Review Riset Desain Interior, Perancangan dan Konsep Desain Interior Disusun oleh : Dr. Mahendra Wardhana, ST. MT.
Mata Kuliah :
Riset Desain Interior
Kredit Semeter
: 8 SKS : 7
Tujuan : Pembelajaran 1. 2. 3. 4.
Mahasiswa mampu menguasai pengetahuan jenis‐jenis riset terhadap karya interior Mahasiswa mampu melaksanakan salah satu metode riset terhadap karya interior Mahasiswa mampu membuat proposal riset Mahasiswa mampu menemukan konsep desain dari hasil riset sederhana terhadap karya interior
Kompetensi : Mahasiswa mampu memprediksi konsep desain suatu karya interior berdasarkan prinsip‐prinsip riset kepada: 1. Pengguna karya interior 2. Jenis dan trend karya interior 3. Persaingan karya interior
∩⊇∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0
Metode Desain, Riset dan Konsep Desain Interior Oleh: Dr. Mahendra Wardhana, ST. MT. 1.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pendahuluan Tantangan penting pada pendidikan desain (termasuk pendidikan arsitektur) adalah menjadikan mahasiswa mampu untuk menjadi perancang yang handal. Salah satu kompetensi penting yang harus dikuasai dalam hal ini adalah metode dalam merancang. Fokus perhatian penting pada penguasaan metode merancang ini terdiri adalah pada tahapan‐tahapan kegiatan dalam merancang. Tahapan‐tahapan tersebut dikenal pula dengan proses desain (perancangan). Hambatan dalam menghasilkan rancangan yang indah bagi perancang muda (termasuk juga mahasiswa) adalah kurang diketahuinya potensi dalam menjalankan (mendalami) proses perancangan yang sesuai bagi tiap‐tiap perancang. Potensi dalam memproses desain dapat ditentukan dari minat dan kebiasaan desainer dalam menghasilkan rancangan (desain). Minat dan kebiasaan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kepekaan dalam menilai karya desain (rancangan). Metode merancang tersebut di atas adalah yang disebut sebagai metode desain berbasis kompetensi (kemampuan) perancang. Hasil dari metode merancang yang berbasis kompetensi perancang adalah identitas pada gaya rancangan yang memiliki ciri khas tertentu yang kuat. Berbagai karya arsitektur yang diakui indah sepanjang sejarah arsitektur adalah lahir dari karakter perancang yang kuat dan berciri tertentu. Dapat diajukan contoh seperti Le Corbusier, Frank L. Right, Coophimmeblau dan berbagai perancang ternama dapat dikenali dari karakter hasil desainnya yang khas. Bila ditelusuri lebih lanjut maka karakter desain yang khas dari perancang yang terkenal tersebut adalah dihasilkan dari metode perancangan yang telah dipegang teguh oleh perancanganya. Ciri dalam proses merancang tersebut pada alinea di atas memberikan inspirasi dan mengingatkan kita kembali akan arti penting menjalankan metode merancang yang kuat dan tepat dalam menghasilkan karya arsitektur yang indah. Hal inilah yang akan coba diulas dalam tulisan sederhana ini. 2. Metode‐metode dalam merancang Pengelompokan dalam metode merancang dapat diketahui dari kebiasaan proses perancangan yang djalankan dalam merancang suatu karya arsitektur. Kebiasaan dalam proses merancang yang telah dikenal adalah tradisi logis, idealis dan intuitif. Ketiga metode tersebut lahir dikarenakan fokus (tekanan) dalam proses merancang suatu karya arsitektur yang berada pada kegiatan tertentu.
