perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh : NURIA KUSUMA PUTRI K7108197
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Nuria Kusuma Putri
Nim
: K7108197
Jurusan/Program Studi
: IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat peryataan
Nuria Kusuma P
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012
Oleh : NURIA KUSUMA PUTRI K7108197
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nuria Kusuma Putri. PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD N 01 TENGKLIK TAHUN 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012 melalui penggunaan alat peraga bangun ruang. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdapat tiga kali pertemuan. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012 yang berjumlah 36 siswa. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis deskriptif komparatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai ratarata hasil tes awal sebelum tindakan yaitu 57,44 dengan ketuntasan klasikal 41,67%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 69,82 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 55,56%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,17 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,11%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012.
Kata kunci : alat peraga bangun ruang, hasil belajar matematika
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nuria Kusuma Putri. THE USE OF SPATIAL STRUCTURE VISUAL AID TO IMPROVE THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT ABOUT CUBE AND BEAM OF THE IV GRADERS OF SD N 01 TENGKLIK IN 2012. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June 2012. This research aims to improve the mathematics learning achievement about cube and beam of the IV graders of SD N (Elementary School) 01 Tengklik in 2012 through the use of spatial structure visual aid. This study was a Classroom Action Research (CAR) carried out two cycles, each of which was conducted in three meetings. Each cycle includes planning, acting, observing, and reflecting stages. The subject of research was all IV graders of SD N 01 Tengklik in 2012 consisting of 36 students. In collecting data, the methods used were test, observation, and documentation. The technique of data analysis, researcher used comparative descriptive analysis. Based on the research conducted, it could be found that the use of spatial structure visual aid could improve the learning achievement of cube and beam. From the result of research, it could be seen the mean value of prior condition of 57.44 with classical of 41.67%. The cycle I showed the mean class value of 69.82 with classical passing increased to 55.56%. In cycle II, the mean class value increased to 80.17 and the classical passing increased to 86.11%. Thus, it could be concluded that the use of spatial structure visual aid could improve the mathematics learning achievement about cube and beam of the IV graders of SD N 01 Tengklik in 2012.
Keywords: spatial structure visual aid, mathematic learning achievement.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan (Colin Powel)
Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar (Mahatma Gandhi)
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk: “Bapak dan Ibu” Terima kasih atas doa-doa yang tak henti, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. “Teman-teman seperjuangan kelas D S1 PGSD 08” Terima kasih atas semua dukungan dan motivasinya. “Seluruh Mahasiswa PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta” “Almamaterku tercinta”
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN
RUANG
UNTUK
MENINGKATKAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD N 01 TENGKLIK TAHUN 2012.”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. Usada, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dra. Noer Hidayah, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Kepala Sekolah SD Negeri 01 Tengklik yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian di SD tersebut.
7.
Bapak/Ibu guru SD Negeri 01 Tengklik yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian ini.
8.
Para siswa SD Negeri 01 Tengklik yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta ,
Juni 2012
Penulis,
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT ...............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. .....
4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….
4
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ....................................................................
6
1. Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang ............
6
a. Hakikat Hasil Belajar ...................................................
6
b. Pengertian Hasil Belajar ...............................................
11
c. Hakikat Matematika .....................................................
13
d. Bangun Ruang Kubus dan Balok ................................. commit toTentang user Bangun ruang ............... 2. Alat Peraga Matematika
15
xii
22
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
BAB IV
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Alat Peraga .................................................
22
b. Fungsi Alat Peraga .......................................................
24
c. Jenis Alat Peraga ..........................................................
26
d. Alat Peraga Bangun Ruang Kubus dan Balok .............
29
B. Penelitian yang Relevan .........................................................
30
C. Kerangka Berpikir ..................................................................
31
D. Perumusan Hipotesis ...............................................................
33
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
34
B. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................
34
C. Bentuk Strategi Penelitian .......................................................
35
D. Data dan Sumber Data ............................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
36
F. Validitas Data .........................................................................
38
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
38
H. Indikator Kerja ........................................................................
39
I. Prosedur Penelitian..................................................................
39
PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................
45
B. Deskripsi Permasalahan ...........................................................
46
1. Kondisi Awal ....................................................................
46
2. Siklus I .............................................................................
49
3. Siklus II ............................................................................
59
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian .............................
69
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................
76
B. Implikasi .................................................................................
77
C. Saran .......................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
79
LAMPIRAN .................................................................................................... commit to user
82
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Bangun Ruang Kubus dan Balok ...............................................................
16
2.2 Jaring-jaring kubus dan balok ....................................................................
22
2.3 Alat Peraga Bangun Ruang ........................................................................
29
2.4 Alat Peraga Kubus dan Balok yang Ada Di Sekitar ..................................
30
2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................................
33
3.1 Prosedur Pelaksanaan PTK ........................................................................
35
3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas ..............................................................
40
4.1 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok Pratindakan .....................................................................................
48
4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok pada 1 Siklus I ................................................................................
55
4.3 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok pada 2 Siklus I ................................................................................
57
4.4 Histogram Perbandingan Kondisi Awal dengan Siklus I...........................
58
4.5 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok pada 1 Siklus II ...............................................................................
66
4.6 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok pada 2 Siklus II ...............................................................................
68
4.7 Grafik Peningkatan Prosentase Kondisi Awal, siklus I dan siklus II .........
71
4.8 Histogram Keaktifan Siswa........................................................................
73
4.9 Histogram Kegiatan Guru ..........................................................................
75
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1
Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ...............
47
4.2
Hasil Tes Awal di Kelas IV ....................................................................
48
4.3
Distribusi Frekuensi Data Nilai 1 Siklus I ..............................................
54
4.4
Hasil Pertemuan Kedua Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang ........................................................................................
55
4.5
Distribusi Frekuensi Data Nilai 2 Siklus I ..............................................
56
4.6
Hasil Pertemuan Ketiga Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang ........................................................................................
57
4.7
Skor Kerja Kelompok Siklus I Kelas IV ................................................
59
4.8
Distribusi Frekuensi Data Nilai 1 Siklus II.............................................
65
4.9
Hasil Pertemuan Kedua Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga .......
66
4.10 Distribusi Frekuensi Data Nilai 2 Siklus II .............................................
67
4.11 Hasil Pertemuan Ketiga Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang ........................................................................................
68
4.12 Skor Kerja Kelompok Siklus II Kelas IV ...............................................
69
4.13 Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas .....................................
71
4.14 Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV .....................................
73
4.15 Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang .............
74
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Jadwal Penelitian.........................................................................................
82
2. Daftar Nama Siswa .....................................................................................
83
3. Kisi-kisi Soal Kondisi Awal .......................................................................
85
4. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Kondisi Awal ........................
86
5. Daftar Nilai Kondisi Awal ..........................................................................
88
6. Silabus .........................................................................................................
89
7. RPP Siklus I ................................................................................................
91
8. Kisi-kisi Soal 1 Siklus I...............................................................................
104
9. Kisi-kisi Soal 2 Siklus I...............................................................................
105
10. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 1 Siklus I..............................
106
11. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 2 Siklus I..............................
108
12. Daftar Nilai 1 Siklus I ................................................................................
111
13. Daftar Nilai 2 Siklus I ................................................................................
112
14. Kisi-kisi Lembar Kerja 1 ............................................................................
113
15. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Lembar Kerja 1 ....................
114
16. Kriteria Penilaian Kelompok .....................................................................
116
17. Daftar Nilai Kelompok Siklus I .................................................................
117
18. Hasil Obsevasi Keaktifan Siswa Siklus I ...................................................
118
19. Hasil Obsevasi Kegiatan Guru Siklus I......................................................
122
20. RPP Siklus II ..............................................................................................
128
21. Kisi-kisi Soal 1 Siklus II ............................................................................
142
22. Kisi-kisi Soal 2 Siklus II ............................................................................
143
23. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 1 Siklus II ............................
145
24. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 2 Siklus II ............................
147
25. Daftar Nilai 1 Siklus II ...............................................................................
153
26. Daftar Nilai 2 Siklus II ...............................................................................
154
27. Kisi-kisi Lembar Kerja 2 ............................................................................ commit to userLembar Kerja 2 .................... 28. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian
155
xvi
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29. Daftar Nilai Kelompok Siklus II ................................................................
162
30. Hasil Obsevasi Keaktifan Siswa Siklus II..................................................
163
31. Hasil Obsevasi Kegiatan Guru Siklus II ....................................................
167
32. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ................................................................................................................
173
33. Data Perbandingan Keaktifan Siswa ..........................................................
174
34. Data Perbandingan Kegiatan Guru.............................................................
175
35. Lembar Jawab Siswa ..................................................................................
176
36. Dokumentasi ..............................................................................................
180
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia menjadi agenda penting pemerintah.
Seperti
dalam
pembukaan
UUD
1945,
pentingnya
dalam
meningkatkan mutu pendidikan, agar pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkembang. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan pendidikan juga meningkat, sehingga mutu pendidikan juga harus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang. Melalui pendidikan akan melahirkan karakteristik manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah keatas. Pendidikan di Sekolah Dasar sangat penting dan menentukan dalam pembelajaran anak didik, di mana anak belajar baca, tulis, dan hitung yang sangat berpengaruh pada jenjang pendidikan selanjutnya. Proses pembelajaran di kelas menurut Sugiyanto (2009) sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat. Pendidikan di era global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial dan personal bagi setiap peserta didik. Pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas harus mampu menumbuhkembangkan berbagai kompetensi peserta didik. Hal inilah yang akan mendukung terciptanya keterampilan intelektual, sosial dan personal yang didasarkan pada logika, inspirasi, kreatifitas, moral, dan budi pekerti secara komprehensif antara guru dan siswa (hlm. 12). Sejarah perkembangan peradapan manusia dahulu sampai sekarang menyatakan peranan matematika semakin dianggap penting, baik bagi perkembangan peradapan manusia secara keseluruhan (misal bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi), maupun bagi perkembangan setiap individu. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Bagi setiap individu, matematika berguna misalnya untuk perolehan keterampilan tertentu dan untuk pengembangan cara berfikir. Mengingat pentingnya matematika dan mengingat pula kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kiranya perlu diketahui selengkap mungkin aspek yang diduga mempunyai hubungan (relevansi) dengan pembelajaran matematika, agar aspek-aspek tersebut dapat diperhatikan dalam proses pembelajaran siswa secara optimal, sehingga proses belajar bisa berlangsung dengan lebih lancar dan siswa memperoleh manfaat yang sebesar mungkin dari kegiatan belajar tersebut. Perkembangan pesat teknologi di bidang informasi dan komunikasi dewasa ini, sangat membantu keberhasilan guru dalam mengajar matematika kepada siswanya. Baik itu berupa teori bilangan, bangun ruang, aljabar, pecahan dan sebagainya Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan berfikir yang logis, kreatif, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa sejak dini mungkin. Berdasarkan observasi, hasil belajar pada mata pelajaran matematika tentang bangun ruang pada tahun sebelumnya menunjukkan hasil yang kurang baik. Siswa SDN 01 Tengklik menganggap mata pelajaran matematika itu rumit, membuat pusing. Seperti yang dialami di SDN 01 Tengklik, salah satu contoh, pada pelajaran matematika tentang bangun ruang yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan pengertian tentang bangun ruang. Guru menyampaikan pembelajaran dengan media yang kurang sesuai. Selain itu siswa hanya belajar dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, guru hanya menggambar di papan tulis atau hanya menunjukkan gambar-gambar yang terdapat dalam buku pelajaran yang digunakan siswa. Selain itu siswa juga tidak mendapat pengalaman belajar secara langsung, karena siswa tidak dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri. Maka dari itu siswa tidak memahami konsep karena siswa hanya menghafal sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi, siswa juga sulit untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Disini guru sebagai penyampai materi pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek individual siswa sebagai commit user penerima materi pembelajaran. Selain itu to juga harus mampu memilih metode dan
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alat peraga dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kemampuan siswa di dalam kelas. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan harian siswa SDN 01 Tengklik yang masih rendah. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 71, ada 21 anak yang nilainya dibawah KKM dan 15 anak yang nilainya sudah memenuhi KKM. Mata pelajaran matematika sangat bermanfaat untuk memberikan bekal siswa Sekolah Dasar dalam berfikir logis, kritis, kreatif, serta sistematis. Yang selanjutnya siswa mampu memperoleh, mengelola, bahkan mampu memanfaatkan untuk menghadapi perkembangan jaman yang semakin kompetitif dan global ini. Oleh karena itu perlu ditingkatkan nilai siswa SDN 01 Tengklik tentang bangun ruang kubus dan balok yang akan menjadi dasar pada materi selanjutnya. Selain itu juga siswa dapat belajar aktif, bekerja sama dengan siswa lain selama pengajaran dan gurupun selalu menggunakan alat peraga dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswanya. Berangkat dari kesulitan pemahaman siswa dan rendahnya hasil belajar matematika materi bangun ruang, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran baru yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa aktif berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lain selama pengajaran matematika, sebagai salah satu alternatif adalah penggunaan alat peraga bangun ruang. Penggunaan alat peraga bangun ruang ini karena sesuai dengan materi yang dipelajari dan alat peraga bangun ruang ini ada di sekolah. Selain itu bendabenda yang berbentuk bangun ruang sesuai contoh alat peraga yang digunakan dapat ditemukan di sekitar, siswapun dapat belajar secara riil. Sebagai salah satu cara yang efektif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran matematika adalah penggunaan alat peraga secara rutin. Selain alat peraga, tentu masih ada hal yang penting yaitu penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembangan siswa Sekolah Dasar. Dari Uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Alat
Peraga Bangun Ruang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Tentang Kubus dan Balok Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 commit to user Tengklik Tahun 2012.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, bahwa pada intinya permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dari berbagai permasalahan yang ada. Dengan demikian permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012?’.
