Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999
MULTIMEDIA PEMBELAJARAN ALAT OPTIK MATA DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN ANALISIS SISWA Hariati Husain, Vincent Suhartono, Stefanus Santosa Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro ABSTRACT Education plays an important role in order to achieve sustainability and progress of a nation. The success of education can help the success of national development goals. In an effort to achieve the successful implementation of such development is absolutely necessary mastery and pegembangan teknologi. Mata science and physics is one of the Science subjects in clumps that can develop the ability to think analytically inductive and deductive reasoning in solving problems relating to the events surrounding nature, both qualitatively and quantitatively by using mathematics, and can develop the knowledge, skills, and a confident attitude. Lecturer of Physics at school more often to discuss the theory of the handbook is used, then gave his equations then give examples of problems. As a result, the science of Physics terreduksi be reading and students can only imagine. Similarly, the subject of Eyes Optical Instrument. These symptoms are difficult to understand the students because it is abstract. To that end, in this study will try to use multimedia learning in the form of visualization using the approach demonstration. In this study, the data obtained through initial research to find one that faced junior high school students in physics, especially in junior high school students Hj ISRIYATI Semarang class VIII Semester 2. From the study, analyzed the needs of students, then designed a visualization of multimedia learning that can address the problem.From the results obtained that the system created to facilitate learner students in understanding and analyzing the optical instrument the eye. It can be seen from the average value of each group, for the treatment group was 76.33 dan for the control group was 55.75 . Key words : Optical Equipment Eyes, Multimedia Learning, Method Demonstration
1. LATAR BELAKANG Pendidikan memegang peran penting dalam rangka mencapai kelestarian dan kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan pendidikan dapat membantu kesuksesan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya meraih keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut mutlak diperlukan penguasaan serta pegembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Menurut Khairul Basar : mengatakan bahwa jika ditanyakan kepada siswa sekolah menengah di Indonesia tentang pelajaran apa yang dianggap paling sulit, umumnya sebagian besar menjawab fisika. Hal ini dikarenakan selain materi dalam mata pelajaran tersebut sulit dipahami, terkadang juga penyampaian materi oleh guru kurang menarik perhatian siswa. Padahal pelajaran ini merupakan pelajaran yang harus dipahami bukan hanya dihapalkan. Pengajar fisika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku pegangan yang digunakan, kemudian memberikan rumus-rumusnya lalu memberikan contoh soal. Akibatnya ilmu fisika terreduksi menjadi bacaan dan siswa hanya dapat membayangkan. Jika fenomena
20
http://research.pps.dinus.ac.id
email redaksi:
[email protected]
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999 fisis yang sedang dibahas telah pernah dialami oleh siswa mungkin siswa akan dapat merekonstruksinya kembali menjadi pemahaman yang lebih baik. Sudah menjadi pendapat umum bahwa fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati. Mata terdiri atas alis, kelenjar air mata, bola mata otot-otot penggerak bola mata, kotak mata rongga tempat mata berada), kelopak dan bulu mata. Alis berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya, debu dan keringat. Kelopak mata berguna untuk menutup bola mata dan mampu berkedip untuk membasahi mata, menggiring kotoran keluar dari mata, dan mengistrahatkan retina dari terpaan cahaya yang terus menerus. Kelenjar air mata berfungsi menghasilkan air mata yang berguna untuk membasahi kornea, melindungi mata dari kuman, dan menjaga mata dan bagian dalam kelopak mata agar tetap sehat dan lembut. Bulu mata untuk mengurangi cahaya yang masuk kemata apabila cahayanya terlalu kuat dan mencegah debu serta kotoran agar tidak masuk kedalam mata. Konstruksi mata berbentuk menyerupai bola dengan permukaan luar melengkung. Pada bagian depan mata terdapat kornea (cornea) yang berfungsi untuk melindungi mata bagian dalam. Di belakang kornea terdapat cairan mata (aqueous humor) yang berfungsi untuk membiaskan cahaya. Pantulan cahaya dari benda yang masuk ke mata dibiaskan oleh cairan mata dan masuk melalui celah lingkaran yang disebut pupil, dan pupil ini dibentuk oleh iris yang dapat berkontaksi sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pada daerah yang terang, pupil akan mengecil, dan sebaliknya, pada daerah yang gelap, pupil akan membesar. Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusatpusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto sensitif). 