita sebelum tidur. Sering bertanya dan antusias mendengarkan jawaban Anda. Kosa katanya mencapai beberapa ratus kata tunggal. Menikmati pembicaraan sederhana dengan orang dewasa yang ia kenal dan anak
lain.
Menggunakan
bahasa
untuk
meningkatkan
kompleksitas pemainan imajinatif, seperti berdandan. Mulai menggunakan kata ganti seperti ia, dia, dan kata depan seperti di dalam atau di atas. Bisa mengingat informasi seperti usia dan nama panjang. Juga dapat menggunakan informasi tersebut.
11
b) Belajar Mulai memasangkan warna, misalnya, dengan menemukan dua balok berwarna sama. Memahami koin adalah uang, tetapi memiliki pemahaman sedikit mengenai nilainya. Dapat memilah benda berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya membedakan mainan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenisnya, seperti binatang atau mobil. Mulai mengembangkan pengertian mengenai waktu. Misalnya, ia bisa membedakan antara hari ini dan besuk. Dapat mengidentifikasi wajahnya dalam foto. Haus akan pengalaman baru, misalnya kebun
binatang. Menjelaskan
karakter manusia pada benda mati sebagai ekspesi imajinasinya yang aktif dan sebagai ekspresi imajinasinya yang aktif dari sebagai cara memahami dunia sekitarnya. c) Koordinasi tangan – mata Dapat merangkai manik – manik menjadi kalung. Saat melukis dan menggambar ia menggenggam krayon atau kuas dan dapat membuat goresan yang terkontrol, misalnya dapat menirukan garis vertikal yang Anda gambar. Dapat memahami mainan, permainan dan puzzle yang harus disusun dengan lebih baik. Mulai belajar cara menggunakan alat makan selain sendok. Dapat memilih untuk menggunakan tangan tertentu.
12
d) Gerakan Dapat melompat di lantai dalam jarak dekat dari posisi berdiri dan dengan banyak latihan dapat melompat melewati halangan yang rendah. Dapat bermanuver di sekitar halangan saat melakukan kegiatan lain. Dapat berjalan – jalan sendiri dalam jarak dekat tanpa harus didorong di kereta. Naik dan turun tangga di rumah tanpa bantuan. Berjinjit selama beberapa detik. 2) Umur 2 ½ - 3 tahun a) Bahasa Dapat menginstruksikan perintah dengan percaya diri. Sering menggunakan kata ganti seperti saya dan aku, walaupun tidak selalu benar. Menemukan bahwa pertanyakan (terutama yang diawal dengan kata ‘Siapa?’ dan ‘Di mana?’) adalah cara yang baik untuk mengumpulkan cerita yang lebih kompleks dengan beberapa karakter. Sering bertanya mengenai arti kata – kata yang asing saat
mendengarnya. Menunjukan pemahaman akan
peraturan tata bahasa, dan menggunakannya dalam percakapan. b) Belajar Membandingkan dua benda dari ukuran atau tinggi, walaupun tidak selalu tepat. Membuat cerita sederhana dari imajinasinya. Mengingat sesuatu yang Anda lakukan kemarin dan menceritakan kembali kejadian yang menyenangkan beberapa waktu yang lalu. Menyelesaikan puzzle dengan tiga atau empat potongan besar.
13
Dapat mengingat informasi seperti nama benda dengan cara mengucapkannya berulang – ulang. Mengantispasi akibat dari sebuah kejadian. Misalnya, jika cangkir terdorong maka isinya akan tumpah. c) Koordinasi tangan – mata Dapat bermain dengan berbagai jenis alat permainan dan aktifitas pekerjaan tangan di kelompok bermain dan tempat penitipan anak. Dapat menyusun menara balok hingga delapan atau lebih. Mulai bisa menggunting dengan gunting khusus anak – anak, walaupun masih kesulitan melakukannya. Dapat menyelesaikan puzzle sederhana. Karena kemampuan pengendaliannya yang lebih baik, gambarnya lebih teratur dan subyek gambarnya biasanya dapat dikenali. Dapat menirukan bentuk – bentuk sederhanan yang Anda gambarkan. Melakukan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti meletakkan alat makan di meja makan atau mainan di dalam kotak. d) Gerakan Melompat dari undakan pendek, seperti satu buah anak tangga, tanpa kehilangan keseimbangan. Dapat melakukan aktivitas keseimbangan tubuh, seperti meniti di atas balok atau melompat, walaupun belum tentu berhasil. Dapat menaiki tangga dan meluncur dari perosotan di tempat bermain di luar ruangan. Berlari kencang dengan percaya diri. Melakukan satu atau lebih
14
aktivitas fisik secara bersamaan dengan koordinasi yang lebih baik. 3) Umur 3 – 3 ½ tahun a) Bahasa Senang mendengarkan cerita dan lebih terlibat, mungkin dengan mendiskusikan cerita saat Anda membacakan cerita tersebut. Mencoba membalikkan halaman buku dan menunjuk gambar – gambar yang ada. Tidak lagi menggunakan kata – kata terbatas untuk mengekspresikan keinginannya, tetapi menggunakan kalimat yang terdiri dari empat hingga lima kata. Menggunakan kata sifat untuk menjelaskan benda atau orang yang ia temui sehari – hari, pada tahap ini ia hanya menggunakan dua atau tiga kata secara teratur. Dapat memahami dan melakukan instruksi verbal yang mengandung hingga tiga informasi. b) Belajar Mengembangkan pemahaman dasar mengenai angka dengan mendengar dan melihat orang lain menggunakannya. Menunjukan kedewasaan intelektual yang semakin tinggi melalui gambar, walaupun gambar yang ia buat menunjukan Anda dengan kepala berukuran besar tanpa tubuh menempel pada kepala dan kaki yang timbul di bawahnya. Memiliki daya ingat jangka pendek dapat menyimpan informasi baru selama beberapa detik, lalu melaporkannya pada Anda. Memahami peraturan bertingkah laku
15
dan alasan di baliknya jika dijelaskan dengan jelas. Mungkin bingung dengan sebab – akibat dan munghubungkan dua kejadian yang tidak berhubungan sama sekali. c) Koordinasi tangan – mata Memegang benda
kecil
dengan
tangan
yang
kuat
dan
memindahkannya tanpa menjatuhkan dari genggamannya. Dapat menggenggam gunting dengan kuat dan menggunting kertas berukuran besar. Menggunakan perata adonan kecil untuk meratakan plastisin, lalu menghancurkannya kembali untuk mengulang dari awal. Dapat memegang sikat gigi dengan benar jika ditunjukan caranya, dan dalam batasan tertentu dapat membersihkan giginya. d) Gerakan Dapat mengayuh pedal mainan seperti sepeda roda tiga dengan perlahan di permukaan yang rata. Dapat menaiki jalan yang sedikit menanjak. Dapat melompat dari anak tangga ke dua hingga kelantai, dengan kedua kaki, setelah melihat Anda melakukannya. Berjinjit selama beberapa detik tanpa meletakkan tumit ke lantai, dan dapat berjalan maju sambil berjinjit. Senang menari mengikuti musik, memutar – mutarkan tubuh serta menggoyangkan lengan dan kaki mengikuti musik. Naik ke kursi saat makan dan memutar tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman.
