1
ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG
OLEH : RACHMAT AKBAR MUDJAHIDIN H 14104128
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
RINGKASAN RACHMAT AKBAR M. Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang (dibimbing oleh HENNY REINHARDT). Tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran merupakan permasalahan besar di Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di masa mendatang, mengingat potensi kekayaan alam Kabupaten Pandeglang sangat bagus. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, Nilai Tambah Bruto (NTB), permintaan antara dan permintaan akhir Pandeglang. Menganalisis keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun output, Menganalisis dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pandeglang dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya, Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis yang dilakukan menggunakan tabel I-O dengan menggunakan bantuan GRIMP dan Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup tinggi terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto (NTB) dan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan, hotel dan restoran belum mampu memberikan kontribusi yang cukup besar. Nilai permintaan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih tinggi daripada permintaan akhirnya. Hal ini menunjukan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagian besar digunakan sebagai input langsung oleh sektor-sektor perekonomian lainnya daripada digunakan untuk konsumsi langsung. Keterkaitan output langsung ke depan sektor perdagangan, hotel dan restoran memliki nilai paling besar daripada sektor-sektor perekonomian di Pandeglang lainnya, begitu juga dengan nilai keterkaitan output langsung dan tidak langung ke depan. Untuk keterkaitan ke belakang sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai paling besar baik langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari hasil analisis dampak penyebaran maka dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang relatif lebih besar apabila daripada dengan nilai koefisien penyebaran. Hal tersebut menunjukan bahwa keberadaan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran ini mempunyai
3
kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya daripada kemampuan untuk menarik pertumbuhan output sektor hulunya. Berdasarkan hasil analisis multipler output, sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi pertama dalam perolehan nilai pengganda tipe I. sedangkan untuk perolehan nilai pengganda tipe II sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ketiga. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ketiga baik nilai pengganda tipe I maupun nilai pengganda tipe II. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki perolehan nilai pengganda yang cukup kecil untuk nilai pengganda tipe I dan tipe II. Dengan berbagai potensi perdagangan, hotel dan restoran yang dimiliki, Pemerintah Pandeglang diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Pandeglang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pandeglang perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor ini akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Pandeglang secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja hendaknya dapat dijadikan sebagai landasan bagi pemerintah Pandeglang dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor perekonomian Pandeglang. Dari hasil penelitian ini sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang sangat berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja dan mengahapuskan kemiskinan di Kabupaten Pandeglang. Tabel I-O Pandeglang Tahun 2005 masih memiliki keterbatasan yang menonjol yaitu dalam penyajian data masing-masing sub sektor. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan Tabel I-O yang sudah menyajikan data sub sektor dari masing-masing sektor perekonomian di Pandeglang.
4
ANALISIS PERANAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG
OLEH : RACHMAT AKBAR MUDJAHIDIN H14104128
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
5
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Rachmat Akbar Mudjahidin
Nomor Registrasi Pokok
: H14104128
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Henny Reinhardt, SP. M.Sc. NIP. 132 321 419 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
6
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor , Agustus 2008
Rachmat Akbar Mudjahidin H14104128
7
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat dan karuniakarunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul ”Analisis Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang”. Skripsi ini disususn sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
8
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang teramat dalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Drs. H. Djadjat Mudjahidin, MM (ayah), Hj. Neneng Mulyani (ibu), serta A asep n T’Cika, A Tian n T’Yuni, T’Fatma, Lika, Ayat dan seluruh keluarga tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada henti, serta dorongan moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Henny Reinhardt ,SP. M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kemudahan, nasehat, dan bimbingan serta kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. yang telah memberikan nasehat serta bimbingan selama perkuliahan. 4. Dosen Penguji dan Komisi Pendidikan yang telah memberi saran, kemudahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini 5. Amalia Dwi S.L untuk saran serta kritik
yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. 6. Anggit, Tyo n Novi, Islam, Refa, Fikri, Sigit n Siera, Hardy, Dani, Adith, Fajri, Pansus, Aziz, Jawa, Dhamar, Aji, Rajiev, Annisa k. 7. Dwi Asmoro Ramanto yang telah bersedia menjadi pembahas seminar. 8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini
9
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................. i DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v I.
PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................. 1 Perumusan Masalah ......................................................................... 3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori-Teori ........................................................................ 9 2.1.1. Kegiatan pariwisata .............................................................. 9 2.1.2. Pengertian Wisatawan ........................................................ 10 2.1.3. Peran Sektor Pariwisata...................................................... 11 2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri ................................................ 14 2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 16 2.2. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis: Model Input-Output ....................... 22 3.1.1. Struktur Tabel Input-Output............................................... 22 3.1.2. Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model I-O ........ 28 3.1.3. Analisis Keterkaitan ........................................................... 29 3.1.4. Dampak Penyebaran........................................................... 29 3.1.5. Analisis Multiplier ............................................................. 30 3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................... 32 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 36 4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 36 4.3. Metode Analisis ............................................................................. 37 4.3.1. Analisis Keterkaitan ........................................................... 37 4.3.1.1 Keterkaitan Langsung ke Depan .................................... 37 4.3.1.2 Keterkaitan Langsung ke Belakang ............................... 38
10
4.3.1.3 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ...................................................................... 38 4.3.1.4 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang .................................................................... 38 4.3.2. Dampak Penyebaran........................................................... 38 4.3.2.1 Kepekaan Penyebaran .................................................... 39 4.3.2.2 Koefisien Penyebaran..................................................... 40 4.3.3. Analisis Multiplier ............................................................. 40 4.4. Konsep dan Definisi ....................................................................... 42 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kabupaten Pandeglang............................................................... 49 5.2. Perdagangan ................................................................................... 50 1.1. Perdagangan Besar ................................................................. 50 1.2. Perdagangan Eceran ............................................................... 51 5.3. Restoran/Rumah Makan ................................................................. 52 5.4. Perhotelan....................................................................................... 53 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ........ 54 6.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Antara ....................................................................... 54 6.1.2. Impor .................................................................................. 55 6.1.3. Nilai Tambah Bruto ........................................................... 56 6.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja .................................................. 58 6.2. Analisis Keterkaitan ....................................................................... 59 6.2.1. Keterkaitan ke Depan ......................................................... 59 6.2.2. Keterkaitan ke Belakang .................................................... 61 6.3. Analisis Penyebaran ....................................................................... 62 6.3.1. Koefisien Penyebaran......................................................... 62 6.3.2. Kepekaan Penyebaran ........................................................ 64 6.4. Analisis Multiplier ......................................................................... 65 6.4.1. Multiplier Output ............................................................... 65 6.4.2. Multiplier Pendapatan ........................................................ 66 6.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ..................................................... 67 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan .................................................................................... 70 7.2. Saran............................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73 LAMPIRAN ................................................................................................ 75
11
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.1. PDRB Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha ...........................................................................
4
1.2. Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Objek Wisata Yang ada di Kabupaten Pandeglang ...........................................................................
5
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 21 3.1. Ilustrasi Tabel Input-Output ....................................................................... 25 4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja .......................... 41 6.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi. ........................................................... 55 6.2. Impor di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi ......................................................................................................... 56 6.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ...................................................... 56 6.4. Penyerapan Tenaga kerja ............................................................................ 58 6.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ............................................. 60 6.6. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ............................................... 62 6.7. Tabel Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ............................................................................. 63 6.8. Total Multiplier Output Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang 2005 ........................................................................................ 66 6.9. Total Multiplier Pendapatan Sektor Perekonomian Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ............................................................................. 67 6.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ....................................................... 68
12
6.11. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 ....................................................... 68
13
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Model Perdagangan, Hotel dan Restoran Sebagai Industri.............. 15
2.
Kerangka Pemikiran Konseptual...................................................... 35
14
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1
Halaman
Lampiran 1. Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 9 Sektor 3 Komoditi Tahun 2005 ............................................................... 76
2.
Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 Klasifikasi 12 Sektor atau Komoditi ............................................................................ 77
3.
Matrik Koefisien Teknis ............................................................................. 78
4.
Matrik Kebalikan Leontief ......................................................................... 79
15
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata karena memiliki wilayah yang terdiri dari laut dengan pantai-pantainya yang indah, taman laut yang indah, spesies flora dan fauna yang beraneka ragam, pegunungan yang indah dan kekayaan alam lainnya yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya sektor pariwisata terutama di beberapa wilayah yang banyak terdapat tempat-tempat wisata dan menjadikannya salah satu sektor andalan dalam menghasilkan pendapatan daerah. Salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Pandeglang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang merupakan permasalahan besar di Indonesia. Dengan berkembangnya sektor perdagangan, hotel dan restoran menyebabkan terbukanya lapangan kerja dari hulu ke hilir. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut terjadi karena dengan kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, restoran, perdagangan, jasa penunjang angkutan dalam pengelolaan obyek dan daya tarik
16
wisata sehingga peluang tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sehingga masyarakat akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut. Otonomi daerah yang sudah berlangsung sejak 1 Januari 2001 telah membuat pemerintah daerah sibuk mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggara otonomi daerah yang luas harus dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat menentukan prioritas pembangunannya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing di Kabupaten Pandeglang salah satunya potensi dalam sektor pariwisata. Secara historis, tujuan pemerintah serta asosiasi industri dalam hal mengembangkan potensi dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah untuk menjadikan sektor tersebut sebagai sumber penerimaan negara, serta mampu menciptakan lapangan kerja. Pada saat ini pemerintah menyadari bahwa potensi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebagai alat untuk membangun perekonomian suatu daerah dimana dengan semakin berkembangnya sektor tersebut maka penyerapan tenaga kerja dan pendapatan daerah akan meningkat, tingkat kemiskinan akan menurun dan pertumbuhan ekonominya akan meningkat. Kabupaten Pandeglang yang memiliki potensi pariwisata, tentu saja harus memanfaatkan keadaan ini untuk membangun perekonomian daerahnya.
17
Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien. Sangat diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor perdagangan, hotel dan restoran ini, karena keberadaan sektor tersebut akan mampu mengembangkan perekonomian Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi atau kajian tentang Pengaruh Sektor Perdagangan, hotel dan restoran terhadap Perekonomian Kabupaten Pandeglang.
1.2. Perumusan Masalah Otonomi daerah yang dimulai pada 1 Januari 2001, menyebabkan peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali potensi-potensi lokal yang dimilikinya sebagai sumber keuangan dalam membantu pembiayaan pemerintah daerah secara mandiri. Kondisi tersebut telah menuntut pemerintah daerah Kabupaten
Pandeglang
untuk
benar-benar
memanfaatkan
potensi
yang
dimilikinya. Hal inilah yang harus dicermati dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar otonomi daerah berjalan sesuai dengan tujuannya dan dapat mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Pandeglang sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta pemerataan pendapatan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 133.585 dari 402.970 orang yang bekerja. Sedangkan kontribusinya terhadap
18
