PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HIGH ORDER THINKING SKILL PADA MATERI ALAT OPTIK SMA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh HABSI FRASIDIK NIM 1112016300020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
LEMBAR PENGESAHAN
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iii
ABSTRAK HABSI FRASIDIK (1112016300020), Pengembangan Media Pembelajaran Hypermedia untuk Meningkatkan High Order Thinking Skill pada Materi Alat Optik SMA. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Penelitian pengembangan media pembelajaran hypermedia ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dan guru dalam menemukan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi alat optik SMA. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang hanya mengembangkan low order thinking. Penelitian yang dilakukan lebih dikembangkan pada peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran fisika yang layak, efektif dan praktis digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah development research dari Jan Van De Akker dengan evaluasi formatif dari Martin Tessmer. Tahap penelitian terdiri dari empat tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan, prototipe, evaluasi sumatif, serta refleksi sistematik dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dari tiga sekolah: XI MIPA 5 dan 6 (SMAN 1 Karawang), XI MIPA 4 dan 5 (SMAN 1 Tangerang Selatan), dan XI MIPA 3 (SMAN 29 Jakarta). Sampel ditentukan secara purposive. Instrumen yang digunakan berupa tes kognitif C4 sampai C6 dan non tes (angket dan wawancara) yang telah divalidasi. Instrumen tes diberikan kepada 54 siswa dan angket penilaian diberikan kepada: sembilan orang ahli, 57 siswa (evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil, uji lapangan dan evaluasi sumatif) dan tiga orang guru. Media pembelajaran hypermedia yang dihasilkan dinyatakan layak (84,5%), efektif (83,5%), dan praktis (85%) digunakan dengan peningkatan nilai N-Gain siswa 0,64 (sedang). Media dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (75%) dan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kata kunci: media pembelajaran hypermedia, penelitian pengembangan, keterampilan berpikir tingkat tinggi, layak, efektif dan praktis.
iv
ABSTRACT HABSI FRASIDIK (1112016300020), Developing of Learning Media Hypermedia to Improve High Order Thinking Skill on Optic Instrument Matter for Senior High School Student. The Undergraduate Thesis of Physics Education Program, Department of Natural Science Education. Faculty of Education and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017. Research development of hypermedia learning media is a research conducted to overcome student difficulties in improving high order thinking skill. This research is important for students to have deep thinking ability with smart, balanced and accountable approach. The study aims to develop a physics learning media that is valid, effective and practical to use. Research on hypermedia learning media is a development of previous research with the development on improving students' high order thinking skills. The research method used in this research is development research from Jan Van De Akker with formative evaluation from Martin Tessmer. The research phase consists of four stages: preliminary research stage, prototype stage, summative evaluation, as well as systematic reflection and documentation. Subjects in this study were XI class students taken from three schools: XI MIPA 5 and 6 (SMAN 1 Karawang), XI MIPA 4 and 6 (SMAN 1 Tangerang Selatan), and XI MIPA 3 (SMAN 29 Jakarta). The sampling technique was done by purposive sampling. Instruments used in the form of cognitive tests C4 to C6 and non-test (questionnaires and interviews) that have been validated. Test instruments were given to 54 students and an assessment questionnaire was given to: nine experts, 57 students (one-to-one evaluation, small group evaluation, field test and sumative evaluation) and three teachers. Research shows that hypermedia learning media declared valid (84,5%), effective (83,5%), and practical (85%) use with increase of student N-Gain value equal to 0,64 (medium). Hypermedia learning media can improve students’ high order thinking skill and assist teachers to achieve learning aim. Keywords: learning media, hypermedia, development research, high order thinking skill, valid, effective and practical
v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Hypermedia untuk Meningkatkan High Order Thinking Skill pada Materi Alat Optik SMA”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alamiin. Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dwi Nanto, Ph.D selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi ini.
5.
Ibu Ai Nurlaela, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswi pendidikan fisika.
6.
Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
vi
7.
Seluruh ahli yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti agar tercipta media pembelajaran hypermedia yang lebih baik.
8.
Bapak Dwi Setyono Agus, M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Karawang, Bapak Drs. H. Sujana, M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Tangerang Selatan dan Ibu Dra. Carol Titaley, selaku Kepala SMAN 29 Jakarta yang telah memberikan izin melakukan penelitian di SMA tersebut.
9.
Bapak Ava Nugraha, S.Pd, Bapak Drs. Hartono, M.Pd, Bapak Tatang, S.Pd dan Ibu Ita, S.Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah memberikan dukungan dan saran kepada peneliti selama penelitian berlangsung.
10. Keluarga tercinta, Bapak Hendro Nawila, S.Pd. (alm), Ibu Jumi, Kakak Nisa Suzana, Kakak Widia Ningrum, Adik Fiqar Educas, Paman Sayim Dolan (alm) beserta keluarga, Kakak Ahmad Haerudin, dan Kakak Asep Ahmad G. yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang luar biasa kepada peneliti. 11. Keluarga Pendidikan Fisika 2012 yang senantiasa menjadi keluarga selama di perantauan, tempat peneliti berproses untuk menjadi lebih baik, tempat berbagi penderitaan dan kasih sayang. 12. Sahabatku Nova, Iwan, Andri, Reza, Shinta, dan Greggy yang telah menemani peneliti dalam suka maupun duka, tempat peneliti untuk berproses menjadi lebih baik, selalu jadi sahabat terbaik, dan memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada peneliti. 13. Oriza Nurwanti, S.Pd. yang sudah menemani peneliti, selalu menjadi tempat berbagi informasi, memberikan doa, waktu, pikiran, tenaga, saran dan dukungan kepada peneliti. 14. Betharlitha Maharlika, S.Ked. yang sudah memberikan dukungan kepada peneliti. 15. Seluruh youtuber dan blogger yang telah memberikan tutorial dan informasi pembuatan media pembelajaran. 16. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
vii
Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT. Amin. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamu’alaikum wr.wb. Jakarta, ................……2017
Peneliti
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 5 E. Spesifikasi Produk yang dihasilkan ............................................................... 6 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 6 G. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 A. Deskripsi Teoritis........................................................................................... 8 1.
Media pembelajaran ................................................................................. 8
2.
Hypermedia ............................................................................................ 11
ix
3.
Kemampuan Berpikir ............................................................................. 15
4.
Definisi Alat-Alat Optik ......................................................................... 19
B. Hasil Penelitan yang Relevan ...................................................................... 30 C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 32 D. Pertanyaan Penelitian................................................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 34 A. Model Pengembangan ................................................................................. 34 B. Prosedur Pengembangan .............................................................................. 34 1.
Penelitian pendahuluan (prelimenary research) .................................... 35
2.
Tahap prototipe (prototyping stage) ....................................................... 36
3.
Tahap Evaluasi Sumatif (Summative evaluation)................................... 41
4.
Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic reflection and
documentation) .............................................................................................. 42 C. Desain Uji Coba ........................................................................................... 42 D. Subjek Uji Coba........................................................................................... 44 1.
Subjek uji coba pada evaluasi formatif .................................................. 44
2.
Subjek uji coba pada evaluasi sumatif ................................................... 44
E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 45 1.
Pedoman wawancara .............................................................................. 45
2.
Angket penelitian pendahuluan .............................................................. 45
3.
Angket uji ahli (expert review) ............................................................... 46
4.
Angket Respon Siswa dan Guru ............................................................. 48
5.
Tes (pretest dan posttest) ........................................................................ 52
F. Uji Coba Produk .......................................................................................... 52 G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 53
x
1.
Analisis Data Wawancara Guru ............................................................. 53
2.
Analisis Data Angket Validasi, Angket Respon Siswa dan Guru .......... 53
3.
Analisis uji efektivitas ............................................................................ 55
4.
Analisis peningkatan hasil belajar .......................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 57 A. Hasil Penelitian Pengembangan .................................................................. 57 1.
Hasil Penelitian Pendahuluan (Preliminary research) ........................... 57
2.
Hasil Prototyping Stage.......................................................................... 68
3.
Hasil Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) ................................. 104
4.
Hasil Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic Reflection and
Documentation) ........................................................................................... 108 B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 121 A. Kesimpulan ................................................................................................ 121 B. Saran .......................................................................................................... 122 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123 LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Bagian-Bagian Mata ...................................................................... 20 Gambar 2. 2 Perbandingan Lensa Mata Relaksasi dan Kontraksi ..................... 21 Gambar 2. 3 Jangkauan Penglihatan .................................................................. 22 Gambar 2. 4 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cekung ...... 23 Gambar 2. 5 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cembung ... 23 Gambar 2. 6 Bagian-Bagian Kamera ................................................................. 25 Gambar 2. 7 (a) Lup (b) Pembentukan Bayangan pada Lup .............................. 25 Gambar 2. 8 Bagian Bagian Mikroskop ............................................................. 26 Gambar 2. 9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan pada Mikroskop Optik ... 27 Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Teropong Bintang ................................................. 28 Gambar 2. 11 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bintang.......................... 28 Gambar 2. 12 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Tak Berakomodasi) ............................................................................... 29 Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Berakomodasi) ............................................................................... 29 Gambar 3. 1 Model Pengembangan Development Research ............................. 35 Gambar 3. 2 Gambar Pedoman Desain Hypermedia ......................................... 37 Gambar 3. 3 Gambar Pedoman Desain Software Hypermedia .......................... 39 Gambar 3. 4 Flowchart Pembuatan Hypermedia ............................................... 40 Gambar 3. 5 Diagram Tahap Evaluasi Formatif ................................................ 41 Gambar 3. 6 Garis Kesimpulan .......................................................................... 54 Gambar 3. 7 Garis Kesimpulan Keseluruhan ..................................................... 54 Gambar 4. 1 Diagram Setiap Pernyataan dari Hasil Angket Siswa ................... 67 Gambar 4. 2 Diagram Penilaian Keseluruhan Indikator oleh Ahli Media ......... 82 xii
Gambar 4. 3 Diagram Penilaian Keseluruhan Indikator oleh Ahli Desain Pembelajaran ................................................................................. 83 Gambar 4. 4 Grafik Persentase Penilain Setiap Aspek oleh Ahli Materi ........... 85 Gambar 4. 5 Grafik Analisis Angket Validasi Ahli Materi Ajar Pada Setiap Aspek ............................................................................................. 87 Gambar 4. 7 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Materi dalam Evaluasi Satu-Satu .............................................................. 90 Gambar 4. 8 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Desain Pembelajaran dalam Evaluasi Satu-Satu ....................................... 91 Gambar 4. 9 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Implementasi Dalam Evaluasi Satu-Satu ...................................... 91 Gambar 4. 10 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Kualitas Teknis dalam Evaluasi Satu-Satu .................................................. 92 Gambar 4. 11 Grafik Hasil Penilaian Keseluruhan Aspek dalam Evaluasi Kelompok Kecil............................................................................. 95 Gambar 4. 12 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Materi dalam Evaluasi Kelompok Kecil ................................................... 95 Gambar 4. 13 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Materi Dalam Evaluasi Kelompok Kecil .................................................. 96 Gambar 4. 14 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Implementasi Dalam Evaluasi Kelompok Kecil ........................... 97 Gambar 4. 15 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Efisiensi dalam Evaluasi Kelompok Kecil ................................................... 98 Gambar 4. 16 Grafik Persentase Penilaian Setiap Aspek Pada Uji Lapangan ... 100 Gambar 4. 17 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Kemampuan Untuk Dapat Dilaksanakan (Implementability) dalam Uji Lapangan ............................................................................... 101
xiii
Gambar 4. 18 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Kesinambungan (Suistainability) Dalam Uji Lapangan .............. 102 Gambar 4. 19 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Kecocokan Dengan Lingkungan (Appropriateness) Dalam Uji Lapangan ..................................................................................... 102 Gambar 4. 20 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Penerimaan Dan Kemenarikan Dalam Uji Lapangan ................. 103 Gambar 4. 21 Grafik Persentase Nilai Hypermedia Untuk Keseluruhan Indikator Efektivitas oleh Guru pada Evaluasi Sumatif .............................. 106 Gambar 4. 22 Grafik Persentase Nilai Hypermedia Untuk Keseluruhan Indikator oleh Siswa Pada Evaluasi Sumatif .............................................. 107 Gambar 4. 24 Kegiatan Pretest pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil ............ 110 Gambar 4. 25 Kegiatan Pretest pada Tahap Uji Lapangan ................................ 110 Gambar 4. 26 Kegiatan Pretest pada Tahap Evaluasi Sumatif .......................... 111 Gambar 4. 27 Kegiatan Penggunaan hypermedia pada Tahap Evaluasi Sumatif ..................................................................................................... 111 Gambar 4. 28 Kegiatan Posttest pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil ........... 112 Gambar 4. 29 Kegiatan Posttest pada Tahap Uji Lapangan............................... 112 Gambar 4. 30 Kegiatan Posttest pada Tahap Evaluasi Sumatif ......................... 113
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Enam kategori pada dimensi proses kognitif dan proses-proses kognitif terkait .................................................................................... 16 Tabel 3. 1 Desain uji coba produk ....................................................................... 43 Tabel 3. 3 Kisi-kisi angket uji ahli media ........................................................... 46 Tabel 3.4 Kisi-kisi angket uji ahli desain pembelajaran .................................... 47 Tabel 3. 5 Kisi-kisi angket uji ahli materi pembelajaran .................................... 48 Tabel 3. 6 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation)49 Tabel 3. 7 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi kelompok kecil (small group evaluation).......................................................................................... 49 Tabel 3. 8 Kisi-kisi angket uji lapangan siswa .................................................... 50 Tabel 3. 9 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi sumatif guru ............................... 51 Tabel 3. 10 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi sumatif siswa .............................. 51 Tabel 3. 11 Uji coba produk .................................................................................. 53 Tabel 3. 12 Kriteria rating scale ............................................................................ 54 Tabel 3. 13 Kriteria efektivitas berdasarkan hasil belajar kognitif ....................... 55 Tabel 3. 14 Kriteria N-Gain .................................................................................. 56 Tabel 4. 1 Hasil studi literatur (analisa jurnal dan skripsi) ................................. 57 Tabel 4. 2 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek kurikulum (bagian A) ......................................................................... 61 Tabel 4. 3 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek materi fisika (bagian B) ...................................................................... 61 Tabel 4. 4 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek media pembelajaran (bagian C).......................................................... 62 Tabel 4. 5 Contoh hasil perancangan display pada hypermedia ......................... 68 Tabel 4. 6 Contoh hasil perancangan konten hypermedia................................... 71 xv
Tabel 4. 7 Hasil pemilihan software.................................................................... 75 Tabel 4. 8 Tampilan software yang digunakan ................................................... 76 Tabel 4. 9 Hasil proses pembuatan hypermedia .................................................. 77 Tabel 4. 10 Hasil Penilaian hypermedia menurut Ahli Media .............................. 81 Tabel 4. 11 Hasil Kriteria Keseluruhan Indikator oleh Ahli Media ...................... 82 Tabel 4. 12 Hasil kriteria keseluruhan indikator untuk hypermedia alat optik ..... 84 Tabel 4. 13 Hasil kriteria keseluruhan indikator oleh ahli materi ......................... 86 Tabel 4. 14 Hasil Penilaian setiap Aspek Media pada Evaluasi Satu-Satu (One-toOne Evaluation) ................................................................................. 89 Tabel 4. 15 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada evaluasi kelompok kecil ..................................................................... 93 Tabel 4. 16 Hasil uji N-Gain pada evaluasi kelompok kecil................................. 94 Tabel 4. 17 Hasil penilaian setiap aspek media pada evaluasi kelompok kecil .... 94 Tabel 4. 18 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada uji lapangan ............................................................................................. 99 Tabel 4. 19 Hasil uji N-Gain pada uji lapangan .................................................... 99 Tabel 4. 20 Hasil penilaian setiap aspek media pada uji lapangan ....................... 99 Tabel 4. 21 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada evaluasi sumatif ................................................................................ 104 Tabel 4. 22 Hasil uji N-Gain pada uji lapangan .................................................. 105 Tabel 4. 23 Hasil angket penilaian aspek efektivitas oleh guru .......................... 105 Tabel 4. 24 Hasil angket penilaian aspek kepraktisan oleh siswa pada evaluasi sumatif .............................................................................................. 106 Tabel 4. 25 Hasil angket penilaian aspek kepraktisan oleh guru ........................ 107
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar wawancara guru ................................................................. 128 Lampiran 2 Angket siswa pada studi pendahuluan ............................................. 132 Lampiran 3 Lembar validasi ahli media.............................................................. 141 Lampiran 4 Hasil validasi ahli media.................................................................. 151 Lampiran 5 Angket validasi ahli desain pembelajaran ....................................... 158 Lampiran 6 Hasil validasi ahli desain pembelajaran........................................... 170 Lampiran 7 Angket validasi ahli materi .............................................................. 176 Lampiran 8 Hasil validasi ahli materi ................................................................. 184 Lampiran 9 Angket evaluasi satu-satu ................................................................ 193 Lampiran 10 Angket evaluasi kelompok kecil.................................................... 202 Lampiran 11 Angket uji lapangan ....................................................................... 212 Lampiran 12 Hasil evaluasi sumatif .................................................................... 225 Lampiran 13 Story board media pembelajaran hypermedia ............................... 235 Lampiran 14 Instrumen tes.................................................................................. 243 Lampiran 15 Saran dan revisi media pembelajaran hypermedia ........................ 256 Lampiran 16 Lembar Kendali ............................................................................. 261 Lampiran 17 Surat penelitian .............................................................................. 265 Lampiran 18 Uji Referensi .................................................................................. 269
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang dibutuhkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter, mental dan potensi manusia. Melalui pendidikan, siswa diharapkan dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berkompeten. Permendikbud No.21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa kebutuhan kompetensi masa depan siswa ialah siswa yang dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS).1 Namun siswa masih kurang didorong untuk dapat menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi.2 Siswa kesulitan dalam menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini didasarkan peneltian Trends in International Mathematic and Science Study (TIMSS) dan The Programme for International Student Assessment (PISA). TIMSS menunjukkan persentase jawaban benar siswa pada soal pemahaman (C2) selalu lebih tinggi dibandingkan pada soal penerapan (C3) dan penalaran (C4)3. PISA menunjukkan siswa Indonesia hanya mendapat peringkat ke-64 dari 72 negara.4 Hal ini juga mengindikasikan kesulitan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi mengingat soal-soal PISA tidak hanya menuntut kemampuan dalam penerapan konsep saja, tetapi juga kemampuan analisis, evaluasi, dan kreasi dalam
Kemendikbud, ”Permendikbud No.21 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”, 2016, h.2 2 Ririn Handayani dan Sigit Priatmoko, “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 7, No. 1, 2013, h. 955 3 Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati, “Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.1 No.2, 2013, h.18 4 OECD, “Program for International Student Assesment (PISA) 2015”, 2016, pp. 4 1
1
2
pengerjaannya5. Salah satu penyebab rendahnya prestasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada taraf internasional ini adalah kurang dilibatkannya siswa dalam pembelajaran fisika6. Peran siswa yang tidak terlibat dalam proses pencarian informasi akan membuat siswa bosan.7 Hal ini tentunya akan menghambat motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa kesulitan dalam memperoleh kemampuan berpikir yang lebih tinggi. Siswa perlu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya. Jika tidak, maka hal ini akan berdampak negatif bagi siswa. Siswa akan memiliki memori jangka pendek saat belajar, artinya siswa akan mudah hafal tetapi cepat lupa terhadap materi yang dipelajarinya.8 Hal ini juga akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Pada saat ini Indonesia terpuruk di peringkat paling bawah pada hampir semua jenis kompetensi yang diperlukan orang dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat.9 Solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah dengan menggunakan media pembelajaran hypermedia. Menurut Sesemane, media pembelajaran hypermedia memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai macam informasi dengan cara mereka sendiri.10 Media pembelajaran hypermedia juga dapat menjadikan pembelajaran mengasyikkan, siswa mendapat kesempatan untuk melibatkan minatnya lebih
Dian Kurniati dkk, “Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 20, No 2, 2016, h. 143 6 Wulandari Fitriani, dkk., “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Fisika Untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill) Siswa SMA”, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika Vol.2, 2017, h. 37 7 Wahyuni Fajar Arum, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) dengan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Fisika di Kelas VIII SMP”, Jurnal Pembelajaran Fisika, Volume 1, 2012, h. 138 8 Rini Julistiawati dan Bertha Yonata,” Keterampilan Berpikir Level C4, C5, & C6 Revisi Taksonomi Bloom Siswa Kelas X-3 Sman 1 Sumenep Pada Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol. 2 No.2, 2013, h. 58 9 OECD, “Skills Matter : Further Results From The Survey of Adult Skill”, Laporan Hasil PIAAC, 2016. pp. 3-4 10 Hayatul Mardiah “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI Pada Konsep Gerak Lurus”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. 21 5
3
jauh.11 Media pembelajaran hypermedia juga efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir. Siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia memberikan rata-rata prestasi belajar pada ranah kognitif yang lebih baik daripada media riil.12 Siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam pemecahan masalah dibandingkan dengan siswa yang menggunakan power point.13 Siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia mengalami peningkatan dalam berpikir kreatif.14 Media pembelajaran hypermedia yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa perlu diterapkan pada materi alat optik. Materi alat optik yang bersifat abstrak menjadikan siswa kesulitan dalam memvisualisasikan materi tersebut sehingga siswa kurang dapat menyelesaikan soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi.15 Waktu yang tersedia di kelas juga tidak cukup bagi siswa untuk dapat menangkap pemahaman yang benar tentang kinerja alat optik.16 Siswa juga mengalami kesulitan dalam menguasai beberapa materi yang berkaitan dengan cahaya, misalnya membedakan antara bayangan maya dan bayangan nyata baik pada cermin maupun pada lensa. 17 Materi alat optik merupakan salah satu materi yang dapat menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Kurikulum 2013 revisi menyatakan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi alat optik adalah menganalisis cara kerja alat optik
Tri Lukitaningsih, “Pembelajaran Biologi dengan Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar”, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, h. 44 12 Erlin Montu, dkk., “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil Ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal”, Jurnal Inkuiri, Vol. 1, 2012, h. 10. 13 Bunga Dara Amin dkk, “The Development of Physics Learning Instrument Based n Hypermedia and Its Influence on The Student Problem Solving Skill”, Journal of Education and Practice, 2016 h. 27 14 I.G.Ngr.Hari Yuda dkk. “Pengembangan E-Learning Fisika dalam Bentuk Website Berorientasi Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kreativitas Siswa Kelas XI IPA”, E-Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 2014, h.9 11
15
Ava Nugraha dan Tatang, Guru SMA, Wawancara, Karawang, November, 2016. Wiji Lestari, Multimedia Pembelajaran Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Prestasi dan Minat Siswa dlaam Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA, 2016, h.2 17 Iwan Arisanto, dkk “Pengembangan Bahan Ajar Integratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA Materi Optik” Universitas Negeri Malang, h.2 16
4
menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. Kemampuan menganalisis tersebut termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom revisi. Untuk itu diperlukan media pembelajaran hypermedia pada materi alat optik. Pengembangan media pembelajaran hypermedia yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sangat penting. Melalui penggunaan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam konteks yang benar akan mengajarkan kepada siswa kebiasaan berpikir secara mendalam, kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang, dan dapat dipertanggung jawabkan.18 Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan memiliki nilai tambah dibandingkan penelitian sebelumnya. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Media pembelajaran tersebut memiliki karakteristik: menggunakan pendekatan saintifik, memberi soal-soal latihan berpikir tingkat tinggi, dan menciptakan pembelajaran yang bermakna. Melalui media pembelajaran hypermedia yang menggunakan pendekatan saintifik, siswa dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tingginya.19 Melalui pelatihan soal-soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa akan terbiasa berpikir secara mendalam untuk memecahkan persoalan yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi20 Melalui pembelajaran yang bermakna, siswa dapat mengingat lebih lama materi yang dipelajarinya.21 Karakteristik hypermedia tersebut dapat membantu siswa dalam memperoleh kemampuan berpikir tingkat tinggi. Peneliti melihat bahwa perlu adanya pengembangan media pembelajaran hypermedia untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.. Lambertus, “Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD” Vol. 28, 2, 2009, h. 36 19 Desy Eka Wahyuni, dan Alimufi Arief, “implementasi pembelajaran scientific approach dengan soal higher order thinking skill pada materi alat-alat optik kelas x di sma nahdlatul ulama’ 1 gresik”, jurnal inovasi pendidikan fisika, vol. 04 no. 03, september 2015, h. 1 20 Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati ,”Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.1, 2, 2013, h.18 21 Fitriani, Subaer, dan Nurhayati, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Higher Order of Thinking Skills (HOTS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa SMA Menyelesaikan Soal Fisika”, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 2013, h. 130 18
5
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Hypermedia untuk Meningkatkan High Order Thinking Skill pada Materi Alat Optik SMA”.
B. Identifikasi Masalah 1. Rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2. Kurang dilibatkannya siswa dalam proses pencarian informasi pada pembelajaran. 3. Seringnya rasa bosan yang muncul pada diri siswa saat belajar. 4. Siswa mengalami kesulitan pada materi alat optik. 5. Media pembelajaran hypermedia yang sudah banyak digunakan/dikembangkan oleh peneliti lain belum ada yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi secara umum, baru bersifat khusus pada aspek tertentu saja.
C. Pembatasan Masalah Luasnya cakupan masalah yang muncul, maka diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi oleh: 1. Pengujian terhadap aspek HOTS yang diteliti menggunakan soal dari C4 sampai C6. 2. Pengujian terhadap perangkat lunak yang dibuat, hanya meliputi pengujian produk, kesesuaian produk dengan standar atau kriteria kelayakan media pembelajaran. Tidak diuji pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. 3. Media yang dikembangkan khusus untuk offline. 4. Metode penelitian pengembangan yang dilakukan menggunakan penelitian pengembangan yang mengacu pada penelitian pengembangan Jan Van Den Akker.
D. Perumusan Masalah Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1.
Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran hypermedia?
6
2.
Apakah media pembelajaran hypermedia sudah dapat dikatakan layak?
3.
Apakah media pembelajaran hypermedia sudah dapat dikatakan efektif?
4.
Apakah media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan sudah praktis dalam pengimplementasikannya?
E. Spesifikasi Produk yang dihasilkan Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan hanya dapat ditampilkan pada komputer atau laptop. 2. Materi pada program media pembelajaran hypermedia ini disajikan melalui pendekatan scientific approach. 3. Program yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran hypermedia adalah Software Adobe Flash Profesional CS 5, Audacity, Adobe Photoshop CS 6, Corel Draw X7, Camstasia Recorder, serta Microsoft Power Point. 4. Soal-soal pada media pembelajaran menekankan pada aspek HOTS. 5. Media pembelajaran hypermedia dirancang untuk dapat meningkatkan HOTS.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tahap-tahap yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran hypermedia (dapat memberikan informasi ke peneliti lain). 2. Mengetahui apakah media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan sudah dapat dikatakan layak. 3. Mengetahui apakah media pembelajaran hypermedia sudah efektif. 4. Mengetahui apakah media pembelajaran hypermedia sudah praktis dalam pengimplementasiannya.
G. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, penulis mengharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat diantara lain, yaitu :
7
1. Bagi siswa, penelitan ini dapat menjadi solusi dari permasalahan siswa dalam memahami materi alat optik, dapat menjadikan siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi, menyediakan media pembelajaran yang menarik, membantu siswa yang memiliki keterbatasan dalam pencapaian kognitif di kelas karena materi juga dapat diakses dirumah, mempermudah siswa dalam mencari bahan ajar jika tidak dapat belajar di sekolah, menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran, dapat mengakomodir siswa dengan kemampuan kognitif yang berbeda (slow learner dan fast learner). 2. Bagi guru, penelitian ini menjadi solusi dalam meningkatkan HOTS siswa, dapat menjadi media pembelajaran alternatif dalam menyampaikan materi, membantu guru jika berhalangan hadir di kelas, membantu guru dalam mengakomodir siswa dengan kemampuan kognitif yang berbeda (slow learner dan fast learner). 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan informasi ke peneliti lain, dan dapat menjadi referensi dalam mengembangkan media pembelajaran hypermedia agar tercipta media pembelajaran hypermedia yang lebih baik lagi. 4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu sekolah dalam menjadikan siswa yang berkompeten sehingga dapat bersaing secara nasional maupun internasional, dan dapat menjadi media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis 1. Media pembelajaran a. Pengertian media pembelajaran Media pembelajaran terdiri dari dua suku kata, yaitu media dan pembelajaran. Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. 22 Media juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber (pemberi pesan) secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.23 Media dapat disimpulkan sebagai perantara dalam menyampaikan pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan. Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction. Istilah ini menempatkan siswa pada sumber kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam mengajar.24 Menurut Woolfok, pembelajaran adalah proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan dan tingkah laku yang kekal.25 Pembelajaran dapat disimpulkan sebagai proses perolehan pengetahuan yang dapat
22
Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 3 Yudhi Munadi, Media pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Baru, 2008), h. 7-8 24 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penidikan (Bandung: Fajar Interprtama Mandiri, 2006), h. 102 25 Ahmad Johari Sihes, Konsep Pembelajaran, (http://eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf) 23
8
9
dimanifestasikan sebagai perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan hasil dari proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat disimpulkan dari dua suku kata yang telah dijabarkan. Media pembelajaran merupakan perantara yang dapat menyampaikan pesan berupa informasi dan pengetahuan dalam pembelajaran demi membantu dan mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat menjadi sumber informasi atau alat bantu dalam menyampaikan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan menarik.
b. Fungsi media pembelajaran Terdapat dua analisis fungsi media pembelajaran. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada medianya. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunanya. Pertama, analisis fungsi berdasarkan media pembelajaran, yakni 1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, 2) fungsi semantik, dan 3) fungsi manipulatif. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunanya (siswa), yakni 4) fungsi psikologis, dan 5) fungsi sosio kultural. 26 Berikut ini penjelasannya: 1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar; secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. 2) Fungsi semantik; yakni kemampuan media dalam menambah pembendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (message) yang tidak dapat dipisahkan. 3) Fungsi manipulatif; fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batasbatas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. 4) Fungsi psikologis; a) fungsi atensi; media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media 26
Yudhi Munadi, op.cit h. 36
10
pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa; b) fungsi afektif; fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan siswa tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya; c) fungsi kognitif; siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam pikiran kognitifnya; d) fungsi imajinatif; media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Seniman Leonardo Da Vinci merupakan contoh orang yang memiliki imajinasi dan fantasi yang sangat tinggi. Jauh sebelum helikopter dan pesawat terbang ada sekarang, Leonardo Da Vinci sudah menuangkannya dalam bentuk gambar; e) fungsi motivasi; motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 5) Fungsi sosio-kultural; fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Sedangkan di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinya (guru) baik adat, budaya, lingkungan, dan pengalamannya berbeda dengan para siswanya. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.27
27
Yudhi Munadi, op.cit., h. 36-48
11
2. Hypermedia a. Pengertian hypermedia Hypermedia merupakan salah satu jenis multimedia. Hypermedia adalah pendekatan berbasis komputer untuk manajemen informasi multimedia dimana data disimpan dalam jaringan node yang dihubungkan dengan link.28 Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang memungkinkan gambar, film, dan animasi flash untuk dihubungkan dengan konten lainnya.29 Hypermedia dapat disimpulkan sebagai salah satu jenis multimedia yang memungkinkan gambar, film, dan animasi untuk dapat dihubungkan dengan konten lainnya menggunakan link. Hypermedia mengacu pada penggunaan perangkat lunak (software) komputer yang menggunakan elemen dari teks, grafik, video dan audio yang dihubungkan pada suatu jalur (link) dengan cara mempermudah pengguna (siswa) untuk beralih dari suatu informasi ke informasi lainnya.30 Dalam hypermedia, pengarang dapat membuat suatu korpus materi yang berkaitan yang meliputi teks, grafik, grafik/gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain.31 Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hypermedia merupakan multimedia yang dapat membuat suatu gabungan dari berbagai media yang saling berkaitan meliputi teks, grafik, gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain dengan disertai link dan nodes.
b. Hypermedia dalam pembelajaran Media pembelajaran hypermedia merupakan media pembelajaran yang dapat dirancang untuk membantu siswa dalam pembelajaran. Media pembelajaran hypermedia didasarkan pada teori kognitif tentang bagaimana struktur pengetahuan seseorang dan bagaimana mereka belajar. Media pembelajaran hypermedia
28
Bambang Eka Purnama, Konsep Dasar Multimedia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),
h. 5 29
Muchammad Naseer dan Gede Harsemadi, Sistem Multimedia, (Yogyakarta: ANDI, 2013), h. 18 30 M. Iksan Ansori, dkk., “Efektivitas pembelajaran Hypermedia dan Slide Powerpoint Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan Visuospasial”, Jurnal Teknologi Pendidikan dan pembelajaran, Vol. 1, 2013, h. 324 31 Arsyad, op. cit., h. 37
12
dirancang untuk menyerupai cara seseorang dalam mengatur informasi dengan konsep-konsep dan dari informasi yang mereka peroleh.32 Siswa dapat memilih jalan khusus sesuai dengan gaya belajar dan memproses informasinya sendiri.33 Terdapat beberapa hal penting yang dimiliki media pembelajaran hypermedia dalam proses pembelajaran, yaitu : 1) Media pembelajaran hypermedia mengizinkan adanya adaptasi antar siswa. 2) Media pembelajaran hypermedia menyediakan mekanisme-mekanisme pendukung yang diarahkan untuk memperkuat ide-ide dan konsepkonsep terkait dengan materi ajar. 3) Media pembelajaran hypermedia juga menyediakan adanya umpan balik dari sistem sehingga siswa bisa mengetahui apakah jawaban mereka tepat atau tidak. 4) Media pembelajaran hypermedia menawarkan adanya kemungkinan evaluasi permanen siswa. 5) Media pembelajaran hypermedia dapat membiarkan siswa untuk mengontrol sistem dengan bebas. 6) Media pembelajaran hypermedia dapat dihubungkan ke internet. 34 c. Kelebihan dan kekurangan hypemedia Terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan hypermedia, diantaranya adalah : 1) Pembelajaran menjadi mengasyikkan, di mana siswa mendapat kesempatan untuk melibatkan minatnya lebih jauh. 2) Multisensori yaitu menggabungkan suara dan gambar bersama teks akan dicamkan ke otak. 3) Berkaitan, dengan menggunakan tombol, siswa dapat menghubungkan ide-ide dari sumber-sumber media yang berbeda. 4) Individualisasi, memungkinkan siswa untuk mencari informasi sendiri. 5) Membangun struktur mental siswa berdasarkan eksplorasinya.35 Menurut Sesemane, kelebihan dan kekurangan media pembelajaran hypermedia sebagai berikut:36
32
M. Ikhsan Ansori, dkk, op.cit., h. 324-325 M. Ikhsan Ansori, dkk, op.cit., h. 324 34 Jose Chamoso Sanchez, et al., Designing Hypermedia Tools for Solving Problems in Mathematics, Journal of Computers & Education, 38, 2002, pp. 305. 35 Tri Lukitaningsih, “ pembelajaran Biologi dengan Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar”, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, h. 44 36 Hayatul Mardiah, op.cit., h. 21 33
13
Kelebihan
Kekurangan
1. Multiple perspective
1. Perbedaan latar belakang siswa
Pembelajaran menggunakan hypermedia menyediakan lingkungan yang sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Lacy dan Wood berpendapat bahwa pembelajaran berbasis hypermedia adalah bentuk media non-linear yang memungkinkan para siswa untuk mengeksplorasi berbagai macam informasi dengan cara mereka sendiri.
Kebanyakan pengguna sistem hypermedia tidak mendapatkan manfaat dari media ini jika mereka tidak memiliki keahlian dalam mengoperasikan komputer. Menurut Yang, sistem hypermedia menyediakan hubungan antar siswa, guru dan informasi dasar. Kemampuan pengontrolan diri masing-masing siswa adalah sebuah faktor penting dalam membangun keberhasilan penerapan dan integrasi dari pembelajaran menggunakan hypermedia ke dalam kurikulum.
2. Pembelajaran kolaborasi
2. Disorientasi
Pembelajaran hypermedia memungkinkan adanya komunikasi interaktif dan menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif. Menurut Tunner dan Dipinto, dalam pembelajaran menggunakan hypermedia siswa-siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif mereka yang kompleks, seperti memecah sebuah topik ke dalam subtopik-subtopik.
Heller menyatakan bahwa kekurangan dari struktur hypermedia adalah membuat pengguna (siswa) menjadi bingung pada saat mereka mecoba untuk mengakses informasi. Selain itu, kebebasan lingkungan yang ditawarkan lewat hypermedia barangkali membuat siswa fokus pada informasi yang tidak berpusat pada tujuan pembelajaran guru. Oleh sebab itu, penting untuk menganalisis sikap atau kemampuan siswa sebelum mendesain hypermedia dalam pembelajaran.
3. Learner-orientation (berorientasi pada siswa) Hypermedia menyediakan sebuah lingkungan kontrol tinggi dimana siswa-siswa dimungkinkan untuk membuat keputusan-keputusan mengenai cara-cara mana saja yang harus mereka ikuti. Steinberg menjelaskan bahwasanya
3. Kelebihan informasi Berge menyatakan bahwa ketika informasi yang terlalu banyak harus diterima siswa maka waktu belajar yang dibutuhkan akan bertambah dan motivasi belajar akan menurun.
14
meningkatkan kontrol siswa dapat membuat mereka semakin termotivasi. 4. Interdisciplinary Learning 4. Ketidakefektifan pengguna Hypermedia mempresentasikan suatu materi pembelajaran melalui basis data informasi, hubungan dan alat navigasi interaktif. Gilbert dan Moore mengemukakan bahwa ketika hypermedia dikombinasikan dengan internet maka hal ini dapat memungkinkan semua individu untuk mengirim file-file (data-data) dan informasi dari jutaan sumber dengan menggunakan browser.
Berge menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan hypermedia tidak seperti pembelajaran konvensional. Hypermedia menyediakan lingkungan belajar yang interaktif dan siswa mengontrol penuh dalam penggunaan sistem. Ketidaksesuaian interaksi penggunaan dapat menyebabkan hilangnya perhatian siswa, kebosanan, informasi yang berlebihan.
d. Pembuatan media pembelajaran hypermedia Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran hypermedia diantaranya: 1) Misi atau tujuan dari mata pelajaran itu sendiri, materi subjek, pendekatan, metode, bentuk tampilan program dan pemilihan software yang akan digunakan. 2) Software media pembelajaran hypermedia harus memperhatikan urutan presentasi materi dan urutan kegiatan belajar. Software harus menyediakan fasilitas seperti indeks, peta isi, keluar masuk setiap saat menuju indeks atau peta, meloncat ke depan atau belakang dari posisi yang dihadapi, serta menelusuri informasi sepanjang presentasi. 3) Materi disajikan dalam bentuk multimedia yang meliputi teks, gambar, foto, animasi dan suara. Animasi yang digunakan, baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run (loop) atau diaktifkan melalui penekanan tombol, juga bisa berupa animasi interaktif. Hal ini memungkinkan pengguna (siswa) berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. 4) Urutan kegiatan belajar meliputi melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan dan mengerjakan evaluasi.
15
5) Penggunaan suara dititikberatkan pada efek-efek atau ilustrasi yang diharapkan akan memperjelas tampilan.37 3. Kemampuan Berpikir a. Kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif Kategori-kategori
pada
dimensi
proses
kognitif
merupakan
pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan.38 Kategori-kategori ini merentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan, yaitu mengingat, kemudian memahami dan mengaplikasikan, ke proses-proses kognitif yang jarang dijumpai, yakni menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Mengingat berarti mengambil pengetahunan tertentu dari memori jangka panjang. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagianbagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Mengevaluasi ialah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.39 Setiap kategori ini terdiri dari dua atau lebih proses kognitif yang lebih spesifik, yang kesemuanya berjumlah 19 dan dideskripsikan dalam kata kerja seperti pada tabel berikut: 40
37
Iwan Permana Suwarna, Model pembelajaran Fisika Interaktif Melalui Program Macromedia Flash (Computer Based Instruction) Suatu Alternatif dalam pembelajaran Fisika, 2015, (http://iwanpermana.blogspot.nl/2007/02/). 38 Anderson, L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R.,.Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, (New York: Addison Valley, 2015) h.43. 39 Anderson, Ibid, h. 43 40 Anderson, Ibid, h. 44
16
Tabel 2.1 Enam kategori pada dimensi proses kognitif dan proses-proses kognitif terkait Kategori proses Proses kognitif dan Contohnya 1. Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang (Mengenali tanggal terjadinya peristiwa1.1 Mengenali peristiwa penting dalam sejarah Indonesia) (Mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia) 2. Memahami – Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. (Memparafrasekan ucapan dan dokumen penting) 2.1 Menafsirkan 1.2 Mengingat kembali
2.2 Mencontohkan
(Memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis)
2.3 Mengklasifikasikan
(Mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan)
2.4 Merangkum
(Menulis ringkasan pendek tentang peristiwaperistiwa yang ditayangkan di televisi)
2.5 Menyimpulkan
(Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya)
2.6 Membandingkan
(Membandingkan peristiwa-peristiwa dengan kedaan sekarang)
2.7 Menjelaskan
(Menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwaperistiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia)
sejarah
3. Mengaplikasikan – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. (Membagi satu bilangan dengan bilangan lain, 3.1 Mengeksekusi kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit) 3.2 Mengimplementasikan
(Menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat
4. Menganalisis – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan (Membedakan antara bilangan yang relevan dan 4.1 Membedakan bilangan yang tidak relevan dalam soal matematika cerita)
17
Kategori proses
Proses kognitif dan Contohnya
4.2 Mengorganisasi
(Menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis)
4.3 Mengatribusikan
(Menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik penulis)
5. Mengevaluasi – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar (Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan 5.1 Memeriksa seorang ilmuwan sesuai dengan data-data amatan atau tidak) 5.2 Mengkritik
(Menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah)
6. Mencipta – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (Merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab 6.1 Merumuskan terjadinya suatu fenomena) 6.2 Merencanakan
(Merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu)
6.3 Memproduksi
(Membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan)
b. Kemampuan berpikir tingkat tinggi Keterampilan berpikir ialah istilah yang melibatkan dimensi beberapa proses kognitif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.41 Dalam taksonomi bloom, ranah kognitif secara umum dibedakan menjadi dua kategori yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (lower order thinking) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Kemampuan yang termasuk LOT adalah kemampuan mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying), sedangkan, HOT meliputi
Susan Brookhart,”How to assess Higher Order Thinking Skilss In Your Classroom”, (Alexandria:ASCD.2010) h. 4 41
18
kemampuan
menganalisis
(analyzing),
mengevaluasi
(evaluating),
dan
menciptakan (creating)42. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang pertama ialah kemampuan menganalisis. Menganalisis ialah usaha untuk mengurai suatu materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan bagian hubungan antara bagian tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan. Pada kategori ini terdapat tiga sub kategori yaitu membedakan, mengorganisasi dan menghubungkan. Membedakan merupakan proses memisahkan beberapa bagian dari penyusunnya berdasarkan tingkat hubungan dan pentingnya bagian tersebut. Proses ini terjadi pada saat seseorang mampu memisahakan sesuatu yang saling berhubungan dan yang tidak atau yang penting dan yang tidak. Kata kerja operasional yang biasa digunakan pada kategori ini ialah membedakan, memisahkan, memfokuskan dan memilih. Mengorganisasi adalah proses mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk dan mengenali korelasi antar unsur tersebut. Kemudian disusun menjadi satu kesatuan secara sistematis. Proses ini biasanya terjadi bersamaan dengan proses membedakan. Kata kerja operasional yang sering digunakan ialah menemukan koherensi, mengintegerasi, menggarisbawahi, menguraikan dan menyusun. Menghubungkan merupakan proses mengaitkan suatu bagian dengan bagian yang saling terkait dan menentukan maksud dari pertanyaan yang diberikan. Kata kerja operasional yang sering digunakan ialah menghubungkan, mengaitkan dan menguraikan.43 Kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi kedua ialah kemampuan mengevaluasi. Mengevaluasi dapat diartikan sebagai tindakan membuat suatu penilaian yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Pada kategori ini hanya dibagi menjadi dua sub kategori yaitu kemampuan memeriksa dan mengkritik. Perbedaan kedua kemampuan ini didasarkan pada kriteria penilaian yang dibutuhkan, kemampuan memeriksa didasari pada kriteria penilaian internal, sedangkan kemampuan mengkritik didasari penilaian eksternal. Memeriksa merupakan proses pengujian hipotesis atau pernyataan yang berhubungan dengan 42 43
Brookhart, op.cit., h. 5. Anderson, Op.Cit., h. 79
19
suatu fenomena. Pengujian ini berupa penyelidikan apakah suatu data dapat mendukung atau malah bertentangan data yang lain. Kata kerja operasional pada sub kategori ini adalah mengkoordinasikan, mengatur, mendeteksi, menguji dan memonitori. Megkritik merupakan kemampuan menilai dan mengkoreksi suatu peoses berdasarkan kriteria-kriteria eksternal yang ada. Di dalam proses ini, siswa dapat membedakan mana sifat positif dan sifat negatif pada suatu produk atau kasus. Kata kerja operasional yang biasa digunakan ialah, mengkritik, menilai, menghakimi, mengkoreksi. 44 Kategori kemampuan kognitif tertinggi pada taksonomi Bloom ialah kemampuan menciptakan. Menciptakan adalah proses mengumpulkan sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang koheren dan fungsional. Pada kemampuan ini terdapat tiga sub kategori yaitu kemampuan memunculkan, merencanakan dan menghasilkan. Memunculkan ialah kemampuan memunculkan suatu kasus dan menentukan semua hipotesis yang berkaitan dengan kasus tersebut. Kata kerja yang sering digunakan ialah membuat hipotesis. Merencanakan merupakan proses merencanakan dan menyusun sebuah solusi yang sesuai dengan kriteria masalah yang ditemukan. Kata operasional yang sering digunakan ialah merencanakan dan merancang. Kategori tertinggi pada taksonomi bloom ialah menghasilkan. Kemampuan ini merupakan proses melaksanakan seluruh perencanaan yang telah dibuat untuk memecahkan masalah. Kata kerja operasional yang sering digunakan ialah menghasilkan, menciptakan dan menyusun.45
4. Definisi Alat-Alat Optik a. Mata Mata merupakan organ tubuh yang digunakkan untuk melihat. Setiap bagian mata memiliki fungsi tersendiri. Bagian-bagian mata ditunjukkan pada gambar berikut ini:
44 45
Anderson, op.cit h. 83. Anderson, op.cit., h. 84.
20
Gambar 2. 1 Bagian-Bagian Mata Sumber: http://www.geraiberas.com/anatomi-mata-manusia.html Bagian depan mata memiliki kelengkungan yang lebh tajam dan dilapisi oleh selaput cahya, disebut kornea. Di belakang kornea terdapat cairan (aqueus humor) yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Lebih ke dalam lagi terdapat lensa yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal, yang disebut lensa kristalin atau lensa mata. Lensa ini berfungsi mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa. Di depan lensa kristalin terdapat selaput yang membentuk celah lingkaran. Selaput ini disebut iris dan befungsi memberi warna kepada mata. Oleh karena itu, kita kenal ada orang bermata biru dan bermata cokelat.46 Celah lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Lebar pupil diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya mengenai mata. Di tempat yang gelap (intensitas cahaya kecil), pupil membesar supaya lebih banyak cahaya yang masuk ke mata. Di tempat yang sangat terang (intensitas cahaya besar), pupil mengecil supaya lebih sedikit cahaya yang masuk ke mata dan mata tidak silau.47 Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata (lensa kristalin) ke permukaan belakang mata, yang disebut retina. Permukaan retina terdiri atas berjuta-juta sel sensisitf, yang karena bentuknya, disebut sel batang dan sel kerucut. Ketika dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim sinyal-sinyal melalui saraf optik ke otak. Di otak, arti bayangan diterjemahkan sehingga kita mendapat kesan
46
Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), hlm.
425 47
Marthen Kanginan, Ibid.
21
melihat benda. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa suatu bayangan nyata benda dapat diterima dengan jelas jika bayangan tersebut jauh di retina.48 Dalam mata, bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik, dan lebih kecil daripada bendanya. Walalupun bayangna pada retina terbalik, bayangan ini ditafsirkan oleh otak sebagai bayangan tegak.49 Mata memiliki jarak bayangan tetap karena jarak antara lensa dan retina sebagai layar adalah tetap. Oleh karena itu, satu-satuya cara agar benda-benda dengan jarak berbeda di depan lensa dapat difokuskan pada retina (menghasilkan bayangan tajam pada retina), jarak fokus lensa harus bisa diatur. Dalam pemfokusan, pengaturan jarak fokus lensa dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata melihat benda yang sangat jauh, otot siliar mengendor penuh (relaks), sehingga lensa mata menjadi paling pipih. Ini berarti, jarak fokus paling panjang. Pada kondisi ini, mata disebut tidak berakomodasi dan sinar-sinar yang berasal dari benda membentuk bayangan tajam pada retina, 50 seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Perbandingan Lensa Mata Relaksasi dan Kontraksi Sumber: http://fisikazone.com/mata/daya-akomodasi-mata/ Ketika benda bergerak lebih mendekat ke mata, otot siliar secara otomatis menegang, sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih pendek dan membuat bayangan tajam kembali di bentuk pada retina. Proses lensa mengubah jarak fokusnya (membuat lensa mata lebih cembung atau lebih pipih) 48
Marthen Kanginan, Ibid. Marthen Kanginan, Ibid.. 50 Marthen Kanginan, Ibid, h. 426 49
22
untuk memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak disebut akomodasi mata. Akomodasi mata terjadi secara cepat, sehingga kita biasanya tidak menyadarinya 51 1) Titik dekat dan titik jauh mata Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan suatu bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot siliar menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata normal memiliki tiitk dekat kira-kira 25 cm.52 Titik jauh mata adalah lokasi paling jauh benda hingga mata yang relaks (mata tidak berakomodasi) dapat memfokuskan benda. Seseorang dengan mata normal dapat melihat benda-benda sangat jauh, seperti planet dan bintang-bintang, dan dengan demikian memiliki titik jauh pada jarak tak berhingga.53
Gambar 2. 3 Jangkauan Penglihatan Sumber: http://www.slideshare.net/edi450/alat-optik-9039366 2) Rabun jauh (miopi) Rabun jauh atau terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas. Keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina. Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa cekung. Lensa cekung akan memancarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata, sehingga bayangan jauh tepat pada retina.54
51
Marthen Kanginan, Ibid.,. Marthen Kanginan, Ibid, hlm. 427 53 Marthen Kanginan, Ibid.. 54 Marthen Kanginan, Ibid.. 52
23
Gambar 2. 4 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cekung Sumber: https://fisikafitri.wordpress.com/2010/12/07/alat-optik-2/ 3) Rabun dekat (hipermetropi) Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tak berhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina. Cacat mata hipermetropi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata sehingga bayangan jauh tepat pada retina.55
Gambar 2. 5 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cembung Sumber: https://sakitmatasehatmata.wordpress.com/2013/01/
55
Marthen Kanginan, Ibid, hlm. 430
24
4) Mata tua (presbiopi) Pada penderita ini, daya akomodasi berkurang akibat bertambnya usia. Oleh karena itu, letak titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi, mata tua (presbiopi) adalah cacat mata akibat berkurangnya daya akomodasi pada usia lanjut. Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu untuk melihat jauh dan untuk membaca. Jenis kacama yang berfungsi rangkap ini disebut kacamata bifokal.56
5) Astigmatis Cacat mata astigmatis disebebkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada bidang lainnya (bidang silinder). Akibatnya, benda titik difokuskan sebagai garis pendek. Cacat mata astigmatis dapat ditolong dengan menggunakan kacamata silindris.57
b. Kamera Pola kerja kamera mirip dengan mata kita. Jika pada mata, jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak fokus lensa mata sesuai dengan jarak benda yang diamati, pada kamera, jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan sesuai dengan jarak benda yang difoto. Jarak bayangan, yaitu jarak antara film dan lensa, diatur dengan menggerak-gerakkan lensa kamera.58
56
Marthen Kanginan, Ibid, h. 431 Marthen Kanginan, Ibid. 58 Marthen Kanginan, Ibid, h. 432 57
25
Gambar 2. 6 Bagian-Bagian Kamera Sumber: http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/01/alat-alat-optik-matadan-kacamata-teropong-mikroskop-lup-kamera.html Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap bayangan nyata, pada kamera, yang berfungsi untuk menangkap bayangan adalah film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, pada kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma (aperture). 59
c. Lup Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung. Umumnya, lup digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat kecil.
Gambar 2. 7 (a) Lup (b) Pembentukan Bayangan pada Lup Sumber: http://www.rumus-fisika.com/2014/03/alat-optik-lup.html
59
Marthen Kanginan, Ibid..
26
1)
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x 𝑀𝑎 =
2)
𝑆𝑛 𝑆𝑛 + 𝑓 𝑥
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum 𝑀𝑎 =
3)
𝑆𝑛 +1 𝑓
Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi 𝑀𝑎 =
𝑆𝑛 𝑓
Keterangan: 𝑀𝑎 = perbesaran anguler 𝑆𝑛 = titik dekat mata (m) 𝑓 = jarak fokus lensa (m) 𝑥 = jarak akomodasi (m)
d. Mikroskop Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil, seperti bakteri dan virus. Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung. Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar darpada jarak fokus lensa objektif. 60
Gambar 2. 8 Bagian Bagian Mikroskop Sumber: http://rumushitung.com/2013/06/04/bagian-bagian-mikroskop-danfungsinya/ 60
Marthen Kanginan, Ibid, h. 438
27
Gambar 2. 9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan pada Mikroskop Optik Sumber: http://dipeluksenja.blogspot.co.id/ 1) Perbesaran lensa objektif 𝑀𝑜𝑏 =
′ ′ ℎ𝑜𝑏 𝑠𝑜𝑏 = ℎ𝑜𝑏 𝑠𝑜𝑏
2) Perbesaran Lensa Okuler a) Mata berakomodasi maksimum: 𝑀𝑜𝑘 =
𝑆𝑛 +1 𝑓𝑜𝑘
b) Mata tidak berakomodasi: 𝑀𝑜𝑘 =
𝑆𝑛 𝑓𝑜𝑘
c) Perbesaran total mikroskop: 𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥𝑀𝑜𝑘 d) Panjang mikroskop Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler.61 ′ 𝑑 = 𝑠𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
Panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi ′ 𝑑 = 𝑠𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
Keterangan: 𝑀𝑜𝑏 = Perbesaran Lensa Objektif ′ ℎ𝑜𝑏 = Tinggi bayangan (m) ℎ𝑜𝑏 = Tinggi benda (m) ′ 𝑠𝑜𝑏 = Jarak bayangan (m) 𝑠𝑜𝑏 = Jarak benda (m) 𝑀𝑜𝑘 = Perbesaran Lensa Okuler 𝑆𝑛 = Jarak titik dekat (m) 𝑓𝑜𝑘 = Jarak fokus lensa okuler (m) 61
Marthen Kanginan, Ibid, h. 439
28
e. Teropong Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. 62 1) Teropong bintang
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Teropong Bintang Sumber: http://www.sentercree.com/product/170/350/MEMILIH-TELEBINTANG#/image-product/img1720-1373462377.jpg
Gambar 2.11. Pembentukan Bayangan pada Teropong Bintang Sumber: https://studentspy.wordpress.com/2011/07/22/teropong/ Panjang teropong 𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘 Perbesaran teropong 𝑀= 62
Marthen Kanginan, Ibid, h. 443
𝑓𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘
29
Keterangan: 𝑑= panjang teropong (cm) 𝑀 = perbesaran teropong 𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm) 𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (cm) 2) Teropong bumi Teropong bumi menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di antara lensa objektif dan lensa okuler yang akan menghasilkan bayangan akhir yang tegak terhadap arah benda semula dan lensa cembung ketiga ini disebut lensa pembalik.
Gambar 2. 12 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Tak Berakomodasi) Sumber: http://www.sainsilmu.com/2015/04/alat-optik-teropong-dan-bagianbagianya.html
Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Berakomodasi) Sumber: http://rumushitung.com/2013/10/21/macam-macam-alat-optik-part-2/ Panjang teropong bumi 𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
30
Keterangan: 𝑑 = panjang teropong (m)
𝑓𝑝 = jarak fokus lensa pembalik (m) 𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (m) 𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (m)
B. Hasil Penelitan yang Relevan Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengembangan media pembelajaran hypermedia adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Erlin Montu, Widha Sunarno dan Suparmi (2012) yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal”. menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan hypermedia menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media rill. 63 2. Jurnal Bunga Dara Amin dkk. yang berjudul “The Development of Physics Learning Instrument Based Hypermedia and Its Influence on The Student Problem Solving Skill” menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam pemecahan masalah dibandingkan dengan siswa yang menggunakan power point.64 3. Skripsi I.G.Ngr.Hari Yuda dkk. yang berjudul “Pengembangan E-Learning Fisika dalam Bentuk Website Berorientasi Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kreativitas Siswa Kelas XI IPA”, menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia mengalami peningkatan dalam berpikir kreatif.65 Erlin Montu, dkk., “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil Ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal”, Jurnal Inkuiri, Vol. 1, 2012, h. 10. 64 Bunga Dara Amin dkk, “The Development of Physics Learning Instrument Based n Hypermedia and Its Influence on The Student Problem Solving Skill”, Journal of Education and Practice, 2016 h. 27 65 I.G.Ngr.Hari Yuda dkk. “Pengembangan E-Learning Fisika dalam Bentuk Website Berorientasi Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kreativitas Siswa Kelas XI IPA”, E-Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 2014, h.9 63
31
4. Skripsi Ahmad Nurkholis Majid yang berjudul ”Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas X MAN Wonokromo Bantul pada Materi Pokok Konsep Mol” menyatakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan HOTS siswa.66 5. Skripsi Hayatul Mardiah yang berjudul “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI Pada Konsep Gerak Lurus” menunjukkan bahwa penggunaan hypermedia berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep gerak lurus. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada konsep gerak lurus yang menggunakan hypermedia lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa tanpa menggunakan hypermedia.67 6. Jurnal Freddy Mampadi, dkk yang berjudul “Design of Adaptive Hypermedia Learning Systems: A Cognitive Style Approach”, telah mengembangkan sistem pembelajaran hypermedia adaptif yang disesuaikan dengan gaya kognitif siswa. Dalam penelitian ini dilihat pula respon siswa terhadap sistem pembelajaran hypermedia adaptif termasuk kinerja belajar dan persepsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, sistem pembelajaran hypermedia adaptif berpengaruh terhadap gaya kognitif siswa dan meningkatkan pembelajaran siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sistem pembelajaran hypermedia adaptif memiliki pengaruh yang lebih baik pada persepsi siswa daripada kinerja.68 7. Skripsi Anugrah Azhar yang berjudul “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Dualisme Gelombang-Partikel” diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata hasil belajar siswa di kelas kontrol. Hasil belajar siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol pada jenjang kognitif C1 (mengingat), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis), sedangkan pada jenjang kognitif C2 (memahami), kelas kontrol mengalami peningkatan Ahmad Nurkholis Majid ”Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas X MAN Wonokromo Bantul pada Materi Pokok Konsep Mol”, Skripsi pada Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015, h. 85 67 Hayatul Mardiah, op.cit., h. 67 68 Freddy Mampadi, dkk. “Design of adaptive hypermedia learning systems: A cognitive style approach”, Journal Computers & Education, 2010, 1009 66
32
hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Respon siswa terhadap penggunaan hypermedia dalam pembelajaran berada pada kategori baik.69 8. Yildirim dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Hypermedia as a Cognitive Tool: Student Teachers’ Experiences in Learning by Doing”, menyimpulkan bahwa siswa menemukan hypermedia sebagai alat kognitif yang efektif untuk membangun pemahaman tentang konten. Mereka lebih suka pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran, karena mereka lebih aktif dan dapat membangun pengetahuan mereka sendiri. 9. Jurnal Desy Eka Wahyuni dan Alimufi Arief yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Scientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada Materi Alat-Alat Optik Kelas X Di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik” dapat disimpulan bahwa pembelajaran dengan diterapkannya scientific approach dapat melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) siswa kelas X di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.70
C. Kerangka Berpikir Masalah Penelitian Belum
adanya
pemanfaatan
media
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
Studi Literatur Mencari media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Anugrah Azhar yang berjudul “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Dualisme Gelombang-Partikel”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. 81 70 Desy Eka Wahyuni dan Alimufi Arief, “Implementasi Pembelajaran Scientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada Materi Alat-Alat Optik Kelas X Di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 04, 2015, h. 32 69
33
Media pembelajaran hypermedia
Kelebihan Dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa
Membuat media pembelajaran hypermedia
Menguji validitas, efektivitas, dan kepraktisan media pembelajaran Hypermedia yang dikembangkan
Hasil Media pembelajaran hypermedia yang tervalidasi, efektif dan praktis untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kajian teori pertanyaan penelitian dalam pengembangan ini adalah “Apakah produk pengembangan media pembelajaran Hypermedia dapat menjadi media pembelajaran yang efektif, dan praktis bagi guru maupun siswa?”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang efektif untuk digunakan dalam sekolah, bukan untuk menguji suatu teori yang sudah ada. Terdapat dua model dalam penelitian pengembangan, yaitu validation studies, dan development studies. Validation studies merupakan model penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menyangkal teori-teori belajar, sedangkan development studies merupakan model penelitian pengembangan yang bertujuan untuk memecahkan masalah pendidikan menggunakan teori pengetahuan yang relevan.71 Penelitian ini menggunakan model development studies karena peneliti bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang dapat memecahkan masalah yang terdapat di sekolah dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Adapun langkah-langkah dalam model penelitian development studies menurut Akker adalah preliminary research, prototyping stage, summative evaluation, systematic reflection and documentation.
