ANALISIS RISIKO BERDASARKAN PERANAN OWNER DAN KONSULTAN PADA PEKERJAAN JALAN KABUPATEN KERINCI Dezi Purmana, Bahrul Anif, Yusrizal Bakar Program Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Abstract This study aimed to answer two main problems associated with the risk of delay completion of the work on road construction projects, including the first explain aspects of risk that must be considered in the process of execution of the work, especially coming from the owner and consultant planners, the second describes the priorites of each aspect of good risk the owner or consultant planner as an initial step for handling the impact. By using several analytical approaches, such as the approach to risk breakdown structure and analytical hierarchy process, the results showed that three are three criteria that should be cosidered a risk to overcome delays in the completion of such work is legal and contractual risk by 45%, amounting to 29% of construction risk and economic risk of 27%. While the parties who contributed to the delay when viewed from the role that each party is 85.7 % delay caused by the consultant and the remaining 14.3 % due to the owner role. Keywords : Risk Management, Risk Impact 1. PENDAHULUAN Fenomena maraknya pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai sektor, mulai dari sistim energi, transportasi jalan raya, bangunanbangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, yang kesemuanya itu memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal (Soemardi,2006). Adalah suatu hal yang umum bila mengaitkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6% pada tahun 2008 lalu, tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Namun demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Data yang di lansir oleh world Economic Forum pada tahun 2008 terisolir, dengan akses jalan yang baik,
menempatkan Indonesia pada posisi ke-86 dari 143 negara dalam hal kondisi infrastruktur (Wiryawan,2009). Meningkatkan pergerakan penduduk, terutama peningkatan pergerakan kendaraan bermotor akan berkorelasi dengan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan jalan. Semakin banyaknya kepemilikan kendaraan bermotor saat ini membuat derajat kejenuhan jalan menjadi semakin tinggi, hal ini dapat menghambat pergerakan penduduk yang dapat berakibat pada pertumbuhan suatu daerah. Perlu disadari bahwa, pemenuhan kebutuhan akan infrastruktur jalan yang memadai dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik antar daerah. Hal ini dapat dilihat pada daerah-daerah yang kegagalan yang bersumber dari faktor
maka pertumbuhan daerah tersebut akan lebih lambat dibandingkan daerah lainnya yang tidak terisolir. Beranjak dari fenomena tersebut jelas pembangunan infrastruktur jalan akan dihadapkan pada suatu risiko, risiko ini merupakan suatu konsekuaensi dari kondisi yang tidak pasti. Dalam suatu proyek konstruksi ketidak pastiannya sangat besar karena tidak dapat diprediksi secara pasti berapa keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh. Karena hal inilah maka perlu adanya manajmen risiko dari awal proyek konstruksi, untuk mengurangi risiko dan dampak dari risiko yang mungkin terjadi. Dalam pelaksanaannya manajemen risiko dilaksanakan melalui beberapa tahapan, diantaranya Risk Identification, Risk Analysis, Risk Response, Risk Monitoring and Control. Risiko dalam proyek konstruksi sebenarnya dipikul oleh banyak pihak yang terlibat didalamnya di antaranya owner dan konsultan perencana bisa saja bersumber dari beberapa aspek dominan, yaitu aspek ekonomi, aspek hukum dan aspek konstruksi (Ervianto, 2002). Ketiga aspek ini merupakan sumber penyebab risiko yang seharusnya disiasati secara baik dan efektif sehingga kemungkinan risiko yang akan terjadi dimasa akan datang dapat ditanggulangi dengan baik. Hasil evaluasi sepanjang lima tahun terakhir (2009 s/d 2013) yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci ditemukan beberapa pekerjaan yang diselenggarakan mengalami kegagalan. Secara kuantitatif dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerjaan (paket) yang dinyatakan gagal memenuhi harapan pengguana baik dari sisi waktu, biaya ataupun mutu sepanjang lima tahun terakhir yang disebabkan oleh masing-masing factor adalah sebagai berikut: 21.95 kegagalan yang bersumber dari aspek ekonomi, 35.35% kegagalan yang di sebabkan oleh faktor hukum dan kontrak, dan sisanya sebesar 42.7% adalah aspek penyebab maka kedepan dapat
