PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Maria Astri Pramudya 131424045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Maria Astri Pramudya 131424045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak Sugiyanto dan Ibu Sri Mardiningsih atas doa, nasihat, dan dukungan yang tidak terbatas.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana yang layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2017 Penulis
Maria Astri Pramudya
.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Astri Pramudya NIM
: 131424045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memeberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang dibuat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 25 Juli 2017 Yang menyatakan,
(Maria Astri Pramudya)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PEMAHAMAN DAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang materi alat optik antara kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan dan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan. Di SMP Negeri 1 Muntilan penelitian di laksanakan pada tanggal 10 Mei, 22 Mei, 23 Mei, dan 31 Mei 2017. Sedangkan di SMP Negeri 2 Muntilan, penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei, 16 Mei, 17 Mei, dan 31 Mei 2017. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri Muntilan dan siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Muntilan. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest dan posstest. Kemudian data ini dianalisis sengan menggunakan SPSS dengan menggunakan α 0.05. selain itu peneliti menggunakan observasi langsung untuk melihat proses pembelajaran dikelas. Data observasi berupa video pembelajaran dan lembar observasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan kurikulum yang diterapkan oleh sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa kelas VIII pada materi alat optik dan peningkatan pemahaman dari kedua kelas meningkat sama besar. Sedangkan dalam proses pembelajaran kurikulum 2006 lebih bisa memenuhi tuntutan kurikulum. Untuk kurikulum 2013 pada proses pembelajaran dikelas belum dapat sepenuhnya memenuhi tuntutan kurikulum 2013 yang seharusnya.
Kata kunci : peningkatan pemahaman, proses pembelajaran, kurikulum 2013, kurikulum 2006
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE COMPARATIVE ANALYSIS OF UNDERSTANDING AND LEARNING PROCESS OF STUDENTS ABOUT THE MATERIALS ON OPTICAL DEVICES OF CURRICULUM 2013 AND CURRICULUM 2006 IN VIII CLASS JUNIOR HIGH SCHOOL OF MUNTILAN
The purpose of this research is to know the level’s comparison of understanding and learning process in students about the material optical devices between Curriculum 2013 and Curriculum 2006 at 1st State Junior High School and 2nd State Junior High School of Muntilan. The research was conducted in 1st State Junior High School of Muntilan and 2 State Junior High School of Muntilan. The research in 1st State Junior High Scool of Muntilan was conducted on May 10, May 22, May 23, and May 31 in 2017. While the research in 2sd State Junior High School in Muntilan was conducted on May 12, May 16, May 17, and May 31 in 2017. The sample of research is the students of class G in VIII, 1st State Junior High School of Muntilan and students of class F in VIII, 2nd State Junior high School of Muntilan. The instruments used in this research are pretest and posttest. Then the data is analyzed by using SPSS by using α 0.05. In addition, the researcher used direct observation to see the learning process in the class. The observations data are analyzed according to the curriculum which is applied by the school. nd
The research result shows that Curriculum 2006 and Curriculum 2013 improve the understanding of material optical devices. Whereas the learning process of the curriculum 2006 more fulfill the curriculum’s requirement then the curriculum 2013. Keywords: improvement of understanding, learning process, curriculum 2013, and curriculum 2006.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. ANALISIS PERBANDINGAN
TINGKAT
PEMAHAMAN
DAN
PROSES
PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Mataematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, saran, nasehat, semangat, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sabar
mengarahkan,
mendengarkan,
memperhatikan,
dan
mendampingi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Kepala SMP Negeri 1 dan Kepala SMP Negeri 2 Muntilan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan. 3. Bapak Susanto, S. Pd. Dan Ibu Wiwik, S. Pd selaku Guru IPA di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian yang telah banyak membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma. 5. Segenap staf sekertariat JPMIPA yang telah membantu segala urusan administrasi selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma. 6. Lambertus Pramudya Wardhana yang telah memberi, perhatian, bantuan, semangat, dan teladan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Cicilia Dewi Pramudya dan Ignatius Agung Pramudya yang sudah dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, dan memberi perhatian kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kristina Novitasari Juur, Foury Deva, Hana Viviana, Dian Putri, Felisia Arum, Leonardus Agung atas perhatian, saran, bantuan dan kesediaannya mendengarkan segala keluhan penulis selama penyelesaian skripsi ini. 9. Semua teman Pendidikan Fisika 2013 yang berkontribusi besar dalam kehidupan kuliah penulis.
Yogyakarta, 25 Juli 2017
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vi ABSTRACT ......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Batasan Masalah ....................................................................... 7 C. Rumusan Masalah ..................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian .................................................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 9 A. Pemahaman ............................................................................... 9 B. Belajar ...................................................................................... 10 C. Proses Belajar ........................................................................... 13 D. Sikap ........................................................................................ 17 E. Proses Pembelajaran ................................................................ 19 F. Kurikulum ................................................................................ 20 G. Alat Optik.................................................................................. 37 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 51 A. Desain Penelitian ..................................................................... 51 B. Sampel ...................................................................................... 51 C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................. 52 D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 52 E. Instrumen Penelitian ................................................................ 53 F. Validasi ..................................................................................... 61 G. Metode Analisis Data ............................................................... 62 BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .................................... 64 A. Deskripsi Penelitian ................................................................. 64 B. Data dan Analisis ..................................................................... 69 C. Pembahasan Umum ................................................................ 103
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 107 A. Kesimpulan ............................................................................. 107 B. Saran ....................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 109 LAMPIRAN ...................................................................................................... 110
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Fase proses belajar
14
Table 2.2
Kegiatan pembelajaran pendekatan scientific
34
Table 2.3
Contoh kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
35
Table 3.1
Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2013
55
Table 3.2
Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2006
58
Table 4.1
Proses pelaksanaan penelitian kelas VIII G Kurikulum 2013
65
Table 4.2
Proses pelaksanaan penelitian kelas VIII F Kurikulum 2006
66
Table 4.3
Nilai pretest dan posttest kelas VIII G kurikulum 2013
70
Table 4.4a Hasil means nilai pretest dan posttest kelas VIII G
71
Table 4.4b Hasil Uji T-Dependen nilai pretest-posttest kelas VIII G kurikulum 2013 71 Table 4.5
Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F kurikulum 2006
73
Table 4.6a Hasil means niali pretest dan posttest kelas VIII F kurikulum 2006
74
Table 4.6b Hasil Uji T-Dependen nilai pretest-posttest kelas VIII F kurikulum 2006 74 Table 4.7
Nilai pretest untuk kelompok A dan kelompok
76
Table 4.8a Hasil means dari kelompok A dan kelompok B
77
Table 4.8b Hasil Uji T-Independen kelompok A dan Kelompok B
78
Table 4.9
79
Nilai posttest untuk kelompok A dan kelompok B
Table 4.10a Hasil means dari kelompok A dan kelompok B
80
Table 4.10b Hasil Uji T-Independen kelompok A dan kelompok B
81
Table 4.11 Nilai selisih posttest-pretest kelompok A dan kelompok B
82
Table 4.12a Hasil mean dari selisih posttest-pretest kelompok A dan kelompok B
83
Table 4.12b Hasil Uji T-Independen selisih posttest-pretest kelomok A dan kelompok B
xiii
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Table 4.13 Rangkungan perbandingan hasil observasi proses pembelajaran di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan
xiv
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Bagian-bagian mata
37
Gambar 2 Pembentukan bayanagan pada Lup
44
Gambar 3 Pembentukan bayangan padamikroskop
45
Gambar 4 Pembentukan bayangan pada teropong bintang
47
Gambar 5 Pembentukan bayangan pada teropong bumi
48
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah usaha masyarakat dan pemerintah melalui sebuah bimbingan belajar yang mempersiapkan anak-anak penerus bangsa untuk memainkan peran yang ada di masyarakat lokal, nasional, dan global untuk kehidupan yang akan datang. Dari pernyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan menjadi sektor yang sangat penting dalam menghasilkan generasi penerus suatu Negara. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Akibatnya perlu dilakukan
pembaharuan
pendidikan
secara
terencana,
terarah,
dan
berkesinambungan. Untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara local, nasional, dan global pemerintah mengatur sistem pendidikan melalui sebuah kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang (Zainal, 2011: 1). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di Indonesia sendiri tercatat sudah 10 kali berganti kurikulum sejak tahun 1947. Pergantian kurikulum ini bertujuan untuk lebih menyempurnakan sistem pendidikan nasional dan menciptakan sistem pendidikan yang dapat menghasilkan generasi yang mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia antara lain : kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan terakhir kurikulum 2013. Pada tahun ajaran 2016/ 2017 ini di Indonesia berjalan 2 kurikulum yaitu kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013. Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 juga merupakan kurikulum yang standar kompetensi dan kompetensi dasarnya sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam kurikulum 2006 guru dituntut untuk mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerah. Sedangkan Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir diantaranya: 1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaksi guru-peserta didik- masyarakat – lingkungan alam, sumber/media lainya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pembelajaran jejaring; 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktifmencari; 5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok; 6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran
berbasis
masal
menjadi
kebutuhan
pelanggan
dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup menjadi pribadi warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan perubahan dunia. Karakteristik kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut diantaranya : 1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 3) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti (lampiran permendikbud no 68 tahun 2013 kurikulum SMP). Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan diantaranya IPS dan PPKn, sedangkan untuk materi yang ditambahkan seperti materi Matematika. Berjalannya 2 kurikulum ini dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan sekolah untuk menerima kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Ketidaksiapan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendistribusian buku guru dan buku siswa yang tidak lancar, penerapan kurikulum baru yang terkesan terburu-buru, belum semua guru menjalani BIMTEK untuk kurikulum 2013, tuntutan kurikulum 2013 yang dirasa membebani guru dan siswa, dan lain sebagainya. Dengan adanya beberapa masalah yang timbul terkait kurikulum 2013 ini pada masa jabatan Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ke 26, Kemendikbud melakukan penelaahan ulang kurikulum 2013, revisi konsep, dan melibatkan publik. Dalam dokumen kurikulum penerapan kurikulum 2013 ini dilakukan secara bertahap sampai batas waktu tahun 2020. Hal ini sangat menguntungkan sekolah terutama sekolah yang memang belum siap untuk menerapkan kurikulum 2013. Dengan demikian kemendikbud mengijinkan sekolah-sekolah yang belum siap menggunakan kurikulum 2013 untuk tetap menggunakan kurikulum 2006 sampai sekolah tersebut siap menerapakan kurikulum 2013. Dua kurikulum yang berjalan pada satu sistem pendidikan nasional akan mengakibatkan beberapa masalah yang timbul karena masing-masing dari kurikulum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Masalah yang mungkin akan dihadapi sekolah terutama guru dengan siswa diantara lain: metode yang digunakan dalam menyampaikan materi, tingkat pemahaman siswa, beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
materi yang berbeda, dan lain sebagainya. Penyampaian materi dengan metode yang berbeda dapat berakibat pada proses belajar yang dialami oleh siswa, hal ini juga dapat berpengaruh terhadap pemahaman yang diterima siswa selama belajar atau selama mengikuti proses pembelajaran. Belajar merupakan dasar dari rangkaian proses pembelajaran yang diterima dan dialami siswa di sekolah. Belajar menurut Winkel (2004: 59) “ adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan,
yang
menghasilkan
sejumlah
perubahan
dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Sedangkan proses pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Artinya, proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas antara siswa dengan guru dimana siswa tidak hanya menerima ilmu yang diberikan oleh guru namun berupa interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainya, dan siswa dengan lingkungan sekitar terutama pada mata pelajaran IPA. Interaksi pembelajaran yang terbentuk juga berupa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran didalam kelas. Sikap menurut Lange (dalam Azwar, dalam Susanto 2013: 10), tidak hanya merupakan aspek mental saja, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi sikap harus mengandung kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Karena jika mental saja yang dimunculkan, maka belum ditampilkan secara jelas sikap seseorang. Sedangkan, menurut Sudirman (dalam Susanto 2013 : 11), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
cara, metode, pola dan tekhnik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran dapat menjadi salah satu parameter pemahaman yang diterima oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Parameter ini nantinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang berupa hasil test. Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto 2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Materi alat optik merupakan materi yang kompleks dan cukup sulit, karena materi ini merupakan materi yang merupakan penerapan konsep dari materi-materi sebelumnya. Pada materi ini Guru IPA dituntut untuk menyiapkan materi dengan matang dan dapat menyampaikan serta membimbing siswa agar siswa dapat memahami materi ini. Dengan adanya perbedaan kurikulum yang berjalan di beberapa sekolah dan pada pokok bahasan yang sama, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN
TINGKAT PEMAHAMAN DAN
PROSES PEMBELAJARAN SISWA TENTANG MATERI ALAT OPTIK PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM 2006 DI SMP KELAS VIII MUNTILAN.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Batasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah maka peneliti membatasi penelitian ini pada tingkat pemahaman dan proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 siswa SMP kelas VIII pada SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan.
