1
Desain Interior ASTEC Badminton Center Fandi Firmansyah 340.8100.130 Anggra Ayu Rucitra, St, MMT. Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected] Abstrak—Badminton/Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang populer dan memasyarakat dengan pencapaian prestasi terbaik dibandingkan cabang olahraga lain di Indonesia. Namun selama ini pembinaan olahraga bulutangkis di Indonesia masih amat kurang. Regenerasi pemain yang berjalan lambat hingga fasilitas yang kurang memadai, menjadi salah satu penyebab prestasi yang dicapai kurang maksimal pada saat ini. Alasan lain adalah kurangnya kompetisi skala lokal dan regional yang diselenggarakan sebagai ajang pelatihan dan pembinaan bagi atlet-atlet muda. Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang mampu menampung dan menjadi pusat, sekaligus sebagai awal baru penggerak bagi kegiatan olahraga ini. Objek rancangan yang berjudul “ASTEC Badminton Center” ini diharapkan mampu mewujudkan semua tujuan tersebut. Sekaligus mampu berperan sebagai simbol bagi kemajuan olahraga bulutangkis di Surabaya pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
sangat identik dengan pecinta olahraga bulutangkis yang berwawasan keilmuan. II. KAJIAN PUSTAKA DAN EKSISTING A. Kajian ASTEC dan Bulutangkis Bulutangkis adalah bentuk permainan yang dilakukan oleh dua orang (dalam permainan tunggal) atau empat orang (dalam permainan ganda). Menggunakan rangkaian bulu yang ditata dalam sepotong gabus sebagai bolanya, dan raket sebagai alat pemukulnya, di atas sebidang lapangan. Inti permainannya adalah memasukkan bola di bidang lapangan lawan yang dibatasi oleh jaring (net) setinggi 1,55m dari permukaan lantai, dengan memukulkan raketnya, atas dasar peraturan tertentu.
Kata Kunci— ASTEC, Bulutangkis, Innovation
U
I. PENDAHULUAN
ntuk meningkatkan prestasi di masa depan, Indonesia harus memperbaiki proses regenerasi atlit dengan pembibitan dan pembinaan. Pembangunan olahraga Indonesia memang masih jauh dari harapan kita, terlihat jelas dalam beberapa cabang dan segi olahraga, penurunan prestasi sangat terasa dari masa lalu. Belum lagi melihat perkembangan negara lain yang bergerak maju. Olahraga bulutangkis adalah olahraga kebanggaan Indonesia. Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang paling mengharumkan nama Indonesia. Indonesia lebih dikenal dunia dalam olahraga bulutangkis. Sejumlah atlit besar bulutangkis yang dikenal dunia berasal dari Indonesia. Berbagai prestasi diraih atlit indonesia seperti menjuarai Piala Thomas dan Uber, meraih medali emas di Olimpiade, dan berbagai kejuaraan lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang majunya bulutangkis Indonesia mutlak diperlukan, terutama dalam hal fasilitas dan sarana pertandingan. Begitu pula dengan bagaimana daya tarik minat sebuah bangunan GOR bulutangkis kepada masyarakat, perlu adanya pengembangan kearah ― yang bukan hanya‖ sebagai tempat ajang bermain dan berlatih olahraga bulutangkis, melainkan dapat menjadi landmark bagi suatu daerah, hingga kota, dan bagaimana menjadikan sebuah bangunan GOR dapat menjadi tempat yang
Gambar. 1. Ukuran Lapangan Bulutangkis Sumber : www.google.com
Astec adalah perwujudan dari mimpi dua juara dunia. Dengan keahlian dan pengalaman lebih dari 15 tahun menjadi konsultan produk dengan merek terkemuka raket bulutangkis, Alan Budikusuma dan Susy Susanti mengembangkan bisnis mereka sendiri dalam produksi alat olahraga bulutangkis seperti raket, aksesoris dan pakaian serta olahraga lain, seperti taekwondo dan sepak bola dengan target pasar untuk Indonesia, Jerman, Kanada, Filipina, Malaysia dan Cina. B. Kajian Innovation ― ASTEC Badminton Center‖ adalah sebuah fasilitas yang disediakan sebagai pusat dari bulutangkis.― ASTEC Badminton
