AN NALISIS USAHAT U ERNAK AYAM A BR ROILER SELAM MA 35 HA ARI PEME ELIHARA AAN
S SKRIPSI WAHID IK KHSANI PU UTRA
DEPARTEMEN ILMU U PRODUK KSI DAN TE EKNOLOG GI PETERN NAKAN FAKULTA AS PETERN NAKAN INSTITUT PE ERTANIAN N BOGOR 2010 i
RINGKASAN Wahid Ikhsani Putra. D14061490. 2010. Analisis Usahaternak Ayam Broiler selama 35 Hari Pemeliharaan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D, M.Si. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S., M.S. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat yang selalu meningkat, akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan pangan hewani. Perlu adanya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu komoditas ternak yang cukup potensial dalam mencapai tujuan tersebut adalah ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler menjadi salah satu alternatif usaha yang bisa dijalankan dan cepat menghasilkan produk. Pemeliharaan usahaternak ayam broiler di kandang Blok B Fakultas Peternakan IPB, merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk belajar mengenai usahaternak bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja dan pasar global. Usahaternak ayam broiler harus berorientasi pada bisnis yang sustainable atau berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemeliharaan ayam broiler, dan menganalisa pemeliharaan ayam broiler tersebut dengan menggunakan analisis pendapatan dan analisis harga pokok produksi untuk mengetahui kondisi usahaternak yang dijalankan. Analisis harga pokok produksi digunakan untuk informasi dalam penentuan harga jual usahaternak ayam broiler yang dihasilkan, sedangkan analisis pendapatan digunakan untuk menganalisa kondisi usahaternak ayam broiler yang dijalankan. Penelitian dilakukan di Kandang Unggas (kandang blok B) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang beralamat di Desa Babakan RT 05 RW 10 Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan September 2009. Kegiatan ini dilaksanakan secara langsung dengan ikut melakukan proses manajerial, teknis maupun pengawasan terhadap usahaternak yang dipelihara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan dengan menggunakan sistem pemeliharaan all in all out secara intensif. Tata laksana manajemen yang diterapkan dibedakan menjadi 4 bagian yaitu : 1) masa kosong kandang atau persiapan kandang, 2) persiapan DOC masuk, 3) pemeliharaan ayam broiler sampai dengan umur panen, 4) masa panen. Pembagian tata laksana ini ditujukan agar memudahkan manajemen dalam setiap periode. Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen biaya produksi terbesar adalah biaya pakan yang mencapai 75,55%, biaya pakan merupakan komponen utama dalam pemeliharaan ayam broiler. Komponen biaya produksi terbesar berikutnya yaitu biaya bibit atau DOC, yaitu sebesar 19,07%. Pakan dan bibit merupakan komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan di suatu peternakan. Pendapatan bersih yang didapatkan dalam usahaternak ini bernilai negatif, artinya usahaternak yang dijalankan dalam keadaan rugi, sebesar Rp927.531,3. Kerugian ini dikarenakan tidak tercapainya efisiensi ekonomi. Jumlah ayam yang dipelihara tidak efisien, dalam hal ini belum mencapai skala usaha ekonomis. Nilai harga pokok produksi yang ditentukan dengan metode full costing dalam usahaternak ayam broiler pada satu kali periode menunjukkan nilai yang tinggi yaitu Rp6.287.031,3 atau Rp27.454,28 per ekornya. Harga pokok produksi ii
dengan metode variable costing didapatkan sebesar Rp5.348.531,3 atau Rp23.356,03 per ekornya. Biaya pokok produksi tertinggi digunakan untuk biaya pakan. Berdasarkan metode variable costing peternak harusnya menjual ayam broiler hidup per kg dengan harga Rp13.779,63 atau Rp24.356,03 per bobot hidup ayam broiler. Berdasarkan metode full costing peternak harusnya menjual ayam broiler hidup per kg dengan harga Rp16.022,05 atau Rp28.454,28 per bobot hidup ayam broiler. Namun dalam kenyataannya peternak harus mengikuti harga pasar yang nilainya di bawah dari nilai harga jual tersebut, sehingga peternak mengalami kerugian. Kata-kata kunci : budidaya ayam broiler, analisis pendapatan usahaternak, analisis harga pokok produksi
iii
ABSTRACT The Economic Analysis of Broiler Farm Putra, W.I., L. Cyrilla., and H.S. Iman Rahayu The growth of people population could increase the demand of poultry products. Productivity of poultry products must be increased to solve this problem. Broiler farm was one alternative that could produce broiler products in a short time. The objective of this study was to analize the cost of broiler production and calculate the income of bussines broiler farm. The study has been done in July to September 2009. This study takes place in Block B poultry area at Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agriculture University. The data then analized with descriptive analysis, the income analysis and cost of broiler production method. The actual selling price of the broiler products was Rp12.500,00/kg, but the selling price from the cost of broiler production analysis was Rp15.022,5/kg for full costing method and Rp12.779,63/kg for variable costing method. The income of the bussines broiler farm was Rp927.531,3 but that value was negatif. The results of this study showed that the business of broiler farm got financial loss, because the cost of broiler production was higher than the sale price in the market. Keywords: broiler, cost of broiler production, the income of broiler farm
iv
ANALISIS USAHATERNAK AYAM BROILER SELAMA 35 HARI PEMELIHARAAN
WAHID IKHSANI PUTRA D14061490
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 v
Judul
: Analisis Usahaternak Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan
Nama
: Wahid Ikhsani Putra
NIM
: D14061490
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D, M.Si.) NIP. 19630705 198803 2 001
(Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu HS, M.S.) NIP. 19590421 198403 2 002
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 29 Juli 2010
Tanggal Lulus : 6 Juli 2010
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Wahid Ikhsani Putra, lahir di Boyolali, tepatnya pada tanggal 26 Juni 1988. Penulis adalah anak dari pasangan Nurmudi, S.Pd.I dan Sumiyati, S.Pd.SD. Penulis merupakan Kakak dari Miftah Rasyid S dan Uswatun Hasanah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 2000 di SDN Banyuagung I Surakarta, pendidikan lanjutan menengah pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2003 di SMP Al Muayyad, Mangkuyudan Surakarta, dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan tahun 2006 di SMA Al Muayyad Mangkuyudan Surakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor tahun 2007. Selama mengikuti jenjang pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi dari kegiatan kemahasiswaan, meliputi sekretaris BPH OSIS SMP peridode 20012002, Menteri Departemen Pendidikan OSIS SMA periode 2003-2004, salah satu pelopor terbentuknya FOKUS (Forum Komunikasi Santri Se-Surakarta) 2003-2004, Sekretaris Jendral OSIS PUSAT periode 2004-2005, Kepala Bagian Humas Fokus 2004-2005, Ketua Umum Teater Kandang Fapet IPB periode 2007–2009, Menteri Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan IPB periode 2007-2008, serta Ketua Profesi bagian perunggasan Himaproter (Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan) Fapet IPB periode 2008-2009. Penulis juga aktif mengikuti pelatihan dan seminar diantaranya Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan pada tahun 2007, Stadium General MK Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun 2008, Seminar Nasional Peternakan 2009 serta Studium General “Peningkatan Softskill” tahun 2009. Bogor, Juli 2010 Penulis
vii
KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang pantas penulis tuliskan di lembar ini kecuali puji syukur pada Illahi Rabby, Tuhan yang merajai langit dan Bumi. Atas kehendak dan petunjuk Nya penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Usahaternak Ayam Broiler dalam 35 Hari Pemeliharaan. Sebuah karya ilmiah yang bagi penulis bukan sekedar sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Peternakan belaka, namun lebih sebagai anugerah dari Allah SWT yang mengajarkan umat manusia melalui utusanNya Khair Al Anam Muhammad SAW di berbagai bidang ilmu sehingga mereka terangkat derajatnya. Skripsi ini merupakan hasil studi di usahaternak ayam broiler, baik dalam aspek teknis maupun ekonomisnya. Sehingga diharapkan adanya tulisan ini dapat memberikan ide alternatif dan solusi dalam berwirausaha mandiri untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dan pasar global. Selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini bukan berarti penulis telah menyempurnakan tugas akhirnya. Penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi mencapai kebenaran. Semoga semua yang tertuang dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................... Tujuan .................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
3
Usaha Peternakan Ayam Broiler ......................................................... Karakteristik Ayam Broiler............................................................. .... Faktor-Faktor Produksi ....................................................................... Bibit Ayam .......................................................... .................... Ransum ................................................................................... Obat-obatan dan Vaksin........................................................... Tenaga Kerja ............................................................................ Kandang .................................................................................. Peralatan................................................................................... Karkas Ayam Broiler .......................................................................... Biaya ................................................................................................... Analisis Pendapatan Usahaternak ....................................................... Penerimaan .............................................................................. Pengeluaran ............................................................................. Pendapatan .............................................................................. Harga Pokok Produksi ......................................................................... Metode Penentuan Harga Pokok Produksi .............................
3 4 6 6 7 8 8 9 10 11 12 13 14 14 15 16 17
MATERI DAN METODE ..............................................................................
18
Lokasi dan Waktu ............................................................................... Materi .................................................................................................. Ternak ..................................................................................... Ransum .................................................................................... Vitamin dan Vaksin .................................................................
18 18 18 18 18 ix
Kandang .................................................................................. Prosedur .............................................................................................. Analisis Data ........................................................................................ Analisis Deskriptif ................................................................... Analisis Pendapatan (π) ........................................................... Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) ......... Analisis Harga Pokok Produksi ..............................................
18 19 19 19 20 21 21
KONDISI UMUM LOKASI ...........................................................................
23
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
25
Manajemen Budidaya Ayam Broiler .................................................. Masa Kosong Kandang ........................................................... Persiapan DOC Masuk ............................................................ Masa Pemeliharaan ................................................................. Masa Panen ............................................................................. Penggunaan Input Produksi ................................................................ Input Produksi Tetap ............................................................... Input Produksi Variabel .......................................................... Komposisi Biaya ................................................................................. Penerimaan Usahaternak Broiler ........................................................ Pendapatan .......................................................................................... Harga Pokok Produksi ........................................................................ Metode Full Costing ............................................................... Metode Variable Costing ........................................................ Harga Jual .........................................................................................
25 25 26 27 28 29 29 30 34 36 37 40 40 42 43
KESIMPULAN .............................................................................................
45
Kesimpulan ......................................................................................... Saran ....................................................................................................
45 45
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
47
LAMPIRAN ....................................................................................................
50
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Ransum BR1 PC 100 dan BR1 CP BR 11 .....................
31
2. Rataan Jumlah Ayam yang Dijual, Jumlah Ransum yang Dikonsumsi, Bobot Jual, dan Mortalitas Selama Pemeliharaan .............................
32
3. Persentase Komposisi Biaya Tetap yang Dikeluarkan .......................
34
4. Persentase Komposisi Biaya Variabel yang Dikeluarkan ...................
35
5. Daftar Penjualan Ayam .......................................................................
36
6. Total Penerimaan Usahaternak Ayam Broiler ....................................
36
7. Pendapatan, Margin Kotor, dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Broiler Selama Pemeliharaan ..............................................................
37
8. Persentase Komposisi Biaya yang Dikeluarkan Sampai Penjualan Dalam Bentuk Karkas .........................................................................
39
9. Daftar Penerimaan dalam Bentuk Karkas ...........................................
39
10. Pendapatan, Margin Kotor, dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Broiler Selama Pemeliharaan ..............................................................
40
11. Harga Pokok Produksi Usahaternak Ayam Broiler dengan Metode Full Costing ....................................................................................
41
12. Harga Pokok Produksi Usahaternak Ayam Broiler dengan Metode Variable Costing ............................................................................
42
13. Perhitungan Harga Jual Per Ekor Berdasarkan HPP ..........................
43
14. Perhitungan Harga Jual Per Kg Berdasarkan HPP ..............................
43
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Gambar Perkandangan dan Lingkungan Sekitar Kandang .................
51
2. Gambar Infrastruktur di Lokasi Penelitian ..........................................
52
3. Gambar Kegiatan Desinfeksi dan Pemeliharaan ................................
53
4. Standar Broiler Jumbo 747 ..................................................................
54
5. Perhitungan Aspek Teknis Pemeliharaan ...........................................
55
6. Perhitungan Analisis Pendapatan Usahaternak ..................................
56
7. Perhitungan Analisis Harga Pokok Produksi ......................................
57
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa melalui penyediaan protein hewani. Rahardi dan Hartono (2003), menyatakan bahwa peternakan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kebutuhan protein hewani yang berasal dari telur, daging dan susu. Kesadaran akan pentingnya kebutuhan pangan yang bernilai gizi tinggi merupakan salah satu indikator dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta untuk menciptakan generasi muda penerus bangsa yang sehat dan cerdas. Pembangunan sektor peternakan juga diharapkan mampu meningkatkan devisa dan memperluas lapangan kerja, sehingga pada masa yang akan datang dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan dan perekonomian bangsa. Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan pangan hewani. Perlu adanya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu komoditas ternak yang cukup potensial dalam mencapai tujuan tersebut adalah ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler menjadi salah satu alternatif usaha yang cepat menghasilkan produk dan memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut adalah laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang singkat dan dapat dimulai dengan jumlah modal yang dimiliki baik dalam usaha sambilan ataupun usaha pokok. Pemeliharaan usahaternak ayam broiler di kandang Blok B Fakultas Peternakan IPB, merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk belajar mengenai usahaternak bagi mahasiswa. Sebagai salah satu usahaternak ayam broiler bagi mahasiswa, usaha ini harus berorientasi pada bisnis yang sustainable atau berkelanjutan. Usaha tersebut dijalankan tentunya dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kemampuan baik secara teknis maupun ekonomis. Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu usaha bisnis tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan dan metode harga pokok produksi. Analisis tersebut dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perubahan-perubahan biaya variabel ataupun tetap yang dapat berpengaruh pada finansial usahaternak yang dilakukan. Upaya usahaternak untuk 1
mencapai keuntungan dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Penelitian ini lebih difokuskan untuk melihat kondisi usahaternak pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap komponen-komponen biaya produksi. Penerapan manajemen yang baik dilakukan agar pengawasan usaha dapat lebih mudah, sehingga efisiensi usaha dapat tercapai dan dapat memberikan harga yang berdaya saing tinggi di pasar tanpa mengurangi kualitas produksinya. Upaya untuk mencapai keuntungan dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan menggunakan analisis pendapatan dan harga pokok produksi, dapat diketahui strategi yang tepat agar suatu usaha dapat mencapai keuntungan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari manajemen pemeliharaan dalam beternak ayam broiler.