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang materi alat optik kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan. 2. Bagaimana proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik antara kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Perbandingan tingkat pemahaman siswa tentang materi alat optik antara kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di kelas VIII pada SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan. 2. Proses pembelajaran siswa tentang materi alat optik pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 di kelas VIII pada SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah untuk dapat lebih memahami dan mengerti tentang tingkat pemahaman dan proses belajar siswa sehingga nantinya dapat membantu dalam menentukan metode pengajaran yang tepat sasaran bagi siswa. 2. Bagi Prodi Pendidikan Fisika Peelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian yang serupa dan penelitian ini juga berguna untuk menambah data penelitian mengenai perbandingan kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai suatu proses memahami atau memahamkan dari proses yang sudah diterima. Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsing yang dilakukan. Adapun menurut Carin dan Sund, 1980 (dalam Ahmad Susanto, 2013: 6) pemahaman diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan kemampuan. Dari definisi yang diberikan oleh Carin dan Sun diatas dapat dipahami bahwa pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Pemahaman
merupakan
kemampuan
untuk
menerangkan
dan
menginterpretasikan sesuatu: ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang ia terima. b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang telah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
c. memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadahi. d. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya memberikan gambaran kepada satu contoh saja tetapi mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat itu. e. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai kemampuan sendiri, seperti, menerjemahkan, menginterpretasikan,
ektrapolasi
(memperhitungkan/meramalkan
kemungkinan), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
B. Belajar Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilaisikap. Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas (Winkel, 2004: 59). Perubahan akibat belajar tidak akan hilang begitu saja dan cenderung akan bertahan lama. Misalnya seseorang yang telah belajar naik sepeda akan mampu naik sepeda saat usianya menginjak dewasa. Menurut Gagne (1989 dalam Susanto, 2013 : 2), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Bagi Gagne,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
belajar dimaknai sebagai proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaaan, dan tingkah laku. Selanjutnya Gagne, dalam teorinya yang disebut the domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu : 1. Ketrampilan motoris (motor skill): adalah ketrampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan loncat. 2. Informasi Verbal: informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa symbol yang tampak (verbal). 3. Kemampuan Intelektual: selain menggunakan simbol verbal, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk dan ukuran. 4. Strategi Kognitif: Gagne menyebutkan sebagai organisasi ketrampilan yang internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditunjukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja, memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang serius. 5. Sikap (attitude): sikap merupakan faktor penting dalam belajar; karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil baik. Sikap seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinan, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh. Belajar menurut Hilgard (1962), adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi didalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya. Hamalik (2003) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurit pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil dan tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkunganya. Perubahan ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas/ perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang dialami manusia sebagai akibat hasil interaksi manusia dengan sesama manusia atau manusia dengan lingkungan sekitar. Proses belajar dapat timbul akibat pengalaman yang dialami oleh manusia secara langsung. Proses belajar dapat mengubah kebiasaaan, sifat, dan perilaku manusia.
C. Proses Belajar Proses Belajar dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam arti luas, proses belajar adalah: “Suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu relatif konstan (Winkel, 2004: 337). Setiap kegiatan belajar siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada siswa; perubahan itu akan nampak dalam tingkah laku siswa atau prestasi siswa. Sedangkan dalam arti sempit, “proses belajar” menunjukan pada bentuk atau jenis belajar (Winkel, 2004: 338). Setiap bentuk dan jenis belajar memiliki ciri-cirinya sendiri yang membedakan adalah jenisnya. Setiap jenis belajar mengandung suatu proses belajar tersendiri yang memiliki kekhususan sendiri, yang membedakannya dari jenis belajar lain. Namun semua jenis belajar itu meliputi suatu proses belajar yang menunjukan gejala-gejala yang terdapat pada semua proses belajar. Menurut pandangan Gagne (dalam Winkel, 350) seluruh kejadian internal yang berlangsung bila orang belajar, dapat dilukiskan juga sebagai rangkaian/pola fase dalam proses belajar. Fase-fase dalam proses belajar disekolah adalah sebagai table 2.1 berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 2.1 Fase Proses Belajar Fase Belajar
Contoh
1. Fase Motivasi: siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri
Siswa kerap mengamati gejala sebagai berikut: dibagian luar gelas yang berisikan air es, melekat tetes-tetes air, sehingga tangan menjadi basah bila gelas itu dipegang. Dalam pelajaran IPA gejala itu akan diselidiki sebabnya. Siswa akan tertarik pada masalah ini dan ingin mengerti mengapa demikian.
2. Fase Konsentrasi: siswa khusus memperhati kan unsurunsur yang relevan, sehingga terbentuk pola perseptual tertentu. 3. Fase Mengolah : Siswa memahami informasi dalam STM (Short Term Memory) dan mengolah informasi untuk diambil maknanya (dibuat berarti)
Siswa mengamati bahwa permukaan gelas dibagian luar terasa lebih dingin dibandingkan dengan benda-benda lain yang dipegang. Disamping itu, gelas terasa basah, sedangkan bendabenda lain tidak. Unsur-unsur yang relevan adalah: terasa dingin dan basah.
Siswa bertanya-tanya apakah dingin disebabkan karena basah ataukah basah disebabkan karena dingin? Selain itu bertanya-tanya dari mana tetes-tetes air berasal. Tidak mungkin tetes-tetes itu berasal dari dalam gelas. Mungkinkah tetes-tetes tersebut berasal dari udara? Apa yang terjadi bila suhu udara turun ? Uap air dalam udara akan berkurang, uap air yang berkurang itu akan dilepaskan. Jadi, bila bagian luar gelas menjadi basah; hal itu berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan gejala dilepaskanya uap air.
4. Fase Menyimpan: siswa menyimpan informasi yang telah dikelola dalam LTM (Long Term Memory); informasi dimasukan keladam ingatan. Hasil belajara sudah diperoleh, sebagaian atau keseluruhan. 5. Fase Menggali (1) : siswa menggali informasi yang tersimpan didalam ingatan dan memasukan ya kembali kedalam STM (working memory). Informasi ini dikaitkan dengan
Siswa memasukan kaidah yang telah ditemukan kedalam ingatan; lalu disimpan dalam bentuk beberapa proposisi: “bilamana suhu udara turun, uap air yang berkurang itu dilepaskan “.
a. – siswa menggali kaidah itu dari ingatanya dan menghubungkanya dengan gejala lain yang dipelajari kemudian yaitu melekatnya tetes-tetes air itu pada bagian luar gelas. Dari mana tetes-tetes itu berasal? berasal dari uap air yang dilepaskan itu dan kemudian mengembun gejala kondensasi air. Ditemukan kaidah baru. “ uap air yang dilepaskan berubah bentuk dan mengembun”. Maka masalah mengapa gelas yang berisikan air es dibagian luarnya menjadi basah, telah dipecahkan berdasarkan prinsip: air es yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
informasi baru atau dikaitkan dengan sesuatu diluar lingkup bidang studi yang bersangkuta n (transfer). Dimasukan kembali ke LTM.
b. Fase Menggali (2) : Siswa menggali informasi yang tersimpan dalam LTM dan mempersiap kannya sebagai masukan bagi fase prestasi. Langsung atau melalui STM. 6. Fase Prestasi : Informasi yang tergali digunakan untuk memberikan prestasi yang
berada didalam gelas menyebabkan suhu udara disekeliling gelas turun; ini menyebabkan ada uap air yang dilepaskan; uap air itu mengembun dan menempel pada dinding gelas dalam bentuk tetes-tetes air. Prinsip ini dimasukan kedalam LTM kemudian disimpan. - Siswa mentranferkan prinsip ini pada gejala klimatologis: kerap turun hujan didaerah pegunungan karena udara, yang dipaksakan naik menjadi lebih dingin. Maka…
b.
Siswa diminta untuk memberikan contoh lain mengenai kondensasi air dan alasan yang mendasari gejala itu. Siswa menggali prinsip yang tersimpan didalam LTM-nya dan menjadikan diri sadar kembali akan prinsip itu dan memasukanya dalam STM-nya.
Siswa memberikan contoh: tetestetes air yang melekat pada kacakaca luar bis, bila udara didalam bis menjadi panas (lebih panas dari pada udara diluar) Siswa memberikan demonstrasi: menaruh buah jeruk dalam lemari es dalam waktu yang lama. Kemudian mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menampaka n hasil belajar.
jeruk dari lemari es dan meletakanya diatas meja. Kulit jeruk menjadi basah.
7. Fase umpan balik : siswa mendapat konfirmasi sejauh konfirmasin ya tepat.
Siswa mendapat komentar dari guru “contoh itu tepat” atau mengamati sendiri, bahwa jeruk itu basah bila diambil dari meja.
Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses belajar merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan pengetahuan-pemahaman siswa berubah dan bertambah, proses belajar juga memiliki skema atau fase yang menunjukan bahwa pengetahuan-pemahaman siswa berubah melalui proses belajar.
D. Sikap Menurut Lange (dalam Azwar, 1998 :3) dalam Susanto (2013:10), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi dalam sikap harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukannya. Azwar juga mengemukakan tentang struktur sikap yang terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Untuk menjelaskan lebih lanjut ketiga aspek tersebut, Banny dan Johnson (dalam Yousda dan Arifinn, 1993:68, dalam Susanto, 2013 : 10) mengungkapkan mencakup ketiga aspek tersebut, yaitu :
berbagai model yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.
Teknik pelaporan diri sendiri (self-report technique). Teknik pelaporan diri berbentuk respon seseorang terhadap sejumlah pertanyaan. Respons ini mungkin berupa “ya” atau “tidak”, atau mungkin pula dinyatakan dalam bentuk skala yang menunjukan derajat respon negatif atau positif terhadap perangsang yang bersangkutan dengan suatu objek sikap.
2. Observasi terhadap perilaku yang nampak (observation of behavior). Dengan model seperti ini, sikap ditafsirkan dari perilaku seseorang yang tampak, dengan memperhatikan tiga dimensi, yaitu arah perilaku (positif dan negatif), kadar atau derajat tersebut yang memperhatikan kontinuitas dari lemah, sedang, kuat, dan kuat sekali, dan intensitas atau kekuatan sikap tersebut untuk menentukan kemunculan dalam perilaku. 3. Sikap yang disimpulkan dari perilaku orang yang bersangkutan, dalam hal ini sikap diperkirakan berdasarkan tafsiran terhadap perkataan, tindakan dan tanda-tanda nonverbal, seperti gerakan muka atau badan seseorang. Menurut Sudirman (1996: 275), sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Dari beberapa definisi sikap yang dilontarkan oleh beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan respon fisik dari diri seseorang akibat aktivitas mental, dimana mental dan fisik bekerja secara serempak. Sebagai contoh aspek sikap terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ketika siswa aktif maka terjadi aktivitas mental dan fisik secara bersamaan yang menyebabkan siswa tersebut dapat memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Keaktifan siswa belajar merupakan keikutsertaan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, baik pada saat guru menerangkan atau pada saat siswa berdiskusi. Keaktifan siswa dapat dilihat dari : perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat, dan saling membantu dalam memecahkan masalah.
E. Proses Pembelajaran Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambahin awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Winkel
(Siregar,
2011:
12)
mengungkapkan
bahwa
pengertian
pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang langsung dialami siswa. Menurut Suherman (Jihad, 2012: 11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Komunikasi yang dimaksud ialah proses dimana para partisipan/siswa menciptakan dan saling berbagai informasi satu sama lain guna mencapai pengertian timbal balik. Sedangkan menurut Usman (Jihad, 2012: 12) pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa definisi pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses dimana ada dua aktivitas berjalan secara langsung yaitu belajar dan mengajar, dimana ada hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa.
F. Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus
merupakan
pedoman
dalam
pelaksanaan
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu para pengembang kurikulum dan guru harus mempuyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
wawasan yang luas agar kurikulum dapat bersifat dinamis dan dapat tetap mengikuti perubahan sesuai dengan kebutuhan siswa. Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari Bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.
Secara
terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk mendapatkan ijazah. Pengertian kurikulum ini dianggap tradisional karena menjadikan mata pelajaran sebagai pokok utama dalam kurikulum. Othanel Smith, Stanley, dan Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set up in the school for the pupose of disciplining children and youth in group ways of thinking anda acting. Pengertian ini menunjukan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik. Galen Saylor dan William Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya. Kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman melainakan semua upaya sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah. Harold Alberty juga memahami kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the students by the school. Pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi dan Peranan Kurikulum Jika dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum mempunyai fungsi sebagai berikut : a) Fungsi Preventif Fungsi preventif yaitu fungsi yang mencegah kesalahan para pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana kurikulum. b) Fungsi Korektif Fungsi korektif merupakan fungsi yang mengoreksi dan membetulkan
kesalahan-kesalahan
yang
dilakukan
oleh
pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum. c) Fungsi Konstruktif Fungsi konstruktif merupakan fungsi yang memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum yang lebih baik pada masa yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dilihat dari sisi peserta didik, Alexandder Inglis dalam bukunya Principle of Secondary Education mengemukakan beberapa fungsi kurikulum, sebagai berikut : a) Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) Membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya secara menyeleruh b) Fungsi Pengintegrasian (the integrating function) Membentuk pribadi-pribadi yang terintegrasi sehingga mampu bermasyarakat c) Fungsi Perbedaan (the differentiating function) Membantu memberikan pelayanan terhadap perbedaanperbedaan individu dalam masyarakat. d) Fungsi Persiapan (the propaedeutic function) Mempersiapakan peserta didik untuk dapat melanjutkan ke janjang yang lebih tinggi e) Fungsi Pemilihan (the selective function) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memilih program-program pembelajaran secara selektif sesuai dengan minat dan kebutuhanya. f)
Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) Membantu peserta didik untuk memahami dirinya sehingga
dapat
dimilikinya.
