Jurnal e-DuMath Volume 2 No.1, Januari 2016 Hlm. 170-178
PEMBELAJARAN LINGKARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI ALAT PERAGA KONKRIT DAN ALAT PERAGA GAMBAR Nurmitasari Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Email:
[email protected] Abstract This research aimed to determine: 1) the average difference of mathematics students learning achievement through demonstration method between using concrete props and picture props. 2) The average results of the mathematics students learning achievement through demonstration method using concrete props are higher than picture props. This research was comparative research with the population taken all of the students in the sixth grade of the first semester MI Raudlatul Munawwarah in the academic year 2014-2015. The sampling technique was using random cluster sampling technique. The research instrument used essay tests consists of 5 items essay with the data analysis using t-test. Based on the hypothesis testing, it can be concluded that the average results of the mathematics students learning achievement through demonstration method using concrete props is higher than using picture props, with the students learning achievement average obtained respectively 65.68 and 57.50. Keywords: demonstration method using concrete props, students learning achievement
berfikir logis dan kritis, memiliki inisiatif
1. PENDAHULUAN Pendidikan berorientasi
pada
dewasa
ini
peningkatan
harus
dan adaptif terhadap perubahan dan
mutu
perkembangan.
sumber daya manusia, yaitu sumber daya
Dari tahun 2006 KTSP sudah mulai
manusia yang sesuai dengan kebutuhan
diterapkan di sekolah, yang mana pada
dunia kerja dan mampu bersaing di era
kurikulum tersebut mengubah paradigma
globalisasi, seiring dengan perkembangan
pembelajaran,
ilmu
Pendidikan
pembelajaran yang semula berpusat pada
matematika mempunyai potensi besar
guru beralih berpusat pada siswa. KTSP
untuk memainkan peran strategis dalam
juga menghendaki suatu pembelajaran
menyiapkan sumber daya manusia untuk
tidak hanya mempelajari tentang konsep,
menghadapi era globalisasi. Potensi ini
teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam
dapat
pendidikan
kehidupan sehari-hari. Sehingga materi
matematika mampu melahirkan siswa
pembelajaran tidak hanya tersusun atas
yang cakap dalam matematika dan
hal-hal sederhana yang bersifat hafalan
berhasil
dan pemahaman, tetapi tersusun atas
dan
teknologi.
terwujud
jika
menumbuhkan
kemampuan
yakni
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
orentasi
170
Nurmitasari, Pembelajaran Lingkaran Dengan Metode Demonstrasi...
materi yang kompleks yang memerlukan
”Peragaan gambar lebih menekankan
analisis, aplikasi dan sintesis.
persepsi indra mata.”. Konsep yang
Kenyataan saat ini KTSP belum diterapkan secara menyeluruh
untuk
diperoleh siswa pun penjelasan
guru
setiap mata pelajaran di sekolah. Terlihat
menyandarkan
di MI Raudlatul Munawwarah, dalam
konsep.
hanya sebatas
saja,
siswa
berarti
pada
hafalan
penyampaian materi pada mata pelajaran
Oleh
matematika guru masih menggunakan
rendahnya
ceramah. Aktivitas siswa hanya duduk,
Rendahnya hasil belajar ini terbukti dari
diam, mendengarkan, memperhatikan,
data ulangan harian pokok bahasan
dan mencatat apa yang disampaikan oleh
lingkaran siswa kelas VI pada semester
guru.
Sedangkan dengan mendengar
genap di MI Raudlatul Munawwarah
konsep yang dipelajari akan mudah
tahun pelajaran 2013-2014 diperoleh
dilupakan,
41,79% siswa yang tuntas, sehingga
sebagaimana
pernyataan
Silberman (2006:23), bahwa ”Yang saya
sisanya
dengar, saya lupa.”
belajar.