C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : “Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok melalui alat peraga bangun ruang pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012”.
D. Manfaat Penelitian Adapun
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat,
diantaranya yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dengan pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini. b. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi guru (pendidik). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti -
Peneliti akan mendapat pengalaman secara langsung.
b. Bagi Siswa commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Siswa menjadi senang dan tidak takut terhadap mata pelajaran Matematika.
-
Siswa tidak bosan, karena guru menggunakan alat peraga dan didukung dengan model pembelajaran yang membuat siswa aktif.
-
Siswa mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok serta dapat menggambarnya.
c. Guru -
Dapat mengembangkan kemampuan dalam merencanakan dan
menggunakan
pendekatan
yang
sesuai
dengan
perkembangan siswa SD. -
Meningkatkan
kreativitas
dan
membiasakan
guru
menggunakan alat peraga secara rutin. d. Sekolah -
Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat menjadi pertimbangan
dalam
mengefektifkan
pembinaan,
pembiayaan serta mendorong guru-guru untuk aktif, kreatif dalam
menyusun,
merencanakan
pembelajaran.
commit to user
dan
melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang a. Hakikat Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Sudjana (2009) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (hlm. 28). Mengenai pengertian belajar Lapono (2008) mengutarakan belajar itu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang tadi diri individu banyak ragamnya, baik sifat maupun jenisnya (hlm. 12). Pengertian belajar yang lain, Hamalik (2009) berpendapat: “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Berdasarkan pengertian diatas, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan commit to user perubahan kelakuan (hlm. 36).
6
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Pendapat dari Dimyati dan Mudjiono (1999) belajar merupakan suatu proses yang melibatkan mausia secara perorangan sebagai kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap (hlm. 156). Sedangkan Soemanto (1998) mempunyai pendapat bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar (hlm. 104). Beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi, dan daya penerimaan. 2) Ciri belajar Belajar merupakan tindakan yang kompleks, yang memiliki beberapa ciri-ciri. Mengenai cirri belajar Hamalik (2009) berpendapat bahwa belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri tertentu: (a) Belajar berbeda dengan kematangan Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar. (b) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi letih/lelah. (c) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku (perfomance) yang nyata dan dapat diamati. (hlm. 48). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang yang dikutip Lapono (2008), karakteristik perubahan tingkah laku adalah sebagai berikut: a)
Perubahan tingkah laku secara sadar atau sekurang-kurangnya merasa terjadi perubahan dalam dirinya. Contoh seseorang merasa pengetahuannya bertambah, kemahirannya bertambah.
b) Perubahan dalam belajar kontinu dan fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. c)
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perubahan belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
d) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen untuk beberapa saat saja. e)
Perubahan dalam belajar bertujuan. Perubahan tingkah laku ini karena ada tujuan yang ingin dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingakah laku yang benarbenar-benar disadari.
f)
Perubahan mencangkup aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan aspek tingkah laku, baik afektif, kognitif dan psikomotorik (hlm. 12). Ciri-ciri (karakteristik) dari belajar yang dikemukakan Winataputra
(2009) yaitu: a)
Perubahan intensional Pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.
b) Perubahan itu positif Perubahan ini sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan commit to user kriteria keberhasilan dari segi siswa maupun guru.
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c)
Perubahan itu efektif Perubahan yang membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dalam pemecahan masalah (hlm. 158). Berbagai pendapat
yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa ciri penting dari belajar adalah terjadinya proses perubahan pada diri seseorang, perubahan yang dimaksud meliputi aspekaspek kematangan, pengetahuan, psikomotorik, nilai dan sikap. 3) Teori belajar Mengenai teori belajar berdasarkan pendapat dari Abimanyu (2008) konsep belajar menurut aliran psikologi yaitu: a)
Psikologi tingkah laku, yaitu:
Pertama ada teori belajar koneksionisme yang mengartikan bahwa belajar merupakan suatu upaya dalam membentuk hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Yang ke dua teori belajar klassikal conditioning yang mengartikan belajar atau pembentukan perilaku diperlukan kondisi tertentu dan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya teori belajar operant
conditioning yaitu penggunaan konsekwensi
yang
menyenangkan atau ganjaran dan yang tidak menyenangkan atau hukuman untuk mengubah tingkah laku. Dan juga teori belajar social pada umumnya menerima sebagian besar prinsip-prinsip toeri belajar tingkah laku, yang menekankan pengaruh pikiran pada tindakan dan pengaruh tindakan pada pikiran. b) Psikologi kognitif, yaitu: Pertama, Schema yang berarti dasar ingatan hasil dari pengalaman yang lalu yang diorganisir secara individual. Selanjutnya ada pendekatan utama belajar yang meliputi belajar reseptif, penemuan, hafalan dan penuh arti. Yang ke tiga ada konstruktivism merupakan pendekatan terhadap belajar dengan secara aktif orang membangun atau membuat pengetahuan sendiri dan realitas ditentukan pengalamannya sendiri (hlm. 1.2-1.23). commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapat Ibrahim dan Syaodih (1991) konsep belajar
menurut
beberapa aliran psikologi yang meliputi: a)
Teori psikologi klasik Belajar sebagai suatu proses pengembangan dan latihan jiwa (mind). Pengembangan jiwa pada siswa dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan mental dan spiritual.
b)
Teori psikologi daya Belajar merupkan upaya melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan baik. Untuk meningkatkan daya kreativitas siswa, guru sebagai fasilatator dapat memberikan pelatihan yang dapat menggali daya kreativitas siswa.
c)
Teori psikologi behavioristik Belajar membentuk hubungan stimulus-respons dengan latihan-latihan. Belajar dapat berwujud dengan baik apabila siswa dapat menerapkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang didapat di sekolah.
d) Teori psikologi kognitif Belajar sebagai atau merupakan proses-proses pusat otak atau struktur kognitif (fakta) dalam bentuk pemahaman dan pemecahan masalah. Faktor utama pendukung dalam belajar adalah kecerdasan siswa. e)
Teori psikologi gestalt Belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman. Kegiatan belajar terjadi apabila
siswa
dapat
memanfaatkan
dan
bekerjasama
dengam
lingkungam di sekitar siswa (hlm. 8-16). Teori belajar selanjutnya dikemukakan oleh Winataputra (2008) yaitu ada teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif. Menurut teori belajar behavioristik bahwa belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan teori belajar kognitif setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri (hlm. 2.1-3.1). Berbagai pendapat teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar dibagi menjadi beberapa bagian yaitu teori belajar behavioristik, teori psikologi gestalt, psikologi daya, psikologi klasik, dan teori belajar kognitif.
b. Pengertian Hasil Belajar Arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Dan untuk penilaian disini adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Mengenai hasil belajar Sudjana (2011) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (hlm. 22). Sementara itu menurut Suprijono (2011) yang membatasi pengertian hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, hasilnya dilihat tidak terpisah (hlm. 7). Pengertian yang lain, Dimyati dan Mudjiono (1999) juga mengemukakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses hasil belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran (hlm. 3). Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil“ dan “belajar”. Pengertian hasil (product) yaitu menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan commit to user mengubah bahan menjadi barang jadi.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Syamsuddin (2009) mengemukakan tentang evaluasi keberhasilan belajar-mengajar guru. Dijelaskan bahwa salah satu tugas pokok dari setiap guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (hlm. 166). Untuk mengetahui sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat atu bias dikatakan valid dan dapat dipercaya atau reliable, untuk melaksanakanya kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator tentang perubahan perilaku dan pribadi siswa. Karena itu kita biasanya berusaha mengambil cuplikan sample of behavioral changes saja yang diharapkan mencerminkan dari keseluruhan perubahan perilaku itu. Dengan demikian, jelaslah sejauh mana kecermatan evaluasi (pertimbangan dan pengambilan keputusan serta diagnosis) kita atas taraf keberhasilan proses belajar-mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat
ketepatan,
kepercayaan,
keobjektifan,
dan
kerepresentatifan
informasi yang didukung oleh data yang diperoleh. Mengenai hasil belajar yang dikemukakan Winataputra (2004) hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Dapat dikatakan juga bahwa seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan
(kognitif),
keterampilan
motorik
(psikomotorik),
dan
penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Didalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan di dalam rumusan tujuan pembelajaran (hlm. 2.6). Evaluasi hasil belajar biasanya dapat dilakukan dengan tertulis dan lisan. Tetapi dalam pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi untuk memilih cara pelaksanaan yang tepat, apakah dilakukan to user dengan dengan tertulis ataucommit dilakukan dengan lisan. Biasanya lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
yang menggunakan tertulis karena waktu yang diperlukan lebih sedikit dan kesempatan memperoleh pertanyaan yang sama untuk semua peserta. Berbagai pendapat hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan.