mengembangkan
semua
potensi
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Menurut Oemar Hamalik (1990, dalam Zainal Arifin, 2011: 17) terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu : a)
Peranan Konservatif Peranan
kurikulum
untuk
mewariskan,
mentransmisikan, dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang tetap eksis dalam masyarakat. b)
Peranan Kritis dan Evaluatif Peranan kurikulum untuk menilai dan memilih nilainilai sosial-budaya yang akan diwariskan kepada peserta didik berdasarkan kriteria tertentu. Asumsinya adalah nilai-nilai sosial-budaya yang ada dalam masyarakat akan selalu berubah dan berkembang. Perubahan dan perkembangan nilai-nilai tersebut belum tentu relevan dengan karakteristik budaya Indonesia. Nilai-nilai yang tidak relevan ini harus dibuang dan diganti dengan nilai-nilai baru yang positif dan bermanfaat. Disinilah peran kritis evaluatif kurikulum sangat diutamakan. Jangan sampai peserta didik terkontaminasi oleh nilai-nilai budaya asing yang bertentangan dengan Pancasila.
c)
Peranan Kreatif Peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus dapat mengembangkan semua potensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dimiliki peserta didik melalui kegiatan dan pengalaman belajar yang kreatif, efektif dan kondusif. Kurikulum harus dapat merangsang pola berpikir dan pola bertindak peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa dan Negara. Di Indonesia tercatat sudah 10 kali berganti kurikulum dari tahun 1947 sampai dengan tahun 2014. Kurikulum-kurikulum tersebut berganti mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Hal ini selaras dengan sifat kurikulum yaitu sifat dinamis. Kurikulum yang tercatat pernah diterapkan di Indonesia antara lain: Kurikulum 1947 atau biasa disebut kurikulum rentjana Pelajaran 1947, Kurikulum 1952 atau Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum 1964 atau Kurikulum rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan yang terakhir adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini masih dalam tahap revisi dan penyempurnaan sehingga implementasinya masih belum menyeluruh sehingga masih banyak sekolah yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006). Dalam penelitian ini peneliti ingin membahas pengaruh perbedaan penerapan kurikulum dengan tingkat pemahaman siswa dan proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Kurikulum 2006 (KTSP) a. Pengertian Kurikulum 2006 Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Kurikulum ini diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006-2007 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan definisi kurikulum diatas
maka
sekolah
diberikan
kewenangan
penuh
untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum, karena masing-masing sekolah lebih mengetahui tentang kondisi satuan pendidikannya.
b. Karakteristik Kurikulum 2006/KTSP Sebagai sebuah konsep dan program, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki karakteristik. Menurut Kunandar (dalam Abdullah Idi 2004: 241) karakteristik Kurikulum 2006 sebagai berikut : 1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan minat pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri. 2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainya yang memenuhi unsur edikatif; dan 5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Dalam KTSP hanya kompetensi inti dan kompetensi dasar saja yang diatur oleh pemerintah pusat, sedangkan indikator dan tujuan guru dituntut untuk dikembangkannya sendiri. Oleh karena itu dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah, kepala sekolah dan guru diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum.
Dalam
pengembangan
dan
implementasinya
karakteristik, kompetensi dasar, dan kompetensi inti dijadikan pedoman bagi guru dan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum karena setiap sekolah dan daerah memiliki tingkatan yang berbeda-beda dan yang dianggap paling tahu keadaan tersebut adalah guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Pada Sekolah Menengah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
d. Prinsip Pelaksanaan KTSP Pelaksanaan KTSP, Permen 22, tahun 2006 memberikan prinsip yang perlu diperhatikan yaitu, sebai berikut : 1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan. 2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau/percepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada. 5) Kurikulum
dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). 6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayahgunakan kondisi alam, social dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7) Kurikulum yang mencangkup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri dilaksanakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. (Suparno, 2007: 62-64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4.
Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 merupakan bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi yang dirilis 2004 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dirilis 2006. Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah tertentu saja. Kurikulum 2013 ini, menitikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang (Fadlillah, 2014 : 16).
b. Karakteristik Kurikulum 2013 Berdasarkan salinan lampiran permendikbud no 68 tahun 2013. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut : 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkanya
dalam
berbagai
situasi
di
sekolah
dan
masyarakat; 4) Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan; 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; 6) Kompetensi
inti
kelas menjadi
unsur pengorganisasian
(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; 7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).
c. Tujuan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Salinan lampiran permendikbud no 68 tahun 2013).
d. Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013 Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya (KBK/KTSP). Karena pada dasarnya kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum tersebut. Hanya saja yang membuat beda ialah titik tekan pembelajaran dan juga cangkupan materi yang diberikan kepada peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa kurikulum 2013 berupaya untuk memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Dalam mewujudkan ketercapaian pembelajaran tersebut, ada prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan acuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya : 1) Dari peserta didik tahu menjadi peserta didik mencari tahu 2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar. 3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmial. 4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi. 5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan
jawaban
yang
kebenarannya
multidimensi. 7) Dari pembelajaran verbalisme menjadi aplikatif. 8) Peningkatan keseimbangan antara ketrampilan fisik dan ketrampilan mental. 9) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. 10) Pembelajaran yang menerapkan prinsipsiapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. 11) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. 12) Pengakuan antara perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran secara satu kesatuan atau terpadu dan terintegrasi, serta berlaku untuk setiap mata pelajaran. (Fadillah, 2014: 173) e. Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013 Dalam kurikulum 2013 terdapat karakteristik yang menjadi ciri
khas
pembeda
dari
kurikulum-kurikulum
sebelumnya.
Karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 sebagai berikut : 1) Pendekatan Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif. Pendekatan scientific ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba
(experimenting),
menalar
(associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Tabel 2.2 kegiatan pembelajaran pendekatan scientific KEGIATAN Mengamati
AKTIVITAS PEMBELAJARAN Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa atau dengan alat)
Menanya
Mencoba
Menalar
Mengkomunikasi
Mengajukan pertanyaan yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis. Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku) Mengumpulkan data Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/ kategori. Menyimpulkan dari hasil analisis data. Menyampaikan hasil konseptualisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.
Sedangkan pendekatan tematik-terintegrasi dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara integrasi antara tema satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain (Fadlillah: 2014,176-177). 2) Kompetensi Lulusan Selanjutnya, yang menjadi karakteristik Kurikulum 2013 adalah kompetensi lulusan. Dalam konteks ini kompetensi luluan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Tabel 2.3 contoh kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima
Mengingat
Mengamati
Menjalankan
Memahami
Menanya
Menghargai
Menerapkan
Mencoba
Menghayati
Menganalisis
Menalar
Mengamalkan
Mengevaluasi
Menyaji Mencipta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sebenarnya kompetensi ini sudah ada pada kurikulum sebelumnya. Hanya saja pada kurikulum 2006 kompetensi yang diutamakan adalah kompetensi pengetahuan (kognitif) sedangkan
pada
kurikulum
2013
diprioritaskan
ialah
kemampuan sikap (afektif). (Fadlillah, 2014: 177) 3) Penilaian Terakhir yang menjadi pembeda dengan kurikulum sebelumnya adalah pendekatan penilaian yang digunakan. Pada kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan
penilaian
otentik
(authentic
assessment).
Sementara pada kurikulum sebelumnya (KTSP) penilaian lebih cenderung parsial dan sepotong-potong. Artinya lebih dominan penilaian melihat hasil tes tertulis yang dikerjakan peserta didik. Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar. Penilaian otentik ini dapat membantu para guru untuk mempermudah dalam mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (Fadlillah, 2014: 178-179)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
G. ALAT OPTIK (Refensi materi alat optik dari buku Dunia Fisika 2 untuk SMP Kelas VIII tahun 2005) Alat-alat optik merupakan alat yang dibuat oleh manusia untuk membantu penglihatan mata yang masih sangat terbatas. Alat optik memanfaatkan prinsip pembiasan dan pemantulan pada lensa cermin. Beberapa alat optik yang dipelajari pada bab ini diantaranya : kamera, lup, mikroskop, dan teropong. Sebelum lebih jauh membahas alat optik, mari kita bahas terlebih dahulu mata, sebagai indera penglihatan yang dimiliki manusia.
1. Mata
Gambar 1. Bagian-bagian mata a. Bagian-bagian mata terdiri dari : 1) Kornea merupakan bagian mata paling luar berupa lapisan tipis, bening, agak lunak. Kornea mata berguna untuk melingdungi lensa mata dari debu-debu. Di belakang korne mata terdapat cairan mata (aquaeous humour) yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2) Pupil berwujud celah yang dapat menyempit dan melebar. Pupil berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata. Di tempat yang gelap pupil melebar agar intensitas cahaya yang masuk kedalam mata menjadi lebih banyak. Sedangkan ditempat yang angat terang pupil akan menyipit agar intensitas cahaya yang masuk ke mata tidak terlalu banyak. 3) Iris merupakan selaput yang membentuk pupil. Menyipit dan melebarnya pupil diatur oleh iris. Iris juga berfungsi untuk memberi pada warna mata. 4) Lensa mata berupa bahan bening, berserat, dan kenyal yang fungsinya mengatur pembiasan cahaya yang masuk ke mata. Lensa mata dapat menebal dan menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat.hal ini karena lensa mata elastis sehingga jarak fokusnya dapat disesuikan dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan tepat jatuh di retina. 5) Otot siliaris berupa serabut dan berfungsi untuk mempertebal dan mempertipis lensa mata. 6) Retina adalah suatu titik yang berada dalam rongga mata bagian belakang. Retina berfungsi sebagai layar atau tempat jatuhnya bayangan benda-benda yang dilihat. Bayangan dapat terlihat jela pabaila terbentuk pada retina tepat di bitnik kuning. Bitnik kuning adalah bagian retina yang sangat peka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
terhadap cahaya. Pada bitnik kuning terdapat berjuta-juta sel yang sangat peka terhadap cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. 7) Syaraf optik (syaraf mata) merupakan syaraf sensorik yang berfungsi mengirim sinyal data tentang bayangan benda ke otak. b. Pembentukan bayangan pada retina Berkas cahaya yang masuk ke mata akan dibiaskan oleh lensa mata sehingga berkas sinar biasanya berpotongan pada retina. Retina yang berfungsi sebagai layar menangkap bayangan benda yang ada didepan mata. Adapun sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. c. Cacat Mata dan Kaca Mata 1) Mata Normal (emetropi) memiliki titik dekat pada 25 cm dan titik jauhnya pada jarak tak berhingga (~). Apabila jangkauan mata tidak terletak daintara titik dekat 25 cm dan titik jauh tak berhingga (~), maka mata sudah tidak normal dan disebut cacat mata. 2) Cacat Mata terjadi karena berkurangnya daya akomodasi mata. Cacat mata dapat ditolong agar berfungsi seperti mata normal dengan cara memakai kacamata, lensa kota, atau melalui operasi. Ada 3 macam cacat mata yang umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
terjadi, yaitu rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), dan rabun tua (prebiopi). a)
Rabun Jauh (miopi) Mata rabun jauh (miopi) disebut juga mata terang
dekat, artinya mata tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, terjadinya rabun jauh adalah karena lensa mata
yang
terlalu
cembung
dan
tidak
mampu
berakomodasi menjadi lebih pipih. Akibatnya, tititk dekat mata menjadi kurang dari 25 cm dan bayangan dari bendabenda tidak jauh tepat diretina. Supaya dapat melihat seperti mata normal, mata rabun jauh harus ditolong dengan kacamata berlensa negatif. Dengan bantuan kacamata berlensa negative ini, bayangan dari bendabenda jauh jatuh tepat diretina. b) Rabun Dekat (hipermetropi) Rabun dekat (hipermetropi) disebut juga mata terang jauh, artinya mata tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas tetapi dapat melihat benda jauh (pada jarak tak berhingga) dengan jelas. Terjadinya rabun dekat adalah karena lensa mata tidak mampu berakomodasi menjadi lebih cembung tetapi cenderung memipih. Akibatnya, titik dekat mata menjadi lebih dari 25 cm sehingga bayangan dari benda-benda dekat tidak jatuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
tepat diretina melainkan dibelakang retina. Supaya dapat melihat seperti mata normal, mata rabun dekat harus ditolong dengan kacamata berlensa positif, yaitu lensa yang bersifat mengumpulkan berkas-berkas cahaya sejajar. Dengan bantuan kacamaata berlensa positif ini, bayangan dari benda-benda dekat dapat dibuat jatuh tepat diretina sehingga kesan melihat dengan jelas. c) Rabun tua (presbiopi) Rabun tua atau presbiopi merupakan komplikasi dari rabun jauh dan rabun dekat. Rabun tua terjadi karena daya akomodasi mata sudah berkurang akibat lanjut usia dimana otot siliaris mata sudah melemah. Oleh sebab itu penderita rabun tua tidak dapat melihat benda-benda jauh maupun benda-benda dekat dengan jelas. Titik dekat rabun tua lebih dari 25 cm dan titik jauhnya berada pada jarak tertentu. Pederita rabun tua dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap yang disebut kacamata bifocal,
yaitu kacamata yang berfungsi
rangkap, baik untuk melihat benda jauh maupun benda dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Kamera Pada dasarnya kamera mempunyai prinsip kerja yang sama seperti mata manusia karena kemara juga memiliki satu lensa positif. Benda yang diamati oleh kamera juga harus berada didepan lensa pada jarak lebih dari 2F sehingga terbentuk bayangan di belakang lensa diantara F1dan F2. Sifat bayangan yang dibentuk lensa kamera sama dengan yang dibentuk oleh lensa mata, yaitu nyata, terbalik dan diperkecil. Bayangan ditangkap oleh plat film. Film pada kamera berfungsi sama seperti retina pada mata. Bagian-bagian kamera dan fungsinya ; 1) Lensa cembung yang berfungsi untuk membiaskan berkas cahaya dan membentuk bayangan pada film. 2) Diafragma yang berfungsi mengatur celah (shutter). Fungsi diafragma pada kamera sama dengan fungsi iris pada mata. 3) Celah (Shutter) berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang mengenai film. Jika diameter celah besar, maka cahaya yang mengenai film akan banyak, dan sebaliknya. Diameter celah disebut aperture. Fungsi
celah pada kamera sama
dengan fungsi pupil pada mata. 4) Ulir sekrup berfungsi untuk memfokuskan cahaya atau menggeser-geser lensa kamera sesuai dengan objek yang akan dipotret agar bayangan dari benda jatuh tepat di film.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
5) Penutup/pembuka lensa berguna untuk menentukan bisa tidaknya cahaya masuk mengenai film dan digerakan oleh tombol. 6) Film yang peka terhadap cahaya, berfungsi sebagai layar tempat terbentuknya benda atau gambar. 3. Lup Lup atau kaca pembesar juga merupakan alat optik yang diciptakan manusia untuk membantu manusia melihat benda-benda yang kecil. Contohnya seperti tukanan arloji yang dapat memasang dan memperbaiki arloji dengan mudah walaupun komponen arloji kecil dengan bantuan lup (kaca pebesar). Dengan menggunakan lup, benda-benda kecil seperti komponen-komponen arloji akan tampak lebih besar dari pada ukuran sebenarnya. Lup merupakan lensa positif (lensa cembung). Benda-benda kecil yang akan diamati dengan bantuan lup harus berada diantara O dan F2 (ruang lup). Dengan demikian, sifat bayangan yang dihasilkan oleh lup adalah maya, tegak, dan diperbesar didepan lup. Agar bayangan dari benda yang diamati dapat dilihat jelas pada titik dekat pengamat (untuk mata normal), pengamatan harus diamati dengan mata berakomodasi maksimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 2. Pembentukan bayagan pada Lup Karena beyangan yang dibentuk lup adalah maya, maka jarak bayangan itu (s’) bertanda negative. Jarak bayangan tersebut sama dengan jarak titik dekat pengamat (untuk mata normal 25 cm yang selanjutnya dinotasikan sebagai sn). hal ini berarti S’= -Sn . Apabila pengamatan dilakukan tanpa akomodasi (mata relaxs), maka benda yang diamati harus terletak pada titik fokus lup sehingga bayangan benda berada pada jarak tak berhingga.