Berdasarkan
hasil
58,21%
menyebabkan
belajar
siswa
tidak
siswa.
tuntas
dengan
Berdasarkan uraian diatas maka
Raudlatul
perlu adanya perbaikan. Salah satunya
Munawwarah, diperoleh informasi bahwa
adalah penggunaan alat peraga konkrit
dalam penyampaian materi pada pokok
sehingga
bahasan lingkaran, guru menggunakan
pemahaman konsep yang akhirnya dapat
metode ceramah dan alat peraga gambar.
meningkatkan hasil belajar siswa. Agus
Metode
Suharjana,dkk
salah
satu
informasi
guru
ceramah
wawancara
karenanya
ini
di
MI
adalah
secara lisan
penyajian
baik
normal
maupun informal.
dapat
menyebutkan
meningkatkan
(2010:3), bahwa
”Alat
yang peraga
merupakan media pembelajaran yang
Penyampaian materi melalui alat
mengandung atau membawakan ciri-ciri
peraga gambar lebih mudah dilakukan
dari konsep yang dipelajari.” Nana
oleh guru, namun konsep materi yang
Sudjana
diserap siswa kurang optimal, karena
”Unsur metode dan alat merupakan unsur
terkadang ukuran gambar kurang tepat
yang tidak bisa dilepaskan dari unsur
untuk pembelajaran dalam kelompok
lainnya yang berfungsi sebagai cara atau
besar. Hal tersebut dikarenakan melalui
teknik
peragaan gambar hanya bisa dilihat saja
pelajaran agar sampai kepada tujuan.
oleh siswa. Sanaky (2011:73) bahwa
Dalam proses belajar mengajar alat
(2010:99)
untuk
mengemukakan
mengantarkan
bahan
171
Jurnal e-DuMath Volume 2 No.1, Januari 2016 Hlm. 170-178
peraga
dipergunakan
tujuan
Dengan alat peraga konkrit siswa
membantu guru agar proses belajar siswa
akan lebih tertarik, dimana siswa dapat
lebih efektif dan efisien”. Disimpulkan
memegang sekaligus mendemonstrasikan
bahwa alat peraga ialah media atau alat
sendiri dengan menunjukkan bagian-
pengajaran
untuk
bagian konsep yang akan dipelajari
menghantarkan bahan pelajaran dengan
daripada hanya melihat dengan gambar.
membawakan
Sebagaimana yang diungkapkan Sanaky
yang
dengan
digunakan
ciri-ciri
dari
materi
(2011:114) bahwa “Alat peraga konkrit
pelajaran agar sampai kepada tujuan. Belajar yang efektif harus mulai dengan
pengalaman
langsung
jauh lebih baik dan bermakna bagi siswa
atau
katika menjelaskan suatu konsep atau
pengalaman konkrit dan menuju kepada
prinsip dari suatu kompetensi dasar
pengalaman yang lebih abstrak. Belajar
dibanding dengan gambar.” pemahaman
akan lebih efektif jika dibantu dengan
konsep yang optimal menyebabkan hasil
alat peraga pengajaran dari pada bila
belajar optimal.
siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.
Misalnya
Oleh sebab itu, upaya yang dapat
pembelajaran
dilakukan untuk dapat meningkatkan
matematika dengan menggunakan alat
hasil belajar matematika siswa kelas VI
peraga
semester
konkrit.
Menurut
Sanaky
ganjil
MI.
Raudlatul
(2011:113) bahwa “Benda asli atau
Munawwarah tahun pelajaran 2014-2015
konkrit merupakan alat yang efektif
dalam pokok bahasan lingkaran adalah
untuk mengikutsertakan berbagai indera
dengan menggunakan alat peraga konkrit,
dalam belajar. Ini disebabkan benda asli
yang diharapkan agar siswa memperoleh
mempunyai ukuran besar, tekstur, berat,
hasil belajar matematika meningkat lebih
warna adakalanya disertai gerak dan
baik
bunyi disamping keaslianya. Dari uraian
pembelajaran
tersebut disimpulkan bahwa alat peraga
menggunakan alat peraga gambar.