konstruksi. Total keseluruhan paket pekerjaan yang dinyatakan gagal memenuhi harapan adalah sebesar 36,1% dari 118 seluruh paket pekerjaan jalan yang didanai dari APBD Kabupaten Kerinci untuk tahun anggaran lima tahun lalu. Kegagalan ini setelah ditelusuri ternyata disebabkan karena pelaksanaan studi awal (engineering, environment) tidak dilengkapi dengan data dan informasi akurat, ketidakakuratan serta minimnya data utilitas yang ada, pengadaan konsultan terlambat dan kualitas konsultan yang menang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kualitas personil tidak memenuhi standar, sulitnya akses kelokasi perencanaan kurang kompetibel dengan kondisi di lapangan, waktu penyelesaian perencanaan terlalu singkat dan tidak konsistennya dokumen kontrak. 2. PERMASALAHAN Beranjak dari uraian tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yang akan ditelusuri lebih jauh didalam penelitian ini, yaitu tidak efektifnya pelaksanaan pekerjaan khususnya lima tahun terakhir yang diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci disebabkan oleh karena tidak efektifnya pengelolaan factor-faktor yang diduga menjadi penyebab risiko baik yang berasal dari aspek ekonomi, hukum kontrak dan konstruksi. Oleh sebab itu dipandang perlu dilakukan suatu kajian yang komprehensif guna melihat dan merumuskan tindakan-tindakan pencegahan terhadap kegagalan/risiko dimasa akan datang melalui studi manajmen risiko. Diharapkan dengan diperolehnya sumber penyebab terjadinya risiko pada masing-masing Untuk meminimalisasi.
dilakukan upaya-upaya pencegahan yang lebih tepat dan akurat. 3.
PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang ada didalam penelitian ini, selanjutnya dapat dirumuskan dua hal yang harus dijawab secara mendalam, yaitu : 1. Faktor Risiko apa saja yang harus pekerjaan terutama yang berasal dari owner dan konsultan perencana dipertimbangkan didalam proses pelaksanaan? 2. Bagaimanakah prioritas masing-masing Faktor Risiko baik bagi owner ataupun konsultan perencana sebagai langkah awal untuk penanganan dampak yang dihasilkan? 4.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui faktor Risiko yang akan dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan terutama didasari pada peranan owner dan konsultan perencana. 2.Untuk mengetahui prioritas berdasarkan kepentingan antara owner dan konsultan. 5. TINJAUAN LITERATUR 5.1 Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi (Donald, 1992), menjelaskan bahwa risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalisir dampaknya. Proyek konstruksi merupakan suatu hal yang unik, spesifik dan dinamik, maka setiap proyek memiliki identifikasi risikonya masingmasing , dan respon risiko yang berbeda-beda
setiap aspek pekerjaan, seperti lokasi
5.2 Manajemen risiko pada Proyek jalan Pada dasarnya, manajemen risiko pada proyek jalan melalui beberapa tahap seperti identifikasi risiko, analisis risiko serta respon risiko. Yang membedakan di proyek jalan dengan proyek lainnya adalah pada risiko yang diidentifikasi. Risiko akan berbeda tergantung dari persepsi pemangku kepentingan pada proyek.( Ervianto,2002) mengemukakan beberapa idenifikasi risiko pada proyek jalan yang meliputi risiko karena faktor tanah, traffic, tarif, bunga, desain, pelaksanaan dan pemeliharaan. 5.3 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko. Risiko muncul karena adanya ketidakpastian akan suatu peristiwa yang belum terjadi. Dalam suatu ketidakpastian itu, risiko akan selalu berbanding terbalik dengan keuntungan. Ketidakpastian biasanya dapat meningkatkan faktor risiko yang dapat dilihat dari berpotensi terjadinya suatu keadaan negatif yang tidak diinginkan dari suatu peristiwa. Banyak kasus dimana semakin besar kemungkinan risikonya, maka akan semakin besar juga kemungkinan keuntungannya. Tetapi ada pula beberapa kasus dimana tingkat risikonya kecil, tetapi kemungkinan keuntungannya besar. Kemampuan memandang risiko dan keuntungan seseorang tidak sama satu dengan yang lainnya, semua bergantung kepada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Menganalisis risiko suatu hal yang penting dalam sebuah bisnis atau usaha. Dalam bidang konstruksi, risiko dapat dilihat dalam 6. METODOLOGI PENELITIAN