2.
Menganalisis pendapatan usahaternak ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari.
3.
Menganalisis harga pokok produksi usahaternak ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari.
2
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.362/Kpts/tn.120/5/1990 yang dimaksud peternakan rakyat adalah usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan dengan ciri-ciri antara lain: (1) skala usahanya kecil, (2) masih produksi rumah tangga, (3) dilakukan sebagai usaha sambilan,
(4)
menggunakan
teknologi sederhana sehingga
produktivitasnya rendah dan mutu produk bervariasi, dan (5) bersifat padat karya dan berbasis organisasi kekeluargaan (Departemen Pertanian, 1990). Berdasarkan Undang-Undang Peternakan No. 6 Tahun 1967, usaha peternakan diselenggarakan dalam bentuk: (1) peternakan rakyat, yaitu peternakan yang dilakukan oleh rakyat antara lain petani di samping usaha pertaniannya: dan (2) perusahaan peternakan, yaitu peternakan yang diselenggarakan dalam bentuk suatu perusahaan secara komersial. Surat keputusan Menteri Pertanian No.472/Kpts/TN.330/6/96 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras, menetapkan bahwa usaha peternakan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha kecil peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor ayam pedaging per siklus. Usaha kecil adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya tidak melebihi dari 65.000 ekor per siklus. Perusahaan peternakan adalah perusahaan budidaya ayam broiler yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per siklus (Suharno, 2002). Suharno (2004) menyatakan bahwa pada prinsipnya, manajemen usaha ayam broiler dibagi menjadi manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan. Selanjutnya dikatakan bahwa menajemen produksi mencakup tiga fungsi, yaitu; (1) perencanaan, dimana pada tahap ini harus ditentukan komoditi ternak yang diusahakan, alasan memilih komoditi tersebut, lokasi peternakan, waktu pelaksanaan usaha, siapa yang melaksanakan dan tata cara pelaksanaannya; (2) pengorganisasian, merupakan pelaksanaan dari fungsi perencanaan yaitu pengusaha harus mampu mengorganisir karyawan dan ternaknya; dan (3) pengawasan dan evaluasi. Menurut Rasyaf (2002), aktivitas suatu usaha peternakan ayam broiler dibagi dua berdasarkan sumber utamanya, yaitu ternak sebagai alat produksi dan manusia 3
sebagai pengatur ternak. Menurut Cahyono (2004), suatu usaha peternakan dikatakan berhasil apabila peningkatan produksi per satuan luas dan perolehan pendapatan secara maksimal dapat tercapai dari ternak yang dibudidayakan. Keberhasilan usaha ini akan terwujud apabila sumber daya manusia sebagai pelaku utama di dalam proses produksi biologis ini menguasai teknologi dengan baik, karena unsur teknologi merupakan kunci utama yang berperan dalam meningkatkan usaha peternakan yang lebih maju dan efisien, sehingga dengan penggunaan teknologi dapat diperoleh produksi yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas. Karakteristik Ayam Broiler Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan (Cahyono, 2004). Menurut Rismarini et. al., (2006) ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produksi tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler merupakan ayam yang telah mengalami seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih efisien dan produksi daging tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Amrullah (2004), ayam broiler adalah ayam yang mempunyai ciri khas yaitu tingkat pertumbuhannya yang cepat sehingga dalam waktu singkat sudah dapat dipasarkan kepada konsumen. Pada umur 4 minggu ayam sudah dapat dipasarkan dengan bobot badan kira-kira 0,8-1,0 kg, bahkan terkadang bisa lebih dari itu. Keunggulan dari ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan, meliputi pakan, temperatur lingkungan dan cara pemeliharaan atau manajemen. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Fadilah (2004) menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. 4
Menurut Cahyono (2004), ayam broiler yang dikembangkan di Indonesia pada umumnya merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas tinggi, yang pembiakannya dilakukan di negara-negara maju. Jenis yang dihasilkan dari pembiakan tersebut adalah sudah merupakan final stock. Sehingga bibit DOC (Day Old Chick) dari final stock tersebut hanya diternakkan untuk memproduksi atau menghasilkan daging saja, tidak bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan telur-telur tetas atau bibitbibit baru. Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya tiap strain atau galur diberi nama tersendiri sesuai dengan perusahaan pembibitan (breeding farm) yang membentuk atau memproduksi strain final stock yang bersangkutan, sehingga dikenal berbagai macam galur atau strain ayam broiler yang beredar di pasaran. Jenis strain yang beredar memiliki daya produktivitas relatif sama, artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak signifikan atau sangat kecil sekali. Cahyono (2004) menyatakan bahwa besarnya keuntungan yang didapat diperoleh dari beternak ayam broiler ini cukup besar antara lain adalah: (a) ayam broiler mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang yang sangat cepat, sehingga perputaran modal juga lebih cepat; (b) pada lahan yang tidak luas sudah bisa untuk beternak ayam broiler dalam jumlah banyak dengan perolehan pendapatan yang cukup tinggi; (c) ayam broiler memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap pembentukan daging dengan konversi pakan yang kecil; (d) cara pemeliharaan ayam broiler tidak sulit; (e) limbah berupa kotoran ayam merupakan tambahan pendapatan; (f) jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak banyak, satu orang tenaga kerja mampu menangani sejumlah 2.000 ekor; dan (g) bulu ayam juga merupakan nilai tambah bagi usaha peternakan ayam. Menurut Saragih (2000), bisnis ayam broiler memiliki karakteristik dasar sebagai berikut; (1) bisnis ayam broiler didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan dan produksi ayam broiler memiliki sifat pertumbuhan yang tergolong cepat; (2) produktivitas ayam broiler sangat tergantung pada pakan yang baik secara teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang efisien); dan (3) produk akhir (final product) dari agribisnis ayam broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai ke hilir, dimana produk antara merupakan makhluk biologis bernilai ekonomi tinggi berupa ayam broiler. 5
Faktor-Faktor Produksi Rasyaf (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam produksi ayam broiler adalah DOC, ransum, obat-obatan, tenaga kerja dan kandang. Menurut penelitian Veranza (2004), pada usaha peternakan ayam broiler X di desa Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi input produksi yang digunakan dibagi menjadi dua, input produksi tetap dan input produksi variabel. Input produksi tetap yaitu kandang, tenaga kerja, dan peralatan. Input produksi variabel yaitu DOC, ransum, tenaga kerja tidak tetap, obat-obatan, sekam, dan bahan bakar (minyak tanah). Berdasarkan Gusasi dan Saade (2006) menyatakan bahwa yang termasuk input produksi tetap yaitu pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan kandang, peralatan, listrik, gaji tetap karyawan yang dinyatakan dalam satuan harga rupiah selama satu siklus pemeliharaan. Input produksi variabel adalah biaya bibit, pakan, obat-obatan, alas kandang, tenaga kerja, bahan bakar, rekening listrik, dan karung tempat kotoran yang semuanya dinyatakan dalam rupiah pada rata-rata setiap periode pemeliharaan. Bibit Ayam Menurut Fadillah (2004), kesuksesan beternak ayam broiler komersial tergantung dari kualitas DOC yang dipelihara. Jika DOC yang dipelihara berkualitas maka selama pemeliharaannya tidak akan mengalami kendala yang berarti sehingga performa yang dihasilkan tergantung dari faktor lingkungannya. Sebaliknya, jika yang dipelihara DOC berkualitas jelek, produksi yang dicapai tidak akan optimal walaupun faktor lingkungan yang diberikan sudah maksimal. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC antara lain ayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan; ukuran atau bobot ayam yaitu untuk bobot normal DOC sekitar 35-40 gram; anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak segar; DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat, tidak ada lekatan tinja di duburnya. Cahyono (2004) menambahkan bahwa pemilihan bibit harus memperhatikan syarat-syarat tertentu dari anak-anak ayam tersebut yang akan dipelihara dan dibesarkan lebih lanjut untuk tujuan komersial. Dengan menyeleksi anak ayam maka beberapa keuntungan dapat diperoleh selama dalam pemeliharaan selanjutnya, yakni; (a) 6
produksi yang dicapai dapat optimal karena tingkat mortalitas pada ternak ayam rendah; (b) memudahkan dalam pengelolaan karena anak-anak ayam yang dipelihara mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi baik terhadap kesehatan, ukuran besar dan jenisnya; (c) keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi; dan (d) dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. Hasil penelitian Isramadhani (2007) menunjukkan DOC yang digunakan pada perusahaan peternakan Sunan Kudus Farm (SKF) Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah strain Hubbard. Strain tersebut disuplai dari PT Metro. Harga DOC sepanjang tahun 2006 berfluktuasi. Harga DOC tertinggi terjadi pada periode bulan September-Oktober 2006 sebesar Rp4.028,00 per ekor. Ransum Menurut Rasyaf (2004), ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan tersebut memiliki nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari dari bahan makanan yang digunakan. Ransum ayam broiler di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua bentuk sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu ransum untuk ayam broiler masa awal (ransum starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (ransum finisher). Kedua ransum itu tampaknya sama, tetapi kandungan gizinya berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari empat minggu diberi ransum masa awal, sedangkan bila berumur empat minggu akhir diberi ransum masa akhir. Terdapat tiga macam bentuk fisik ransum, yaitu bentuk tepung komplit, bentuk butiran dan bentuk pecah. Ransum bentuk tepung komplit dapat digunakan untuk semua umur, mulai anak ayam broiler umur sehari hingga siap jual. harganya pun tidak terlalu mahal. Pellet atau ransum bentuk butiran hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan ukuran garis tengah 3,2 mm. Ransum bentuk butiran pecah atau biasa disebut crumble ini banyak digunakan untuk ayam broiler dan untuk semua umur (Rasyaf, 2004). Hasil penelitian Varenza (2004) menunjukkan bahwa usaha peternakan X menggunakan jenis ransum 201 C untuk strarter dan 202 C untuk finisher. Selanjutnya dinyatakan bahwa ransum yang digunakan selama 14 periode pemeliharaan adalah 490.450 kg untuk 179.500 ekor dengan FCR (Feed Convertion 7
Ratio) atau konversi ransum rata-rata sebesar 1,85 dan bobot jual rata-rata 1,59 kg/ekor. Hasil penelitian Taslukha (2007) pada usaha peternakan Sunan Kudus Farm unit Farm Jasinga dan Farm Gunung Bunder menunjukkan bahwa nilai FCR rata-rata yang dihasilkan farm yaitu sebesar 1,71 di Farm Jasinga dan di Farm Gunung Bunder selama lima minggu periode produksi. Obat-obatan dan Vaksin Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud disini adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan ternak yang terserang penyakit, vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit yang berasal dari virus, serta antibiotika dan vitamin dapat mendukung pertumbuhan ayam sehingga dapat tumbuh secara optimal (Rasyaf, 2004). Menurut Cahyono (2004) pemberian vaksin, vitamin, dan obat-obat antibiotik harus dilakukan secara teratur. Hal ini sangat penting sekali untuk mencegah berjangkitnya penyakit pada ternak ayam, terutama terhadap penyakit tetelo (penyakit ND) yang sangat membahayakan ternak dan penyakit gumboro. Lebih lanjut dijelaskan cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes mata, tetes hidung, injeksi atau suntik, atau dengan metode spray (penyemprotan halus). Sedangkan jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut; (1) umur ayam 3-4 hari diberikan vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberi 1 dosis, yakni 1 ml; (2) umur ayam 10 hari diberikan vaksin gumboro dengan dosis sesuai dengan anjuran; (3) umur ayam 21 hari vaksin ND strain F dan setiap ekor diberikan 1 dosis 1 (ml); dan (4) umur ayam 42 hari vaksin ND Strain K (Komarov). Hasil penelitian Verenza (2004) menyatakan bahwa vaksin yang digunakan di usaha peternakan X adalah vaksin DDIB, ND Lasota dan Gumboro B. Obat yang diberikan adalah Coliquin yang berfungsi untuk melancarkan pencernaan, Trimezyn dan Ampicol untuk memperlancar pernafasan, Neomeditril untuk memperlancar pernafasan dan pencernaan. Vitamin yang diberikan adalah Vitastress untuk mencegah stres pada ayam. Obat-obatan tersebut dibeli dari PT. Medion. Tenaga Kerja Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam broiler sebenarnya bukan padat karya dan juga tidak selalu padat modal. Peternakan ayam broiler mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti 8
vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga antara lain; tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, tenaga harian lepas dan kontrak. Tenaga kerja pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat otomatis) untuk 2.000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian ransum dan minum secara otomatis) maka untuk 6.000 ekor cukup satu orang dewasa sebagai tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di kandang. Selain itu perlu tenaga kerja bantu umum untuk vaksinasi, pengaturan ransum dan kegiatan lainnya. Fadillah (2005) menyatakan bahwa cara kerja tenaga kerja di peternakan ayam sangat berbeda dengan cara kerja di Industri karena karyawan tidak terikat waktu kerja dan yang dipelihara berupa benda hidup, sehingga harus selalu siaga jika sewaktu-waktu ada masalah. Selanjutnya dikatakan dalam suatu peternakan ayam broiler dibutuhkan beberapa bidang fungsional yang terdiri dari pimpinan, bagian pengadaan, bagian produksi, bagian administrasi, bagian umum, bagian keamanan dan karyawan kandang. Kandang Menurut Cahyono (2004), dalam pengadaan kandang, hendaknya kandang dibangun sesuai dengan kebutuhan dan sesuai bagi kehidupan ayam yang akan dipelihara agar ayam dapat hidup nyaman, tenang dan terpelihara kesehatannya sehingga produktivitas ayam dalam menghasilkan daging dapat ditingkatkan, yang berarti dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Mulyono (2001) menyatakan bahwa syarat-syarat kandang yang baik yaitu kandang harus cukup mendapat sinar matahari, kandang harus cukup udara segar, posisi kandang terletak pada tanah yang sedikit lebih tinggi dan dilengkapi saluran drainase yang baik, kandang tidak terletak pada lokasi tanah yang sibuk dan gaduh mengingat ayam mudah stres, ukuran dan luas kandang disesuaikan dengan jumlah dan umur ayam. Cahyono (2004) menambahkan bahwa kandang sebagai tempat tinggal ayam mempunyai fungsi lain yang sangat vital bagi usaha peternakan, yaitu; (a) dapat melindungi ternak dari hewan-hewan pemangsa; (b) dapat melindungi ternak dari cuaca buruk; (c) dari segi keamanan dapat lebih terjamin, terutama terhadap pencurian yang dilakukan manusia; (d) dapat mencegah hilangnya ternak karena berkeliaran kemana-mana apabila tidak dikandangkan; (e) tempat untuk tidur dan beristirahat; (f) 9