2 Center‖ memiliki sarana utama sebagai ajang pertandingan dalam semua skala pertandingan, dengan sarana pendamping seperti museum history, café, juga retail. ― ASTEC Badminton Center‖ diharapkan menjadi tempat yang dapat menjadi suatu sarana yang identik dengan para pengguna bangunan serta peng-hobi olahraga bulutangkis, dan menjadi salah satu bangunan GOR bulutangkis dengan standar internasional yang berada di kota Surabaya. Dalam bangunan ― ASTEC Badminton Center” diharapkan mampu mempunyai ciri khas yang menonjol untuk dapat menarik minat masyarakat, serta mampu menjadi penggerak awal perkembangan bangunan GOR bulutangkis, sehingga konsep yang ditampilkan dengan beberapa tinjauan adalah Neo Transformation. Hubungan antara konsep dengan obyek desain ini adalah keterkaitan antara olahraga bulutangkis, serta tempat berlangsungnya pertandingan, yaitu GOR bulutangkis, dengan corporate image ASTEC, dan transformasi karakter pukulan ― smash” yang merupakan aspek dalam olahraga bulutangkis, dengan gaya desain streamline, yang merupakan gaya desain dengan karakter permainan garis. C. Eksisting Rencana bangunan untuk desain ― ASTEC Badminton Center‖ membutuhkan tempat yang luas dan bangunan yang representative untuk menarik minat pengguna dan konsumen. Bangunan yang menjadi pilihan serta memenuhi kriteria tersebut adalah ― Surabaya Extreme Sport Center‖ yang merupakan tugas akhir dari Rahmat Nur Albanna jurusan Arsitektur - ITS dan sekaligus menjadi eksisting dalam desain interior. Lokasi bangunan terletak di kawasan jalan lingkar ( jl. Babatan No. 6 ) tepatnya di kawasan Graha Family Surabaya.
Gambar. 2. Bird Eye Bangunan ― Surabaya Extreme Sport Center‖ Sumber : Albanna N. Rahmat, Surabaya Extreme Sport Center, 2010, Surabaya.
III. METODOLOGI DESAIN A. Metodologi
Skema. 1. Mind Maping Metodologi Sumber : Data Penulis
Dalam tahap pengumpulan data tersebut dilakukan dalam beberapa metode, yaitu : - Observasi Lapangan (langsung) Studi ini dilakukan pada beberapa tempat yang sangat berkaitan dengan obyek utama maupun obyek pendamping. - Wawancara 1. Pemain/atlit Wawancara diakukan untuk mengetahui tentang : 1. Mengenai perkembangan bulutangkis Indonesia dari sudut pandang seorang pemain. 2. Kebutuhan serta fasilitas bagi pemain. 3. Karakteristik pemain yang berkaitan dengan kebutuhan ruang. 4. Keinginan pemain mengenai rancangan arena pertandingan dan fasilitas pendamping. 5. Tingkat kenyamanan dalam bertanding juga berlatih dalam pandangan pemain. 2. Managemen GOR Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang : 1. Konsep rancangan bangunan GOR. 2. Standar dan peraturan yang harus diperhatikan dalam merancang GOR. 3. Kelebihan dan kekurangan mengenai rancangan GOR. 4. Kebutuhan fasilitas pertandingan serta pelatihan. 5. Permasalahan yang ada pada saat ini. 3. Pelatih Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang : 1. Pendapat pelatih terhadap bulutangkis. 2. Keinginan pelatih mengenai kebutuhan fasilitas dalam sebuah GOR.
3 4. Konsumen/penonton Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang : 1. Pendapat masyarakat terhadap bulutangkis. 2. Segmentasi pengunjung. 3. Keinginan pengunjung mengenai kebutuhan fasilitas dalam sebuah GOR. 5. ASTEC - Surabaya Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang : 1. Company Profile. 2. Corporate Image. 3. Karakteristik perushaan. 4. Bentuk bangunan dan interior. 5. Karakteristik pengguna. 6. Program ruang. 7. Sistem kerja.