konkrit adalah media atau alat bantu
jika
dibandingkan sebelumnya
Penelitian
ini
bertujuan
dengan yang
untuk
berbentuk tiga dimensi yang digunakan
mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata hasil
untuk menyampaikan suatu konsep tanpa
belajar matematika siswa yang diperoleh
menghilangkan
melalui
pelajaran tercapai.
agar
ciri-ciri tujuan
dari
materi
pembelajaran
metode
demonstrasi
menggunakan alat peraga konkrit dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui alat peraga
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
172
Nurmitasari, Pembelajaran Lingkaran Dengan Metode Demonstrasi...
gambar pada pokok bahasan lingkaran.
yakni untuk mendapatkan data hasil
(2) Rata-rata hasil belajar matematika
belajar siswa.
siswa antara yang diperoleh melalui
Adapun teknik analisis data yang
metode demonstrsi menggunakan alat
digunakan untuk menguji hipotesis dalam
peraga konkrit lebih tinggi dari rata-rata
penelitian ini adalah uji-t. Uji-t yang
hasil belajar matematika siswa yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi
diperoleh melaluialat peraga gambar pada
Uji-t dua pihak dan Uji-t satu pihak. Uji-t
pokok bahasan lingkaran.
dua pihak digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata hasil
2. METODE PENELITIAN Berdasarkan
belajar matematika siswa melalui metode
permasalahan
diteliti, maka jenis
penelitian
yang
demonstrasi
yang
konkrit dengan rata-rata hasil belajar
menggunakan alat peraga
digunakan pada penelitian ini adalah
matematika
siswa
komparatif
demonstrasi
menggunakan alat peraga
(perbandingan).
Populasi
melalui
metode
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
gambar, dan Uji-t satu pihak yang
kelas VI semester ganji MI Raudlatul
digunakan untuk mengetahui rata-rata
Munawwarah tahun pelajaran 2014-2015
hasil belajar matematika siswa melalui
dengan jumlah 134 siswa yang terdiri
metode demonstrasi menggunakan alat
dari 56 laki-laki dan 78 perempuan dan
peraga konkrit lebih tinggi daripada rata-
terbagi menjadi 4 kelas. Sampel diambil
rata hasil belajar matematika siswa
secara acak dari SMP se-Kabupaten
melalui
dengan
menggunakan alat peraga gambar.
random
teknik
pengambilan
sampling.
Dari
cluster sampling
Sebelum
metode
demonstrasi
dilakukan
pengujian
diperoleh kelas VI.A yang berjumlah 34
hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan
siswa sebagai kelas eksperimen dan
uji prasyarat yakni uji normalitas data
kelas VI.B yang berjumlah 34 siswa
yang menggunakan uji statistik chi
sebagai kelas kontrol.
kuadrat dan uji homogenitas variansi
Penelitian
dari
dua
menggunakan uji-F.
terikat
dan
tidak terpenuhi maka menggunakan uji
variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu
non-parametrik yaitu UjiMann-Whitney
hasil belajar matematika siswa dan
U
variabel
variabel
yakni
ini
terdiri
variabel
bebasnya
yaitu
Jika uji prasyarat
metode
pembelajaran. Pengambilan data pada
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini menggunakan metode tes 173
Jurnal e-DuMath Volume 2 No.1, Januari 2016 Hlm. 170-178
Berdasarkan
hasil
penelitian
sehingga
Fhitung < Ftabel menyebabkan
diperoleh data hasil belajar matematika
terima H0 disimpulkan bahwa variansi
siswa. Pada kelas eksperimen yakni kelas
kedua sampel homogen.