mempermudah pemeliharaan; (g) memudahkan seleksi terhadap ayam-ayam yang kurang baik pertumbuhannya; (h) memudahkan panen atau memungut hasil; (i) dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan ternak lebih baik karena dengan cara dikandangkan, ternak tidak banyak bergerak sehingga energinya dapat digunakan secara maksimal untuk metabolisme tubuh. Menurut Rasyaf (2004), dari hasil penelitian di Indonesia ternyata antara kepadatan 8, 9, 10, dan 12 ekor ayam per m2 tidak berbeda. Dapat diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran pantai kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor/m2, sedangkan untuk dataran tinggi atau daerah pegunungan dapat digunakan 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata 10 ekor/m2. Peralatan Ayam yang dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan secara terus menerus sepanjang hari, maka untuk menunjang keberhasilan produksi diperlukan peralatan-peralatan teknis yang memadai, seperti tempat ransum dan minum, alat pemanas dan peralatan lainnya. 1. Tempat Ransum dan Minum Fadillah (2004) menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan pekerjaan sehari-hari adalah tata letak tempat ransum, keadaan tempat ransum dan isi ransum. Tempat ransum ada yang diletakkan dalam satu baris atau diletakkan berselang-seling dengan tempat minum. Kebutuhan tempat ransum dan minum tergantung dari jumlah ayam yang dipelihara dan umur ayam. Pemeliharaan awal dengan jumlah ayam 500 ekor, diperlukan tempat ransum sejumlah 10 buah dan tempat minum sebanyak 12 buah, sedangkan pada pemeliharaan akhir dengan jumlah ayam 500 ekor diperlukan tempat ransum 14 buah dan tempat minum 16 buah (Cahyono, 2004). Hasil penelitian Isramadhani (2007) menyatakan bahwa usaha peternakan SKF menggunakan perbandingan tempat ransum dan minum sebesar 1:1 koefisien teknis per 1000 ekor ayam membutuhkan 30 tempat ransum dan 30 tempat minum. 2. Alat Pemanas Alat pemanas (brooder) berfungsi sebagai induk buatan yang memberi kehangatan anak ayam (DOC). Alat ini digunakan untuk pemeliharaan masa awal (starter) yang berlangsung selama 12-15 hari dimana anak ayam masih memerlukan 10
pemanasan dalam hidupnya. Salah satu alat pemanas yang dapat digunakan yaitu Gasolec. Sumber panas pada Gasolec berasal dari gas, oleh karenanya penggunaannya harus dilengkapi dengan tabung gas. Alat pemanas ini hendaknya diletakkan di tengah dengan ketinggian 1,3-1,5 meter dari permukaan litter (alas sekam) (Cahyono, 2004). Fadillah (2004) mengungkapkan bahwa jika pemanas menggunakan semawar, maka sebaiknya diletakkan pada ketinggian 50-75 cm di atas sekam. Panas yang dihasilkan bisa diatur dengan cara mengubah posisi tempat minyak tanah. Tempat minyak tanah diletakkan lebih tinggi dari semawar. Semakin tinggi letak tempat minyak tanah, panas akan semakin besar, di tengahtengah setiap lingkaran pelindung dipasang lampu 25 watt. Pemakaian sumber panas dan alat pemanas tidak menjadi masalah bagi ayam, yang penting bisa memberikan kehangatan yang merata ke seluruh lingkaran. 3. Peralatan Lain Menurut Cahyono (2004) peralatan yang perlu disediakan untuk mendukung kelancaran usaha peternakan ayam broiler adalah sekop, ember, selang, kawat atau tali, alat-alat kesehatan, gayung dan lain-lain. Fadillah (2004) menambahkan bahwa peralatan lain yang dapat mendukung kelancaran usahaternak ayam broiler berhubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti drum air, ember, garpu, pembalik sekam dan gerobak pengangkut pakan. Karkas Ayam Broiler Berdasarkan SNI 01-3924-1995 karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam hidup, setelah dipotong, dihilangkan bulunya, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker). Berdasarkan cara penanganannya, karkas ayam broiler dibedakan menjadi; (a) Karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut; (b) karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera didinginkan setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi antara 40-50C; (c) karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 120C sampai dengan 180C. Ukuran karkas ditentukan berdasarkan bobotnya. Bobot karkas individual ditentukan oleh bobot karkas itu sendiri, berdasarkan pembagiannya dibedakan menjadi; (a) ukuran
11
kecil 0,8-1 kg; (b) ukuran sedang 1-1,3 kg; (c) ukuran besar 1,2-1,5 kg (SNI 013924-1995). Karkas utuh adalah karkas tanpa bulu, kepala, leher dan kaki (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Mc Nitt (1983), persentase bobot karkas ayam broiler yang normal berkisar antara 65-75% dari bobot hidup. Menurut Rasyaf (2001), karkas ayam adalah ayam yang sudah dikuliti tanpa ceker dan kepala. Karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam pedaging hidup, setelah dipotong, dibului, dikeluarkan jeroannya dan lemak abdominalnya, dipotong kepala, leher serta kedua kakinya (Hendranoto, 1993). Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu, serta organ dalam. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan pakan serta proses setelah pemotongan (Abubakar, 2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi karkas adalah pakan (Morran dan Orr, 1970). Thamrin (1984) persentase karkas ayam broiler yang diberi ransum dengan kandungan protein sebesar 23% mempunyai persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase karkas ayam broiler yang mendapat ransum dengan kandungan protein yang lebih rendah. Protein yang tinggi dalam ransum akan memproduksi jaringan-jaringan otot yang lebih baik. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan karena peningkatan bobot badan akan diikuti oleh peningkatan bobot karkas. Berat dan persentase karkas unggas mempunyai variasi yang luas. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh ukuran/besar unggas, tingkat kegemukan dan tingkat perdagingan yang melekat pada dada (Jull, 1979). Murphy dan Googwin (1978) berpendapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karkas diantaranya adalah bangsa dan jenis kelamin. Dikatakan juga bahwa bobot hidup, bobot karkas, dan bagian karkas pada ayam broiler jantan nyata lebih besar dari pada betina. Menurut Abubakar (2003), faktor yang menentukan nilai karkas meliputi bobot karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Biaya Boediono (2002) menyatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan 12
atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Daniel (2004) menyatakan biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun secara tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan peternakan terdiri dari biaya pakan, obatobatan, perlengkapan, tenaga kerja upahan, dan tenaga kerja keluarga. Menurut Rasyaf (2002), biaya tetap (Fixed Cost) pada peternakan ayam broiler adalah biaya yang tidak berubah dengan atau tidak adanya ayam di kandang, sedangkan biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah ayam yang dipelihara. Biaya ini antara lain biaya untuk DOC, ransum, pemeliharaan dan kesehatan. Sebagian besar dihabiskan untuk ransum, yaitu hingga 70% dari total biaya variabel. Menurut Agus et. al., (2006) biaya total usahatani adalah jumlah biaya-biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Studi kelayakan sebagai bagian dari ilmu evaluasi proyek adalah tahap awal pengkajian dari suatu usaha yang sedang berlangsung atau dalam suatu perencanaan. Analisis Pendapatan Usahaternak Analisis pendapatan memerlukan data penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenses) baik yang menyangkut tetap (fixed) maupun biaya operasi (operating expenses). Semuanya dalam perhitungan tunai (cash). Jumlah yang dijual (termasuk yang digunakan sendiri) dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima, itulah yang disebut penerimaan. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi hasilnya dinamakan pendapatan. Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak. Terdapat dua tujuan utama dari analisa pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan selain dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi 13
dan harga hasil produksi, juga dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak. Analisis usahatani meliputi perhitungan penerimaan dan pendapatan usahatani (Soekartawi, 2002). Penerimaan Menurut Key et al. (2004), penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama. Boediono (2002), menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan output yang diterima produsen dan jumlah penerimaan dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Penerimaan-penerimaan usahatani mencakup banyak hal, yaitu tidak saja penerimaan yang diperoleh langsung dari penjualan produksi, tetapi juga termasuk penerimaan-penerimaan yang berasal dari hasil menyewakan dan atau penjualan benda-benda modal yang kelebihan atau tidak terpakai lagi, menyewakan tenaga ternak, dan penambahan nilai inventori. Penerimaan yang seringkali tidak diperhitungkan adalah penerimaan dalam bentuk fasilitas yang diterima petani dan keluarganya dari usahataninya sendiri (fasilitas menempati tempat tinggal, fasilitas menggunakan kendaraan, dan fasilitas menggunakan produksi usahatani untuk konsumsi) dan penerimaan dalam bentuk hadiah dan subsidi dari pemerintah (Soekartawi, 2002). Menurut Kadarsan (1995), penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluargapun harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan, walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Pengeluaran Pengeluaran adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya lainnya. Dalam suatu usahatani keluarga sering terjadi balas jasa untuk tenaga kerja keluarga atau pemilik yang juga mengusahakan perusahaannya sebagai manajer harus dihitung sehingga balas jasa untuk perkiraan-perkiraan ini dihitung sebagai pengeluaran (Soekartawi, 14
1995). Biaya usaha adalah seluruh korbanan yang dikeluarkan sebagai biaya untuk memperoleh hasil selama priode usaha tertentu. Biaya usaha terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Gusasi dan Saade, 2006). Hasil penelitian Gusasi dan Saade, (2006) menjelaskan bahwa pengeluaran biaya tetap rata-rata terbesar dalam analisis pendapatan dan efisiensi usahaternak ayam potong adalah untuk keperluan gaji pada setiap skala usaha, menyusul biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Sedang biaya untuk pajak bumi dan bangunan serta biaya listrik tidak terlalu besar. Pengeluaran untuk biaya variabel yang banyak digunakan dalam jumlah besar adalah untuk keperluan pengadaan bibit DOC dan untuk keperluan pakan. Semakin besar skala usaha dikerjakan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Biaya pengeluaran adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya pengeluaran merupakan aliran sumberdaya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaan, jasa, tenaga kerja, produk, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau kepentingan lainnya. Daniel (2004) menyatakan biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun secara tidak tunai. Pendapatan Indikator keberhasilan dari usahatani atau usahaternak dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau peternak dalam mengelola suatu usahatani atau usahaternak. Semakin besar pendapatan yang diterima petani atau peternak semakin besar pula tingkat keberhasilan usahatani maupun usahaternaknya. Pendapatan adalah ukuran perbedaan antara penerimaan dan pengeluaran pada periode tertentu, apabila perbedaan yang diperoleh adalah positif mengindikasikan keuntungan bersih yang diperoleh, dan apabila negatif mengindikasikan kerugian (Kay et al., 2004). Saputra (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah lulusan usahaternak, tingkat produksi dan tingkat koefisien penggunaan faktor produksi. Pendapatan yang diperoleh petani dapat 15
berasal dari usahatani maupun dari luar usahatani (Soekartawi, 2002). Menurut Kadarsan (1995), penerimaan khususnya bagi peternak berasal dari panen hasil peternakan atau hasil olahannya. Setelah ada hasil dari usahaternak, kemudian hasil dijual. Jumlah yang dijual (termasuk yang digunakan untuk keperluan sendiri) dikalikan harga merupakan jumlah yang diterima, itulah yang disebut penerimaan. Apabila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi hasilnya dinamakan pendapatan. Menurut Agus et al., (2006) keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya menghasilkan yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi termasuk biaya tetap dan tidak tetap. Harga Pokok Produksi Manullang (1995) menyatakan bahwa harga pokok produksi (HPP) adalah jumlah biaya untuk memproduksikan suatu barang ditambah dengan biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar. HPP juga merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk jadi) (Mulyadi, 2005). Supriyono (1999) menyatakan bahwa harga perolehan atau harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk: kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lainnya yang diserahkan atau dikorbankan, atau nilai jasa yang diserahkan atau dikorbankan atau hutang yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan baik pada masa lalu maupun pada masa yang datang (harga perolehan yang akan terjadi). Menurut Manullang (1995) tujuan dari perhitungan HPP yakni: a) untuk menentukan harga jual; b) untuk menetapkan efisien atau tidaknya suatu perusahaan; c) untuk menentukan kebijakan dalam penjualan; d) sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru; dan e) untuk perhitungan neraca. Lebih lanjut Mulyadi (2000) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan utama dari perhitungan HPP, yaitu:
a) sebagai dasar penetapan harga di pasar penjualan produk; b) untuk
menetapkan besar laba yang akan didapat dalam pertukaran; dan c) sebagai alat untuk menilai efisiensi dari suatu proses produksi. Mulyadi (2005) menyatakan bahwa tujuan utama dari perhitungan harga pokok produksi yaitu: a) Sebagai dasar untuk menetapkan harga di pasar penjualan produk; b) untuk menetapkan beda laba
16
yang akan didapatkan dalam pertukaran; c) sebagai alat untuk menilai efisiensi dari suatu proses produksi; d) membuat keputusan menerima atau menolak pesanan. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Mulyadi (2000), menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam HPP. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam HPP, terdapat dua metode pendekatan, yaitu metode full costing dan variable costing. 1.