pendapatan adalah sebesar Rp 806.103,22 juta pada tahun 2005 dari total Rp 3.398.589,82 juta PDRB Kabupaten Pandeglang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang) Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp) Lapangan Usaha 2005 % Pertanian 1.267.673,86 35,20 a. Tanaman Bahan Makanan 920.616,51 26,08 b. Tanaman Perkebunan 127.597,66 3,45 c. Peternakan dan hasilnya-hasilnya 75.240,83 2,07 d. Kehutanan 11.785,07 0,35 e. Perikanan 132.433,79 3,26 Pertambangan dan Penggalian 3.785,45 0,11 Industri Pengolahan 392.506,00 11,28 a. Industri Migas 0,00 b. Industri Tanpa Migas 392.506,00 11,28 Listrik, Gas dan Air Bersih 24.861,50 0,81 a. Listrik 21.061,55 0,68 b. Air Bersih 3.799,95 0,12 Perdagangan, Hotel dan Restoran 806.103,22 22,67 a. Perdagangan Besar dan Eceran 569.709,06 15,27 b. Hotel 11.342,02 0,29 c. Restoran 225.052,13 7,11 Bangunan 146.884,06 4,28 Pengangkutan dan Komunikasi 183.388,47 6,23 a. Pengangkutan 165.050,58 5,66 1) Angkutan Jalan Raya 138.885,77 4,92 2) Angkutan Laut 10.197,66 0,29 3) Jasa Penunjang 15.967,15 0,45 b. Komunikasi 18.337,89 0,57 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 164.957,64 5,24 a. Bank 41.968,96 1,23 b. Lembaga Keuangan Lainnya 16.802,63 0,53 c. Sewa Bangunan 86.239,53 2,89 d. Jasa Perusahaan 19.946,52 0,58 Jasa-Jasa 408.429,63 14,18 a. Pemerintahan Umum 276.802,41 10,14 b. Swasta 131.627,21 4,04 1. Sosial Kemasyarakatan 12.483,64 0,41 2. Hiburan dan Rekreasi 3.569,27 0,09 3. Perorangan dan Rumah Tangga 115.574,30 3,54 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3.398.589,82 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2005
19
Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang cukup tinggi, pada tahun 2002 jumlah wisatawan yang memakai objek wisata yaitu sebesar 673.395 orang. Pada 2003 jumlah wisatawan yang memakai objek wisata mengalami peningkatan dimana merupakan kunjungan tertinggi yaitu sebesar 779.096 orang. Namun pada saat terjadi Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam tahun 2004 serta adanya isu-isu Tsunami dan adanya air pasang yang tinggi pada akhir tahun 2004 jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi sebesar 485.768 orang. Walaupun Tsunami tersebut terjadi pada akhir tahun akan tetapi menyebabkan penurunan yang sangat besar sekali hal ini disebabkan karena kunjungan wisata bahari akan mencapai puncak pada saat liburan dan momen pergantian tahun dimana biasanya wisatawan ingin merayakan momen tersebut di pantai. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tersebut pada berlangsung kembali pada tahun 2005 yaitu sebesar 433.099 orang. Tahun 2006 jumlah kunjungan wisata kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 718.923 orang. Dan pada tahun 2007 mengalami penurunan kembali sebesar 677.303 orang. (Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang). Tabel 1.2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata yang Ada di Kabupaten Pandeglang No
Tahun
Wisatawan Wisatawan Jumlah Mancanegara Nusantara 2002 48.725 588.670 637.395 1 2003 56.787 722.309 779.096 2 2004 5.173 480.631 485.768 3 2005 1.949 431.150 433.099 4 2006 1.164 717.309 718.923 5 2007 1.350 463.119 677.303 6 Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2007
20
Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Namun dengan adanya Tsunami dan isu air pasang yang tinggi pada akhir tahun 2004 bahkan sampai sekarang menyebabkan sektor pariwisata bahari kurang diminati. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana mengatasi kelemahan tersebut dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Beberapa data mengenai pertumbuhan dan keterkaitan berbagai sektor merupakan informasi penting yang dapat memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan dan permasalahannya. Dari uraian tersebut maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1. Seberapa besar peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Kabupaten Pandeglang? 2. Berapa besar keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun sisi output? 3. Seberapa besar dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Pandeglang dan bagaiman pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya? 4. Seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan
21
tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk: 1. Menganalisis peran sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir kabupaten Pandeglang, 2. Menganalisis keterkaitan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sektor-sektor lainnya di kabupaten Pandeglang, baik keterkaitan dari sisi input maupun output, 3.
Menganalisis dampak penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran di kabupaten Pandeglang dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya,
4.
Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
22
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat Kapupaten Pandeglang dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian Kabupaten Pandeglang. 2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pembaca yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini lebih menekankan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan satu kesatuan sektor yang berada di posisi Sembilan (9) pada tabel-tabel hasil olahan baik pada analisis keterkaitan (langsung ke depan, langsung dan tidak langsung ke depan, langsung ke belakang, langsung dan tidak langsung ke belakang), analisis penyebaran dan analisis multiplier. Hal ini disebabkan untuk menghindari adanya perbedaan yang ditimbulkan antara penulis dengan pembaca dalam penjelasan hasil-hasil olahan. Adapun susunan sektor untuk tabel-tabel pada hasil dan pembahasan yaitu: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sektor Padi Melinjo Pertanian lainnya Pertambangan & penggalian Industri emping Industri lainnya Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan ,hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa
23
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori-teori 2.1.1. Kegiatan Pariwisata Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali pada tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen penting yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya. Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif.
24
2.1.2. Pengertian Wisatawan Istilah wisatawan berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata wisata yang berarti perjalanan dan wan untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya atau kedudukan seseorang. Secara sederhana, wisatawan berarti orang yang melakukan perjalanan. Secara lengkap World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain: berlibur, rekreasi dan olah raga, bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi kunjungan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan (BPS, 2004). Dinas pariwisata, seni dan dan budaya menjelaskan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya untuk salah satu atau beberapa alasan selain mencari pekerjaan (Marpaung dalam Hertanto, 2000) Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri wisatawan dan pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat tinggalnya,
25
2. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya yang semula, 3. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (rombongan atau group), 4. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh, 5. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan atau rekreasi, atau usaha menyenangkan dirinya, 6. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, 7. Selama dalam perjalanan tinggal di suatu tempat / akomodasi, 8. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat transportasi laut, darat dan udara. 2.1.3. Peran Sektor Pariwisata Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya. Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan,
26
maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut. Pembangunan di sektor kepariwisataan perlu ditingkatkan dengan cara mengembangkan
dan
mendayagunakan
sumber-sumber
serta
potensi
kepariwisataan nasional maupun daerah agar dapat menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan dalam rangka memperbesar penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat. Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwista saat ini antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi yaitu, sebagi sumber devisa negara; kedua, peranan sosial yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir adalah peranan kebudayaan yaitu, memperkenalkan kebudayaan dan kesenian. Ketiga point diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut: a) Peran ekonomi 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang
27
pembangunan
sektor
lainnya.
Dengan
demikian,
berkembangnya
kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan lain. 2. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma , homestay, restoran, warung, angkutan dan lainlain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya. b) Peran Sosial 1. Semakin luasnya lapangan kerja Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang “padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah
yang
memerlukan
tenaga
terampil.
Pariwisata
juga
menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan c) Peran Kebudayaan
28
1. Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tari wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan dikembangkan. 2. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau, pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata. 3. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan. 2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri Salah satu faktor yang menyebabkan sangat cepatnya pertumbuhan sektor pariwisata adalah sangat luasnya bidang usaha yang terkait dengan sektor ini. Perjalanan dan kepariwisataan meliputi angkutan, perhotelan, restoran, rekreasi dan perjalanan-perjalanan wisata (Parkesit dan Trisnadi dalam Fitri Rahayu, 1997). Menurut Wirakusumah dalam Hertanto (1996), faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap pariwisata antara lain: Biro Perjalanan Umum (BPU), agen perjalanan, agen penjualan tiket, perhotelan, restoran dan catering, wisata bahari (tirta), objek dan atraksi wisata, angkutan wisata, konsultasi pariwisata dan
29
pendidikan,
serta
latihan
pariwisata.