2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Siswa sulit memahami terbentuknya citra objek yang ditangkap mata 2. Produk-produk multimedia pembelajaran fisika tentang alat optik mata yang ada belum mampu membantu pemahaman dan kemampuan analisis siswa. 3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan pemahaman yang lebih mudah tentang mekanisme terbentuk citra pada syaraf mata melalui multimedia pembelajaran secara visuali. 2. Merekayasa multimedia pembelajaran tentang mekanisme terbentuknya citra pada mata yang dapat membantu pemahaman dan analisis siswa dengan pendekatan metode demontrasi 3. Mengukur pengaruh sistem pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman dan analisis 4. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pengguna, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dan meningkatkan pemahaman siswa didalam belajar serta membantu guru dalam memberikan materi pelajaran khususnya alat optik mata 2. Bagi Pengembangan IPTEK, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan IPTEK, khusunya multimedia pembelajaran tentang alat optik mata dengan metode demonstrasi, dan dapat dijadikan sebagai refernsi media pembeajaran pada mata pelajaran fisika untuk siswa kelas VIII SMP karena sudah memenuhi aspek penilaian media pembelajaran. 5. LANDASAN TEORI Teori Behavioristik menurut Skinner Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak http://research.pps.dinus.ac.id, email redaksi:
[email protected]
21
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. 5.1. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui suatu proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disbeut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbangan, kesesuaian, atau equilibrium antara apa yang baru di alami (pengalaman barunya) dengan apa yang ada pada struktur kognitifnya. Jika pengalaman barunya adalah cocok atau sesuai dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya maka proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan kesetimbangan (equilibrium) tidak terganggu. 5.2. Model Demonstrasi Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demostrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Langkah – langkah yang akan dilakukan pada demostrasi adalah : 1. Tahap Persiapan Proses pembelajaran di dalam kelas membutuhkan kesiapan dari seorang guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa b. Menetapkan garis-garis langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan c. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberikan kesempatan siswa mengajukan pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi d. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa, seringkali perlu terlebih dahulu diadakan diskusi-diskusi. 2. Tahap Pelaksanaan a. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan yang mengandung teka teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi b. Ciptakan suasana yang menyejukan dengan menghindari suasana yang menegangkan c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu 3. Langkah mengakhiri demonstrasi Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugastugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan siswa memberikan tugas yang relevan.
22
http://research.pps.dinus.ac.id
email redaksi:
[email protected]
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999 5.3. Desain Sistem Pembelajaran Salah satu model desain pembelajara yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajariadalah model ADDIE. Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Kelima fase ini perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik.
Gambar 1.Elemen utama dalam model ADDIE 5.4. Arsitektur Rancangan Pembelajaran Alat Optik Mata Dalam mendesain sistem pembelajaran ini didasarkan pada standar dari LTSA (Learning Technology Systems Architecture) dengan tujuan memudahkan komunikasi, intergrasi dan kolaborasi antar sistem lain yang serupa karena sistematik yang sama. Adapun betuk implementasi komponen-komponen LTSA ke sistem pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Implementasi Komponen Sistem LTSA pada Pembelajaran MPI http://research.pps.dinus.ac.id, email redaksi:
[email protected]
23
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999
5.5.
Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikran
5.6. Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dimana hasil penelitian harus diterapkan di dunia nyata dan hasil di uji dengan pendekatan statistik. Tahapan penelitian terdiri dari tahap analisis, tahap desain, tahap produksi/pembuatan, dan tahap pengujian. Pada tahap pengujian terdiri dari pengujian internal dan pengujian eksternal, pengujian eksternal dilakukan pada pemahaman siswa terhadap sistem yang sudah dibuat dan pengujian kepada ahli untuk mengetahui tingkat kelayakan sistem yang dibuat.
24
http://research.pps.dinus.ac.id
email redaksi:
[email protected]
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999 6. 6.1.