c. Hakikat Matematika Salah satu unsur pokok dalam pembelajaran di Sekolah Dasar adalah pembembelajaran matematika. Dengan matematika inilah yang akan membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis. Setyono (2007) berpendapat matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam dan untuk hidup kita. Banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika. Selain itu, matematika adalah sesuatu yang dapat membuat muka pucat, sakit perut, atau badan gemetar dan berkeringat dingin. Matematika dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan (hlm. 1). Dikemukakan Ruseffendi yang dikutip oleh Heruman (2008) matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak terdefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. (hlm:1) Beberapa definisi atau pengertian tentang matematika yang dikemukakan Soedjadi (2000) adalah: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan aksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat (hlm. 11) Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa. Baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar. Winataputra (2004) juga mempunyai pendapat bahwa mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol serta ketajaman penalaran
yang dapat
membantu
memperjelas dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (hlm. 1.25). Pendapat lainya tentang matematika, Karso (2004) mengemukakan bahwa matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya,
untuk
mengembangkan
pola
pikirnya
dan
untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian (hlm. 1.5) Demikian pula pendapat Cockroft yang dikutip Abdurrahman (2003), mengemukakan Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu digunakan dalam segala kehidupan; (b) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (c) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (d) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (e) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (f) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang (hlm. 253). Beberapa pengertian matematika di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak yang berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang logis dengan menggunakan simbol dan penalaran deduktif yang dapat berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Shafer, K. G. (2008) dalam International Journal Learning to teach with technology through an apprenticeship model berpendapat Advances in mathematics education technology have supported the shift from teacher-centered instruction to student-centered instruction, in which the teacher serves as a facilitator for learning. Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi yang berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator untuk belajar. Dilihat dari pembelajaran matematika, guru harus memperhatikan adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru. Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut matematika sekolah. Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Disini guru menjadi fasilitator dalam mengajarkan matematika dan siswa yang mengembangkannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan Soedjadi (2000) mengemukakan perbedaan tersebut antara lain dalam hal (1) penyajian, disesuaikan dengan perkembangan intelektual dan iptek, (2) pola pikirnya, disesuaikan dengan topik yang akan disampaikan, (3) keterbatasan semestanya, adanya penyederhanaan konsep (4) tingkat keabstrakannya, objek matematika adalah abstrak maka guru harus menyesuaikan perkembangan penalaran siswa agar objek abstrak terlihat lebih konkret (hlm. 37). d. Bangun Ruang Kubus dan Balok Berkaitan dengan matematika di dalamnya terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem commit userSemua benda padat dapat dilihat, yang dipandang terlepas satu samatolain.
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
jika anda memandang benda padat maka yang terlihat hanya permukaan saja. Anda pasti mengenal kardus yang mempunyai enam sisi dan sisisisinya itu sepasang-sepasang bertemu pada ruas garis. Ini adalah suatu contoh bangun ruang. Berkaitan dengan pengertian bangun ruang Ageung (2008) mengemukakan bangun ruang itu merupakan bangun geometri yang memiliki volume atau isi. Pembedanya dengan bangun datar adalah bangun ruang memiliki isi, sedangkan bangun datar tidak memiliki isi (hlm. 41). Sedangkan Karim (2005) benda padat dapat dilihat dan dipegang, jika memandangnya akan terlihat permukaannya misalnya batu bata. Seluruh permukaan batu bata itu adalah contoh dari bangun ruang (hlm. 2.6). Dan pengertian yang lain, Soenarjo (2007) mengatakan bahwa bangun ruang itu disebut juga bangun 3 dimensi yang memiliki sifat berbeda-beda (hlm. 226). Diperoleh beberapa pendapat di atas tentang bangun ruang yang dapat disambil kesimpulan bahwa bangun ruang adalah bangun yang memiliki isi dan memiliki sifat yang berbeda-beda. Bangun ruang memiliki istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Mari kita perhatikan bangun ruang berikut ini.
Gambar 2.1. Bangun ruang kubus dan balok. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Istilah sisi, rusuk, dan titik sudut dikemukakan Burhan Mustaqim dan Astuty (2008), sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang (hlm. 207). Mengenai pendapat diatas Ageung (2008) juga mengungkapkan pendapatnya bahwa sisi merupakan bidang datarnya, rusuk merupakan garis-garis yang menyusun suatu bangun ruang, sedangkan titik sudut adalah bagian pojok-pojoknya (hlm. 41). Dan Soenarjo (2007) juga mengemukakan bahwa sisi merupakan bidang yang dibatasi oleh rusuk, sedangkan rusuk
itu pertemuan dari sisi-sisinya dan titik sudut adalah
pertemuan dari rusuk (hlm. 235). Kesimpulannya bahwa sisi adalah bidang datar yang membatasi bangun ruang tersebut, rusuknya merupakan garis dari pertemuan sisi bangun ruang, dan titik sudutnya adalah titik pertemuan rusuk di bagian pojok bangun ruang. Mari kita selidiki sifat-sifat bangun ruang sederhana tersebut berkaitan dengan sisi,rusuk, dan titik sudutnya. 1) Kubus
Kubus memiliki enam sisi, seperti dadu. Setiap sisinya berbentuk persegi. Kubus memiliki dua belas rusuk yang sama panjang. Selain itu kubus memiliki delapan titik sudut. Heruman (2008) membatasi pengertian tentang kubus bahwa bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus memiliki ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran topik to user kubus ini kepada siswa commit bukanlah hal yang sulit, tetapi lagi-lagi
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahannya bersumber dari pemberian drill secara langsung, mengenai bentuk dan ciri-ciri kubus (hlm. 110). Pendapat yang lain dikemukakan oleh Karim (2005) bahwa suatu prisma siku-siku yang semua sisinya dibatasi oleh bujur sangkar disebut kubus (hlm. 2.8). Dan pengertian lain mengenai kubus dari Tri (2009) kubus merupakan bangun ruang yang dibentuk oleh enam persegi yang mempunyai ukuran sama dan merupakan sisi-sisi dari kubus tersebut (hlm. 37). Sifat-Sifat Kubus Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH. a)
Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: • sisi ABCD
• sisi EFGH
• sisi ABFE
• sisi DCGH
• sisi ADHE
• sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama. b) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: • rusuk AB
• rusuk BC
• rusuk AE
• rusuk EF
• rusuk FG
• rusuk BF
• rusuk HG
• rusuk EH
• rusuk CG
• rusuk DC
commit • rusuk AD to user
• rusuk DH
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama. c)
Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: • Titik sudut A
• Titik sudut E
• Titik sudut B
• Titik sudut F
• Titik sudut C
• Titik sudut G
• Titik sudut D
• Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus. Berbagai pengertian yang diuraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut ini, kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran sama, dengan dua belas rusuk yang sama panjang dan delapan titik sudut. 2) Balok
Gambar di atas salah satu kotak lagi yang beda dengan kubus, namanya balok. Coba lihat, balok ini mirip dengan kubus. Bedanya, rusukrusuk pada balok tidak semuanya sama panjang. Di dalam balok, ada yang namanya rusuk panjang dan rusuk lebar. Jadi, mirip dengan persegi panjang, memiliki panjang dan lebar juga. Bedanya, ada rusuk panjang dan rusuk lebar, balok juga memiliki rusuk tinggi. Balok juga memiliki 12 rusuk dan 8 titik sudut serta 6 sisi. Heruman (2008) mengemukakan bagi siswa Sekolah Dasar, pengenalan bangun ruang balok sama halnya dengan pengenalan bangun kubus, yaitu melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciricirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta dengan menggunakan media peraga yang dapat digunakan commit to user yang lain diutarakan Ageung sendiri oleh siswa (hlm. 110). Pengertian
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2008) balok merupakan bangun ruang yang dinding-dindingnya adalah gabungan dari empat persegi panjang dan dua persegi itu jika sisi kanan dan kiri bentuknya persegi, jika sisi kanan dan kiri berbentuk persegi panjang juga balok tersebut tersusun dari enam persegi panjang (hlm. 55) Sedangka pendapat Tri (2009) balok merupakan suatu bangun ruang yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang (hlm. 36). Sifat-Sifat Balok Mengenai balok untuk mengetahui sifat-sifatya bangun ruang balok, mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada balok ABCD.EFGH. a)
Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: • sisi ABCD
• sisi EFGH
• sisi ABFE
• sisi DCGH
• sisi ADHE
• sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok. Sisi ABCD = sisi EFGH Sisi BCFG = sisi ADHE Sisi ABFE = sisi EFGH b) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: • rusuk AB
• rusuk BC
• rusuk AE
• rusuk EF
• rusuk FG
• rusuk BF
• rusuk HG
• rusuk EH
• rusuk CG
• rusuk DC
• rusuk AD
• rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk padacommit bangun to ruang userkubus.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH c)
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: • Titik sudut A
• Titik sudut E
• Titik sudut B
• Titik sudut F
• Titik sudut C
• Titik sudut G
• Titik sudut D
• Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang balok. Berbagai pengertian yang diuraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang balok sebagai berikut, balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama yang merupakan sisinya, memiliki dua belas rusuk dan delapan titik sudut. Jaring-Jaring Kubus dan Balok Sifat-sifat bangun ruang mempermudah dalam menggambar bangun ruang, setelah tahu caranya menggambarnya dapat mengetahui jaring-jaringnya. Karim (2005) jaring-jaring bangun ruang adalah rangkaian bidang datar dan apabila digabungkan akan membentuk bangun ruang (hlm. 2.18). Sedangkan pendapat Mustaqim dan Astuty (2008), bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaringjaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok (hlm. 214). Dari Sinaga (2006) mengemukakan bahwa bangun ruang yang diiris pada beberapa rusuknya kemudian dibuka dan diratakan sehingga menjadi rangkaian bangun datar ini yang dinamakan jarring-jaringnya (hlm. 195). Dari beberapa pengertian tersebut disimpulkan bahwa jarring-jaring yang dimaksud adalah gabungan dari beberapa bangun datar yang dirangkai sehingga membentuk bangun commit to user ruang.