B. Prosedur Pengembangan Tahapan atau prosedur pengembangan media pembelajaran hypermedia pada penelitian pengembangan ini digambarkan dalam bagan berikut ini:
71
Jan van den Akker, et al., Educational Design Research, (New York: Routledge, 2006)
pp. 152
34
35
Gambar 3. 1 Model Pengembangan Development Research 1. Penelitian pendahuluan (prelimenary research) Penelitian pendahuluan melingkupi studi literatur dalam bentuk analisis jurnal dan survei lapangan. Studi literatur bertujuan untuk mengetahui
36
permasalahan yang terjadi di sekolah, sedangkan survei bertujuan untuk mencari informasi tentang permasalahan pada jurnal. Survei yang dilakukan mencakup wawancara guru dan memberikan angket kepada siswa. Peneliti melakukan survei di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Karawang, dan SMA 3 Karawang. Pada tahap survei ini, peneliti melakukan wawancara kepada dua orang guru yaitu Guru SMA 1 Karawang dan Guru SMA 3 Karawang, serta menyebar angket kepada 120 orang siswa dari dua sekolah.
2. Tahap prototipe (prototyping stage) Tahap prototipe merupakan tahap pembuatan dan penyempuranaan prototipe produk yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan. Tahap prototipe ini terdiri dari perancangan pedoman desain, pengoptimalan prototipe, evaluasi formatif (formative evaluation) dan revisi. a. Perancangan pedoman desain 1) Pemilihan materi ajar Peneliti memilih materi alat optik SMA pada kurikulum 2013 revisi dikarenakan adanya permasalahan dan potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi alat optik. Kemudian peneliti mengkaji Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada materi tersebut untuk dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang sesuai. Setelah itu peneliti membuat media pembelajaran hypermedia untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat. 2) Perancangan desain konsep media pembelajaran hypermedia Hypermedia yang dikembangkan memiliki karakteristik tersendiri dari segi tampilan dan konten. Desain hypermedia yang dikembangkan pada segi tampilan dilengkapi dengan penjelasan berupa text, gambar, animasi, video, audio (musik dan dubbing), alur cerita pada apersepsi, contoh soal, dan soal evaluasi yang ditampilkan sampai tahap C6. Pada tahap apersepsi dan video penjelasan, peneliti menggunakan bahasa yang tidak terlalu baku. Hal ini dilakukan agar siswa nyaman dan termotivasi dalam menggunakan media pembelajaran hypermedia. Sedangkan dari segi konten materinya, materi ditampilkan sesuai dengan kompetensi pada
37
kurikulum 2013 revisi. Untuk membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi, media pembelajaran hypermedia dirancang dengan menggunakan pendekatan saintifik, melatihkan soal-soal evaluasi yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menjadikan pembelajaran yang bermakna dalam media pembelajaran hypermedia. Adapun desain media yang akan dikembangkan dapat terlihat seperti gambar berikut ini :
Gambar 3. 2 Gambar Pedoman Desain Hypermedia 3) Perancangan desain software media Desain software media memiliki karakteristik tertentu. Pada saat memulai menjalankan aplikasi akan terlihat screensplash berupa logo UIN Jakarta, setelah itu akan masuk ke halaman untuk mengisikan nama dan kelas kemudian klik “mulai”. Ketika button tersebut di klik maka akan muncul halaman utama. Halaman utama merupakan halaman yang di dalamnya terdapat tombol yang dapat dipilih oleh pengguna. Tombol-tombol tersebut adalah tombol pilihan petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi, soal evaluasi,
38
referensi, dan profil pembuat media. Tombol petunjuk penggunaan berisikan cara penggunaan media. Tombol tujuan pembelajaran berisikan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada media. Tombol peta konsep berisikan peta konsep materi alat optik. Tombol materi berisikan materi alat optik SMA. Tombol soal evaluasi berisikan soal-soal evaluasi dari materi alat optik SMA yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tombol referensi berisikan referensi penulis dalam membuat media. Tombol profil pembuat media berisikan profil pembuat media pembelajaran hypermedia. Media pembelajaran hypermedia yang dibuat menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) untuk menjadikan siswa lebih aktif saat menggunakan media. Pada saat pengguna memilih tombol materi maka media akan menampilkan apersepsi berupa percakapan dari dua karakter kartun untuk menstimulus rasa ingin tahu siswa. Kemudian siswa akan masuk pada tahap pertama pada pendekatan saintifik yaitu mengamati. Pada tahap mengamati siswa akan melihat video tentang sub materi yang akan dipelajari. Setelah itu siswa akan masuk ke tahap kedua yaitu tahap menanya. Pada tahap menanya, siswa harus menajukan pertanyaan mengenai video yang telah disajikan. Tahap ketiga merupakan tahap mengumpulkan informasi. Pada tahap ini siswa akan mengumpulkan informasi mengenai sub materi yang dipelajari. Tahap keempat adalah tahap mengasosiasi. Pada tahap ini siswa akan melihat video penjelasan materi dari peneliti sehingga siswa dapat menarik kesimpulan bersama peneliti melalui video tersebut. Selain itu, siswa juga akan dihadapkan pada contoh soal sehingga dapat menstimulus kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan contoh soal yang ada. Tahap kelima adalah tahap mengkomunikasikan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk mengkomunikasikan pemahamannya dalam bentuk tulisan sehingga siswa dapat mengkontruksi pemahamannya dalam bentuk rangkuman dari suatu materi.
39
Gambar 3. 3 Gambar Pedoman Desain Software Hypermedia
40
b. Pengoptimalan prototipe desain Pedoman desain yang sudah dirancang akan dioptimalkan dengan pemilihan material dan dilanjutkan dengan prosedur pembuatan hypermedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Adapun tahap-tahap di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pemilihan material Pemilihan material merupakan tahap peneliti dalam menentukan bahanbahan dan material yang dibutuhkan seperti perangkat lunak (software) dan perangkat
keras
(hardware). Untuk membuat
hypermedia
ini, peneliti
menggunakan software adobe flash profesional CS 5, audacity, format factory, microsoft power point, dan camstasia studio. 2) Prosedur pembuatan media Tahap pembuatan hypermedia ditunjukkan diagram di bawah ini:
Gambar 3. 4 Flowchart Pembuatan Hypermedia
41
3) Evaluasi formatif (formative evaluation) Tahap evaluasi formatif merupakan tahap mengevaluasi prototipe produk yang telah dibuat. Pada tahap ini prototipe akan diuji dalam beberapa tahapan evaluasi formatif (formative evaluation) dari Martin Tessmer yang terdiri dari uji ahli (expert review), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan uji lapangan (field study).72 Adapun alur formative evaluation sebagai berikut: Expert review Revisi
Small group Revisi evaluation
Revisi
Revisi Field test
One-to-one evaluation
Martin Tessmer, 1993
Gambar 3. 5 Diagram Tahap Evaluasi Formatif 3. Tahap Evaluasi Sumatif (Summative evaluation) Pada tahap ini, hasil prototipe media pembelajaran hypermedia dievaluasi keefektivan dan kepraktisannya. Untuk mengetahui keefektivan produk, siswa diberikan soal pretest-posttest Untuk mengetahui kepraktisan produk, siswa diminta untuk mengisi angket respon mengenai kepraktisan media pembelajaran yang sudah digunakan. Uji keefektivan dan kepraktisan media pembelajaran hypermedia juga diberikan kepada guru berupa angket. Selanjutnya data angket respon siswa, angket respon guru dan hasil pretest-posttest siswa akan diolah untuk mengetahui keefektivan dan kepraktisan dari media pembelajaran hypermedia.
72
Martin Tessmer, Planning and Conducting Formative Evaluations, (London: Routledge, 1993), pp.15
42
4. Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic reflection and documentation) Tahap refleksi sistematik dan dokumentasi adalah tahap akhir dari prosedur pengembangan ini. Tahap ini meliputi penggambaran seluruh mata pelajaran untuk membantu analisis terdahulu, diikuti oleh spesifikasi prinsip-prinsip desain dan artikulasi hubungannya dengan kerangka konseptual.73
C. Desain Uji Coba Uji coba prototipe media pembelajaran hypermedia berada pada tahap evaluasi formatif. Tahap ini mencakup uji validitas penilaian ahli (expert review), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group), dan uji lapangan (field test). Uji coba media ini bertujuan untuk mengetahui apakah media pembelajaran hypermedia sudah dapat dikatakan layak atau tidak dan untuk lebih meyempurnakan produk. Kemudian setelah itu, peneliti melakukan perbaikan produk sebelum meguji kepada guru dan siswa tentang keefektivan dan kepraktisan produk pada evaluasi sumatif (summative evaluation). Tahap pertama uji coba produk adalah expert review dan one-to-one evaluation. Expert review merupakan penilaian yang dilakukan ahli terhadap media, sedangkan one-to-one evaluation merupakan evaluasi media yang diujikan pada siswa tertentu. Pada tahap expert review kali ini, prototipe media peneliti dinilai oleh tiga ahli materi, tiga ahli media, dan tiga ahli desain pembelajaran, sedangkan pada tahap one-to-one evaluation, peneliti mengujikan media pada tiga orang siswa SMAN 1 Karawang. Kemudian siswa akan diberi angket penilaian media sebagai pertimbangan untuk merevisi prototipe media. Setelah tahapan expert review dan one-to-one evaluation selesai, prototipe media akan direvisi. Tahap kedua uji coba produk adalah evaluasi kelompok kecil (small group evaluation). Evaluasi kelompok kecil merupakan evaluasi pada kelompok kecil siswa. Pada tahap evaluasi kelompok kecil kali ini, peneliti mengujikan media pada 12 siswa SMA 1 Karawang. Siswa diberi angket penilaian media dan instrumen tes
73
Jan Van De Akker, et.al, op.cit, pp. 154
43
(pretest dan posttest) untuk mengetahui efektivitas media yang dikembangkan. Setelah tahapan small group selesai, prototipe media akan direvisi lagi. Tahap ketiga uji coba produk adalah uji lapangan (field test). Uji lapangan merupakan tahap pengujian produk di lapangan. Pada tahap ini prototipe yang diujikan sudah menjadi prototipe yang memenuhi seluruh kriteria dan merupakan hasil perbaikan dari revisi-revisi sebelumnya. Pada tahap uji lapangan melibatkan 30 orang siswa SMA 1 Tangerang Selatan. Setelah melalui semua tahap evaluasi formatif maka prototipe akan di evaluasi kepraktisan dan keefektivan pada tahap evaluasi sumatif. Adapun desain uji coba produk di atas digambarkan pada tabel berikut ini: Tahap
Tabel 3. 1 Desain uji coba produk Subjek
Uji validitas ahli
tiga orang ahli media, tiga orang ahli
(expert review)
materi, dan tiga orang ahli desain
Instrumen Angket uji ahli
pembelajaran Evaluasi satu-satu
tiga orang siswa kelas XI MIPA 5
Angket respon
(one-to-one
SMAN 1 Karawang yang terdiri dari
siswa
evaluation)
satu orang siswa berkemampuan tinggi, satu orang siswa berkemampuan sedang dan satu orang siswa berkemampuan rendah
Evaluasi kelompok
12 orang siswa kelas XI MIPA 6
Tes dan angket
kecil (small group
SMAN 1 Karawang yang terdiri
respon siswa
evaluation)
empat orang siswa berkemampuan tinggi, empat orang siswa berkemampuan sedang, dan empat orang siswa berkemampuan tinggi.
Uji lapangan (field
30 orang siswa kelas XI MIPA 4 dan
Tes, angket respon
test)
MIPA 5 SMAN 1 Tangerang
siswa
Selatan. 10 orang siswa berkemampuan tinggi, 10 orang
44
Tahap
Subjek
Instrumen
siswa berkemampuan sedang dan 10 orang siswa berkemampuan rendah.
D. Subjek Uji Coba Subjek uji coba produk media ini terdiri siswa dan tiga guru dari tiga SMA yang berbeda, yaitu SMAN 1 Karawang, SMAN 1 Tangerang Selatan, dan SMAN 29 Jakarta. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa SMA dari ketiga sekolah tersebut. Sampel diambil secara purposive. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.74 Pertimbangan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut memiliki akreditasi yang sama (A), menggunakan kurikulum 2013 revisi, adanya fasilitas yang sudah cukup lengkap seperti tersedianya komputer/laptop di sekolah, dan terdapat siswa yang memiliki komputer/laptop pribadi. Adapun sampel subjek uji coba penelitian secara rinci dijelaskan sebagai berikut. 1. Subjek uji coba pada evaluasi formatif Uji coba pada evaluasi formatif terdiri atas evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan uji lapangan (field test). Pada evaluasi satu-satu melibatkan tiga orang siswa kelas 11 MIPA 5 dari SMAN 1 Karawang yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pada evaluasi kelompok kecil melibatkan 12 siswa kelas 11 MIPA 6 dari SMAN 1 Karawang yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pada uji lapangan (field test), subjeknya adalah 30 siswa (15 siswa XI MIPA 4 dan 15 siswa XI MIPA 5) dari SMAN 1 Tangerang Selatan. 2. Subjek uji coba pada evaluasi sumatif Tahap evaluasi sumatif melibatkan 12 siswa kelas XI MIPA 3 SMAN 29 Jakarta. Untuk respons guru fisika, peneliti memberikan angket tentang keefektivan dan kepraktisan produk pada guru fisika di SMAN 1 Karawang, SMAN 1 Tangsel, dan SMAN 29 Jakarta.
74
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: ALFABETA, 2012), h. 68
45
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen ini bertujuan untuk melihat kriteria kevalidan, keefektivan, dan kepraktisan dari media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara yang digunakan merupakan wawancara terstrukstur dan bersifat terbuka. Pedoman wawancara digunakan pada penelitian pendahuluan. Pedoman digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan di sekolah dan penggunaan media pembelajaran di sekolah. 2. Angket penelitian pendahuluan Angket penelitian pendahuluan menggunakan skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Angket penelitian pendahuluan ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui proses pembelajaran, media pembelajaran
yang
digunakan
dan
penggunaan
komputer/laptop
dalam
pembelajaran di sekolah.
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendahuluan untuk Siswa No. Pernyataan Jumlah No Sub Variabel Indikator Variabel (+) (-) 1 Media Penggunaan media di dalam 1,3 2,4,5 8 pembelajaran yang kelas ,6 digunakan di dalam Media pembelajaran yang 7,8 kelas dibutuhkan siswa di dalam kelas 2 Penggunaan Kepemilikan 9 6 komputer/laptop komputer/laptop pada siswa Penggunaan 10,1 12 komputer/laptop 1 3 Penggunaan Pengetahuan mengenai 13,1 hypermedia hypermedia 4 sebagai media pembelajaran di kelas Jumlah 7 7 14
46
3. Angket uji ahli (expert review) Angket uji ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan (kevalidan) media pembelajaran. Angket penilaian ditujukan kepada ahli media, ahli materi, dan ahli desain pembelajaran fisika SMA. Angket ini bertujuan untuk menentukan apakah media pembelajaran hypermedia yang dibuat sudah layak atau tidak untuk digunakan baik dari segi media, konten dan desain pembelajaran pada media pembelajaran hypermedia tersebut. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rating-scale (skala bertingkat) dengan lima kategori penilaian dari yang tertinggi, yaitu: 4, 3, 2, 1, 0. Adapun kisi-kisi dari angket tersebut digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 3. 3 Kisi-kisi angket uji ahli media No 1
2
Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
Indikator Efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran Reliable (handal) Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah) Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya) Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada) Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain Komunikatif
No. Jumlah Pernyataan 1 2 3 4
5 9 6
7 8 9
10
15
47
No
Aspek Komunikasi visual
Indikator Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan Sederhana dan memikat Visual Layout interactive (ikon navigasi) Ketepatan pemilihan font dan ukuran teks Ketepatan pemilihan audio Kualitas audio Kualitas gambar Kualitas animasi Kualitas audio dan video Jumlah
No. Jumlah Pernyataan 11 12 13 14 15 16 17,20,21 18 19 22,23,24 24
24
Tabel 3.4 Kisi-kisi angket uji ahli desain pembelajaran No. No Aspek Indikator Jumlah Pernyataan 1 Desain Kejelasan tujuan pembelajaran 1 pembelajaran Relevansi tujuan pembelajaran 2 dengan SK/KD/Kurikulum Cakupan dan kedalaman tujuan 3 pembelajaran Kesesuaian materi dengan tujuan 4 pembelajaran Keterlihatan aspek pendekatan 5 saintifik 5 M Kesesuaian materi dan pembahasan contoh soal dengan 6 tingkat perkembangan berpikir siswa 15 Ketepatan penggunaan strategi 7 penyajian Interaktivitas melalui tombol dan 8 animasi Pemberian motivasi belajar melalui apersepsi dan feed back 9 pada soal evaluasi. Kontekstualitas dan aktualitas 10 melalui video dan animasi. Kelengkapan bahan bantuan belajar (audio, gambar, animasi, 11 dan video)
48
No
Aspek
Indikator Kemudahan materi untuk dipahami (Sistematis, runut, alur logika jelas) Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran Keterlihatan stimulus untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui soal evaluasi. Potensi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Jumlah
No. Jumlah Pernyataan 12 13
14
15 15
15
Tabel 3. 5 Kisi-kisi angket uji ahli materi pembelajaran No. No Aspek Indikator Jumlah Pernyataan 1 Materi Kesesuaian gambar, animasi, pembelajaran video pengamatan, dan video 1 penjelasan dengan materi Kejelasan dalam menjelaskan rumus fisika melalui teks atau 2 video penjelasan pada materi Kejelasan contoh soal pada tiap 3 pertemuan Ketepatan jawaban soal evaluasi 4 6 pada tiap pertemuan Ketepatan penyajian (sistematis) dan tidak miskonsepsi pada 5 materi Cakupan dan kedalaman materi (termasuk menghubungkan materi dengan kehidupan sehari6 hari melalui teks atau video pengamatan dan video penjelasan) Jumlah 6 6 4. Angket Respon Siswa dan Guru Angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap beberapa kriteria media pembelajaran pada evaluasi formatif dan kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan pada evaluasi sumatif.
49
Angket respon guru bertujuan untuk mengetahui respon guru terhadap keefektivan dan kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan pada evaluasi sumatif. Angket ini berbentuk rating-scale (skala bertingkat) dengan 5 kategori penilaian dari yang tertinggi, yaitu : 4, 3, 2, 1, 0. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. 6 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation) No. No Aspek Indikator Jumlah Pernyataan 1 Materi (content) Kemudahan memahami materi 1 5 Kejelasan pembahasan materi 2 Kemenarikan penyajian materi 3 Keterkinian (keterbaruan 4 materi) Kontekstual (materi berkaitan 5 dengan kehidupan sehari-hari) 2 Desain Keterbacaan teks pada media 6 3 Pembelajaran Kejelasan tujuan pembelajaran 7 Sistematika materi 8 3 Implementasi Kemudahan penggunaan 9 2 (implementation) Intensitas penggunaan 10 4 Kualitas Teknis Kejelasan cara menggunakan 11 11 media Kualitas media pembelajaran 12 Kemenarikan background 13 Kualitas gambar 14 Kejelasan Animasi 15 Kualitas Audio percakapan 16 Kualitas musik 17 Kualitas video pendahuluan 18 Kualitas audio pada video 19 pendahuluan Kualitas video penjelasan 20 Kualitas audio pada video 21 penjelasan Jumlah 21 21 Tabel 3. 7 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi kelompok kecil (small group evaluation) No. No Aspek Indikator Jumlah Pernyataan 1 Materi (content) Kemudahan memahami materi 1 5
50
2
3
4.
Kejelasan pembahasan materi Kemenarikan penyajian materi Keterkinian (keterbaruan materi) Kontekstualitas (penyajian materi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari) Desain Kemenarikan strategi Pembelajaran pembelajaran (kemenarikan penyampaian materi) Kejelasan tujuan pembelajaran Keterbacaan teks Sistematika materi Implementasi Kemudahan penggunaan (implementation) Pemanfaatan di waktu yang akan datang Intensitas penggunaan Efisiensi Keefisienan dalam menggunakan media (kecukupan waktu untuk memahami materi) Jumlah
2 3 4 5
5
6 7 8 9 10 11 12
Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness)
Penggunaan Media di beberapa variasi lingkungan (ruang kelas, rumah, lab komputer, rumah, dll) Hypermedia ini dapat digunakan di berbagai waktu (pagi, siang, sore, malam)
3
1
12
Tabel 3. 8 Kisi-kisi angket uji lapangan siswa No. Pernyataan No Aspek Indikator Variabel (+) (-) 1 Kemampuan untuk Kemudahan penggunaan 1 2 dapat dilaksanakan 3 (implementability) Intensitas penggunaan 2 Kesinambungan Perawatan dan 4, 5 (sustainability) pemeliharaan media Penggunaan media pada 6 waktu berikutnya 3
4
7
8
12
Jumlah 3
3
3
51
No
4
Aspek
Penerimaan dan Kemenarikan
Indikator Variabel Penggunaan media dalam berbagai situasi gaya belajar siswa Minat belajar siswa Penerimaan Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik Jumlah
No 1
2
No 1
No. Pernyataan (+) (-) 9
11 12,1 3,14
10
Jumlah
7
15, 16
8
8
16
Tabel 3. 9 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi sumatif guru No. Aspek Indikator Jumlah Pernyataan Kepraktisan Kemudahan penggunaan 1 4 (practically) petunjuk aplikasi Pengoperasian saat 2 menggunakan hypermedia Pengoperasian hypermedia di 3 berbagai variasi lingkungan (kelas, lab komputer, rumah, dll) Kemudahan pengoperasian 4 hypermedia di berbagai waktu (pagi, siang, sore, malam) Efektivitas Ketercapaian tujuan 5 4 (efectivity) pembelajaran Kemudahan dalam menjelaskan 6 materi ajar Kemudahan dalam 7 mengevaluasi pembelajaran secara cepat Kemampuan meningkatkan 8 berpikir tingkat tinggi siswa Jumlah 8 8 Tabel 3. 10 Kisi-kisi angket penilaian evaluasi sumatif siswa No. Aspek Indikator Jumlah Pernyataan Kepraktisan Kemudahan penggunaan 1 4 (practically) petunjuk aplikasi
52
Pengoperasian saat menggunakan hypermedia Pengoperasian hypermedia di berbagai variasi lingkungan (kelas, lab komputer, rumah, dll) Kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai waktu (pagi, siang, sore, malam) Jumlah
2 3
4
4
4
5. Tes (pretest dan posttest) Soal pretest dan soal posttest bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Soal ini diberikan pada siswa pada saat evaluasi kelompok kecil, uji lapangan, dan evaluasi sumatif. Soal yang digunakan merupakan soal HOTS yaitu dimulai dari menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Pada soal C4,
terdapat
tiga
aspek
kemampuan
yang
diukur
yaitu
kemampuan
mengartribusikan, membedakan, dan mengorganisasi. Pada soal C5, terdapat dua aspek yang ingin diukur yaitu kemampuan memeriksa dan mengkritik. Pada soal C6, terdapat tiga aspek yang ingin diukur yaitu kemampuan memproduksi, merencanakan, dan merumuskan. Setiap aspek indikator HOTS tersebut diwakilkan oleh satu soal, sehingga terdapat delapan soal yang diujikan pada siswa. Soal yang diberikan merupakan soal tes yang sudah diuji validitasnya.
F. Uji Coba Produk Uji coba produk dilakukan pada tahap evaluasi sumatif. Pada tahap ini, produk yang sudah di revisi pada evaluasi formatif diujikan pada siswa dan guru. Uji coba produk dilakukan pada siswa dan guru untuk mengetahui keefektivan dan kepraktisan produk. Uji coba produk ini melibatkan 12 orang siswa kelas XI dan tiga orang guru. Dua belas siswa tersebut terdiri dari empat siswa kelas siswa berkemampuan tinggi, empat siswa berkemampuan sedang, dan empat siswa berkemampuan rendah. Selain kepada siswa, uji coba produk dilakukan kepada tiga orang guru fisika dari SMAN 1 Karwang, SMAN 1 Tangerang Selatan, dan SMAN 29 Jakarta.
53
Adapun uji coba produk ini dapat digambarkan pada tabel berikut: Tahap Evaluasi sumatif (summative evaluation)
Tabel 3. 11 Uji coba produk Subjek 12 orang siswa kelas XI SMAN 29 Jakarta yang masing-masing terdiri dari empat orang siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Tiga orang guru fisika dari SMAN 1 Karawang, SMAN 1 Tangsel, SMAN 29 Jakarta.
Instrumen Tes, angket respon siswa dan angket respon guru
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh terdiri dari data hasil pendahuluan (wawancara dan angket siswa), angket uji ahli (validitas), angket respon siswa dan guru. Data yang diperoleh dari wawancara akan diolah secara kualitatif sedangkan data yang diperoleh dari angket dengan pertanyaan menggunakan skala Likert dan rating scale. Adapun teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut: 1. Analisis Data Wawancara Guru Hasil wawancara terhadap guru akan dikumpulkan menjadi satu dan diambil kesimpulannya untuk memastikan hasil wawancara secara keseluruhan. 2. Analisis Data Angket Validasi, Angket Respon Siswa dan Guru Data yang dihasilkan dari angket validasi, angket respon siswa dan guru akan dianalisis menggunakan rating scale (skala bertingkat). Dengan rating scale data yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. angket akan diolah dengan dua cara, yaitu menghitung persentase jawaban dari setiap item pertanyaan dan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden.75 Untuk rating scale dengan lima alternatif jawaban dapat dibuat angka 4 sampai 0. Untuk jawaban sangat baik diberi angka 4, baik diberi angka 3, cukup
75
Sugiyono, Ibid, h. 136
54
baik diberi angka 2, kurang baik diberi angka 1 dan sangat tidak baik diberi angka 0. Lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3. 12 Kriteria rating scale Skor Jawaban Siswa 4
Sangat Baik (SB)
3
Baik (B)
2
Cukup Baik (CB)
1
Kurang Baik (KB)
0
Sangat Tidak Baik (STB)
Persentase jawaban dari setiap item pertanyaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥100% ∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 4 Sugiyono, 2014
Untuk kesimpulannya dapat digambarkan seperti berikut:
Sugiyono, 2014
Gambar 3. 6 Garis Kesimpulan Persentase jawaban dari seluruh item pertanyaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥100% ∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 ∑ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 4 Sugiyono, 2014
Untuk kesimpulannya dapat digambarkan seperti berikut
Gambar 3. 7 Garis Kesimpulan Keseluruhan
55
Untuk angket validasi ahli selain menggunakan rating scale jawaban kesimpulan dari hasil validasi menggunakan skala Guttman. Skala Guttman akan menghasilkan jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”. Dalam angket ini digunakan skala “layak-tidak layak”. Untuk menarik kesimpulan dari kelayakan media dapat dicari menggunakan cara sebagai berikut: ∑ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥100% ∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 Keterangan : 0 - 50%
= Tidak Layak
51% - 100%
= Layak
3. Analisis uji efektivitas Uji efektivitas yang dilakukan peneliti adalah melihat seberapa banyak siswa yang mendapatkan hasil tes ≥ KKM setelah belajar menggunakan media pembelajaran hypermedia. Kriteria efektivitas berdasarkan hasil belajar kognitif dapat dilihat pada tabel berikut:76 Tabel 3. 13 Kriteria efektivitas berdasarkan hasil belajar kognitif Persentase Kriteria ≥ 80% Sangat efektif 70% - 79% Efektif 60% - 69 % Cukup efektif 50% - 59% Kurang efektif < 50% Tidak efektif 4. Analisis peningkatan hasil belajar Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa dapat menggunakan Uji Normal Gain. Menurut Herlanti dalam Ariyani, Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah
76 Iwan Permana Suwarna, “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui Computer Based Test pada Program Studi Pendidikan Fisika”, Laporan Penelitian UIN Jakarta, 2016, h. 56
56
pembelajaran dilakukan guru.77 Rumus normal gain menurut Meltzer dalam Ariyani, yaitu:78 N gain
skor posttest skor pretest skor ideal skor pretest
Adapun untuk kriteria rendah, sedang, dan tinggi mengacu pada kriteria yang diungkapkan Hake dalam Jannah, yaitu sebagai berikut:79 G
Tabel 3. 14 Kriteria N-Gain Keterangan
g > 0,7
Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7
Sedang
g ≤ 0,3
Rendah
Fina Ariyani, “Pengaruh Pembelajaran Berbantukan Media OnlineFacebook terhadap Hasil Belajar Fisika pada Konsep Termodinamika”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Jakarta, 2010, h. 46 78 Fina Ariyani, Ibid., h. 47. 79 Miftachul Jannah, dkk., “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan SetsEdutainment Tema Baterai Alami untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar di SMPN 1 Gondang”, Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, Vol. 2, 2014, h. 53 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah media pembelajaran hypermedia yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penelitian pengembangan yang dilakukan menggunakan metode penelitian pengembangan dari Akker. Berikut ini disajikan hasil tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan: penelitian pendahuluan (preliminary research); tahap prototipe (prototyping stage); evaluasi sumatif (summative evaluation); refleksi sistematik dan dokumentasi (systematic reflection and documentation). 1. Hasil Penelitian Pendahuluan (Preliminary research) Penelitian pendahuluan terdiri dari dua kegiatan, yaitu pertama melakukan studi literatur dan kedua melakukan studi lapangan. Studi literatur dilakukan melalui analisa dari tujuh skripsi dan tiga jurnal terkait penelitian hypermedia. Hasil analisa jurnal dan skripsi tersebut disajikan pada tabel berikut: No 1
Tabel 4. 1 Hasil studi literatur (analisa jurnal dan skripsi) Nama Penulis Hasil Studi Literatur dan Sumber Kelebihan Kelemahan Hayatul Mardiah
1. Hasil belajar siswa yang 1. Penjelasan materi kurang menggunakan komprehensif hypermedia mengalami 2. Belum mengukur (Skripsi UIN peningkatan kemampuan kemampuan Syarif mengingat (C1), mengevaluasi (C5), dan Hidayatullah memahami (C2), mencipta (C6) Jakarta (2015)) menerapkan (C3) dan kemampuan menganalisis (C4) pada kategori sedang 2. Respons siswa terhadap media berada pada kategori baik sekali
57
58
No 2
3
4
5
6
Nama Penulis dan Sumber
Hasil Studi Literatur
Kelebihan Nurul Hikmah 1. Pembelajaran menggunakan (Skripsi UIN hypermedia lebih unggul Syarif dalam meningkatkan Hidayatullah jenjang kognitif Jakarta (2014)) mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) 2. Respon siswa terhadap media berada pada kategori baik sekali Andriyani 1. Pada penelitian ini secara keseluruhan hypermedia (Skripsi UIN yang digunakan telah Syarif mampu meningkatkan Hidayatullah hasil belajar siswa pada Jakarta (2014)) jenjang kognitif mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan kemampuan menganalisis (C4).