Metode Full costing Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel maupun tetap. Metode full costing secara sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur, sehingga biaya dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum) diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing.
2.
Metode Variable Costing Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel, ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel. Variable costing memperbaiki informasi biaya penuh produk dengan mengelompokkan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Variable costing hanya memperhitungkan biaya penuh produk terbatas pada biaya produksi variabel saja (Mulyadi, 2005).
17
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kandang Unggas (kandang blok B) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang beralamat di Desa Babakan RT 05 RW 10 Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan September 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 240 ekor DOC (Day Old Chick) broiler Jumbo 747 strain Ross. Bibit atau DOC yang digunakan dibeli dari pembibitan atau breeder dengan nama perusahaan PT. Cibadak Indah Sari Farm. Harga DOC (Day Old Chick) Rp4.250,00 per ekor. Ransum Ransum yang digunakan adalah ransum broiler fase starter. Jenis pakan yang diberikan yaitu BR 1 PC 100 dan BR1 CP BR11 yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphand Tbk. Vitamin dan Vaksin Vitamin yang diberikan adalah Vita Chicks dan Vita Stress. Vaksin ND 1 LD500 diberikan melalui tetes mata. Vaksin Gumboro B (Infectious Bursal Disease) produksi PT. Medion yang diberikan melalui air minum. Vaksin ND La Sota diberikan melalui intra muskuler dengan injeksi. Kandang Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang postal atau sitem litter. Atap yang digunakan adalah tipe A-shape dengan bahan atap berupa asbes. Dinding yang digunakan adalah dinding dengan sistem terbuka yang terbuat dari kawat. Apabila malam hari dan cuaca buruk digunakan tirai untuk menutupinya. Bagian bawah dinding kandang ditembok sekitar 25-30 cm dari lantai untuk melindungi ayam dari terpaan udara secara langsung. Lantai kandang terbuat dari semen yang dilapisi dengan alas berupa litter yang berasal dari sekam padi. Kandang yang digunakan ada enam unit yang masing-masing unit luas ruangnya 8,1225 m2, yang 18
dari luas tersebut dibagi menjadi empat sekat yang masing-masing sekat berukuran luas 1,125 m2. Masing-masing sekat diisi 10 ekor ayam. Prosedur Penelitian dilaksanakan secara langsung dengan ikut melakukan proses manajerial, teknis maupun pengawasan terhadap usahaternak yang dipelihara. Analisis harga pokok produksi digunakan untuk penentuan harga jual usahaternak ayam broiler yang dihasilkan, sedangkan analisis pendapatan digunakan untuk menganalisa kondisi usahaternak ayam broiler yang dipelihara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari pihak pemilik, pengelola, dan pegawai peternakan melalui wawancara maupun pengamatan selama penelitian. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari : 1.
Data keadaan umum tempat penelitian.
2.
Data produksi yang meliputi manejemen pemeliharaan ayam broiler selama pemeliharaan.
3.
Data finansial usaha berupa biaya produksi dan penerimaan peternakan ayam broiler. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel sehingga dapat dilakukan analisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis harga pokok produksi. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan umum daerah penelitian dan manajemen pemeliharaan usahaternak ayam broiler selama pemeliharaan.
19
apatan Analisis Penda Analisiss ini mengukkur nilai keuuntungan daari suatu usahha. Penerim maan adalah mlah seluruh pemasukan suatu usahaa dari hasil penjualan p sejjumlah prod duk (barang jum yan ng dihasilkann). Cara unttuk menghituung penerim maan total daapat dilakuk kan dengan men ngalikan jum mlah produkk dengan harrga jual produk per unitt. Menurut Soekartawi S (19995), penerim maan dalam m usahatani merupakan n perkalian antara prod duksi fisik den ngan harga jual atau harrga produksii. Menurut Boediono B (1995), peneriimaan total (tottal revenue) adalah pen nerimaan proodusen dari hasil penjuaalan outputnnya. Secara sisttematis dapaat dirumuskaan sebagai beerikut TR R=PxQ Ketterangan: TR R = Penerimaaan Q = Jumlah prroduk yang dihasilkan d P
= Harga juaal per unit Pendapaatan dari usahaternakk diperolehh dengan faktor selissih antara
nerimaan yaang diterimaa dengan biaaya yang dikeluarkan. P Pendapatan atau dapat pen juga disebut keeuntungan, adalah a meruupakan selisiih antara peenerimaan to otal dengan biay ya total. Biaaya terdiri dari d biaya teetap dan biaaya tidak teetap. Secara matematis anaalisis pendappatan dapatt ditulis dann digambarkkan sebagaii berikut (S Soekartawi, 20002): π = TR – TC C = TR – (T TVC + TFC)) Ketterangan : π
= Peendapatan Ussahaternak
TR
= Tootal Revenue (Total Peneerimaan)
TC
= Tootal Cost (Tootal Biaya)
TVC
= Tootal Variablee Cost (Totall Biaya Variabel)
TFC
= Tootal Fix Costt (Total Biayya Tetap) 20
Analisis Imban ngan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) R/C raasio adalah penerimaann atas biay ya yang menunjukkan m n besarnya pen nerimaan yan ng akan dipeeroleh dari ssetiap rupiahh yang dikeluuarkan dalam m produksi usaahaternak. Annalisis ini daapat digunakkan untuk mengukur m tinggkat keuntun ngan relatif keg giatan usahatternak, artinnya dari angkka rasio terssebut dapat diketahui d appakah suatu usaahaternak meenguntungkaan atau tidakk (Kadarsan, 1995). Salahh satu cara mengetahui m kelaayakan dan kemajuan usaha u adalahh dengan menggunakan angka R/C rasio, r yaitu perrbandingan antara peneerimaan dalaam nilai uaang dengan besarnya biaya b yang dik keluarkan dallam usahatan ni tersebut (S Soekartawi, 2002). Rumus yang digunaakan : R/C Rassio = Usahateernak dikataakan mengunntungkan billa nilai R/C rasio lebih besar dari satuu yang berarrti setiap sattu rupiah biaya yang dikeluarkan uuntuk usahateernak akan mem mberikan peermintaan leebih besar dari d satu rupiah. Sebalikknya, jika usahaternak u dik katakan tidakk menguntunngkan bila nilai n R/C raasio lebih keecil dari satuu. Artinya, setiiap satu rupiiah biaya yaang dikeluarkkan akan meemberikan ppenerimaan kurang k dari satuu rupiah. Usahaternak diikatakan imppas jika nilaii R/C rasio ssama dengann satu. Analisis Hargaa Pokok Prooduksi Metodee yang diguunakan untukk menentukkan harga ppokok produuksi dalam usaahaternak in ni adalah metode m Full Costing daan Variablee Costing. Hasil H yang diperoleh selam ma penelitiaan ditampilkkan dalam bentuk tabel dan dideeskripsikan uai dengan keadaan k di laapang. sesu 1. Metode M Full Costing M Metode Fulll Costing dig gunakan untuuk menghituung semua unsur u biaya produksi p ke d dalam hargaa pokok prooduksi yangg terdiri darii biaya bahaan baku, biaaya tenaga k kerja langsu ung dan biayya overhead baik yang berperilaku b t tetap maupuun variabel. P Perhitungan harga pokook produksii dengan meenggunakann metode Fuull Costing a adalah sebag gai berikut (M Mulyadi, 20005):
21
Biaya Bahan Baku
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Biaya Overhead Tetap
xxx
Biaya Overhead Variabel
xxx +
Harga Pokok Produksi
xxx
2. Metode Variabel Costing Metode Variabel Costing digunakan untuk menghitung biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlukan sebagai harga pokok, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2005) : Biaya Bahan Baku
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Biaya Overhead Variabel
xxx +
Harga Pokok Produksi
xxx
22
KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapang unit unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang letaknya di Jl. Kayu Manis, Blok B, RT 05 RW 10 Desa Babakan, Dramaga, Bogor. Lokasi kandang ini jaraknya cukup jauh dengan jalan raya sehingga tingkat polusi lingkungan seperti kebisingan, polusi udara, dan polusi air dapat diminimalisir. Menurut Suprijatna et al. (2005), untuk menghindari kebisingan, penyebaran penyakit dan polusi bau, jarak kandang harus cukup jauh dari pemukiman penduduk. Keadaan yang bising dan kotor dapat menyebabkan performa ayam kurang optimum bahkan dapat mengurangi keuntungan bagi peternak. Kondisi sekitar lingkungan kandang sangat tenang dan nyaman karena masih rindang dengan pohon-pohon yang berdiri dipinggir-pinggir jalan. Lokasi sangat jauh dengan pemukiman penduduk sekitar. Terdapat tiga bangunan rumah di sekitar kandang, kira-kira jaraknya 10 meter dari kandang pemeliharaan. Rumah-rumah tersebut diperuntukkan bagi pegawai dan teknisi kandang. Hal ini sangat perlu diperhatikan dalam manajeman pengelolaannya agar dampak sosial yang ditimbulkan dari pemeliharaan ayam broiler seperti polusi berupa bau kotoran dan banyaknya lalat yang berdatangan dapat diminimalisir. Infrasruktur di lokasi penelitian cukup baik, seperti instalasi listrik sudah terpasang, keberadaan sumber air dan akses transportasi yang mudah dijangkau oleh semua alat transportasi darat. Kondisi jalan menuju lokasi kandang sudah nampak kerusakan-kerusakan di jalan. Hal ini bisa berpengaruh pada proses pengangkutan ketika masuk dan keluar kandang. Keamanan lingkungan di sekitar lokasi penelitian sudah cukup aman dari pencurian. Terbukti dengan adanya penjagaan dari petugas keamanan kampus yang selalu berjaga selama 24 jam. Keamanan ternak ini justru sering terganggu karena adanya ancaman predator seperti kucing liar yang berkeliaran di sekitar kandang. Ancaman predator ini jika dihiraukan dapat memberikan pengaruh terhadap populasi ayam yang dipelihara dan akan berdampak pada kerugian materi. Secara umum kisaran temperatur di lingkungan kandang lokasi adalah, pada pagi hari (18-26oC), siang hari (31-36oC), dan sore hari (25-34oC), dengan rataan kelembaban relatif (RH) sebesar 72,97%. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, 23
terlihat adanya fluktuasi temperatur kandang di lokasi penelitian yang sangat ekstrim terutama suhu pagi dan siang hari, sehingga dapat mengakibatkan ayam broiler mengalami stres karena cekaman panas. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang postal. Posisi kandang berjajar arah utara dan selatan. Ukuran kandang untuk ruang dalam yaitu panjang dan lebar 2,85 m dan tinggi 3 m. Luas kandang adalah 8,1225 m2. Jarak antar kandang satu dengan kandang lainnya 2 m. Dinding kandang terbuat dari bahan semen yang merupakan kombinasi dinding pada bagian bawahnya dan kawat pada atasnya. Atap kandang berupa tipe atap A-shape dengan menggunakan bahan asbes. Kandang merupakan tempat tinggal ayam dan tempat ayam beraktifitas, sehingga kandang yang nyaman (comfort zone) sangat berpengaruh pada pencapaian produktivitas ternak dan akan diperoleh pertumbuhan optimal yang menghasilkan performa yang baik. Pada prinsipnya fungsi kandang adalah untuk membatasi gerak ayam dan sebagai tempat hidup ayam selama pemeliharaan. Perkandangan sistem intensif sangat diperlukan dalam suatu sistem pemeliharaan modern karena lebih efisien. Sudaryani dan Santoso, (2004) menyatakan bahwa keuntungan menggunakan kandang tertutup yaitu memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. Perkandangan yang sesuai menjadi sangat penting bagi suatu usahaternak pemeliharaan ayam broiler dalam mencapai produktivitas ternak yang optimal.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Budidaya Ayam Broiler Pemeliharaan ayam broiler