PEMBAHASAN DAN HASIL Pengujian Internal (White Box)
Gambar 4. Flowgraph Evaluasi Akhir Dari gambar di atas dapat diketahui, Edge (E) = 19; Region (R) = 5; Peridikat Node = 4; Node (N) = 16. Cyclomatic complexity digunakan untuk mencari jumlah path dalam satu flowgraph. Cyclomatix complexity V(G) untuk grafik alir dihitung dengan rumus: V(G) = E - N + 2. V(G) = 19 edge - 16 node + 2 = 5. Jadi cyclomatic complexity untuk flowgraph evaluasi akhir adalah 5. Berdasarkan tabel hubungan antara Cyclomatic Complexity dan resiko menurut McCabe [25], menunjukan bahwa nilai 1 – 4 masuk dalam tipe A simple procedure (tingkat kompleksitas rendah) serta Low Risk (resikonya rendah). 6.2. Pengujian Ekternal Pengujian Pemahaman Siswa dilakukan terhadap dua kelas. Berdasarkan nilai uji kompetensi kedua kelas responden diolah datanya dengan menggunkan tools SPSS (Statistical Product and Service Solution), maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pengujian kesamaan varians dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengujian Kesamaan Varians Uji Kompetensi dengan SPSS Levene's Test for Equality of Variances
F
.030
Sig.
.864
http://research.pps.dinus.ac.id, email redaksi:
[email protected]
25
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999
Kesimpulan : Dari hasil analisis diperoleh nilai F-hitung sebesar 0.030 dengan nilai signifikansi sebesar 0.864. Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan (0.05), maka H0 diterima, atau dengan kata lain dengan taraf nyata sebesar 5% maka dapat dikatakan bahwa varians populasi kelompok kontrol dengan varians kelompok eksperimen bersifat homogen. Karena varians kedua populasi homogen, maka untuk menguji kesamaan dua rata-rata menggunakan rumus yang kedua H0 : µ1 = µ2 (tidak terdapat perbedaan nilai antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen) H1 : µ1 ≠ µ2 (terdapat perbedaan nilai antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen) = 0.05 Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Uji Kompetensi dengan SPSS
Kesimpulan : Hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung yang diperoleh sebesar -8.964 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan (0.05), maka H0 ditolak. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa dengan taraf signifikansi sebesar 5% terdapat perbedaan nilai yang diperoleh antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dengan nilai rerata kelompok kontrol sebesar 55.73 dan kelompok eksperimen sebesar 76.53. Hasil pengujian menunjukkan nilai T hitung yang diperoleh sebesar -8.964 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tarf signifikansi sebesar 5% terdapat perbedaan nilai yang diperoleh antara kelompok kontrol dan kelompok treatment dengan nilai rerata kelompok kontrol 55.73 dan kelompok treatment 76.53. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa CD pembelajaran alat optik mata dapat memudahkan siswa memahami dan menganalisis terjadinya bayangan pada mata. Pengujian kelayakan sistem bertujuan untuk menilai apakah multimedia pembelajaran yang dibuat telah memenuhi karakteristik komponen spesifikasi pembelajaran elearning, yang terdiri dari informasi bahan penarik perhatian, materi, visualisasi dan evaluasi, dengan menggunakan instrumen kuisioner kepada pihak-pihak yang berkomponen, berdasarkan hasil kuesioner yang diedarkan, kemudian dilakukan analisis dan diprosentasikan setiap aspek dari jawaban responden sangat setuju dan setuju adalah sebagai berikut: Tabel 3. Persentase Hasil Uji Kelayakan Sistem KOMPONEN PERSENTASE
26
Informasi Bahan Isi Materi Penarik Perhatian 88,9 % 83,3 %
Visualisasi
Latihan
Evaluasi
86,7 %
80 %
80 %
http://research.pps.dinus.ac.id
email redaksi:
[email protected]
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999 7. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni : 1. Sistem pembelajaran yang dibuat dapat memudahkan siswa dalam memahami dan menganalisa alat optik mata. Ini dapat dilihat dari nilai rerata setiap kelompok, dimana rerata nilai ujian untuk kelas treatment diatas atau lebih tinggi daripada rerata nilai kelompok kontrol 2. Sistem pembelajaran alat optik mata ini telah memenuhi aspek rekayasa perangkat lunak 3. Sistem pembelajaran yang dibuat dapat memudahkan siswa dalam memahami dan menganalisis alat optik mata. Ini dapat dilihat dari nilai rerata setiap kelompok, untuk kelompok treatment adalah 76.53, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 55.75 dan nilai menggunakan Independent Samples TTest sebesar --8.964 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 yang artinya dengan taraf signifikansi sebesar 5% terdapat perbedaan hasil uji kompetensi antara kedua kelompok 8. SARAN Berdasarkan analisa data, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Sistem pembelajaran ini, dapat juga digunakan bagi siswa SMP sederajat yang mempelajari alat optik mata 2. Sistem pembelajaran ini sebagai salah satu referensi atau sumber belajar fisika tentang alat optik mata 3. Sistem pembelajaran ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem pembelajaran yang on-line