kerja, resources, atau jadwal pelaksanaan proyek. Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui dari awal kemungkinan kerugian dan keuntungan yang ada. 5.4 Risk Management Planning Perencanaan yang hati-hati dan jelas akan menentukan kesuksesan lima proses manajemen Risiko lainnya. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan Risiko yang timbul dalam suatu proyek. Proses perencanaan ini penting dalam menentukan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen Risiko apakah data dengan Risiko serta pentingnya proyek terhadap organisasi, untuk menyediakan sumber daya yang cukup, serta waktu untuk aktibvitas manajemen Risiko serta untuk menguatkan dasar pada persetujuan untuk mengevaluasi Risiko. Perencanaan manajemen Risiko menggambarkan bagaimana manajemen Risiko disusun dan dilaksanakan dalam sebuah proyek. 5.5 Risk Identification Langkah paling penting dalam manajemen Risiko adalah mengidentifikasi Risiko yang ada. Keseluruhan Risiko harus teridentifikasi untuk dapat dianalisis dan diketahui respon Risiko yang akan ditempuh, agar tidak berdampak negatif terhadap proyek. Para pengambil keputusan percaya bahwa keuntungan paling utama dalam manajemen Risiko adalah mengidentifikasinya dibanding menganalisisnya. Menurut buku Aguide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK), langkah yang dapat dilakukan dalam tahapan identifikasi risiko adalah Peninjauan kembali dokumen, Teknik mengumpulkan informasi, Analisis Checklist, Analisis Asumsi, dan Telnik Diagram.
jumlah
populasi
tersebut
dijadikan
6.1 Populasi dan Sampel Populasi
Sebelum penulis membahas lebih lanjut tentang populasi, terlebih dahulu akan diuraikan batasanbatasan populasi yang dimaksud, antara lain adalah sebagai berikut: menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research in Eduction, mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah yang lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi, dan juga populasi dirumuskan sebagai seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas. Beranjak dari definisi ini, maka penelitian ini menetapkan populasi dalam artian jumlah pekerjaan yang dikerjakan sepanjuang lima (5) tahun terakhir yaitu sebanyak 7 paket perkerjaan dengan nilai rata-rata masingmasing paket berkisar Rp. 2-4 miliar. Jika dikaitkan lingkup populasi ini sebagai dasar menentukan jumlah sampel dalam artian sempit adalah responden yang akan dituju, maka terlebih dahulu akan disajikan jumlah unsur/pihak yang terkait sesuai dengan lingkup penelitian yaitu pihak yang mewakili owner (PPK, PPTK dan Pengawas) serta pihak yang mewakili konsultan (Road Planning Engineer (RPE), Road Geotechnical Engineer (RGE) dan Road Design Engineer (RDE). Sampel menurut( Bakry ,1995) yang mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya pendapat lain menurut (Suharsimi ,1990) jika jumlah populasi penelitian yang ada berjumlah kecil dari 30, maka sebaiknya Kegagalan (risiko) Proyek Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kerinci 5 Tahun Terakhir
Penyimpangan dalam Pelaksanaan Peran dan Fungsi Owner maupun Konsultan Perencana
Upaya-upaya pencegahan berdasarkan prioritas penyebab dan dampak yang timbul
seluruhnya sebagai sampel penelitian, hal ini dimaksudkan supaya keberagaman karakteristik populasi yang ada nantinya tidak memberikan bias/kesalahan yang besar dalam penetapan hasil penelitian. Namun kondisi ini bisa ditoleransi jika sampel yang dituju adalah kelompok ahli (pakar) maka penentuan sampelnya boleh didasari pada jumlah yang dianggap mewakili apa yang akan digali. Didalam penelitian ini, responden (objek yang dijadikan sampel) adalah perorangan yang didefinisikan sebagai pakar. Menurut (Bakry,1995) kepakaran responden dapat ditentukan pada masa pengalaman kerja (diatas 5 tahun), tingkat pendidikan (Spesialis/Master), riwayat yang pernah diemban sesuai bidang tugas pekerjaan, pengakuan dari asosiasi bidang kepakaran dalam bentuk piagam/sertifikat. Berdasarkan lingkup definisi pakar seperti yang dimaksudkan oleh (Bakry ,1995) maka selanjutnya jumlah responden yang ada untuk masing-masing unsur hanya mewakili oleh PPK 3 orang, PPTK 5 orang dan Pengawas 2 orang, Road Planning Engineer 1 orang, Road Geotechnical Engineer, 4 orang dan Road Design Engineer 5 orang. 6.2 Model Penelitian Untuk memudahkan dalam memahami substansi permasalahan pada penelitian ini, Maka berikut diberikan gambaran model penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
dilengkapi jawaban yang sangat komunikatif