yang
diberi
menggunakan
Setelah diketahui bahwa sampel
metode demonstrasi melalui alat peraga
berasal dari populasi yang berdistribusi
konkrit diperoleh rata-rata hasil belajar
normal baik kelas kontrol maupun kelas
siswa sebesar 65,68. Pada kelas kontrol
eksperimen dan berasal dari populasi
yaitu
yang
kelas
menggunakan
pelakuan
yang
diberi
metode
pelakuan
homogen,
maka
selanjutnya
demonstrasi
dilakukan uji-t guna menguji hipotesis
melalui alat peraga gambar diperoleh
meliputi uji-t dua pihak dan uji-t satu
rata-rata hasil belajar siswa sebesar
pihak. Berdasarkan hasil uji-t dua pihak
57,50.
data diperoleh bahwa thitung = 4,15 dan
Setelah diperoleh data hasil belajar
ttabel=1,99 dengan taraf signifikasi 5%.
matematika siswa kemudian dilakukan
berdasarkan kriteria uji ternyata thitung
analisis data menggunakan Uji-t pada
ttabel maka tolak H0. Hal ini menunjukkan
taraf signifikansi 0,05, dengan terlebih
bahwa ada perbedaan rata-rata hasil
dahulu dipenuhinya uji persyaratan Uji-t
belajar matematika siswa melalui metode
yaitu uji normalitas populasi dan uji
demonstrasi menggunakan alat peraga
homogenitas variansi. Berdasarkan hasil
konkrit dengan rata-rata hasil belajar
uji normalitas populasi terhadap data
matematika
siswa
hasil belajar matematika siswa kelas
demonstrasi
menggunakan alat peraga
eksperimen, diperoleh χ2hitung = 3,0437
gambar. Dari simpulan diperoleh bahwa
dan χ2tabel = 11,070, sedangkan kelas
ada perbedaan rata-rata maka dilanjutkan
kontrol diperoleh χ2hitung = 4,6127 dan
pengujia hipotesis menggunakan uji-t
χ2tabel = 11,070. Dari kriteria uji χ2hitung
satu pihak guna mengetahui mana yang
2
<χ
tabel
maka terima H0. Hal ini
melalui
metode
lebih baik.
menunjukan bahwa sampel dari kelas
Berdasarkan hasil perhitungan pada
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
uji-t satu pihak diperoleh thitung = 4,15 dan
populasi
ttabel=1,67,
yang
berdistribusi
normal.
berdasarkan
kriteria
uji
Demikian pula hasil uji homogenitas
ternyata thitung
variansi populasi terhadap data hasil
berarti rata-rata hasil belajar matematika
belajar
siswa
matematika
siswa,
diperoleh
Fhitung = 1,17 dan Ftabel =1,78 sehingga
melalui
ttabel maka tolak H0 yang
metode
demonstrasi
menggunakan alat peraga konkrit lebih
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
174
Nurmitasari, Pembelajaran Lingkaran Dengan Metode Demonstrasi...
tinggi daripada rata-rata hasil belajar melalui
Sehubungan alat peraga konkrit
matematika
siswa
metode
disamping mempunyai ukuran panjang
demonstrasi
menggunakan alat peraga
dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi.
gambar. Hal ini terlihat dari perolehan
Hal ini untuk menjadikan daya tarik
rata-rata hasil belajar matematika siswa
siswa dalam belajar serta mempermudah
melalui
demonstrasi
tahap penanaman konsep matematika
menggunakan alat peraga konkrit sebesar
yang dapat digunakan siswa secara
65,68
metode
dan
rata-rata
hasil
belajar
leluasa. Sebagaimana pendapat Nana
melalui
metode
Sudjana (2010:110), bahwa “Alat peraga
demonstrasi menggunakan alat peraga
tiga dimensi yang dimaksud adalah benda
gambar sebesar 57,50.