16
4) Umur 3 ½ - 4 tahun a) Bahasa Kemampuan humornya timbul, mayoritas pada area bahasa, yang menunjukan kemampuan untuk memahami diluar pemahaman harfiah sebuah kata dalam percakapan. Meningkatkan panjang kalimat dengan menggunakan kata ‘dan’ sebagai penghubung. Bisa memasangkan kata – kata dengan hanya dua atau tiga kata yang tertulis dengan jelas pada kartu – kartu tunggal. Memahami dasar – dasar peraturan bahasa, seperti bentuk jamak dan kata kerja saat ini, dan menggunakan dalam percakapan sehari – hari b) Belajar Memiliki daya ingat jangka pendek yang semakin baik, dapat mengingat misalnya puisi pendek atau nomor telepon dengan cara diulang – ulang. Daya konsentrasi meningkat, jadi ia melakukan aktivitas tertentu atau menonton televisi selama beberapa menit sebelum
perhatiannya
beralih.
Peningkatan
keterampilan
menyusun, jadi ia dapat mencari sesuatu dengan lebih sistematis. Menggunakan imajinasi untuk menciptakan bayangan yang sebenarnya tidak ada, dan menjelaskan secara detail. Dapat berhitung tahap pertama, misalnya, menghitung barisan balok kecil hingga susunan kedua atau ketiga, dan menghitung jari.
17
c) Koordinasi tangan – mata Dapat menirukan garis yang membentuk sebuah huruf, tetapi belum dapat menulis huruf secara utuh. Dapat memegang alat makan pada masing – masing tangan, dan dapat minum dari gelas. Senang mencampur bahan – bahan dengan sendok kayu, meratakan adonan, menggunting bentuk – bentuk tertentu, dan meletakkannya di oven dengan bantuan Anda. Senang melakukan aktivitas sulit yang melibatkan koordinasi tangan – mata, seperti menyelesaikan puzzle, dan berusaha untuk menyelesaikannya. Dapat menemukan dan mengumpulkan benda – benda tertentu dari rak di supermarket dengan menggabungkan ketrampilan visual dan koordinasi tangan – mata. d) Gerakan Percaya diri untuk mencoba semua mainan di taman bermain, termasuk memanjat ke ayunan dan memanjat palang panjatan yang lebih tinggi. Senang melompat – lompat di atas trampolin atau istana lompat. Dapat berjalan ke atas dan kebawah dengan meletakkan kaki di anak tangga satu per satu, sambil berpegangan pada besi atau dinding. Senang menendang bola di taman atau mengambil dan melemparnya, tetapi sulit menangkapnya. Meniru Anda melompat satu atau dua langkah jika berkonsentrasi dan tidak melompat terlalu tinggi. Menggabungkan aktivitas fisik
18
yang masing – masing membutuhkan koordinasi, seperti membawa barang sambil menaiki tangga. c. Penyakit yang biasa terjadi pada balita Menurut kishore (2007), masalah yang sering timbul pada balita yaitu : 1) Demam atau suhu tubuh diatas 37,5°C 2) Infeksi saluran pernafasan adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian dari saluran nafas bagian atas maupun bagian bawah 3) Diare adalah keadaan dimana BAB anak lebih 3 kali sehari dengan konsistensi encer.
2.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut a.
Pengertian Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di
atas laring, tetapi
kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Nelson, 2007). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan padanan istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
19
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (selaput paru) (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). b. Tanda dan gejala Pada umumnya demam, terutama pada anak kecil. Anak yang lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit. Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi dan berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun, dan penurunan aktifitas (Hartono dkk, 2012). Menurut Nelson (2007), tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung yang encer, kadang – kadang batuk, nyeri kepala, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan. c. Klasifikasi ISPA Menurut derajat keparahannya, ISPA dibagi menjadi 4 golongan menurut WHO (2003), yaitu : 1) Bukan pneumonia, batuk atau pilek yaitu jika tidak ada penarikan dinding dada dan tidak ada pernafasan cepat. 2) Pneomonia yaitu jika tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat yaitu 50 kali per menit atau lebih pada anak 2 bulan hingga 12 bulan, 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun. 3) Pneomonia berat yaitu jika adanya penarikan dinding dada dan tanpa sianosis sentra atau dapat minum.
20
4) Pneumonia sangat berat yaitu jika sianosis sentral atau tidak dapat minum. d.
Etiologi Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus
dan
mikroplasma,
kecuali
epiglotitis
akut.
Organisme
streptokokus dan difteria merupakan agen primer, bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal nonbakteri. Walaupun
ada
banyak
hal
yang tumpang
tindih,
beberapa
mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan tertentu
daripada
yang lain,
dan
agen
tertentu
mempunyai
kecenderungan lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan tertentu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya, campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan sistem organ lainnya (Nelson, 2007). e.
Epidemiologi Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan nasofaringitis akut adalah universal, tetapi karena alasan yang kurang dimengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu ke waktu. Walaupun infeksi terjadi di sepanjang tahun, di Belahan Bumi Utara ada puncak kejadian pada bulan September kira – kira pada saat sekolah di mulai, pada akhir januari, dan mendekati akhir bulan April.
21
Anak menderita rata – rata lima sampai delapan infeksi setahun, dan angka tertinggi terjadi selama umur 2 tahun pertama. Frekuensi nasofaringitis akut berbanding langsung dengan angka pemajanan, dan pada sekolah taman kanak – kanak serta pusat perawatan harian mungkin merupakan epidemi yang sebenarnya. Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi jelek, komplikasi purulen bertambah pada malnutrisi (Nelson, 2007). f.
Patologi Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltrat sel mononuklear menyertai, yang dalam 1 – 2 hari, menjadi polimorfonuklear. Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus (Nelson, 2007).
g.
Manifestasi klinis Pada umumnya demam, terutama pada anak kecil. Anak yang lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit. Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi dan berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun, dan penurunan aktivitas. Peradangan hidung dapat menyebabkan
22
sumbatan saluran, sehingga harus membuka mulut ketika bernafas. Muntah dan diare mungkin juga bisa muncul (Hartono dkk, 2012). h.
Komplikasi Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan bagian – bagian lain saluran pernafasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang – kadang bernanah, Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi – bayi kecil sampai sebanyak 25 persennya. Kebanyakan, infeksi virus saluran pernafasan atas juga melibatkan saluran pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak mencolok atau tidak ada (Nelson, 2007).
i.
Pencegahan Vaksin yang efektif belum ada. Gammaglobulin atau vitamin C
tidak mengurangi
frekuensi
atau keparahan infeksi,
dan
penggunaannya tidak dianjurkan. Karena selesma (common cold) terdapat di mana – mana, maka tidak mungkin mengisolasi anak dari keadaan ini. Namun, karena komplikasi pada bayi yang amat muda dapat relatif serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk melindungi bayi dari kontak dengan orang – orang yang berpontesi
23
terinfeksi. Penyebaran infeksi adalah dengan aerosol (bersin, batuk) atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan) (Nelson, 2007).
3.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang a. Pengertian ISPA sedang bila ada gejala ringan dan ditambah dengan salah satu atau lebih gejala : frekwensi pernafasan lebih dari 50/menit, suhu ≥ 39°C. Masih termasuk sedang bila ditemukan sakit telinga, campak, OMP yang kurang dari 2 minggu (Imran lubis dkk, 2013). ISPA sedang adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian
bawah
yang
menimbulkan
infeksi
yang
berlangsung sampai dengan 14 hari (Indah, 2005). b. Gejala dan tanda Menurut Nelson (2007), seorang anak dinyatakan menderita penyakit ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala berikut : Penafasan cepat sesuai umur yaitu untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 - < 12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun, suhu tubuh lebih dari 39˚C, tenggorokan
24
berwarna merah, timbul bercak – bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, dan pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). c. Etiologi ISPA sedang Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring (Lamusa, 2006). Secara umum efek pencernaan udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan
saluran
pernafasan
akibat
iritasi
oleh
bahan
pencernaan. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan danrusaknya sel pembuluh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan (WHO, 2007).