Gambar 1 : Model Penelitian Pengumpulan Data Data dan informasi yang dikumpulkan didalam penelitian ini dibedakan berdasarkan kebutuhan pada masing-masing tujuan penelitian.Selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut : Tujuan 1 Untuk mengetahui faktor risiko yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan terutama didasari pada peranan owner dan konsultan perencana. Data informasi opini pakar (yang ditetapkan sebagai responden) tentang penilaian probabilitas/kemungkinan terjadinya keterlambatan yang disebabkan oleh masing-masing variabel risiko beserta skala dampak yang ditimbulkan pada saat keterlambatan itu terjadi. Data ini diperoleh melalui satu set instrumen penelitian (kuesioner) yang disusun sedemikian rupa. Pada masing-masing pertanyaan akan disediakan jawaban dengan skala penilaian sesuai dengan kebutuhan tentang probabilitas dan dampak yang akan diukur. Data informasi opini pakar tentang penilaian mereka terhadap tingkat kepentingan masing-masing variabel untuk kemudian dijadikan suatu alasan dalam melakukan tindakan-tindakan pencegahan jika variabel tersebut memiliki probabilitas yang sangat besar dengan dampak yang juga besar. Tingkat kepentingan ini juga dapat melalui sebuah kuesioner yang diserahkan kepada pakar. Pada kuesioner juga 3. Menentukan tingkat nilai kepentingan masing-masing variabel risiko
sehingga memberikan kemudahan interpretasi bagi responden. Selengkapnya kebutuhan dan cara memperoleh data untuk menjawab tujuan pertama ini disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel.1 Kebutuhan Data Data Probabilitas kemungkinan terjadinya Jenis keterlambatan karena variabel risiko Tingkat Kepentingan masing-masing variabel risiko
Sumber Perolehan Pakar/Responden yang berasal dari Owner dan Konsultan Perencana
Cara Pengumpulan Kuesioner Tertutup
Pakar/Responden yang berasal dari Owner dan Konsultan Perencana
Kuesioner Tertutup
Tujuan 2 Untuk mengetahui prioritas masing-masing aspek risiko baik bagi owner ataupun konsultan perencana sebagai langkah awal untuk penanganan dampak yang dihasilkan. Tujuan kedua dari penelitian ini akan dijawab terlebih dahulu menggali dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu data pendapat responden masing-masing pihak baik owner ataupun konsultan tentang seberapa pentingkah sebuah variabel dibandingkan dengan variabel lain jika dikatakan variabel tersebut adalah sesuatu yang harus menjadi prioritas untuk dibenahi guna mengatasi potensi risiko keterlambatan kepentingan ini dibedakan menjadi sembilan (9) skala.
Analisis Dan Pembahasan
Sama halnya dengan bagian pertama, tingkat kepentingan juga diperoleh setelah jawaban kuesioner yang diberikan oleh responden diolah sedemikian rupa sehingga didapat informasi tentang distribusi frekuensi masing-masing jawaban responden pada setiap item pertanyaan. Analisis ini diperlukan untuk melihat kecenderuangan penilaian responden terhadap persepsi kepentingan mereka. 4. Menentukan tingkat kepentingan risiko Penentuan tingkat kepentingan risiko ditujukan untuk mengetahui risiko mana yang paling berpotensi dalam mengganggu jalannya proyek. Untuk mengetahui tingkat kepentingan risiko (importance level) dapat menggunakan persamaan Tingkat kepentingan risiko = frekuensi x dampak Dimana: Frekuensi adalah probabilitas seringnya risiko tersebut terjadi Dampak adalah seberapa besar pengaruh suatu risiko terhadap waktu proyek Risiko diurutkan berdasarkan dari hasil perkalian antara skala frekuensi dan dampak, disusun dari yang terbesar hingga yang terkecil. Selanjutnya indeks risiko didapatkan berdasarkan probabilitas dan dampaknya. Setiap indeks risiko mencerminkan tingkat risiko. Tingkat risiko tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu risiko rendah, risiko moderat dan risiko tinggi. Probabilitas adalah peluang/kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Probabilitas didasarkan pada analisis statistik atau experience judgement. Probabilitas juga dapat didasarkan pada data frekuensi kejadian tersebut dimasa lalu. Rating probabilitas adalah mulai sangat kecil sampai dengan sangat besar, atau nilai 0 s.d 1. Nilai rating probabilitas 0 berarti tidak akan terjadi dan nilai probabilitas 1 berarti dapat dipastikan akan terjadi. Dampak adalah akibat yang bersifat negatif terhadap pencapaian sasaran atau merugikan perusahaan. Besar kecilnya dampak harus didasarkan pada data atau pendekatan atas kerugian yang ditimbulkan.