dilakukan dengan
menggunakan sistem
pemeliharaan all in all out, yaitu sistem pemeliharaan yang memasukkan dan memelihara DOC (Day Old Chick) dalam kandang dengan umur yang sama dan dapat dipanen dalam umur yang sama. Sistem pemeliharaan ini dapat mempermudah dalam proses pengelolaan produksi dan dapat mengurangi stres pada ayam. Cara pemeliharaan yang dilakukan menggunakan program pemeliharaan intensif, yaitu ayam dipelihara di dalam kandang hingga masa panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi cekaman pada ayam. Manajemen budidaya ayam broiler merupakan tanggung jawab bagi peternak dalam mengelola dari segi teknis untuk dapat mengoptimalkan produksi. Tatalaksana manajemen yang diterapkan dibedakan menjadi 4 bagian yaitu: 1) Masa kosong kandang atau persiapan kandang, 2) persiapan DOC tiba, 3) pemeliharaan ayam broiler sampai dengan umur panen, 4) masa panen. Hal ini ditujukan agar memudahkan manajemen dalam setiap periode. Masa Kosong Kandang Tatalaksana pemeliharaan ayam broiler diawali dengan pembersihan dan desinfektan ruangan kandang besarta peralatannya. Pembersihan awal dilakukan membersihkan lantai kandang dengan cara disapu terlebih dahulu, kemudian pencucian kandang dilakukan dengan cara menyikat semua unit kandang dengan menggunakan air biasa kemudian dikeringkan. Pembersihan kedua dilakukan dengan mencuci ulang semua unit kandang dengan menggunakan campuran air dan Lysol, kemudian dibilas dengan air sampai bersih. Setelah semua dalam keadaan kering dilakukan pengapuran. Pemasangan alas sekam dilakukan setelah bagian dalam kandang mengering seutuhnya. Setelah itu kandang ditaburi sekam dengan ketinggian sekitar 7-8 cm. Desinfeksi kandang dilakukan dengan menggunakan campuran air dan Formalin dengan cara disemprotkan dan kemudian dikeringkan. Kegiatan penyemprotan kandang dengan desinfektan bertujuan untuk membunuh kuman penyakit yang masih menempel di dalam kandang. Fumigasi dengan gas lebih efektif jika dibandingkan dengan penyemprotan cairan, karena daya tembus gas lebih dalam dari pada cairan 25
untuk membunuh kuman penyakit. Kondisi di lapang untuk mencari bahan kimia KMNO4 ternyata sangat sulit untuk didapatkan, sehingga dalam penelitian ini desinfeksi kandang hanya dilakukan dengan penyemprotan formalin. Sterilisasi peralatan berupa tempat pakan dan minum dilakukan dengan cara mengangkat semua peralatan tersebut dari kandang, kemudian dicuci dan disikat dengan menggunakan campuran air dan deterjen. Setelah itu dibilas dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan. Sterilisasi tempat pakan dan minum juga dilakukan dengan menggunakan campuran air dan biocid, kemudian dibiarkan kering. Fadilah (2004) menjelaskan bahwa proses pencucian ini harus meliputi semua bagian, jangan sampai ada bagian yang terlewatkan, serta menaburkan atau menyemprotkan kapur tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang. Rasyaf (2008) menjelaskan lebih lanjut bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat ransum dan tempat minum. Setelah itu semua unit kandang dan peralatan diistirahatkan hingga DOC (Day Old Chick) siap untuk masuk. Pembersihan lingkungan kandang juga dilakukan untuk meminimalisir sumber kontaminan dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ayam broiler. Persiapan DOC Masuk Sebelum DOC tiba, kandang dan peralatannya harus sudah disiapkan dan diatur tata letaknya, sehingga ketika DOC telah tiba, kandang dan semua peralatan serta suhu lingkungan kandang telah siap pakai dan sesuai untuk DOC. Pemanas buatan sudah dinyalakan kira-kira 6-8 jam sebelum DOC masuk. Koran dipasang di atas sekam dengan tujuan menghindarkan luka pada kaki-kaki DOC akibat tekstur sekam yang tajam. Tempat pakan, tempat minum, pemanas, pakan telah dalam kondisi siap untuk digunakan. Letak tempat pakan dan minum diatur sedemikian rupa agar DOC tidak kesulitan dalam menjangkau dan mengkonsumsi makanan. Pemanas yang digunakan adalah lampu pijar 60 watt yang sekaligus digunakan sebagai penerangan di dalam kandang. Begitu DOC tiba, langsung dilakukan seleksi untuk dilihat kondisi dan kesehatannya kemudian dilakukan penimbangan awal. Awal penerimaan DOC ini sangatlah penting dan membutuhkan pengamatan dan perhatian yang jeli dikarenakan sangat menentukan hasil produksi ayam broiler nantinya. Jika DOC yang diterima ini kondisinya lemah dan kesehatannya kurang 26
baik atau cacat seperti pincang, biasanya ukuran badan tidak akan seragam besarnya dan pada minggu awal pemeliharaan mortalitasnya cukup tinggi. Setelah DOC yang diterima diperiksa kondisi dan ditimbang, DOC dimasukkan dan ditebar di dalam kandang yang sudah disesuaikan kondisinya, selanjutnya DOC diberi air minum yang dicampur dengan gula untuk memulihkan kondisi dan daya tahan tubuh DOC selama perjalanan dalam pengiriman. Pemberian pakan diberikan dengan cara disebarkan di atas baki untuk memudahkan DOC makan. Masa Pemeliharaan Sistem budidaya ayam broiler dilakukan secara intensif, dengan sistem pemeliharaan all in all out. Tatalaksana pemeliharaan ayam broiler sampai pada umur panen juga dibedakan lagi dalam tahapan-tahapan setiap minggunya. Memasuki minggu pertama pemeliharaan, DOC harus mendapatkan perhatian ekstra. Minggu pertama yang dilakukan adalah: Pemanas dipasang dan digunakan secara terus menerus siang dan malam, diberikan air gula dan obat antistres (vitachicks) selama 3 hari pertama, dilakukan vaksinasi Newcastle Disease (ND) La Sota pada umur 3 hari dengan cara tetes mata, untuk kandang suhu lingkungan tirai belum dibuka. Tirai ditutup selama 24 jam pada minggu pertama, dengan memperhatikan arah angin dan gerak ayam. Tata laksana penggunaan tirai yang benar selama masa brooding sangat menentukan aktivitas ayam dalam kandang. Tujuan dari pemasangan tirai adalah untuk menjaga suhu dalam kandang serta menghindari cuaca buruk. Tirai dipasang sedemikian rupa untuk mempermudah membuka dan menutup apabila terjadi perubahan cuaca atau suhu dalam kandang, sehingga suhu dalam kandang dapat terjaga sesuai dengan kenyamanan ayam (Yunus et al., 2007). Lapisan koran di atas sekam sudah mulai dibuka pada hari keempat. Penggunaan lapisan koran di atas sekam ini difungsikan untuk melindungi DOC dari sekam-sekam yang masih tajam, yang dikhawatirkan dapat melukai DOC. Minggu kedua, tirai pada kandang sudah mulai dibuka 1/3 bagian bawahnya. Pemanas masih digunakan dengan melihat kondisi dan kebutuhan ayam. Vaksinasi Gumboro B atau IBD (Infectious Bursal Disease) dilakukan saat ayam umur 10 hari dengan cara lewat air minum. Pada minggu ini dilakukan pula penimbangan bobot badan yang kedua. 27
Minggu ketiga, tirai pada kandang sudah dibuka 2/3 bagian bawahnya atau dibuka semua jika kondisi siang hari cuaca cukup panas. Pemanas mulai diangkat dari tiap-tiap sekat dan setiap unit kandang hanya diberikan satu yang berada di atas dan di tengah-tengah kandang. Pakan ditaruh pada tempat pakan yang digantung setinggi jangkauan ayam. Dilakukan penimbangan bobot badan yang ketiga. Minggu keempat, tirai pada kandang dapat dibuka seluruhnya kecuali jika kondisi cuaca dingin dan pada kondisi hujan. Dilakukan penimbangan berat badan mingguan yang keempat. Pada minggu ini dilakukan vaksinasi ND (Newcastle Disease) yang kedua yaitu diberikan pada saat ayam umur 22 hari. Vaksinasi dilakukan melalui rute intramuskular, yaitu dengan melakukan penyuntikan di bagian dada. Sekam yang sudah basah dengan bau amoniak yang menyengat diangkat sedikit-sedikit agar ayam tidak stres dan dilakukan penambahan sekam pada bagian yang diangkat tersebut. Pengamatan yang dilakukan pada minggu ini harus lebih jeli lagi sehingga dapat mempertimbangkan kondisi ayam saat itu. Minggu terakhir masa pemeliharaan ayam broiler lebih menekankan pada perhatian dan kondisi kesehatan ayam broiler dimasa-masa sebelum panen. Sistem buka tutup tirai masih digunakan untuk disesuaikan dengan kenyamanan ayam dalam kandang. Penimbangan bobot badan ayam dilakukan sebelum pemanenan, hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot akhir ayam pada saat panen. Kegiatan umum yang dilakukan setiap hari dari minggu pertama hingga minggu kelima secara umum meliputi peninjauan kondisi dan kesehatan ayam, mencermati tingkah laku gerak ayam, pergantian sekam yang sudah basah dan jelek kualitasnya, pemberian pakan, minum dan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ayam, serta mengamati keseragaman pertumbuhan ayam. Selain itu, ayam yang kerdil dan sakit harus dipisahkan, dilakukan penghitungan penggunaan pakan dan mortalitas ayam. Ayam yang mati dilakukan pembedahan pada bangkai ayam tersebut agar dapat diketahui penyebab kematiannya. Masa Panen Waktu pemanenan ini sebelumnya telah direncanakan pada masa awal pemeliharaan, yaitu selama lima minggu atau 35 hari pemeliharaan. Harga hasil produksi ayam broiler ditentukan oleh harga pasar yang berlaku atau dikenal dengan sebutan harga posko. Harga posko adalah harga jual di kandang atas dasar 28
permintaan pasar yang berlaku di daerah tersebut. Harga jual ayam hidup atau harga posko ini relatif berfluktuatif. Fluktuasi harga ini tidak dapat diprediksi dari biaya produksi maupun kualitas produk yang dihasilkan. Hal tersebut merupakan ancaman serius terhadap kelancaran usaha peternakan ayam broiler, khususnya bagi peternak mandiri. Penggunaan Input Produksi Input produksi yang digunakan dalam proses produksi pemeliharaan ayam broiler ini terdiri dari input produksi tetap dan input produksi variabel. Input produksi tetap adalah input yang jumlahnya tidak berubah-ubah dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Input produksi variabel adalah input yang penggunaannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Input Produksi Tetap Input produksi tetap yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler berupa sewa kandang dan peralatannya. 1.
Sewa Kandang Perkandangan merupakan salah satu sarana dan modal tetap dalam suatu pemeliharaan ayam broiler. Kandang didirikan sejajar dari Utara ke Selatan dengan bahan utama yang digunakan adalah semen. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang postal dengan atap tipe A-shape. Lantai kandang terbuat dari semen yang dilapisi dengan alas berupa litter yang berasal dari sekam padi. Kandang yang digunakan ada enam unit kandang yang masingmasing unit luas ruangnya 8,1225 m2, yang dari luas tersebut dibagi menjadi empat sekat yang masing-masing sekat berukuran luas 1,125 m2. Masing-masing sekat diisi 10 ekor ayam. Hal ini sudah ideal dengan kepadatan kandang ayam broiler.