a) Metode Logis‐Rasionalis Metode logis‐rasionalis didasari oleh pentingnya pemecahan terhadap suatu permasalahan tertentu yang melekat kuat pada suatu karya arsitektur. Tekanan akan pemecahan kepada permasalahan tertentu tersebut menunjukkan kepada kita bahwa perancang harus memahami dan menguasai arti penting diwujudkannya suatu karya arsitektur tersebut. Bentuk permasalahan dalam perancangan tersebut sangat beragam. Setiap proyek yang dikerjakan selalu akan memuat permasalahan yang spesifik dan berbeda dengan proyek yang lainnya. Dengan demikian, perancang yang menghadapi proyek seperti ini harus memiliki perbendaharaan yang kuat akan proyek sejenis yang lainnya. Perancang yang belum memiliki atau mengenal proyek yang sejenisnya akan mendapatkan kesulitan yang cukup besar untuk mengatasi permasalahan yang spesifik tersebut. Urutan merancang melalui metode logis‐rasionalis adalah dimulai dari studi standar dan pola pada proyek sejenis lainnya, kemudian dilanjutkan pada menemukan konsep desain yang mengandung permasalahan yang penting pada proyek yang dirancang, kemudian dilanjutkan pada pra desain serta diakhiri dengan presentasi karya desainnya. Untuk lebih jelasnya urutan dalam metode logis‐rasionalis adalah sebagaimana terdapat pada bagan di bawah ini.
Gambar 1. Metode Logis‐Rasionalis
Tahapan pra desain dan optimalisasinya menjadi kekuatan dari metode logis‐ rasionalis ini. Fokus utama pada tahapan tersebut adalah upaya desain untuk mengatasi (menjawab) permasalahan yang ada. Dengan demikian bentuk karya desain yang dihasilkan akan menyatu juga sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan pada proyek yang dirancang.
Salah satu keunggulan dari hasil metode logis‐rasionalis ini adalah hasil karya rancangan akan sangat bergantung pada kejelian perancang dalam menemukan konsep rancangan. Konsep rancangan dapat diperoleh dari permasalahan yang didapatkan dari riset pada karya desainnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa bentuk (hasil) karya akan terlihat memperlihatkan solusi terhadap permasalahan yang ada. Kelemahan yang kemungkinan dapat hadir bila menggunakan metode logis‐ rasionalis ini adalah pengamat dapat mengalami kesulitan dalam mengenali (mengetahui) permasalahan yang menjadi perhatian utama pada karya rancangan. Kesulitan ini dpat muncul bila khasanah pengalaman pengamat terhadap jenis karya yang dirancang belum mendalam. Kegagalan mengetahui permasalahan dalam merancang ini akan menyebabkan pengamat akan menilai suatu karya berdasarkan estetika tampilan (geometri) bentuknya saja. Ciri‐ciri merancang dengan menggunakan metode Logis‐Rasional: No Jenis Ciri‐ciri Uraian (Penjelasan) Memungkinkan menghasilkan bentuk yang 1 Bentuk yang dihasilkan berlainan dengan karya sejenis lainnya (karya dari tempat lainnya) Tahapan pra desain Pra desain berada setelah gagasan mengatasi 2 terhadap proses desain permasalahan ditemukan Pertimbangan penting adalah pada fungsi, 3 Unsur yang dipentingkan teknologi dan kekuatan yang kemudian akan memberikan keindahan pada estetika bentuk Bila pengamat gagal mengenali permasalahan 4 Kelemahan yang dijawab pada rancangan Contoh karya arsitektur yang menggunakan metode Logis‐Rasional Contoh 1. Musgum clay houses in cameroon
Sumber gambar: www.designboom.com Musgum clay house ini berkonsep bangunan dengan memanfaatkan material setempat sebagai bentuk bangunan. Hal ini menjadi permasalahan dan tantangan yang harus dipecahkan. Konsep utama untuk menjawab tantangan ini adalah material bangunan dari tanah liat yang ada di daerah tersebut. Bentuk bangunan akhirnya diambilkan dari bentukan cangkang karena bentukan tersebut memiliki paling sesuai dengan material sebagai dinding bangunannya. Tekstur dinding dirancang dengan motif sebagaimana terlihat di gambar bawah untuk mendapatkan dinding yang tipis dari material tanah liat tersebut.