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Berikut contoh dari jaring-jaring kubus dan balok:
Gambar 2.2. Jaring-jaring kubus dan balok 2. Alat Peraga Matematika Bangun Ruang a. Pengertian Alat Peraga Anak usia Sekolah Dasar masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca inderanya. Disini siswa memerlukan alat bantu berupa media atau alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan guru sehingga lebih cepat untuk memahami dan mengerti. Selain itu juga siswa juga dapat melihat objek secara nyata dan akan merasa senang dan tidak bosan jika penggunaan media atau alat peraga itu rutin dan ada yang melibatkan mereka juga. Pengertian alat peraga pada masa lalu, banyak orang menggunakan istilah alat peraga. Peraga, berasal dari kata raga yang berarti jasad atau commit to user bentuk. Bila diingat sejenak masa nenek moyang manusia ini masih sangat
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
primitif, cara mengajarkan sesuatu kepada anak-anaknya dilakukan melalui pengalaman langsung (Anitah, 2009). Istilah alat peraga ini demikian melekat pada banyak pendidik sampai kurun waktu yang cukup lama. Bahkan sampai saat ini masih banyak orang menggunakan istilah alat peraga secara silih berganti dengan istilah lain seperti alat bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain. Dengan alat peraga dimaksudkan untuk memperjelas pelajaran yang disajikan. Istilah ini dikemukakan bukan berarti penggunaan kata “alat peraga” itu dianggap salah atau konvensional. Alat peraga dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan objek yang riil sehingga memperjelas pengertian pebelajar. Sudjana (2009) memberikan batasan pengertiannya bahwa alat peraga itu memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam menciptakan keefektifan belajarmengajar (hlm. 99). Ahmed, Jeavons and Oldknow (2004), dalam internasional journal How Can Teaching Aids Improve the Quality of Mathematics Education, berpendapat The interplay among and connections between objects (structured or unstructured), images, language and symbols that lead to mathematical reasoning and the stating of mathematical propositions of very wide generality is well worth closer study. I believe that the subtle distinction between the way mathematical ideas are constructed from objects and the particular characteristics of the objects is often not clear in many teachers' minds. In the plenary, with the help of colleagues, using practical examples and situations. Interaksi antara dan hubungan antara objek (terstruktur atau tidak terstruktur), gambar, bahasa dan simbol yang mengarah pada penalaran matematika dan menyatakan posisi matematika umum yang sangat luas dipelajari. Saya percaya bahwa perbedaan halus antara cara ide-ide matematika yang dibangun dari objek dan karakteristik tertentu dari objek sering tidak jelas dalam pikiran banyak guru’. Dalam perencanaan, dengan bantuan dari kolega, menggunakan contoh-contoh yang praktis dan sesuai situasi. Matematika yang biasanya dibangun dari objek yang tidak jelas itu memerlukan suatu objek yang jelas dan nyata, tidak hanya berupa gambar atau simbol saja agar dapat dengan mudah diterima siswa. Maka perlu adanya objek secara nyata,commit atau alat bantu dalam menjelaskannya. Inilah to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perlu adanya alat peraga untuk memperjelas objek yang akan dipelajari menjadi riil. Berbagai Pengertian yang lain dikemukakan Nasution (2004), ada berbagai pendapat tentang alat peraga: 1)
Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, dia mendefinisikan alat peraga sebagai; “komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
2)
Briggs
berpendapat
bahwa
harus
ada
sesuatu
untuk
mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai “wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran”. 3)
Wilbur Schramm nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu dia mendefinisikan alat peraga, sebagai berikut “ Alat peraga adalah teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran”.
4)
Yusuf Hadi Miarso melihat alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem pendidikan sehingga definisinya berbunyi “Segalanya sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar” (hlm. 7.3). Berbagai pendapat tentang alat peraga di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa alat peraga adalah suatu teknologi alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyampaikan materi pembelajaran yang menunjukkan sesuatu objek secara nyata atau riil pada peserdik agar lebih jelas.
b. Fungsi Alat Peraga Alat peraga merupakan salah satu unsur yang berfungsi untuk mengantarkan
bahan
pelajaran
agar
mudah
dipahami
siswa
dan
menunjukkan objek secara nyata. Menurut Sudjana (2009), ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi commit to user tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id
1)
25 digilib.uns.ac.id
Penggunaan alat peraga dalam belajar-mengajar sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.
2)
Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
3)
Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4)
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5)
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
6)
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar. Hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi (hlm. 99). Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam
proses belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai seperti dikemukakan Sudjana (2009) di bawah ini : 1)
Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2)
Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
3)
Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
4)
Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5)
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6)
Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya commit to user kemampuan berbahasa.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7)
Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna (hlm. 100). Fungsi alat peraga yang dikemukakan oleh Iswadji (1996) meliputi:
Sebagai alat bantu dalam memperjelas konsep, meningkatkan efisiensi waktu dalam proses belajar-mengajar. Selanjutnya meningkatkan motivasi belajar-mengajar, dan menunjang cara belajar siswa yang aktif (hlm. 1). Sedangkan
menurut
pembelajaran,
Nasution
memberikan
(2004)
tekanan
untuk
memperjelas
dibagian-bagian
yang
pesan penting,
memberikan variasi dalam proses belajar-mengajar, dan memotivasi belajar peserdik (hlm. 7.4). Pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar yang dapat mewujudkan situasi belajar yang efektif dan memotivasi peserdik agar lebih mudah menerima penjelasan materi yang disampaikan secara bervariasi tersebut.
c. Jenis Alat Peraga Alat peraga dalam proses belajar-mengajar kita bedakan menjadi alat peraga dua dan tiga dimensi dan alat peraga yang diproyeksi, menurut Sudjana (2009). 1) Alat peraga dua dan tiga dimensi Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping mempunyai panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi. Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain ialah : a)
Bagan ialah gambaran dari sesuatu yang dibuat dari garis dan
gambar. Bagan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan, perbandingan, dan lain-lain. Jenis bagan antara lain bagan keadaan, lukisan, perbandingan, petunjuk, waktu, dan lain-lain. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b)
Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris,
bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik. Dibedakan, ada grafik garis, batang, lingkaran, dan grafik bergambar. c)
Poster
merupakan
penggambaran
yang
ditujukan
sebagai
pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang biasanya berisi gambar-gambar. Poster yang baik gambarnya sederhana, kata-katanya singkat dan menarik perhatian. d)
Gambar mati adalah sejumlah gambar, foto, lukisan, baik dari
majalah, buku, koran, atau sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. e)
Peta datar banyak digunakan sebagai peraga dalam pelajaran ilmu
bumi dan kependudukan. Peta datar ialah gambaran suatu permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam garis, titik dan lambang. f)
Peta timbul pada dasarnya peta dasar yang dibentuk dengan tiga
dimensi. Dibuat dari tanah liat atau bubur kertas. Penggunaannya sama dengan peta datar. g)
Globe merupakan model penampang bumi yang dilukiskan dalam
bentuk benda bulat. Globe adalah alat peraga yang tepat untuk menunjukkan negara-negara di dunia. h)
Papan tulis ada papan pengumuman, papan tempel. Alat ini
merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam proses belajar-mengajar. 2) Alat-alat peraga yang diproyeksi Alat peraga yang diproyeksi, adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Alat peraga yang diproyeksi antara lain : Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar-mengajar yang mengkombinasikan dua macam indria saat yang commit to user sama. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
kecepatan tertentu sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas terutama untuk : (1) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. (2) Menambah daya ingat pada pelajaran. (3) Mengembangkan daya fantasi anak didik. (4) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. (5) Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu. (6) Memperjelas hal-hal yang abstrak. (7) Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistik. Slide dan filmstrip adalah gambar yang diproyeksikan yang dapat dilihat dengan mudah oleh siswa di dalam kelas. Slide adalah sebuah gambar transparan (tembus sinar) yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor. Filmstrip atau film slide adalah gambar seri yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor. Gambar ini sering disebut frame atau bingkai. Penggunaan slide dan filmstrip dalam pendidikan mempunyai nilai atau manfaat karena : (1) Penyajiannya berupa satu unit dalam suatu kesatuan yang bulat. (2) Menimbulkan dan mempertinggi minat siswa. (3) Dapat digunakan dalam ruangan kecil dan setengah gelap. (4) Praktis dan mudah dibuat. (5) Dapat dibuat dan digunakan untuk semua mata pelajaran atau bidang studi. (6) Bila kurang jelas dapat diulang dengan mudah dan cepat (hlm. 100) Jenis alat peraga yang dikemukakan Sudjana yang berupa grafik, poster, chart, papan tulis menurut Setiawan (2009) itu merupakan alat yang tidak diproyeksikan (hlm. 2.1). Sedangkan Nasution (2004) mengemukakan secara umum alat peraga terdiri dari: bahan cetakan seperti: koran, majalah. Alat-alat audio dan visual seperti: radio kaset, TV. Selanjutnya sumbersumber masyarakat seperti: monument, candi. Kemudian koleksi bendacommit to user benda seperti: mata uang kuno, awetan tumbuhan dan binatang. Berdasarkan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bentuk penyajiannya yaitu alat peraga tidak diproyeksikan seperti: gambar, foto, peta timbul, awetan tumbuhan dan hewan. Dan alat peraga diproyeksikan seperti: film strip. Sedangkan berdasarkan sumbernya alat peraga dibagi menjadi alat peraga alamiah seperti hewan, tumbuhan. Selanjutnya alat peraga buatan seperti model alat pernafasan, model jantung, model kubus dan balok dan lainnya (hlm. 7.4). Pendapat yang telah dikemukakan diatas diambil kesimpulannya jenis alat peraga yang bermacam-macam dapat membantu proses belajar meliputi alat peraga dua dan tiga dimensi, juga alat peraga yang diproyeksikan dan alat peraga alami dan buatan.
d. Alat Peraga Bangun Ruang Kubus dan Balok Seperti yang dijelaskan di atas bangun ruang adalah bangun geometri yang memiliki volume atau isi, Ageung (2008). Berbagai jenis alat peraga, menurut Sudjana (2009) sudah dijelaskan di atas alat peraga dua dimensi yang artinya alat tersebut mempunyai ukuran panjang dan lebar, misalnya berupa gambar. Sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping mempunyai panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi (hlm. 100). Misalnya kardus. Alat peraga yang digunakan dalam pengajaran bangun ruang ini seperti yang dijelaskan yaitu alat peraga tiga dimensi. Contoh alat peraga bangun ruang tersebut:
Gambar 2.3. Alat peraga bangun ruang
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alat peraga bangun ruang yang digunakan juga dapat ditemukan di lingkungan sekitar, sebagai contoh adalah kotak kue, batu bata, kotak kapur dadu, almari, kardus sabun, kardus pasta gigi dan sebagainya, Sa’dijah (2001) Semua itu dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya, selain itu juga mudah ditemukan di lingkungan sekitar (hlm. 61). Contoh alat peraga yang ada di sekitar:
Gambar 2.4. Alat peraga kubus dan balok yang ada di sekitar.
B. Penelitian Yang Relevan Endar Ari Handayani (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menjumlah Bilangan Bulat Menggunakan Alat Peraga Garis Bilangan Pada Siswa Kelas IV SDN Tanjungsari Banyudono Boyolali Tahun ajaran 2009/2010”. Pada siklus I keberhasilannya 69,2% dan pada siklus II mencapai 80,8%. Menyimpulkan bahwa melalui alat peraga garis bilangan dapat meningkatkan kemampuan menjumlah bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Tanjungsari Banyudono Boyolali Tahun ajaran 2009/2010.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Istanti (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Dalam Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SDN 03 Sidanegara Kedungreja Cilacap Tahun pelajaran 2009/2010”. Pada siklus I keberhasilannya 68% dan pada siklus II mencapai 88%. Menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pelajaran matematika siswa kelas IV SDN 03 Sidanegara Kedungreja Cilacap Tahun pelajaran 2009/2010. Harinda Dina Natamia (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III SDN 1 Simo Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini Pada siklus I keberhasilannya 97,2% dan pada siklus II mencapai 100%, menyimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III SDN 1 Simo Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi. Di dalam pembelajaran di sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran matematika,
banyak
siswa
yang
hasil
belajarnya
rendah
dalam
pembelajarannya. Hal tersebut akibat dari mata pelajaran matematika banyak tidak disukai siswa dan pembelajaran yang bersifat konvensional. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari berbagai hal, diantaranya pembelajaran yang monoton karena guru di dalam menyampaikan materi dengan metode ceramah, siswa pasif, kurang memperhatikan penjelasan dari guru hanya diam, mendengarkan, dan mencatat tugas dari guru. Hal ini menjadikan konsentrasi dan pemahaman siswa kurang pada pembelajaran commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
matematika dan nilai matematika siswa banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penggunaan alat peraga bangun ruang dimungkinkan dapat meningkatkankan hasil belajar matematika. Alat peraga bangun ruang adalah alat yang dipakai untuk membantu menanamkan konsep tentang bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Dengan alat peraga ini siswa diharapkan dapat memahami konsep dari bangun ruang kubus dan balok serta dapat memberi contoh benda-benda yang menyerupai bangun ruang tersebut. Selain itu berdasarkan sifat bangun ruang tersebut siswa dapat membuat jaring-jaringnya. Pada kondisi akhir pembelajaran, siswa lebih aktif, dapat bekerjasama dan pembelajaran lebih bermakna. Dengan alat peraga bangun ruang siswa lebih paham terhadap materi, hal ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran dapat digambarkan secara sistematis ke dalam gambar 2.5 berikut: Hasil
Pembelajaran
Kondisi
matematika
tentang bangun ruang kubus
yang bersifat
Awal
belajar
dan balok siswa rendah,
konvensional
yaitu 41,67%. SIKLUS I - Perencanaan - Tindakan - Pengamatan - Refleksi
Pembelajaran menggunakan
Tindakan
alat peraga bangun ruang
SIKLUS II - Perencanaan - Tindakan - Pengamatan - Refleksi
Diduga dengan menggunakan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok.