Berdasarkan
Keputusan
424/Kpts/OT.210/7/2001, yaitu kepadatan
Menteri kandang
Pertanian
Nomor:
merupakan banyaknya
ternak ayam yang secara ideal dapat dimasukkan dalam kandang persatuan luas lantainya. Untuk ayam broiler dengan sistem litter sebanyak 10 ekor per meter persegi. Total ayam yang dipelihara sebanyak 240 ekor, dengan biaya kandang per ekor ayam dikenakan Rp500,00. Penyewaan ini sudah termasuk
29
tempat pakan dan minumnya. Setiap satu kandang mendapatkan empat tempat makan dan tempat minum. 2. Perlengkapan Kandang Perlengkapan yang digunakan dalam pemeliharaan ini berupa potongan bambu batangan, kayu ring, paku, dan kawat. Perlengkapan ini digunakan untuk pembuatan sekat yang bertujuan dapat memudahkan dalam manajemen hariannya. Selain itu perlengkapan untuk penerangan yang sekaligus juga sebagai pemanas
kandang juga sangat dibutuhkan. Perlengkapan tersebut
meliputi kabel, dudukkan lampu atau fitting, dan lampu pijar 60 watt yang berfungsi sebagai penerang dan pemanas. Setiap sekat diberikan satu lampu sebagai penghangat dan penerang ayam. Cara mengatur untuk dikondisikan dengan kenyamanan ayam dengan cara mengatur ketinggian lampu di setiap sekat. Input Produksi Variabel Input produksi variabel yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler terdiri dari penggunaan pakan, DOC (Day Old Cick), obat-obatan dan vaksin, sekam, dan biaya tenaga kerja tidak tetap. 1. DOC Bibit atau DOC didapat dari membeli di pembibitan atau breeder dengan nama perusahaan PT. Cibadak Indah Sari Farm sebanyak 240 ekor DOC strain Ross dengan merek dagang Jumbo 747. Harga per DOC saat itu Rp4.250,00 per ekor. Bobot rata-rata DOC setelah penimbangan yaitu 40,07 gram, selain itu DOC tampak lincah dan aktif, serta warna bulu terlihat cerah. Setelah diseleksi ada 2 ekor DOC yang tidak memenuhi syarat karena cacat fisik pada kaki atau pincang. DOC yang tidak memenuhi syarat dipisahkan dan tidak masukkan dalam pemeliharaan. Menurut Fadilah (2004), menyatakan bahwa ada beberapa ciri bibit ayam broiler yang berkualitas yaitu, (1) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (2) berasal dari induk yang matang umur; (3) anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (4) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (5) bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (6) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (7) keadaan ayam normal; (8) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g. 30
2. Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian ini hanya ransum broiler fase starter. Hal ini dilakukan karena lama pemeliharaan ayam hanya 35 hari, sehingga kurang efisien jika disertai dengan pemberian ransum fase finisher. Berdasarkan Cahyono (2004), bahwa dalam hal ransum yang harus diberikan untuk anak ayam sampai umur empat minggu, pakan harus mengandung protein sebanyak 21 sampai 24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium 1%, phosphor 0,7 sampai 0,9% energi (ME) 2800-3500 kkal. Jenis ransum yang diberikan yaitu BR 1 PC 100 dan BR1 CP BR11 yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphand Tbk. Kandungan ransum yang digunakan diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel. 1 Kandungan Ransum BR1 PC 100 dan BR1 CP BR11 Zat Nutrisi
BR1 PC 100
BR1 CP BR11
Kadar Air
Maksimal 13.0 %
Maksimal 13.0 %
Protein
21.5-23.5 %
21-23 %
Lemak
Minimal 5.0%
Minimal 5.0%
Serat
Maksimal 5.0%
Maksimal 5.0%
Abu
Maksimal 7.0%
Maksimal 7.0%
Ca (Calsium)
Minimal 0.9%
Minimal 0.9%
P (Phosphor)
Minimal 0.6%
Minimal 0.6%
ME (Metabolisable Energy)
3020-3120 Kcal/kg
3000-3100 Kcal/kg
Sumber: PT Charoen Pokphand Tbk.,2009
Ransum BR1 PC 100 diberikan saat DOC sampai ayam berumur 28 hari atau akhir minggu keempat. Mulai minggu kelima atau ayam umur 26 hari ransum sudah mulai dicampur dengan BR1 CP BR11 untuk adaptasi pergantian ransum. Memasuki umur 28 hari ransum yang diberikan sudah BR1 CP BR11 sampai panen. Bentuk ransum atau pakan yang digunakan yaitu crumble atau berbentuk butiran atau remah. Ransum diberikan secara ad libitum, artinya ayam diberi makan secara full feeding tanpa suatu pembatasan dengan pemberian dan pengawasan tiga kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul 06.00-06.30 WIB, siang hari pada pukul 12.00-12.30 WIB, dan pada sore hari pukul 16.00-16.30 WIB. Harga beli pakan untuk BR1 PC 100 adalah Rp 257.000,00 per karung 31
(catatan: 1 karung ransum = 50 kg), sedangkan untuk harga beli pakan BR1 CP BR11 adalah Rp334.000,00 per karung. Tabel 2. Rataan Jumlah Ayam yang Dijual, Jumlah Ransum yang Dikonsumsi, Bobot Jual, dan Mortalitas selama Pemeliharaan. Kandang A
Jumlah (ekor) 77
Total Ayam Dijual (kg) 147,36
Total Pakan (kg) 232,789
Bobot Jual (kg) 1,91
Mortalitas (%) 3,75
B
75
132,92
222,751
1,77
6,25
C
77
138,240
230,313
1,79
3,75
Total
229
418,52
685,853
1,82
4,58
Nilai FCR adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan kenaikan berat badan dalam periode dan satuan yang sama. Semakin kecil angka FCR akan semakin baik pemeliharaan ayam yang dilakukan. Nilai FCR pemeliharaan diperoleh sebesar 1,81., artinya setiap 1,81 kg ransum yang akan dikonsumsi akan menghasilkan bobot ayam sebesar 1 kg. Nilai ini menunjukkan bahwa ransum yang digunakan cukup efisien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bell dan Weaver (2002), menyatakan bahwa standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Secara keseluruhan rata-rata bobot hidup ayam broiler yang dijual pada umur 35 hari adalah 1,82 kg. Efisiensi pakan menjadi faktor penting dalam suatu usaha peternakan ayam broiler, mengingat bahwa komponen biaya pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan dalam pemeliharaan. 3. Obat-obatan dan Vaksin Obat-obatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penggunaan bahanbahan untuk vaksinasi, zat kekebalan, dan feed additive. Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin ND (Newcastle Disease) La Sota dan Vaksin IBD (Infectious Bursal Disease). Vaksin ND (Newcastle Disease) La Sota di gunakan untuk mencegah penyakit tetelo, sedangkan vaksin IBD (Infectious Bursal Disease) digunakan untuk mencegah penyakit Gumboro. Vaksin ND diberikan pada ayam umur 3 hari dan 22 hari, sedangkan vaksin IBD (Infectious Bursal Disease) diberikan pada umur 10 hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan 32
Rasyaf (2004) bahwa pada peternakan ayam broiler, jenis vaksin yang sering dipakai hanya ND (Newcastle Desease) atau tetelo dan gumboro. Selain itu, untuk menunjang kesehatan dan kondisi ayam diberikan pula air gula sebagai tambahan energi untuk ayam. Vitamin yang diberikan adalah Vitastress yang berguna untuk mencegah stres pada ayam. 4. Tenaga Kerja Tidak Tetap Kesibukan utama pegawai kandang dalam pemeliharaan ayam broiler ini terjadi pada waktu-waktu tertentu, seperti pada saat pemberian pakan, vaksinasi, dan penimbangan bobot badan. Selebihnya hanya menjalankan fungsi pengawasan dan pencegahan penyakit saja. Kebutuhan tenaga kerja ini didasarkan pada kapasitas produksi atau jumlah ternak yang dipelihara. Pemeliharaan ini hanya memelihara 240 ekor ayam broiler, sehingga dengan sistem pemeliharaan tradisional mampu ditangani satu orang pekerja pria dewasa, dengan sistem pembayaran Rp300,00 per ekor ayam hidup hingga panen. 5. Litter Litter berfungsi sebagai penghisap kotoran ayam. Fadilah (2004) menyatakan bahwa sekam berperan penting dalam pemeliharaan broiler, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal. Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktivitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam (Fadilah, 2004). Selanjutnya Fadilah (2004) juga menyatakan bahwa sekam harus dijaga tetap kering dan tidak menggumpal. Bahan dasar yang digunakan sebagai litter adalah sekam padi. Penggunaan sekam padi sebagai bahan dasar litter karena sekam padi tidak menimbulkan debu, mudah menghisap air dan harganya terjangkau. Tebal litter yang digunakan 7-8 cm. Harga sekam saat itu adalah Rp3.000,00 per karung. 6. Lain-lain Penggunaan input-input variabel yang lainnya yaitu seperti pembelian alat-alat penunjang yang diperlukan. Alat-alat tersebut meliputi; kardus dan koran bekas, liter air, isolasi, baterai, kapur serangga dan tali rafia. Komposisi Biaya Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya penggunaan input-input produksi. Biaya dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya 33
variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya kandang dan peralatan, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pakan, bibit (DOC), sekam, gaji tenaga kerja tidak tetap, obat-obatan dan vaksin, serta biaya lain-lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen biaya produksi terbesar adalah biaya pakan yang mencapai 75,55%, biaya pakan merupakan komponen utama dalam pemeliharaan ayam broiler. Komponen biaya produksi terbesar berikutnya yaitu biaya bibit atau DOC, yaitu sebesar 19,07%. Pakan dan bibit merupakan komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan di suatu peternakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yunus et al., (2007) bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan dalam suatu peternakan ayam broiler secara berturut-turut yaitu biaya pakan dan bibit atau DOC. Hasil penelitian (Rismarini et al., 2006) juga mengemukakan hal yang serupa bahwa pengeluaran tertinggi dalam usahaternak ayam broiler dikeluarkan untuk biaya pakan (66,79%), selanjutnya adalah biaya bibit (21,64%). Pakarti (2000) juga mengemukakan bahwa biaya pakan menunjukkan persentase yang paling tinggi nilainya yaitu 71,61%, sedangkan biaya untuk bibit ayam menduduki posisi kedua yaitu 20,84%. Selanjutnya biaya obat, vaksin dan vitamin 4,4%, biaya depresiasi kandang dan peralatan 1,82%, biaya listrik dan bahan bakar 0,94% serta untuk biaya sekam dan sanitasi 0,33%. Persentase komponen biaya terkecil adalah biaya lain-lain, yaitu sebesar 0,99%. Secara keseluruhan Fadilah (2004) menyatakan bahwa dalam usaha peternakan ayam ras pedaging, komponen faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan adalah biaya pakan, biaya bibit ayam, dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin dan vitamin serta biaya bahan penunjang. Komponen biaya tetap terdiri dari biaya sewa kandang dan segala kebutuhan perlengkapan kandang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Komposisi Biaya Tetap yang Dikeluarkan Selama Pemeliharaan Macam Biaya Sewa Kandang dan Pembuatan Sekat Perlengkapan Kandang Total Biaya
Jumlah Biaya (Rp) 520.000
Persentase (%) 55,4
418.500
44,6
938.500
100,00
34
Tabel 4. Persentase Komposisi Biaya Variabel yang Dikeluarkan Selama Pemeliharaan Macam Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Persentase (%)
Bibit (DOC)
1.020.000
19,07
Pakan
4.040.831,3
75,55
Upah Tenaga Kerja Tidak Tetap
68.700
1,30
Obat, Vaksin dan Vitamin
96.000
1,79
Sekam
66.000
1,23
Biaya Lain-Lain
57.000
1,06
Total Biaya
5.348.531,3
100
Harga pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha ayam broiler. Kenaikan berbagai bahan baku ini tentu menyebabkan harga pakan naik yang menggiring naiknya biaya produksi peternak (Invovet, 2007). Harga pakan dan DOC dapat dipengaruhi oleh sistem permintaan dan penawaran pasar, apalagi waktu penelitian ini sudah mendekati bulan ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Hasil penelitian Hartono (2007) menyatakan bahwa harga ayam dan karkas ayam pedaging ini akan berfluktuasi mengikuti besarnya permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Jumlah penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar umumnya berkaitan dengan masa-masa orang mengadakan hajatan dan juga masa-masa hari raya keagamaan seperti idul fitri, Idul adha, Natal, Paskah dan Imlek. Hartono (2007) menambahkan harga DOC dan harga pakan berpengaruh nyata terhadap penawaran dan ayam pedaging. Harga DOC dan pakan ditentukan oleh perusahaan. Peternak tidak mempunyai kekuatan tawar-menawar, dan peternak hanya sebagai penerima harga yang ditentukan oleh perusahaan tersebut. Terjadinya perubahan harga DOC dan pakan inilah yang menjadi salah satu faktor arah perubahan harga ayam broiler di pasaran. Rasyaf (2002), menyatakan bahwa harga jual broiler dan harga bahan baku terutama harga bibit ayam (DOC) dan harga pakan di pasar sering kali menjadi hambatan bagi usaha peternakan ayam broiler yang dijalankan secara mandiri. Penerimaan Usahaternak Broiler Penerimaan yang diperoleh berasal dari penerimaan tunai. Penerimaan tunai merupakan nilai uang tunai yang diterima oleh suatu usaha atas hasil penjualan outputnya. Penerimaan peternak ditentukan oleh penjualan hasil produksi akhir yaitu 35
berupa ayam hidup dan hasil sampingan berupa subsidi prestasi, subsidi kerugian, subsidi harga pasar, pupuk kandang, dan karung pakan (Thamrin et al., 2006). Penerimaan tersebut berlaku untuk usahaternak pola kemitraan, sedangkan penerimaan tunai untuk pemeliharaan ayam broiler pola mandiri hanya berupa penjualan ayam broiler dalam bentuk hidup, penjualan karung, dan pupuk. Besar kecilnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga hasil produksi. Peningkatan produksi tidak selalu meningkatkan penerimaan tergantung pada harga ayam hidup pada saat itu. Suharno (2002), menyatakan bahwa peternakan ayam umumnya tidak dapat menentukan kebijaksanaan harga sebagaimana perusahaan modern. Hal ini diakibatkan karena perusahaan modern memproduksi lebih banyak dari pada peternak sehingga perusahaan modern dapat menekan biaya produksi yang berimplikasi pada penurunan harga outputnya. Peternak secara tidak langsung dipaksa untuk mengikuti harga tersebut karena jika tidak demikian maka output yang dihasilkan peternak tidak akan laku terjual. Tabel 5. Daftar Penjualan Ayam Kandang
Total Ayam Dijual (kg) 147,36
Harga/kg
A
Jumlah (ekor) 77
12.500
Bobot Jual Rata-Rata (kg) 1,91
Penerimaan (Rp) 1.842.000
B
75
132,92
12.500
1,77
1.661.500
C
77
138,240
12.500
1,79
1.728.000
Total
229
418,52
12.500
1,82
5.231.500
Tabel 6. Total Penerimaan Tunai Usahaternak Ayam Broiler Jenis Penjualan
Jumlah
Harga/unit
Ayam broiler
418,52 kg
12.500
5.231.500
97,61
Litter
20 karung
4.000
80.000
1,49
Karung Pakan
16 karung
3.000
48.000
0,90
Total
Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)
5.359.500
100
Harga jual ayam broiler hidup dihitung per kg bobot hidupnya, untuk kisaran bobot 1,7-1,9 kg harga jualnya Rp12.500,00/kg bobot hidup. Total bobot hidup ayam yang dijual sebesar 418,52 kg dari 229 ekor ayam hidup, sehingga penerimaan yang diterima sebesar Rp5.231.500,00. Penerimaan tunai juga diperoleh dari penjualan 36
litter akhir yang berupa sekam yang telah terpakai dan bercampur dengan kotoran ayam broiler untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Harga jual litter per karung yaitu Rp4.000,00 per karung. Besarnya penerimaan yang diterima dari penjualan litter yaitu Rp80.000,00 dan hasil penjualan karung bekas pakan didapat sebesar Rp48.000,00. Besar kecilnya suatu penerimaan akan menentukan keuntungan atau kerugian suatu usaha. Pendapatan Pendapatan dari usahaternak diperoleh dari selisih antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan sering diartikan juga sebagai keuntungan. Biaya dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tersebut dapat menentukan tingkat pendapatan, baik pendapatan bersih maupun pendapatan kotor suatu usaha. Besarnya keberhasilan dari suatu usahaternak ayam broiler dapat dilihat dari sisi peningkatan pendapatan dengan cara membandingkan tingkat pendapatan usahaternak, R/C rasio dan biaya persatuan hasil pada produksi usahaternak tersebut. Perhitungan selengkapnya untuk ayam hidup dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pendapatan, Margin Kotor, dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Broiler. Analisis Total Pendapatan Keseluruhan
Jumlah Biaya (Rp) -927.531,3
Keterangan Rugi
Total Pendapatan Per ekor
-4.050,35
Rugi
Margin Kotor Keseluruhan
10.968,7
Untung
Margin Kotor Per ekor R/C Rasio
47,89 0,85
Untung Rugi
Berdasarkan Tabel 7 pendapatan bersih yang didapatkan dalam usahaternak ini bernilai negatif. Artinya usahaternak yang dijalankan dalam keadaan rugi, sebesar Rp927.531,3. Kerugian ini dikarenakan tidak tercapainya efisiensi ekonomi. Jumlah ayam yang dipelihara dengan biaya produksi yang dikeluarkan tidak efisien. Berdasarkan analisis margin kotor, didapatkan keuntungan sebesar Rp10.968,7 atau Rp47,89 perekor nya. Nilai R/C Rasio yang diperoleh yaitu 0,85. Artinya, setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 0,85 rupiah, 37
jadi usahaternak yang dijalankan dalam kondisi rugi karena nilai R/C Rasionya berada pada angka di bawah satu. Pendapatan dari hasil penjualan ayam broiler hidup dalam usahaternak ini mengalami kerugian. Kerugian ini disebabkan oleh harga pokok produksi yang tinggi selama pemeliharaan. Harga broiler hidup dan harga karkas pada tingkat peternak cenderung fluktuatif. Perbedaan harga broiler hidup dan harga karkas relatif besar sekitar 40-50%, namun peternak rakyat tidak dapat menikmati kenaikan harga karkas tersebut (Anjak, 2006). Posisi peternak rakyat masih lemah dikarenakan peternak rakyat belum memiliki akses yang cukup terhadap tiga komponen bisnis yang sangat menentukan yaitu sarana produksi, teknologi, dan informasi harga (Badan Agribisnis, 1995). Sehingga untuk alternatif dalam memberikan solusi usahaternak dapat dilakukan penghitungan analisis pendapatan penjualan broiler dalam bentuk karkas yang harga jualnya disesuaikan dengan waktu penjualan saat itu. Harga jual karkas ayam broiler saat itu yaitu Rp23.500,00/kg nya, sedangkan bobot karkasnya didapatkan dari 65% bobot hidup akhir. Hal ini berdasarkan Mc. Nitt (1983), persentase bobot karkas ayam broiler yang normal berkisar antara 65-75% dari bobot hidup. Biaya pemotongan dan pengemasan diasumsikan satu ekor ayam broiler dikenakan biaya sebesar Rp1.000,00. Tabel 8, 9 dan 10 merupakan hasil perhitungan biaya sampai pada penjualan dalam bentuk karkas utuh.