25
d. Klasifikasi ISPA sedang Menurut Depkes RI (2005), pembagian ISPA sedang berdasarkan atas umur dan tanda – tanda klinis yang didapat yaitu : 1) Untuk anak umur 2 bulan – 5 tahun Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2) Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA sedang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : a) Pneumonia berat Tanda utama yaitu adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bila paru – paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda ini yang mungkin ada : nafas kuping hidung, suara rintihan dan sianosis (pucat). b) Pneumonia tidak berat Tanda utama yaitu tidak ada tarikan dinding dada ke dalam dan disertai nafas cepat lebih dari 50 x/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun dan lebih dari 40 x/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.
26
e. Penyebaran penyakit ISPA sedang Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi menurut WHO (2007), yaitu : 1) Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk – batuk. 2) Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk – batuk dan bersin. 3) Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda – benda yang telah dicemari oleh jasad renik. f. Faktor resiko ISPA sedang Faktor resiko yang mempengaruhi ISPA sedang menurut WHO (2007), yaitu : 1) Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2) Status Imunisasi Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
27
3) Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota – kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. g. Penatalaksanaan Menurut WHO (2007), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi : 1) Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin 2) Antibiotik a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab. b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1 mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh, amplisillin (500 mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg. d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam. e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll. f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh.
28
Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2011)
h. Pencegahan Hal – hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA sedang pada anak menurut Prabu (2009), antara lain : 1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan
cara
memberikan
makanan
kepada
anak
yang
mengandung cukup gizi. 2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik. 3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih 4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA. i. Pemberian makanan selama anak sakit Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan nilai gizi dan kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran tepung dengan kacang-kacangan, atau tepung dengan daging atau ikan. Tambahkan minyak untuk memperkaya energi. Bisa juga ditambahkan makanan dari susu dan telur. Berilah makanan
29
pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan tambahan, anjurkan ibunya untuk lebih sering memberi ASI (Kepmenkes RI, 2010). B. Teori Asuhan Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen
kebidanan
merupakan
metode
atau
bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah – langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis (Sudarti dkk, 2010). 2.
Proses Asuhan Kebidanan Menurut sudarti dkk tahun 2010 langkah - langkah proses manajemen menurut varney (2007) yaitu Langkah I : Pengkajian Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan klien secara lengkap pengkajian balita dengan ISPA sedang antara lain :
30
a. Anamnesa (Data subjektif) Anamnesa adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009). 1) Identitas Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009). Identitas tersebut meliputi : a) Nama bayi : diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar – benar anak yang dimaksud nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya (Matondang, 2007). b) Umur : perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasanya sendiri dalam mordibitas dan mortalitas anak juga diperlukan untuk menginterprestasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya (Matondang, 2007). c) Jenis kelamin : dikaji untuk membedakan dengan bayi lain (Matondang, 2007). d) Alamat : dikaji untuk mengetahui keadaan sosial budaya di lingkungan tempat tinggal (Matondang, 2007). e) Nama orang tua : ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain mengingat banyaknya nama yang sama (Matondang, 2007).
31
f) Agama : menggambarkan pola nilai spiritual dan keyakinan orang tua pasien, yang merupakan pedoman hidup dan menjadi
pegangan
dalam
mengambil
keputusan
(Matondang, 2007). g) Pendidikan : dilakukan untuk mengkaji keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2007). h) Pekerjaan : dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan bayi (Matondang, 2007). 2) Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2007). Pada kasus balita dengan ISPA sedang keluhan utama batuk pilek dan badannya panas (Nelson, 2007). 3) Riwayat kesehatan yang lalu a) Imunisasi Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B. Hal –hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, juga membantu diagnosa pada beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2007). Pada kasus
32
ISPA sedang anak dengan imunisasi lengkap daya tahan tubuhnya lebih baik (WHO, 2007). b) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun Dikaji untuk mengetahui apakah di dalam keluarga terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar dan penyakit TBC, hepatitis, jantung, dan lain – lain. Karena riwayat keluarga mempunyai penyakit ISPA bisa menular (Nursalam, 2005). c) Riwayat penyakit yang lalu Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu seperti batuk, pilek dan demam (Matondang, 2007). d) Riwayat penyakit sekarang Dikaji untuk mengetahui apakah anak mengalami demam (Nursalam, 2007). Pada kasus balita dengan ISPA sedang batuk, pilek, badannya panas, rewel, dan susah makan (Nelson, 2007). 4) Pola kebiasaan sehari – hari a) Nafsu Pola nutrisi Dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan yang dikonsumsi sehari – hari (Nursalam, 2005) pada kasus balita dengan ISPA sedang pola makan berkurang, pola makan dan minum yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang (tidak pedas), usahakan makan sedikit
33
tapi sering, pola minumnya 8-9 gelas atau sekitar 1,5 liter/hari (Hidayat, 2008). b) Pola istirahat atau tidur Untuk mengetahui pola istirahat atau pola tidur, berapa jam klien tidur dalam sehari dan apakah ada gangguan (Shaifudin, 2005). Menjelang usia 3 tahun anak tidur selama 10 sampai 12 jam, dengan tidur siang sesekali dan singkat (Dowcsheri, 2006). c) Pola hygiene Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan dan menilai kerentanan terhadap infeksi (farrer, 2006). Pada kasus balita dengan ISPA sedang mengalami integritas kulit (Mansjoer, 2005). d) Pola aktivitas Mengenai keadaan anak seperti warna kulit, frekuensi jantung, reaksi terhadap rangsangan, tonus otot, dan usaha nafas (Nursalam, 2009). Balita dengan ISPA sedang aktivitasnya menurun, kelihatan letih (prabu, 2009). e) Pola eliminasi Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi, warnanya (Nursalam, 2009). b. Pemeriksaan fisik ( data objektif)
34
Pemeriksaan fisik adalah data yang dapat di observasi dan di lihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009). 1) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum anak apakah baik, sedang, jelek. Keadaan umum pada balita dengan ISPA sedang yaitu anak rewel (sedang) (Nursalam, 2009). 2) Kesadaran Untuk
mengetahui
tingkat
kesadaran
balita
apakah
composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan), apatis (keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya dan sikapnya acuh tak acuh, somnolen (kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri, tetapi jatuh tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi tehadap stimulan atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada) (Nursalam, 2009). Pada anak ISPA sedang kesadaran apatis (Matondang, 2007). 3) Tanda – tanda vital meliputi a) Denyut nadi Menilai kecepatan irama, suara jantung jelas dan teratur. Denyut jantung normal 120 – 160 x/menit (Setiadi, 2012). b) Pernafasan
35
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal antara 40 – 60 x / menit(Setiadi, 2012). Pada balita dengan ISPA sedang > 50 x/menit (Nelson, 2007). c) Suhu demam > 39° C dan hipotermi bila < 35,5 ˚C. Pada kasus balita dengan ISPA sedang suhu >39˚C (Nelson, 2007). c. Antropometri 1) Lingkar kepala Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 31 – 35,5 cm) (Hidayat, 2008). 2) Lingkar dada Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 30,5 – 33 cm) (Hidayat, 2008). 3) Panjang badan Normal 48 – 53 (Farrer, 2006) 4) Karakteristik pertumbuhan fisik balita Apakah perkembangannya normal atau tidak sesuai dengan umumnya (Surasmi, 2005). d. Pemeriksaan sistematis 1) Kulit : Apakah kulit lembab atau hangat ketika disentuh, adakah pengelupasan pada kulit (Varney, 2007). Pada kasus ISPA sedang timbul bercak pada kulit seperti campak (Nelson, 2007).