Sedangkan
faktor
eksternal
yang
mempengaruhi adalah sumber daya alam, modal, sumber daya manusia dan manajemen. Industri pariwisata menurut Yoeti dalam Hertanto (1996) merupakan produk yang diberikan oleh macam-macam perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan semenjak wisatawan tersebut meninggalkan kediamannya, berada di daerah tujuan wisata, hingga kembali lagi ke tempat asalnya. Oleh karena itu, produk dan jasa pariwisata merupakan suatu packages, baik perjalanan itu berupa independent tour maupun diurus oleh tour operator dalam suatu package tour. Jumlah kunjungan wisata merupakan pertemuan antara jumlah permintaan dan penawaran komponen-komponen pariwisata dimana pasar bagi produk pariwisata adalah wisatawan potensial, yaitu orang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan perjalan wisata. Konsumen Demand
Motif perjalanan
Atraksi wisata
Kebutuhan dalam perjalanan Jasa wisata supply produsen
Sumber: Yoeti dalam Hertanto (1996) Gambar 1. Model Pariwisata Sebagai Industri
Angkutan
Angkutan wisata
30
Industri pariwisata didukung oleh sarana dan prasarana wisata seperti angkutan dan atraksi wisata, serta usaha pemenuhan demand konsumen yang antara lain berkaitan dengan motif perjalanan dan kebutuhan dalam perjalanan (sarana akomodasi). Produsen dalam hal ini bertindak sebagai penyedia jasa-jasa wisata tersebut. Berdasarkan model tersebut, demand secara langsung timbul oleh adanya kebutuhan konsumen dalam perjalanan. 2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi Dalam berbagai tulisan, pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai perkembangan ekonomi. Adanya berbagai istilah ini menimbulkan berbagai pendapat diantara para ahli. Menurut Schumpeter dalam Marina 1996, perkembangan ekonomi adalah suatu perubahan spontan dan terputus-putus sementara pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi malalui kenaikan tabunagan dan jumlah penduduk. Sementara menurut Hicks dalam Marina 1996, perkembangan berkaitan dengan potensi dari negara terbelakang yang akan digunakan dalam proses produksi sebab belum semua potensi di negara berkembang dapat ditemukan dengan pasti, sementara pertumbuhan lebih mencerminkan proses produksi di negara maju mengingat hampir semua potensi sumber daya telah diketahui. 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah selama ini dilakukan terbagi menjadi: 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2)
31
Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengelohan. Penelitian Heriawan (2004) tentang “ Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM”. Menunjukan bahwa pariwisata merupakan sektor yang strategis dan potensial bagi perekonomian Indonesia karena peranannya yang cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja, perolehan devisa dan pengembangan ekonomi daerah. Hasil analisis multiplier I-O, sektor-sektor yang terkait pariwisata seperti restoran, hotel, angkutan dan jasa umumnya memiliki kemampuan (daya penyebaran) tinggi dalam mendorong pertumbuhan sektorsektor lainnya, tetapi sebaliknya memiliki response (derajat kepekaan) rendah terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya, sedangkan besarnya peranan pariwisata dalam output nasional tahun 2002 dan 2003 adalah 8,40 persen dan 5,81 persen. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya transaksi ekonomi pariwisata terutama berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Sementara itu, kontribusi pariwisata pada PDB nasional adalah 7,83 persen dan 5,39 persen, lebih rendah dari kontribusi pariwisata pada output nasional. Selanjutnya kontribusi pariwisata pada lapangan kerja nasional mencapai 8,29 persen dan 7,94 persen lebih tinggi dibanding kontribusinya pada output nasional, yang berarti pola pengeluaran pariwisata cenderung pada produk. Produk yang memiliki daya serap tenaga kerja lebih tinggi dibanding pola permintaan akhir secara umum.