IV. PEMBAHASAN A. Analisa Obsevasi Lapangan Data hasil observasi ini meliputi foto-foto yang ditujukan sebagai bahan analisa dari kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam penyusunan obyek desain interior ini. Adapun tempat tujuan observasi ini adalah : 1. GOR Soedirman – Surabaya
- Kuisioner
Kuesioner secara langsung kepada masyarakat untuk mengetahui tanggapan, fasilitas dan keinginan masyarakat dalam bangunan GOR.
- Studi Literatur Studi literatur merupakan data sekunder yang didapatkan dari pihak yang tidak berkaitan langsung dan didapatkan dengan jalan menghimpun data yang ada dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan sumber perolehan data. Pencarian data diperoleh dari Jurnal, buku, laporan penelitian, internet, koran dan majalah.
Tabel 1 : Analisa Observasi GOR Soedirman Sumber : Data Penulis
B. Analisa Wawancara Pada tahapan pencarian data lapangan wawancara, beberapa sumber telah ditentukan sebagai sumber dari obyek desain ini, yang mengerti serta memahami seluk beluk dari olahraga bulutangkis, hingga sebuah GOR bulutangkis. Berikut rekap hasil wawancara yang telah berhasil dilakukan : 1. Pengurus GOR – Ibu Endah, Kepala Administrasi GOR Soedirman, Surabaya Kesimpulan wawancara dengan pengurus GOR adalah : Mulai banyaknya fasilitas GOR diseluruh daerah di Surabaya. Mulai berkurangnya pengunjung, mengingat event yang diadakan bukan dalam skala internasional. Fasilitas sangat perlu adanya perbaikan kearah yang lebih memenuhi standar, mengingat banyaknya atlit berbakat yang ada pada saat ini. Meskipun tidak dalam waktu dekat, karena fasilitas pada saat ini masih memenuhi.
4 2. Pelatih – Bapak Ferry Stewart, Pelatih Atlit Nasional Surabaya, PBSI Surabaya Kesimpulan wawancara dengan pelatih sebagai berikut : Sarana dan prsarana pelatihan perlu lebih dimajukan, bukan hanya pembentuk fisik, melainkan juga mental. Karena mental juga perlu adanya pelatihan agar dapat terwujud atlit juara. 3. Managemen PBSI – Bapak Nanang, Sekertaris 2 PBSI Surabaya Kesimpulan wawancara dengan managemen PBSI adalah : Perlu adanya pembibitan secara terpusat, yang di danai dari pemerintah maupun yang lain, karena pendanaan sangat perlu untuk kemajuan pembentukan atlit. Fasilitas bangunan GOR belum terpenuhi untuk wilayah kota Surabaya, sebagai kota terbesar no.2 setelah Jakarta, sangat sangat minim jika hanya ada satu GOR yang bisa memenuhi standar untuk berjalanya suatu ajang pertandingan. Perlu adanya standarisasi dalam bangunan GOR di Surabaya. 4. Corporate ASTEC – Bapak Anis Johan, Kepala Distributor Cabang Surabaya Kesimpulan dari wawancara dengan corporate ASTEC : Antusias serta fasilitas bangunan GOR sudah mencukupi untuk wilayah Surabaya. Perlu adanya pendidikan terpusat untuk pembentukan atlit. ASTEC siap menjadi corporate yang terkenal oleh Indonesia. C. Analisa Kuisioner Data kuesioner ini akan ditampilkan dengan diagram lingkaran, yang mana berisikan jawaban dari angket yang telah disebar ke masyarakat Surabaya, rencana angket disebar adalah 100 buah, namun hanya 68 angket yang tersebar, dan hanya 38 angket yang memenuhi standar untuk dianalisa atas dasar kelayakan dari pemberian jawaban. Sehingga dengan 38 angket tersebut, dirasa sudah cukup untuk mewakili pendapat masyarakat umum. V. KONSEP DESAIN
Dari skema konsep desain di atas, dapat terlihat ditemukan acuan-acuan yang akan digunakan untuk mempermudah proses mendesain nantinya. Yaitu antara lain : Tema : Karakter pukulan ― smah” menjadi tema yang terpilih pada obyek desain ini, yang mana sangat terkait dekat dekat dengan obyek desain ini, yaitu GOR bulutangkis. Gaya : Karakter gaya desain streamline menjadi ide transformasi dari alur pukulan “smash” , yang diharapkan pada obyek desain ini menjadi suatu ciri khas baru pada suatu konsep desain. Konsep Desain : Konsep dynamic transformation menjadi kata kunci dalam konsep desain, yang mana dimaksudkan dengan mentrasformasikan karakter tema dengan karakter gaya desain yang terpilih.