Kondisi Akhir
Gambar 2.5. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori
dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatan hasil belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD N 01 Tengklik Tahun ajaran 2011/2012”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sekolah 01
Tengklik, Guyon desa Tengklik, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. SD Negeri 01 Tengklik ini walaupun tempatnya jauh dari kecamatan dan kabupatennya sudah berdiri dari tahun 1973 dan merupakan salah satu sekolah negeri yang berada di lingkup wilayah Karanganyar. 2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012,
selama 6 bulan dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Sebelum diadakan penelitian perlu ada persiapan. Jadwal penelitian terlampir. B. Subjek dan Objek Penelitian Mengenai subjek penelitian Suwandi (2009) mengatakan bahwa subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran (hlm. 55). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 01 Tengklik Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan jumlah siswa 36, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sedangkan mengenai objek penelitian Arikunto (2006) mengemukakan objek penelitian adalah sasaran yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (hlm. 118). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu hasil belajar siswa kelas IV SD N 01 Tengklik. Proses pembelajarannya yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan tentang bangun ruang kubus dan balok, memberi soal latihan. Jadi nilai siswa yang diperoleh dari mengerjakan soal latihan menjadi objek penelitian.
commit to user 34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Wiriaatmadja (2009) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok
guru
dapat
mengorganisasikan
kondisi
praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri (hlm. 13). Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Suwandi (2009) mengemukakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas (hlm. 15). Dengan menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model siklus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui empat tahap, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasing), dan refleksi (reflecting) (Taggart (1988) dalam Zainal Aqib, 2009). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini: Perencanaan
Tindakan
Observasi
merefleksi
Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan PTK Zainal Aqib (2009: 30)
D. Sumber Data Mengenai sumber data Arikunto (2006) mengutarakan bahwa sumber data adalah sumber darimana data diperoleh, baik dari manusia, peristiwa, tingkah laku, dukumen arsip, benda-benda lain yang berhubungan. atau subjek dariman data diperoleh (hlm. 129). Oleh karena itu data yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber data, yaitu informan atau responden, tempat dan peristiwa, arsip dan dokumen. Penelitian menentukan responden dengan cara memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta mengetahui commit Arikunto to user (2010) secara garis besar data masalah yang diteliti secara mendalam,
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Data primer adalah data yang langsung keluar dari mulut, dikatakan oleh orang atau pihak yang menjadi sumber data, dan (2) Data sekunder adalah data yang diperolehnya tidak langsung dari sumber data. Pada penelitian ini sumber data berasal dari: 1. Sumber data primer (pokok) Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu guru dan siswa kelas IV SDN 01 Tengklik. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian dokumen dan arsip berupa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil pekerjaan siswa dan lembar penilaian, hasil observasi. (hlm. 143)
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Tes Suatu proses mengajar dan belajar perlu diadakan penilaian secara
objektif dari guru. Menurut Suwandi (2009) tes yang dimaksud untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan (hlm. 59). Tes ini peneliti gunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 01 Tengklik tentang bangun ruang kubus dan balok mata pelajaran matematika. 2.
Observasi Pengumpulan data dengan observasi menurut Sugiyono (2010), dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (hlm. 204). Observasi berperan serta, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari commit to user sebagai sumber data penelitian. orang yang sedang diamati atau yang digunakan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan. Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dari pengamatan tersebut untuk mengukur atau menilai aktivitas guru dan peserta didik kelas IV SD 01 Tengklik. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti yang melakukan tindakan (sebagai guru pengajar) kegiatan pembelajaran dengan materi bangun ruang kubus dan balok menggunakan alat peraga bangun ruang. Sedangkan, guru kelas IV sebagai pengamat pasif terhadap proses pembelajaran sehingga lebih leluasa dalam mengamati jalannya pembelajaran. 3.
Dokumentasi Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selain yang disebutkan
diatas adalah dokumentasi. Dari pendapat Arikunto (2006), dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prastati, notulen, rapat, agenda dan sebagainya (hlm. 158). Dokumen dalam penelitian ini yaitu kurikulum, RPP guru, buku atau materi pelajaran, dan arsip nilai peserta didik kelas IV SDN 01 Tengklik yang diberikan oleh guru, fotofoto di setiap pelaksanaan pembelajaran tindakan dalam proses pembelajaran menggunakan alat peraga. Dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, merupakan instrumen yang penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran setiap siklus. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Validitas Data Suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Sugiyono (2010) mengemukakan untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (hlm. 182). Penelitian yang dilakukan ini, menggunakan validitas isi (content validity), berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel. Misalnya tes hasil belajar bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur. Disamping kurikulum dapat juga dipercaya dengan melihat atau mengkaji buku sumber. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid” (hlm. 176).
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Melihat dari pendapat Suwandi (2009), teknik analisis deskriptif komparatif digunakan dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus (hlm. 61). Berdasarkan rincian di atas, langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Pengolahan Data : mengolah data dari hasil penelitian. 2. Penyajian Data : menyajikan data yang sudah diolah dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Analisis Data : membandingkan data yang telah disajikan yaitu antara data sebelum penelitian dan data siklus I dan II. Setelah akhir siklus, membandingkan data hasil penelitian dengan indikator kinerja. 4. Penyimpulan : menarik kesimpulan
H. Indikator Kerja Indikator kinerja yang dikemukakan Suwandi (2009), indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (hlm. 61). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok pada peserta didik kelas IV SDN 01 Tengklik dengan menggunakan alat peraga bangun ruang. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP matematika kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas IV mencapai nilai KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 71,00.
I. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus) yang setiap siklus terdiri atas 4 kegiatan, yaitu: 1. perencanaan, 2. pelaksanaan, 3. observasi, 4. analisis dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 3 kali tatap muka/pertemuan yang masing-masing 2x35 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP pada siswa.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 3.2. Model Penelitian Tindakan Suharsimi Arikunto (2006: 16)
Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini, meliputi: 1)
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai SK dan KD.
2)
Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan alat peraga bangun ruang.
3)
to user Menyiapkan lembar commit penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id
4)
41 digilib.uns.ac.id
Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario pembelajaran pada siklus I. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tindakan siklus I sebagai berikut: 1)
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di jam sesuai dengan jadwal pelajaran
2)
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama dan presensi kehadiran peserta didik
3)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
4)
Apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik “Siapa yang tahu tentang bangun ruang?”
5)
Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai bangun ruang di lingkungan.
6)
Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang dengan menunjukkan contoh bangun ruang.
7)
Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan alat peraga bangun ruang.
8)
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
9)
Setiap kelompok diberi diberi lembar kerja yang akan didiskusikan dalam kelompoknya.
10)
Setiap kelompok berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru.
11)
Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi.
12)
Guru memberi evaluasi.
13)
Guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari
14)
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum dipahami.
15)
commit pelajaran to user yang telah dipelajari. Siswa membuat rangkuman
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
16)
Guru memberikan PR dan guru menutup pelajaran.
c. Tahap Pengamatan pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV terhadap pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok menggunakan alat peraga. Tahap pengamatan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan peserta didik). Guru kelas IV melakukan pengamatan teradap aktivitas peserta didik dan kinerja guru (peneliti).
d. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa nilai peserta didik pada siklus I tentang bangun ruang kubus dan balok. Hasil dari pelaksanaan tindakan dan hasil dari pengamatan kemudian dibandingkan dengan indikator ketercapaian kinerja yang telah ditentukan. Kegiatan pembelajaran matematika pada siklus I kurang menyenangkan dan guru belum menciptakan kondisi kelas yang kondusif secara optimal. Dilihat dari hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini hanya mencapai 55,56% yaitu hanya 20 siswa yang tuntas, masih 44,44% atau 16 siswa yang belum tuntas. Hasil ini masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Maka dari itu, penelitian ini akan disempurnakan pada siklus II.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: 1)
Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus I untuk menentukan suatu perbaikan
2)
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai SK dan KD siklus II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3)
43 digilib.uns.ac.id
Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan alat peraga bangun ruang.
4)
Menyiapkan lembar penilaian
5)
Membuat lembar observasi Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I
yaitu: 1)
Identifikasi masalah pada siklus I.
2)
Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik.
3)
Mempersiapkan alat peraga bangun ruang dan kerangkanya yang telah diberi abjad berupa benda nyata yang akan digunakan dalam proses perbaikan pembelajaran.
4)
Mempersiapkan situasi kelas dan siswa agar kondusif sehingga siap dipergunakan untuk proses pembelajaran dan melibatkan siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
5)
Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan pada siklus II ini disesuaikan dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
c. Tahap Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV terhadap pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok menggunakan alat peraga yang dikaitkan dengan benda nyata disekitar. Tahap pengamatan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan peserta didik). Guru kelas IV melakukan pengamatan teradap aktivitas peserta didik dan kinerja guru (peneliti). commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Tahap Refleksi Tahap refleksi siklus II, peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM sudah memenuhi target yaitu 86,11% sudah tuntas, lebih dari 80% maka peserta didik dikatakan aktif dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok menggunakan alat peraga yang dikaitkan dengan benda nyata disekitar. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga yang sesuai materi dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok pada peserta didik kelas IV SDN 01 Tengklik tersebut telah berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik, Tawangmangu. SD Negeri 01 Tengklik berdiri pada tahun 1973. Ketika berdiri memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031306019. Saat ini SD Negeri 01 Tengklik merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Secara geogarafis Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Tawangmangu, tepatnya terletak di desa Tengklik. Letak SD Negeri 01 Tengklik jauh dari kecamatan dan kabupatennya. Di sebelah utara berbatasan dengan kantor kelurahan, sebelah timur ada jalan desa, selatan berbatasan dengan rumah penduduk, sedangkan di sebelah barat sekolahan berbatasan dengan kebun cengkih. Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik memiliki 6 ruang kelas yaitu kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, dan kelas VI. Bangunan lain diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang komputer, 1 ruang UKS, tempat parkir, kamar mandi guru dan siswa dan gedung perpustakaan. SD Negeri 01 Tengklik juga memiliki halaman yang cukup luas dan tergabung dengan SD Negeri 01 Tengklik yang biasa digunakan untuk tempat upacara, olahraga dan bermain siswa. Data personil ketenagaan SD Negeri 01 Tengklik pada tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari satu Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru penjaskes, 1 guru bahasa Inggris, 1 petugas perpustakaan, 1 penjaga sekolah. Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik, maka segenap komponen pengelola sekolah, baik kepala sekolah, komite sekolah, guru maupun karyawan senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan yang tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada commit to user setiap awal tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap komponen pengelola
45
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik tersebut berada dibawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah. Tahun pelajaran 2011/2012, jumlah keseluruhan siswa SD Negeri 01 Tengklik adalah 198 siswa yang terbagi menjadi enam kelas. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : kelas I ada 32 siswa, kelas II ada 28 siswa, kelas III ada 35 siswa, kelas IV ada 36 siswa, kelas V ada 37 siswa, kelas VI ada 30 siswa. Siswa SD Negeri 01 Tengklik yang berjumlah 198 siswa sebagian besar memeluk agama Islam. Latar belakang pekerjaan orang tua siswa sebagian besar adalah petani, karena sebagian besar daerah desa Tengklik adalah perkebunan dan pertanian yang banyak ladang sayuran.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1.
Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal di SD diketahui sebelum melaksanakan proses penelitian,
sebelumnya dilakukan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi dan tes awal pelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok di kelas IV SD Negeri 01 Tengklik, dengan ini dapat diketahui guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran kurang aktif, guru tidak menyiapkan alat peraga dalam menjelaskan materi pelajaran, hanya menjelaskan di papan tulis, guru kurang banyak memberikan contoh-contoh. Sedangkan permasalahan yang ditemui pada siswa yaitu: siswa terlihat bosan untuk mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan penjelasan dan tugas dari guru, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Dari hasil evaluasi awal sebelum diterapkan pembelajaran dengan alat peraga pada pelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan balok menunjukan pemahaman siswa masih rendah sehingga nilainya banyak yang di bawah KKM. Hal ini terbukti dari tiga puluh enam siswa hanya 41,67% atau lima belas siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ( nilai 71 ), sedangkan sisanya ada 58,33% atau dua puluh satu siswa yang nilainya di bawah KKM. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fakta hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa siswa yang nilainya mencapai KKM hanya ada 15 siswa dan nilai rata-rata kelasnya adalah 57,44. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam materi bangun ruang kubus dan balok masih kurang, maka perlu ditingkatkan. Hasil nilai dari tindakan awal penyelesaian soal pada materi bangun ruang kubus dan balok berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Frekuensi Nilai Tengah (fi) (xi) 20 – 32 4 26 33 – 44 7 38,5 45 – 56 8 50,5 57 – 68 1 62,5 69 – 80 13 74,5 81 – 92 3 86,5 93 – 104 0 98,5 Nilai rata-rata kelas Ketuntasan klasikal (15:36) x 100% = Interval
fi.xi
Prosentase
104 269,5 404 62,5 968,5 259,5 0
11,11% 19,44% 22,22% 2,78% 36,11% 8,33% 0 57,44 41,67%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada 4 siswa yaitu 11,11%, yang mendapat nilai 33-44 ada 7 siswa yaitu 19,44%, nilai 45-56 ada 8 siswa yaitu 22,22%, nilai 57-68 ada 1 yaitu 2,78%, nilai 69-80 ada 13 siswa yaitu 36,11%, nilai 81-92 ada 3 siswa yaitu 8,33% dan 93-104 tidak ada. Dengan nilai rata-rata kelas 57,44 dan ketuntasan klasikalnya ada 15 siswa yaitu 41,67%.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi nilai awal siswa dapat dibuat histogram yang tertera pada gambar 4.1 di bawah ini: 13
F R E K U E N S I
8 7
4 3 1
INTERVAL
Gambar 4.1. Histogram Nilai Awal Siswa Sebelum Tindakan di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Berdasarkan data hasil tes awal pada lampiran 5 dapat disimpulkan hasil tes awal seperti pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2. Hasil Tes Awal di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai Siswa Belajar Tuntas
Tes Awal 20 90 57,44 41,67%
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa, diperoleh nilai rata-rata kemampuan awal siswa kelas IV tentang bangun ruang kubus dan balok yaitu commit to user 57,44. Hasil tersebut ternyata masih di bawah nilai rata-rata yang diinginkan yaitu
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
71. Pada tes awal ini diperoleh nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 90. Besarnya prosentase siswa tuntas belajar yaitu 41,67%, sedangkan ketuntasan siswa diharapkan mencapai 80%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun ruang.
2.
Deskripsi Siklus I a. Tindakan Siklus I Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan, data tindakan, data observasi dan data refleksi. 1) Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas IV. Peneliti juga mempersiapkan alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran bangun ruang. Dalam melaksanakan tindakan siklus I telah disepakati untuk dilaksanakan menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi waktunya 2x 35 menit yaitu pada hari Selasa tanggal 24 April 2012, hari Rabtu tanggal 25 April 2012 dan Kamis tanggal 26 April 2012. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga bangun ruang dan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Kompetensi Dasar 8.1 8.2
:
Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. commit to user Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator
:
Aspek kognitif a)
Mengidentifikasi bangun ruang kubus dan balok.
b)
Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok.
Aspek afektif c)
Memberi contoh-contoh bangun ruang kubus dan balok.
Aspek psikomotor d)
Membuat gambar kubus dan balok sesuai ukuran yang ditentukan.
e)
Membuat berbagai jaring-jaring kubus dan balok.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Pertemuan kedua mengingatkan pembahasan pada pertemuan pertama dan dilanjutkan membahas jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Sedangkan pertemuan ketiga mengingatkan pembahasan pada pertemuan kedua dan dilanjutkan tes. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga dan model kooperatif tipe STAD, langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : (1) Siswa menperhatikan penjelasan singkat dari guru mengenai sifatsifat bangun ruang kubus dan balok. (2) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai bangun ruang di lingkungan. (3) Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang dengan menunjukkan contoh bangun ruang. commit to user (4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(5) Setiap kelompok diberi lembar kerja yang akan didiskusikan dalam kelompoknya. (6) Setiap kelompok berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru. (7) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi. Kegiatan penutup adalah guru memberikan penghargaan pada kelompok yang paling aktif kemudian memberikan pemantapan materi dilanjutkan memberikan PR pada siswa. b) Pertemuan kedua Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : (1) Menggali pengetahuan siswa mengenai jaring-jaring bangun ruang dengan menunjukkan bangun ruang dan alat peraga. (2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. (3) Setiap kelompok diberi tugas menggambar jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok, tetapi tiap anak dalam satu kelompok harus menggambar jaring-jaring yang berbeda. (4) Setiap kelompok berdiskusi menentukan jaring-jaring kubus dan balok kemudian di gambar pada kertas berpetak dan dikumpulkan dalam satu kelompok. (5) Perwakilan tiap kelompok menggambarkan jaring-jaring di papan tulis. (6) Guru memberikan evaluasi pada siswa. Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari. c) Pertemuan ketiga Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu commit to user kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan intinya guru mengulang sedikit pada pertemuan yang kedua dan dilanjutkan pelaksanaan tes. Setelah selesai siswa bersama guru mengoreksi hasil pelaksanaan tes individu. Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari dan memberi penghargaan pada siswa yang memperoleh nilai maksimal. 3) Observasi Guru kelas dalam observasi melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan alat peraga, yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan rekaman. Dalam tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas IV SDN 01 Tengklik. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang dilaksanakan dan juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran. Dari data-data hasil observasi siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut: a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 18 ) (1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor dua, (2) kesiapan siswa menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi memperoleh skor dua, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa mengerjakan tes individu memperoleh skor dua, (8) secara umum skor total kegiatan siswa pada siklus I adalah tujuh belas masuk kriteria baik. b) Kegiatan Guru ( Lampiran 19 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga, (2) pengelolaan kelas memperoleh skor dua, (3) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran memperoleh skor dua, (4) kegiatan apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi melalui penggunaan alat peraga memperoleh skor tiga, (6) kegiatan tanya jawab memperoleh skor tiga, (7) diskusi dan penjelasan konsep memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor tiga, (10) kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor dua, (11) secara umum total skor kegiatan guru pada siklus I adalah dua puluh tujuh termasuk dalam kritera baik. Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pembelajaran matematika yang dilaksanakan menggunakan alat peraga bangun ruang pada siklus I dapat disimpulkan keaktifan siswa sudah baik tetapi belum maksimal, dan hasil yang diharapkan belum dapat tercapai. 4) Analisis dan Refleksi Diambil dari hasil penelitian siklus I kemudian dilakukan analisis dan refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus I didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya 55,56% ,sehingga masih belum mencapai target penelitian 80%. Dengan demikian penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II.