32
Oktavianti (2005) dalam skripsinya menganalisis bagaimana peran sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah Input-Output. Dari hasil analisisnya terhadap Tabel input-output Indonesia tahun 1995 sebelum krisis dan tahun 2000 setelah krisis dengan diklasifikasikan menjadi 25 sektor, terlihat bahwa peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia cukup berperan penting. Sektor pariwisata memiliki peranan penting terhadap pembentukan struktur permintaan output pada masa sebelum krisis ekonomi tahun 1999 yaitu sebesar Rp 4.267 milyar, yang mana Rp 636 milyar untuk permintaan antara dan Rp 3.631 milyar untuk permintaan akhir. Sedangkan pada tahun 2000 setelah krisis pariwisata memiliki peranan terhadap pembentukan struktur permintaan output yaitu sebesar Rp 10.135 milyar, dimana Rp 626 milyar permintaan antara dan Rp 9.509 milyar untuk permintaan akhir. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB), sebelum krisis tahun 1995 yaitu sebesar Rp 2.204 milyar dan pada 2000 setelah krisis yaitu menjadi sebesar Rp 4.514 milyar, yang berarti meningkat sebesar 104,81 persen. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, secara umum nilai koefisien penyebaran sektor pariwisata relative lebih besar daripada nilai kepekaan penyebarannya. Efek pengganda yang ditimbulkan sektor pariwisata menunjukan bahwa jika permintaan akhir di sektor pariwisata meningkat satu satuan, maka output di seluruh sektor perekonomian Indonesia akan meningkat sebesar 1,668 satuan pada masa sebelum krisis dan setelah krisis. Jika konsumsi rumah tangga meningkat
33
akibat peningkatan permintaan akhir, menyebabkan output seluruh sektor meningkat sebesar 2,271 sebelum krisis dan 2,179 setelah krisis, serta akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,209 sebelum krisis dan 1,135 setelah krisis. Selain itu akan meningkatkan pendapatan di sektor lainnya sebesar 2,087 sebelum krisis dan 2,004 setelah krisis. Penelitian Fitri Rahayu (2006) tentang “ Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor”. Memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran cukup penting terhadap pembentukan struktur permintaan antara dan permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukan bahwa output sektor pariwisata sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain. Dilihat dari hasil analisis keterkaitan sub sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan yang memiliki nilai terbesar adalah restoran. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar diduduki oleh sektor restoran. Untuk keterkaitan ke belakang baik keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal itu menunjukan bahwa keberadaan sektor pariwisata mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.
34
Berdasarkan hasil analisis multiplier output, sub sektor pariwisata yang memiliki nilai terbesar dalam perolehan nilai pengganda tipe I dan tipe II adalah sektor jasa angkutan. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor jasa angkutan memiliki nilai pengganda untuk tipe I dan tipe II terbesar. Berdasarkan hasil analisis multiplier standar yang tergolong dalam sektor kunci sektor pariwisata adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran. Seperti telah diuraikan diatas perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini meneliti wilayah yang cakupannya lebih sempit yaitu di wilayah Kabupaten Pandeglang dan meneliti peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Pandeglang. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih fokus dan aplikatif, disesuaikan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi.
35
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Nama
Judul
dan dampak 1. Rusman Herawan Peranan pariwisata pada (2004) perekonomian Indonesia suatu pendekatan I-O dan SAM
bagaimana 2. Dona Oktavianti Menganalisis peran sektor pariwisata (2005) terhadap perekonomian Indonesia baik itu sebelum maupun sesudah krisis
Metode Penelitian I-O dan SAM
I-O
Hasil Penelitian a) Tahun 2000 (%) − Multipler output: 8.40 − Multiplier tenaga kerja:8.29 − Multiplier pendapatan: 7.83
Deskripsi
a) Total output sektor pariwisata sebesar 8,40% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,29% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 7,83% dari total pendapatan nasional b) Tahun 2003 (%) b) Total output sektor pariwisata − Multiplier output: 5.81 sebesar 5,81% persen dari − Multiplier tenaga kerja:7.94 output nasional, pengaruh − Multiplier pendapatan: 5.39 sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 7,94% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 5,39% dari total pendapatan nasional 1. Total output sektor pariwisata 1. Tahun 1995 sebesar 2,271% persen dari − Multipler output: 2,271 output nasional, pengaruh − Multiplier tenaga kerja: 1, sektor pariwisata terhadap 209 penyerapan tenaga kerja − Multipler pendapatan: 2,87