4. Mikroskop Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil (renik), seperti sel darah, sel-sel makhluk hidup, virus, bakteri, amuba, dan mikroorganisme lainnya. Sebuah mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung. Lensa cembung pertama disebut lensa objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek yang diamati. Lensa cembung kedua disebut lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Pada mikroskop, jarak fokus lensa objektif lebih kecil dari pada jarak fokus lensa okuler (f0b< fok).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berikut merupakan pembentukan bayangan pada mikroskop
Gambar 3. Pembentukan bayangan pada mikroskop Benda yang akan diamati diletakan diruang II lensa objektif, yaitu antara fobdan 2fob didepan lensa sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar dibelakang lensa objektif tersebut. Cahaya dari objek yang diamati dapat diperkuat dengan mengarahkan sinar pantuk ke cermin cekung yang terdapat dibagian bawah objek. a. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. b. Kedudukan lensa okuler dapat diatur sedemikian rupa sehingga benda bagi lensa okuler terletak diantara titik fokus dan pusat optik lensa okuler. c. Lensa okuler berperan sebagai lup dan menghasilkan bayangan akhir yang bersifat maya, terbalik, diperbesar didepan lensa okuler. Untuk pengamatan tanpa akomodasi, bayangan yang dibentuk dilensa objektif (benda bagi lensa okuler)harus terletak di titik fokus utama lensa okuler sehingga bayangan akhir benda berada pada jarak tak berhingga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Teropong Teropong atau teleskop adalah alat optik yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda yang sangat jauh letaknya agar tampak lebih dekat dan jelas. Tidak ada seorangpun yang tahu pasti yang pertama kali merancang dan membuat teropong. Namun, ada yang mengatakan bahwa pembuat teropong pertama kali adalah Hans Liooershey, seorang pembuat lensa berkebangsaan jerma, pada tahun 1608. Galileo Galilei, seorang astrofisika berkebangsaan italia, mendengar penemuan ini lalu meniru dan mengembangkanya pada tahun 1609. Pada tahun 1620 Johannes Kepler merancang dan membuat teropong yang khusus digunakan untuk mengamati benda-benda langit, seperti bulan, bintang, planet, asteroid, dan benda langit lainya. Ada dua jenis teropong, yaitu:
Teropong bias, yaitu jenis teropong yang terdiri dari susunan beberapa lensa.
Teropng pantul, yaitu jenis teropng yang terdiri dari susunan beberapa cermin dan lensa. a. Teropong bias Teropong bias adalah jenis teropong yang objektifnya terdiri dari lensa sebagai pembias cahaya. Beberapa macam teropong yang tergolong teropong bias, antara lain teropong bintang, teropong bumi, dan teropong panggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
1) Teropong Bintang adalah teropong yang digunakan untuk mengamati benda-benda langit, seperti bulan, planet, bintang, dan asteroid. Teropong ini terdiri dari dua buah lensa cembung. Seperti halnya pada mikroskop, lensa pertama disebut lensa objektif, yaitu lensa yang diarahkan ke benda langit. Lensa kedua disebut lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Cara kerja teropong bintang sama dengan cara kerja mikroskop. Perbedaanya adalah pada objek yang diamati dan jarak fokus kedua lensanya. Pada teropong, jarak fokus lensa objektifnya lebih besar dari pada jarak fokus lensa okulernya (fob>fok). Karena benda yang diamati terletak tak berhingga, maka jarak bayangan yang dibentuk lensa objektif berada pada titik fokusnya
Gambar 4. Pembentukan bayangan pada teropong bintang Bayangan yang dibentuk lensa objektif bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Bayangan tersebut merupakan benda bagi lensa okuler. Lensa okuler berperan seperti lup. Pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
benda-benda langit umumnya dilakukan berjam-jam (waktu lama). Agar mata tidak lelah, pengamatan harus dilakukan tanpa akomodasi. Untuk tujuan ini, titik fokus lensa objektif dibuat berimpit dengan titik fokus lensa okuler. 2) Teropong Bumi Teropong Bumi adalah jenis teropong bias yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda dipermukaan bumi yang letaknya jauh. Teropong bumi terdiri dari tiga buah lensa cembung, yaitu lensa objektif, lensa pembalik, dan lensa okuler. Lensa pembalik berfungsi untuk membalikan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif agar bayangan itu menjadi tegak sehingga tidak membingungkan pengamat. Lensa okuler berperan sebagai lup.
Gambar 5. Pembentukan bayangan pada teropong bumi Apabila lensa pembalik diganti dengan dua buah prisma siku-siku, maka teropong ini disebut teropong prisma. Kelebihan teropong prisma adalah ukuranya lebih pendek sehingga dapat dibawa-bawa dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3) Teropong Panggung Teropong Panggung adalah jenis teropong bias yang terdiri dari dua buah lensa. Lensa objektifnya adalah lensa cembung dan lensa okulernya adalah lensa cekung. Lensa okuler bersifat membalik bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif, sehingga sifat bayangan akhir adalah maya, tegak, diperbesar dan terletak pada jarak jauh tak berhingga untuk mata tidak berakomodasi maksimum. b. Teropong Pantul Teropong pantul yang digunakan untuk mengamatibendabenda langit terdiri dari sebuah cermin cekung sebagai objektifnya, sebuah cermin datar, dan sebuah lensa cembung. Disebut teropong pantul objektifitasnya terdiri dari sebuah cermin cekung besar yang berfungsi sebagai pemantul cahaya. Cermin datar kecil diletakan sedikit didepan titik fokus cermin cekung F. Lensa cembung digunakan untuk membiaskan berkas sinar pantul dari cermin datar yang selanjutnya membentuk bayangan akhir. Kelebihan teropong pantul jika dibandingkan dengan teropong bias adalah : 1) Cermin lebih mudah dibuat dan murah dibanding lensa. 2) Cermin tidak mengalami abrasi kromatik (penguraian warna) seperti lensa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3) Cermin ringan dibanding lensa yang berukuran sama sehingga lebih mudah digantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain Penelitian ini merupakan desain penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif. Termasuk penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa skor dan angka dan pada analisisnya digunakan stastistik. Data kuantitatif didapatkan dari hasil pretest dan posttest. Data kualitatif berupa hasil wawancara dan observasi yang akan dianalisis secara kualitatif. Peneliti dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi alat optik antara kurikulum 2013 dan 2006 serta untuk mengetahui proses pembelajaran yang terjadi di sekolah pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006.
B. Sampel 53 siswa dari dua kelas siswa pada kelas VIII di SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan digunakan sebagai sampel. Sampel untuk kurikulum 2013 adalah kelas VIII G sebanyak 22 siswa di SMP Negeri 1 Muntilan, sedangkan untuk kurikulum 2006 sampel yang digunakan adalah kelas VIII F sebanyak 31 siswa di SMP Negeri 2 Muntilan. Dua Guru IPA dari masing-masing sekolah juga digunakan sebagai sampel. Kedua guru dijadikan sebagai sampel ini mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu pendidikan fisika dan pendidikan biologi.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan kabupaten Magelang. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2017.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode test, observasi, dan wawancara. 1. Test Test ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa untuk materi alat optik. Test ini disesuaikan dengan kompetensi dasar, indikator ketercapaian, dan standar kelulusan masingmasing sekolah pada dua kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum 2006. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran. Posttest dilakukan setelah pembelajaran alat alat optik. 2. Observasi Observasi dilakukan dengan cara merekam dan mencatat jalanya pembelajaran pada pokok bahasan alat optik. Observasi langsung ini dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data keseluruhan proses pembelajaran yang terjadi di kelas. 3. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai beberapa siswa dari kedua sekolah dengan melihat hasil testnya. Berdasarkan hasil test pretest dan posttest siswa, peneliti mewawancarai siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mempunyai nilai selisih nilai pretest dan posttest besar sebagai indikator peningkatan pemahaman, peneliti juga mewawancarai siswa yang hasil posttestnya tidak mengalami peningkatan atau hanya mengalami sedikit peningkatan. Selain mewawancarai siswa, peneliti juga mewawancarai guru terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Teknik wawancara ini bertujuan agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih rinci terkait dengan pemahaman siswa dan proses pembelajaran di kelas dengan kurikulum yang berbeda.
E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilakukan oleh guru IPA kelas VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan cara test dan observasi pada siswa kelas VIII, kemudian untuk mendukung data mengenai tingkat pemahaman dan proses pembelajaran, peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru. 1. Test Instrumen test digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan alat optik yang disampaikan dengan model kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. Bentuk instrumen yang dipakai dalam penelitian adalah tes tertulis yang berisi 6 soal untuk sekolah dengan kurikulum 2013 dan 7 soal untuk sekolah dengan kurikulum 2006. Soal uraian dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan indikator dari masing-masing sekolah. Instrumen test ini diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Pretest Pretest merupakan tes awal yang akan diberikan kepada siswa sebelum siswa mendapatkan pembelajaran oleh guru. Pretest ini disusun berdasarkan indikator, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan pokok bahasan alat optik. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai pokok bahasan alat optik. b. Posttest Posttest merupakan test akhir yang diberikan pada siswa setelah dilakukan pembelajaran. Sama halnya dengan Pretest, Posttest ini disusun berdasarkan indikator, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan pokok bahasan alat optik. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman akhir siswa mengenai pokok bahasan alat optik dan dijadikan acuan bagi peneliti untuk memilih siswa yang akan diwawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen tes berupa soal essay Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2013 Indikator 1. Siswa mampu menyebut kan, menganal isis dan menjelas kan cacat mata miopi 2. Siswa dapat menganal isis dan menyebut kan cacat mata hipermetr opi dan jenis lensa untuk menanga ninya
Soal Pretest Pada saat mengikuti pelajaran dikelas, budi tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan jelas dari tempat duduknya. Sebutkan jenis cacat mata apa yang diderita oleh budi.
Dari gambar diatas, jenis cacat mata apa yang diderita oleh orang tersebut?
No Soal
Poin
Dara memiliki penglihatan normal, dia mencoba kacamata Rani yang berlensa negatif. Ternyata penglihatan Dara menjadi kabur. Mengapa demikian?
1
15
Mia tidak dapat melihat benda secara jelas pada jarak 25 cm didepannya, namun ketika benda tersebut diletakan 50 cm didepan mia, mia dapat melihat benda tersebut dengan jelas. Dari uraian diatas jenis cacat mata apa yang diderita mia dan lensa apa yang dapat digunakan agar mia dapat melihat seperti orang normal?
2
15
3
20
Soal Posttest
3. Siswa Sebutkan 5 alat optik Sebutkan dan mampu (alat pembantu jelaskan fungsi menyebut penglihatan) yang bagian-bagian
Max
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kan fungsi kamera yang menyeru pai mata dan dapat memberi kan contoh alat optik yang ada dikehidu pan seharihari
anda ketahui beserta fungsinya dalam kehidupan seharihari
kamera yang berfungsi sama dengan mata
4. Siswa mampu menyebut kan lensa yang terdapat pada mikrosko p dan menjelas kan pembentu kan bayangan pada mikrosko p
Mikroskop terdiri dari 2 lensa cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Jelaskan apa yang disebut lensa objektif dan apa yang disebut lensa okuler.