38
Tabel 8. Komposisi Biaya yang Dikeluarkan dengan Asumsi Sampai Penjualan dalam Bentuk Karkas Macam Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Persentase (%)
I. Biaya Produksi A. Biaya Tetap Sewa Kandang dan Pembuatan Sekat
520.000
7,98
Perlengkapan Kandang
418.500
6,42
Bibit (DOC)
1.020.000
15,65
Pakan
4.040.831,3
62,01
Upah Tenaga Kerja Tidak Tetap
68.700
1,05
Obat, Vaksin dan Vitamin
96.000
1,5
Sekam
66.000
1,01
Biaya Lain-Lain
57.000
0,87
229.000
3,51
B. Biaya Variabel
II. Biaya Non Produksi Biaya Pemotongan & Pengemasan Total Biaya
6.516.031,3
100,00
Tabel 9. Daftar Penerimaan Usahaternak Ayam Broiler dengan Asumsi Penjualan Karkas Jenis Penjualan
Jumlah
Harga/unit
Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)
Karkas Broiler
272,038 kg
23.500
6.392.893
98,04
Litter
20 karung
4.000
80.000
1,22
Karung Pakan
16 karung
3.000
48.000
0,74
Total
6.520.893
100
39
Tabel 10. Pendapatan, Margin Kotor, dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Broiler dengan Asumsi Penjualan dalam Bentuk Karkas. Analisis
Jumlah Biaya (Rp)
Keterangan
4.861,7
Untung
Total Pendapatan Keseluruhan Total Pendapatan Per ekor
21,23
Margin Kotor Keseluruhan
Untung
943.361,7
Margin Kotor Per ekor
Untung
4.119,48
R/C Rasio
Untung
1,0007
Untung
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan penjualan broiler dalam bentuk karkas, secara umum mengalami keuntungan. Keuntungan penjualan karkas ini masih sangat kecil bahkan hampir mendekati titik impas jika dilihat dari nilai R/C rasio yang diperoleh. Hal ini dikarenakan analisis yang dilakukan hanya mengasumsikan karkas utuh, sehingga pendapatan dari hasil samping yang berupa jeroan, ceker dan kepala tidak diperhitungkan. Keuntungan peternak rakyat sangat cenderung bergantung pada harga pakan dan DOC, di sisi lain harga broiler yang dihasilkan dan harga jual karkas di pasaran yang fluktuatif belum dapat dinikmati oleh peternak rakyat. Dapat dikatakan dalam hal ini peternak rakyat lebih berada pada posisi penanggung resiko kenaikan biaya produksi sedangkan keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pabrik industri pakan. Harga Pokok Produksi Harga
pokok
produksi
(HPP)
merupakan
jumlah
biaya
untuk
memproduksikan suatu produk ditambah dengan biaya lainnya sehingga produk tersebut berada di pasar. Penentuan nilai HPP mempertimbangkan unsur-unsur biaya ke dalam analisis biaya HPP tersebut. Terdapat dua metode pendekatan dalam menentukan nilai HPP, yaitu full costing dan variabel costing. Metode full costing Metode
full
costing
merupakan
metode
penentuan
HPP
yang
memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam HPP, baik yang berperilaku tetap maupun variabel. Adapun komponen biaya tetap terdiri dari biaya sewa kandang dan segala kebutuhan perlengkapan kandang, sedangkan biaya variabel yang digunakan 40
dalam pemeliharaan ayam broiler terdiri dari penggunaan pakan, DOC, obat-obatan dan vaksin, sekam, dan biaya tenaga kerja tidak tetap. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Harga Pokok Produksi Usahaternak Ayam Broiler dengan Metode Full Costing Macam Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Persentase (%)
Sewa Kandang dan Pembuatan Sekat
520.000
8,27
Perlengkapan Kandang
418.500
6,66
Bibit (DOC)
1.020.000
16,22
Pakan
4.040.831,3
64,27
I. Biaya Produksi A. Biaya Tetap
B. Biaya Variabel
Upah Tenaga Kerja Tidak Tetap
68.700
1,10
Obat, Vaksin dan Vitamin
96.000
1,53
Sekam
66.000
1,05
Biaya Lain-Lain
57.000
0,90
Total Harga Pokok Produksi
6.287.031,3
HPP/ekor
27.454,28
HPP/kg
15.022,05
100,00
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai harga pokok produksi yang ditentukan dengan metode full costing dalam usahaternak ayam broiler pada satu kali periode. Harga pokok produksi dalam usahaternak ayam broiler ini menunjukkan nilai yang tinggi yaitu Rp6.287.031,3. Biaya pokok produksi tertinggi digunakan untuk biaya pakan, yang persentasenya mencapai 64,27% dari biaya keseluruhan. Alokasi biaya untuk pembelian DOC merupakan biaya produksi terbesar kedua yang dikeluarkan, kemudian biaya produksi terbesar ketiga adalah biaya pembuatan sekat dan sewa kandang. Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan tingginya harga pokok produksi yang dihasilkan.
41
Metode Variable Costing Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel. Biaya variabel yang digunakan dalam penelitian usahaternak ayam broiler ini terdiri dari biaya pakan, bibit (DOC), sekam, upah tenaga kerja tidak tetap, obat-obatan dan vaksin, serta biaya lain-lain. Tabel 12. Harga Pokok Produksi Usahaternak Ayam broiler dengan Metode Variable Costing Macam Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Persentase (%)
Bibit (DOC)
1.020.000
19,07
Pakan
4.040.831,3
75,55
Upah Tenaga Kerja Tidak Tetap
68.700
1,30
Obat, Vaksin dan Vitamin
96.000
1,79
Sekam
66.000
1,23
Biaya Lain-Lain
57.000
1,06
A. Biaya Produksi Variabel
Total Biaya
5.348.531,3
HPP/ekor
23.356,03
HPP/kg
12.779,63
100
Harga pokok produksi dengan metode variable costing didapatkan sebesar Rp5.348.531,3 atau Rp23.356,03 per ekornya. Biaya pakan merupakan biaya penyusun harga pokok terbesar dibanding dengan biaya lainnya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahaternak ayam broiler ini dinilai kurang efisien, karena dalam koefiisen teknis satu orang pekerja mampu menangani 3000-4000 ekor ayam broiler sedangkan ayam yang dipelihara dalam usahaternak ini hanya 240 ekor. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat otomatis) untuk 2.000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian ransum dan minum secara otomatis) maka untuk 6.000 ekor cukup satu orang dewasa sebagai tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di kandang. selain itu perlu tenaga kerja bantu umum untuk 42
vaksinasi, pengaturan ransum dan kegiatan lainnya. Dapat dikatakan bahwa skala produksi jauh lebih kecil dibanding skala usaha ekonomis. Harga pokok penjualan pada usahaternak ini bernilai sama dengan harga pokok produksinya. Hal ini disebabkan karena biaya biaya non produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan biaya umum tidak dimasukkan dalam usahaternak. Sistem pemasaran langsung kepada tengkulak, dan proses penjualan seluruhnya berlangsung di kandang. Harga Jual Harga jual diperoleh dari penjumlahan harga pokok penjualan dengan laba yang diinginkan. Harga jual ayam broiler tidak bisa ditentukan langsung oleh peternak, sehingga peternak harus mengikuti harga pasar yang berlaku pada saat itu. Suharno (2002), menyatakan bahwa peternakan ayam umumnya tidak dapat menentukan kebijaksanaan harga sebagaimana perusahaan modern. Hal ini diakibatkan karena perusahaan modern memproduksi lebih banyak dari pada peternak sehingga perusahaan modern dapat menekan biaya produksi yang berimplikasi pada penurunan harga outputnya. Peternak secara tidak langsung dipaksa untuk mengikuti harga tersebut karena jika tidak demikian maka output yang dihasilkan peternak tidak akan laku terjual. Walaupun kondisi rugi, peternak tetap menjual dengan harga jual yang berlaku. Tabel 13. Perhitungan Harga Jual Ayam Broiler Per Ekor Ayam Hidup Harga Pokok Penjualan/Ekor Laba yang diinginkan Harga Jual
Variable Cossting (Rp)
Full Costing (Rp)
23.356,03
27.454,28
1.000
1.000
24.356,03
28.454,28
Tabel 14. Perhitungan Harga Jual Ayam Broiler Per kg Bobot Hidup Harga Pokok Penjualan/kg Laba yang diinginkan Harga Jual
Variable Cossting (Rp)
Full Costing (Rp)
12.779,63
15.022,05
1.000 13.779,63
1.000 16.022,05
43
Tabel 13 dan 14 merupakan gambaran harga jual seharusnya yang dikeluarkan oleh peternak untuk menghindari kerugian. Berdasarkan metode variable costing peternak harusnya menjual ayam broiler hidup per kg dengan seharga Rp13.779,63 atau Rp24.356,03 per bobot hidup ayam broiler. Berdasarkan metode full costing peternak harusnya menjual ayam broiler hidup per kg dengan seharga Rp16.022,05 atau 28.454,28 per bobot hidup ayam broiler. Namun dalam kenyataannya peternak harus mengikuti harga pasar yang nilainya di bawah dari nilai harga jual di atas, sehingga peternak mengalami kerugian.
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa menejemen yang dilakukan kurang efisien dan usahaternak ayam broiler yang dijalankan mengalami kerugian. Harga pokok produksi ayam broiler lebih tinggi dibandingkan harga jual di pasar. Harga pokok produksi ayam broiler sebesar Rp12.779,63/kg bobot hidup untuk variable costing, dan Rp15.022,05/kg bobot hidup jika dianalisis menggunakan metode full costing, sedangkan harga jual ayam broiler di pasar adalah Rp12.500,00/kg bobot hidup. Total kerugian yang harus ditanggung dalam usahaternak ini adalah sebesar Rp927.531,3 atau Rp4.050,35/ekornya dalam usahaternak dengan skala 240 ekor. Saran Sebaiknya analisis dilakukan untuk usaha selama satu tahun agar lebih komprehensif melihat usaha peternakan ayam broiler.