Sama halnya dengan tahap pengumpulan data, tahapan analisis juga akan dijelaskan berdasarkan tujuan yang akan dijawab didalam penelitian ini. Tujuan 1 Untuk mengetahui faktor risiko yang harus diperimbangkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan terutama didasari pada peranan owner dan konsultan perencana. 1. Deskripsi Responden Karakteristik responden ini ditentukan dengan menggunakan perhitungan distribusi frekuensi yang akan memberikan informasi lengkap tentang jumlah pada masing-masing kriteria karakteristik. Tujuan analisis distribusi frekuensi ini adalah untuk melihat bagaimanakah arah kecenderungan karakteristik responden yang dipilih apakah sudah mewakili untuk kemudian didefinisikan sebagai pihak yang tepat dijadikan responden. Kerugian dapat dihitung atas dasar nilai 7. PEMBAHASAN
perolehan, nilai buku, nilai pasar atau nilai 7.1 Analisis Risiko dari persepsi owner penggantian. Selanjutnya dampak dengan metode Risk Breakdown dikonversikan dalam nilai skala 0 s.d 1. Rating Structure dampak ini akan berbeda untuk setiap Hasil analisis risiko yang diperoleh adalah klasifikasi risiko. sebagai berikut; Tabel 2 Analisis risiko masing-masing variabel Tujuan 2 Untuk mengetahui prioritas masing-masing faktor risiko baik bagi owner ataupun Variabel Rating Rating Kategori Rangkin Tingkat Risiko Risiko Probabilitas Dampak Risiko g Risiko konsultan perencana sebagi langkah awal (a) (b) (c) (d) = (b) x (c) (e) (f) x1 2.80 2.70 7.56 Moderat 6 untuk penanganan dampak yang dihasilkan. x2 2.50 2.50 6.25 Moderat 7 x3 3.50 3.80 13.30 Tinggi 2 1. Menyusun Hirarki Masalah x4 2.30 2.30 5.29 Moderat 9 x5 3.00 3.00 9.00 Moderat 5 Penyusunan hirarki dilakukan untuk x6 2.10 2.20 4.62 Moderat 15 x7 2.20 2.20 4.84 Moderat 13 memberikan kemudahan dalam analisis. x8 2.30 2.30 5.29 Moderat 11 x9 2.10 2.10 4.41 Moderat 16 Hirarki dibedakan kedalam beberapa level x10 2.30 2.30 5.29 Moderat 12 x11 3.00 3.00 9.00 Moderat 4 tujuan, dengan contoh sebagai berikut: x12 2.30 2.30 5.29 Moderat 10 x13 x14 x15 x16
Risiko Persepsi Owner owner Risiko Konstruksi (x1)
Risiko Ekonomi (x2)
Risiko Kontrak dan Hukum (x3)
Gambar 2 Hirarki masalah Pada gambar 3.3 terlihat bahwa secara hirarki permasalahan yang akan diselesaikan guna menentukan bobot prioritas masing-masing faktor risiko. Pada level 0 (risiko persepsi owner) adalah level utama yang tujuannya untuk mengetahui apa saja kriteria risiko yang paling besar muncul pada fungsi owner. Level 1 (x1, x2 dan x3) adalah level yang dijadikan objek yang akan mempertimbangkan sebagai prioritas kriteria risiko berdasarkan fungsi level 0. Penyusunan hirarki adalah bagian utama yang harus dibuat untuk mengetahui secara pasti permasalahan yang akan diteliti. 2. Penilaian tingkat kepentingan berpasangan Tahap kedua adalah memberikan penilaian tingkat kepentingan berpasangan untuk setiap level dan kriteria yang telah disajikan pada gambaran hirarki. 3. Mengembangkan Preferensi Kriteria Preferensi kriteria diawali dengan menggunakan model matrik n x n (n adalah banyaknya kriteria).