Kelemahan 1. Kelompok kontrol unggul dalam meningkatkan jenjang kognitif C4 (menganalisis) 2. Belum mengukur kemampuan C5 dan C6
1. Persentase peningkatan hasil belajar siswa pada jenjang kognitif C4 sangat kecil jika dibandingkan dengan peningkatan pada jenjang kognitif yang lain. 2. Belum mengukur kemampuan C5 dan C6. 3. Tampilan hypermedia kurang menarik Marwazi 1. Pada penelitian ini secara 1. Persentase peningkatan keseluruhan hypermedia hasil belajar siswa pada (Skripsi UIN yang digunakan telah jenjang kognitif C2 pada Syarif mampu meningkatkan kelas eksperimen lebih Hidayatullah hasil belajar siswa pada kecil dibandingkan Jakarta (2015)) jenjang ko gnitif dengan kelas kontrol. mengingat (C1), 2. Belum mengukur menerapkan (C3) dan kemampuan C5 dan C6. kemampuan menganalisis 3. Tampilan hypermedia (C4) kurang menarik. Anugrah Azhar 1. Respon siswa terhadap 1. Belum mengukur penggunaan hypermedia kemampuan C5 dan C6. (Skripsi UIN dalam pembelajaran 2. Belum ada petunjuk cara Syarif berada pada kategori pengoperasian Hidayatullah baik. hypermedia. Jakarta (2015)) Aida Fitriyah 1. Hasil belajar siswa di 1. Instruksi pada media kelas eksperimen kurang jelas. (Skripsi UIN mengalami peningkatan 2. Hubungan antara wacana Syarif lebih tinggi dengan nilai dan gambar kurang jelas
59
No
Nama Penulis dan Sumber Hidayatullah Jakarta (2015))
7
8.
9.
Bunga Dara Amin, dkk.
Hasil Studi Literatur Kelebihan rata-rata 81,74 dari kelas kontrol 76,85.
1. Hypermedia menarik dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. (Journal of 2. Hypermedia efektif Education and dalam pembelajaran dan Practice(2016)) mendapat respon positif dari siswa 3. Siswa yang menggunakan media pembelajaran hypermedia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam pemecahan masalah dibandingkan dengan siswa yang menggunakan power point. Alexandros 1. Sejumlah besar peserta Papadimitriou (90,7%) percaya terhadap sistem hypermedia dapat (Journal of mendukung peserta didik Information dalam materi pendidikan Technology 2. Sejumlah besar peserta and (90,7%) menganggap Application in bahwa Education sistem hypermedia dapat JITAE Vol. 1 memfasilitasi perhatian Iss. 2 (2012)) siswa (90,7%), dan menciptakan peluang baru dalam proses belajar mengajar (90,7%). I.G.Ngr.Hari 1. Hypermedia efektif Yuda dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika (e-Journal siswa pada materi Program Termodinamika. Pascasarjana 2. Siswa yang Universitas menggunakan media Pendidikan pembelajaran hypermedia Ganesha mengalami peningkatan (2014)) dalam berpikir kreatif.
Kelemahan 3. Pemilihan warna kurang menarik 1. Belum terlihat karakteristik model/pendekatan/metod e tertentu dari media yang disajikan
1. Tampilan hypermedia kurang menarik.
1. Tampilan hypermedia terlalu banyak teks (hypertext). 2. Pemeliharaan hypermedia yang bersifat online kurang baik karena belum dapat diakses kembali.
60
No
10
Nama Penulis dan Sumber
Hasil Studi Literatur Kelebihan
Kelemahan
Ahmad Abduh Haqi
1. Kualitas hypermedia 1. Hypermedia belum diuji berada dalam kategori efektivitasnya. Sangat Baik (SB) dilihat 2. Materi yang dibahas (Skripsi UIN dari hasil penilaian ahli hanya satu materi pokok Sunan Kalijaga materi, ahli media, dan saja (belum Yogyakarta guru IPA. komprehensif) (2013)) 2. Respon siswa terhadap hypermedia berada pada kategori sangat baik Hasil dari analisa tersebut diperoleh informasi bahwa hypermedia
berpengaruh terhadap hasil belajar dan mendapat respon yang baik dari siswa. Teknis pembuatannya masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya: penjelasan materi kurang komprehensif, petunjuk pengoperasian media kurang jelas, tampilan hypermedia kurang menarik, pemeliharaan hypermedia sulit karena bersifat online, belum diuji efektivitasnya dan belum dikembangkan untuk dapat membuat siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi pada aspek umum. Para peneliti sebelumnya menyarankan untuk menjadikan tampilan hypermedia yang lebih baik, memperbanyak animasi, memperbanyak soal latihan, memberi latihan soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, lebih memperjelas rumus pada soal, menampilkan penjelasan secara komprehensif, menambahkan suara pada materi, dan memperjelas petunjuk navigasi. Saran-saran di atas menjadi pertimbangan peneliti dalam membuat hypermedia yang lebih baik. Tahap kedua dari penelitian pendahuluan ini adalah melakukan studi lapangan melalui proses wawancara kepada dua orang guru fisika SMA dan menyebar angket kepada 120 orang siswa dari dua sekolah yang berbeda. Hasil wawancara guru mengenai media pembelajaran pada materi alat optik disajikan oleh tabel berikut:
61
Tabel 4. 2 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek kurikulum (bagian A) Jawaban Guru Pertanyaan No tentang Kesimpulan SMAN 1 SMAN 3 Kurikulum Karawang Karawang 1 Kurikulum Iya, sudah Iya, sudah. Dari Sudah dari yang menerapkan. awal tahun 2013 tahun 2013 digunakan Sekolah ini di kelas X. saat kelas X merupakan termasuk sekolah kurikulum perintis di 2013 revisi Kabupaten Karawang. Pada tahun 2013 (awal kebijakan) 2 Jumlah jam Untuk kelas X, 3 Kelas X, 3 jam, Kelas X 3 pelajaran fisika jam, sedangkan kelas XI 4 jam. jam, Kelas per minggu kelas XI, 4 Jam. XI 4 jam Tabel 4. 3 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek materi fisika (bagian B) Jawaban Guru Pertanyaan No tentang Kesimpulan SMAN 1 SMAN 3 Materi Fisika Karawang Karawang 1 Kesulitan Sulit, karena Sulit karena Sulit, karena siswa dalam materi pada alat materi bersifat materi bersifat memahami optik abstrak abstrak dan materi alat memerlukan butuh cukup optik waktu yang waktu untuk cukup banyak menjelaskan untuk animasinya. memahaminya, termasuk animasinya. 2 Kemampuan Ya, bisa. Ya. Ya. berpikir tingkat tinggi pada materi alat optik 6 Adanya Ya, faktanya Ya, faktornya bisa Ya, faktornya kesulitan siswa memang dari 40 karena kesulitan diantaranya dalam siswa hanya 10- siswa dalam materi bersifat menguasai 20% yang dapat memvisualisasika abstrak, perlu fisika yang menyelesaikan n dan memahami visualisasi menuntut atau memahami materi yang sehingga kemampuan soal C4-C6. bersifat abstrak. memerlukan
62
No
7
8
Pertanyaan tentang Materi Fisika berpikir tingkat tinggi
Jawaban Guru SMAN 1 SMAN 3 Karawang Karawang Faktornya banyak seperti rendahnya motivasi untuk membaca, banyaknya kegiatan siswa, banyaknya tugas setiap mata pelajaran sehingga siswa tidak dapat belajar optimal
Adanya pelatihan untuk siswa dalam menjawab soal-soal C4C6 Perlunya visualisasi dalam materi alat optik
Ya, terkadang. Ya, hanya sekitar Bergantung setengahnya bisa. tuntutan KD pada materi yang dipelajari.
Ya diperlukan. Setidaknya guru menggambar di whiteboard.
Ya, perlu.
Kesimpulan waktu untuk menjelaskanny a. Faktor eksternal seperti banyaknya tugas siswa juga berpengaruh terhadap kurang optimalnya pembelajaran siswa. Ya, sudah dilaksanakan.
Ya, diperlukan.
Tabel 4. 4 Hasil transkrip wawancara guru pada preliminary research aspek media pembelajaran (bagian C) Pertanyaan Jawaban Guru No tentang Kesimpulan SMAN 1 SMAN 3 Media Karawang Karawang Pembelajaran 9 Media Saya biasanya Terkadang KIT Video, power pembelajaran menggunakan optik. point, KIT yang video dan power Optik digunakan point guru di dalam kelas pada materi alat optik 10 Ketersediaan Tidak tersedia. Tidak ada. Hanya Tidak tersedia. media rill alat ada cermin dan
63
No
11
12
10
11
12
13
Pertanyaan tentang Media Pembelajaran optik seperti teleskop, lup, mikroskop, dll Ketersediaan media berbasis komputer yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi Pendapat guru mengenai pentingnya media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Penggunaan komputer/lapto p saat pelajaran fisika Pengetahuan guru mengenai hypermedia Penggunaan hypermedia di dalam kelas pada materi tertentu Pendapat guru mengenai penggunaan hypermedia untuk meningkatkan kemampuan
Jawaban Guru SMAN 1 Karawang
SMAN 3 Karawang
Kesimpulan
lensa. Bagus, lebih menarik. Untuk saat ini belum ada.
Belum ada, hanya ada beberapa video animasi.
Belum ada.
Sangat penting
Sangat penting
Sangat penting
Ya, diperbolehkan
Boleh
Ya, diperbolehkan
Iya saya mengetahui
Iya mengetahui
Iya, mengetahui
Pernah menggunakanny a pada materi gerak lurus
Ya, gelombang, listrik magnet, gerak.
Pernah menggunakan
Bagus, dapat dicoba
Iya, perlu. Bagus
Iya, bagus.
64
No
Pertanyaan tentang Media Pembelajaran berpikir tingkat tinggi terutama pada materi alat optik
Jawaban Guru SMAN 1 Karawang
Kesimpulan
SMAN 3 Karawang
Hasil wawancara terhadap guru dapat disimpulkan sebagai berikut: Siswa mengalami kesulitan pada materi alat optik, belum adanya media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, sekolah tidak memiliki media riil seperti teleskop, mikroskop, dan lain-lain untuk mengajarkan materi alat optik. Kemudian, guru memerlukan media berbasis komputer yang dapat menjelaskan materi alat optik sehingga siswa dapat belajar dengan optimal. Studi lapangan selanjutnya adalah memberikan angket kepada siswa. Hasil angket penelitian pendahuluan memiliki 14 pernyataan yang masing-masing hasil dari pernyataan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Aspek media pembelajaran 1. Guru fisika sering menggunakan media pembelajaran berbantuan komputer seperti power point, prezi, dll
2. Saya mengerti materi fisika yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada
60% 60%
49%
50%
50%
50% 40%
40%
30%
22% 16%
20% 10%
5%
8%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
28%
30% 20% 10%
9%
10% 3%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
65
3. Saya seringkali tidak dapat mengikuti pembelajaran secara cepat dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada 45% 35%
40% 35%
31%
30%
25% 18%
20% 15%
20% 15%
5%
10%
6%
5%
16% 9%
6%
5%
0%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
5. Media pembelajaran yang sudah ada dapat membuat saya tertarik mempelajari fisika 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
27%
30%
25%
10%
42%
45%
40%
40%
4. Media pembelajaran yang sudah digunakan guru dapat meningkatkan cara berpikir saya secara mendalam tentang konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari
6. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat saya mengerjakan berbagai variasi soal 40%
43%
34%
35% 30% 28%
25% 20%
19%
25% 21% 16%
15% 6%
10% 3%
5%
3%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
66
7. Saya menginginkan media pembelajaran berbasis komputer yang dapat menampilkan gambar, animasi, video penjelasan materi, dan soal-soal evaluasi pada mata pelajaran fisika 60%
51%
50%
44%
40% 30% 20% 10% 0%
2%
3%
0%
8. Saya menginginkan media pembelajaran yang dapat menghubungkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
47%
46%
6% 0%
0%
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Aspek penggunaan komputer/laptop 9. Saya memiliki komputer/laptop di rumah 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
43%
46%
10. Saya menggunakan komputer/laptop setiap hari 45%
41%
40%
35%
35% 30% 25%
19%
20% 15% 8% 0%
3%
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
10% 5%
4% 1%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
67
11. Saya lebih banyak menggunakan komputer/laptop untuk hiburan (media sosial, menontol film) dibandingkan untuk kepentingan pelajaran 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
35% 29% 17% 12% 6%
12. Saya memiliki banyak aplikasi di komputer/laptop yang berkaitan dengan pelajaran 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
39%
21%
20%
17% 3%
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Aspek penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran di kelas 13. Saya sudah mengetahui hypermedia sebelumnya bahkan sudah pernah memakainya 60%
51%
50% 40% 30% 20% 10%
20%
16% 9%
5%
0% Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
14. Saya tidak tertarik menggunakan hypermedia 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
36% 23%
22% 14% 4%
Sangat Kurang Cukup Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Gambar 4. 1 Diagram Setiap Pernyataan dari Hasil Angket Siswa Hasil dari angket siswa memperlihatkan bahwa persentase siswa yang dapat menjawab soal-soal fisika yang bervariasi hanya 19%. Siswa yang dapat mengikuti pembelajaran secara cepat di sekolah hanya 11%. Hanya 22% siswa yang dapat menghubungkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari. Sebanyak 89% siswa memiliki komputer/laptop namun hanya 20% saja yang memiliki aplikasi/software yang berkaitan dengan pelajaran. Sebanyak 96% siswa menginginkan media pembelajaran fisika berbasis komputer yang di dalamnya terdapat gambar, animasi, dan video penjelasan. Hanya 18% siswa tidak tertarik menggunakan hypermedia setelah ditampilkan hypermedia yang sudah dibuat peneliti terdahulu.
68
2. Hasil Prototyping Stage a.
Hasil Perancangan Pedoman Desain Hypermedia
1) Pemilihan Materi Ajar Materi ajar pada penelitian ini adalah materi alat optik yang dipelajari pada kelas XI semester 2 untuk kurikulum 2013 revisi. Pemilihan materi didasarkan pada permasalahan dalam pembelajaran materi alat optik. Pertimbangan ini didasarkan pada hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru. 2) Perancangan Desain Hypermedia Perancangan desain konsep hypermedia mengacu pada dua komponen, yaitu: tampilan (display) dan konten (content). Komponen yang pertama yaitu display. Display yang di rancang memiliki terdiri dari yaitu: halaman utama, apersepsi dalam bentuk percakapan, dan teks yang dilengkapi dengan gambar, animasi, video, contoh soal dan latihan soal. Contoh hasil perancangan display tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 5 Contoh hasil perancangan display pada hypermedia No Display Hasil Perancangan 1 Halaman utama
2
Apersepsi
Contoh bagian percakapan apersepsi pada materi mata dan kacamata:
69
No
3
Display
Teksi dilengkapi gambar, animasi, video
Hasil Perancangan
Contoh teks yang dilengkapi gambar:
Contoh teks yang dilengkapi animasi:
70
No
Display
Hasil Perancangan
Contoh video penjelasan:
Contoh soal
Contoh soal
Pembahasan contoh soal
71
No
Display Soal evaluasi
Hasil Perancangan Pengisian biodata siswa:
Umpan balik (feedback) untuk siswa:
Komponen yang kedua adalah konten. Konten yang dirancang oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, materi pada hypermedia disajikan dengan pendekatan saintifik, pembelajaran bermakna, dan soal evaluasi yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa perlakuan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Tabel 4. 6 Contoh hasil perancangan konten hypermedia No Komponen Hasil Perancangan 1 Menggunakan Proses mengamati: pendekatan saintifik
72
No
Komponen
Hasil Perancangan Proses menanya:
Proses mengumpulkan informasi
Proses mengasosiasi : siswa mengambil kesimpulan dengan dibantu video penjelasan dan berdasarkan penjelasan contoh soal
73
No
Komponen
Hasil Perancangan
Proses mengkomunikasikan : siswa mengkomunikasikan hasil pembelajaran dalam bentuk tulisan
2
Materi disajikan dengan pembelajaran bermakna
Memilih video pada proses mengamati yang dapat diamati sehari-hari seperti pengamatan sifat konvergen pada lup dan peran teropong dalam pengamatan hilal setiap tahun.
74
No
3
Komponen
Hasil Perancangan
Soal evaluasi yang dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
3) Perancangan teknis software Hypermedia Hypermedia dirancang secara teknis memiliki screensplash berupa logo UIN Jakarta setelah aplikasi dijalankan, setelah itu akan masuk ke halaman identitas siswa (pengguna), setelah identitas terisi maka siswa akan masuk ke halaman utama yang terdiri dari tombol petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi 1, materi 2, materi 3, video demonstrasi praktikum, referensi, dan profil pembuat. Tombol petunjuk penggunaan berisi petunjuk penggunaan hypermedia. Tombol tujuan pembelajaran berisi kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaan dari setiap materi. Tombol peta konsep berisi peta konsep alat optik yang dapat diklik untuk memulai belajar dari peta konsep. Pada tombol ini siswa dapat mulai belajar dari materi/sub materi yang diinginkan. Tombol materi 1, 2, dan 3 berisi materi alat optik dan soal evaluasi setiap materi. Pada tombol ini, materi akan disajikan secara prosedural berdasarkan pendekatan saintifik. Setelah mengklik materi yang diinginkan, siswa juga dapat belajar mengenai konsep dasar
75
dari pemantulan dan pembiasan jika memang diperlukan dengan cara mengklik tombol konsep dasar. Tombol video demonstrasi praktikum berisi video demonstrasi pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa serta cara pembuatan teropong sederhana. Tombol referensi berisi referensi yang digunakan pada hypermedia. Tombol profil pembuat berisi profil pembuat hypermedia. Tampilan hasil perancangan hypermedia dapat dilihat pada lampiran. b. Hasil Pengoptimalan Desain Hypermedia 1) Hasil Pemilihan Software Tabel 4. 7 Hasil pemilihan software Nama Software Fungsi Waktu Membuat template Adobe flash utama seperti Awal sampai akhir profesional CS 5 background dan pembuatan media animasi pendukung. Membuat rekaman Awal pembuatan Audacity suara untuk percakapan percakapan conan dan conan dan dexter dekter Menjelaskan materi Microsoft power point melalui presentasi Awal pembuatan media power point Merekam penjelasan Bersamaan dengan Camtasia recorder peneliti power point penjelasan pada untuk dijadikan video microsoft power point Mengedit video hasil rekaman camtasia Setelah video recorder, dan mengedit penjelasan dibuat dan Camtasia studio seluruh video pada seluruh video media sesuai keinginan didapatkan peneliti Membuat soal-soal Setelah tujuan dari Ispring quiz maker evaluasi media terselesaikan
76
No
Tabel 4. 8 Tampilan software yang digunakan Software Tampilan Software
1
Adobe flash profesional CS 5
2
Audacity
3
Microsoft power point
4
Camtasia recorder
77
No
Software
5
Camtasia studio
Tampilan Software
2) Hasil Pembuatan Hypermedia Tabel 4. 9 Hasil proses pembuatan hypermedia No 1
Langkah pembuatan Membuat template background, animasi, dan tombol yang diperlukan
Tampilan langkah pembuatan Membuat background rumput
Membuat animasi kincir angin
Membuat animasi awan, matahari, langit, dan judul tampilan media
78
Membuat animasi
Membuat tombol penghubung antara link dan nodes (termasuk script yang digunakan pada tombol)
2
Membuat/menyiapkan file yang akan digunakan pada media
Membuat rekaman suara percakapan apersepsi
Membuat video penjelasan pada power point dan direkam menggunakan camtasia recorder
Mengedit video penjelasan agar sesuai dengan kebutuhan pada camtasia studio
79
Membuat soal evaluasi menggunakan ispring quiz maker
3
Memasukkan (import) Memasukkan gambar file gambar, ispring, video, dan animasi yang dibutuhkan
Membuat script pemanggilan soal evaluasi
Memasukkan (import) video yang telah disiapkan
80
c.
4
Mengatur musik, tombol, script, dan lainlain agar menjadi hypermedia yang baik
5
Publish hypermedia untuk dapat dilihat hasilnya
Hasil Evaluasi Formatif (Formative Evaluation) Evaluasi formatif terdiri dari tahap penilaian ahli, evaluasi satu-satu,
evaluasi kelompok kecil, dan uji lapangan. Hasil evaluasi formatif diperoleh sebagai berikut:
81
1) Hasil Penilaian Ahli (Expert Review) Media pembelajaran hypermedia dinilai oleh sembilan orang ahli yang terdiri dari tiga ahli media, tiga ahli desain pembelajaran dan tiga ahli materi. Hasil angket dianalisa beberapa tahap, yaitu kelayakan media secara keseluruhan, analisis penilaian ahli dari setiap aspek dan dari setiap indikator. a) Hasil Penilaian menurut Ahli Media Ahli media yang terlibat dalam tahap penilaian ahli sebanyak tiga orang. Ahli yang pertama merupakan penulis buku mengenai “Media Pembelajaran” dan juga dosen ahli media FITK UIN Jakarta, ahli yang kedua merupakan dosen TI UIN Jakarta dan yang ketiga merupakan dosen Departemen Pendidikan Fisika UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Ahli media menilai media pembelajaran hypermedia dari aspek rekayasa perangkat lunak dan aspek komunikasi, visual, media. Ahli media menyatakan hypermedia ini layak untuk digunakan atau valid. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak dengan nilai 237 dari 264 (89,7%). Hasil analisa ahli terhadap aspek media dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 10 Hasil Penilaian hypermedia menurut Ahli Media
Jumlah nilai maksimum aspek 1 = 108 Jumlah nilai maksimum aspek 2 = 156 Jumlah nilai maksimum keseluruhan aspek = 264
Aspek rekayasa perangkat lunak memiliki sembilan indikator sedangkan aspek komunikasi, visual, media memiliki 13 indikator. Ahli menyatakan media pembelajaran hypermedia pada materi alat optik ini sangat baik digunakan dilihat dari 22 indikator tersebut. Rincian peniliain ahli untuk keseluruhan indikator dapat dilihat pada gambar berikut:
82
Gambar 4. 2. Grafik Penilaian Keseluruhan Indikator oleh Ahli Media Hasil analisis penilaian ahli media menunjukkan 36% indikator penilaian berkategori baik sedangkan 64% indikator penilaian berkategori sangat baik. Rincian penilaian ahli untuk setiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 11 Hasil Kriteria Keseluruhan Indikator oleh Ahli Media Indikator Nilai Penilaian Ahli Efisiensi 10 Baik Reliable 11 Sangat Baik Maintainable 8 Baik Usability 11 Sangat Baik Ketepatan pemilihan software 10 Baik Compability 12 Sangat Baik Pemaketan program 12 Sangat Baik Dokumentasi program 11 Sangat Baik Reusable 10 Baik Komunikatif 11 Sangat Baik Kreatif 10 Baik Sederhana dan memikat 11 Sangat Baik Visual 11 Sangat Baik Layout interactive 10 Baik Ketepatan pemilihan font dan ukuran teks 11 Sangat Baik Ketepatan pemilihan audio 10 Baik Kualitas audio 11 Sangat Baik Kualitas gambar 12 Sangat Baik Kualitas animasi 12 Sangat Baik Kualitas audio dan video pada video Sangat Baik pengamatan 12 21. kualitas audio dan video pada video Sangat Baik penjelasan 11 22. Kualitas audio dan video praktikum 10 Baik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
83
No.
Indikator Jumlah Nilai maksimum per indikator = 12 Nilai maksimum keseluruhan indikator = 264
Nilai 237
Penilaian Ahli Sangat Baik
Ahli media memberikan saran untuk merevisi beberapa bagian dari hypermedia. Saran yang diberikan oleh ahli media yaitu untuk mengganti kata pertemuan menjadi fokus materi, perbaikan pada antarmuka pengguna (user interface) agar lebih mudah dioperasikan, perbaikan pada animasi percakapan apersepsi yang kurang komunikatif, perbaikan peta konsep, pengarahan agar siswa dapat melakukan praktikum di video demonstrasi praktikum. b) Hasil Penilaian menurut Ahli Desain Pembelajaran Media pembelajaran hypermedia dinilai dari aspek desain pembelajaran oleh tiga ahli desain pembelajaran. Ahli yang pertama dan kedua merupakan dosen pendidikan fisika UIN Jakarta, sedangkan ahli ketiga merupakan Guru SMA PGRI 56 Ciputat. Ahli desain pembelajaran menilai aspek desain pembelajaran yang terdiri dari 15 indikator. Ahli desain pembelajaran menyatakan hypermedia ini layak untuk digunakan atau valid. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak dengan nilai 157 dari 180 (87,2%). Hasil analisa ahli terhadap keseluruhan indikator desain pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 4. 3 Grafik Penilaian Keseluruhan Indikator oleh Ahli Desain Pembelajaran Hasil analisis penilaian ahli desain pembelajaran menunjukkan 47% indikator penilaian berkategori baik sedangkan 53% indikator penilaian berkategori
84
sangat baik. Rincian penilaian ahli untuk setiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 12 Hasil kriteria keseluruhan indikator untuk hypermedia alat optik No. Indikator Nilai Penilaian Ahli 1. Kejelasan tujuan pembelajaran 10,7 Sangat Baik 2. Relevansi tujuan pembelajaran dengan 10 Baik SK/KD/Kurikulum 3. Cakupan dan kedalaman tujuan 10,7 Sangat Baik pembelajaran 4. Kesesuaian materi dengan tujuan 11 Sangat Baik pembelajaran 5. Keterlihatan aspek pendekatan saintifik 5 M 10,4 Baik 6. Kesesuaian materi dan pembahasan contoh soal dengan tingkat perkembangan berpikir 10,7 Sangat Baik siswa 7. Ketepatan penggunaan strategi penyajian 11 Sangat Baik 8. Interaktivitas melalui tombol dan animasi 10 Baik 9. Pemberian motivasi belajar melalui 9,7 Baik apersepsi dan feed back pada soal evaluasi. 10. Kontekstualitas dan aktualitas melalui 10,8 Sangat Baik video dan animasi. 11. Kelengkapan bahan bantuan belajar (audio, 10 Baik gambar, animasi, dan video) 12. Kemudahan materi untuk dipahami 11 Sangat Baik (Sistematis, runut, alur logika jelas) 13. Kesesuaian evaluasi dengan tujuan 11 Sangat Baik pembelajaran 14. Keterlihatan stimulus untuk dapat 10 meningkatkan kemampuan berpikir tingkat Baik tinggi melalui soal evaluasi. 15. Potensi keaktifan siswa dalam proses 10 Baik pembelajaran Jumlah 157 Baik Nilai maksimum setiap indikator = 12 Nilai maksimum aspek = 180 Ahli desain pembelajaran memberikan saran untuk merevisi beberapa bagian media pembelajaran hypermedia. Saran yang diberikan oleh ahli desain pembelajaran yaitu video dengan menggunakan bahasa inggris perlu ada terjemahannya, perbaikan ukuran gambar dan huruf, animasi kartun sebaiknya tidak perlu mengklik tombol next untuk melanjutkan percakapan (berjalan otomatis), perlu perbaikan latihan soal pada bagian kacamata, penegasan istilah mata tidak
85
berakomodasi, perbaikan penulisan pada animasi pembiasan lensa cekung dan cermin, kata SMP pada video demonstrasi praktikum sebaiknya dihilangkan saja.
c) Hasil Penilaian menurut Ahli Materi Ajar Media pembelajaran hypermedia dinilai dari aspek materi ajar oleh tiga ahli materi ajar. Ketiga ahli tersebut merupakan dosen pendidikan fisika UIN Jakarta. Aspek materi ajar yang dinilai terdiri dari enam aspek. Untuk aspek 1, 2, 5 dan 6 memiliki nilai maksimum sebesar 72, sedangkan untuk aspek 3 dan 4 memiliki nilai maksimum sebesar 36. Ahli materi ajar menyatakan hypermedia ini layak untuk digunakan atau valid. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak dengan nilai 276 dari 360 (76,7%). Hasil analisa ahli terhadap enam aspek materi ajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 4. 4 Grafik Persentase Penilain Setiap Aspek oleh Ahli Materi
86
Penilaian hasil keseluruhan aspek juga dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 13 Hasil kriteria keseluruhan indikator oleh ahli materi
Nilai maksimum untuk aspek 1, 2, 5, 6 = 72 Nilai maksimum untuk aspek 3, 4 = 36 Nilai maksimum keseluruhan aspek = 360
Media pembelajaran hypermedia mendapatkan nilai 276 dari 360 (76,7%) dengan kategori baik (layak). Hasil penilaian ahli untuk keseluruhan indikator pada masing-masing aspek dapat dilihat pada gambar berikut:
87
Gambar 4.5 Grafik Analisis Angket Validasi Ahli Materi Ajar Pada Setiap Aspek
88
Keterangan : Grafik ke-1, 2, 5, dan 6 A = Mata B = Kacamata C = Lup D = Mikroskop E = Teropong F = Kamera
Grafik ke-3 dan 4 A = Materi 1 B = Materi 2 C = Materi 3
Grafik di atas memperlihatkan rincian jumlah nilai dari masing-masing aspek pada setiap indikator. Aspek ke-1, 2, 5 dan 6 memiliki enam indikator yang terdiri dari indikator mata, kacamata, lup, mikroskop, teropong, dan kamera, sedangkan pada aspek ke-3 dan 4 memiliki tiga indikator yang terdiri dari indikator materi 1, materi 2, dan materi 3. Materi 1, 2, dan 3 tersebut merupakan gabungan dari 2 materi yang dibahas. Materi 1 terdiri dari mata dan kacamata, materi 2 terdiri dari lup dan mikroskop, materi 3 terdiri dari teropong dan kamera. Ahli materi ajar memberikan saran untuk merevisi beberapa bagian dari media pembelajaran hypermedia. Saran yang diberikan oleh ahli materi yaitu pada media pembalajaran hypermedia mengutamakan kajian fakta dan makna data besaran fisis dengan pendekatan matematis, memulai pendekatan pengukuran besaran fisis dari kecenderungan pengukuran, menggunakan bahasa yang familiar dalam akademis, ulasan pengembangan formulasi sederhana, pembentukan bayangan pada lup harusnya menggunakan animasi lensa yang (mirip) 3 dimensi, harus ada keterangan setiap gambar, bedakan benda dengan bayangan, penjelasan rumus kurang detail, penulisan simbol huruf, angka, dan istilah dalam fisika perlu diperbaiki, perbaikan tempat penulisan rumus, video bahasa inggris baiknya disertai bahasa indonesia, perbaikan pada tata bahasa agar tidak monoton, perlu ada bimbingan saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung agar tidak menimbulkan miskonsepsi.