45
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan kasih sayang dan anugerah yang telah tercurahkan dalam setiap desiran nafas yang dihembuskan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap selalu dijunjungkan kepada Manusia yang telah berpengaruh besar dalam peradaban dunia ini, Nabyyullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D., M.Si sebagai pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS, sebagai pembimbing anggota. Terima kasih atas perhatian, bimbingan, nasehat, dan kesabarannya yang diberikan selama penyusunan proposal, penelitian, seminar, hingga penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Agr.Sc, selaku penguji seminar serta kepada Ir. Hotnida S. Siregar, M.Si sebagai Pembimbing Akademik. Terima kasih pula kepada Dr. Ir. Asnath M. Fuah, M.S., dan Ir. Lidi Herawati M.Si. atas saran dan masukkannya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan ibu teknisi Kandang dan Laboratorium yang telah membantu selama penelitian. Kepada rekan-rekan Tim Unggas serta rekan usaha “Ikhtiar Farm” (Dimas Dj, Ibnu, Krisna, Ridho), serta kepada rakan-rekan IPTP 43 Fakultas Peternakan IPB. Terima kasih pula Penulis sampaikan kepada kedua adikku tercinta, Miftah Rasyid S. dan Uswatun Hasanah, keberadaan kalian merupakan pemantik hidup kakakmu ini, semoga Allah tidak menjadikan jalan bagi kalian kecuali penuh dengan kesuksesan dan keberkahan. Amiin. Terima kasih kepada ibunda dan ayahanda tercinta yang setiap do’a-do’anya selalu menyertai dalam keberhasilanku. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Terimakasih.
Bogor, Juli 2010 Penulis
46
DAFTAR PUSTAKA Abubakar, 2003. Mutu karkas ayam hasil pemotongan tradisional dan penerapan sistem hazzard analysis critical control point. Jurnal Litbang Pertanian, 22 vol. (1). Hlm: 34-35 Balai Penelitian Ternak. Bogor. Agus, F.X., Suyono, R. Hermawan Analisis kelayakan usahatani pada sistem pertanian organik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Volume 2, nomor 2:hlm.136-137. Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cet. ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Anjak, 2006. Analisis Kebijakan Pengembangan Komoditas dan Agribisnis. Badan Agribisnis, 1995. Sistem strategi dan program pengembangan agribisnis. Badan Agribisnis, Jakarta. hlm. 3-4. Bell, D. & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. Springer Science and Busines Media Inc. New York. Boediono. 2002. Ekonomi Mikro seri Sinopsis Pengantar ilmu Ekonomi No. 1 Edisi Kedua Cetakan ke-23. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjahmada, Yogyakarta. Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Yayasan Pustaka Nusantar, Yogyakarta. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Departemen Pertanian. 2006. Musyawarah Rencana Pembangunan Pertanian. Jakarta. Direktorat Jendral Peternakan. 2005. Statistika Peternakan 2005. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Ensminger, K. 1991. Animal Science. 11th Edition. Interstate Publisher, USA. Fadillah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Jakarta. Fadillah, R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Jakarta. Gusasi, A. & M. A. Saade. 2006. Analisis pendapatan dan efisiensi usahaternak ayam potong pada skala usaha kecil. Jurnal Agrisistem, Vol. 2 No, 1. Hlm: 3-4. Hardjosworo, P. S. & Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Depok. Hartono, G. 2007. Analisis penawaran ayam pedaging (broiler) di tingkat petani. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Hendranoto, A. W. L. 1993. Teknologi dan Kesehatan Daging. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung. 47
Invovet, 2007. http://www.majalahinfovet.com/2007/08/tarik-menarik-pasar-mbmindonesia.html[30 Maret 2010]. Isramadhani. C. 2007. Analisis biaya manfaat usaha peternakan ayam broiler Sunan Kudus Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat (Studi Kasus di lokasi Jasinga Farm Kecamatan Jasinga, Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry. Tata McGraw Hill, New Delhi. Kadarsan, W. H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kartasudjana, R & E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta Keputusan Menteri Pertanian. 2001. Nomor : 424/Kpts/OT.210/7/2001. Pedoman Budidaya Ternak Ayam Pedaging Yang Baik (Good Farming Practice). Kay, R.D., W.M. Edward & P.A. Duffy. 2004. Farm Management. MacGraaw-Hill Inc., New York. Manullang, M. 1995. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. McNitt, J. I. 1983. Livestock Husbandry Techniques. Low Priced Ed. Granada Publishing Limited. London. Morran, E. T. & H. R. Orr. 1970. Influence of strain on the yield of comercial part from the chiken broiler carcas. Poultry Sci. 49: 725-726. Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Edisi Ketiga. Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Mulyono, S. 2001. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta. Murphy, B. D. & T. L Googwin. 1978. The effect of breed and sex on broiler yield and abdominal fat. Poultry Sci. 57:1176. Pakarti, S. I. B. 2000. Efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani ayam ras pedaging. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Priyanti, A. 2003. Analisis ekonomi usaha sistem integrasi tanaman-ternak. Makalah pada Apresiasi teknis program litkaji: Pola CLS di lahan kering. Sukamandi, 30 Juni-2 Juli 2003. Rahardi, F. & R, Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Rismarini, Z., E. S. Rohaeni., Z. Hikmah. 2006. Prospek pengusahaan ayam pedaging pada kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan: kasus di desa Palam kecamatan Cempaka kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Pros. 48
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Banjarbaru. Hal. 843-844. Saragih, B. 2000. Kumpulan Pemikiran: Agribisnis Berbasis Peternakan. Cetakan Kedua. Pustaka Wirausaha Muda. PT. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor. Standar Nasional Indonesia, 1995.Karkas Ayam Pedaging. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia. Indonesia Suharno, B. 2002. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Suharno, B. 2004. Agribisnis Ayam Ras. Cetakan Keenam. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon & J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas indinesia Press, Jakarta. Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Supriyono, R. A. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok (Buku 1). Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. Taslukha, S. M. 2007. Analisis pendapatan usahaternak ayam broiler Sunan Kudus Farm di unit farm Jasinga dan Gunung Bunder Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Thamrin. 1984. Pengaruh ransum dan galur ayam terhadap pembentukan lemak tubuh. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Thamrin S., Mufidah, M., & Alfian E. N. R. 2006. Analisis finansial usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan. Jurnal Agrisistem. Vol. 2 no. 1 hal: 33-36. Veranza, H. 2004. Analisis finansial usaha peternakan ayam broiler X di Desa Balekambang. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yunus, M., Muh. Amir S., & Kartika, E,Z. 2007. Analisis usaha peternakan ayam broiler. Jurnal Agrisistem, Vol. 3 No. 1: 57-59.
49
LAMPIRAN
50
51
52
53
Lampiran 4. Standar Broiler Jumbo 747 Hari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Berat Badan (gr) Jantan Betina Rata2 42 51 62 78 96 118 142 170 200 233 269 308 350 395 443 494 548 605 665 728 793 861 932 1005 1080 1157 1237 1318 1401 1486 1572 1660 1749 1839 1930 2022 2115 2208 2301 2395 2489 2583 2676
42 51 62 76 94 114 138 164 192 223 256 292 330 371 414 460 508 558 610 664 720 778 838 900 963 1028 1094 1162 1231 1301 1372 1444 1517 1591 1666 1741 1816 1892 1968 2044 2120 2196 2272
42 51 62 77 95 116 140 167 196 228 263 300 340 383 429 477 528 582 638 696 757 820 885 953 1022 1093 1166 1240 1316 1394 1472 1552 1633 1715 1798 1882 1966 2050 2135 2220 2305 2390 2474
Konsumsi Pakan Per Ekor (gr) Jantan Betina Rata2 Harian Kum. Harian Kum. Harian Kum.
35 36 42 47 52 58 63 68 73 80 83 90 94 101 106 115 120 126 130 136 140 145 150 154 159 162 166 171 175 179 184 187 191 195 199
141 176 212 254 301 353 411 474 542 615 695 778 868 962 1063 1169 1284 1404 1530 1660 1796 1936 2081 2231 2385 2544 2706 2872 3043 3218 3397 3581 3768 3959 4154 4353
32 36 39 45 49 54 59 64 68 71 77 82 86 91 96 103 108 111 116 119 123 127 130 133 136 139 141 144 147 151 152 156 157 160 162
138 170 206 245 290 339 393 452 516 584 655 732 814 900 991 1087 1190 1298 1409 1525 1644 1767 1894 2024 2157 2293 2432 2573 2717 2864 3015 3167 3323 3480 3640 3802
33 36 41 45 51 56 61 66 70 75 81 85 90 95 102 109 113 119 123 127 132 136 139 144 147 150 154 158 161 164 169 171 176 177 180
139 172 208 249 294 345 401 462 528 598 673 754 839 929 1024 1126 1235 1348 1467 1590 1717 1849 1985 2124 2268 2415 2565 2719 2877 3038 3202 3371 3542 3718 3895 4075
Jantan
0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.06 1.09 1.12 1.15 1.18 1.21 1.24 1.27 1.29 1.32 1.34 1.36 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.49 1.51 1.53 1.54 1.56 1.58 1.59 1.61 1.63 1.64 1.66 1.68
Konversi Pakan Betina Rata2
0.88 0.91 0.94 0.97 1.01 1.04 1.07 1.11 1.14 1.17 1.20 1.23 1.26 1.29 1.32 1.34 1.37 1.39 1.41 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.56 1.58 1.60 1.62 1.64 1.66 1.68 1.70 1.72 1.75 1.77
0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.07 1.10 1.13 1.16 1.19 1.22 1.25 1.28 1.30 1.33 1.35 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.55 1.57 1.60 1.61 1.63 1.65 1.67 1.68 1.70 1.72
Sumber: PT. Cibadak Indah Sari Farm, Tbk.,2009
54
Lampiran 5. Perhitungan Aspek Teknis Pemeliharaan - Bobot Rata-rata = b1 + b2 + b3 .... + bn n = 418,520 kg 229 = 1,82 kg -
Pakan yang Diberikan 762,421 kg
-
Pakan yang Dikonsumsi 685,853 kg
-
Pakan yang Tidak Terkonsumsi 76,568 kg
-
FCR = Pakan yang dikonsumsi PBB = 685,853 kg 378,445 kg = 1,81
-
Mortalitas = Ayam yang mati x 100% Total Ayam =
11 x 100% 240
= 4,58% -
Indeks Prestasi (IP) = Rata-rata bobot panen x (100-mortalitas%) Umur panen x konversi pakan = 1,82 x (100 – 4,58) x 100 35 x 1,81 = 274,134
x 100
55
Lampiran 6. Perhitungan Analisis Pendapatan Usahaternak a.
Perhitungan Analisis Pendapatan Penjualan Ayam Broiler dalam Bentuk Hidup Diketahui: Total Variable Cost (TVC) Total Fix Cost (TFC) Total Cost (TC) Total Revenue (TR) Sehingga: - Total Pendapatan -
Pendapatan/ekor
- Total Margin Kotor
b.
-
Margin Kotor/ekor
-
R/C Rasio
: Rp5.348.531,3 : Rp938.500,00 : Rp6.287.031,3 : Rp5.359.500,00
= TR-TC = Rp5.359.500,00-Rp6.287.031,3 = - Rp927.531,3 =π/n = - Rp927.531,3/229 = - Rp4050,35 = TR - TVC = Rp5.359.500,00-Rp5.348.531,3 = Rp10.968,7 = (TR-TVC)/n = Rp10.968,7/229 = Rp47,89 = TR / TC = Rp5.359.500,00/Rp6.287.031,3 = 0,85
Perhitungan Analisis Pendapatan Penjualan Ayam Broiler dalam Bentuk Karkas Diketahui: Total Variable Cost (TVC) Total Fix Cost (TFC) Total Cost (TC) Total Revenue (TR) Sehingga: - Total Pendapatan -
Pendapatan/ekor
- Total Margin Kotor -
Margin Kotor/ekor
-
R/C Rasio
: Rp5.577.531,3 : Rp938.500,00 : Rp6.516.031,3 : Rp6.520.893,00
= TR-TC = Rp6.520.893,00-Rp6.516.031,3 = Rp4861,7 = π/n = Rp4861,7/229 = Rp21,23 = TR-TVC = Rp6.520.893,00-Rp5.577.531,3 = Rp943.361,7 = (TR-TVC)/n = Rp943.361,7/229 = Rp4119,48 = TR/TC = Rp6.520.893,00/Rp6.516.031,3 = 1,0007
56
Lampiran 7. Perhitungan Analisis Harga Pokok Produksi Usahaternak Diketahui: Total Variable Cost (TVC) Total Fix Cost (TFC) Total Cost (TC) Total Revenue (TR) a.
b.
: Rp5.348.531,3 : Rp938.500,00 : Rp6.287.031,3 : Rp5.359.500,00
Sehingga: Metode Full Costing - Total HPP = Biaya Produksi (TFC + TVC) + Biaya Non Produksi = Rp6.287.031,3 + 0 = Rp6.287.031,3 - HPP/ekor = Total HPP/n (ekor) = Rp6.287.031,3/229 = Rp27.454,28 - HPP/kg = Total HPP/n (kg) = Rp6.287.031,3/418,52 = Rp15.022,05 Metode Variable Costing - Total HPP = Biaya Produksi (TVC) + Biaya Non Produksi = Rp5.348.531,3 + 0 = Rp5.348.531,3 - HPP/ekor = Total HPP/n (ekor) = Rp5.348.531,3/229 = Rp23.356,03 - HPP/kg = Total HPP/n (kg) = Rp5.348.531,3/418,52 = Rp12.779,63
57