asli (konkrit). Benda asli adalah alat yang
matematika
siswa
Hasil
penelitian
tersebut
paling efektif untuk mengikutsertakan
pembelajaran
berbagai indra dalam belajar. Hal ini
matematika melalui metode demonstrasi
disebabkan benda asli mempunyai sifat
menggunakan alat peraga konkrit lebih
keasliannya, mempunyai ukuran besar
baik dibandingkan dengan alat peraga
dan
gambar pada pokok bahasan lingkaran,
Memperkuat hal itu, Agus Suharjana,dkk
karena
pembelajaran
(2010:4) menyatakan bahwa ”Agar siswa
melalui metode demonstrasi mengunakan
lebih mudah memahami dan mendalami
alat peraga konkrit atau yang sering
konsep-konsep
disebut benda asli mampu menyampaikan
kepadanya perlu diperkenalkan contoh-
konsep lingkaran secara mendalam dan
contoh yang konkrit.”
menunjukan
tahan
bahwa
dalam
lama.
proses
Sebagaiman
kecil,
berat,
dan
serta
warna.”
peristilahan,
pernyataan
Alat peraga konkrit juga digunakan
Sanaky (2011:114) bahwa “Jauh lebih
untuk membantu siswa dalam memahami
baik dan bermakna bagi siswa yang
materi dan memberikan pengalaman
ketika menjelaskan suatu konsep atau
bermakna pada siswa sehingga proses
prinsip dari suatu kompetensi dasar
belajar tersebut menjadi menarik bagi
dibanding dengan alat tiruanya, siswa
siswa yang menyebabkan hasil belajar
akan lebih senang dan mungkin terkagum
matematika
dan kemudian ingin mengamati dengan
Seperti yang diungkapkan Nana Sudjana
seksama
(2010:99),
terhadap
siswa bahwa
menjadi
optimal.
“Penggunaan
sesuatu
yang
pada
hanya
peraga konkrit, hasil belajar yang dicapai
mendengar cerita orang atau melihat
akan tahan lama diingat siswa, sehingga
gambarnya dalam buku.”
pelajaran mempunyai nilai tinggi.”
sesungguhnya
dari
alat
175
Jurnal e-DuMath Volume 2 No.1, Januari 2016 Hlm. 170-178
Pembelajaran matematika melalui alat
peraga
konkrit
memecahkan
dapat
permasalahan yang diberikan, dengan
matematika
sendirinya akan mendorong siswa untuk
khususnya pada pokok bahasan lingkaran
berfikir, bertanya dan berdiskusi, tidak
sehingga
citra
mengandalkan guru lagi dan mereka
yang
belajar tidak menggunakan konsep yang
menyenangkan dan melatih ketrampilan
abstrak atau dengan banyak perkataan,
siswa. Hal ini terlihat dalam proses
tetapi
pembelajarannya siswa berdemonstrasi
mendemonstrasikan suatu benda yang
untuk menunjukkan bagian lingkaran,
sebenarnya.
seperti diameter, jari-jari, tembereng dan
meletakan dasar untuk perkembangan
lain-lain, sehingga dengan menggunakan
belajar sehingga hasil belajar bertambah
alat peraga konkrit siswa lebih paham
mantap karena peragaan menumbuhkan
lagi tentang konsep lingkaran yang pada
minat dan perhatian siswa untuk belajar.
akhirnya
hasil
Sebagaiamana pernyataan Nana Sudjana
yang
(2010:99), bahwa :
memahami
siswa
peraga lingkaran dalam
konsep
dapat
matematika
menumbuhkan
sebagai
dapat
belajarnya.
pelajaran
meningkatkan Sebagaimana
diungkapkan Djamarah dan Aswan Zain (2006:122) bahwa “Proses pembelajaran dengan
bantuan
alat
peraga
akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih
baik.”