DAFTAR PUSTAKA [1] Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Pertama Dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas [2] Basar, Khairul (2004). Mengkaji Kembali Pelajaran Fisikan di Sekolah Menengah (SMP dan SMA) di Indonesia. Inovasi Online Vol.2/XVI/November 2004. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=45. diakses 28 Januari 2011 [3] Mayub, Afrizal. (2005) e-Learning Fisika Berbasis Macromedia Flazh MX. Yogjakarta Penerbit Graha Ilmu [4] Mundilarno, (2009). Pembelajaran Fisika Belum Optimal: http://www.fisikanet.lipi.go.id diakses 25 Januari 2011 [5] Ni Nyoman Sukerti (2007). Impelemntasi Strategi 5E Berbantuan Suplemen Bahan Ajar Koseptual dan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Ilmiah Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMPN 6 Singaraja: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Usdiksha Singaraja [6] Sudjana, Nana (2001). Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru Algensindo [7] Soenarto, Sunaryo. (2007). Pembelajaran Berbasis Multimedia Sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi hasil Belajar dan Presepsi Mahasiswa. Yogyakarta : Jurnal Edukasi @ Elektro Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY [8] Wiki (2009) Teori Belajar Behavioristik : http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik diakses 28 Januari 2011 [9] Tim Departemen Agama RI (1993). Fundamentals Of Cognitive Psycology [10] Theresa W. L. Lai, Simon W.W So (2003) An interactive, e-learning innovation with synhronized multimedia for instructional demonstration in home economics, Journal of the HEIA, vol 10, no. 3, 2003 [11] Sudjana, Nana (2009). Media Pengajaran, Jakarta : Sinar Bagus Algesindo [12] Masidjo, Drs. Ing. Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yoyakarta (Kanisius (hal 92-97). Taksonomi Bloom, Dkk, www.docstoc.com/docs/31539288/Taksonomi-Bloom_Dkk diakses 29 Januari 2011 http://research.pps.dinus.ac.id, email redaksi:
[email protected]
27
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 8 Nomor 1, April 2012, ISSN 1414-9999
[13] Klasifikasi Taksonomi Bloom www.wordpress.com/.../klasifikasi-kognitif-taksonomi-bloom [14] Anonymous. 2009. “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html. Diakses Tanggal 21 Oktober 2011 [15] Rohmad Qomari, (2008). Model-model Evaluasi Pendidikan, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan INSANIA Vol. 13, No. 2 [16] Sunardi (2005), Evaluasi Proses Pembelajaran, Diambilo dari Presentasi yang disajikan dalam kegiatan penataran Guru-Guru SLB se Provinsi Banten pada tanggal 14 Agustus 2005 [17] Benny A. Pribadi (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta PT. Dian Rakyat [18] Didik W.S., Vincent s., Stefanus S. (2009) Multimedia Pembelajaran Reproduksi pada manusia. Jurnal Teknologi Informasi, Volume 5 No. 2 Pascasarjana Universitas Dian Nuswantoro [19] Depdiknas (2007). Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas [20] Khaeruman, Uwes (2007). Pengembangan Multimedia Pengajaran, Pustekom. [21] Pressman, S. Roger. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan raktisi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta [22] Wiki (2008). Waterfall Model, http://en.wikipedia.org/wiki/Waterfal_Model diakses 2 Februari 2011 [23] Farance, Frank.(2001) The Learning Technology System Architekture, Farance Inc, http://Itsc.ieee.org diakses 3 Februari 2011 [24] Aivosto, Complexity Metrics, http://www.aivisto.com/projrct/help/pm-complexity.html diakses 3 Februari 2011 [25] Sharpe,Rich. McCabe Cyclomatic Complexity : the proof in the pudding. Enerjy. http://www.enerjy.com diakses 4 Februari 2011 [26] Priyatno, Dwi (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta. Mediacom [27] Divisi Litbang Madcoms. (2007). Mahir dalam 7 hari Macromedia FLASH Pro, Andi Offset, Yogyakarta [28] Ariesto Hadi Sutopo. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash, Graha Ilmu Yogyakarta
28
http://research.pps.dinus.ac.id
email redaksi:
[email protected]