Sumber gambar: www.designboom.com
Contoh 2. reiser + umemoto: taipei pop music center
Sumber gambar: www.designboom.com Outdoor amphitheater dalam bangunan ini dikombinasikan dengan konsep sirkus dan kota dengan tempat duduk susun yang dapat digerakkan. Konsep ini dilatarbelakangi agar berbagai kegiatan dan kapasitas tempat duduk dapat diganti‐ganti sesuai kebutuhan. Berbagai teknologi yang mendukung fungsi pada bangunan ini dapat dijumpai didalamnya. Tempat pentas yang dapat diganti‐ganti, teknologi pencahayaan dan teknologi suara terdapat pada berbagai sisi di bangunan ini.
Sumber gambar: www.designboom.com b) Metode Idealis‐Pola
Perancangan model idealis‐Pola didasari oleh tantangan pada pertimbangan dapat digunakannya rancangan sebaik‐baiknya oleh pengguna. Pertimbangan fungsionalitas dan identitas karya desain menjadi perhatian utama pada model metode merancang idealis‐pola ini. Pengguna dalam hal ini berharap akan mendapat kenyamanan dalam beraktivitas berkaitan dengan karya desain dan tidak merasa asing selama menggunakan (berhubungan) dengan karya desain. Permasalahan utama pada karya desain hasil metode idealis‐pola terletak pada identitas karya desain. Identitas tersebut dapat diwujudkan pada kesamaan‐kesamaan utama yang selalu berkaitan dengan fungsi dan bentuk tertentu. Sebagai contoh dari identitas ini adalah pada bangunan yang mempertahankan identitas bentuknya. Identitas pada bangunan di kawasan konservasi tertentu akan handal bila dirancang dengan menggunakan metode idealis‐pola ini. Dalam proses perancangannya, metode idealis‐pola ini meletakkan pra rancangan pada tahapan setelah pengenalan identitas dan fungsionalitas tertentu dilakukan. Jenis bangunan yang dirancang dengan menggunakan pola metode ini akan menghasilkan bentuk bangunan (rancangan) yang serupa dengan jenis bangunan lainnya. Kelemahan menggunakan metode ini adalah bentuk bangunan (rancangan) yang dihasilkan tidak akan unik berbeda dari bangunan sejenis lainnya. Bila pengamat tidak mengetahui (ataupun menyetujui) pentingnya identitas pada jenis bangunan yang dirancang maka penilaian terhadap hasil rancangan akan rendah. Berikut di bagian bawah ini akan diilustrasikan urutan proses merancang pada metode Idealis‐Pola.
Gambar 2. Metode Idealis‐Pola
Pada proses disain yang menggunakan metode Idealis‐Pola ini tahapan awalnya adalah menstudi karakter‐karakter yang membentuk identitas karya desain. Studi terhadap bangunan sejenis lainnya dan bangunan di sekitarnya akan menjadi penting pada tahapan awal pada proses desainnya. Bila telah didapatkan hasil studi identitas ini, maka pada tahapan pra desain karakter yang telah distudi dalam upaya mendapatkan identitas bangunan akan dipegang kuat sebagai panduan dalam merancangnya. Upaya untuk menjadikan bentuk bangunan memiliki tampilan yang berbeda dari bangunan sejenisnya dapat dilakukan sepanjang identitas utama bangunan tidak pada bentuknya. Bentuk bangunan dapat diperindah dengan olahan geometri ataupun juga melalui pemberian aksen pada tampilan bangunannya. Ciri‐ciri merancang dengan menggunakan metode Idealis‐Pola: No Jenis Ciri‐ciri Uraian (Penjelasan) Bentuk yang dihasilkan memiliki kesamaan (kemiripan) identitas dengan karya lainnya yang sejenis. 1 Bentuk yang dihasilkan Upaya untuk menghasilkan bentuk yang berlainan dengan bangunan sejenis dapat dilakukan sepanjang identitas tidak terletak
No
Jenis Ciri‐ciri
2
Tahapan pra desain terhadap proses desain
3
Unsur yang dipentingkan
4
Kelemahan
Uraian (Penjelasan) pada tampilan bangunannya. Pra desain berada setelah studi karakter dan identitas dilakukan. Pertimbangan penting adalah pada identitas dan fungsi pada rancangan yang kemudian akan memberikan keindahan pada estetika bentuknya. Fungsi akan sangat mempertimbangkan standar‐standar dan persyaratan tertentu dalam rancangannya. Bila pengamat tidak menyetujui keutamaan (pentingnya) identitas pada jenis bangunan yang dirancang maka apresiasi pada bangunan akan turun.
