arsitektur.net
2007 vol. 1 no. 2
Arsitek, Konsep ‘Everyday’ dan Desain yang Abadi Terry Fontine Arsitek adalah sebuah profesi yang bergerak di bidang desain, yang merancang ruang untuk dihuni oleh manusia seperti sebuah rumah atau bahkan yang skalanya lebih besar dari itu. Di sini kaitan manusia dan ruang ataupun manusia dengan manusia dalam ruang menjadi sangat penting. Konsep everyday penting untuk dipahami dalam menghasilkan sebuah karya arsitektur yang lebih humanis. Manusia dilihat sebagai penghuni, dan banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengannya seperti aspek sosial, budaya, religi, dan norma-norma yang berlaku di tempat tinggalnya. Selain itu, terdapat pemahaman-pemahaman dan perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai penghuni. Mungkin timbul pertanyaan mengapa hal ini menjadi sangat penting. Untuk itu kita perlu mengingat kembali tentang peruntukan dari arsitektur, yaitu ditujukan kepada manusia. Manusia dengan akal dan pikiran serta pengaruh lingkungan dapat bertindak sebagai juri dalam keberhasilan seorang arsitek. Seorang arsitek dikatakan berhasil apabila karyanya dapat digunakan dengan baik oleh penghuninya, serta seharusnya arsitek dapat membaca sebuah skenario yang berlaku pada suatu tempat atau konsep dari tempat tersebut. Sehingga dalam berkarya arsitek tidak menghasilkan sesuatu yang bersifat alien di tempat tersebut yang pada akhirnya berujung pada suatu kesia-siaan. Untuk itu perlu kita pahami everyday sebagai sebuah skenario atau konsep yang umumnya ada pada semua tempat dengan keunikan masing-masing didalamnya. Henri Lefebvre menjelaskan pemahaman tentang everyday dalam literatur The Everyday and Everydayness sebagai berikut, “...the everyday can therefore ” (Lefebvre, 1997). Ini berarti fungsi yang terhubung dan tergabung dalam menciptakan sebuah sistem menjadi penting acuan dalam merancang. Production engenders consumption and where consumption is manipulated most universal and the most unique condition, the most social and the most individuated, the most obvious and the best hidden. A condition stipulated for legibility of form, ordained by means functions inscribed within structures, he everyday constitutes the platform upon which the bureaucratic society of (Lefebvre, 1997) Dengan demikian maka everyday adalah sebuah produk yang menimbulkan bentuk konsumsi yang dimanipulasi. Everyday terkait pula dengan aspek intelektual yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan dan pemahaman manusia. Sehingga everyday dapat menjadi kondisi yang sangat universal maupun sebaliknya, yaitu kondisi yang sangat unik bagi kita yang bukan memproduksi everyday tersebut.
18
arsitektur.net
2007 vol. 1 no. 2
“The everyday is therefore a concept .The everyday, established and consolidated, on the other hand, sees their systems reference elsewhere: in language and discourse, or sometimes in a political party. The proposition here is to decode the (Lefebvre, 1997) Jelaslah bahwa bahwa everyday adalah sebuah konsep yang sangat berkaitan dengan intelektual, bahasa dan percakapan. Masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana mempelajari arti dari sebuah kode yang tidak dapat langsung dipahami secara kasat mata karena tidak dapat dijelaskan secara langsung oleh logika. Karena terdapat kaitan yang erat antara perkembangan pengetahuan dan pemahaman maka terjadi kebingungan atau jarak antara pihak yang menjalankan konsep everyday dengan orang asing yang melihatnya. Bisa jadi kita sebagai arsitek adalah orang asing itu, sehingga perlu memahami pengetahuan yang berlaku. “The concept of everydayness does not therefore designate a system, but (Lefebvre, 1997). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa konsep everydayness bertindak sebagai bentuk pembagi yang umum bagi suatu sistem seperti hukum, pengetahuan dan keuangan yang kemudian menyusun sistem secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita dapat melihat pembagian tersebut sehingga konsep everydayness dapat lebih jelas. (Lefebvre, 1997). Everyday life bersifat ‘sangat sekarang’, namun tak luput dari masa lalu .Yang ada sekarang adalah kelanjutan dari masa lalu. Jika kita dapat mengetahui masa lalu maka akan sangat membantu dalam merunut ke masa sekarang dan berguna dalam mengambil keputusan desain. “Everyday life has always existed, even if in ways (Lefebvre, 1997). Dengan demikian mutlak perlu disadari untuk tidak mengabaikan keberadaan dari everyday life. “The character of the everyday that always been repetitive and veiled by obsession and fear… The cyclical, which dominates in nature and the linear, the one hand cycles, nights and days, seasons and harvests, activity and rest , (Lefebvre, 1997). Dalam eksistensi everyday terdapat pengulangan yang terselubungi oleh obsesi dan ketakutan. Umumnya disebut sebagai budaya atau sesuatu yang pada akhirnya membudaya. Kesulitan yang akan dialami oleh arsitek adalah ketidakcocokan antara repetisi yang kita (arsitek) alami dan yang mereka (klien yang bersangkutan) alami. Hal ini mengakibatkan perbedaan pada pemikiran rasional dengan mereka yang pada akhirnya dapat berbuah pada kebingungan atau kecenderungan untuk mengabaikan. Di sinilah kita perlu memiliki sebuah tindakan yang tepat untuk mengambil keputusan yang tidak mengabaikan kepentingan penghuni. Dalam literature Thoughts on The Everyday, Deborah Berke mengemukakan beberapa poin pada arsitektur everyday yang dapat membawa kita pada sebuah kontradiksi. Arsitektur everyday mungkin umum dan tanpa nama, biasa-biasa saja atau cukup biasa, tanpa sadar, kasar, dapat dirasakan, vulgar (bertentangan dengan tanpa nama), mengakui kehidupan domestik (yang sifatnya personal sehingga dapat menjadi kesulitan bagi seorang arsitek). Arsitektur everyday juga mengambil nilai–nilai dan simbol yang bersifat kolektif. Program dan fungsi menjadi hal yang mutlak direspon oleh arsitektur everyday. 19
arsitektur.net
2007 vol. 1 no. 2
Hal lain yang perlu dipahami adalah hal-hal dalam arsitektur everyday yang disebutkan oleh Steven Harris. “Potential site for an architecture of the everyday begin with the body secretive and intimate, it is marked by routine, the repetitive, and the cyclical; as the locus of desire, it is often home to the transgressive ” (Harris, 1997). Maka everyday merupakan sesuatu yang penting tapi tidak secara vulgar terungkap. Everyday berkaitan dengan raga dan keintiman yang ditandai oleh perulangan dan perputaran serta menjadi tempat dari segala keinginan yang saling bertentangan. Hal ini penting untuk kita ketahui dan pertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, Steven Harris juga membahas mengenai isu domesticity dan rutinitas yang dilakukan, “…by documenting the private, ordinary realm of the everyday lives of purportedly extra-ordinary people- homosexuals…” Isu mengenai rutinitas domestik perlu kita ketahui sebagai bagian dari pemahaman konsep everyday, yang sudah menjadi hal yang umum pada konteks tertentu tapi mungkin tidak wajar bagi kita. Contoh kasus dari isu ini dapat dilihat terjadi di daerah Kelapa Dua, Depok. Kehidupan penghuni domestiknya taat beragama dan cenderung fanatik Islam, sehingga tak ada tempat kesenian wayang ataupun teater yang menggabungkan wanita dan laki-laki, karena dianggap haram. Jika ada seorang arsitek yang tibatiba membangun sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman di tempat tersebut, tentunya tidak akan mendapat respon baik dan cenderung menimbulkan tindakan anarkis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa rutinitas domestik juga berkaitan dengan pemahaman orang- orang yang menghuni tempat tersebut. Hal ini menjadi sangat penting untuk kita soroti. Dalam memancing pemahaman masyarakat di suatu daerah dapat dilakukan menjelaskan dalam esainya mengenai pameran tersebut “…traces the debate among often contradictory uses of the term everyday and its relationship to ideas of vernacular, populist, and nominally democratic architecture” (Fausch, mengetahui ataupun mensosialisasikan pemahaman manusia tentang sesuatu. Dari situlah kita dapat mengukur pemahaman yang ada, mempertimbangkan dan mengambil keputusan. Keputusan menjadi batas dari semua yang ada. Untuk itu kita sebagai seorang arsitek harus mampu membaca, memprediksi