36
2) Kepala : Untuk mesochepal, makrosepal, serta adakah kelainan (Priharjo, 2007). Pada balita dengan ISPA sedang yang disertai mal nutrisi mempunyai rambut yang jarang, kemerahan, seperti rambut jagung dan mudah di cabut tanpa menyebabkan rasa sakit (WHO, 2009). 3) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid (Priharjo, 2007). Pada kasus balita dengan ISPA sedang tenggorokan berwarna merah (Nelson, 2007). 4) Mata : Adakah kotoran dimata, merah muda sampai pucat, sklera putih, kelopak mata cekung bila disertai panas (Prabu, 2009). 5) Telinga : Adakah kotoran atau cairan bagaimana tulang rawannya (Priharjo, 2007). Pada balita ISPA sedang telinga sakit dan mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007). 6) Hidung : Adakah nafas kotoran yang membuat jalan nafas sesak atau terganggu (Matondang, 2007). Pada balita dengan ISPA sedang kemungkinan pernafasan berbunyi seperti mengorok (WHO, 2009). 7) Mulut : Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan, kering pecah – pecah, lidah kemerahan (Engel, 2005). 8) Dada :
37
Menurut depkes RI (2007), pemeriksaan dada pada balita dengan ISPA sedang meliputi : a) Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam. b) Auskultasi : Adanya sridor atau wreezing menunjukkan tanda bahaya. 9) Perut : Adakah pembesaran hati atau limfe, lemas dan tegang (Farrer, 2006) 10) Anogenital : Jika laki – laki apakah testi sudah turun, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora (Nursalam, 2009). 11) Ekstremitas : Adakah oedem, tanda sianosis (Nursalam, 2007). e. Pemeriksaan tingkat balita Tingkat perkembangan balita usia 12 – 59 bulan menurut Depkes (2005), adalah sebagai berikut : 1) Motorik kasar Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melihatkan otot – otot besar, pada anak usia 9 – 12 bulan seperti: a) Anak bisa berdiri b) Anak bisa berjalan sambil berpegangan c) Anak bisa berjalan dengan bantuan d) Anak bisa bermain bola
38
e) Anak bisa naik tangga 2) Motorik halus Motorik halus adalah aspek yang berhubungan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, pada usia anak 36 – 48 bulan seperti : a) Anak bisa memasukkan benda ke dalam wadah b) Anak bisa bermain dengan mainan yang mengapung di air c) Anak menyusun balok atau kotak d) Anak bisa menggambar 3) Perkembangan sensorik Aspek
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
dengan
kemampuan mandiri anak bersosialisasi dan berintegrasi dengan lingkungannya dan sebagainya pada 48 – 60 bulan.
a)
Anak bisa bermain bola
b)
Anak bisa berjalan sendiri
c)
Anak bisa naik tangga
d)
Anak bisa berjalan sambil berpegangan
f. Pemeriksaan penunjang Untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta
39
terapi (Nursalam, 2009). Pada kasus ISPA sedang tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Langkah II : Interpretasi Data Interpretasi menghubungkan
data
data yang
dasar diperoleh
merupakan dengan
rangkaian,
konsep
teori,
prinsip relevan untuk mengetahi kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan (Varney, 2007). a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Nursalam, 2007). Anak X Umur.........dengan ISPA sedang Data subyektik 1) Ibu mengatakan umur balita .....bulan 2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin...... 3) Ibu mengatakan balitanya batuk (Nelson, 2007) 4) Ibu mengatakan nafsu makannya menurun (Hidayat, 2008) 5) Ibu mengatakan nafas anaknya cepat (Depkes RI, 2007) Menurut Nelson (2007), data obyektif meliputi : 1) Keadaan umum : Lemah 2) Kesadaran : Somnolen 3) Pernafasan lebih dari 50 kali/menit
40
4) Suhu lebih dari 39 ˚C 5) Tenggorokan berwarna merah 6) Timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak 7) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga 8) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur 9) Pernafasan berbunyi seperti menciut – ciut a. Masalah Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada balita dengan ISPA sedang umumnya anak nafsu makan berkurang dan rewel (WHO, 2006). b. Kebutuhan Kebutuhan merupakan hal – hal yang dibutuhkan pasien dan belum terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007). Kebutuhan pada penanganan balita ISPA sedang menurut Nelson (2007), meliputi : 1) Menenangkan anak agar tidak rewel kembali 2) Pemberian makanan 3) Pemberian cairan
41
Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi dengan hati – hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah – masalah yang spesifik (Varney, 2007). Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa potensial pada balita dengan ISPA sedang dibuat jika terjadi gejala atau tanda bahaya pada anak ( Matondang, 2007). Langkah IV :Antisipasi Mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007). Antisipasi muncul jika diagnosa potensial muncul kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang perlu dilaksanakan yaitu : Pemberian cairan tergantung keadaan pasien, pemberian obat penurun panas contohnya paracetamol 500 mg, dan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik contohnya benzil penicilin (WHO, 2006). Langkah V : Perencanaan Perencanaan adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan pasien berfungsi untuk menuntun perawatan yang diberikan kepada pasien sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau yang diharapkan (Varney, 2007).
42
Menurut WHO (2007), rencana yang diberikan kepada balita dengan ISPA sedang adalah sebagai berikut : a. Suportif Meningkatkan daya tahan tubub berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin. b. Antibiotik 1) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak yaitu memberikan kontrimoksasol 1 mg, amoksisillin 3x ½ sendok teh, ampisilin (500 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam, penisilin prokain 1 mg. 2) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Langkah VI : Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman (Varney, 2007). Pelaksanaan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dilakukan berhubungan dengan diagnosa (tanda dan gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang) (WHO, 2007). Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar – benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Depkes RI (2006):
43
a.
ISPA sudah sembuh
b.
Nafsu makan meningkat
c.
Demam sudah turun
d.
Nafas sudah tidak mendengkur
Data Perkembangan Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut Varney (2007), pada balita dengan ISPA sedang adalah SOAP sebagai berikut : S
:Subyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klienmelalui anamnesa.
O
: Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam data untuk mendukung assement.
A
: Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan intepretasi data. Diagnosa potensial meliputi diagnosa yang mungkin timbul serta cara untuk mengantisipasinya.
P
: Planing Menggambarkan pendokumentasian data perencanaan pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assesment
44
C. Informed Consent Informed Consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya (bagi bayi, anak dibawah umur dan klien/pasien tidak sadar misalnya pasien ISPA) kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan (Sofyan, 2006).
D. Landasan Hukum Menurut Permenkes RI No 149/Menkes/2010 tentang izin dan penyelenggaraaan praktik bidan pasal 10 ayat 2 pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemberian imunisasi dan pemberian penyuluhan (Kepmenkes RI, 2010). Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita tertuang dalam standar kompetesi ke -7 yaitu bidan memberikan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai keadaan bayi dan balita.
45
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Jenis studi yang digunakan penulis adalah metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional yaitu suatu prosedur berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya menggunakan SOAP. B. Lokasi Studi Kasus Merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil laporan kasus (Notoadmodjo, 2010). Laporan kasus ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kedawung II Sragen.