Contoh karya arsitektur yang menggunakan metode Idealis‐Pola: Contoh 3. 'Blok K' by NL architects all images courtesy NL Architects
Sumber gambar: www.designboom.com Di dalam Blok K ini terdapat hunian (300 apartemen), blok rumah dan perkantoran di dalamnya. Bangunan ini dirancang dengan susunan hunian dan perkantoran berupa grid. Masing‐masing hunian dan perkantoran dirancang dengan efisiensi lahan yang tersedia. Bagian yang diolah estetikanya adalah bagian atap bangunannya.
Sumber gambar: www.designboom.com
Contoh 4. Rolex Learning Center Ecole Polytechnique Fédérale De Lausanne By SANAA, by kazuyo sejima and ryue nishizawa.
Sumber gambar: www.designboom.com Bangunan ini berfungsi sebagai kampus pusat belajar. Bangunan ini diperindah bentuknya melalui permainan geometri naik dan turun pada lantainya sirkulasinya. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai laboratorium, perpustakaan dan fasilitas kemahasiswaan yang luas. Untuk mewujudkan bangunan yang luas tersebut, maka bentuk bangunan antara lantai dan langit‐langit dirancang pararel bentuknya.
Contoh 5. Tam Architecture: Salam Surgery Center for Emergency, Sudan
Sumber gambar: www.designboom.com
Rancangan ini adalah kompleks bangunan rumah sakit bedah jantung yang menyediakan spesialisasi perawatan tingkat tingginya. Rumah sakit ini adalah proyek regional yang melibatkan 9 negara di sekitar Sudan. Rumah sakit ini dirancang dengan pola halaman yang luas, bangunan penginapan, bangunan pendukung, taman‐taman, paviliun untuk berdoa dan bermeditasi serta bangunan staff.
Tabir yang mengelilingi bangunan terhadap halaman dibuat dengan tangan oleh penduduk local. Sumber gambar: www.designboom.com
Sumber gambar: www.designboom.com
Contoh 6. Battersea Power Station by Rafael Vinoly
Sumber gambar: www.designboom.com Masterplan untuk Battersea power station ini adalah dirancang untuk perusahaan terbesar di sepanjang sungai Thames. Tujuan dari masterplan ini adalah untuk membantu menggabungkan pembangunan yang berkesinambungan diantara fungsi komersial dan retail serta residensial, budaya dan ruang untuk event tertentu yang diselingi dengan fasilitas bersama dan pabrik non karbon energi. Struktur bersejarah yang digunakan pembangkit listrik ini dirancang sebagai titik utama (penting) pada tapaknya.
Sumber gambar: www.designboom.com
Perbendaharaan kata pada karya arsitekturnya dinyatakan dengan seri dari variasi tipologi bangunan yang menunjukkan pebedaan karakter pada area publiknya. Pada tipologi bangunan teras tradisional di London, pendekatan sequence pada pembangkit listrik ini
dinyatakan dengan fasade bangunan yang membentuk kurva. Interpretasi kembali pada tipologi ini menghasilkan kondisi (kesan) dinamis pada sirkulasi dan fasadenya. Contoh 7. Hugon Kowalski: Watertower Skyscraper
Sumber gambar: www.designboom.com
Arsitek terkenal Hugon Kowalski dari H3AR architect and design yang merancang bangunan tower air ini memperkenalkan penggabungan antara tempat penyimpanan air dan berbagai fungsi bangunan lainnya. Bangunan ini terinspirasi dari bangunan tower air yang juga menjadi bangunan symbolik di Savana Afrika.