Jelaskan bagaimana proses pembentukan bayangan akhir pada mikroskop
5. Siswa mampu menjelas kan fungsi teropong
Sebutkan sifat bayangan akhir yang dibentuk oleh teropong bias.
Jelaskan mengapa pada teropong bias fokus lensa objektif lebih besar
4
15
5
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
bias dan dapat menjelas kan pembentu kan bayangan pada teropong bias. 6. Siswa mampu menganal isis dan mencerita kan proses pembentu kan bayangan yang terjadi dimata serangga
dibandingkan fokus lensa okuler?
Mata manusia mulai dapat membedakan dua bentuk benda yang berbeda pada jaarak 18 m sedangkan serangga mulai dapat membedakan 2 bentuk benda berbeda pada jarak 0,3 m. mengapa bisa demikian?
Arthroda memiliki mata yang berbeda dengan mata veterbrata lainya. Mata arthropoda disebut juga sebagai mata majemuk karena memiliki ribuan omatidium yang berfungsi sebagai reseptor penglihatan. Jelaskan bagaimana peran omatidium bagi mata serangga dalam pembentukan bayangan.
6
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest kurikulum 2006 Indikator 1. Siswa mampu menyebutka n, menganalisi s dan menjelaskan cacat mata miopi
2. Siswa dapat menganalisi s dan memnyebut kan cacat mata hipermetrop i dan jenis lensa untuk menanganin ya
3. Siswa mampu menyebutka n fungsi kamera yang
Soal Pretest
Soal Posttest
No Soal
Poin Max
Pada saat mengikuti pelajaran dikelas, budi tidak dapat melihat tulisan dipapan tulis dengan jelas dari tempat duduknya. Sebutkan jenis cacat mata apa yang diderita oleh budi.
Dara memiliki penglihatan normal, dia mencoba kacamata Rani yang berlensa negatif. Ternyata penglihatan Dara menjadi kabur. Mengapa demikian?
1
15
Mia tidak dapat melihat benda secara jelas pada jarak 25 cm didepannya, namun ketika benda tersebut diletakan 50 cm didepan mia, mia dapat melihat benda tersebut dengan jelas. Dari uraian diatas jenis cacat mata apa yang diderita mia dan lensa apa yang dapat digunakan agar mia dapat melihat seperti orang normal?
2
15
3
20
Dari gambar diatas, jenis cacat mata apa yang diderita oleh orang tersebut?
Sebutkan 5 alat optik (alat pembantu penglihatan) yang anda ketahui beserta fungsinya dalam
Sebutkan dan jelaskan fungsi bagian-bagian kamera yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menyerupai kehidupan seharimata dan hari dapat memberikan contoh alat optik yang ada dikehidupan sehari-hari
berfungsi sama dengan mata
4. Siswa mampu menyebutka n lensa yang terdapat pada mikroskop dan menjelaskan pembentuka n bayangan pada mikroskop
Mikroskop terdiri dari 2 lensa cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Jelaskan apa yang disebut lensa objektif dan apa yang disebut lensa okuler.
Jelaskan bagaimana pembentukan bayangan akhir pada mikroskop
5. Siswa mampu menjelaskan fungsi teropong bias dan dapat menjelaskan pembentuka n bayangan pada teropong bias.
Sebutkan sifat bayangan akhir yang dibentuk oleh teropong bias.
Jelaskan mengapa pada teropong bias fokus lensa objektif lebih besar dibandingkan fokus lensa okuler?
4
15
5
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
6. Siswa mampu mengganalis is dan menjelaskan gambar pembentuka n bayangan di retina pada cacat mata miopi
Gambarkan pembentukan bayangan di retina pada cacat mata miopi.
7. Siswa mampu menjelaskan fungsi lup dikehidupan sehari-hari dan dapat menyebutka n cara penggunaan lup pada mata tak berakomoda si
Lup merupakan salah satu alat optik yang ada disekitar kita, jelaskan apa kegunaan lup dan mengapa bisa demikian?
Dari gambar diatas, jelaskan mengapa bayangan mata dapat jatuh di depan retina, dan lensa apa yang dapat membantu penderita tersebut. Agar mata terasa rilex (tidak berakomodasi) pada saat menggunakan lup, maka sebaiknya benda diletakan pada?
6
10
7
10
2. Observasi Observasi merupakan kegiatan melihat keseluruhan jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pada saat melakukan observasi proses
pembelajaran,
peneliti
mengobservasi
seluruh
kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan kamera digital dan lembar observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sebagai instrument mendukung observasi. Data hasil observasi merupakan video proses pembelajaran.
3. Wawancara Wawancara merupakan instrumen terakhir yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran dan pokok bahasan alat optik selesai dibahas. Wawancara akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data pendukung untuk data observasi. Jenis wawancara yang dilakukan peneliti adalah jenis wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara ini tidak berpedoman pada susunan wawancara yang sistematis, namun peneliti berpedoman pada garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
F. Validitas Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur. Menurut Suparno (2014: 65) validitas menunjuk pada kesesuaian, kepenuh-artian, bergunanya kesimpulan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulanya Valid apabila sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan validitas isi atau content validity. Validitas ini mengukur apakah isi dari instrumen sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2014: 65).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Soal-soal pretest dan posttest yang digunakan diuji validitasnya dengan uji experts judgment yaitu menggunakan pendapat atau penilaian para ahli.
G. Metode Analisis Data Beberapa hal yang dilakukan untuk menganalisis data : 1. Test Data test nanti berupa hasil data kognitif siswa mengenai tingkat pemahaman siswa tentang pokok bahasan alat optik. Data ini diskor secara kuantitatif dan hasil skor diuji menggunakan uji T-test dependen dan Independen. Uji T-test dependen digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen adalah kelompok saling tergantung, berkaitan, atau bahkan sama (Suparno, 2014;82) Uji T-test dependen ini digunakan untuk melihat perubahan tingkat pemahaman pada masingmasing kelas pada kurikulum yang sama. Selain menggunakan Uji T-test dependen digunakan juga Uji T-test Independen . Uji T-test Independen digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen (Suparno, 2014; 87). Uji T-test Independen ini digunakan untuk mengetes pokok bahasan yang sama pada kelas yang berbeda. Uji ini akan digunakan untuk melihat tingkat pemahaman awal (pretest) dan tingkat pemahaman akhir (posttest) pada dua kurikulum yang berbeda. Kemudian Uji T-test ini dianalisis dengan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P < α .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pada uji T-Dependen jika hasil perhitungan pada SPSS adalah significant (P < α) maka ada peningkatan pemahaman di kelas tersebut begitupun jika hasilnya tidak significant (P > α) maka tidak ada peningkatan pemahaman dikelas tersebut. Pada uji T-Independent jika hasil perhitungan SPSS adalah significant (P < α) maka ada perbedaan pemahaman diantara kelas VIII G dan kelas VIII F. begitupun jika hasilnya tidak significant (P > α) maka tidak ada perbedaan tingkat pemahaman antara kelas VIII G dan kelas VIII F. 2. Observasi Data observasi berupa video proses pembelajaran pada pokok bahasan alat optik. Data berupa video ini kemudian ditranskrip kedalam bentuk tulisan agar lebih mudah dalam analisis, kemudian data dianalisis berdasarkan karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum 2006. Dari data video, peneliti dapat menganalisis proses pembelajaran yang berlangsung, proses pembelajaran ini dilihat apakah sudah sesuai dengan kurikulum yang berjalan di sekolah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
1. Sebelum Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan instrumen yang akan digunakan selama penelitian berupa instrumen tes yang terdiri dari pretest dan posttest, dan lembar observasi untuk mempermudah peneliti dalam melaksakan observasi secara langsung selama proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Pertama di Muntilan. Penelitian dilaksanakan terhadap dua sekolah yang menerapkan kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan dan kurikulum 2006 di SMP Negeri 2 Muntilan. Penelitian dilaksanakan di satu kelas VIII pada masing-masing sekolah dengan kurikulum yang berbeda, guru yang berbeda, dan pokok bahasan materi yang sama yaitu materi Alat Optik. Pada SMP Negeri 1 Muntilan sampel yang digunakan adalah kelas VIII G dan guru IPA. Guru IPA kelas VIII dari SMP Negeri 1 Muntilan mempunyai latar belakang pendidikan fisika. Pada SMP Negeri 2 Muntilan sampel yang digunakan adalah kelas VIII F dan guru IPA. Guru IPA kelas
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
VIII dari SMP Negeri 2 Muntilan mempunyai latar belakang pendidikan biologi. Penelitian dilaksanakan dikelas VIII dengan pertimbangan materi pada kelas VIII pada kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 mempunyai beberapa pokok bahasan yang sama, yang diajarkan pada semester genap. Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas VIII G Pada Kurikulum 2013 No
Hari/Tanggal
Kegiatan Pelaksanaan
Pukul
1
Rabu, 10 Mei 11.05-11.23 2017 11.23-11.45
2
Senin, 22 10.15-11.35 Mei 2017
3
Rabu, 23 Mei 07.00-07.20 2017
4
Rabu, 31 Mei 09.30-10.00 2017
Pelaksanaan Pretest Peneliti dengan observer melaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan bantuan lembar observasi dan pengambilan video selama proses pembelajaran dengan menggunakan kamera digital Peneliti melakukan observasi dengan cara pengambilan video selama proses pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran selama melaksanakan observasi secara langsung. Pelaksanaan Posttest Pelaksanaan wawancara dengan siswa dan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.2 Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas VIII F Pada Kurikulum 2006 No Hari/Tanggal Pukul 1 Jumat, 12 Mei 09.35-09.50 2017 09.50-10.45
Kegiatan Pelaksanaan
2
Selasa, 16 Mei 2017
14.00-15.00
3
Rabu, 17 Mei 2017
13.00-13.45
13.45-14.05 4
Rabu, 31 Mei 2017
10.00-10.40
Pelaksanaan Pretest Peneliti dengan observer melaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan bantuan lembar observasi dan pengambilan video selama proses pembelajaran dengan menggunakan kamera digital Peneliti melakukan observasi dengan cara pengambilan video selama proses pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran selama melaksanakan observasi secara langsung. Peneliti melakukan observasi dengan cara pengambilan video dengan menggunakan kamera digital dan mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Pelau.ksanaan Posttest Pelaksanaan wawancara dengan siswa dan Gur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
a) Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Muntilan pada tanggal 10 Mei, 22 Mei, dan 23 Mei 2017 Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017. Peneliti melakukan pengambilan data berupa pretest dan rekaman pembelajaran namun hanya sebentar karena jam pelajaran pada hari itu terpotong oleh persiapan lomba FLS2N sehingga pembelajaran yang harusnya 2 jam pelajaran hanya efektif 1 jam pelajaran. Penelitian kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017. Adanya rentang waktu yang begitu jauh antara penelitian pertama dengan penelitian kedua disebabkan karena guru IPA yang bersangkutan mengikuti diklat selama seminggu dari tanggal 15 Mei – 19 Mei 2017. Pada pertemuan kedua peneliti tidak mengikuti 1 jam pertama dan hanya mengikuti 2 jam pelajaran dari 3 jam pelajaran yang tersedia. Hal ini terjadi karena perubahan jam mendadak dari pihak sekolah dan pemberitahuan dari guru bersangkutan terlambat. Akibatnya peneliti hanya dapat mengikuti pembelajaran ketika kegiatan intu berlangsung sampai akhir pembelajaran. Pada pembelajaran ini peneliti berhasil mendapatkan data berupa video pembelajaran. Penelitian ketiga, dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017. Pada penelitian ketiga, peneliti hanya melaksanakan posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b) Penelitian di SMP Negeri 2 Muntilan yang menerapkan kurikulum 2006 dilaksanakan untuk kelas VIII F pada tanggal 12 Mei, 16 Mei, dan 17 Mei 2017. Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017. Peneliti melakukan pengambilan data berupa pretest dan observasi proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan kamera digital untuk mendapatkan video pembelajaran. Pada penelitian pertama 6 anak dikelas VIII F tidak dapat mengikuti pretest dan pembelajaran dikarenakan mempersiapkan diri untuk mengikuti FLS2N. Penelitian kedua dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2017. Pada pertemuan kedua peneliti melakukan observasi dengan merekam jalanya proses pembelajaran dan mencatat beberapa hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada mingu ke-3 Mei di SMP Negeri 2 tidak dapat berjalan semestinya karena adanya UCO untuk kelas VII dan VIII dalam rangka mempersiapkan Ulangan Kenaikan Kelas, mengakibatkan adanya pengurangan jam pelajaran. Penelitian ketiga dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017. Pada penelitian kedua peneliti melakukan observasi dengan merekam jalanya proses pembelajaran dengan menggunakan kamera digital. Selain menggunakan kamera digital penneliti mencatat hal-hal yang dirasa penting selama proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selain melakukan observasi secara langsung, pada penelitian ketiga ini, peneliti juga melaksanakan posttest. Setelah proses pengambilan data dikelas, peneliti melihat rekaman video hasil pembelajaran dan mulai menyusun pertanyaan wawancara berdasarkan hasil pembelajaran yang dirasa kurang sesuai dengan kurikulum yang diterapkan disekolah masing-masing. Proses wawancara direkam menggunakan recorder agar peneliti mendapatkan data secara lengkap. Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 untuk SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Muntilan.