B. Hubungan Ruang
Diagram 1 : Bubble Diagram Sumber : Data Penulis
Dengan menggunakan Bubble Diagram, terlihat bahwa area pertandingan menjadi pusat dari terhubungnya ruang-ruang yang lain, yang diharapkan tidak terjadinya penumpukan pengunjung pada suatu area, dan memudahkan pengurus untuk melakukan perawatan bangunan.
A. Konsep Desain C. Konsep Bentukan Konsep bentukan pada ― ASTEC Badminton Center‖ yaitu bagaimana meng-transformasi bentukan alur karakter pukulan ― smash‖ kedalam beberapa elemen interior dengan karakter gaya streamline. Bentukan akan berupa alur atau garis dari karakteristik dari pukulan ― smash‖. Sehingga diharapkan dapat menghasilkan bentukan yang baru yang dapat menarik minat penggunanya.
Skema 2 : Skema Konsep Desain Sumber : Data Penulis
5
Gambar. 3. Sketsa Geometri Alur Pukulan Smash Sumber : Data Penulis
D. Konsep Warna Konsep warna muncul dari konsep ini, muncul dari warna logo ASTEC, serta warna-warna dalam bulutangkis, dan juga warna dlam gaya streamline.
Gambar 4 : Logo ASTEC Sumber : Data Penulis
Gambar 8 : Perspektif Area Pertandingan Sumber : Data Penulis
Keterangan gambar ilustrasi : 1. Perkembangan transformasi konsep yang telah dibahas, menunjukan keterkaitan garis yang menciptakan hubungan dari 1 dengan yang lain. 2. Dari gambar tersebut yang merupakan poin utama adalah eksplorasi karakter smash yang tajam, dengan pengulangan garis dari karakter streamline menjadi bentuk 3d. Berikut gambar ruang 3D lainya :
Gambar 5 : Warna – Warna Logo ASTEC Sumber : Data Penulis
Gambar 6 : Warna – Warna Bulutangkis Sumber : Data Penulis
Gambar 9 : ASTEC MUSEUM Sumber : Data Penulis
Gambar 7 : Warna – Warna Streamline Sumber : Data Penulis
E. Konsep Material Konsep material pada elemen interior menggunakan beberapa jenis material glossy, seperti : 1. Panel Aluminium. 2. Kromium berlapis logam. 3. Panel Plastik. 4. Vinnyl
Gambar 10 : ASTEC STORE Sumber : Data Penulis
Penerapan konsep material yang dipakai akan berbeda pada tiap-tiap ruang tergantung kebutuhan dan sebagai pertimbangan elemen estetika pada tiap ruang itu sendiri. Pemilihan material di dasarkan pada gaya desain streamline yang banyak menggunakan material glossy.