Pada bangunan ini dirancang untuk bangunan penampung air, rumah sakit, sekolah, dan pusat makanan. Bangunan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi yang bersanding dengan perubahan budaya, perbedaan keyakinan dan bahasa di Sudan. Contoh 8. OFIS Architecture: All Seasons Tent Tower
Sumber gambar: www.designboom.com Perusahaan Slovenia OFIS architecture memperkenalkan 'Tower tenda segala cuaca’. Konsep tower tenda ini adalah menyatunya dua teras tower yang berbentuk silinder yang dihubungkan dengan lantai dasar yang ditutup dengan tenda hijau. Tower tertinggi digunakan untuk restoran, kolam renang, spa, pusat fitnes dan bar. Di tower terdapat pula hotel, apartemen, pusat bisnis dan toko. Struktur terendah difungsikan sebagai pemukiman dan hall exebisi.
Sumber gambar: www.designboom.com
c)
Metode Intuitif
Latar belakang perancangan perlunya menggunakan metode Intuitif ini adalah dalam rangka menghasilkan bentuk bangunan (karya desain) yang unik dan bebas mengikuti keinginan bentuk dari perancangnya. Metode ini memungkinkan perancang mengeksplorasikan kemampuan estetika dan pertimbangannya. Semua pertimbangan esetetika dirumuskan oleh perancang dan kemudian dituangkan dalam karya desainnya. Permasalahan yang dapat timbul dari metode perancangan ini adalah pertimbangan selain estetika tidak selalu sama bahkan memerlukan pemecahan yang tidak jarang bertolak belakang dengan keinginan estetika perancang. Permasalahan ini terjadi bila persyaratan bangunan (desain) memiliki ketidak sesuaian dengan keinginan estetika yang akan diterapkan. Urutan merancang dengan metode ini adalah didasari oleh tingginya intuisi estetika perancang. Bekal inilah yang kemudian mewarnai kekuatan metode Intuitif ini. Metode ini dimulai dari brainstorming terhadap obyek yang dirancang. Setelah tahapan ini dilalui maka perancang langsung dapat merancang bentuk bangunan (karya) dengan mengeksplorasi semua kemampuan estetikanya. Tahapan ini disebut dengan tahapan pra desain (awal). Bentuk bangunan (karya) yang dihasilkan semakin unik bila wawasan dan idealis estetika perancang semakin tinggi (luas). Bentuk (karya) yang dihasilkan kemudian disesuaikan dengan konsep desain yang digali. Penggalian konsep desain dilaksanakan setelah tahapan eksplorasi estetika. Pada tahapan konsep desain ini semua hasil eksplorasi bentuk desain disesuaikan dan dikompromikan. Setelah tahapan ini dilalui maka akan masuk pada (tahapan selanjutnya) yaitu tahapan kompromi dengan studi standar‐standar tertentu. Setelah tahapan tersebut maka selanjutnya adalah tahapan optimalisasi pra desain. Di dalam tahapan ini dilakukan penggalian terhadap identitas‐identitas tertentu yang harus muncul pada karya. Selanjutnya, adalah tahapan mempresentasikan desain (seperti pada gambar denah, perspektif, gambar kerja dan lain‐lainnya).