B. Data dan Analisis 1. Uji T-Dependen Pretest dan Posttest a. Uji Pretest dan Posttest untuk Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Muntilan Peneliti melakukan pretest dan posttest pada kelas VIII G di SMP Negeri 1 Muntilan agar dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi Alat Optik yang telah diajarkan oleh guru. Berikut merupakan nilai pretest dan posttest dari kelas VIII G SMP Negeri 1 Muntilan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.3 Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII G kurikulum 2013 Nilai
No Absen
Pretest
Posttest
1
68
65
2
39
46
4
78
73
5
66
85
6
57
95
7
57
66
8
66
60
9
47
88
10
68
92
11
56
93
12
56
63
13
69
88
14
60
70
15
76
93
17
20
73
18
57
65
19
59
85
20
60
55
21
60
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
22
68
90
59.35
76.25
Rata2 Kelas
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran alat optik dilakukan uji T dengan bantuan SPSS. Hasilnya seperti tabel 4.4 Tabel 4.4a. Hasil Means Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII G Kurikulum 2013 Paired Samples Statistiks Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pretest
59.35
20
12.950
2.896
Posttest
76.25
20
14.542
3.252
Pair 1
Tabel 4.4b. Hasil Uji-T Dependen Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII G Kurikulum 2013 Paired Samples Test Paired Differences Mean
T
Std.
Std.
95% Confidence
Deviatio
Error
Interval of the
n
Mean
Difference Lower
Pa pretest –
Sig. (2tailed)
Upper
16.505
ir 1 posttest
df
16.900
3.691
-24.625
-9.175
-4.579
19
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Uji-T kelompok dependen pada tabel 4.4b memberikan nilai t = 4.579 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.000. Sementara α = 0.05. Dari hasil ini dikelatui bahwa p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 maka significant. Hal ini berarti Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 diterima dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ditolak. Hal ini berarti ada peningkatan antara nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII G secara statistik Dapat disimpulkan bahwa : 1) Ada perbedaan secara statistik antara nilai pretest dan nilai posttest siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Muntilan setelah diberikan materi alat optik oleh guru. 2) Rata-rata posttest (𝜇2 ) lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai pretest (𝜇1 ) hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan pemahaman yang diterima siswa sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran
dengan
nilai
peningkatan
pemahaman antara pretest dan posttest untuk kurikulum 2013 adalah 16.9. b. Uji Pretest dan Posttest untuk Kurikulum 2006 di SMP Negeri 2 Muntilan Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi Alat Optik yang telah diajarkan oleh guru di SMPN 2, dilakukan uji dengan bantuan SPSS untuk nilai pretest dan posttest. Hasil uji nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F seperti pada tabel 4.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.5 Nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F pada kurikulum 2006 Nilai
No Absen
Pretest
Posttest
1
62
65
4
37
50
5
59
84
6
68
70
7
53
70
8
65
60
10
54
52
11
45
67
12
59
84
13
36
70
14
85
90
15
63
81
16
69
67
20
67
65
21
64
70
25
65
70
26
43
40
28
43
70
29
59
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
30
54
65
31
74
78
58.28
68.47
Rata2 kelas
Tabel 4.6a. Hasil Means Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII F Kurikulum 2006 Paired Samples Statistiks Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pretest
58.29
21
12.378
2.701
Posttest
68.48
21
11.716
2.557
Pair 1
Tabel 4.6b. Hasil Uji-T Dependen Nilai Pretest-Posttest Kelas VIII F Kurikulum 2006 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std.
Sig. (2-
Std. Interval of the
Mean
Deviati
t
df tailed)
Error Difference
on
Mean Lower
Upper
-15.404
-4.977
Pair pretest -10.190 11.453 1
posttest
2.499
-4.078
20
.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Uji-T kelompok dependen pada tabel 4.6b memberikan nilai t = 4.078 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.001. Sementara α = 0.05. Dari hasil ini dikelatui bahwa p-value = 0.001 lebih kecil dari α = 0.05 maka significant. Hal ini berarti Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 diterima dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ditolak. Hal ini berarti ada peningkatan antara nilai pretest dan posttest untuk kelas VIII F secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa : 1) Ada perbedaan secara statistik antara nilai pretest dan nilai posttest siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Muntilan setelah diberikan materi alat optik oleh guru. 2) Rata-rata posttest (𝜇2 ) lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai pretest (𝜇1 ) hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan pemahaman yang diterima siswa sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran
dengan
nilai
peningkatan
pemahaman antara pretest dan posttest untuk kurikulum 2006 adalah 10.19.
2. Uji T-Independen a. Uji T-Independen Pretest Uji T-Independen dilakukan untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda pada test yang sama. Pada penelitian ini dibandingkan hasil pretest dari dua kelas yang berbeda yaitu kelas VIII G SMP Negeri 1 Muntilan yang menggunakan kurikulum 2013 (Kelompok A) dan kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
VIII F SMP Negeri 2 Muntilan yang menggunakan kurikulum 2006 (Kelompok B) dalam pengajarannya. Materi Pretest untuk kedua kelompok sama yaitu materi alat optik. Berikut merupakan data nilai dari kedua kelas. Kelompok A merupakan kelas VIII G dan Kelompok B merupakan kelas VIII F: Tabel 4.7 Nilai Pretest untuk Kelompok A dan Kelompok B No Kelompok A No Kelompok B 1
68
1
62
2
39
4
37
4
78
5
59
5
66
6
68
6
57
7
53
7
57
8
65
8
66
10
54
9
47
11
45
10
68
12
59
11
56
13
36
12
56
14
85
13
69
15
63
14
60
16
69
15
76
20
67
17
20
21
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
18
57
25
65
19
59
26
43
20
60
28
43
21
60
29
59
22
68
30
54
31
74
Mean : 59.35
Mean : 58.28
Kedua nilai pretest dari Kelompok A dan Kelompok B kemudian dianalisis dengan Uji T-Independen dengan menggunakan SPSS. Analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelompok tersebut. Hasil seperti tabel 6.8 berikut: Tabel 4.8a. Mean dari Kelompok A dan Kelompok B Group Statistiks Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kelompok A
20
59.3500
12.95041
2.89580
Kelompok B
21
58.2857
12.37798
2.70110
nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4.8b. Hasil Uji T-Independen Kelompok A dan Kelompok B Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of Means
Variances 95% Confidence Mean
Interval of the
Std. Error
Sig. (2F
Sig.
t
Df
Difference
Differe Differenc tailed) nce
e
Lowe Upper r
Equal
.26
variances
.151
.700
1.064 39
.789
9
3.95552 6.936
9.06509
29
assumed
52
nil Equal ai
variances
.26
1.064 38.650
not
9
.790
3.96000 6.947
9.07646
29 88
assumed
Uji T-Independen pada tabel 4.8b memberikan nilai t = 0.269 dan pvalue (sig.2-tailed) = 0.790. Nilai α yang digunakan adalah
α = 0.05
sedangkan nilai p-value : 0.790. Nilai p-value lebih besar dibandingkan nilai α, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 diterima. Jadi tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai Pretest Kelompok A dengan Kelompok B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Uji T-Independen Posttest Pada penelitian ini, selain melakukan Uji T-Independen pada nilai pretest, juga diakukan uji T-Independen pada nilai posttest siswa kelas VIII G (Kelompok A) dan kelas VIII F (Kelompok B). Berikut merupakan nilai hasil posttest siswa dari Kelompok A dan Kelompok B: Tabel 4.9 Nilai Posttest untuk kelompok A dan Kelompok B No
Kelompok A
No
Kelompok B
1
65
1
65
2
46
4
50
4
73
5
84
5
85
6
70
6
95
7
70
7
66
8
60
8
60
10
52
9
88
11
67
10
92
12
84
11
93
13
70
12
63
14
90
13
88
15
81
14
70
16
67
15
93
20
65
17
73
21
70
18
65
25
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
19
85
26
40
20
55
28
70
21
80
29
70
22
90
30
65
31
78
Mean : 76.25
Mean : 68.47
Kedua nilai posttest dari Kelompok A dan Kelompok B kemudian dianalisis dengan Uji T-Independen dengan menggunakan SPSS. Analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelompok tersebut setelah dilakukan pembelajaran. Tabel 4.10a. Hasil Mean Dari Kelompok A dan Kelompok B Group Statistiks Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kelompok A
20
76.2500
14.54168
3.25162
kelompok B
21
68.4762
11.71588
2.55662
Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.10b. Hasil Uji T-Independen Kelompok A dan Kelompok B Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of Means
Variances Std.
95% Confidence
Error
Interval of the
Differen
Difference
Mean Sig. (2F
Sig.
T
Df
Differenc tailed) e ce
Lower
4.11438
-.54831
Upper
Equal 16.095 variances
3.762
.060
1.889
39
.066
7.77381
93 assumed nila Equal i variances
16.158 1.879 36.501
.068
7.77381
4.13634
-.61108
not
70
assumed
Uji T-Independen pada tabel 4.10b memberikan nilai t = 1.879 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.068. Nilai α yang digunakan adalah α = 0.05 sedangkan nilai p-value : 0.068. Nilai p-value lebih besar dibandingkan nilai α, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2 diterima. Jadi tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai Posttest untuk Kelompok A dengan Kelompok B berdasarkan statistik.
Kesimpulan Umum: Keadaan pemahaman awal pada kelompok A dan kelompok B sebelum diberi pembelajaran alat optik sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Setelah diberi pembelajaran materi alat optik pada masing-masing sekolah kelompok A dan kelompok B meningkat sama pemahamanya. Untuk melihat peningkatan pemahaman kelompok mana yang lebih baik, dilakukan uji T lagi yaitu uji T pembeda (T-Independen) untuk selisih nilai posttest dan pretest pada masing-masing kelompok. Hasil uji Tindependen dapat dilihat pada tabel 8.2 Tabel 4.11 Nilai Selisih Posttest – Pretest Kelompok A dan Kelompok B Kelompok A
Kelompok B
No Absen
Selisih posttest – pretest
No Absen
Selisih posttest pretest
1
-3
1
3
2
7
4
13
4
-5
5
25
5
19
6
2
6
38
7
17
7
9
8
-5
8
-6
10
-2
9
41
11
22
10
24
12
25
11
37
13
34
12
7
14
5
13
19
15
18
14
10
16
-2
15
17
20
-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
17
53
21
6
18
8
25Kelompok5B
19
26
26
20
-5
Tabel 4.12a Hasil Mean Selisih Posttest – Pretest Kelompok A dan
21 22
-3
Group Statistiks 28
20
27
29
Kelompok
N
Kelompok A
20
Kelompok B
21
22
Nilai
11 Mean
30
11
Std. Deviation
Std. Error Mean
16.50486
3.69060
11.45259
2.49916
16.9000
31
10.1905
4
Tabel 4.12b Hasil Uji T-Independen Selisih Posttest – Pretest Kelompok A dan Kelompok B Independent Samples Test Levene's
t-test for Equality of Means
Test for Equality of Variances F
Sig.
T
Df
Sig.
Mean
Std.
95% Confidence
(2-
Differen
Error
Interval of the
tailed
ce
Differenc
Difference
) Equal variances Nil
assumed
ai
Equal
1.852 .181
variances not assumed
1.51 9
39
1.50
33.69
5
0
e
.137 6.70952
4.41830
.142 6.70952
4.45717
Lower
Upper -
2.22734
2.35159
Uji T-Independen pada tabel 8.2b memberikan nilai t = 1.505 dan p-value (sig.2-tailed) = 0.142. Nilai α yang digunakan α = 0.05 sedangkan nilai p-value = 0.142. Nilai α lebih kecil dibandingkan dengan nilai p-value, maka Hi : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ditolak dan Ho : 𝜇1 = 𝜇2
15.64639
15.77064
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
diterima. Jadi tidak ada perbedaan peningkatan pemahaman antara Kelompok A dengan Kelompok B berdasarkan statistik.
3. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran a. Pembelajaran Kurikulum 2013 Pembelajaran materi alat optik pada Kurikulum 2013 diteliti di SMP Negeri 1 Muntilan pada tanggal 10 Mei, 22 Mei, dan 23 Mei 2017. 1) Pertemuan pertama Pada pertemuan pertama guru menggunakan metode PBL (Problem Based Learning) sebagai metode pembelajaran. Berikut merupakan analisis hasil observasi pada pertemuan pertama :
Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan cara membangun suasana belajar
seperti
menenangkan
siswa,
menyiapkan
media
pembelajaran berupa LUP, dan menyiapkan PPT alat optik. Respon siswa pada saat guru menyiapkan pembelajaran adalah menyiapkan diri dengan bersikap tenang dan membuka buku pelajaran IPA lalu mulai memperhatikan guru.