2.20 2.50 3.70 3.60
2.20 2.50 3.80 3.60
4.84 6.25 14.06 12.96
Moderat Moderat Tinggi Tinggi
14 8 1 3
Dari tabel analisis risiko di atas dapat diketahui bahwa risiko terbesar dari owner adalah(X15)Peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan tidak sesuai dengan bisnis plan, Pengadaan konsultan review desain terlambat yang menyebabkan waktu riview desain yang kurang memadai, kemungkinan personil yang kurang kompeten dan pengambilan sampling yang kurang memadai (X3) dan Menurunnya kinerja karena adanya perubahan kebijakan pemerintah (X16). Tabel 3 Kategori dan Tindakan Risiko yang ada pada pihak owner Variable Risiko x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10
Ktegori Risiko Moderat Moderat Moderat Tinggi Moderat Moderat Moderat Tinggi Tinggi Moderat
Tindakan Risiko Mitigasi Risiko Mitigasi Risiko Mitigasi Risiko Menghindari Risiko Mitigasi Risiko Mitigasi Risiko Mitigasi Risiko Menghindari Risiko Menghindari Risiko Mitigasi Risiko
Keterangan Investigasi, Monitor dan Review Investigasi, Monitor dan Review Mengubah Rencana Pekerjaan Mengubah Rencana Pekerjaan Investigasi, Monitor dan Review Investigasi, Monitor dan Review Investigasi, Monitor dan Review Mengubah Rencana Pekerjaan Mengubah Rencana Pekerjaan Investigasi, Monitor dan Review
Perhitungan Prioritas Global Langkah pertama dalam perhitungan analisis sensitivitas ini adalah menghitung bobot tingkat kepentingan risiko dari owner dan konsultan berdasarkan stuktur hirarki. Dari hasil pengisian kuesiner yang dilakukan oleh beberapa responden, didapat pembobotan tingkat risiko antara owner dan konsultan
seperti berikut : Langkah
terakhir
adalah
menghitung
R e s p o n d e n
Owner (x1) Terhadap Konsultan (x2)
1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
5
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
6
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
7
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
8
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dari beberapa responden yang ada, dilakukan perhitungan rata-rata geometrisnya (geomean) dengan rumus sebagai berikut ; aij= ( z1z2... zn)1/n Berdasarkan gambar di atas didapatkan nilai CR sebesar 0,02 atau 2.00%. karena lebih kecil dari 0.1 atau 10% maka bisa disimpulkan bahwa data secara grafis, masing-masing kontribusi risiko yang ditimbulkan oleh owner dan konsultan digambarkan sebagai berikut : 0.854
Konsultan
Owner
0.146
Gambar 3. Bobot Prioritas Risiko berdasarkan kepentingan antara Owner dan Konsultan Berdasarkan informasi pada gambar 3 diatas terlihat bahwa peranan owner menyebabkan terjadinya keterlambatan adalah sebesar 14.6% sementara dari pihak konsultan adalah sebesar 85.4%. selanjutnya setelah diperoleh nilai masing-masing bobot, maka sebelum bobot digunakan untuk menentukan nilai prioritas global perlu dipastikan apakah responden konsisten dalam menjawab kuesioner melalui nilai consistency ratio (CR). Hasil perhitungan dengan cara yang sama seperti pada tahapan sebelumnya diperoleh nilai CR sebesar 0.2. nilai CR yang diperoleh menyimpulkan bahwa responden konsisten dalam menjawab pertanyaan karena nilai CR 0.1. penelitian ini, yaitu :
prioritas global dari bobot yang telah dihitung sebelumnya. Prioritas global ini didapat dengan perkalian matriks antara bobot tiap kategori risiko dari owner dan konsultan dikali dengan bobot tingkat risiko masing-masingnya. Berikut rekapitulasi perhitungan bobot faktor risiko berdasarkan sumber penyebab dan persepsi masingmasing pihak. Tabel 5. Bobot Konstribusi masing-masing faktor risiko Faktor Risiko Hukum dan Kontrak Ekonomi Konstruksi
Owner 0.314 0.368 0.318
Pihak konsultan 0.470 0.250 0.280
Tabel 6. Bobot Risiko berdasarkan sumber penyebab Sumber Risiko Owner Konsultan
Bobot 0.146 0.854
Selanjutnya berdasarkan hasil tabel 5 dan 6 diatas akan diperoleh bobot perhitungan faktor risiko berdasarkan peranan owner dan konsultan sebagai berikut: Risiko hukum dan kontrak (0,314 x 0,146) + (0,470 x 0,854) = 0,45 Risiko ekonomi (0,368 x 0,146) + (0,250 x 0,854) = 0,27 Risiko Kontruksi (0,318 x 0,146) + (0,280 x 0,854) = 0,29 Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa total keseluruhan bobot perhitungan faktor-faktor risiko dari masing-masing peranan (owner ataupun konsultan) dapat diurutkan dari yang paling besar hingga paling kecil, yaitu kategori risiko hukum dan kontrak sebesar 45%, kategori risiko konstruksi sebesar 29% dan kategori risiko ekonomi sebesar 27%. 8. PENUTUP 8.1 kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang terkait dengan tujuan . Kontraktor Kecil dan Menengah
1.