2) Hasil Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation) Tahap evaluasi satu-satu dilakukan oleh tiga orang siswa, masing-masing merupakan siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Analisa pada tahap ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu analisa penilaian siswa dari setiap aspek,
89
setiap indikator, dan penilaian media secara keseluruhan. Aspek-aspek yang dievaluasi dari media pembelajaran hypermedia meliputi aspek materi, desain pembelajaran, implementasi dan kualitas teknis. Hasil keseluruhan aspek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 14 Hasil Penilaian setiap Aspek Media pada Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation) Jumlah No Aspek Kesimpulan Nilai Baik 1 Materi 46 Baik 2 Desain Pembelajaran 27 Baik 3 Implementasi 19 Baik 4 Kualitas Teknis 102 Baik JUMLAH 194 Jumlah nilai maksimum aspek 1 = 60 Jumlah nilai maksimum aspek 2 = 36 Jumlah nilai maksimum aspek 3 = 24 Jumlah nilai maksimum aspek 4 = 132 Nilai media secara keseluruhan pada berbagai aspek dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 6 Persentase Hasil Penilaian Seluruh Aspek Pada Evaluasi SatuSatu Grafik di atas memperlihatkan bahwa aspek implementasi mendapatkan persentase tertinggi sebesar 79%. Aspek desain pembelajaran mendapatkan persentase terendah sebesar 75%. Aspek materi dan aspek kualitas teknis mendapatkan persentase sebesar 77%.
90
a) Aspek Materi Aspek materi pada media pembelajaran hypermedia berada pada kategori baik dengan nilai 44 dari 60. Indikator Kemudahan memahami materi, kejelasan pembahasan materi, kemenarikan materi yang disajikan menggunakan hypermedia, keterbaruan materi dan kontekstualitas materi berada pada kategori baik. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek materi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 7 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Materi dalam Evaluasi Satu-Satu Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kemenarikan penyajian materi mendapatkan persentase tertinggi sebesar 90%, sedangkan indikator kejelasan pembahasan dan keterkinian materi mendapat persentase terendah sebesar 67%. Indikator kontekstualitas dan indikator kemudahan memahami materi secara berturut-turut mendapatkan presentase mendapatkan persentase 83% dan 75%.
b) Aspek Desain Pembelajaran Aspek desain pembelajaran berada pada kategori baik dengan nilai 27 dari 36. Indikator keterbacaan teks, kejelasan tujuan pembelajaran, dan sistematika materi berada pada kategori baik. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek desain pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:
91
Gambar 4. 8 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Desain Pembelajaran dalam Evaluasi Satu-Satu Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kejelasan tujuan pembelajaran
mendapatkan
persentase
83%,
indikator
keterbacaan
teks
mendapatkan persentase 75%, dan indikator sistematika materi mendapatkan persentase 67%.
c) Aspek implementasi Aspek implementasi berada pada kategori baik dengan nilai 19 dari 24. Aspek implementasi meliputi kemudahan penggunaan hypermedia dan intensitas penggunaan hypermedia. Indikator kemudahan penggunaan hypermedia berada pada kategori sangat baik, sedangkan intensitas penggunaan hypermedia berada pada kategori baik. hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek implementasi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4. 91 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Implementasi Dalam Evaluasi Satu-Satu
92
Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kemudahan menggunakan hypermedia sebesar 92%, sedangkan indikator intensitas penggunaan hypermedia sebesar 67%.
d) Aspek Kualitas Teknis
Aspek kualitas teknis berada pada kategori baik dengan nilai 102 dari 132. Aspek kualitas teknis ini mencakup kejelasan cara mengunakan hypermedia, kualitas hypermedia, kemenarikan background, kualitas gambar, kualitas audio percakapan, kualitas musik, kualitas video pendahuluan, kualitas audio pada video pendahuluan, kualitas video penjelasan, dan kualitas audio pada video penjelasan. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek kualitas teknis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 10 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Kualitas Teknis dalam Evaluasi Satu-Satu Keterangan: A = Kejelasan cara menggunakan hypermedia B = Kualitas hypermedia C = Kemenarikan background D = Kualitas gambar E = Kualitas animasi F = Kualitas audio (percakapan animasi) G = Kualitas musik H = Kualitas video pendahuluan I = Kualitas audio video pendahuluan J = Kualitas video penjelasan K = Kualitas audio video penjelasan
93
Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kejelasan cara menggunakan hypermedia mendapatkan persentase tertinggi sebesar 92% sedangkan indikator kualitas audio percakapan mendapatakan persentase terendah sebesar 58%. Indikator kualitas video pendahuluan, kualitas audio video pendahuluan, kualitas video penjelasan, dan kualitas audio pada video penjelasan mendapatkan persentase 83%. Indikator kualitas hypermedia, kemenarikan background, kualitas animasi, dan kualitas musik mendapatkan persentase 75%. Kualitas gambar mendapatkan persentase sebesar 67%. Siswa yang menjadi evaluator memberikan komentar dan saran untuk merevisi beberapa bagian hypermedia. Komentar yang diberikan diantaranya media yang cukup bagus, semoga semakin baik dan materinya bertambah. Saran yang diberikan diantaranya animasi seharusnya bisa lebih menarik lagi, soal evaluasi lebih diperjelas, sebaiknya contoh soal lebih jelas lagi.
3) Hasil Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation) Tahap evaluasi kelompok kecil melibatkan 12 siswa, masing-masing empat siswa yang mewakili siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Aspek yang diamati pada tahap ini adalah aspek efektivitas, materi, desain pembelajaran, implementasi, dan efisiensi. Aspek efektivitas dapat dilihat dari nilai efektif siswa dari hasil posttest pada tahap evaluasi kelompok kecil. Hasil posttest didapatkan 66,7% siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Hal ini berarti media pembelajaran sudah cukup efektif. Aspek materi, desain pembelajaran, implementasi, dan efisiensi didapatkan dari hasil angket siswa. Keseluruhan aspek penilaian media pembelajaran hypermedia mendapatkan kriteria baik dengan nilai 524 dari 672 (80%). Hasil pemusatan dan penyebaran data nilai pretest-posttest untuk aspek efektivitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 15 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada evaluasi kelompok kecil Pemusatan dan No Pretest Posttest Penyebaran Data 1 Nilai Terendah 25 50
94
No 2 3 4 5 6
Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Tertinggi Rata-Rata Median Modus Standar Deviasi
Pretest
Posttest
50 37,5 37,5 37,5 7,54
87,5 70,8 75 75 12,31
Peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran hypermedia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 16 Hasil uji N-Gain pada evaluasi kelompok kecil N-Gain Nilai Rata-Rata 0,5 Kategori Sedang Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa uji N-Gain pada uji lapangan sebesar 0,5 dengan kategori sedang, sedangkan untuk penilaian aspek materi, desain pembelajaran, implementasi dan efisiensi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 17 Hasil penilaian setiap aspek media pada evaluasi kelompok kecil
Jumlah nilai maksimum aspek 1 = 240 Jumlah nilai maksimum aspek 2 = 192 Jumlah nilai maksimum aspek 3 = 144 Jumlah nilai maksimum aspek 4 = 96
Hasil penilaian keseluruhan aspek dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
95
Gambar 4. 11 Grafik Hasil Penilaian Keseluruhan Aspek dalam Evaluasi Kelompok Kecil Grafik di atas memperlihatkan bahwa aspek implementasi mendapatkan persentase tertinggi sebesari 84% sedangkan aspek efisiensi mendapatkan persentase terendah sebesar 72% dari seluruh aspek. Aspek materi dan desain pembelajaran secara berturut –turut mendapatkan persentase sebesar 77% dan 78%. a) Aspek Materi Aspek materi berada pada kategori baik dengan nilai 185 dari 240. Aspek ini mencakup kemudahan memahami materi, kejelasan pembahasan materi, kemenarikan penyajian materi, kterkinian materi, dan kontekstualitas materi. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek materi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 12 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Materi dalam Evaluasi Kelompok Kecil
96
Grafik penilaian tersebut memperlihatkan bahwa indikator kontektualitas mendapat persentase tertinggi sebesar 82%, sedangkan indikator kemudahan memahami materi mendapat persentase terendah sebesar 75%. Untuk indikator kejelasan pembahasan materi, kemenarikan penyajian materi, dan keterbaruan materi secara berturut-turut mendapatkan persentase 81%, 79%, dan 68%. b) Aspek Desain Pembelajaran Aspek desain pembelajaran berada pada kategori baik dengan nilai 153 dari 192. Aspek ini mencakup kemenarikan strategi penyajian materi, kejelasan tujuan pembelajaran, keterbacaan teks pada hypermedia, sistematika materi pada hypermedia. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek desain pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 13 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Materi Dalam Evaluasi Kelompok Kecil Grafik penilaian tersebut memperlihatkan bahwa indikator keterbacaan teks pada hypermedia mendapatkan persentase tertinggi sebesar 83%, sedangkan indikator sistematika materi mendapat persentase terendah sebesar 77%. Aspek kemenarikan penyampaian materi, dan kejelasan tujuan pembelajaran mendapatkan persentase 79%. c) Aspek Implementasi Aspek implemenatasi mendapatkan persentase 84% dengan skor 121 dari 144 dan berada pada kategori baik. Aspek implementasi mencakup kemudahan
97
penggunaan hypermedia, pemanfaatan di waktu mendatang (siswa akan memilih menggunakan
hypermedia
jika
dibutuhkan),
dan
intensitas
penggunaan
hypermedia. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek desain pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 14 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator Pada Aspek Implementasi Dalam Evaluasi Kelompok Kecil Grafik penilaian tersebut memperlihatkan bahwa indikator kemudahan penggunaan hypermedia mendapat persentase tertinggi sebesar 90%. Pemanfaatan hypermedia di waktu mendatang mendapat persentase 83%, dan intensitas penggunaan hypermedia mendapat persentase terendah sebesar 80%. d) Aspek efisiensi Aspek efisiensi mendapatkan persentase 72% dengan jumlah nilai 60 dari 96 dan berada pada kategori baik. aspek efisiensi mencakup kecukupan waktu untuk memahami materi dan kemudahan mengolah informasi dari hypermedia. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek efisiensi dapat dilihat pada gambar berikut:
98
Gambar 4. 15 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Efisiensi dalam Evaluasi Kelompok Kecil Grafik penilaian tersebut memperlihatkan bahwa indikator pemanfaatan di waktu yang akan datang mendapatkan persentase sebesar 77%, sedangkan indikator kemudahan mengolah informasi mendapat persentase 73%.
4) Uji Lapangan (Field Test) Tahap uji lapangan dilakukan dengan melibatkan 30 orang siswa kelas XI dari dua kelas yang berbeda. Setiap kelas diwakili 15 orang siswa. Dari keseluruhan aspek dalam angket uji lapangan, media pembelajaran hypermedia mendapatkan kriteria baik dengan nilai 1233 dari 1560 (79%). Aspek tersebut terdiri dari aspek efektif, kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability), kesinambungan (sustainability), kecocokan dengan lingkungan (appropriateness), penerimaan dan kemenarikan. Aspek efektivitas dapat dilihat dari nilai efektif siswa dari hasil posttest pada tahap uji lapangan. Efektif atau tidaknya hypermedia dilihat dari sejauh mana hypermedia dapat menjadikan siswa lulus dari KKM. Hasil posttest didapatkan 70% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan ada pada kategori efektif. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest dapat dilihat pada tabel berikut:
99
Tabel 4. 18 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada uji lapangan No
Pemusatan dan Penyebaran Data
1
Nilai Terendah
2
Nilai Tertinggi
3
Rata-Rata
4
Median
5
Modus
6
Standar Deviasi
Pretest
Posttest
12,5
62,5
50
87,5
34,2
72,5
37,5
75,0
37,5
75,0
7,3
7,6
Peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan hypermedia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 19 Hasil uji N-Gain pada uji lapangan N-Gain Nilai Rata-Rata
0,58
Kategori
Sedang
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa uji N-Gain pada uji lapangan sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Hasil penilaian aspek kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability), kesinambungan (sustainability), kecocokan dengan lingkungan (appropriateness), penerimaan dan kemenarikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 20 Hasil penilaian setiap aspek media pada uji lapangan No 1 2 3 4
Aspek
Jumlah
Kriteria
274
Baik
Kesinambungan (sustainability) Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness)
288
Baik
187
Baik
Penerimaan dan kemenarikan
484
Baik
1233
Baik
Kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability)
JUMLAH
100
Jumlah nilai maksimal aspek 1 = 360 Jumlah nilai maksimal aspek 2 = 360 Jumlah nilai maksimal aspek 3 = 240 Jumlah nilai maksimal aspek 4 = 600 Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap aspek berada pada kategori baik. Hasil penilaian keseluruhan aspek dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 16 Grafik Persentase Penilaian Setiap Aspek Pada Uji Lapangan Grafik di atas memperlihatkan bahwa aspek penerimaan dan kemenarikan mendapatkan persentase tertinggi sebesar 81%, sedangkan persentase terendah pada aspek implementasi dengan persentase 76%. Aspek kesinambungan dan kecocokan dengan lingkungan berturut-turut mendapat persentase 80% dan 78%. a) Aspek Implementasi Aspek
kemampuan
untuk
dapat
dilaksanakan
(implementability)
memperoleh persentase 76% dan berada pada kategori sangat baik. Aspek ini mencakup kemudahan memahami petunjuk hypermedia, kemudahan menggunakan hypermedia, dan intensitas penggunaan hypermedia. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability) dapat dilihat pada gambar berikut:
101
Gambar 4. 17 Grafik Hasil Penilaian dari Setiap Indikator pada Aspek Kemampuan Untuk Dapat Dilaksanakan (Implementability) dalam Uji Lapangan Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kemudahan memahami petunjuk penggunaan mendapatkan persentase tertinggi sebesar 81%. Indikator kemudahan menggunakan hypermedia, dan intensitas mengunakan hypermedia secara berturut-berurt mendapatkan persentase 73% dan 74%. b) Aspek Kesinambungan (sustainability) Aspek kesinambungan memperoleh persentase 80% dengan jumlah nilai 288 dari 360 dan berada pada kategori baik. Aspek kesinambungan mencakup ketahanan hypermedia, kemudahan pemeliharaan hypermedia, dan penggunaan hypermedia di waktu mendatang. hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek kesinambungan (suistainability) dapat dilihat pada gambar berikut:
102
Gambar 4. 18 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Kesinambungan (Suistainability) Dalam Uji Lapangan Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator penggunaan hypermedia di waktu mendatang mendapatkan persentase 82%, kemudahan pemeliharaan hypermedia mendapatkan persentase 80% dan ketahanan hypermedia mendapatkan persentase 78%. c) Aspek Kecocokan dengan Lingkungan Aspek kecocokan dengan lingkungan (appropriateness) memperoleh persentase 78% dan berada pada kategori baik. Aspek ini mencakup kemudahan meggunakan hypermedia dimana saja dan kemudahan menggunakan hypermedia kapan saja. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek kecocokan dengan lingkungan (appropriateness) dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 19 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Kecocokan Dengan Lingkungan (Appropriateness) Dalam Uji Lapangan
103
Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator kemudahan menggunakan hypermedia dimana saja mendapat persentase 79%, dan indikator kemudahan menggunakan hypermedia di berbagai waktu mendapat persentase 77%. d) Aspek Penerimaan dan Kemenarikan Aspek penerimaan dan kemenarikan berada pada kategori baik dengan jumlah nilai 484 dari 600. Aspek penerimaan dan kemenarikan mencakup ketertarikan pada materi optik melalui hypermedia, kenyamanan belajar menggunakan hypermedia, kemudahan memahami materi melalui hypermedia, keinginan adanya hypermedia pada materi lain, dan kemampuan hypermedia dalam membangkitkan minat pada pelajaran fisika. Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek penerimaan dan kemenarikan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 20 Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek Penerimaan Dan Kemenarikan Dalam Uji Lapangan
104
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa indikator ketertarikan pada materi optik melalui hypermedia mendapatkan persentase tertinggi sebesar 84%, indikator kenyamanan belajar menggunakan hypermedia, dan keinginan adanya hypermedia pada materi lain mendapatkan persentase terendah sebesar 78%. Indikator kemudahan memahami materi dan kemampuan dalam membangkitkan minat pada pelajaran fisika secara berturut-turut mendapatkan persentase 82% dan 81%. Siswa memberikan saran untuk merevisi beberapa bagian hypermedia. Saran yang diberikan oleh evaluator adalah membuat hypermedia yang dapat diakses handphone.
3. Hasil Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) Produk hypermedia dan direvisi secara bertahap pada evaluasi formatif. Hasil revisi tersebut kemudian diuji keefektivan dan kepraktisan pada evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif melibatkan 12 orang siswa dan 3 orang guru dari masing-masing sekolah. Hasil penelitian yang didapatkan meliputi keefektivan dan kepraktisan hypermedia berdasarkan angket penilaian siswa dan guru. a. Hasil uji efektivitas hypermedia Keefektivan hypermedia pada tahap evaluasi sumatif ini berdasarkan hasil posttest siswa dan penilaian guru. Hasil posttest siswa menyatakan 9 dari 12 orang siswa mendapatkan nilai ≥75 yang dapat diartikan bahwa 75% siswa lulus dan hypermedia ini efektif digunakan. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 21 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest pada evaluasi sumatif Pemusatan dan No Pretest Posttest Penyebaran Data 1 Nilai Terendah 37,5 87,5 2 Nilai Tertinggi 25,0 62,5 3 Rata-Rata 32,3 75,0 4 Median 37,5 75,0 5 Modus 37,5 75,0 6 Standar Deviasi 6,4 9,2
105
Peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan hypermedia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 42 Hasil uji N-Gain pada uji lapangan N-Gain Nilai Rata-Rata 0,64 Kategori Sedang Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa uji N-Gain pada evaluasi sumatif sebesar 0,64 dengan kategori sedang. Penentuan keefektivan hypermedia bukan hanya dari siswa saja melainkan dari guru. Penentuan keefektivan hypermedia oleh guru dilakukan dengan pemberian angket penilaian. Hasil penilaian angket menyatakan hypermedia ini efektif digunakan. Hal tersebut dikarenakan ketiga guru menyatakan bahwa media tersebut efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran dengan tingkat keefektivitasan baik. Hasil angket penilaian guru berdasarkan indikator aspek efektivitas hypermedia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 23 Hasil angket penilaian aspek efektivitas oleh guru JUMLAH NO INDIKATOR KATEGORI NILAI Ketercapaian tujuan 1 11 Sangat Baik pembelajaran Kemudahan dalam menjelaskan 2 11 Sangat Baik materi ajar 3
Kemampuan meningkatkan berpikir tingkat tinggi
11
Sangat Baik
Jumlah 31 Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 12 Jumlah nilai maksimum aspek = 36
Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa ketiga indikator dari aspek efektivitas berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%. Ketiga indikator itu memperlihatkan dan menyimpulkan hypermedia memiliki aspek keefektivan yang baik. Nilai hypermedia untuk keseluruhan indikator dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
106
Gambar 4. 21 Grafik Persentase Nilai Hypermedia Untuk Keseluruhan Indikator Efektivitas oleh Guru pada Evaluasi Sumatif Grafik tersebut memperlihatkan bahwa ketiga indikator mendapat persentase yang sama yaitu 92%. b. Hasil uji kepraktisan hypermedia Kepraktisan media pembelajaran hypermedia pada tahap evaluasi sumatif ini dilihat berdasarkan hasil angket penilaian siswa dan guru. 12 orang siswa dan 3 orang guru menyatakan bahwa media pembelajaran hypermedia ini praktis digunakan sebagai media pembelajaran dengan tingkat kepraktisan baik. Berdasarkan penilaian siswa, hypermedia praktis digunakan dengan tingkat kepraktisan sebesar 83% dan berada pada kategori baik. Berdasarkan penilaian Guru, hypermedia praktis digunakan dengan tingkat kepraktisan sebesar 79% dan berada pada kategori baik. Adapun hasil angket penilaian siswa dan guru berdasarkan indikator aspek kepraktisan hypermedia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 24 Hasil angket penilaian aspek kepraktisan oleh siswa pada evaluasi sumatif Jumlah No Indikator Kategori nilai Kemudahan penggunaan 1 44 Baik petunjuk aplikasi
107
No
Jumlah nilai
Indikator
Kategori
Kemudahan pengoperasian 40 hypermedia Pengoperasian hypermedia 3 berbagai variasi lingkungan 35 (kelas, rumah, mobil, dll) Pengoperasian hypermedia di 4 berbagai variasi waktu (Pagi, 41 siang, sore, malam) JUMLAH 160 Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 12 Jumlah nilai maksimum aspek = 192 2
Baik Baik
Baik Baik
Nilai media pembelajaran hypermedia keseluruhan indikator dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 22 Grafik Persentase Nilai Hypermedia Untuk Keseluruhan Indikator Oleh Siswa Pada Evaluasi Sumatif Grafik tersebut memperlihatkan bahwa indikator kemudahan penggunaan petunjuk hypermedia mendapatkan persentase tertinggi sebesar 92%. Indikator kemudahan mendapatkan
pengoperasian persentase
hypermedia terendah
di
sebesar
berbagar 73%.
variasi
lingkungan
Indikator
kemudahan
pengoperasian hypermedia dan kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi waktu secara berturut-turut mendapatkan persentase 83% dan 85%. Tabel 4. 255 Hasil angket penilaian aspek kepraktisan oleh guru
108
NO 1
INDIKATOR Kemudahan penggunaan petunjuk hypermedia
JUMLAH KATEGORI NILAI 11
Kemudahan pengoperasian 10 hypermedia Kemudahan pengoperasian 3 hypermedia di berbagai 11 variasi lingkungan Kemudahan pengoperasian 4 hypermedia di berbagai 11 variasi waktu 38 JUMLAH Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 12 Jumlah nilai maksimum aspek = 48 2
Sangat Baik Baik Sangat Baik
Sangat Baik Baik
Nilai hypermedia keseluruhan indikator dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Kedua tabel dan grafik di atas memperlihatkan bahwa hasil penilaian guru dan siswa terhadap kepraktisan hypermedia berada pada kategori baik atau praktis dalam penggunaannya. 4. Hasil Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic Reflection and Documentation) a. Tahap Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation) Tahap evaluasi satu-satu dilakukan dengan cara memberikan hypermedia kepada 3 orang siswa dalam bentuk CD. Siswa tidak diajarkan cara menggunakan
109
hypermedia untuk mengetahui aspek kemudahan petunjuk hypermedia yang sebenarnya. Setelah menggunakan hypermedia di rumah, kemudian siswa diminta untuk mengisi angket pada tahap ini. Kegiatan pada tahap pengisian angket pada tahap evaluasi satu-satu dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 23 Kegiatan Pengisian Angket Pada Tahap Evaluasi Satu-Satu
b. Tahap Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), Uji Lapangan (Field Test) dan Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) Pelaksanaan penggunaan hypermedia ini pada tahap evaluasi kelompok kecil, uji lapangan, evaluasi sumatif dimulai dari pemberian pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal mereka sebelum menggunakan hypermedia. Pelaksanan ini dilakukan di luar KBM. Kegiatan pretest sebelum pemberian media dapat dilihat pada gambar berikut:
110
Gambar 4. 24 Kegiatan Pretest pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil
Gambar 4. 25 Kegiatan Pretest pada Tahap Uji Lapangan
111
Gambar 4. 26 Kegiatan Pretest pada Tahap Evaluasi Sumatif Setelah pretest, siswa diberikan hypermedia, dan diminta juga untuk menggunakannya di rumah. Adapun kegiatan percobaan penggunaan media ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 27 Kegiatan Penggunaan hypermedia pada Tahap Evaluasi Sumatif Setelah tiga pertemuan siswa menggunakan media, kegiatan selanjutnya adalah siswa mengerjakan posttest untuk dilihat aspek efektivitas hypermedia dan mengisi angket penilaian mengenai hypermedia tersebut. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
112
Gambar 4. 28 Kegiatan Posttest pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil
Gambar 4. 29 Kegiatan Posttest pada Tahap Uji Lapangan
113
Gambar 4. 320 Kegiatan Posttest pada Tahap Evaluasi Sumatif B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil
penelitian
pengembangan
memperlihatkan
bahwa
media
pembelajaran hypermedia dapat menjadi solusi dari permasalahan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan secara keseluruhan sudah sesuai prosedur pengembangan, layak, efektif, dan praktis. Prosedur pengembangan media pembelajaran hypermedia ini menggunakan metode penelitian pengembangan dari Akker. Prosedur penelitian pengembangan tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan (preliminary research), prototipe (prototyping stage), evaluasi sumatif (summative evaluation), refleksi sistematik dan dokumentasi (systematic reflection and documentation). Tahap pertama merupakan tahap penelitian pendahuluan. Pada tahap ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang ada dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Setelah melalui tahap ini, peneliti mengetahui bahwa siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang kurang baik, media pembelajaran yang sudah ada belum dikembangkan untuk dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi, serta adanya kesulitan siswa dalam belajar materi alat optik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengembangkan media pembelajaran hypermedia yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi alat optik. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan
114
memiliki karakteristik tersendiri yaitu memiliki pendekatan 5M, melatihkan soal berpikir tingkat tinggi dan memberlakukan pembelajaran bermakna. Tahap kedua merupakan tahap prototipe. Tahap ini terdiri dari perancangan prototipe; pengoptimalan hasil perancangan prototipe; evaluasi formatif yang mencakup tinjauan ahli (expert review), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan uji lapangan (field test). Pada tahap ini peneliti menyempurnakan media pembelajaran hypermedia dengan cara mengetahui kelayakannya dan mengetahui tanggapan siswa terhadap media pembelajaran hypermedia. Kemudian, peneliti merevisi media pembelajaran hypermedia berdasarkan saran dari ahli dan siswa sehingga media pembelajaran hypermedia menjadi lebih baik kualitasnya. Tahap ketiga merupakan tahap evaluasi sumatif (summative evaluation). Pada tahap ini, peneliti menguji keefektivan dan kepraktisan dari media pembelajaran hypermedia yang telah direvisi. Keefektivan media pembelajaran hypermedia dapat dilihat berdasarkan persentase banyaknya siswa yang memiliki nilai ≥ Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dari tanggapan guru terhadap keefektivan media pembelajaran hypermedia. Kepraktisan media pembelajaran hypermedia diperoleh dari tanggapan guru dan siswa mengenai hypermedia yang sudah diberikan. Tahap keempat merupakan tahap refleksi sistematik dan dokumentasi. Pada tahap ini peneliti meninjau hasil pencapaian peneliti yang dibuktikan dengan adanya dokumentasi mengenai penelitian yang sudah dilakukan peneliti. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur pengembangan media pembelajaran hypermedia. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak oleh sembilan orang ahli. Sembilan orang ahli tersebut terdiri dari tiga ahli media, tiga ahli desain pembelajaran, dan tiga ahli materi ajar. Menurut ahli media, media pembelajaran hypermedia memiliki kualitas sangat baik dari aspek rekayasa perangkat lunak dan aspek komunikasi visual media. Kedua aspek tersebut memiliki 22 indikator. 64% indikator berada pada kategori sangat baik dan 36% indikator berada pada kategori baik.