Gambar 11 : ASTEC CAFE Sumber : Data Penulis
6 interior yang memiliki gaya karakter yang tidak mudah ditemui di tempat lain, serta dapat menyajikan kesan yang selalu diingat oleh pengunjung yang pernah mengunjungi bangunan ini. UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 12 : CAFÉ Chair Sumber : Data Penulis
Keterangan gambar ilustrasi : 1. Perkembangan transformasi dari café chair adalah transformasi dari shuttlecock yang di tarik garis lurus dan berulang. 2. Dari gambar tersebut yang merupakan poin utama adalah eksplorasi karakter smash yang tajam dan keras, yang diterapkan pada kursi café. VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan - ‖ASTEC Badminton Center‖ merupakan tempat pertandingan bulutangkis, yang memungkinkan untuk dipakai dalam event nasional hingga internasional. Dengan penambahan daya tarik berupa fasilitas seperti café, museum, dan retail. - Perencanaan desain ‖ASTEC Badminton Center‖ merupakan sebuah inovasi baru bagi dunia olahraga bulutangkis, khususnya bangunan GOR bulutangkis. - Hadirnya desain pukulan ― smash‖ yang dipadukan dengan gaya streamline, diharapkan dapat menjadi ciri khas bagi pengguna serta pengunjung yang hadir dalam GOR tersebut. Dengan kata kunci konsep “Dynamic Transformation‖, diharapkan mampu meningkatkan nilai jual dari bangunan GOR Bulutangkis. Penerapan tema yang didasarkan pada apa yang ada dalam olahraga bulutangkis itu sendiri, diharapkankan menjadi kunci semangat dalam aktivitas didalam bangunan. B. Saran Dalam perhelatan ekonomi yang kian pesat kreativitas para praktisinya sangat diperlukan, dalam bisnis properti juga tidak bisa luput dari inovasi yang terus berkesinambungan. Pada pertumbuhan kreatifitas dan seni di Surabaya yang kian pesat maka inovasi dengan ide-ide baru sangat penting untuk menciptakan obyek yang nyaman dan memiliki nilai jual yang tinggi. Penulis mencoba mengangkat perubahan fungsi dari bangunan GOR olahraga bulutangkis, sehingga kelak pengunjung yang menikmati desain interior ‖ASTEC Badminton Center” dapat merasakan kekhasan karakter desain
Saya Fandi Firmansyah sebagai mahasiswa Desain Interior yang telah melakukan penelitian pada tugas akhir ini, saya ucapkan terima kasih pada Allah SWT yang Maha Esa, kedua orangtua saya. Terima kasih kepada Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Ketua jurusan desain produk dan para dosen yang pembimbing dan pengajar saat awal kuliah hingga sekarang. Serta teman-teman seperjuangan TA.
DAFTAR PUSTAKA Purnomohadi, Sport Arena,. I-ARCH, 2008. Wakil Presiden Boediono, Hari Olahraga, KOMPAS, Sabtu 10 September, 2011. Ivan Aris Nugroho, Fasilitas Olahraga Bulutangkis Suryanaga, 2010. Hilda Multi Artarina, Surabaya Badminton Arena, 2010, Surabaya. Albanna N. Rahmat, Surabaya Extreme Sport Center, 2010, Surabaya. Dihlis Maulana, AHRS Extreme Arena, 2011, Surabaya. Amelia, Penerapan Ilmu Aerodinamika, UK Petra, 2010. Suratman, The Scond Graduate of Semarang State University, Semarang, 2003. D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York, New York: Maxmillan Publishing Company. Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn . Dasar Dasar Desain Interior Pelayanan Umum II, 2008. Dr. Dewanto, M. Pd. Dan Drs. Tarsis Tarmudji, Metode Statistika, Edisi Cetakan Pertama, 1995, Yogyakarta. Ivanovich Agusta, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Amiyella Endista, Pengumpulan Data. Nanang.R.Hidayat. Sekretaris II PBSI Surabaya. Deep Interview. 2011. Endah. Kepala Administrasi GOR Soedirman Surabaya. Deep Interview. 2011. Donald J. Bush, The Streamlined Decade. Oxford Dictionary. http://all-badminton.com/ http://www.pb-pbsi.org/ http://www.astec.co.id/about.html http://www.artikata.com/translate.php http://id.wikipedia.org/wiki/Streamline/ http://digilib.its.ac.id/ http://www.docstoc.com/ http://www.scribd.com/ http://newinteriordecorating.com/