Terdapat 3 faktor risiko penyebab keterlambatan waktu penyelesaikan yang harus dipertimbangkan oleh owner dan konsultan yaitu Faktor Konstruksi, Faktor Ekonomi, Faktor Hukum dan Kontrak. Ketiga kriteria risiko ini menjadi pertimbangan yang amat penting didalam pelaksanaan pekerjaan karena akan memberikan dampak pada baik buruknya kinerja organisasi. 2. Prioritas masing-masing Faktor risiko ditentukan berdasarkan nilai bobot yang dimiliki oleh masing-masing kriteria berdasarkan hasil analisis adalah prioritas pertama adalah kriteria hukum dan kontrak, prioritas kedua adalah kriteria konstruksi dan prioritas ketiga adalah kriteria ekonomi. 5.2 Saran 1. Sebaiknya penanganan dampak risiko pada masing-masing pihak baik owner maupun konsultan diatasi dengan melakukan mendekatan manajmen risiko yang lebih efektif salah satunya melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk mencegah dampak risiko yang akan terjadi. 2. Oleh karena lingkup pihak yang dibahas didalam penelitian ini hanya dibatasi pada dua elemen saja, maka penelitian selanjutnya dapat menguraikan faktorfaktor risiko yang berasal dari komponen lain misalnya adalah kontraktor dan masyarakat. 9. REFERENSI Adi Tisna Rayadi (2003), Kajian Aspek Risiko Keterlambatan pada kelayakan Proyek, Tesis, Departemen Teknik Sipil, ITB Donald S. Barrie (1992), Professional Construction Mangemen, 1992. Ervianto, W.I (2002), Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Felicitas Sri Marniati (2003), Kajian Risiko Pada Konstuksi Jalan, Tesis, Universitas Indonesia, 2003 Farid, M (2005), Identifikasi factor-faktor penyebab permasalahan pengembangan Kemampuan Kontraktor Kecil dan Menengah
dalam Dinamika Otonomi Daerah (Studi kasus Kabupaten Bandung), Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung. Flanagan, R & Norman, G. 1993, Risk Management and Construction. Blackwell Science, London. Hendricson, (2000), project Management for contruction. Kangari, R. 1995. Risk Management Perceptions and Trends of U.S. Constuction. Journal of Counstruction Engineering and Management. ASCE. Oberlender, (2000). Project Management for Engineering contruction. Pribadi K.S, Affandi.F, Firmadi.A. (1998), Jurnal Teknik Sipil Vol. 5 No. 1 Januari 1998, Institut Teknologi Bandung. Romelda Promiastria Simamora (2008), Penyebab Terjadi Risiko Kegagalan Proyek, Tesis, USU Singarimbun, M. (1989), Metode Penelitian Suvey, LP3S, Jakarta. Tika, M.P (2005), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Penerbit Bumi Aksara.
Efrizon (2014), Tinjauan Risiko Pada Objek Jalan Kabupaten Pasaman Hingga Perbatasan Sumatera Utara, Toruan, R.L. (2005), Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Wiryodiningrat, P. (1997), ISO 9000 Untuk Kontraktor, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarno Surakhmad (1985), Pengantar Peneliti Ilmiah. Cet. II. Bandung: Taristo