Guru memberikan apersepsi mengenai materi alat optik Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan tentang apakah siswa pernah melihat tukang arloji membenarkan jam tangan dan bagaimana caranya tukang arloji memperbaiki jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tangan yang komponennya kecil, dan demonstrasi dengan menggunakan lensa. Kemudian guru meminta salah satu siswa maju untuk mempraktikannya sendiri. Guru memberikan dua lensa kepada salah satu murid dan meminta siswa menyebutkan mana lensa cekung dan mana lensa yang cembung dengan menyuruh siswa untuk merabanya. Setelah siswa menjawab mana yang cekung dan mana yang cembung, guru memberikan pensil kemudian menyuruh siswa untuk meletakanya di depan masing-masing lensa dan bagaimana perubahan yang dilihat. Ternyata jika benda diletakan di depan pada lensa cekung maka benda akan terlihat lebih kecil dibanding dengan benda aslinya dan jika benda diletakan di depan lensa cembung maka benda akan terlihat lebih besar dibandingkan dengan ukuran aslinya. Kemudian guru bertanya lagi, jadi lensa mana yang membuat benda terlihat lebih besar dari aslinya? Siswa menjawab lensa cembung. Kemudian guru memberikan kesimpulan bahwa lensa yang membut benda terlihat lebih besar dibandingkan ukuran asli adalah lensa cembung, nah lensa cembung ini yang digunakan tukang arloji untuk membantu melihat komponen arloji yang kecil, atau biasa disebut LUP. Menurut pengamatan peneliti apersepsi yang guru lakukan sudah baik dan mengarahkan siswa untuk masuk kedalam materi alat
optik
dengan
pertanyaan-pertanyaan
rangsangan
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penggunaan media sangat membantu siswa dalam pemahaman. Pemberian
apersepsi
dalam
bentuk
pertanyaan-pertanyaan
rangsangan, penggunaan media, serta guru mengarahkan siswa dalam menemukan jawaban dari demonstrasi sudah sesuai dengan kurikulum 2013. Hanya saja disini guru bukan siswa yang menyimpulkan namun guru sendiri yang menyimpulkan.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Pada tampilan power point tetang tujuan pembelajaran, guru meminta salah satu siswa untuk membacanya dan menekankan bahwa itu yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini. Hal ini sudah sesuai dengan kurikulum 2013.
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok kecil sebagai kelompok diskusi.
Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah tidak terlaksana dalam pembelajaran karena menurut pengamatan peneliti guru sendiri yang merumuskan masalah. Rumusan masalah ini berupa soal-soal yang kemudian guru bahas sebagai pokok bahasan materi. Oleh karena itu menurut peneliti metode PBL tidak berjalan sebagaimana mestinya dan tidak sesuai dengan kurikulum 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hipotesis Pada saat pembelajaran, dari beberapa rumusan masalah yang berupa soal guru langsung membahas dan beberapa kali memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan namun dari pengamatan peneliti, siswa masih belum mau aktif. Siswa mau menjawab hanya bila ditunjuk oleh guru. Dari pengamatan peneliti guru masih sangat mendominasi dalam menjawab rumusan masalah dan penyusunan hipotesis. Maka dapat dikatakan metode PBL tidak berjalan dengan semestinya dan hal ini tidak sesuai dengan kurikulum 2013. Pada pertemuan pertama dengan menggunakan metode PBL, peneliti menyimpulkan bahwa metode PBL ini tidak berjalan dengan efektif dan tidak berjalan sebagaimana mestinya karena guru masih sangat dominan didalam pembelajaran.
Pada saat pertemuan
pertemuan pertama guru tidak dapat menyelesaikan materi dikarenakan jadwal yang terpotong untuk latihan lomba FLS2N, kemudian guru memberikan tugas bagi
tiap kelompok untuk
mencari jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua metode PBL yang seharusnya guru terapkan tidak terlaksana sama sekali, karena ketika peneliti melaksanakan observasi guru mendominasi dengan ceramah satu arah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan dengan dukungan media pembelajaran berupa animasi. Hal ini berarti guru tidak menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP yang disusun. Maka dapat dikatakan bahwa kurikulum 2013 dalam pembelajaran ini tidak berjalan jika dilihat dari RPP guru. Ceramah yang dilakukan guru lebih dominan ceramah satu arah, dimana guru lebih dominan berbicara dan aktif dibandingkan siswa yang hanya duduk diam. Namun bukan berarti guru tidak mencoba membuat komunikasi dua arah. Berdasarkan pengamatan peneliti, guru tetap mencoba membuat komunikasi dua arah. Seperti ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal yang sudah guru buat di depan kelas, namun siswa sangat pasif dan pada akhirnya guru menujuk siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Berdasarkan pengamatan peneliti, respon siswa terhadap guru masih sangat pasif sehingga guru harus lebih aktif lagi untuk menciptakan komunikasi dua arah. Selama proses pembelajaran terutama ketika siswa diminta mengerjakan soal oleh guru, siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri, ketika guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa, jarang sekali terlihat siswa bertanya kepada guru. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan di depan kelas tidak ada siswa yang bersedia sehingga harus ditunjuk oleh guru. Siswa yang ditunjuk oleh guru kemudian maju dan mengerjakan soal. Dari beberapa soal yang guru berikan di depan kelas, hampir seluruh soal dapat dikerjakan oleh siswa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
benar. Ketika siswa selesai mengerjakan soal di depan kelas, guru memeriksa dan baru kemudian memberikan tanda benar jika benar. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan soal dan jawaban
tersebut.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti
kegiatan
menyimpulkan disini masih didominasi oleh guru. Setelah diperiksa dan jawaban siswa salah, guru memberika pertanyaan terbuka di depan kelas “apakah benar?’ Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lain yang jawabanya berbeda untuk maju kedepan kelas dan menjawab pertanyaan. Selain dengan ceramah, guru juga menggunakan media berupa animasi pembelajaran. Animasi digunakan untuk menjelaskan proses terbentuknya bayangan pada beberapa alat optik seperti pada LUP, Mikroskop, dan teropong. Berdasarkan pengamatan peneliti, guru tidak hanya membiarkan siswa menonton animasi namun juga menjelaskan dan menunjukan istilah-istilah yang ada pada alat optik, menjelaskan fungsi, dan selalu bertanya berulang-ulang kepasda siswa tentang apa yang baru saja dijelaskan, nampaknya guru ingin siswa punya gambaran nyata bagaimana proses pembentukan bayangan, terutama pada alat optik yang mempunyai dua lensa. Guru ingin memastikan bahwa siswa tetap konsentrasi pada pokok bahasan dengan bertanya berulang-ulang tentang apa yang baru saja di jelaskan. Pada saat pertemuan kedua guru juga meminta salah satu anak untuk maju ke depan dan meminta anak untuk menunjukan mana panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mikroskop dari mana sampai mana. Siswa merespon pertanyaan guru dengan menunjukan mana panjang mikroskop dan panjang mikroskop terdiri dari jarak bayangan lensa objektif dan jarak benda pada lensa okuler sambil menunjukan mana bayangan lensa objektif dan mana jarak benda lensa okuler. Penggunaan media animasi ini mendapatkan respon yang lebih baik dibandingkan metode ceramah, karena pada pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif dan lebih memperhatikan guru. Guru juga menjelaskan dengan sangat baik konsepnya dan penggunaan media sangat membantu siswa dalam memahami pokok bahasan alat optik. Dari keseluruhan pembelajaran, nampak guru menggunakan campuran dua metode yaitu ceramah dan animasi pembelajaran. Jika dilihat proses pembelajaran pada kelas VIII G dapat dikatakan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Atau dapat dikatan kurikulum 2013 belum berjalan dengan baik dan semestinya pada pembelajaran dikelas VIII G berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti. 3) Pertemuan Ketiga Penelitian ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017. Data yang didapatkan peneliti pada pertemuan ketiga ini adalah berupa posttest siswa. Siswa mengerjakan Posttest kurang lebih 20 menit sebelum memulai materi baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
b. Pembelajaran Kurikulum 2006 Pembelajaran materi alat optik pada Kurikulum 2006 diteliti di SMP Negeri 2 Muntilan pada tanggal 12 Mei, 16 Mei, dan 17 Mei 2017. 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama guru membahas tentang sub topik mengenai mata, bagian mata dan cacat pada mata. Berikut merupakan hasil observasi pada pertemuan pertama :
Guru membangun situasi belajar Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan situasi belajar seperti meminta siswa untuk tenang dan memeriksa kehadiran siwa, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku IPA dan membuka pokok bahasan Alat Optik. Siswa merespon perintah guru dengan baik, kemudian menyiapkan diri mengikuti pembelajaran.
Guru memberikan apersepsi sebagai pengantar materi alat optik Guru tidak melakukan apersepsi dan langsung masuk ke kegiatan inti.
Guru membagi siswa kedalam kelompok heterogen Guru membagi siswa kedalam kelompok asli, satu kelompok sebanyak 5 orang. Kemudian guru membentuk kelompok baru lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
sebagai kelompok ahli. Kemudian guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli. Pada pertemuan ini guru menggunakan metode pembelajaran jingsaw. Pada saat pembentukan kelompok asal guru membentuk kelompok berdasarkan tempat duduk siswa, kemudian guru membentuk kelompok baru dari satu kelas dimana kelompok asal akan terpecah kedalam kelompok ahli. Berdasarkan pengamatan peneliti respon siswa sangat positif terhadap perintah guru dan siswa langsung berkumpul dengan kelompok asal.
Guru membagi kelompok dengan materi yang berbeda Setelah guru membagi kelompok ahli, guru memberikan materi yang berbeda-beda kepada kelompok ahli, satu kelompok mendapat satu materi berdasarkan nomor soal. Soal yang dibuat guru untuk setiap nomor mempunyai pokok bahasan yang berbeda-beda. Setelah selesai memberikan soal guru memints siswa untuk berkumpul dengan kelompok ahli masing-masing. Siswa didalam kelompok asal yang sudah dibagi kedalam kelompok ahli menulis soal yang telah diberikan oleh guru dan memperhatikan
penjelasaan
guru
pembelajaran dengan metode jingsaw.
tentang
bagaimana
cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Guru mendampingi kelompok dalam berdiskusi Pada saat diskusi siswa berkumpul dengan kelompok ahli masing-masing dan membahas jawaban dari soal yang diberikan oleh guru bagi tiap kelompok ahli. Siswa mencari jawaban dari buku dan guru. Pada saat diskusi berlangsung guru juga berkeliling untuk memeriksa diskusi siswa dan membantu siswa jika ada siswa yang kesulitan untuk menterjemahkan maksud soal yang guru berikan, selain itu guru memeriksa tiap kelompok juga untuk menertibkan siswa jika pokok bahasan yang siswa diskusikan melenceng dari materi. Berdasarkan pengamatan peneliti, penggunaan metode jingsaw cukup efektif untuk membuat siswa terlibat langsung didalam pembelajaran, sehingga sudah sesuai dengan kurikulum 2006.
Guru mempersilakan kelompok ahli kembali ke kelompok asal Setelah siswa selesai berdiskusi, guru mempersilakan siswa untuk kembali kedalam kelompok ahli kemudian masing-masing siswa menjelaskan apa saja yang mereka dapatkan dan pelajari didalam kelompok ahli. Dengan metode ini maka siswa yang tadinya hanya tahu satu hal dapat tahu 5 hal dari penjelasan teman-teman kelompok asal yang tersebar kedalam kelompok ahli. Menurut peneliti, metode ini seharusnya membuat seluruh siswa aktif menjelaskan apa saja yang mereka tahu dan mereka pelajari didalam kelompok ahli dan menjelaskan kedalam kelompok asal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Namun kenyataannya waktu yang tidak diberikan guru untuk siswa kembali kedalam kelompok asal dan menggabungkan jawaban serta menjelaskan kepada teman satu kelompok sangat kurang yaitu hanya 5 menit, sehingga siswa tidak menjelaskan apa saja yang mereka tahu kedalam kelompok asal, namun lebih fokus untuk menggabungkan jawaban yang mereka dapat dari kelompok ahli. Hal ini menyebabkan metode ini menjadi kurang efisien.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Setelah siswa menggabungkan seluruh jawaban yang didapatkan dari kelompok ahli, guru memberikan kesempatan kepada kelas untuk menjawab soal. Dari pengamatan peneliti untuk nomor beberapa nomor soal beberapa anak pada tiap kelompok berebut untuk menjawab di depan kelas sehingga kelas terasa lebih hidup dan siswa aktif secara langsung didalam pembelajaran. Setelah siswa maju dan menjawab pertanyaan guru juga mengajak teman-teman lain untuk memberikan apresiasi kepada teman yang mau maju dengan cara memberikan tepuk tangan.
Guru memberikan penguatan materi kepada siswa terkait hasil diskusi kelompok Setelah siswa selesai membacakan jawaban berupa hasil diskusi pada tiap-tiap kelompok ahli, guru akan memberikan penguatan materi yang ada didalam soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Berdasarkan pengamatan peneliti, guru hanya fokus pada jawaban dan pertanyaan saja dan tidak mengembangkan pertanyaan tersebut kedalam pertanyaan-pertanyaan tambahan, sehingga siswa hanya tahu jawaban dari soal saja tanpa tahu hal yang lain yang masih bersangkutan.