Gambar 3. Metode Intuistik
Kedudukan pra desain (awal) setelah pengenalan terhadap obyek (brainstorming) memungkinkan (memberikan nilai unggul) bagi perancang untuk mengoptimalisasikan kekuatan esetetikanya. Kebebasan estetika dalam perancangan tersebut akan menghasilkan bentuk (shape) hasil karya yang mengikuti keinginan perancang. Studi dan penyesuaian (serta kompromi) pada tahapan selanjutnya (setelah pra desain awal) merupakan upaya agar karya desain tetap memiliki nilai fungsional sesuai kebutuhan penggunanya. Keunggulan dalam menggunakan metode intuitif ini adalah estetika bentuk karya rancangan yang mendekati keinginan perancanganya. Perancang akan puas menghasilkan bentuk karya rancangan. Bila dibandingkan dengan dua metode sebelumnya, maka metode ini lebih gampang dijalankan oleh perancang karena dasar terwujudnya desain adalah dimulai (didasari) dari keinginan perancangnya. Kelemahan metode ini dapat timbul pada kurang terakomodasikannya keinginan pengguna atau pemilik obyek rancangan. Hal tersebut dapat terjadi karena perancang terlalu berpegangan pada keinginan estetikanya. Keinginan pengguna dan pemilik proyek yang kemungkinan juga memiliki keinginan estetika yang berlainan akan menghadirkan permasalahan baru.
Ciri‐ciri merancang dengan menggunakan metode Intuitif: No Jenis Ciri‐ciri Uraian (Penjelasan) Memungkinkan menghasilkan bentuk yang unik dibandingkan karya sejenis lainnya. 1 Bentuk yang dihasilkan Eksplorasi kemampuan estetika perancang akan maksimal dapat diungkapkan Pra desain berada setelah brainstrorming. Hal Tahapan pra desain ini memungkinkan eksplorasi akan bentuk 2 terhadap proses desain esetetika secara maksimal. Unsur yang Pertimbangan penting adalah pada estetika 3 bentuk bangunan (desain). diperhitungkan penting Bila pengamat tidak memandang keutamaan (pentingnya) estetika bentuk maka apresiasi 4 Kelemahan terhadap bangunan (karya) akan tidak maksimal. Contoh Karya yang menggunakan Metode Intuitif Contoh 9. King Abdullah II House of Culture and Art in Amman (architect: Zaha Hadid)
Sumber gambar: www.designboom.com
Sumber gambar: www.designboom.com
Ekspresi arsitektur bagi pusat budya ini diinspirasi oleh peninggalan kota kuno Petra. Petra, menurut Zaha Hadid (arsiteknya) merupakan contoh kombinasi yang menakjubkan antara arsitektur dengan alam serta perpaduan antara kekomplekan dengan bentuk alami yang elegan, seperti longsoran permukaan gunung yang berlapis‐lapis sedimentasinya. Arsitek mengaplikasikan prinsip tersebut pada artikulasi ruang publik di dalam bangunan pusatnya. Bangunan ini dirancang dengan interior menyerupai permukaan longsoran yang ada di plaza publiknya di bagian muka bangunannya. Contoh 10. DCA: freshwater factory Parisian firm design crew for architecture (DCA) created 'freshwater factory', a proposal for the 2010 skyscraper competition.
Sumber gambar: www.designboom.com
Pencakar langit ini dirancang untuk diletakkan pada pinggiran kota. Hal ini sesuai dengan pertanyaan utama yang coba dihadirkan pada pembangunan pencakar langit ini yakni: mengapa kita membangun pencakar langit di pinggiran kota? Isu penting apakah yang melatar belakanginya?