b. Hasil Tindakan Siklus I 1) Pertemuan Pertama Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama, guru mengajar materi bangun ruang kubus dan balok dan mengawalinya dengan menggali pengetahuan siswa tentang materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraganya. Dari pertemuan pertama ini siswa diajak untuk memahami berbagai sifat-sifatnya dengan sedikit penjelasan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru. Selesai pembelajaran siswa diberikan pekerjaan rumah mengenai bangun ruang kubus dan balok. 2) Pertemuan Kedua Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan kedua, berdasarkan lampiran 12 diperoleh data nilai pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus I di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Frekuensi Nilai Tengah (fi) (xi) 20 – 32 3 26 33 – 44 1 38,5 45 – 56 5 50,5 57 – 68 10 62,5 69 – 80 12 74,5 81 – 92 4 86,5 93 – 104 1 98,5 Nilai rata-rata kelas Ketuntasan klasikal (17:36) x 100% = Interval
fi.xi
Prosentase
78 38,5 252,5 625 894 346 98,5
8,33% 2,78% 13,89% 27,78% 33,33% 11,11% 2,78% 64,79 47,22%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada 3 siswa yaitu 8,33%, yang mendapat nilai 33-44 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 4556 ada 5 siswa yaitu 13,89%, nilai 57-68 ada 10 yaitu 27,78%, nilai 69-80 ada 12 siswa yaitu 33,33%, nilai 81-92 ada 4 siswa yaitu 11,11% dan 93-104 ada 1 siswa yaitu 2,78%. Dengan rata-rata kelasnya 64,79 dan ketuntasan klasikalnya ada 17 siswa yaitu 47,22%.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.3 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan kedua di siklus I dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.2 di bawah ini:
14
F R E K U E N S I
12
12
10
10 8
5
6
4
3 4
1
2
1
0 20 – 32
33 – 44
45 – 56
57 – 68
69 – 80
81 – 92 93 – 104
INTERVAL
Gambar 4.2. Histogram Nilai Pertemuan Kedua Siklus I di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan kedua di siklus I pada lampiran 12 dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4. Hasil Pertemuan Kedua Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai Siswa Belajar Tuntas commit to user
Tes Awal 20 95 64,79 47,22%
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pertemuan Ketiga Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan ketiga, berdasarkan lampiran 13 diperoleh data nilai pada tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Ketiga Siklus I di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Frekuensi Nilai Tengah (fi) (xi) 20 – 32 1 26 33 – 44 3 38,5 45 – 56 3 50,5 57 – 68 9 62,5 69 – 80 9 74,5 81 – 92 8 86,5 93 – 104 3 98,5 Nilai rata-rata kelas Ketuntasan klasikal (20:36) x 100% = Interval
fi.xi
Prosentase
26 115,5 151,5 562,5 670,5 692 295,5
2,78% 8,33% 8,33% 25% 25% 22,22% 8,33% 69,82 55,56%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada 1 siswa yaitu 2,78%, yang mendapat nilai 33-44 ada 3 siswa yaitu 8,33%, nilai 45-56 ada 3 siswa yaitu 8,33%, nilai 57-68 ada 9 yaitu 25%, nilai 69-80 ada 9 siswa yaitu 25%, nilai 81-92 ada 8 siswa yaitu 22,22% dan 93-104 ada 3 siswa yaitu 8,33%. Dengan rata-rata kelasnya 69,82 dan ketuntasan klasikalnya ada 20 siswa yaitu 55,56%.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus I dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.3 di bawah ini:
9
9 8
F R E K U E N S I
3
3
3
1
INTERVAL
Gambar 4.3. Histogram Nilai Pertemuan Ketiga Siklus I di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus I pada lampiran 13 dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6. Hasil Pertemuan Ketiga Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai commit to user Siswa Belajar Tuntas
Tes Awal 26 93 69,82 55,56%
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dilihat dari hasil evaluasi siklus I yang terdiri dari tiga pertemuan dan evaluasi yang dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga dapat diambil kesimpulan, pada siklus I kemampuan siswa dalam memahami materi bangun ruang kubus dan balok masih belum sesuai dengan yang diharapan, karena nilai yang diperoleh belum memenuhi. Dari penelitian siklus I diperoleh data rata-rata kelas 69,82, ketuntasan klasikalnya adalah 55,56% atau 20 siswa mencapai batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 44,44% atau 16 siswa. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II, karena ketuntasan klasikal siklus I belum sesuai yang diharapkan. Jika dibandingkan siklus I dengan kondisi awal sebelum tindakan sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan lampiran 32 perbandingan siklus I dan kondisi awal dapat dilihat padahistogram tertera pada gambar 4.4 di bawah ini :
% k e t u n t a s a n
55,56 41,67
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Keadaan Awal dan Siklus I di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan dan siklus I maka dapat diperoleh juga data penilaian kerja kelompok yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran untuk mengetahui kerjasama siswa dalam kelompoknya. Dari nilai masing-masing kelompok pada lampiran 17 dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7. Skor Kerja Kelompok Siklus I Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Nama Kelompok
Kerjasama
Ketepatan Jawaban
Kecepatan
Ketelitian
Nilai Akhir
√ √ √ √ √ √
√ √ √ -
√ √ √ -
√ √ √ √
4 2 4 3
√
2 2
I II III IV V VI
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat skor kelompok yang paling tinggi adalah kelompok I dan III yang sama-sama memperoleh skor 4, kedua ada kelompok IV yang mendapat skor 3, untuk skor terendah adalah kelompok II, V, VI dengan skor 2. Jadi kerjasama yang baik dan kompak terlihat pada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.
3.
Deskripsi Siklus II a. Tindakan Siklus II Deskripsi data tindakan siklus II terdiri dari paparan data perencanaan, data tindakan, data observasi dan data refleksi. 1) Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,commit selainto user itu perlu disiapkan alat peraga.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pelaksanaan tindakan siklus II disepakati untuk dilaksanakan menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi waktunya 2 x 35 menit yaitu pada hari Senin tanggal 30 April 2012, hari Selasa tanggal 1 Mei 2012 dan Rabu tanggal 2 Mei 2012. Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya dan model PBL ( Problem Based Learning). Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Kompetensi Dasar
:
8.1
Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
8.2
Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
Indikator
:
Aspek kognitif a)
Mengidentifikasi bangun ruang kubus dan balok.
b)
Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok.
Aspek afektif c)
Memberi contoh-contoh bangun ruang kubus dan balok.
Aspek psikomotor d)
Membuat gambar kubus dan balok sesuai ukuran yang ditentukan.
e)
Membuat berbagai jaring-jaring kubus dan balok.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Pertemuan kedua mengingatkan pembahasan pada pertemuan pertama dan dilanjutkan membahas jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Sedangkan pertemuan ketiga mengingatkan pembahasan pada pertemuan kedua dan dilanjutkan tes. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga dan model commitberikut: to user PBL, langkah-langkahnya sebagai
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : (1) Siswa menperhatikan penjelasan singkat dari guru mengenai sifatsifat bangun ruang kubus dan balok. (2) Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang dengan menunjukkan contoh bangun ruang dan kerangka bangun ruang yang ada abjadnya. (3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. (4) Setiap kelompok diberi permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompoknya. (5) Pemberian lembar kerja berupa berbagai jaring-jaring kubus dan balok yang akan didiskusikan dalam kelompoknya. (6) Setiap kelompok berdiskusi mencari jaring-jaring yang dapat dibuat kubus dan balok. (7) Setiap kelompok yang sudah menemukan jaring-jaringnya akan menempelkan pada kertas yang telah disediakan. (8) Perwakilan kelompok menggambarkan jawaban hasil diskusinya. Kegiatan penutup adalah guru memberikan penghargaan pada kelompok yang paling aktif kemudian memberikan pemantapan materi pada siswa. b) Pertemuan kedua Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Menggali pengetahuan siswa mengenai jaring-jaring kubus dan balok dengan menunjukkan bangun ruang dan alat peraga. (2) Menyuruh beberapa siswa menggambarkan jaring-jaring di papan tulis. (3) Siswa memperhatikan sedikit penjelasan guru mengenai jaringjaring kubus dan balok. (4) Beberapa siswa maju menunjukkan sisi alas dan tutup dari jaringjaring dari contoh kubus dan balok. (5) Siswa menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok. (6) Guru memberikan evaluasi pada siswa. Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari. c) Pertemuan ketiga Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan intinya guru mengulang sedikit pada pertemuan yang kedua dan dilanjutkan pelaksanaan tes. Setelah selesai siswa bersama guru mengoreksi hasil pelaksanaan tes individu. Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari dan memberi penghargaan pada siswa yang memperoleh nilai maksimal. 3) Observasi Guru kelas dalam observasi melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan alat peraga, yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan rekaman. Dalam tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas IV SDN 01 Tengklik. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data commit to user mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilaksanakan dan juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran. Diketahui dari data hasil observasi siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut: a)
Kegiatan Siswa ( Lampiran 30 ) (1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor tiga, (2) kesiapan siswa menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi memperoleh skor tiga, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa mengerjakan tes individu memperoleh skor tiga, (8) skor total kegiatan siswa pada siklus II adalah dua puluh masuk kriteria baik.
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 31) (1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga, (2) pengelolaan kelas memperoleh skor tiga, (3) pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran memperoleh skor tiga, (4) kegiatan apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi melalui penggunaan alat peraga memperoleh skor tiga, (6) kegiatan tanya jawab memperoleh skor tiga, (7) diskusi dan penjelasan konsep memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor empat, (10) kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor tiga, (11) total skor kegiatan guru pada siklus II adalah tiga puluh satu yang masuk kriteria sangat baik. Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pembelajaran matematika yang dilaksanakan menggunakan alat peraga bangun ruang pada siklus II dapat disimpulkan keaktifan siswa sudah baik dan hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik pula. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil penelitian siklus II kemudian dilakukan analisis dan refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi menunjukkan keaktifan siswa meningkat dan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran karena terlihat tidak bosan. Selain itu juga siswa lebih sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes yang diberkan oleh guru sehingga nilai yang didapatkan lebih bagus. Pada siklus II didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 86,11% dan meningkat dibandingkan ketuntasan pada siklus I. Dengan tercapainya target ketuntasan minimal (80%) maka penelitian dapat dihentikan.
b. Hasil Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Pertama Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan pertama, guru mengajar materi bangun ruang kubus dan balok dan mengawalinya dengan menggali pengetahuan siswa tentang materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga bangun ruang yang diberi abjad. Dari pertemuan pertama ini siswa diajak untuk memahami berbagai sifatsifatnya beserta jaring-jaringnya juga. Dan di sini setiap kelompok diberi permasalahan mencari jaring-jaring yang dapat dibuat kubus dan balok dan didiskusikan dalam kelompoknya. 2) Pertemuan Kedua Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan kedua, berdasarkan lampiran 25 diperoleh data nilai pada tabel 4.8 dibawah ini:
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus II di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Frekuensi Nilai Tengah (fi) (xi) 20 – 32 1 26 33 – 44 2 38,5 45 – 56 1 50,5 57 – 68 2 62,5 69 – 80 16 74,5 81 – 92 8 86,5 93 – 104 6 98,5 Nilai rata-rata kelas Ketuntasan klasikal (26:36) x 100% = Interval
fi.xi
Prosentase
26 77 50,5 125 1192 692 591
2,78% 5,56% 2,78% 5,56% 44,44% 22,22% 16,67% 76,49 72,22%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada 1 siswa yaitu 2,78%, yang mendapat nilai 33-44 ada 2 siswa yaitu 5,56%, nilai 45-56 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 57-68 ada 2 yaitu 5,56%, nilai 69-80 ada 16 siswa yaitu 44,44%, nilai 81-92 ada 8 siswa yaitu 22,22% dan 93-104 ada 3 siswa yaitu 16,67%. Dengan rata-rata kelasnya 76,49 dan ketuntasan klasikalnya ada 26 siswa yaitu 72,22%.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.8 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan kedua di siklus II dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.5 di bawah ini:
16 F R E K U E N S I
8 6
1
2
1
2
INTERVAL
Gambar 4.5. Histogram Nilai Pertemuan Kedua Siklus II di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan kedua di siklus II pada lampiran 25 dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9. Hasil Pertemuan Kedua Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai Siswa Belajar Tuntas
commit to user
Tes Awal 30 100 76,49 72,22%
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pertemuan Ketiga Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan ketiga, berdasarkan lampiran 26 diperoleh data nilai pada tabel 4.10 di bawah ini : Tabel 4.10. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Ketiga Siklus II di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Frekuensi Nilai Tengah (fi) (xi) 20 – 32 0 26 33 – 44 1 38,5 45 – 56 2 50,5 57 – 68 2 62,5 69 – 80 13 74,5 81 – 92 10 86,5 93 – 104 8 98,5 Nilai rata-rata kelas Ketuntasan klasikal (31:36) x 100% = Interval
fi.xi
Prosentase
0 38,5 101 125 968,5 865 788
0% 2,78% 5,56% 5,56% 36,11% 27,78% 22,22% 80,17 86,11%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 tidak ada yaitu 0%, yang mendapat nilai 33-44 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 4556 ada 2 siswa yaitu 5,56%, nilai 57-68 ada 2 yaitu 5,56%, nilai 69-80 ada 13 siswa yaitu 36,11%, nilai 81-92 ada 10 siswa yaitu 27,78% dan 93-104 ada 8 siswa yaitu 22,22%. Dengan rata-rata kelasnya 80,17 dan ketuntasan klasikalnya ada 31 siswa yaitu 86,11%.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.10 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus II dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.6 di bawah ini:
13 F R E K U E N S I
10 8
2
2
1
INTERVAL
Gambar 4.6. Histogram Nilai Pertemuan Ketiga Siklus II di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus II pada lampiran 26 dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.11 di bawah ini : Tabel 4.11. Hasil Pertemuan Ketiga Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Nilai Siswa Belajar Tuntas
Tes Awal 36 100 80,17 86,11%
Dilihat dari hasil evaluasi siklus II yang dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga dapat diambil kesimpulan, pada siklus II kemampuan commit to user siswa dalam memahami materi bangun ruang kubus dan balok sesuai
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan yang diharapan, karena nilai yang diperoleh sudah memenuhi. Dari penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 80,17, ketuntasan klasikalnya adalah 86,11% atau 31 siswa mencapai batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 13,89% atau 5 siswa. Berdasarkan hasil di atas ketuntasan belajar siswa sudah mencapai target ketuntasan minimal yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu 80%, maka penelitian ini dapat dihentikan. Diketahui dari kondisi awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II diperoleh juga skor kerja kelompok. Berdasarkan nilai dari masing-masing kelompok pada lampiran 29 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini : Tabel 4.12. Skor Kerja Kelompok Siklus II Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012 Nama Kelompok I II III IV V VI
Kerjasama
Ketepatan Jawaban
Kecepatan
Ketelitian
Nilai Akhir
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √
√ √ -
4 3 3 2
√ √
4 3
Berdasarkan tabel 13, skor kerja kelompok yang paling tinggi adalah kelompok I dan V yang memperoleh skor 4, kedua ada kelompok II, III, VI yang mendapat skor 3, untuk skor terendah adalah kelompok IV dengan skor 2. Kelompok yang mempunyai kerjasama yang bagus dalam kerja kelompok adalah kelompok yamg memperoleh skor tertinggi.