46
C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai kegiatan laporan kasus (Notoadmodjo, 2010). Subjek yang akan diambil dari laporan kasus ini adalah An. A umur 1,5 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang. D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah tentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan laporan kasus (Notoadmodjo, 2010). Laporan kasus ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2013 sampai 03 Mei 2014. E. Instrumen Studi Kasus Merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti kata lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah (Arikunto, 2006). Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrumen format asuhan kebidanan balita sakit untuk pengumpulan data. F. Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam mengumpulkan data menggunakan teknik : 1.
Data Primer Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari objek penelitian
oleh
peneliti
perorangan
maupun
(Riwidikdo, 2013). Data primer diperoleh dengan cara :
organisasi
47
a.
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi Merupakan
proses
observasi
yang
dilaksanakan
secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2007). Inspeksi ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita dengan ISPA sedang yaitu melihat warna kulit secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki, pemeriksaan dada untuk mengetahui nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan melihat hidung. 2) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dan jari – jari adalah instrumen yang sensitif (Nursalam, 2007). Pada laporan kasus asuhan kebidanan pada balita Ny. X dengan ISPA sedang palpasi dilakukan untuk memeriksa turgor kulit bayi (Notoatmodjo, 2010). 3) Perkusi Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan kanan, perkusi bertujuan atau mengidentifikasikan lokasi, ukuran, batuk, dan konsisten jaringan (Nursalam, 2007). Pada penderita ISPA sedang
48
dilakukan pemeriksaan abdomen untuk mengetahui perutnya kembung atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengar
bunyi
yang
dihasilkan
oleh
tubuh
(Nursalam, 2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi bunyi jantung dan nafas (Saifuddin, 2006). b.
Wawancara Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (respon) atau bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoadmodjo, 2010). Pada kasus wawancara
atau tanya jawab
dengan keluarga klien dan tenaga kesehatan yang lain. c.
Observasi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2010). Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo, 2010).
49
2.
Data sekunder Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber
informasi
yang
mengidentifikasikan
penting
masalah
bagi untuk
tenaga
kesehatan
menegakkan
untuk
diagnosa,
merencanakan tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2010). Cara mendapatkan data sekunder yaitu dengan : a.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi yaitu bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini menggunakan catatan untuk memperoleh informasi data medik yang ada di Puskesmas Kedawung II Sragen.
b.
Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu bahan – bahan pustaka yang sangat penting
dalam
(Notoatmodjo,
menunjang 2010).
Studi
latar
belakang
kepustakaan
suatu ini
penelitian
diambil
dari
buku – buku yang berhubungan dengan penyakit ISPA yaitu buku referensi tahun 2003 – 2013.
50
G. Alat – Alat Yang Dibutuhkan Alat – alat yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data menurut Winkjosastro (2005), antara lain : 1.
2.
Untuk pemeriksaan a.
Format Asuhan kebidanan pada bayi
b.
Termometer
c.
Stetoskop
d.
Jam tangan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan dan observasi adalah alat ukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita LILA, stetoskop, termometer.
3.
Untuk dokumen a.
Buku referensi
b.
Data sekunder dari Puskesmas dari Puskesmas Kedawung II Sragen
c.
Komputer
d.
Alat tulis
H. Jadwal Penelitian Pada tanggal 18 September 2013 pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah dan disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah sampai dengan persetujuan untuk di ujikan dari tanggal 23 september 2013 sampai tanggal 30 November 2013. Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2013, serta rencana
51
revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 05 desember 2013 sampai tanggal 11 desember 2013 (Jadwal tabel terlampir). Melakukan studi kasus pada tanggal 13 maret 2014 sampai 13 april 2014 dan akan dilaksanakan ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 2 juni 2014 sampai 7 juni 2014.
52
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS Ruang
: Poli Anak
No. RM : 035433 Tanggal :15 Maret 2014 I.
Pukul : 09.00 WIB
Pengkajian 1. Identitas a. Identitas Anak 1) Nama Anak
: An. A
2) Umur
: 1,5 tahun
3) Jenis kelamin
: Laki - laki
4) Anak Ke
: 2
b. Identitas Ibu
Identitas Ayah
1) Nama
: Ny. W
Nama
: Tn. B
2) Umur
: 27 tahun
Umur
: 30tahun
3) Agama
: Islam
Agama
: Islam
4) Pendidikan
: SMA
Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan : Swasta
6) Alamat
: Randusari RT : 07, Pengkok Kedawung
Sragen
53
c. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Keluhan utama / alasan datang ke puskesmas Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk pilek dan badannya terasa panas. 2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi BCG
: Tanggal 20-11-2012
DPT 1
: Tanggal 10- 01-2013
DPT 2
: Tanggal 10-02-2013
DPT 3
: Tanggal 10-03-2013
Polio 1
: Tanggal 20-11-2012
Polio 2
: Tanggal 10-01-2013
Polio 3
: Tanggal 10-02-2013
Polio 4
: Tanggal 10-03-2013
HB 1
: Tanggal 20-10-2012
HB 2
: Tanggal 10-02-2013
HB 3
: Tanggal 10-03-2013
Campak
: Tanggal 20-07-2013
3) Riwayat penyakit yang lalu Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan setelah imunisasi DPT, Hb, dan Polio.
54
4) Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas, rewel dan susah makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 13 maret 2014 5) Riwayat penyakit keluarga / menurun Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM dan penyakit menular seperti TBC dan pneumonia. 6) Riwayat Sosial a) Yang Mengasuh Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami dan orang tuanya. b) Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik c) Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang sebaya dengannya.
55
d) Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak rumah berdekatan dengan rumah yang lain. 7) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi (1) Makanan yang disukai Ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI dan makanan pendamping bubur bayi serta minum ASI sesuai dengan keinginan anaknya. (2) Makanan yang tidak disukai : Tidak ada (3) Pola makanan yang digunakan Pagi jam 06.00 WIB Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI. Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI. Siang Jam 12.00 WIB Sebelum sakit : Ibu minum
mengatakan ASI
dan
anaknya ditambah
dengan porsi bubur bayi.
56
Selama sakit : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan hanya minum ASI saja. Malam jam 18.00 WIB Sebelum sakit : Ibu mengatakan kadang memberikan
anaknya
bubur
bayi dan ASI sebelum tidur. Selama sakit
:
Ibu
mengatakan
tidak
memberikan bubur bayi dan hanya
memberikan
ASI
sebelum tidur. b) Istirahat / tidur Sebelum sakit
: Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± ±
3 jam dan tidur malam
12
jam,
kadang
terbangun untuk minum dan ngompol. Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya tidur ±
10
jam
karena
sering
menangis, rewel dan sulit untuk ditidurkan.
57
c) Mandi Sebelum sakit
:
Ibu
mengatakan
anaknya
mandi 2 kali sehari, ganti baju sewaktu-waktu kotor
ketika
baju
terkena kencing, berak
atau keringat dan selesai mandi. Selama sakit
: ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan
karena
masih
demam
hanya
dibasuh
dan
dengan air hangat. d) Aktivitas Sebelum sakit
: Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta merespon jika dipanggil.
Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya tidak aktif
dan
lemah,
sering
menangis, kurang merespon jika dipanggil. e) Eliminasi Sebelum sakit
: Ibu mengatakan bayinya BAB 2-3 x/hari konsistensi BAK
dengan lembek,
kuning
58
5-6 x/hari dengan konsistensi warna
kuning
jernih,
bau
amoniak, memancar. Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya BAB 4-5 x/hari,
konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK
6-7 x/hari, warna
kuning pekat
dan bau khas.
2. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) a. Status Generalis 1) Keadaan umum
: Cukup
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: R : 42 x/menit, S : 37,7°C N : 110 x/menit
4) BB / TB
: 8, 9 kg /-
5) LK
: Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Sistematis 1) Kulit
: Kulit terasa hangat, tidak timbul bercakbercak campak, turgor kulit lembab.