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Pada akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi apa saja yang sudah mereka bahas didalam pertemuan pertama. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat menyimpulkan guru masih mendominasi dalam menyimpulkan materi. Pada pertemuaan pertama peneliti dan observer mengamati guru dan siswa, dan guru benar-benar melaksanakan pembelajaran berdasarkan pada RPP yang telah dibuat. Penggunaan metode jingsaw pada pembelajaran juga dinilai dapat membuat siswa terlibat langsung didalam pembelajaran. Guru juga sangat memperhatikan waktu sehingga materi dapat selesai tepat waktu dan tidak molor, hanya saja sangat disayangkan karena guru jarang sekali memberikan pertanyaan rangsangan maupun pembahasan lebih lanjut dari pertanyaan yang sudah diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua guru membahas sub topik alat optik berupa Lup, Kamera, Mikroskop, dan Teropong. Pada pertemuan kedua ini guru tidak mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusun karena metode dan alat bahan yang guru gunakan dalam mengajar sangat berbeda dengan yang ada di RPP. Untuk metode pembelajaran yang guru lakukan pada pertemuan kedua adalah dengan metode kelompok kecil sedangkan di RPP metode yang seharusnya digunakan adalah pengajaran langsung. Pada kegiatan awal pembelajaran apersepsi guru sudah baik, dimana guru me-review materi pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru juga memberikan pertanyaan rangsangan terkait dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan tersebut. Pada kegiatan inti pembelajaran guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil berdasarkan tempat duduk, kemudian guru mengubah beberapa anak untuk bertukar-tukar kelompok. Setalah kelompok selesai dibagi, kemudian guru memberikan soal dan meminta siswa untuk mengerjakan. Pada saat siswa berdiskusi banyak kelompok yang mulai berdiskusi hal lain di luar topik pembelajaran. Guru juga dirasa kurang sebagai koordinator diskusi dan sibuk sendiri dimeja guru dengan laptop yang menyala. Ketika jam pelajaran berakhir, siswa belum dapat menyelesaikan diskusinya, dan guru tidak sempat untuk melaksanakan kegiatan penutup pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dari pengamatan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran pada pertemuan kedua sudah sesuai dengan kurikulum 2006 walaupun metode yang digunakan tidak sesuai dengan RPP yang disusun, dan sikap guru selama menjalankan kegiaatan inti pembelajaran dapat dikatakan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2006, dimana guru seharusnya dapat menjadi fasilitator dan koordinator selama proses pembelajaran. 3) Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga guru melanjutkan bahan pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan apersepsi dengan menayangkan ppt yag berisi pokok bahasan alat optik, pada kegiatan awal guru menjelaskan kompetensi apa saja yang harus dipahami. Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
sudah
didiskusikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini beberapa kelompok mau menjawab dengan sukarela, namun ada pula kelompok yang harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru untuk menjawab pertanyaan hasil diskusi pertemuan sebelumnya. Pada saat siswa sudah selesai menjawab pertanyaan di depan kelas, guru menanyakan apakah ada jawaban lain. Jika ada maka guru mempersilakan kelompok tersebut maju dan menjawab di depan kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
namun jika tidak ada guru memberikan penguatan materi atas soal yang telah dijawab siswa. Setelah seluruh soal terjawab guru menuntun siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. Kemudian guru mempersilakan peneliti untuk melaksanakan posttest. Berdasarkan hasil pengamatan prosedur yang dilakukan guru dalam pembelajaran sudah mencerminkan kurikulum 2006 karena pada pembelajaran peneliti dapat melihat dengan jelas mana proses explorasi, elaborasi, dan konfirmasi dari guru, kemudian siswa juga terlibat aktif didalam pembelajaran, walaupun pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan RPP yang telah disusun. Berdasarkan uraian diatas tentang pelaksanaan pembelajaran di dua sekolah yang menerapkan kurikulum yang berbeda, berikut merupakan rangkuman perbandingan dari hasil observasi di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel 4.13 Rangkuman perbandingan hasil observasi proses pembelajaran di SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan
Point
Kurikulum 2013
Kurikulum 2006
Keaktifan siswa
Siswa cenderung lebih pasif dan guru dominan dalam pembelajaran Komunikasi yang terjadi pada saat pembelajaran dominan komunikasi satu arah guru terhadap siswa. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri Siswa mengerjakan soal didepan kelas jika ditunjuk oleh guru.
Metode pembelajaran
Guru menggunakan metode PBL (Problem Based Learning) namun tidak berjalan dengan semestinya karena guru lebih dominan didalam pembelajaran dan tidak jarang terjadi komunikasi dua arah antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah pada saat
Siswa dan guru bersamasama aktif dalam pembelajaran. Terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa pada saat diskusi kelompok. Siswa aktif menawarkan diri untuk mengerjakan soal atau mempresentasikan hasul pembelajaran didepan kelas. Guru menggunakan metode jingsaw pada pertemuan pertama. Metode ini berjalan dengan baik dan dapat membuat siswa aktif terlibat didalam pembelajaran. Guru menggunakan metode diskusi kelompok pada pertemuan kedua namun topik yang didiskusikan siswa banyak diluar topik pembahasan sehingga kompetensi pembelajaran tidak tercapai Guru menggunakan metode ceramah dengan menggunakan media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Media Pembelajaran
menjelaskan cacat mata dan kacamata Guru menjelaskan konsep dengan sangat baik dan memastikan siswa paham dengan cara pengulangan dan konfirmasi kepada siswa. Guru mengembangkan satu pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan yang masih relevan dan memancing siswa untuk berfikir kritis Guru menggunakan media alat optik seperti Lensa (cembung dan cekung), LUP untuk melakukan demonstrasi sederhana sebagai epersepsi kepada siswa pada awal pembelajaran pada pertemuan pertama Guru juga menggunakan media animasi video proses pembentukan bayangan pada berbagai macam alat optik untuk memudahkan siswa memahami materi
berupa power point pada pertemuan ketiga untuk menjelaskan materi alat optik. Guru menjelaskan dengan baik, namun masih tekstual yang terkesan hafalan.
Guru menggunakan media kertas, lem, dan gunting sebagai alat pendukung pada metode jingsaw Guru juga menggunakan media berupa power point alat optik untuk menjelaskan materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Langkah pembelajaran a) Kegiatan awal
b) Kegiatan Inti
Guru melakukan apersepsi sebagai pembuka pembelajaran dengan menggunakan demonstrasi singkat tentang LUP dan fungsinya di kehidupan sehari-hari
Guru tidak melakukan apersepsi
Pada pertemuan pertama guru menggunakan metode PBL dan membagi siswa kedalam 5 kelompok kecil. Guru memberikan masalah untuk didiskusikan berupa latihan soal, namun karena terbatasan waktu, guru tidak memberikan cukup waktu untuk kelompok berdiskusi dan pada akhirnya membahas soal tersebut didepan kelas bersama siswa dengan guru yang lebih dominan Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah
Pada pertemuan pertama dan kedua guru membagi siswa kedalam 6 kelompok kecil dan memberikan siswa soal untuk dikerjakan didalam kelompok dan berdiskusi, guru sendiri berkeliling dan menanyakan dan membantu siswa yang kesulitan dalam menterjemahkan maupun menjawab soal. Pada pertemuan ketiga guru menjelaskan materi dengan menggunakan media berupa power point untuk menjelaskan berbagai macam alat optik yang ada di kehidupan sehari-hari. Pada setiap soal yang dijawab siswa didepan kelas guru memberikan penguatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
c) Penutup pembela jaran
dan komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi satu arah. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan cacat mata dan kaca mata. Untuk menjelaskan alat optik guru menggunakan media animasi proses pembentukan bayangan pada berbagai macam alat optik dan membahasnya satu persatu. Pada setiap soal yang dijawab siswa didepan kelas guru memberikan penguatan dan mengembangkan pertanyaan sehingga merangsang siswa untuk berfikir Guru mengajak siswa bersamasama untuk menyimpulkan pembelajaran. (guru dominan)
Guru mengajak siswa bersamasama untuk menyimpulkan pembelajaran. (guru dominan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
C. Pembahasan Umum 1. Tingkat Pemahaman Sebelum pembelajaran materi alat optik siswa di kelas VIII F SMPN 2 Muntilan dan kelas VIII G SMPN 1 Muntilan diberi pretest untuk mengukur tingkat pemahaman awal siswa pada materi alat optik. Kemudian dilakukan Uji T dengan analisis Independen sample untuk membandingkan tingkat pemahaman pada siswa kelas VIII F dan VIII G. Secara statistik, tingkat pemahaman awal untuk kelas VIII F dan VIII G adalah sama atau tidak signifikan. Setelah pembelajaran materi alat optik siswa kelas VIII F dan VIII G diberi soal posttest untuk mengukur pemahaman akhir pada materi alat optik. kemudian dilakukan Uji T test yaitu Paired Sample Test untuk pretest dan posttest dikedua kelas. Dari hasil Uji T test yaitu Paired Sample Test pada pretest dan posttest kelas VIII F SMPN 2 Muntilan adalah signifikan. Artinya terjadi peningkatan pemahaman dikelas VIII F sebelum dan sesudah pembelajaran materi alat optik dengan menggunakan kurikulum 2006. Dari hasil Uji T test yaitu Paired Sample Test pada pretest dan posttest kelas VIII G SMPN 1 Muntilan adalah signifikan. Artinya terjadi peningkatan pemahaman juga dikelas VIII G sebelum dan sesudah pembelajaran materi alat optik dengan menggunakan kurikulum 2013. Untuk melihat perbedaan pemahaman akhir pada kedua kelas dilakukan Uji T dengan analisis Independent Sample untuk posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Secara statistik tingkat pemahaman setelah dilaksanakan pembelajaran pada kelas VIII F dan VIII G adalah sama atau tidak signifikan. Untuk melihat peningkatan pemahaman yang lebih baik diantara kelas VIII F yang menggunakan kurikulum 2006 dan VIII G yang menggunakan kurikulum 2013, dilakukan Uji T lagi dengan analisis Independent Sample antara selisih posttest dan pretest kedua kelas. Berdasarkan hasil analisis statistik peningkatan pemahaman kedua kelas adalah sama atau tidak signifikan. Namun jika dilihat dari mean posttest kedua kelas, kelas VIII G SMPN 1 Muntilan mengalami peningkatan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan kelas VIII F SMPN 2 Muntilan.
2. Proses Pembelajaran Perbedaan proses pembelajaran yang terjadi pada SMP Negeri 1 Muntilan dan SMP Negeri 2 Muntilan. Proses Pembelajaran yang terjadi pada SMP Negeri 1 Muntilan dapat dikatakan tidak maksimal dalam menerapkan kurikulum 2013 didalam pembelajaran. Pada kurikulum 2013 menekankan pada softskill dan siswa aktif mencari materi dan guru hanya sebagai fasilitator. Namun berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian justru siswa masih sangat pasif. Pada karakteristik kurikulum 2013 kompetensi lulusan yang ditekankan adalah kompentensi afektif (sikap). Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada kurikulum 2013, kompetensi sikap yang ditunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
siswa adalah sikap menerima, dan menjalankan. Sedangkan berdasarkan pendekatan scientific kegiatan yang terlihat dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengamati, menanya (dengan diawali guru), dan mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan di papan tulis. Jika dilihat dari metode dan media yang digunakan guru memang sudah bervariatif dan guru bukan satu-satunya sumber belajar. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 2 Muntilan bisa dikatakan sudah sesuai dengan kurikulum 2006 dimana tahap explore, elaborasi, dan konfirmasi sudah dapat berjalan dengan cukup baik. Selain itu pada pada saat pembelajaran siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dari Kurikulum 2006 sudah tercapai.
3. Keterbatasan Penelitian 1) Terbatasnya waktu KBM yang efektif pada semester genap membuat pelaksanaan pembelajaran pada bab alat optik terbatas, sehingga guru kurang maksimal dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Peneliti tidak dapat menganalisis semua hasil test siswa karena banyak siswa yang ijin pada saat pembelajaran IPA untuk mempersiapkan lomba FLS2N. 3) Ketidaksiapan peneliti pada saat menyusun pertanyaan wawancara membuat peneliti tidak mendapatkan data yang peneliti harapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4) Guru IPA SMPN 1 dan SMPN 2 Muntilan yang digunakan menjadi sampel penelitian memiliki latar belakang yang berbeda yaitu pendidikan fisika (Guru SMPN 1 Muntilan) dan pendidikan biologi (Guru SMPN 2 Muntilan), sehingga mengakibatkan penyampaian dan penguasaan materi dari guru IPA SMPN 2 Muntilan kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis yang telah disampaikan sebelumnya dapat diambil kesimpulan berikut : 1. Secara umum pembelajaran Fisika materi alat optik anatara kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 pada kelas VIII F dan VIII G secara statistik meningkat. Sedangkan untuk perbandingan tingkat pemahaman siswa untuk kelas VIII F dan kelas VIII G adalah sama secara statistik. Namun jika dilihat dari mean posttest kedua kelas, kelas VIII G peningkatan pemahamanya lebih baik dibanding VIII F, hal ini dapat dipengaruhi karena guru IPA kelas VIII F berlatar belakang pendidikan biologi, sehigga cara menyampaikan materi dan penguasaan materi masih kurang maksimal. 2. Secara keseluruhan masing-masing sekolah berusaha menerapkan kurikulum masing-masing pada pembelajaran. Namun berdasarkan hasil pengamatan peneliti pembelajaran di SMP Negeri 1 Muntilan belum berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum karena guru masih dominan didalam pembelajaran. Sedangkan bagi SMP Negeri 2 Muntilan pembelajaran sudah dapat dikatan berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum walaupun pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru dan sekolah dapat mengevaluasi dan memperbaiki lagi proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas sehingga dapat sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sekolah terapkan. 2. Guru dapat lebih mengapresiasi dan mendukung siswa agar siswa tidak takut salah ketika maju mengerjakan soal di depan kelas. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penelitian yang serupa, sebaiknya lebih mempersiapkan diri lagi sebelum melakukan wawancara sehingga semua data yang diharapkan bisa didapatkan. 4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian disekolah sebaiknya memperhitungkan jam efektif KBM dan latar belakang guru yang dijadikan sampel penelitian mempunyai latar belakang yang sama dengan materi yang diajarkan, sehingga pada saat penelitian dapat mendapatkan data yang diinginkan secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/Mi, SMP/MTS, & SMA/MA.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Humizer & Salem. Dunia FISIKA 2 untuk SMP Kelas VIII. 2005. Jakarta : Erlangga Idi, Abdullah. 2016. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis. Bandung : interes Media Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah.Jakarta : Bumi Aksara Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam http//www.kemiddikbud.go.id diunduh tanggal 27 Maret 2017. Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika Untuk Pendidikan & Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. W.S Winkel. Psikologi Pengajaran.2004. Yogyakarta: Media Abadi
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72