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika menggunakan commit to user alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar materi bangun
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV SDN 01 Tengklik dan dapat terlihat juga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dengan menggunakan alat peraga bangun ruang mampu
menjadikan
siswa
lebih
mudah
memahami
materi
yang
disampaikan. Dalam pembelajarannyapun didukung dengan pembagian kelompok agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan tidak merasa bosan. Dengan alat peraga bangun ruang yang disesuaikan dengan materi perhatian siswa juga lebih terpusat, berbeda dengan sebelumnya guru menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi dan mengerjakan tugas tanpa ada diskusi kelompok. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebelum penggunaan alat peraga hanya 41,67% dari 36 siswa, yaitu hanya 15 siswa yang tuntas dan sisanya 21 siswa belum tuntas. Itu belum sesuai target siswa yang tuntas KKM yaitu 80%. Rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami materi yang diberikan dan siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa karena penggunaan alat peraga bangun ruang terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 55,56% dari 36 siswa, yaitu 20 siswa tuntas dan sisanya 16 siswa belum tuntas. Terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari sebelum penggunaan alat peraga yaitu sebesar 13,89%. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran saat guru menggunakan alat peraga bangun ruang. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM pada siklus II sebanyak 86,11% dari 36 siswa, yaitu 31 siswa tuntas dan sisanya masih 5 siswa atau 13,89% yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan dari kelima anak tersebut, dua diantaranya kemampuannya dibawah rata-rata temannya, yang satu tidak pernah memperhatikan dan senang bermain sendiri, satu diantaranya pernah tidak naik kelas, dan yang satu merupakan anak yang to user tidak mendapat perhatian commit dari orang tuanya sehingga dia tidak pernah
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar dan suka mengganggu temannya. Setelah melaksanakan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM sebesar 30,55%. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM sudah memenuhi target diatas 80%, maka penelitian ini dapat dihentikan. Diketahui dari lampiran 32 dapat dibuat tabel perbandinagan 4.13 di bawah ini: Tabel 4.13. Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas dalam Penggunaan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 Keterangan Kondisi awal Siklus I Siklus II
Prosentase Siswa Belajar Tuntas 41,67% 55,56% 86,11%
Berdasarkan tabel 4.13, maka dapat digambarkan perbandingan dengan keadaan awal, siklus I dan siklus II pada gambar 4.7 di bawah ini :
100
% K E T U N T A S A N
86,11
90 80
55,56
70 60 50
41,67
40 30 20 10
0 kondisi awal
siklus I
siklus II
Gambar 4.7. Peningkatan Prosentase Siswa Belajar Tuntas dalam Penggunaan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai kubus dan balok sebab siswa tidak merasa bosan dan dapat mengetahui benda-benda nyata yang berbentuk kubus dan balok di lingkungan sekitarnya. Selain itu dapat saling bertukar pikiran dan saling bekerja sama untuk memahami materi dan bisa mengerjakan tes. Adapun temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga bangun ruang adalah sebelum menggunakan alat peraga bangun ruang kegiatan belajar mengajar di kelas didominasi dengan kegiatan mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru, mencatat materi dan melaksanakan tugas. Setelah menggunakan alat peraga bangun ruang
siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran terus mengalami peningkatan. Penggunaan alat peraga bangun ruang ini memiliki kefleksibelan, karena guru dapat melakukan variasi dengan model-model pembelajaran, dalam penelitian ini model yang diterapkan adalah model kooperatif tipe STAD dan model PBL agar siswa tidak merasa bosan. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang telah memenuhi target. Berdasarkan observasi selama pembelajaran diperoleh data perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa terus meningkat dari tiap siklus ini terbukti dengan semakin banyak siswa yang berani bertanya kepada guru dan juga kerjasamanya yang bagus terhadap kelompoknya, selain itu juga siswa lebih memperhatikan penjelasan dari guru. Berdasarkan siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan alat peraga bangun ruang dan model kooperatif keaktifan siswa yang semula mendapat skor 17. Setelah dilakukan tindak lanjut kembali dengan alat peraga bangun ruang yang diberi abjad dan modelnya PBL pada siklus II, keaktifan siswa mendapat nilai 20. Jadi antusias siswa dalam proses pembelajaran commit to user meningkat.
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan lampiran 33 dapat dibuat tabel perbandingan keaktifan siswa pada tabel 4.14 di bawah ini : Tabel 4.14. Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Kurang Sangat Kurang Jumlah
Siklus 1 9 8 17
Siklus 2 18 2 20
Diketahui dari tabel di atas bahwa pada siklus 1 skor keaktifan dalam mengikuti pembelajaran adalah 17 dengan skor baik ada 9 dan kurang ada 8 dan meningkat pada siklus 2 yaitu mendapat skor 20 dengan skor baik 18 dan kurang ada 2. Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dibuat histogram peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran tertera pada gambar 4.8 di bawah ini :
25
20 N I L A I
17
20 15 10
5 0 siklus I
siklus II
Gambar 4.8. Histogram Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan observasi selama pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga bangun ruang, diperoleh data kegiatan guru. Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan alat peraga bangun ruang dan model kooperatif kegiatan guru mendapat nilai 27. Setelah dilakukan tindak lanjut kembali dalam siklus II dengan alat peragabangun ruang juga dan model PBL, kegiatan guru mendapat nilai 31. Jadi kegiatan guru mengalami peningkatan. Berdasarkan lampiran 34 dapat dibuat tabel perbandingan kegiatan guru pada tabel 4.15 di bawah ini : Tabel 4.15. Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012 No 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Kurang Sangat Kurang Jumlah
Siklus 1 21 6 27
Siklus 2 4 27 31
Diketahui dari tabel di atas bahwa pada siklus 1 skor kegiatan guru dalam menggunakan alat peraga bangun ruang adalah 27 dengan skor baik ada 21 dan kurang ada 6 dan meningkat pada siklus 2 yaitu mendapat skor 31 dengan skor sangat baik 4 dan baik 27.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dibuat histogram kegiatan guru dalam penggunaan alat peraga tertera pada gambar 4.9 di bawah ini :
31
35 30
N I L A I
27
25 20 15
10 5 0
siklus I
siklus II
Gambar 4.9. Histogram Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan analisis data dan observasi selama pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan balok secara umum menunjukan perubahan yang signifikan. Dari keadaan awal dengan prosentase ketuntasan 41,67% dan rata-rata kelas 57,44. Pada siklus i diperoleh prosentase ketuntasan 55,56% dan rata-rata kelas 69,82 menjadi 86,11% dan rata-rata kelas 80,17 pada siklus II. Dapat diletahui bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga bangun ruang untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik. Selain itu juga siswa yang mengikuti pembelajaran merasa tidak jenuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan, menggunakan alat peraga bangun ruang pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik dapat diambil kesimpulan, bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan peningkatan. Pada kondisi awal sebelum tindakan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM hanya 41,67% atau 15 siswa dari 36 siswa, sisanya ada 21 siswa yang nilainya di bawah KKM, jumlah itu masih jauh dari target siswa yang tuntas KKM yaitu 80%. Masih rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan alat peraga bangun ruang yang disajikan dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 55,56% atau 20 siswa dari 36 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu 13,89% atau 5 siswa dari kondisi awal. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran saat guru menggunakan alat peraga bangun ruang. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM pada siklus II yaitu 86,11% atau 31 siswa dari 36 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKm yaitu 30,55% atau11 siswa. Berdasarkan data tersebut setelah melaksanakan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM. Dalam siklus II siswa mulai aktif dan lebih paham terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada siklus I. commit to user 76
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang sangat cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar tentang bangun ruang sebab siswa dapat memahami secara langsung materinya sehingga semua siswa bisa mengerjakan tes.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1.
Penggunaan alat peraga bangun ruang hendaknya digunakan dan dibiasakan oleh guru dalam pembelajaran bangun ruang pada siswa SD kelas IV.
2.
Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat digunakan sebagai acuan untuk menggunakan alat peraga lain dalam pengajaran.
3.
Dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian lain yang hampir sama pokok permasalahannya dengan penelitian ini.
C. Saran Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a) Siswa sebaiknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan berani memberikan pendapatnya tentang materi bangun ruang kubus dan balok. b) Selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran mengenai bangun ruang kubus dan balok. c) Dalam kerja kelompok materi bangun ruang kubus dan balok ini hendaknya mau berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya supaya terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. d) Siswa sebaiknya mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat dari sekolah tentang bangun ruang kubus dan balok ini dalam kehidupan sehari-hari atau sebaliknya. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Diharapkan siswa lebih punya keberanian untuk mengajukan pertanyaan seputar bangun ruang kubus dan balok agar terjadi interaksi pembelajaran yang menyenangkan. 2. Bagi Guru a) Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan alat peraga yang bervariasi salah satunya adalah alat peraga bangun ruang. b) Sebaiknya dalam materi bangun ruang kubus dan balok ini guru memilih dalam menggunakan model dan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan pembelajaran sperti model kooperatif, PBL dan model tanya jawab, kerja kelompok, jangan terlalu sering menggunakan metode ceramah. c) Guru mempersiapkan alat peraga bangun ruang dan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi bangun ruang kubus dan balok sebelum pembelajaran dimulai. d) Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang kubus dan balok, sebaiknya guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa, memberikan contoh benda nyatanya. 3. Bagi Sekolah a) Menyediakan fasilitas alat peraga yang mendukung, seperti alat peraga bangun ruang yang dapat digunakan untuk pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika tentang kubus dan balok. b) Mengadakan kelompok belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas agar siswa dapat memahami materi bangun ruang kubus dan balok lebih cepat. c) Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif salah satunya menggunakan alat peraga bangun ruang.
commit to user