Contoh 11. 'Capture the Rain' Skyscraper by Ryszard Rychlicki and Agnieszka Nowak
Sumber gambar: www.designboom.com
Sumber gambar: www.designboom.com
Bangunan pencakar langit ‘penangkap air hujan’ terdiri dari pengngkap aliran air hujan di bagian atas bangunan yang membantu menampung air hujan sebanyak mungkin. Daya tampung air tersebut disesuaikan dengan kebutuhan air setiap orang yakni 150 liter dan dari penampung air hujan tersebut memenuhi 85 liter dari kebutuhannya. Bangunan ini dapat mengembang dan menyusut menyesuaikan air hujan yang dapat ditamung pada bangunan ini. Bentuk bangunan akan menyesuaikan dengan kondisi banyaknya air hujan dan panas sinar matahari yang mengenainya. Bila air hujan banyak maka bangunan akan mengembang, sedangkan bila terkena sinar matahari maka bangunan akan menyusut di beberapa bagiannya. Contoh 12. Water Purification Skyscraper, Jakarta ‘Ciliwung Recovery Program’ by Indonesian Rezza Rahdian, Edwin Setiawan, Ayu Diah Shanti, Leonardus Chrisnantyo
Sumber gambar: www.designboom.com
Bangunan ini mewadahi berbagai fungsi bangunan seperti halaman bermain, perkantoran dan lainnya. Fungsi utama bangunan ini adalah sebagai bangunan pengolahan air sungai Ciliwung. Diharapkan dengan bangunan ini maka air dari sungai Ciliwung dapat diolah menjadi air yang lebih bersih.
Pertimbangan utama dalam merancang bentuk bangunan adalah perpaduan dari pertimbangan aliran air, tata hijau, ruang fungsional, pengolahan air dan struktur penguat bangunannya. Fasilitas lift juga menggunakan azas gaya berat benda di dalam air.
Sumber gambar: www.designboom.com
Sumber gambar: www.designboom.com 3.
Mengetahui Potensi Kehandalan dalam Proses Perancangan Upaya pertama dalam memilih jenis metode merancang yang tepat adalah dengan mengenali potensi perancang dalam menghadapi obyek yang dirancangnya (bangunan). Setiap perancang memiliki interpretasi terhadap obyek rancangannya sesuai pengalaman yang telah dimilikinya. Jenis obyek yang dirancang juga turut mewarnai pemilihan metode perancangan. Gedung perkantoran oleh perancang yang memiliki pengalaman sangat banyak dalam mendesain dan melihat jenis gedung tersebut akan cenderung dirancang dengan menggunakan metode Intuitif (desain bentuk bangunan baru ke ruang‐ruangnya). Dengan demikian perancang akan puas untuk mendapatkan bentuk bangunan yang unik dan berbeda dengan yang lainnya (serta cenderung atraktif). Sedangkan bagi perancang yang lainnya yang berpengalaman sedang dalam melihat dan merancang bangunan perkantoran akan cenderung menggunakan metode Logis‐Rasionalis. Metode ini akan digunakan untuk menawarkan arti baru pada pengalaman bekerja dengan fungsi yang dikonsepsikannya. Dengan metode tersebut, bentuk bangunan akhirnya mengikuti arti baru yang akan ditampilkan pada bangunan perkantoran tersebut. Contoh di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa pemilihan metode dalam merancang akan tergantung dari pengalaman dan keahlian perancang dalam menangani
obyek tertentu. Hal lain yang menentukan adalah jenis bangunan (obyek) yang dirancang. Bangunan sejenis perkantoran akan mudah drancang dengan menggunakan metode Logis‐ rasionalis. Bangunan museum akan sering dirancang dengan menggunakan metode Idealis‐ pola. Bangunan jenis rumah sakit juga akan sering dirancang dengan menggunakan metode Idealis‐Pola. Sedangkan jenis bangunan dengan fungsi baru akan cenderung juga dirancang dengan menggunakan metode Intuitif. Berikut ini akan disajikan tabel penggunaan masing‐masing metode perancangan. Metode Keahlian dan Jenis dan sifat yang pengalaman No Keunggulan rancangan bangunan digunakan perancang Perancang memiliki Keunggulan