2) Rambut
: Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.
3) Muka
: Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.
59
4) Mata
: Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih dan bersih.
5) Telinga
: Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar.
6) Mulut
: Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.
7) Hidung
: Hidung simetris terdapat cairan / lendir berwarna jernih dan encer kulit hidung bagian luar tampak kemerahan.
8) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.
9) Dada
: Tidak ada tarikan dinding dada waktu bernafas,
tampak
simetris,
penafasan
mengorok. 10) Perut
: Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.
11) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada kelainan. c. Pemeriksaan tingkat perkembangan Tidak dilakukan
60
d. Pemeriksaan penunjang
II.
1) Pemeriksaan laboratorium
: tidak dilakukan
2) Pemeriksaan penunjang lain
: tidak dilakukan
Interpretasi Data Tanggal : 15 Maret 2014 1.
Pukul : 09.15WIB
Diagnosa Kebidanan An. A, umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang Data Dasar Data Subjektif a. Ibu mengatakan anaknya bernama An. A b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 20 Oktober 2012 c. Ibu mengatakan umur anaknya 1,5 tahun d. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki - laki e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu dan nafsu makannya menurun. Data Objektif a. Keadaan umum
: Cukup
b. Kesadaran
: Composmentis
c. TTV
: R : 42 x/menit, Suhu : 37,7 °C, N: 110x/menit
61
d. Pemeriksaan Sistemik 1)
Muka
2) Hidung
: Tampak agak pucat : Terdapat cairan jernih dan encer kulit hidung bagian luar tampak kemerahan
3) Pernafasan
: Mendengkur
4)
Tenggorokan
: Berwarna merah
5)
Perabaan kulit : Terasa hangat tidak timbul bercakbercak seperti campak
6) Telinga 2.
: Tidak mengeluarkan cairan nanah
Masalah Rewel dan nafsu makan berkurang.
3.
Kebutuhan a. Menenangkan anak agar tidak rewel b. Pemberian makanan c. Pemberian cairan
III.
Diagnosa Potensial ISPA Berat
IV.
Antisipasi 1. Kolaborasi denagn dokter spesialis anak dalam pemberian cairan infus.
62
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi antibiotik V.
Perencanaan Tanggal :15 Maret 2014
Pukul :09.20 WIB
1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik dan obat pereda batuk 2. Beritahu ibu tentang keadaan balita ibu sekarang. 3. Beritahu ibu tentang penyuluhan pencegahan penularan ISPA. 4. Berikan KIE pada ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan. 5. Beritahu KIE pada ibu untuk melakukan perawatan dirumah. 6. Beritahu ibu untuk kontrol ulang ke Puskesmas Kedawung II Sragen jika kondisi anak belum stabil atau bila ada keluhan. VI.
Pelaksanaaan Tangga : 15 Maret 2014
Pukul : 09.25WIB
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi meliputi : Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA sedang pada anak beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPA.
63
3. Memberitahu ibu tentang penyuluhan penularan ISPA, yaitu jauhkan anak dari anggota keluarga yang terkena batuk pilek agar anak tidak tertular dengan cara menggunakan masker bagi anggota yang terkena batuk pilek. 4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan cara menjaga kebersihan ruangan selalu bersih, mencuci pakaian dan peralatan makanan balita agar penyakit ISPA sedan tidak tertular orang lain 5. Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan di rumah. 1) Pemberian makanan secukupnya, beri makan dengan gizi yang seimbang. 2) Pemberian cairan, beri minuman air putih sebanyak 200300cc. 3) Anjurkan pada ibu agar anak lebih banyak istirahat, tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 10 jam. 4) Anjurkan pada ibu untuk membersihkan hidung anak bila ada lendir menggunakan kain yang lembut dan bersih. 6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang ke poli anak jika keadaan anak belum stabil atau bila ibu ada keluhan. VII.
Evaluasi Tanggal : 15 Maret 2014 1. Ibu mengerti cara memberikan obat.
Pukul : 10.00WIB
64
2. Sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan ibu sudah mengerti. 3. Ibu mengerti tentang penyuluhan pencegahan penularan penyakit ISPA. 4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. 5. Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan anak dirumah. 6. Ibu sudah mengerti jika ada keluhan kembali kontrol ke Puskesmas Kedawung II Sragen
DATA PERKEMBANGAN I (Kontrol ) Tanggal : 17 Maret 2014 S
Pukul : 09.30 WIB
: 1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk, pilek sudah berkurang dan masih sedikit panas. 2. Ibu mengatakan nafsu makan dan minum anaknya sudah membaik 3. Ibu mengatakan sudah meminumkan obat anaknya dan obat masih sisa 4 bungkus.
O
: 1. Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TTV
: S : 37 °C, N : 120 x/menit, R : 28 x/menit
2. Hidung masih ada lendir yang keluar tetapi sudah berkurang.
65
3. Kulit pada perabaan terasa sedikit hangat, turgor baik lembab, tidak timbul bercak-bercak pada kulit seperti campak. 4. Pernafasan mengorok. 5. Tenggorokan berwarna merah. A
: An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang perawatan hari ketiga.
P
: Tanggal :17 Maret 2014
Pukul: 09.40WIB
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola pemberian makan pada anak usia 1,5 tahun dengan ISPA sedang termasuk peningkatan asuhan nutrisi dengan pemberian makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna yaitu nasi sayur, lauk, buah dan beri susu formula. 2. Menganjurkan pada ibu untuk meneruskan pemberian obat yang masih tersisa ada 4 bungkus pada anak. 3. Melakukan follow up dua hari lagi dengan kunjungan rumah. E
: Tanggal : 17 Maret 2014
Pukul :11.00 WIB
1. Ibu mengerti tentang pola pemberian makanan pada anak usia 1,5 tahun dengan ISPA sedang termasuk asuhan peningkatan nutrisi. 2. Ibu bersedia melanjutkan pemberian obat yang masih tersisa pada anaknya sampai habis.
66
3. Follow up dilakukan pada tanggal 19 Maret 2014
DATA PERKEMBANGAN II ( Kunjungan Rumah ) Tanggal : 19 Maret 2014 S
Pukul : 08.30 WIB
: 1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak pilek, batuk kadangkadang. 2. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya sudah kembali normal dan anaknya sudah tidak panas. 3. Ibu mengatakan obatnya sudah habis. 4. Aktifitas anak sudah bermain dengan sebayanya sudah aktif.
O
: 1. Keadaan umum 2. Kesadaran
`
: Baik : Composmentis
3. S : 36,5 °C, N :120 x/menit, R : 32 x/menit 4. Hidung tidak ada lendir. 5. Kulit pada perabaan tidak teraba hangat, turgor baik lembab, tidak timbul bercak-bercak pada kulit. 6. Pernafasan sudah baik, tidak mengorok. 7. Tenggorokan tidak berwarna merah. A
: An. A umur 1,5 tahun dengan riwayat ISPA sedang hari kelima
67
P
: Tanggal : 19 Maret 2014
Pukul: 08.45 WIB
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat. 2. Menganjurkan pada ibu untuk memperhatikan asupan gizi pada anaknya 3. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kondisi anaknya agar dalam kondisi sehat. 4. Meganjurkan pada ibu untuk rutin membawa ke tempat pelayanan kesehatan atau posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak. 5. Menganjurkan ibu untuk segera membawa anaknya bila terjadinya tanda bahaya seperti panas, batuk dan muntah. E
: Tanggal : 19 Maret 2014 1.