kemudian membuat keputusan yang berakhir pada tindakan sebuah desain. Desain yang baik selalu mengacu pada kehidupan manusia yang hendak diwadahi. Seperti menurut Berke, ”What should architect do instead? A simple and direct responses acknowledge the needs of the many rather than few address diversity of class, race, culture, and gender; without allegiance to a priori architectural styles or formulas, and with concern for program and construction…” (Berke, 1997). Dalam uraian Berke, tindakan yang baik bersifat sederhana, langsung dan menyoroti pada kebutuhan sehingga program dan konstruksi menjadi terfokus. Menurut saya, selain itu juga tidak melupakan bekal-bekal pengetahuan sosial, budaya dan aspek manusia lainnya yang dapat menjadi pertimbangan. Tindakan yang tepat untuk diambil adalah menggunakan metode partisipasi, menjadi cara yang baik dalam menghasilkan sebuah karya yang dekat dengan penghuni dan lebih humanis. Salah satu contoh adalah sebuah karya dari arsitek Diebedo Francis Kere, yaitu Gando Primary School yang berlokasi di Gando Village, Burkina Faso. Sang arsitek memiliki misi terhadap pendidikan. Dia merupakan orang asli Gando, dan satu-satunya orang yang bersekolah ke luar, dan melihat bahwa pendidikan di daerah asalnya kurang baik. Arsitek tersebut ingin agar anak-anak di daerah 20
arsitektur.net
2007 vol. 1 no. 2
tersebut memiliki pendidikan yang lebih baik darinya. Dalam proses perancangan, arsitek tersebut menggunakan sistem partisipasi yang melibatkan penduduk di berbagai aspek pembangunan hingga menggunakan material dari pengrajin lokal.
Gambar 1. Gando Primary School, Diabedo Francis Kere Sempat terjadi perbedaan pendapat karena kalangan European menyarankan agar masyarakat Afrika tetap hidup dalam skala kecil dengan menggunakan gubuk dari tanah liat yang gelap, tapi penghuni merasa tidak terima dan memperlakukan tanah liat masih dengan keterbelakangan pengetahuan mereka. Hujan kemudian membuktikan kekuatan batu bata dari desain sang arsitek yang menggunakan pengetahuannya tahan terhadap cuaca. Akhirnya, penduduk yang semula kecewa dengan desainnya pada akhirnya menghargai. Sehingga desain yang awalnya diperuntukan untuk 120 anak, sekarang mewadahi 350 murid dengan 150 orang lagi dalam waiting list. Penghuni yang dulunya hidup berpindah-pindah dan menjauhkan diri dari pendidikan formal, akhirnya memasukan anaknya ke sekolah ini.
Gambar 2. Gando Primary School, Diabedo Francis Kere Sang arsitek memiliki pemahaman everyday dan misi untuk memenuhi kebutuhan yang belum ada di daerah tersebut. Dengan pendekatan partisipasi, pemahaman penghuni menjadi bertambah. Terlihat dari adanya perubahan pada keluarga nomaden yang sebelumnya tidak peduli dengan kehidupan pendidikan formal namun sekarang memasukkan anaknya ke sekolah tersebut sehingga misi arsitek tercapai. Cara partisipasi ini efektif dalam mendapatkan pengetahuan everyday di suatu tempat sehingga misi arsitek dapat tercapai. Tentunya pendekatan harus dilakukan dengan baik. Tatkala muncul perbedaan ataupun keinginan penghuni yang seringkali terasa berlebihan, sebenarnya itu adalah salah satu wujud dari konsep everyday yang sangat personal. Alangkah baiknya apabila hal ini ditanggapi dengan bijaksana. Salah satu contoh lain adalah sebuah penyelesaian yang pintar dalam melibatkan body dan intimate pada desain Play-Pump di Afrika Selatan oleh Trevor Field. Desainnya mampu membaca potensi site yang ada. Anak-anak sebagai body dengan permainan yang bersifat akrab atau intimate, membuat desain ini sangat dekat dengan mereka. Sambil bermain merry go round air terpompa ke menara air.
21
arsitektur.net
2007 vol. 1 no. 2
Gambar 3. Play-Pump, Trevor Field. Dari uraian dan beberapa contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan arsitek dalam memahami konsep everyday dan melakukan tindakan dengan mengacu pada hal tersebut akan menghasilkan sebuah desain yang abadi. Referensi Berke, D. (1997). Thoughts on the Everyday. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press. Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press. Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.
22