115
Aspek rekayasa perangkat lunak mendapatkan kriteria sangat baik. Aspek tersebut terdiri dari sembilan indikator. Indikator tersebut diantaranya efisiensi, reliable, maintanable, usability, ketapatan pemilihan software, compability, pemaketan program, dokumentasi program, dan reusable. Indikator yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 12 dari nilai maksimum 12 (100%) adalah indikator compability dan pemaketan program. Indikator compability mendapatkan nilai tertinggi karena hypermedia yang dikembangkan berekstensi .swf sehingga dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai Operating System (OS) komputer/laptop. Selain itu flash juga merupakan program yang ringan digunakan di komputer.80 Indikator pemaketan program mendapat nilai tertinggi karena media pembelajaran hypermedia terpadu dalam satu folder dan mudah dijalankan di komputer. Indikator yang memperoleh nilai terendah adalah indikator maintanable yaitu sebesar 8 dari nilai maksimum 12 (67%). Indikator maintanable mendapatkan nilai terendah karena menurut ahli, media pembelajaran hypermedia cukup sulit untuk dimodifikasi jika ingin dirubah kontennya. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan beberapa software tambahan yang digunakan untuk membuat media pembelajaran hypermedia seperti ispring quiz maker. Aspek komunikasi visual media mendapatkan kriteria sangat baik. Aspek tersebut terdiri dari 13 indikator. Indikator tersebut diantaranya indikator komunikatif, kreatif, sederhana dan memikat, visual, ikon navigasi (layout interactive), ketepatan pemilihan font dan ukuran teks, ketepatan pemilihan audio, kualitas audio, kualitas gambar, kualitas animasi, kualitas audio dan video pengamatan, kualitas audio dan video penjelasan, kualitas audio dan video praktikum. Indikator yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 12 dari nilai maksimum 12 (100%) adalah indikator kualitas gambar, kualitas animasi, kualitas audio dan video pengamatan. Kualitas gambar mendapatkan nilai tertinggi dikarenakan gambar hypermedia memiliki resolusi yang tinggi, dapat mewakilkan dari objek yang sebenarnya, dan memiliki perpaduan warna yang menarik. Kualitas
80 Ayu, Sejarah, keunggulan dan kelemahan flash, http://oret0.blogspot.nl/2015/02/sejarah-keunggulan-dan-kelemahan-adobe.html, 29 September 2016
116
animasi mendapatkan nilai tertinggi karena animasi dapat berjalan dengan baik, animasi dapat membantu menjelaskan konsep dari alat optik, dan animasi terlihat jelas. Kualitas audio dan video pengamatan mendapatkan nilai tertinggi dikarenakan audio terdengar jelas dan nyaman untuk didengar. Kemudian, video memiliki resolusi yang tinggi, sehingga nyaman untuk dilihat. Indikator yang memperoleh nilai terendah sebesar 10 dari 12 (83%) adalah indikator kreatif, ikon navigasi (layout interactive), ketepatan pemilihan audio, serta kualitas audio dan video praktikum. Indikator kreatif mendapatkan nilai terendah karena pada animasi karakter, peneliti belum dapat memaksimalkan fungsinya dengan baik. Indikator ikon navigasi (layout interactive) sudah baik namun perlu diperbaiki agar pengguna lebih mudah menggunakannya seperti yang disarankan salah satu ahli media tentang user interface yang perlu diperbaiki. Indikator ketepatan pemilihan audio mendapat nilai terendah karena menurut ahli sebaiknya audio (musik) lebih bernuansa Indonesia. Peneliti menggunakan musik yang tidak terlalu bernuansa Indonesia untuk membuat siswa tertarik menggunakan media pembelajaran hypermedia. Indikator kualitas audio dan video praktikum perlu perbaikan pada tingkat kejernihan audio dan resolusi video praktikum. Pada video praktikum ini peneliti tidak dapat mengedit video dikarenakan video yang peneliti dapatkan terproteksi sehinga tidak dapat diedit seperti penambahan volume suara dsb. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak dari aspek desain pembelajaran. Sebanyak 53% dari indikator tersebut berada pada kategori sangat baik dan 47% berada pada kategori baik. Terdapat 15 Indikator desain pembelajaran, indikator tersebut yaitu kejelasan tujuan pembelajaran, relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/kurikulum, cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, keterlibatan aspek pendekatan saintifik 5 M, kesesuaian materi dan pembahasan contoh soal dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, ketepatan penggunaan strategi penyajian, interaktivitas melalui tombol dan animasi, pemberian motivasi belajar melalui apersepsi dan feedback pada soal evaluasi, kontekstualitas dan aktualitas melalui video dan animasi, kelengkapan bahan bantuan belajar (audio, gambar, animasi, dan video), kemudahan materi untuk dipahami (sistematis, runut, alur logika jelas),
117
keterlihatan stimulus untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui soal evaluasi, dan potensi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator yang mendapatkan nilai tertinggi sebesar 11 dari nilai maksimum 12 (92%) adalah indikator kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, ketepatan penggunaan strategi penyajian, kemudahan materi untuk dipahami (sistematis, runut, alur logika jelas), dan kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran. Indikator pertama yang mendapat nilai tertinggi adalah indikator kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan materi disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang cukup jelas (memiliki komponen audience, behavior, condition, degree) sehingga siswa memiliki tujuan yang jelas dalam belajar dan mudah dalam memahami materi. Indikator kedua yang mendapat nilai tertinggi adalah indikator ketepatan penggunaan strategi penyajian. Hal ini dikarenakan pada hypermedia yang dikembangkan peneliti, siswa dapat memilih materi yang ingin dipelajari dengan mudah tanpa perlu dibatasi untuk menyelesaikan materi tertentu. Menurut Sesemane, media pembelajaran hypermedia menyediakan sebuah lingkungan kontrol tinggi dimana siswa-siswa dimungkinkan untuk membuat keputusankeputusan mengenai cara-cara mana saja yang harus mereka ikuti. 81 Selain itu, media pembelajaran hypermedia juga disajikan dengan apersepsi dan pendekatan saintifik sehingga membantu siswa dalam belajar. Indikator ketiga yang mendapat nilai tertinggi adalah indikator kemudahan materi untuk dipahami (sistematis, runut, alur logika jelas). Hal ini dikarenakan materi disajikan secara runut dan dibuat sesederhana mungkin agar pengguna tidak bingung menggunakan media pembelajaran hypermedia. Media pembelajaran hypermedia juga dirancang untuk menyerupai cara seseorang dalam mengatur informasi dengan konsep-konsep dan dari informasi yang mereka peroleh.82 Siswa juga diberikan video penjelasan materi agar siswa merasa yakin terhadap apa yang siswa pelajari sebelumnya melalui membaca teks dan menggunakan animasi pada media pembelajaran hypermedia. Indikator keempat yang mendapat nilai tertinggi 81 82
Hayatul Mardiah, op.cit. h. 21 Azhar Arsyad, op. cit., h. 324-325
118
adalah indikator kesesuaian soal evaluasi dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan soal evaluasi dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Indikator yang mendapat nilai terendah sebesar 9,7 dari nilai maksimum 12 (81%) adalah indikator pemberian motivasi belajar melalui apersepsi dan feedback pada soal evaluasi. Hal ini dikarenakan pada apersepsi, animasi saat apersepsi masih kurang komunikatif sehingga kurang memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian feedback pada soal evaluasi hanya berisi kalimat untuk memberikan feedback tanpa ada pengaturan musik tertentu saat menjawab benar atau salah sehingga kurang dapat memotivasi siswa. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan layak dari sisi materi ajar. Keseluruhan aspek berada pada ketegori baik dengan persentase 77%. Aspek yang mendapatkan nilai tertinggi adalah aspek kejelasan contoh soal pada setiap materi dan aspek ketepatan jawaban soal evaluasi setiap materi yaitu sebesar 29 dari nilai maksimum 36 (81%). Indikator kejelasan contoh soal pada setiap materi mendapat nilai tertinggi dikarenakan contoh soal disajikan dengan pembahasan yang menyeluruh dan dapat dijelaskan dengan runut serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Indikator ketepatan jawaban soal evaluasi setiap materi mendapat nilai tertinggi dikarenakan jawaban soal evaluasi bernilai benar (tepat) sesuai soal evaluasi. Aspek yang mendapatkan nilai terendah adalah aspek cakupan dan kedalaman materi yaitu sebesar 49 dari nilai maksimum 72 (68%). Hal ini dikarenakan peneliti tidak membahas beberapa materi seperti indeks bias, dan permukaan bidang batas (lensa tebal). Beberapa materi tersebut tidak peneliti bahas agar siswa bisa fokus terhadap materi alat-alat optik sesuai kompetensi dasar yang dibahas. Media pembelajaran hypermedia efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hasil uji efektivitas pada guru dan siswa menunjukkan bahwa media pembelajaran hypermedia sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan persentase 83,5%. Berdasarkan penilaian guru, media pembelajaran hypermedia sangat efektif 92%. Berdasarkan hasil posttest siswa, media pembelajaran hypermedia sangat efektif
119
dengan persentase 75%. Efektivitas siswa tersebut didapat dari banyak siswa yang mendapat ≥ KKM. Menurut Sesemane, media pembelajaran hypermedia membuat siswa-siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif mereka yang kompleks, seperti memecah sebuah topik ke dalam subtopik-subtopik. 83
Media pembelajaran hypermedia yang bersifat individual memungkinkan siswa
untuk mencari informasi sendiri dan membangun pengetahuan berdasarkan eksplorasinya84 Selain itu pendekatan saintifik juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 85 Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya setelah sering dilatihkan untuk menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui pendekatan saintifik.86 Kemudian, media pembelajaran hypermedia juga dapat menjadi solusi bagi siswa yang lambat dalam memahami materi pelajaran.87 Dengan demikian, siswa yang lambat dan cepat dalam belajar dapat memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai materi alat optik yang sudah dibahas. Oleh karena itu, media pembelajaran hypermedia dapat menjadi media yang efektif untuk digunakan siswa. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan praktis digunakan oleh guru dan siswa dengan persentase kepraktisan sebesar 86,5%. Media pembelajaran hypermedia praktis digunakan dimana saja. Media pembelajaran hypermedia dapat digunakan di kelas, lab komputer, ataupun di rumah. Media pembelajaran hypermedia juga dinilai praktis dalam penggunaan dibandingkan harus membawa media rill kemanamana dan membeli media rill alat optik. Melalui penggunaan Media pembelajaran hypermedia, guru dan siswa tidak harus membawa peralatan alat optik yang cukup banyak dan besar dikarenakan pembahasan alat optik pada media pembelajaran
83
Hayatul Mardiah, op.cit. h. 21 Tri Lukitaningsih, “ Pembelajaran Biologi dengan Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar”, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, h. 44 85 Ahmad Nurkholis Majid ”Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas X MAN Wonokromo Bantul pada Materi Pokok Konsep Mol”, Skripsi pada Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015, h. 85 86 Desy Eka Wahyuni dan Alimufi Arief, “Implementasi Pembelajaran Scientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada Materi Alat-Alat Optik Kelas X Di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 04, 2015, h. 32 87 Iwan Permana Suwarna, “Menggagas sebuah software pembelajaran mandiri yang konstruktivistik melalui macromedia flash”, Jurnal UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013, h. 7. 84
120
hypermedia ini sudah dilengkapi dengan gambar, animasi, dan video penjelasan. Kemudian biaya pengadaan alat optik pun seperti mikroskop, teropong dsb cukup mahal sehingga sekolah kesulitan dalam pengadaannya. Harga sebuah kamera, mikroskop, lup, teropong bintang dan teropong bumi membutuhkan harga Rp. 22.994.00088. Kemudian, media pembelajaran hypermedia dapat dibuka kapan saja. Hal ini membuat siswa dapat belajar sesuai waktu yang diinginkan (pagi, siang, sore, malam) sehingga dapat dikatakan praktis dalam penggunaannya.
88
http://www.lazada.co.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pengembangan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Prosedur yang digunakan untuk pengembangan media pembelajaran hypermedia adalah dengan menggunakan penelitian pengembangan dari Akker yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan (preliminary research), prototipe (prototyping stage), evaluasi sumatif (summative evaluation), refleksi sitematik dan dokumentasi (reflection systematic and documentation). Tahap penelitian pendahuluan terdiri dari: studi literatur dan studi lapangan. Tahap prototipe terdiri dari tahap perancangan pedoman desain, pengoptimalan desain, evaluasi formatif (penilaian ahli, evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil dan uji lapangan). Tahap evaluasi sumatif terdiri dari uji efektivitas dan praktikabilitas. 2. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan dinyatakan layak (84,5%). Kelayakan ini dinilai oleh sembilan orang ahli yang terdiri dari tiga ahli media, tiga ahli desain pembelajaran, dan tiga ahli materi. Ahli media menyatakan media pembelajaran hypermedia sangat baik dan layak untuk digunakan (89,7%). Ahli desain pembelajaran menyatakan media pembelajaran hypermedia sangat baik dan layak untuk digunakan (87,2%). Ahli materi menyatakan media pembelajaran hypermedia baik dan layak untuk digunakan (76,7%). 3. Media pembelajaran hypermedia yang dikembangkan sangat efektif (83,5%) dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penilaian tiga orang guru menyatakan media pembelajaran hypermedia sangat efektif (92%) meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hasil posttest siswa juga menyatakan media pembelajaran hypermedia sangat efektif (75%) dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Nilai N-gain yang diperoleh siswa pada penelitian ini sebesar 0,64 (kategori sedang). 121
122 4. Media pembelajaran hypermedia dinyatakan praktis (85%). Guru menyatakan media pembelajaran hypermedia sangat praktis digunakan (90%) sedangkan siswa menyatakan media pembelajaran hypermedia praktis digunakan (83%) B. Saran Berikut ini beberapa saran yang diajukan peneliti, yaitu: 1. Media pembelajaran hypermedia dikatakan efektif dalam pembelajaran, namun penelitian ini tidak bisa menjelaskan pengaruh media hypermedia terhadap hasil belajar siswa. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dalam jangka waktu lama untuk mengukur pengaruh hypermedia yang dikembangkan dalam skala lebih besar. 2. Media pembelajaran hypermedia dapat dikembangkan lebih lanjut lagi pada materi fisika yang lain seperti dinamika rotasi dan materi lainnya yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini didasarkan hasil masukkan dari guru untuk membuat media pembelajaran hypermedia pada materi dinamika rotasi. 3. Media pembelajaran hypermedia dikatakan baik oleh para ahli dan siswa, namun untuk pengembangan selanjutnya perlu dicoba dalam versi android atau iOS agar lebih mudah secara teknis dalam mempelajarinya. 4. Untuk tahap pelaksanaan penelitian, diperlukan proses perjanjian antara peneliti dan siswa maupun peneliti dan guru agar penelitian berlangsung dengan lancar sesuai kesepakatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA Akker, Jan van den, et al., Educational Design Research. New York: Routledge, 2006. Amin, Bunga Dara, Alimuddin Mahmud, dan Muris. “The Development of Physics Learning Instrument Based n Hypermedia and Its Influence on The Student Problem Solving Skill”, Journal of Education and Practice. 2016. Anderson, L.W. (Ed.), Krathwohl, D.R.,.Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. New York: Addison Valley, 2015. Ansori, M. Iksan, dkk., “Efektivitas pembelajaran Hypermedia dan Slide Powerpoint Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan Visuospasial”, Jurnal Teknologi Pendidikan dan pembelajaran. 1, 2013. Arisanto, Iwan, Agus Suyudi, dan Lia Yuliati. “Pengembangan Bahan Ajar Integratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA Materi Optik”, Universitas Negeri Malang. Ariyani, Fina “Pengaruh Pembelajaran Berbantukan Media Online Facebook terhadap Hasil Belajar Fisika pada Konsep Termodinamika”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika UIN Jakarta, 2010. Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014. Arum, Wahyuni Fajar,Trapsilo Prihandono, dan Yushardi, “Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) dengan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika di Kelas VIII SMP”, Jurnal Pembelajaran Fisika. 1, 2012. Ayu, Sejarah, keunggulan dan kelemahan flash, http://oret0.blogspot.nl/2015/02/sejarahkeunggulan-dan-kelemahan-adobe.html, 29 September 2016 Azhar, Anugrah. “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Dualisme Gelombang-Partikel”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2015. Brookhart, Susan”How to assess Higher Order Thinking Skilss In Your Classroom”, Alexandria: ASCD, 2010 Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, dan Elvin Yusliana Ekawati, “Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika pada Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Fisika.1, 2013. Erlin Montu, dkk., “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Fitriani, Subaer, dan Nurhayati, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Higher Order of Thinking Skills (HOTS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa SMA Menyelesaikan Soal Fisika”, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 2013. 123
124
Fitriani, Wulandari, Fauzi Bakri, dan Sunaryo, “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Fisika Untuk Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill) Siswa SMA”, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika. 2, 2017. Handayani, Ririn dan Sigit Priatmoko, “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X”. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 7, 2013. Hayatul Mardiah “Pengaruh Hypermedia terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI Pada Konsep Gerak Lurus”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015. Tidak dipublikasikan. http://www.lazada.co.id Jannah, Miftachul, Wahono Widodo, dan Martini. “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan Sets-Edutainment Tema Baterai Alami untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar di SMPN 1 Gondang”, Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. 2, 2014. Jose Chamoso Sanchez, et al., Designing Hypermedia Tools for Solving Problems in Mathematics. Journal of Computers & Education. 38, 2002. Julistiawati, Rini dan Bertha Yonata,”Keterampilan Berpikir Level C4, C5, & C6 Revisi Taksonomi Bloom Siswa Kelas X-3 SMAN 1 Sumenep Pada Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”, UNESA Journal of Chemical Education. 2, 2013. Kanginan, Marthen. FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013. Kemendikbud, ”Permendikbud No.21 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”. 2016. Kurniati, Dian, Romi Harimukti, dan Nur Asiyah Jamil, “Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 20, 2016. Lambertus, “Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD”. 28, 2009. Lestari, Wiji, “Multimedia Pembelajaran Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Prestasi dan Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA”. 2016, h.2 Lukitaningsih, Tri “Pembelajaran Biologi dengan Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar”, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta: 2010. Majid, Ahmad Nurkholis ”Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas X MAN Wonokromo Bantul pada Materi Pokok Konsep Mol”, Skripsi pada Program Sarjana UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: 2015.
125
Mampadi, Freddy dkk. “Design of adaptive hypermedia learning systems: A cognitive style approach”, Journal Computers & Education. 2010. Montu, Erlin, Widha Sunarno, dan Suparmi, “Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil Ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal”, Jurnal Inkuiri. 1, 2012. Munadi, Yudhi. Media pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Baru, 2008. Naseer, Muchammad dan Gede Harsemadi. Sistem Multimedia. Yogyakarta: ANDI, 2013. Nugraha, Ava dan Tatang, Guru SMA, Wawancara, Karawang, November, 2016. OECD, “Program for International Student Assesment (PISA) 2015”, 2016 OECD, “Skills Matter : Further Results From The Survey of Adult Skill”, Laporan Hasil PIAAC, 2016. Purnama, Bambang Eka. Konsep Dasar Multimedia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penidikan. Bandung: Fajar Interprtama Mandiri, 2006. Sihes, Ahmad Johari. Konsep Pembelajaran. http://eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: ALFABETA, 2012), h. 68 Suwarna, Iwan Permana “Menggagas sebuah software pembelajaran mandiri yang konstruktivistik melalui macromedia flash”, Jurnal UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2013. Suwarna, Iwan Permana “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui Computer Based Test pada Program Studi Pendidikan Fisika”, Laporan Penelitian UIN Jakarta, 2016 Suwarna, Iwan Permana. Model pembelajaran Fisika Interaktif Melalui Program Macromedia Flash (Computer Based Instruction) Suatu Alternatif dalam pembelajaran Fisika. 2015 (http://iwanpermana.blogspot.nl/2007/02/). Tessmer, Martin. Planning and Conducting Formative Evaluations. London: Routledge, 1993 Tri Lukitaningsih, “Pembelajaran Biologi dengan Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Interaksi Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar”, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta: 2010. Wahyuni, Desy Eka, dan Alimufi Arief, “Implementasi pembelajaran scientific approach dengan soal higher order thinking skill pada materi alat-alat optik kelas x di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik”. jurnal inovasi pendidikan fisika.4, 2015.
126
Yuda, I.G.Ngr.Hari, Ketut Suma, dan I Made Candiasa. “Pengembangan E-Learning Fisika dalam Bentuk Website Berorientasi Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kreativitas Siswa Kelas XI IPA”, E-Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 4, 2014.
127
LAMPIRAN-LAMPIRAN
128
Lampiran 1 Lembar wawancara guru
129
130
131
132
Lampiran 2 Angket siswa pada studi pendahuluan
133
A. Kisi-Kisi Angket Siswa pada studi pendahuluan No. 1.
2.
Sub Variabel Media pembelajaran yang digunakan di dalam kelas
Penggunaan laptop pada siswa
Indikator Variabel Penggunaan media di dalam kelas
Pernyataan
Guru fisika sering menggunakan media pembelajaran berbantuan komputer seperti power point, prezi, dll. Saya mengerti materi fisika yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada. Saya seringkali tidak dapat mengikuti pembelajaran secara cepat dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada. Media pembelajaran yang sudah digunakan guru dapat meningkatkan cara berpikir saya secara mendalam tentang konsep fisika. Media pembelajaran yang sudah ada dapat membuat saya tertarik mempelajari fisika Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat saya mengerjakan berbagai variasi soal. Media Saya menginginkan media pembelajaran pembelajaran berbasis komputer yang dapat menampilkan yang dibutuhkan gambar, animasi, video penjelasan materi, siswa di dalam dan soal-soal evaluasi pada mata pelajaran kelas fisika. Saya menginginkan media pembelajaran yang dapat menghubungkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari
Kepemilikan komputer/laptop Penggunaan komputer/laptop
Butir (+)/(-) (+)
(-)
(+)
(-)
(-) (-)
(+)
(+)
Saya memilki komputer/laptop di rumah.
(+)
Saya menggunakan komputer/laptop setiap hari Saya lebih banyak menggunakan komputer/laptop untuk hiburan (media sosial, menonton film) dibandingkan untuk kepentingan pelajaran Saya memiliki banyak aplikasi di komputer/laptop saya yang berkaitan dengan pelajaran
(+) (+)
(-)
134
3.
Penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran di kelas
Pengetahuan mengenai hypermedia
Jumlah pernyataan
Saya sudah mengetahui mengenai hypermedia sebelumnya bahkan sudah pernah memakainya
(-)
Saya tidak tertarik menggunakan hypermedia
(-)
14
(+)=7 (-)=7
135
B. Lembar Angket Siswa LEMBAR ANGKET PENELITIAN PENDAHULUAN (Penggunaan Komputer/laptop) Nama Kelas Sekolah Petunjuk
: : : : Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia. Keterangan: SS = Sangat Setuju ST = Setuju RG = Ragu- ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
A. Media pembelajaran No. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
Pertanyaan Guru fisika sering menggunakan media pembelajaran berbantuan komputer seperti power point, prezi, dll. Saya mengerti materi fisika yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada. Saya seringkali tidak dapat mengikuti pembelajaran secara cepat dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ada. Media pembelajaran yang sudah digunakan guru dapat meningkatkan cara berpikir saya secara mendalam tentang konsep fisika. Media pembelajaran yang sudah ada dapat membuat saya tertarik mempelajari fisika Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat saya mengerjakan berbagai variasi soal. Saya menginginkan media pembelajaran berbasis komputer yang dapat menampilkan gambar, animasi, video penjelasan materi, dan soal-soal evaluasi pada mata pelajaran fisika.
SS
ST
Jawaban RG TS
STS
136
8.
Saya menginginkan media pembelajaran yang dapat menghubungkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari
B. Penggunaan komputer/laptop No. 1.
2. 3.
4.
Pertanyaan
SS
Jawaban RG TS
STS
Jawaban ST RG TS
STS
ST
Saya biasa memanfaatkan komputer/laptop di rumah untuk mengerjakan tugas makalah/memerlukan pengetikan. Saya menggunakan komputer/laptop setiap hari Saya lebih banyak menggunakan komputer/laptop untuk hiburan (media sosial, bermain games, menonton film) dibandingkan untuk kepentingan pelajaran Saya memiliki banyak aplikasi di komputer/laptop saya yang berkaitan dengan pelajaran
C. Penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran di kelas No. 1. 2.
Pertanyaan Saya sudah mengetahui mengenai hypermedia sebelumnya bahkan sudah pernah memakainya Saya tidak tertarik menggunakan hypermedia
SS
137
C. Contoh hasil angket siswa
138
139
140
141
Lampiran 3 Lembar validasi ahli media
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
Lampiran 4 Hasil validasi ahli media
152
No
Aspek
Jumlah Nilai
Kesimpulan
1
Rekayasa Perangkat Lunak
95
Sangat Baik
2
Komunikasi, Visual, Media
142
Sangat Baik
237
Sangat Baik
Jumlah
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
Nilai 95 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Garis bilangan keseluruhan indikator aspek komunikasi visual
Nilai 142 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Garis bilangan keseluruhan aspek oleh ahli media
Nilai 237 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
153
5. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
No
Nama
Asal Instansi
1
2
3
No. Pernyataan 4 5 6
7
8
9
1
Yudhi Munadi, M.Ag.
FITK UIN Jakarta
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
Feri Fahrianto, M.T.
FST UIN Jakarta
2
4
1
3
2
4
4
3
3
3
DR. Didi Teguh Chandra
FMIPA UPI BANDUNG
4
3
3
4
4
4
4
4
3
Jumlah Nilai
10
11
8
11
10
12
12
11
10
Kategori
B
SB
B
SB
B
SB
SB
SB
B
154
Garis Bilangan per Indikator 1. Efisiensi
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 2. Reliable
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 3. Maintanable
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 4. Usability
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 6. Compability
Nilai 12 termasuk dalam kategori sangat baik. 7. Pemaketan program
Nilai 12 termasuk dalam kategori sangat baik. 8. Dokumentasi program
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 9. Reusable
5. Ketepatan pemilihan software Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
155
2. Aspek Komunikasi Visual
10
11
12
13
14
No. Pernyataan 15 16 17
FITK UIN Jakarta
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
2
Feri Fahrianto, M.T.
FST UIN Jakarta
3
3
3
3
2
3
3
3
4
4
4
3
3
3
DR. Didi Teguh Chandra
FMIPA UPI Bandung
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
Jumlah Nilai
11
10
11
11
10
11
10
11
12
12
12
11
10
Kategori
SB
B
SB
SB
B
SB
B
SB
SB
SB
SB
SB
B
Nama
Asal Instansi
1
Yudhi Munadi, M.Ag.
No
18
19
20
21
22
156
Garis Bilangan per Indikator 10. Komunikatif
14. Ikon navigasi (Layout interaktive)
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
11. Kreatif dalam ide
15. Ketepatan pemilihan font dan ukuran teks
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
12. Sederhana dan memikat 16. Ketepatan pemilihan audio
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
13. Visual 17. Kualitas audio
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
157
Nilai 12 termasuk dalam kategori sangat baik.
18. Kualitas gambar
21. Kualitas audio dan video penjelasan
Nilai 12 termasuk dalam kategori sangat baik. Nilai 11 termasuk dalam interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
19. Kualitas animasi
22. Kualitas audio dan video praktikum Nilai 12 termasuk dalam kategori sangat baik. 20. Kualitas audio dan video pengamatan Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Garis Bilangan Kelayakan Media pada Aspek Media
Nilai 3 termasuk dalam kategori layak
158
Lampiran 5 Angket validasi ahli desain pembelajaran
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
Lampiran 6 Hasil validasi ahli desain pembelajaran
171
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indikator Kejelasan tujuan pembelajaran Relevansi tujuan pembelajaran dengan KD/Kurikulum Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Keterlihatan aspek pendekatan saintifik 5 M Kesesuaian materi dan pembahasan contoh soal dengan tingkat perkembangan berpikir siswa Ketepatan penggunaan strategi penyajian Interaktivitas melalui tombol dan animasi Pemberian motivasi belajar melalui apersepsi dan feed back pada soal evaluasi. Kontekstualitas dan aktualitas melalui video dan animasi. Kelengkapan bahan bantuan belajar (audio, gambar, animasi, dan video) Kemudahan materi untuk dipahami (Sistematis, runut, alur logika jelas) Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran Keterlihatan stimulus untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui soal evaluasi. Potensi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Jumlah Kategori
Jumlah Nilai 10,7 10 10,7 11 10,4 10,7 11 10 9,7 10,8 10 11 11 10 10 157 Baik
Garis Bilangan Keseluruhan Aspek Desain Pembelajaran
Nilai 157 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
172
Lembar Validasi per Indikator No
Nama
Asal Instansi FITK UIN Jakarta
No. Pernyataan 7 8 9
1
2
3
4
5
6
3
2
3
3
2,8
3
3
3
10
11
12
13
14
15
2
3
3
3
3
2
3
1
Devi Solehat, M.Pd
2
Iwan Permana S., M.Pd.
FITK UIN Jakarta
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
Hartono, M.Pd.
SMA PGRI 56 Ciputat
3,7
4
3,7
4
3,6
3,7
4
4
3,7
3,8
3
4
4
4
3
Jumlah Nilai
10,7
10
10,7
11
10,4
10,7
11
11
9,7
10,8
10
11
11
10
10
Kategori
SB
B
SB
SB
B
SB
SB
SB
B
SB
B
SB
SB
B
B
173
Garis Bilangan per Indikator 1.
Kejelasan tujuan pembelajaran
Nilai 10,7 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 2. Relevansi tujuan pembelajaran dengan KD/Kurikulum
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 3. Cakupan dan pembelajaran
kedalaman
tujuan
5. Keterlihatan saintifik 5 M
aspek
pendekatan
Nilai 10,4 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 6. Kesesuaian materi dan pembahasan contoh soal dengan tingkat perkembangan berpikir siswa
Nilai 10,7 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 7. Ketepatan penggunaan strategi penyajian
Nilai 10,7 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 4. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. 8. Interaktivitas melalui tombol dan animasi
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
174
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
12. Kemudahan materi untuk diapahami (sistematis, runut, alur logika jelas)
9. Pemberian motivasi belajar melalui apersepsi dan feedbak pada soal evaluasi Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik Nilai 10,7 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
13. Kesesuaian soal evaluasi dengan tujuan pembelajaran
10. Kontekstualitas dan aktualitas melalui video dan animasi Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Nilai 10,8 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik.