Ibu mengerti lingkungan dan
Pukul : 09.30 WIB
tentang kepentingan menjaga kebersihan perilaku.
2. Ibu dapat meningkatkan asupan nutrisi pada anaknya. 3. Ibu bersedia mempertahankan anaknya tetap dalam kondisi sehat. 4. Ibu bersedia untuk rutin membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan atau posyandu.
68
5. Ibu bersedia membawa anaknya apabila terdapat tanda bahaya seperti panas tinggi, batuk dan muntah. B. PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil dibandingkan dengan teori yang ada. Pelaksanaan studi kasus ini menggunakan menejemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah, yaitu Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa Potensial, Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi. Di bawah ini akan diuraikan mengenai pembahasan dan cara pemecahan berdasarkan kesenjangan antara teori dan praktik. I. Pengkajian Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan obyektif semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data subyektif didapatkan keluhan utama batuk pilek dan badan panas (Nelson, 2005). Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum anak lemah (Nusalam, 2007), kesadaran somnolen (Nelson, 2007), tanda-tanda vital : pernafasan > 50 x/menit, suhu > 39°C (Nelson, 2007). Pada pemeriksaan sistematis diperoleh data pada kulit timbul bercak pada kulit seperti campak (Nelson, 2007), tenggorokan berwarna merah, telinga sakit dan
69
mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007) dan pernafasan berbunyi mengorok (WHO, 2009). Menurut kasus An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang pada data subyektif ibu mengatakan keadaan An. A umur 1,5 tahun, nafsu makan anak menurun, batuk dan pilek. Pada data obyektif
keadaan
pemeriksaan
suhu
umum 37,7°C,
baik,
kesadaran
tenggorokan
composmentis,
berwarna
merah,
pernafasan 42x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih dan encer kulit bagian luar tampak kemerahan, pernafasan seperti mengorok, pada perabaan kulit terasa hangat timbul bercak-bercak kemerahan seperti campak, conjungtiva merah muda. Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus pada keadaan umum balita, kesadaran, pemeriksaan suhu, turgor kulit telinga dan mata. Pada teori menjelaskan keadaan umum balita lemah dan kesadaran somnolen sedangkan pada kasus keadaan umum balita cukup dan kesadaran composmentis, kemudian pada pemeriksaan suhu teori menjelaskan suhu tubuh lebih dari 39°C sedangkan pada kasus menjelaskan suhu tubuh anaknya 37,7°C, pada turgor kulit teori mengatakan turgor kulit kering dan timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan lembab, tidak timbul bercak-bercak campak, pada pemeriksaan telinga, pada teori menjelaskan telinga sakit dan mengeluarkan nanah pada lubang
70
telinga sedangkan pada kasus tidak terdapat nanah pada lubang telinga dan tidak terasa sakit dan pada pemeriksaan mata conjungtiva merah muda. II. Interpretasi Data Interpretasi
data
adalah
dasar
merupakan
rangkaian,
menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien (Varney, 2007). Menurut Nelson (2007), mengatakan diagnosa kebidanan pada ISPA sedang umumnya anak mengalami batuk, pilek, panas dan nafsu makan berkurang, pernafasan lebih dari 40x/menit, tenggorokan berwarna merah, turgor kulit kering dan timbul bercak-bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah pada lubang telinga. Kebutuhan yang diberikan pada ISPA sedang menurut Nelson (2005), meliputi menenangkan anak agar tidak rewel kembali, pemberian makanan dan pemberian cairan. Menurut kasus yang didapat diagnosa kebidanan yaitu An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah anak rewel dan nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan pernafasan
lebih dari 40x/menit, suhu 37,7°C, tenggorokan
berwarna merah, pada perabaan kulit terasa hangat tidak terdapat bercak-bercak seperti campak, pada hidung terdapat cairan jernih dan encer kulit bagian luar tampak kemerahan, pernafasan seperti
71
mengorok. Kebutuhan yang diberikan adalah memberi asupan nutrisi makanan dan pemberian cairan. Pada langkah ini tidak menemukan adanya kesenjangan teori dan kasus. III. Diagnosa Potensial Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa potensial pada balita dengan ISPA sedang dibuat jika terjadi gejala atau bahaya pada anak (Matondang, 2007). Menurut kasus An. A dengan ISPA sedang diagnosa potensial tidak muncul karena adanya antisipasi yang baik dengan kolaborasi pada dokter anak untuk memberikan therapy antibiotik dan obat pereda batuk, pilek dan panas. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. IV. Antisipasi Menurut WHO (2006), antisipasi yang diberikan pada balita dengan ISPA sedang yaitu pemenuhan kebutuhan cairan, pemberian obat pereda batuk dan kolaborasi dengan dokter anak untuk memberikan terapi paracetamol dan obat batuk pilek. Menurut kasus An. A dengan ISPA sedang antisipasi yang dilakukan pada An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang yaitu kolaborasi dengan dokter dan pembrian terapi berupa antibiotik,
72
paracetamol dan obat batuk pilek. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. V. Perencanaan Menurut WHO (2007), penanganan yang diberikan pada balita dengan ISPA sedang adalah memberikan kebutuhan nutrisi dan kolaborasi dengan dokter anak untuk memberikan kontrimoksasol 1 mg, amoksisillin 3x 1/2 sendok teh, ampisilin (500 mg) 3 tab puyer/xbungkus/3x sehari/8 jam, penicilin prokain 1 mg dan memberikan obat paracetamol 500 mg, asetaminofen 3x ½ sendok teh. Menurut kasus perencanaan yang dilakukan pada An. A umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang adalah pemberian perawatan anak di rumah, pemberian terapi obat Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. VI. Pelaksanaan Menurut varney (2007), langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan dilakukan sehubungan dengan diagnosa (tanda dan gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang).
73
Menurut kasus pada An. Umur 1,5 tahun, tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan semua dapat dilaksanakan dengan baik, karena adanya dukungan dari keluarga dan tindakan yang baik dalam perawatan pada balita di rumah. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. VII. Evaluasi Menurut varney (2007), langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa. Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Depkes RI 92006) : a.
ISPA sudah sembuh
b.
Nafsu makan meningkat
c.
Demam sudah turun
d.