Hal
ini
berarti
penggunaan alat peraga konkrit dalam pembelajaran
matematika
lebih
menangkap pengertian yang diberikan guru. Selain itu, penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif. Ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan demonstrasi alat
memperlihatkan
Melalui
peragaan
dan
dapat
Peragaan juga dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar serta memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. Selain itu, peragaan memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
diutamakan untuk mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam
dengan
Hal
ini
berarti
pembelajaran
matematika dengan menggunakan alat peraga konkrit, dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan
keterampilan
serta pengetahuan yang dimilikinya dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Sebagaimana
yang
diungkapkan Sanaky (2011:5) bahwa “Alat
peraga
mampu
meningkatkan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
176
Nurmitasari, Pembelajaran Lingkaran Dengan Metode Demonstrasi...
motivasi belajar siswa dan memberikan
Pembelajaran
kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan
gambar
dan lebih menyenangkan.”
membutukan waktu yang cukup banyak
Belajar dengan demonstrasi alat
juga
menggunakan
kurang
efektif
dan
untuk materi yang terbilang kompleks
peraga menjadikan siswa lebih mudah
seperti
menentukan dan memahami konsep-
pernyataan Sanaky (2011:75) bahwa
konsep yang sulit dari lingkaran dengan
”Tetapi apabila pengajar tidak dapat
mendiskusikan
menunjukkan
bersama
temannya.
lingkaran.
Sebagaimana
benda-benda
yang
Belajar dengan cara ini siswa akan
sebenarnya, dapat menunjukkan gambar
meningkatkan
konsep
dari
Kemudian,
dengan
namun langkah ini memerlukan waktu
pemahaman
siswa
terhadap
pemahaman
materi.
meningkatnya
benda-benda
yang
cukup
yang
lama.”
sebenarnya,
Hal
tersebut
terhadap materi maka hasil belajar siswa
menyebabkan konsep lingkaran yang
akan menjadi lebih baik. Hal ini dapat
diterima siswa kurang maksimal sehingga
ditunjukkan dari rata-rata hasil belajar
menyebabkan hasil belajar siswa pada
yang
pokok bahasan lingkaran rendah. Hal ini
diperoleh
siswa
pada
pokok
bahasan lingkaran sebesar 65,67.
dapat ditunjukkan pada perolehan rata-
Namun, pembelajaran matematika
rata hasil siswa pada pokok bahasan
pada pokok bahasan lingkaran melalui
lingkaran sebesar 57,50. Hal ini sesuai
metode demonstrasi menggunakan alat
dengan hipotesis peneliti.
peraga gambar seringkali siswa belum bisa memahami bagian-bagian lingkaran
4. KESIMPULAN Adapun simpulan dari hasil penelitian
secara detail. Hal ini, karena dengan gambar
lebih
menekankan
persepsi
indera mata, sehingga siswa terkadang masih merasa bingung dari apa yang mereka lihat. Selain itu, untuk siswa yang memiliki keterbatasan daya ingat dan memiliki daya imajinasi yang rendah akan sangat sulit bila belajar diperagakan dengan
gambar,
sehingga
pada
pelaksanaannya guru yang dituntut untuk menjelaskan pelajarannya.
secara
detail
materi
ini
adalah sebagai
perbedaan
rata-rata
matematika
siswa
berikut.
(1)
ada
hasil
belajar
melalui
metode
demonstrasi menggunakan alat peraga konkrit dengan rata-rata hasil belajar matematika
siswa
melalui
metode
demonstrasi menggunakan alat peraga gambar.
(2)
matematika
Rata-rata siswa
hasil
melalui
belajar metode
demonstrasi menggunakan alat peraga konkrit lebih tinggi daripada rata-rata hasil 177
Jurnal e-DuMath Volume 2 No.1, Januari 2016 Hlm. 170-178
belajar matematika siswa melalui metode demonstrasi menggunakan alat peraga gambar pada pokok bahasan lingkaran siswa kelas VI semester
ganjil MI
Raudlatul Munawwarah tahun pelajaran 2014-2015. . 5. DAFTAR PUSTAKA Silberman, Mel, dkk. 2006. Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. A.H.,
Sanaky Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba.
Agus Suharjana, dkk. 2010. Pemanfaatan Alat Peraga Matematika dalam Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika Yogyakarta. Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djamarah, S.Bahari dan Zain .A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Renika Cipta.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
178