14. Keterlihatan stimulus untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir melalui soal evaluasi
11. Kelengkapan bahan bantuan belajar (audio, gambar, animasi, video)
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
15. Potensi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
175
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Garis Bilangan Kelayakan Media pada Aspek Desain Pembelajaran
Nilai 3 termasuk dalam kategori layak
176
Lampiran 7 Angket validasi ahli materi
177
178
179
180
181
182
183
184
Lampiran 8 Hasil validasi ahli materi
185
No 1
2
Aspek Kesesuaian gambar, animasi, video pengamatan, dan video penjelasan dengan materi Kejelasan dalam menjelaskan rumus fisika melalui teks atau video penjelasan
Jumlah Nilai
Kesimpulan
57
Baik
56
Baik
3
Kejelasan contoh soal
29
Baik
4
Ketepatan jawaban soal evaluasi Ketepatan penyajian dan tidak miskonsepsi Cakupan dan kedalaman materi Jumlah
29
Baik
56
Baik
49
Baik
276
Baik
5 6
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek kesesuaian gambar, animasi, video pengamatan, dan video penjelasan dengan materi alat optik
Nilai 57 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek kejelasan contoh soal
Nilai 29 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek ketepatan jawaban soal evaluasi
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek kejelasan dalam menjelaskan rumus fisika melalui teks atau video penjelasan Nilai 29 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Nilai 56 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
186
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek ketepatan penyajian dan tidak miskonsepsi
Nilai 49 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Garis bilangan keseluruhan aspek
Nilai 56 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati Nilai 276 termasuk dalam kategori baik. interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih Garis bilangan keseluruhan indikator pada mendekati baik. aspek cakupan kedalaman materi
1. Aspek Kesesuaian Gambar, Animasi, Video Pengamatan, dan Video Penjelasan No. Pernyataan No Nama Asal Instansi . a b c d e F 1 Hasian FITK UIN Pohan, 3 2 3 3 2 2 Jakarta M.Si 2 Ai FITK UIN Nurlaela, 4 4 4 4 4 4 Jakarta M.Si 3 Taufiq Al FITK UIN Farizi, 3 3 3 3 3 3 Jakarta M.P.Fis Jumlah 10 9 10 10 9 9 Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Garis bilangan per indikator
a. Mata b. Cacat Mata (Kacamata)
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan cukup baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
187
c. Lup
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
e. Teropong
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”.
d. Mikroskop f. Kamera
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
2. Aspek Kejalasan dalam Menjealaskan Rumus Fisika Melalui Teks atau Video No Nama Asal No. Pernyataan . Instansi a B c d e f 1 Hasian FITK UIN Pohan, 2 2 3 3 2 2 Jakarta M.Si 2 Ai FITK UIN Nurlaela, 4 4 4 4 4 4 Jakarta M.Si 3 Taufiq Al FITK UIN Farizi, 3 3 3 3 3 3 Jakarta M.P.Fis Jumlah 9 9 10 10 9 9 Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik
188
Garis Bilangan per Indikator a. Mata d. Mikroskop
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik. Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
b. Cacat Mata (Kacamata)
e. Teropong
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”.
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”.
c. Lup
f. Kamera
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. 3. Aspek Kejelasan Contoh Soal No Nama . 1 Hasian Pohan, M.Si 2 3
Ai Nurlaela, M.Si Taufiq Al Farizi, M.P.Fis Jumlah Kategori
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”.
Asal Instansi FITK UIN Jakarta FITK UIN Jakarta FITK UIN Jakarta
a
No. Pernyataan b c
3
3
3
3
4
4
3
3
3
9 Baik
10 Baik
10 Baik
Garis Bilangan per Indikator
189
a. Pertemuan 1
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. c. Pertemuan 3
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”. b. Pertemuan 2
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
4. Aspek Ketepatan jawaban soal evaluasi No Nama Asal Instansi . 1 Hasian Pohan, M.Si FITK UIN Jakarta 2 Ai Nurlaela, M.Si FITK UIN Jakarta Taufiq Al Farizi, 3 FITK UIN Jakarta M.P.Fis Jumlah Kategori
No. Pernyataan A b c 2 2 2 3 4 4 4
4
4
9 Baik
10 Baik
10 Baik
Garis Bilangan per Indikator a. Pertemuan 1
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”.
b. Pertemuan 2
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
190
c. Pertemuan 3
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
5. Aspek Ketepatan Penyajian dan Tidak Miskonsepsi No. Pernyataan Asal No. Nama Instansi A B c d e f 1 Hasian Pohan, FITK UIN 2 2 2 2 2 3 M.Si Jakarta 2 Ai Nurlaela, FITK UIN 4 4 4 4 4 4 M.Si Jakarta 3 Taufiq Al FITK UIN Farizi, 4 3 3 3 3 3 Jakarta M.P.Fis Jumlah 10 9 9 9 9 10 Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Garis Bilangan per Indikator a. Mata
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
c. Lup
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
d. Mikroskop
b. Kacamata (cacat mata)
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
191
e. Teropong
f. Kamera
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
6. Aspek Cakupan Kedalaman Materi Asal No. Nama Instansi a 1 Hasian FITK Pohan, UIN 2 M.Si Jakarta 2 Ai FITK Nurlaela, UIN 3 M.Si Jakarta 3 Taufiq Al FITK Farizi, UIN 3 M.P.Fis Jakarta Jumlah 8 Kategori
Baik
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
b
No. Pernyataan C d
e
f
2
2
2
2
2
3
4
4
3
4
3
3
2
2
3
8
9
8
Baik
Baik
Baik
7 9 Cukup Baik Baik
Garis Bilangan per Indikator a. Mata
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. b. Kacamata (cacat mata)
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. c. Lup
Nilai 9 termasuk kategori baik d. Mikroskop
192
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. e. Teropong f. Kamera
Nilai 7 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati cukup baik.
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik.
Garis Bilangan Kelayakan Media oleh Ahli Materi
Nilai 3 termasuk dalam kategori layak
193
Lampiran 9 Angket evaluasi satu-satu
194
LEMBAR PENILAIAN EVALUASI SATU-SATU (ONE-TO-ONE EVALUATION) MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK Nama
: .........................................................................
Kelas : .......................................................................... Sekolah : ......................................................................... Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut sesuai dengan pendapat anda berdasarkan keterangan pada setiap jawaban. Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Sangat Tidak Baik Jawaban No Aspek Indikator 0 1 2 3 4 1
Materi (content)
Kemudahan memahami materi Kejelasan pembahasan materi Kemenarikan penyajian materi Keterkinian (keterbaruan materi) Kontekstual (materi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari)
2
Desain
Keterbacaan teks pada media
Pembelajaran
Kejelasan tujuan pembelajaran Sistematika materi
3
Implementasi
Kemudahan penggunaan
(implementation) Intensitas penggunaan 4
Kualitas Teknis
Kejelasan cara menggunakan media Kualitas media pembelajaran Kemenarikan background Kualitas gambar Kejelasan Animasi
195
No
Aspek
Jawaban
Indikator
0
1
2
3
4
Kualitas Audio percakapan Kualitas musik Kualitas video pendahuluan Kualitas audio pada video pendahuluan Kualitas video penjelasan Kualitas audio pada video penjelasan Jumlah
Komentar dan Saran ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... A. Hasil Angket Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation) 1. Rekapitulasi Hasil No 1 2 3 4
Aspek Materi Desain Pembelajaran Implementasi Kualitas Teknis Jumlah
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator pada Aspek Materi
Jumlah Nilai 46
Kategori
Persentase
Baik
77%
27
Baik
75%
19 102 194
Baik Baik Baik
79% 77%
Nilai 46 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 46 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 60 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 77%
196
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79%
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek desain pembelajaran
Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek kualitas teknis
Nilai 27 termasuk dalam kategori baik. Persentase 27 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 36 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek implementasi
Nilai 19 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 19 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 24 2. Hasil per Indikator a. Aspek Materi No Evaluator
Nilai 102 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 102 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 132 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 77% Garis bilangan keseluruhan aspek
Nilai 194 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
1
No. Indikator 2 3 4
5
3
2
4
3
4
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
Jumlah
9
8
8
10
Kategori
Baik
Baik
11 Sangat Baik
Baik
Baik
Kelas
1
E01
XI MIPA 5
2
E02
XI MIPA 5
3
E03
XI MIPA 5
Sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
197
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kemudahan memahami materi
3. Kemenarikan Penyajian Materi
Nilai 9 termasuk dalam kategori “baik”. Persentase 9 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
2. Kejelasan Pembahasan Materi
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 8 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 67%
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% 4. Keterkinian Materi
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 8 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 67%
b. Aspek Desain Pembelajaran No Evaluator 1 2 3
E01 E02 E03
Kelas
Sekolah
XI MIPA 5 SMAN 1 Karawang XI MIPA 5 SMAN 1 Karawang XI MIPA 5 SMAN 1 Karawang Jumlah Kategori
No. Indikator 6 7 8 3 4 4 3 3 2 3 3 2 9 10 8 Baik Baik Baik
198
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Keterbacaan Teks
Persentase 10 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
3. Sistematika materi Nilai 9 termasuk dalam kategori baik. Persentase 9 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% 2. Kejelasan Tujuan Pembelajaran
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 8 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 67%
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. c. Aspek Implementasi No Evaluator
Kelas
1
E01
XI MIPA 5
2
E02
XI MIPA
3
E03
XI MIPA 5
Sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
Jumlah Kategori
No. Indikator 9 10 4
4
3
2
4
2
11 Sangat Baik
8 Baik
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kemudahan Penggunaan
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92%
199
Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 8 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 67%
2. Intensitas Penggunaan
d. Aspek Kualitas Teknis No
Evaluator
1
E01
2
3
Kelas
XI MIPA 5 XI E02 MIPA 5 XI E03 MIPA 5 Jumlah
Sekolah
No. Indikator 15 16 17
11
12
13
14
SMAN 1 Karawang
4
4
2
2
3
2
SMAN 1 Karawang
3
4
4
3
3
SMAN 1 Karawang
4
3
3
3
11
11
9
SB
SB
B
Kategori
18
19
20
21
4
4
4
4
4
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
8
9
7
9
10
10
10
10
B
B
B
B
B
B
B
B
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kejalasan hypermedia
cara
menggunakkan
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92%
2. Kualitas hypermedia
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92%
200
3. Kemenarikan background
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik. Persentase 9 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75%
Nilai 7 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati cukup baik. Persentase 7 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 58% 7. Kualitas musik
4. Kualitas gambar Nilai 9 termasuk dalam kategori baik. Persentase 9 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% Nilai 8 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 67% 5. Kualitas animasi
Nilai 9 termasuk dalam kategori baik. Persentase 9 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% 6. Kualitas audio percakapan
8. Kualitas video pendahuluan
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% 9. Kualitas audio pada video penjelasan
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12
201
10.
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% Kualitas video penjelasan
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83%
11. Kualitas penjelasan
audio
pada
video
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83%
202
Lampiran 10 Angket evaluasi kelompok kecil
203
A. Angket Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)
LEMBAR PENILAIAN EVALUASI KELOMPOK KECIL (SMALL GROUP EVALUATION) MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HIGH ORDER THINKING SKILL PADA MATERI ALAT OPTIK Nama : ......................................................................... Kelas : ............................................................................. Sekolah : ......................................................................... Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut sesuai dengan pendapat anda berdasarkan keterangan pada setiap jawaban Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Sangat Tidak Baik No. A.
Aspek Materi
Indikator Validasi 1.
Kemudahan memahami materi
2.
Kejelasan pembahasan materi
3.
Kemenarikan penyajian materi
4.
Keterkinian (keterbaruan materi) Kontekstualitas
5. B.
Desain pembelajaran
6. 7. 8.
C.
Implementasi
Kemenarikan strategi pembelajaran Kejelasan tujuan pembelajaran
Keterbacaan teks pada hypermedia 9. Sistematika materi (tidak membingungkan) 10. Kemudahan penggunaan hypermedia 11. Pemanfaatan di waktu mendatang 12. Intensitas penggunaan hypermedia
Jawaban 4
3
2
1
0
204
No. D.
Aspek Efisiensi
Indikator Validasi
Jawaban 4
3
2
1
0
13. Kecukupan waktu yang diperlukan untuk memahami materi 14. Kemudahan mengolah informasi (materi) melalui media
Komentar dan Saran ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ............................................................................................................................................... B. Hasil Angket Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation) 1. Rekapitulasi Hasil per Aspek Jumlah No Aspek Kategori Persentase Nilai 1 Materi 185 Baik 77% 2 Desain Pembelajaran 153 Baik 80% 3 Implementasi 121 Baik 84% 4 Efisiensi 72 Baik 72% JUMLAH 531 Baik Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek materi
Nilai 185 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 185 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 240 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 77% Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek desain pembelajaran
Nilai 153 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 153 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 192 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 80% Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek implementasi
205
Nilai 72 termasuk dalam kategori baik. Persentase 72 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 96 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% Nilai 121 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 121 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 144 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 84% Garis bilangan keseluruhan indikator pada aspek efisiensi
Garis bilangan keseluruhan aspek
Nilai 531 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
1. Hasil per Indikator a. Aspek Materi No
Evaluator
1
E01
2
E02
3
E03
4
E04
5
E05
6
E06
7
E07
8
E08
9
E09
10
E10
Kelas
Sekolah
XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6
SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
No. Indikator 3 4
1
2
5
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
2
2
3
4
3
4
3
3
4
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
206
No
Evaluator
11
E11
12
E12
Kelas XI MIPA 6 XI MIPA 6 Jumlah Kategori
Sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
1
No. Indikator 2 3 4
5
4
3
2
2
4
3
4
4
3
4
36 39 38 33 Baik Baik Baik Baik
39 Baik
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kemudahan memahami materi
Persentase 38 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79% 4. Keterkinian (keterbaruan materi) 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Nilai 36 termasuk dalam kategori baik. Persentase 36 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 75% 2. Kejelasan pembahasan materi
Nilai 39 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 39 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 81%
Nilai 33 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 33 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 69% 5. Kontekstualitas (penyajian materi berkaitan dengan kehidupan seharihari)
3. Kemenarikan penyajian materi
Nilai 38 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
Nilai 39 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 39 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 81%
207
b. Aspek Desain Pembelajaran No Evaluator
Kelas
1
E01
XI MIPA 6
2
E02
XI MIPA 6
3
E03
XI MIPA 6
4
E04
XI MIPA 6
5
E05
XI MIPA 6
6
E06
XI MIPA 6
7
E07
XI MIPA 6
8
E08
XI MIPA 6
9
E09
XI MIPA 6
10
E10
XI MIPA 6
11
E11
XI MIPA 6
12
E12
XI MIPA 6
Sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
Jumlah Kategori
1
No. Indikator 2 3
4
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
2
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
2
3
4
2
4
3
2
4
4
3
4
4
4
3
38 Baik
38 Baik
40 Baik
37 Baik
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kemenarikan strategi pembelajaran pada hypermedia
Nilai 38 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 38 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79%
2. Kejelasan tujuan pembelajaran
Nilai 38 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 38 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 41 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79%
208
4. Sistematika materi pada hypermedia (tidak membuat bingung)
3. Keterbacaan teks pada hypermedia
Nilai 40 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 40 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83%
Nilai 37 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 37 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 77%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
c. Aspek Implementasi No
Evaluator
1
E01
2
E02
3
E03
4
E04
5
E05
6
E06
7
E07
8
E08
9
E09
10
E10
11
E11
12
E12
Kelas XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 Jumlah
1
No. Indikator 2 3
SMAN 1 Karawang
4
4
3
SMAN 1 Karawang
3
3
2
SMAN 1 Karawang
2
3
3
SMAN 1 Karawang
4
4
4
SMAN 1 Karawang
4
4
3
SMAN 1 Karawang
4
2
4
SMAN 1 Karawang
4
4
3
SMAN 1 Karawang
4
4
4
SMAN 1 Karawang
3
3
2
SMAN 1 Karawang
4
3
3
SMAN 1 Karawang
3
2
3
SMAN 1 Karawang
4
4
4
43
40
38
Sekolah
209
Sangat Baik
Kategori
Baik
Baik
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kemudahan penggunaan hypermedia
Nilai 43 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 43 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 90%
Nilai 40 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 40 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% 3. Intensitas penggunaan
2. Pemanfaatan di waktu mendatang Nilai 38 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 38 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79% d. Aspek Efisiensi No
Evaluator
1
E01
2
E02
3
E03
4
E04
5
E05
6
E06
7
E07
8
E08
Kelas
Sekolah
XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6
SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
No. Indikator 1 2 3
3
2
2
2
2
3
2
3
3
4
3
2
2
3
4
210
9
E09
10
E10
11
E11
12
E12
XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 Jumlah Kategori
SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
2
3
3
3
3
4
4
4
34 Baik
35 Baik
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator 1. Kecukupan waktu yang diperlukan untuk memahami materi
2. Kemudahan mengolah (materi) pada hypermedia
informasi
Nilai 34 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 34 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 71%
Nilai 35 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 35 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 73%
e. Aspek Efektivitas No
Evaluator
1
E01
2
E02
3
E03
4
E04
5
E05
6
E06
Kelas
Sekolah
XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6
SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
Nilai Ketuntasan Pretest Posttest (Posttest) 37,5 50 Tidak Tuntas 25 75 Tuntas 37,5 87,5 Tuntas 37,5 62,5 Tidak Tuntas 37,5 75 Tuntas 37,5 75 Tuntas
G
Kriteria N-Gain
0,2
Rendah
0,7
Rendah
0,8
Sedang
0,4
Sedang
0,6
Sedang
0,6
Sedang
211
No
Evaluator
7
E07
8
E08
9
E09
10
E10
11
E11
12
E12
Kelas
XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 XI MIPA 6 Rata-Rata
Sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang SMAN 1 Karawang
Nilai Ketuntasan Pretest Posttest (Posttest) 50 75 Tuntas 25 50 Tidak Tuntas 50 87,5 Tuntas 37,5 62,5 Tidak Tuntas 37,5 75 Tuntas 37,5 75 Tuntas 37,5 70,83 Tuntas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 8 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100% 12 𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 = 𝟔𝟔, 𝟕% (Kategori Cukup Efektif) 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
G
Kriteria N-Gain
0,5
Sedang
0,3
Sedang
0,8
Sedang
0,4
Rendah
0,6
Rendah
0,6
Sedang
0,5
Sedang
212
Lampiran 11 Angket uji lapangan
213
A. Angket Uji Lapangan (Field Test) LEMBAR ANGKET PENILAIAN UJI LAPANGAN (FIELD TEST) MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK Nama
: .........................................................................
Tanggal : ......................................................................... Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut sesuai dengan pendapat anda berdasarkan keterangan pada setiap jawaban Jawaban Indikator No. Aspek Keterangan Validasi 4 3 2 1 0 1.
Kemampuan untuk
Kemudahan
dapat memahami
4 = Sangat Baik 1 = Sangat Tidak
dilaksanakan
petunjuk
Baik
(implementabi
penggunaan
lity)
Kemudahan
4 = Sangat Baik
mengoperasikan
1 = Sangat Tidak
hypermedia
Baik
Intensitas
4 = Sangat Baik
penggunaan
1 = Sangat Tidak Baik
2.
Kesinambunga Ketahanan
4 = Sangat Baik
n
hypermedia (tidak
1 = Sangat Tidak
(sustainability
mudah rusak)
Baik
)
Kemudahan
4 = Sangat Baik
perawatan
1 = Sangat Tidak
hypermedia
Baik
(penyimpanan file)
214
No.
3
Aspek
Jawaban
Indikator Validasi
4
3
2
1
0
Keterangan
Penggunaan
4 = Sangat Baik
hypermedia pada
1 = Sangat Tidak
waktu berikutnya
Baik
Kecocokan
Kemudahan
4 = Sangat Baik
dengan
penggunaan
1 = Sangat Tidak
lingkungan
hypermedia dalam
Baik
(appropriaten
berbagai
ess)
lingkungan Kemudahan
4 = Sangat Baik
penggunaan
1 = Sangat Tidak
hypermedia di
Baik
berbagai waktu 4
Penerimaan
Ketertarikan pada
4 = Sangat Baik
dan
materi alat optik
1 = Sangat Tidak
Kemenarikan
memlalui
Baik
hypermedia Kenyamanan
4 = Sangat Baik
belajar
1 = Sangat Tidak
menggunakan
Baik
hypermedia Kemudahan
4 = Sangat Baik
memahami materi
1 = Sangat Tidak
melalui
Baik
hypermedia Keinginan adanya
4 = Sangat Baik
hypermedia pada
1 = Sangat Tidak
materi lain
Baik
Kemampuan dalam
215
No.
Aspek
Jawaban
Indikator Validasi
4
3
2
1
Keterangan
0
membangkitkan minat pada pelajaran fisika
B. Hasil Angket Uji Lapangan (Field Test) 1. Rekapitulasi Hasil per Aspek No 1 2 3 4
Jumlah Kategori Persentase Nilai
Aspek Kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability) Kesinambungan (sustainability) Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness) penerimaan dan kemenarikan JUMLAH
274
Baik
76%
288
Baik
80%
187
Baik
78%
484 1233
Baik Baik
81%
Garis bilangan pada aspek kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability)
Nilai 274 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 274 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 360 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 76% Garis bilangan pada kesinambungan (sustainability)
Nilai 288 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 288 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 360 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 80% Garis bilangan pada aspek kecocokan dengan lingkungan (appropriateness)
aspek
Nilai 187 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
216
Persentase 187 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 240 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 78% Garis bilangan pada aspek penerimaan dan kemenarikan Nilai 484 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 484 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 480
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 81% Garis Bilangan Keseluruhan Aspek
Nilai 1233 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik.
217
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Hasil per Indikator Asal Evaluator Kelas Sekolah XI SMAN 1 E01 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E02 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E03 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E04 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E05 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E06 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E07 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E08 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E09 MIPA Tangsel 4 XI SMAN 1 E10 MIPA Tangsel 4
NO PERNYATAAN 6 7 8
1
2
3
4
5
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
2
4
Jumlah
9
10
11
12
13
4
3
4
3
4
3
47
4
4
4
4
4
4
4
52
2
2
2
3
3
2
3
3
32
2
2
3
4
3
2
4
2
4
38
3
2
3
3
3
4
4
3
3
2
39
4
2
2
4
3
3
3
2
2
1
2
34
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
44
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
38
3
2
3
4
4
3
3
3
2
2
3
3
3
38
3
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
47
218
No
Evaluator
11
E11
12
E12
13
E13
14
E14
15
E15
16
E16
17
E17
18
E18
19
E19
20
E20
Kelas XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5
Asal Sekolah
NO PERNYATAAN 6 7 8
1
2
3
4
5
SMAN 1 Tangsel
2
2
2
3
3
3
3
SMAN 1 Tangsel
4
4
3
3
3
4
SMAN 1 Tangsel
3
2
3
3
2
SMAN 1 Tangsel
3
2
2
4
SMAN 1 Tangsel
3
2
2
SMAN 1 Tangsel
3
3
SMAN 1 Tangsel
3
SMAN 1 Tangsel
Jumlah
9
10
11
12
13
2
2
2
2
3
2
31
2
2
4
3
3
4
4
43
2
2
2
3
4
2
2
3
33
3
2
4
3
4
4
3
2
3
39
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
43
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
45
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
47
2
3
3
1
3
4
3
2
4
2
4
3
2
36
SMAN 1 Tangsel
2
3
4
3
3
3
1
2
4
1
3
3
4
36
SMAN 1 Tangsel
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
36
219
No
Evaluator
21
E21
22
E22
23
E23
24
E24
25
E25
26
E26
27
E27
28
E28
29
E29
30
E30
Kelas
XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 Jumlah
Asal Sekolah SMAN 1 Tangsel
NO PERNYATAAN 6 7 8
1
2
3
4
5
4
4
3
4
4
4
4
SMAN 1 Tangsel
3
4
3
2
4
4
SMAN 1 Tangsel
4
2
3
3
3
SMAN 1 Tangsel
4
4
3
4
SMAN 1 Tangsel
3
3
3
SMAN 1 Tangsel
3
3
SMAN 1 Tangsel
4
SMAN 1 Tangsel
Jumlah
9
10
11
12
13
3
3
4
3
4
3
47
4
4
4
3
3
4
4
46
3
3
3
4
2
4
3
4
41
4
3
4
4
4
4
4
4
3
49
4
3
3
3
2
3
3
3
2
4
39
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
43
2
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
46
3
3
2
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
42
SMAN 1 Tangsel
4
3
3
3
3
4
2
2
4
3
4
4
4
43
SMAN 1 Tangsel
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
39
97
88
89
94
96
98
95
92
101
94
98
94
97
1233
220
No
Evaluator
Kelas
Kategori
Asal Sekolah
1 Baik
NO PERNYATAAN Jumlah 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
221
Garis Bilangan dan Persentase per Indikator A. Aspek Kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability) 1. Kemudahan memahami petunjuk penggunaan
Nilai 97 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 97 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 81%
1. Ketahanan hypermedia mudah rusak)
(file
tidak
Nilai 94 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 94 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 78% 2. Kemudahan pemeliharaan hypermedia
2. Kemudahan hypermedia
mengoperasikan
Nilai 88 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 88 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 73%
Nilai 96 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 96 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 80% 3. Penggunaan hypermedia di waktu mendatang
3. Intensitas Penggunaan
Nilai 89 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 89 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 74% B. Aspek Kesinambungan (Sustainability)
Nilai 98 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 98 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 82%
C. Aspek Kecocokan dengan lingkungan (Appropriateness)
222
1. Kemudahan penggunaan hypermedia di berbagai variasi lingkungan
Nilai 95 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 95 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 79% 2. Kemudahan penggunaan hypermedia di berbagai variasi waktu
Nilai 92 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 92 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 76,7%
Nilai 94 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 94 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 78% 3. Kemudahan memahami materi melalui hypermedia
Nilai 98 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 98 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 82%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
D. Penerimaan dan kemenarikan 1. Ketertarikan pada materi alat optik melalui hypermedia
4. Keinginan adanya hypermedia pada materi lain
Nilai 101 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 101 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 84%
Nilai 94 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 94 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 120 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 78%
2. Kenyamanan hypermedia
belajar
menggunakan
223
E. Aspek Efektivitas No Evaluator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
E01 E02 E03 E04 E05 E06 E07 E08 E09 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24
Kelas
Sekolah
XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 4 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5
SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel
Nilai Pretest Posttest 37,5 75 50 87,5 37,5 75 37,5 62,5 25 75 37,5 62,5 37,5 75 37,5 75 37,5 75 37,5 62,5 37,5 75 37,5 75 37,5 75 37,5 62,5 25 75 25 75 25 75 37,5 62,5 37,5 62,5 25 75 37,5 75 37,5 62,5 25 75 37,5 87,5
Ketuntasan
G
Kriteria n-gain
Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus
0,6 0,8 0,6 0,4 0,7 0,4 0,6 0,6 0,6 0,4 0,6 0,6 0,6 0,4 0,7 0,7 0,7 0,4 0,4 0,7 0,6 0,4 0,7 0,8
Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi
224
No Evaluator 25 26 27 28 29 30
E25 E26 E27 E28 E29 E30
Kelas XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 XI MIPA 5 RATA-RATA
Sekolah SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Tangsel
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 21 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100% 30 𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 = 𝟕𝟎% (Kategori Efektif) 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Nilai Pretest Posttest 37,5 87,5 37,5 75 12,5 62,5 37,5 75 37,5 75 25 62,5 34 73
Ketuntasan
G
Kriteria n-gain
Lulus Lulus Tidak Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus
0,8 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,58
Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
225
Lampiran 12 Hasil evaluasi sumatif
226
A. Angket Penilaian Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) 1. Angket Penilaian Guru LEMBAR ANGKET PENILAIAN GURU
EVALUASI SUMATIF (SUMMATIVE EVALUATION) MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA PADA MATERI ALAT OPTIK Nama : ......................................................................... Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut sesuai dengan pendapat anda berdasarkan keterangan pada setiap bobot skor. Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Sangat Tidak Baik 1.
Aspek Praktis (practicality) No Indikator Validasi . 1.
Kemudahan penggunaan petunjuk hypermedia
2.
Kemudahan pengoperasian hypermedia
3.
Kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai
Jawaban 0
1
2
3
4
variasi lingkungan (kelas, rumah, mobil, dll) 4.
Kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi waktu (pagi, siang, sore, malam)
Kesimpulan Media pembelajaran hypermedia ini: Praktis digunakan dalam lapangan Tidak praktis digunakan dalam lapangan 2. Aspek Efektivitas (efectivity) No .
Indikator Validasi
1.
Ketercapaian tujuan pembelajaran
2.
Kemudahan dalam menjelaskan materi ajar
Jawaban 0
1
2
3
4
227
3.
Kemampuan hypermedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
Kesimpulan Media pembelajaran hypermedia ini: Efektif digunakan dalam lapangan Tidak Efektif digunakan dalam lapangan
Guru Fisika SMAN......
(.............................................)
228
B. Hasil Evaluasi Sumatif 1. Uji Efektivitas a. Uji efektivitas guru No
Nama
Asal sekolah
1
Ava Nugraha, S.Pd
2 3
Hartono, M.Pd SMAN 1 Tangsel Ita Yunita, S.Pd SMAN 29 Jakarta Jumlah
SMAN 1 Karawang
Kesimpulan Garis bilangan dan persentase indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan dalam menjelaskan materi ajar
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase
No. Indikator Aspek Efektif 1
2
3
Σ
Kesimpulan
4
4
4
12
1
4 3
4 3
4 3
12 9 33 11 11 11 Sangat Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik
1 1 3 Efektif
11 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
Garis bilangan dan persentase indikator kemampuan hypermedia untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92 Garis Bilangan Keseluruhan indikator untuk uji efektivitas
229
Uji efektivitas guru mendapatkan kategori sangat baik dan jika dikonversikan ke dalam rating scale maka berada dalam skala 4.