Nafas sudah tidak mendengkur Menurut kasus yang telah dilakukan ibu mengatakan setelah
dilakukan asuhan selama 5 hari pada anak A umur 1,5 tahun keadaannya sudah membaik. Pada pemeriksaan telah dilakukan semua perencanaan dan telah dilaksanakan kolaborasi, perawatan dirumah, pendidikan kesehatan serta penyuluhan semua kebutuhan anak terpenuhi dan anak dinyatakan sembuh ditandai dengan pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Pada
74
pemeriksaan TTV S: 36,5°C, N : 120x/menit, R: 32x/menit. Keadaan anak nafsu makannya baik, sudah tidak batuk, tidak pilek dan nafas tidak mengorok, dan aktifitas anak sudah aktif dan sudah sehat kembali. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA sedang selama 5 hari dengan menerapkan managemen kebidanan Varney dapat diambil kesimpulan : 1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. A diklasifikasikan sebagai balitasakit ISPA sedang. Dari data subyektif ibu mengatakan keadaan anaknya batuk, pilek, panas, nafsu makan menurun, dan rewel. Pada data
objektif
keadaan
umum
baik,
kesadaran
composmentis
pemeriksaan pernafasan cepat 42x/menit, pernafasan mengorok, tenggorokan berwarna merah, pada perabaan kulit teraba hangat, suhu 37,7°C, hidungkeluar cairan jernihdan kulit hidung bagian luar tampak kemerahan. 2. Dari hasil interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada An. A umur 1,5 tahun ISPA sedang, masalah yang muncul pada An. A umur 1,5 tahun adalah batuk, pilek, panas dan rewel (pada pemeriksaan pernafasan lebih dari 40x/menit,suhu 37,7°C, tenggorokan berwarna merah, pada perabaan kulit terasa hangat, pernafasan mengorok). Kebutuhan yang diperlukan adalah informasi tentang perawatan anak dengan ISPA sedang dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk meberikan terapi obat Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol
76
500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. 3. Diagnosa potensial dapat terjadi ISPA berat tapi karena adanya penanganan yang intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak terjadi. 4. Upaya antisipasi yaitu dengan pemberian obat penurun panas obat pereda batuk pilek dan kolaborasi dengan dokter anak. 5. Perencanaan tindakan telah sesuai teori yaitu kolaborasi dengan dokter anak, perawatan di rumah, pemberian obat Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. 6. Pelaksanaan tindakan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun karena adanya dukungan keluarga. 7. Evaluasi dilakukan selama 5 hari untuk mengetahui perkembangan balita, dan hasilnya keadaan umum baik, kesadaran composmentis, nafsu makan anak baik, pemeriksaan fisik dan TTV baik, dan anak dinyatakan sembuh. 8. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian keadaan umum, kesadaran, pemeriksaan suhu, turgor kulit, mata dan telinga. Pada teori menjelaskan keadaan umum lemah kesadaran somnolen sedangkan pada kasus keadaan
77
umum baik, kesadaran composmentis. Pada teori suhu tubuh lebih dari 39°C sedangkan pada kasus hanya 37,7°C, pada turgor kulit teori mengatakan turgor kulit kering dan timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan lembab, tidak timbul bercak- bercak campak. Pada mata teori mengatakan conjungtiva merah muda sampai pucat sklera putih. Pada kasus conjungtiva merah muda sampai pucat sklera putih. Pada telinga teori menjelaskan telinga sakit dan mengeluarkan nanah pada lubang telinga sedangkan pada kasus tidak terdapat nanah pada lubang telinga dan telinga tidak terasa sakit. 9. Alternatif pemecahan masalah pada kasus ini adalah bahwa tidak semua balita dengan ISPA sedang kondisi atau keadaanya sesuai dengan teori. Pada An. A tanda dan gejala yang sesuai dengan teori adalah respirasi 42x/menit, muka tampak agak pucat, hidung terdapat cairan jernih encer kulit hidung bagian luar tampak kemerahan pernafasan cepat pernafasan mengorok tenggorokan berwarna merah.
78
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulisan dapat memberikan masukan berupa : 1. Bagi Profesi Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan ISPA sedang, dan mampu memberikan informasi secara jelas dan rinci tentang yang dialami oleh anak sehingga keluarga dan masyarakat dapat mencegah terjadinya kegawatdaruratan dan mampu berperilaku hidup sehat serta tidak menganggap remeh setiap penyakit pada balita yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. 2. Bagi Institusi a. Puskesmas Kedawung II Sragen Pelayanan yang diberikan Puskesmas Kedawung II Sragen sudah baik
diharapkan
untuk
tetap
mempertahankan
dan
dapat
meningkatkan lagi mutu pelayanan dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit dengan ISPA sedang. b. Pendidikan Stikes Kusuma Husada Surakarta Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk menaikan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada balita sakit dengan ISPA sedang. 3. Bagi Ibu dan Keluarga Diharapkan ibu balita mengetahui informasi tentang penyakit ISPA sedang dan informasi tentang perawatan pada anak dirumah sesuai
79
dengan anjuran petugas kesehatan, sehingga jika ditemukan tanda bahaya segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat, dan menjagakebersihan diri dan lingkungan untuk terhindar dari penyakit yang dapat membahayakan balita.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Abdullah, dkk. 2003 . Simultaneous Weekly Supplumentation of Iron and Zinc Associated Bangladest Infant. The Jaurnal Of Nutrition 2003;1:128-37 (online).available. http:// undip.ac.id diakses pada tanggal 23 Oktober 2013. Departemen Kesehatan RI. 2005. Etiologi ISPA dan Pneumonia Litbang. http://www.depkes.etiologi-ISPA-Pneumonia.co.id. online 2002. Akses : 26 Oktober 2013. ____________. 2007. Pengertian ISPA, http://www.pengertian-ispa.com. available online. Diakses tanggal 27 Oktober 2013. ____________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia , available online. http://depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indone sia%202008.pdf. Diakses tanggal 27 Oktober 2013. Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada. KTI. Tidak dipublikasikan Dowsheri. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Engel. 2005. Prinsip-Prinsip Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta : Info Medika. Farrer, H. 2006. Perawatan Maternal. Jakarta : EGC. Ferry, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta :EGC. Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http ://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses pada tanggal 25 oktober 2013 Handayani, dkk. 2005. Kamus Perkembangan Bayi Dan Balita. Jakarta : Esensi Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha Medika.
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/ index. php/ BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 25 oktober 2013. Indah. 2005. Tanda dan Pengobatan ISPA. http://www.smallcrab.com. Di akses pada tanggal 25 Oktober 2013. Kepmenkes, RI. 2010. Permenkes Indonesia Tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan. Available online : http://ummukautsar.wordpress.com Diakses tanggal 22 Oktober 2013. Kepmenkes, RI. 2010. Tatalaksana Pneumonia Balita.http//www.kepmenkestatalaksana- pneumonia –balita.co.id. Available online. Diakses tanggal 26 Oktober 2013 Kepmenkes, RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.http//www.kepmenkes-infeksi-saluran-pernafasan-akut.co.id. Available online. Diakses tanggal : 26 Oktober 2013 Kishore. 2007. Balita, Penyakit dan Pengobatannya. Jakarta : EGC. Lamusa. 2006. Etiologi ISPA Sedang. Jakarta : EGC. Manjoer Arif. Dkk. 2005. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Media Aesculaplus Matondang, dkk. 2007. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 3. Jakarta : PT. Sagung Seto. Jakarta : EGC. Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA sedang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC. Nursalam. 2005. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. __________. 2007. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. __________. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktik. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Octopus Publising Group Ltd. 2005. Kamus Perkembangan Bayi dan Balita. Jakarta: ESENSI Prabu.
2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).HTTP://Putra Prabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/ available online. Diakses tanggal 27 oktober 2013
Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC. Prymi. N. S. 2008. Asuhan kebidanan anak A dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di ruang Bakung RS Panti Waluyo surakarta. Akademi Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan Riset Kesehatan Dasar . 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008 Riwidikdo. H. 2013. Statistik Kesehatan, Jogjakarta : Rohima Press Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP. SP. Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sofyan, M. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia : Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI Sudarti, dkk. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Surasmi. A. 2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta : EGC Usman,
Iskandar. 2012. Penderita ISPA (online). Available http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4279/RIBKA% 20 di Akses pada tanggal 25 oktober 2013
Varney, H. 2007. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Volume. 2. Jakarta : EGC. WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak Dirumah Sakit Kecil Negara Berkembang.Pedoman Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta : EGC
__________.2006. Manajemen Bayi Baru Lahir, Panduan Untuk Dokter, Perawatan Dan Bidan. Jakara: EGC __________. 2007. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC. __________. 2009. Ilmu Perawatan Bayi. Jakarta : Widya Medika. __________. 2012. Data and Statistics. (online) . http ://www.who.int/gho/childhealth/en/index. Html diakses pada tanggal 25 oktober 2013 . Widiadi A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada An. S dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang di dr Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.