adalah pada pengalaman dan Telah banyak mengenali secara pengalaman pengguna bangunan sejenis mendalam pada ketika berada di dalam yang dirancang obyek yang bangunan. dirancangnya Logis‐ 1 Rasionalis Perancang memiliki Keunggulan sering pada data eksisting dan Bangunan memiliki makna (arti) bangunan pembanding yang dengan penekanan yang pesaing bangunan banyak mengenai berbeda dari bangunan lain lainnya obyek yang sejenisnya diranangnya Bangunan Perancang memiliki mensyaratkan data yang banyak Keunggulan bangunan pada memiliki karakter mengenai karakter karakter dan ciri khasnya dan ciri yang kuat dan ciri bangunan (contohnya seperti yang dirancang Idealis‐ bangunan budaya) 2 Pola Terdapat rujukan Pengguna akan mudah Perancang memiliki bangunan aslinya beradaptasi sesuai konteks pengalaman dalam dan bangunan karakteristik yang merancang bangunan disyaratkan bangunan yang sejenis telah yang sejenis dirancang banyak dirancang Bentuk bangunan menjadi Bangunan atraktif dan unik (hal ini Perancang memiliki merupakan jenis juga dapat menyebabkan daya imaginasi yang ruang menjadi tidak efisien bangunan dengan kuat karena mengikuti bentuk fungsi yang baru bangunannya) 3 Intuitif Ruang yang dirancang lebih Perancang kurang Bangunan kurang leluasa di atur karena memiliki data memiliki menyesuaikan dengan bangunan sejenis bentuk bangunan yang pembanding lainnya dihasilkan 4. Perancangan berbasis Kreatifitas Perancangan karya desain selalu mendasaran pada kreatifitas perancangnya. Kemampuan perancang ini menjadi modal dasar yang berharga dalam memilih metode merancang yang tepat dan sesuai bagi obyek yang dirancangnya. Kreatifitas dalam merancang selalu dipengaruhi oleh dua hal yakni fantasi dan imajinasi. Dengan demikian
bekal keduanya tersebutlah yang akan menentukan keberhasilan kreatifitas perancang dalam mendesain. Kemampuan fantasi dan imajinasi perancang tersebut selanjutnya harus teat diletakkan pada tahapan proses desainnya. Tahapan dalam proses desain yang meletakkan fantasi dan imajinasi adalah pada tahapan pra desain. Dengan demikian pada tahapan tersebut keduanya dikembangkan seluas‐luasnya untuk mencapai bentuk dan wujud karya yang bernilai karya kreatif. Bila perancang telah memiliki bekal keduanya dnegan cukup maka perancang segera akan menghasilkan bentuk desainnya. Dengan demikian, pengenalan peracang terhadap telah dimilikinya fantasi dan imajinasi ketika menghadapi suatu proyek desain adalah penting untuk selalu diperhatikan. Bila di awal penugasan perancang belum mendapatkan keduanya, maka dpat memilih metode selain intuitif. Demikian dengan kondisi yang sebaliknya. Tahapan sebelum pra desain di laksanakan juga menjadi kunci penting suksesnya tahapan pra desain (eksplorasi fantasi dan imajinasi). Tahapan sebelum pra desain menentukan seberapa unik dan atraktf karya desain akan dihasilkan. 5. Penutup Potensi memilih gaya dalam proses perancangan yang tepat akan menghasilkan karya rancangan (termasuk juga karya arsitektur) yang berciri khas kuat. Ciri khas yang kuat merupakan pintu awal bagi karya desain yang berkualitas (indah). Keindahan yang relatif akan nampak menjadi suatu penilaian yang obyektif bila kekuatan desain (rancangan) nampak jelas bagi semua orang yang mengapresiasinya. Tiga metode (gaya) merancang bagi desainer akan berpengaruh kepada kekuatan desain (rancangan) yang masing‐masing akan berkarakter berbeda‐beda. Gaya (metode) mendesain tersebut akan sangat tergantung pada obyek yang ditangani (dirancang) serta kemampuan dan kecenderungan minat perancang. Selamat mencoba. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surabaya, Mei 2012 Dr. Mahendra Wadhana, ST. MT.