Garis bilangan keefektivan hypermedia
Nilai 33 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 33 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 36 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92%
Nilai 3 termasuk dalam kategori efektif
b. Uji Efektivitas Siswa
No
Nilai
Evaluator
Ketuntasan
G
Kriteria n-gain
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
0,8 0,67 0,67 0,8
Tinggi Sedang Sedang Tinggi
0,4
Sedang
0,67
Sedang
0,67
Sedang
Pretest Posttest 37,5 87,5 25 75 25 75 37,5 87,5
1 2 3 4
E01 E02 E03 E04
5
E05
37,5
62,5
6
E06
25
75
7
E07
25
62,5
8
E08
25
75
Tuntas
0,67
Sedang
9
E09
37,5
75
Tuntas
0,6
Sedang
10
E10
37,5
87,5
Tuntas
0,8
Tinggi
11
E11
37,5
75
Tuntas
0,6
Sedang
12
E12
37,5
62,5
0,4
Sedang
Rata-Rata
32.3
75
0,64
Sedang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 9 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100% 12 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Tidak Tuntas -
230
𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 = 𝟕𝟓% (Kategori Sangat Efektif) Uji efektivitas siswa mendapatkan kategori sangat baik dan jika dikonversikan ke dalam rating scale maka berada dalam skala 4. c. Uji efektivitas keseluruhan 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 + 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4 + 4 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 8 Garis Bilangan Keseluruhan indikator untuk uji efektivitas
Nilai 8 termasuk dalam kategori sangat baik. 2. Uji Kepraktisan a. Uji kepraktisan guru No. Indikator No
1 2 3
Nama Ava Nugraha, S.Pd Hartono, M.Pd. Ita Yunita, S.Pd Jumlah Kesimpulan
Asal sekolah SMAN 1 Karawang SMAN 1 Tangsel SMAN 29 Jakarta
Aspek Praktis 1
2
3
4
Σ
Kesimpulan
4
4
4
4
16
1
4
3
4
4
15
1
3
3
3
3
12
1
11 10 11 11 43 Sangat Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik Baik
Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan penggunaan petunjuk hypermedia
3 Praktis
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia
231
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi waktu (pagi, siang, sore, malam)
Nilai 10 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 10 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi lingkungan (kelas, rumah, mobil, dll)
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% Garis bilangan keseluruhan indikator untuk uji kepraktisan guru
Nilai 11 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 11 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 12
Nilai 43 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 43 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 90%
232
b. Uji Kepraktisan oleh Siswa No
Evaluator
1
E01
2
E02
3
E03
4
E04
5
E05
6
E06
7
E07
8
E08
9
E09
10
E10
11
E11
12
E12
Kelas XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 XI MIIA 3 Jumlah
Kateogri
Sekolah SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta SMAN 29 Jakarta
1
No. Pernyataan 2 3 4
4
3
3
4
2
4
Jumlah
Kesimpulan
3
13
1
1
2
9
1
4
3
4
15
1
3
3
4
4
14
1
4
3
2
3
12
1
4
4
3
4
15
1
3
4
3
3
13
1
4
4
4
4
16
1
4
3
3
4
14
1
4
4
4
4
16
1
3
3
3
3
12
1
3
3
2
3
11
1
44 Sangat Baik
40
35
41
160
12
Baik
Baik
Baik
Baik
Praktis
Garis Bilangan dan persentase Indikator Kemudahan penggunaan petunjuk hypermedia
Nilai 44 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati sangat baik. Persentase 44 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 92% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia
233
Garis bilangan keseluruhan indikator untuk uji kepraktisan siswa
Nilai 40 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 40 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi lingkungan (kelas, rumah, mobil, dll)
Nilai 35 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 40 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% Garis bilangan dan persentase indikator kemudahan pengoperasian hypermedia di berbagai variasi waktu (pagi, siang, sore, malam)
Nilai 41 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 41 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 48 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 85%
Nilai 160 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 160 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 192 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 83% Garis bilangan kepraktisan pembelajaran hypermedia
media
Nilai 12 termasuk dalam kategori praktis
c. Uji kepraktisan guru dan siswa Garis bilangan uji kepraktisan (guru dan siswa) keseluruhan indikator
Nilai 203 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik“. Tetapi lebih mendekati baik. Persentase 203 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% 240 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 85% Garis bilangan uji kepraktisan (guru dan siswa) keseluruhan indikator
234
Nilai 15 termasuk dalam kategori praktis
235
Lampiran 13 Story board media pembelajaran hypermedia
236
No 1
Keterangan Opening
Visual
Audio -
Animasi logo UIN Jakarta 2
Tittle
3
Button
-
Judul materi alat optik 1
2
3
4
5
6
Button yang ada di hypermedia Button 1 untuk mengaktifkan suara pada hypermedia. Button 2 untuk memperkecil tampilan hypermedia Button 3 untuk memperbesar tampilan hypermedia Button 4 untuk menutup tampilan hypermedia Button 5 untuk menuju bagian selanjutnya atau sebelumnya Button 6 untuk kembali ke menu utama 4
Menu utama
-
Tampilan menu utama dari hypermedia
237
No
Keterangan
Visual
Audio -
Tampilan peta konsep materi alat optik dengan dibagi berdasarkan bagian-bagain alat optik, dan pembentukan bayangan dengan keadaan tertentu (mata berakomodasi, berakomodasi maksimum, dan tidak berakomodasi) 5
Apersepsi
Narasi : Percakapan tentang mata, kacamata, lup, mikroskop, teropong, kamera. Tampilan apersepsi tentang mata, kacamata, lup, mikroskop, teropong, kamera dengan bantuan percakapan dua animasi kartun untuk membuat siswa siap sebelum belajar.
6
Materi dengan pendekatan saintifik
-
Tampilan hypermedia dengan pendekatan saintifik. Terdapat beberapa komponen yaitu : 1 Video pada aspek mengamati 2 Tempat untuk mengajukan pertanyaan pada aspek menanya 3 Teks, gambar, animasi, pada aspek mengumpulkan informasi 4 Video penjelasan dan latihan soal pada aspek mengasosiasi
238
No
Keterangan 5
7
Visual Tugas untuk membuat rangkuman mata pada aspek mengkomunikasikan
Penjelasan bagianbagian mata
Audio
-
Bagian-bagian mata. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Kornea 2. Pupil 3. Iris 4. Retina 5. Lensa 6. Otot mata 7. Saraf optik 8. Bintik buta 9. Aqueous humor 10. Bintik kuning 11. Vitrous humor 8
Penjelasan animasi pembentukan bayangan pada mata normal
-
Animasi pembentukan bayangan pada mata. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Objek 2. Lensa 3. Sumbu Utama 4. Garis Hitam 5. Retina 6. Teks penjelasan 7. Bayangan nyata, terbalik dan diperkecil
239
No 9
Keterangan Macammacam cacat mata dan cara mengatasinya
Visual
Audio -
Penjelasan tentang cacat mata dan cara mengatasinya. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Teks penjelasan 2. Animasi berbagai cacat mata 3. Animasi rabun dekat 4. Animasi rabun dekat dengan kacamata 5. Animasi rabun jauh 6. Animasi rabun jauh dengan kacamata 7. Animasi mata tua 8. Animasi mata tua dengan kacamata 10
Penjelasan tentang lup
-
Penjelasan tentang lup. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Teks penjelasan 2. Animasi lup 3. Animasi cara manusia melihat benda dekat dan jauh 4. Animasi lup dengan mata berakomodasi 5. Animasi lup dengan mata tidak berakomodasi 4. Animasi lup dengan mata berakomodasi maksimum
240
No 11
Keterangan Penjelasan tentang mikroskop
Visual
Audio -
Penjelasan tentang mikroskop. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Teks penjelasan tentang mikroskop 2. Gambar bagian-bagian mikrsokop 3. Animasi mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum 4. Animasi mikroskop dengan mata tidak berakomodasi 12
Penjelasan tentang teropong
-
Penjelasan tentang teropong. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Teks penjelasan tentang teropong 2. Gambar teropong pantul dan bias 3. Animasi pembentukan bayangan pada teropong bintang dan bumi
241
No 13
Keterangan Penjelasan tentang kamera
Visual
Audio -
Penjelasan tentang kamera. Terdapat beberapa komponen visual, yaitu: 1. Teks penjelasan tentang kamera 2. Gambar penjelasan kamera 3. Animasi pembentukan bayangan pada kamera 14
Video penjelasan
Narasi: Penjelasan mengenai materi alat optik .
Video penjelasan tentang mata, kacamata, lup, mikroskop, teropong, dan kamera yang sudah direkam peneliti
14
Soal evaluasi
-
Soal evaluasi. Terdapat pilihan jawaban yang harus di isi dengan mengklik kolom pada setiap pilihan jawaban, menggeser pilihan jawaban atau menjodohkan jawaban.
242
No 15
Keterangan
Visual
Audio -
Feedback yang akan muncul berupa jawaban anda salah atau jawaban anda benar 16
Video praktikum
Narasi: Penjelasan mengenai pemantulan dan pembiasan.
Video demonstrasi praktikum pemantulan dan pembiasan serta video cara membuat teropong sederhana.
243
Lampiran 14 Instrumen tes
244
Materi Pokok : Alat Optik Kelas :X Jenis Tes : Pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban Jumlah Soal :8 A. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kata Kerja Aspek HOTS Operasional No (Indikator HOTS (KKO)
1.
2.
Menganalisis (Mengorganisasi)
Menganalisis (Mengatribusikan)
Indikator Soal
Disajikan gambar 3 buah alat optik terkait cacat mata, Memilih
Aspek Kognitif C4
C5
Soal
C6
1
1
2
1
siswa dapat memilih alat optik yang tepat sesuai kebutuhan. Disajikan penyataan mengenai cacat mata, siswa
Menganalisis
dapat memberikan pendapat mengenai tujuan dari pernyataan. Disajikan tabel jenis lensa objektif, dan okuler
3.
Jumlah
Mencipta
Mengkombinasik
(Merencanakan)
an
3
1
lengkap dengan spesifikasinya, siswa dapat mengkombinasikan lensa objektif dan okuler mikroskop yang sesuai keinginan. Disajikan gambar orang yang sedang memotret
4.
Mengevaluasi (Memeriksa)
Memprediksi
bunga pada jarak tertentu, siswa dapat memprediksi pemecahan dari masalah yang diberikan saat jarak benda berubah dari kamera.
4
1
245
Disajikan tabel kekuatan lensa, dan jarak fokus
5.
Mencipta
Menentukan
(Merumuskan)
hubungan
5
1
berbagai jenis kacamata, siswa dapat menentukan hubungan dari informasi yang diperoleh dengan mengolah informasi untuk mengetahui pola dan hubungannya
6.
7.
Mengevaluasi (Mengkritik)
Mencipta (Memproduksi)
Disajikan tabel teropong I dan II dengan spesifikasi Menilai
Menganalisis (Membedakan)
1
tertentu, siswa dapat menilai teropong yang terbaik untuk digunakan. Disajikan tabel beberapa alat optik dengan spesifikasi
Merancang
7
1
tertentu, siswa dapat merancang mikroskop yang tepat agar menghasilkan perbesaran sesuai keinginan. Disajikan dua buah gambar mengenai pembentukan
8.
6
Menyimpulkan
8
1
bayangan pada lup dengan mata berakomodasi maksimum dan berakomodasi minimum, siswa dapat menyimpulkan dari kedua gambar tersebut.
Jumlah
Persentase
3
2
3
8
37,
25
37,
100%
5
%
5
%
%
246
B. Instrumen Tes No.
Taraf
Soal
Kunci Jawaban
Perhatikan tiga buah kacamata yang diletakan di atas meja !
c. Budi akan memilih kacamata lensa cekung,
Kognitif/Aspek HOTS 1.
Menganalisis (Mengorganisasi)
karena lensa cekung dapat memencarkan sinar sebelum mengenai mata budi, sehingga bayangan akan jatuh di retina dan budi dapat melihat benda yang jauh dengan jelas.
No.
Jenis Kacamata
1
Kacamata lensa cembung
2
Kacamata lensa cekung
3
Kacamata lensa rangkap
Jika Budi mengalami cacat mata miopi. Kacamata yang dipilih oleh Budi adalah … a. Budi akan memilih kacamata lensa cekung, karena lensa cekung dapat mengumpulkan sinar sebelum mengenai mata budi, sehingga budi dapat melihat benda yang jauh dengan jelas. b. Budi akan memilih kacamata lensa cembung, karena lensa cembung dapat digunakan untuk penderita cacat mata miopi.
247
c. Budi akan memilih kacamata lensa cekung, karena lensa cekung dapat memencarkan sinar sebelum mengenai mata budi, sehingga bayangan akan jatuh di retina dan budi dapat melihat benda yang jauh dengan jelas. d. Budi akan memilih kacamata lensa cembung, karena lensa cembung dapat mengumpulkan sinar sebelum mengenai mata, sehingga bayangan akan jatuh tepat di retina dan budi dapat melihat benda yang jauh dengan jelas. e. Budi akan memilih kacamata lensa cekung, karena lensa cekung dapat mengumpulkan sinar sebelum mengenai mata budi, sehingga bayangan akan jatuh tepat di retina dan budi dapat melihat benda yang jauh dengan jelas. 2.
Menganalisis
Suatu hari Andi pergi ke dokter mata, setelah diperiksa, d. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat
(Mengatribusikan)
dokter mata tersebut menyarankan Andi untuk menggunakan melihat benda jauh dengan jelas, karena Andi kacamata lensa cekung. Menurut analisis Anda, argumentasi dokter meminta Andi menggunakan kacamata lensa tersebut adalah... a. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat melihat benda dekat dengan jelas, karena Andi menderita cacat mata rabun dekat. b. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat melihat benda jauh dengan jelas, karena Andi menderita hipermetropi. c. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat melihat benda jauh dan dekat dengan jelas, karena kacamata lensa cekung digunakan untuk mata rabun jauh dan dekat. d. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat melihat benda jauh dengan jelas, karena Andi menderita cacat mata rabun jauh. e. Tujuan dokter adalah agar Andi dapat melihat benda jauh dengan jelas, karena bayangan yang dilihat Andi saat melihat jauh berada di belakang retina.
menderita cacat mata rabun jauh.
248
3.
Mencipta (Merencanakan)
Rissa ingin melihat sebuah benda yang berukuran sangat kecil e. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 2 dan okuler 2 karena akan melalui bantuan sebuah mikroskop dengan jelas. Bayangan menghasilkan perbesaran total terbesar. dari lensa objektif mikroskop harus terbentuk nyata sejauh 160 mm. Jika di laboratorium tersedia dua buah lensa objektif dan dua buah lensa okuler seperti pada tabel berikut: Tabel jenis lensa dan spesifikasinya. Jenis Lensa
Spesifikasi
Lensa
Objektif 1
Objektif 2
Objektif
fob = 16 mm
fob = 1,6 mm
Lensa
Okuler 1
Okuler 2
Okuler
M = 5 kali
M = 10 kali
Kombinasi lensa objektif dan okuler yang harus digunakan pada mikroskop tersebut adalah ... a. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 1 dan okuler 1 karena akan menghasilkan perbesaran total terbesar. b. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 1 dan okuler 2 karena akan menghasilkan perbesaran total terbesar. c. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 1 dan okuler 2 karena keduanya akan menghasilkan perbesaran linier terbesar. d. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 2 dan okuler 1 karena memiliki perbesaran angular terbesar. e. Mikroskop dengan kombinasi lensa objektif 2 dan okuler 2 karena akan menghasilkan perbesaran total terbesar.
249
4.
Mengevaluasi (Memeriksa)
Perhatikan gambar Pak Joni yang sedang melakukan a. Jarak antara lensa dan film akan lebih pendek dibandingkan keadaan semula dan pemotretan bunga pada jarak 1 m dengan menggunakan lensa akan bergerak 0,26 cm mendekati film kamera berikut ini!
Jika Pak Joni ingin memotret objek yang sangat jauh. Prediksi Anda terhadap keadaan lensa kamera tersebut adalah ... a. Jarak antara lensa dan film akan lebih pendek dibandingkan keadaan semula dan lensa akan bergerak 0,26 cm mendekati film. b. Jarak antara lensa dan film akan lebih pendek dibandingkan keadaan semula dan lensa akan bergerak 1 cm mendekati film. c. Jarak antara lensa dan film akan lebih panjang dibandingkan keadaan semula dan lensa akan bergerak 5 cm menjauhi film. d. Jarak antara lensa dan film akan lebih panjang dibandingkan keadaan semula dan lensa akan bergerak 2,75 cm menjauhi film. e. Jarak antara lensa dan film akan sama saja karena perubahan posisi obyek tidak akan berpengaruh terhadap jarak lensa dan film.
250
5.
Mencipta (Merumuskan)
Doni pergi ke sebuah toko optik Pandu, dia melihat kacamata e. Semakin besar kekuatan lensa, semakin kecil jarak fokusnya karena besarnya dengan ukuran berbeda seperti pada tabel berikut: kekuatan lensa berbanding terbalik dengan jarak fokus Kekuatan Jarak Kacamata Lensa Fokus (m) (dioptri) A
3
0,33
B
12
0,083
C
4
0,25
D
11
0,09
E
7
0,14
Hubungan antara kekuatan lensa dengan jarak fokus adalah ... a. Semakin besar kekuatan lensa, semakin besar jarak fokusnya karena besarnya kekuatan lensa berbanding lurus dengan jarak fokus. b. Semakin besar kekuatan lensa, semakin kecil jarak fokusnya karena besarnya kekuatan lensa berbanding lurus dengan jarak fokus. c. Semakin kecil kekuatan lensa, semakin besar jarak fokusnya karena besarnya kekuatan lensa berbanding lurus dengan jarak fokus. d. Semakin kecil kekuatan lensa, semakin kecil jarak fokusnya karena besarnya kekuatan lensa lurus dengan jarak fokus. e. Semakin besar kekuatan lensa, semakin kecil jarak fokusnya karena besarnya kekuatan lensa berbanding terbalik dengan jarak fokus.
251
6.
Mengevaluasi (Mengkritik)
Untuk membuat teropong bintang, diperlukan minimal dua b. Teropong I, karena teropong I memiliki jarak fokus objektif yang lebih besar buah lensa, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Kedua jenis daripada jarak fokus okulernya sehingga akan mendapatkan perbesaran yang lebih lensa tersebut kemudian disusun menjadi: besar dari teropong II. Tabel teropong dan spesifikasinya Teropong
Spesifikasi
I
fob > fok
II
fok > fob
Menurut penilaianmu, teropong yang lebih baik digunakan untuk melihat benda langit lebih jelas adalah ...
7.
Mencipta (Memproduksi)
a. Teropong I, karena teropong I memiliki jarak fokus objektif yang lebih besar daripada jarak fokus okulernya sehingga mata tidak cepat lelah melihat benda yang dekat. b. Teropong I, karena teropong I memiliki jarak fokus objektif yang lebih besar daripada jarak fokus okulernya sehingga akan mendapatkan perbesaran yang lebih besar dari teropong II. c. Teropong II, karena teropong II memiliki jarak fokus okuler yang lebih besar daripada jarak fokus objektifnya sehingga akan mendapatkan perbesaran yang lebih besar dari teropong I. d. Teropong II, karena teropong II sangat memungkinkan untuk dibuat dibandingkan dengan teropong I (tidak ada teropong yang memiliki spesifikasi seperti teropong I). e. Teropong II, karena teropong I memiliki jarak fokus objektif yang lebih besar daripada jarak fokus okuler sehingga teropong I lebih cocok digunakan untuk mikroskop. Jika di sebuah lab tersedia beberapa buah alat optik seperti c. Membuat mikroskop baru dengan spesifikasi lensa objektif dari mikroskop A pada tabel berikut ini: dan lensa okuler dari teropong B.
252
Perbesaran Nama alat
objektif (kali)
Fokus okuler (cm)
Mikroskop A
25
4
Mikroskop B
100
1
Teropong A
24
2
Teropong B
50
5
Rancangan sebuah alat yang dapat digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil yang terletak 2 cm di depan lensa objektif dengan perbesaran 150 kali dan titik dekat mata 30 cm adalah... a. Cukup menggunakan mikroskop A karena mikroskop A sudah memiliki perbesaran 150 kali. b. Membuat mikroskop baru dengan spesifikasi lensa objektif dari mikroskop A dan lensa okuler dari mikroskop B. c. Membuat mikroskop baru dengan spesifikasi lensa objektif dari mikroskop A dan lensa okuler dari teropong B. d. Membuat mikroskop baru dengan spesifikasi lensa objektif dari mikroskop B dan lensa okuler dari teropong A. e. Membuat mikroskop baru dengan spesifikasi lensa objektif dari teropong A dan lensa okuler dari teropong B.
253
8.
Menganalisis (Membedakan)
(a) merupakan proses Perhatikan gambar pembentukan bayangan pada lup di bawah c. Gambar pembentukan bayangan lup oleh mata ini! berakomodasi maksimum karena bayangan berada di titik dekat mata sedangkan gambar (b) merupakan proses pembentukan lup oleh mata tidak berakomodasi karena bayangan berada di tak berhingga.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua gambar tersebut, kesimpulan Anda adalah ... a. Gambar (a) merupakan proses pembentukan bayangan lup oleh mata berakomodasi karena bayangan berada di titik punctum proximum sedangkan gambar (b) merupakan proses pembentukan lup oleh mata berakomodasi maksimum karena bayangan terbentuk di tak berhingga. b. Gambar (a) merupakan proses pembentukan bayangan lup oleh mata berakomodasi maksimum karena bayangan berada di titik jauh mata sedangkan gambar (b) merupakan proses pembentukan lup oleh mata tidak berakomodasi karena bayangan berada di tak berhingga. c. Gambar (a) merupakan proses pembentukan bayangan lup oleh mata berakomodasi maksimum karena bayangan berada di titik dekat mata sedangkan gambar (b) merupakan proses pembentukan lup oleh mata tidak berakomodasi karena bayangan berada di tak berhingga. d. Gambar (a) merupakan proses pembentukan lup oleh mata berakomodasi maksimum karena bayangan berada di punctum remotum sedangkan gambar (b) merupakan
254
proses pembentukan bayangan lup oleh mata berakomodasi minimum karena bayangan berada di tak berhingga. e. Gambar (a) merupakan proses pembentukan lup oleh mata berakomodasi minimum karena benda berada di punctum proximum sedangkan gambar (b) merupakan proses pembentukan bayangan lup oleh mata tidak berakomodasi karena benda berada di tak berhingga.
255
C. Hasil Uji Coba Instrumen Tes No soal No.
Sumber Soal
pada
Validitas
Reliabilitas
Daya Pembeda
Taraf Kesukaran
Taraf Kognitif
Paket B, 1
0,694
0,751
0,6250
0,4219
Menganalisis
(sangat baik)
(sedang)
(Membedakan)
Paket C, 3
0,496
0,751
0,5417
0,3958
Menganalisis
(sangat baik)
(sedang)
(Mengatribusikan)
Paket B, 4
0,599
0,751
0,3750
0,2875
Mencipta
(baik)
(sukar)
(Merencanakan)
0,849
0,295
0,284
Mengevaluasi
6
(cukup)
(sukar)
(Memeriksa)
0,88
0,208
0,458
Mencipta
(cukup)
(sedang)
(Merumuskan)
0,3036
0,2232
Mengevaluasi
(cukup)
(sukar)
(Mengkritik)
0,5417
0,3542
Mencipta
(Sangat baik)
(sedang)
(Memproduksi)
0,3333
0,2917
Menganalisis
(baik)
(sukar)
(Mengorganisasi)
sumber 1.
2.
3.
Nur Rahma Fitriani Nur Rahma Fitriani Nur Rahma Fitriani
4.
Rizky K
12
0,747
5.
Daris
16
0,492
B, 6
0,644
0,751
C, 2
0,705
0,751
A, 1
0,422
0,751
6.
7.
8.
Nur Rahma Fitriani Nur Rahma Fitriani Nur Rahma Fitriani
256
Lampiran 15 Saran dan revisi media pembelajaran hypermedia
257
A. Saran dan Keputusan Revisi Saran Kata “pertemuan” diganti dengan kata “materi” atau “fokus materi” Audio latar belakang seharusnya lebih rendah daripada dialog Pada video penjelasan tampak monoton Perlu ada perbaikan pada user interface agar lebih mudah dioperasikan Pemilhan nama, tempat, suasana, gambar lebih bernuansa Indonesia Animasi dialog kartun seharusnya lebih komunikatif Peta konsep seharusnya lebih detil bukan hanya peta materi Untuk praktikum mohon diusahakan agar siswa dapat melakukan praktikum agar siswa aktif Mengutamakan penyajian fakta dan data besaran fisisnya lebih tepat dan sederhana, pola mendekat fakta dan formulasi matematisnya, Menggunakan bahasa dan istilah yang familiar dalam fisika Penambahan bayangan pada lup seharusnya menggunakan animasi lensa yang tiga dimensi (mirip) Harus ada keterangan dalam setiap gambar Bedakan gambar benda dengan bayangan
Penjelasan simbol rumus kurang detil Penulisan simbol huruf dan angka harus beda ukuran. Contoh t1 menjadi t1. PP = titik dekat bukan titik terdekat Jelaskan penggunaan lup saat posisi benda di pp Space/tempat penurunan rumus harus sistematis
Keputusan Mengganti kata “pertemuan” dengan kata “materi” Penyesuaian audio latar belakang lebih rendah daripada dialog Memperbaiki video penjelasan agar lebih menarik Memperbaiki user interface Tetap menggunakan nama, tempat, suasana, dan gambar dikarenakan agar lebih menarik minat siswa Tetap menggunakan animasi dialog kartun yang sudah ada. Hal ini merupakan kelemahan dari hypermedia yang dibuat peneliti. Memperbaiki peta konsep lebih detil sesuai ketentuan yang berlaku Video demonstrasi praktikum hanya sebagai penambahan pemahaman siswa melalui video Menambahkan menu formula pada media pembelajaran hypermedia yang menerangkan persamaan matematis beserta besaranbesarannya untuk setiap alat optik Menambahkan istilah konvergen dan divergen pada materi cacat mata Peneliti tetap menggunakan animasi 2 D dikarenakan keterbatasan adobe flash dan peneliti untuk membuat objek lup dalam 3D Menambahkan keterangan di setiap gambar Gambar benda dan bayangan tetap sama untuk menghindari miskonsepsi dikarenakan perbedaaan hasil bayangan dengan benda sesungguhnya Memperjelas simbol rumus Memperbaiki penulisan huruf, angka, dan simbol agar lebih jelas. Memperbaiki arti kata punctum proximum (pp) Menjelaskan penggunaan lup saat posisi benda di pp Tempat penurunan rumus diperbaiki dan lebih sistematis
258
Video bahasa inggris baiknya disertai subtitle bahas Indonesia Dalam penulisan kata “alias” diganti dengan atau Penjelasan pada bagian bawah tulisan terlalu monoton Perlu ada bimbingan saat KBM berlangsung untuk menghindari miskonsepsi Video bahasa inggris perlu ditambahkan subtitle bahasa Indonesia Perlu perbaikan gambar dan huruf yang terlalu kecil Animasi kartun di awal sebaiknya tidak perlu mengklik tombol next untuk melanjutkan percakapan, tetapi berjalan otomatis Perlu perbaikan soal lensa kacamata titik jauh 2 m seharusnya 1 m Mata tak berkomodasi dipertegas sama dengan mata berakomodasi minimum Animasi pembiasan pada lensa cekung tercampur cermin, sebaiknya dihilangkan Video praktikum yang menggunakan istilah/kalimat/kata SMP dihilangkan
Menyertakan subtitle bahasa Indonesia pada video Menghilangkan kata “alias” Memperbaiki tulisan pada bagian bawah Mendampingi siswa namun tidak memberikan penjelasan agar siswa memahami berdasarkan hasil hypermedia saja. Menambahkan subtitle bahasa Indonesia Memperbaiki tampilan gambar dan huruf yang terlalu kecil Animasi kartun tetap diberi tombol next agar siswa lebih leluasa untuk menggunakan media pembelajaran hypermedia. Memperbaiki soal yang dimaksud Mempertegas persamaan mata tak berakomodasi dengan mata berakomodasi minimum Memperbaiki animasi dan teks penjelasan pada lensa cekung agar tidak tercampur dengan cermin Tidak menghilangkan kata SMP dikarenakan video tidak dapat diedit
259
B. Hasil Revisi Media No 1
Keterangan Memperbaiki user interface dan bagian bawah tulisan
2
Memperbaiki simbol-simbol pada rumus
3
Mengutamakan penyajian fakta dan data besaran fisisnya lebih tepat dan sederhana, pola mendekat fakta dan formulasi matematisnya,
Sebelum
Kurang jelas
Sesudah
260
No 4
Keterangan Menambahkan keterangan gambar, animasi dll.
Sebelum Tidak ada
Sesudah
261
Lampiran 16 Lembar Kendali
262
LEMBAR KENDALI MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA Pertemuan 1 Nama
:
Kelas
:
Sekolah : Pertanyaan 1. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi pada
Jawaban a. Iya b. Tidak
pertemuan pertama? 2. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi
a. Iya b. Tidak
mata? 3. Menu apa saja yang Anda
.......................................................
lihat pada materi mata?
....................................................... .......................................................
4. Ada berapa jumlah bagian-
.......................................................
bagian mata yang dibahas?
....................................................... .......................................................
5. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi
a. Iya b. Tidak
kacamata (cacat mata)? 6. Ada berapa cacat mata yang dibahas?
....................................................... ....................................................... .......................................................
7. Apa warna cahaya pada
.......................................................
animasi cacat mata?
....................................................... .......................................................
263
LEMBAR KENDALI MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA Pertemuan 2 Nama
:
Kelas
:
Sekolah : Pertanyaan 1. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi pada pertemuan
Jawaban c. Iya d. Tidak
kedua? 2. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi lup? 3. Apa saja keadaan mata saat menggunakan lup yang dibahas?
c. Iya d. Tidak ...................................................... ...................................................... ......................................................
4. Apa warna cahaya pada animasi lup?
...................................................... ...................................................... ......................................................
5. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi mikroskop? 6. Ada berapa jumlah bagianbagian mikroskop yang dibahas?
a. Iya b. Tidak ...................................................... ...................................................... ......................................................
7. Berapa jumlah lensa pada
......................................................
mikroskop? Sebutkan!
...................................................... ......................................................
264
LEMBAR KENDALI MEDIA PEMBELAJARAN HYPERMEDIA Pertemuan 3 Nama
:
Kelas
:
Sekolah : Pertanyaan 1. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi pada pertemuan
Jawaban a. Iya b. Tidak
ketiga? 2. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi teropong? 3. Ada berapa jenis teropong? Sebutkan!
a. Iya b. Tidak ...................................................... ...................................................... ......................................................
4. Animasi apa saja yang dibahas
......................................................
pada teropong? Sebutkan!
...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................
5. Apakah Anda sudah membaca seluruh materi kamera? 6. Apa saja gambar yang ada di materi kamera?
c. Iya d. Tidak ...................................................... ...................................................... ......................................................
7. Tuliskan jenis lensa yang digunakan kamera!
...................................................... ...................................................... ......................................................
265
Lampiran 17 Surat penelitian
266
267
268
269
Lampiran 18 Uji Referensi
270
271
272