36
ekonomi
3. Fitri Rahayu
Analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bogor
I-O
sebanyak 1,209% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 2,87% dari total pendapatan nasional 2. Total output sektor pariwisata 2. Tahun 2000 sebesar 2,179% persen dari − Multiplier output: 2,179 output nasional, pengaruh − Multiplier tenaga kerja: sektor pariwisata terhadap 1,135 penyerapan tenaga kerja − Multiplier pendapatan: sebanyak 1,135% dari total 2,004 tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata a. Tahun 2002 (%) sebesar 2,004% dari total − Multipler output: 8.40 pendapatan nasional − Multiplier tenaga kerja:6.85 − Multiplier pendapatan: 7.83 a) Total output sektor pariwisata sebesar 8,40% persen dari output nasional, pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 6,85% dari total tenaga kerja dan total pendapatan sektor pariwisata sebesar 7,83% dari total pendapatan nasional
37
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis: Model Input-Output Semenjak dirilis oleh W. Leontief pada tahun 1930-an, tabel Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang luas diterima. Tabel InputOutput ini, tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu industri dalam suatu perekonomian tetapi juga mencakup bagaimana cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output Leontief ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium) Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris tabel I-O menunjukan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian pada baris nilai tambah menunjukan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukan struktur input yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Tabel Input-Output mamberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini:
38
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilyah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O antara lain adalah: 1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi, 2. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya, 3. Analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output, 4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian, 5. Menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktur suatu perekonomian wilayah.
39
3.1.1. Struktur Tabel Input-Output Format dari Tabel I-O terdiri dari dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu ( Glosson, 1977). Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap format tabel I-O disajikan pada tabel 3.1 Tabel 3.1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi output
Permintaan Antara
Permintaan
Total
Sektor Produksi
Akhir
Output
1
2
…
n
1
X11
X12
…
X1n
F1
X1
2
X21
X22
…
X2n
F2
X2
.
.
.
…
.
.
.
.
.
.
…
.
.
.
N
Xn1
Xn2
…
Xnn
Fn
Xn
Jumlah Input Primer
V1
V2
…
Vn
Total Input
X1
X2
…
Xn
Susunan input
Input
Sektor
antara
produksi
Sumber: Miller and Blair, 1985 dalam Sahara (dimodifikasi) Tabel 3.1 di atas isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor.
40
Apabila Tabel 3.1 dilihat secara baris (bagian horisontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut: x11 + x12 + … + x1n + F1 = X1 x21 + x22 + … + x2n + F2 = X2
xn1 + xn2 + … + xnn + F = Xn
(3.1)
Dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi: (3.2) Dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan F1 adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i. Sebaliknya jika Tabel 3.1 tersebut dibaca secara kolom (vertikal), terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat ditulisskaan menjadi: x11 + x12 + … + x1n + V1 = X1 x21 + x22 + … + x2n + V2 = X2
xn1 + xn2 + … + xnn + V = Xn
(3.3)
dan secara ringkas ditulis menjadi:
(3.4) Dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.
41
Berdasarkan persamaan 1 di atas, jika diketahui matrik koefisien teknologi, aij sebagi berikut, (Nazara, 1997) (3.5) Dan jika persamaan (3) disubsitusikan ke persamaan (1) maka didapat persamaan (4) sebagai berikut: a11X1 + a12X2 + …+ a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2 + …+ a2nXn + F2 = X2
an1X1 + an2X2 + …+ annXn + Fn = Xn
(3.6)
Jika ditulis dalam bentuk persamaan matriks, persamaan (4) akan menjadi persamaan berikut: + A
X
= +
F
=
X
AX + F = X atau (I-A) = F atau X= (1-A)-1F Dimana: I
= matrik identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya. F
= permintaan akhir
X
= jumlah output
(I-A)
= matrik leontief
(I-A)-1
= matrik kebalikan leontief
(3.7)
42
Dari persamaan (5) di atas terlihat lihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir. Dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matrik kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi. Secara umum, matrik dalam tabel input-output dapat dibagi menjadi 4 kuadran yaitu: 1. Kuadran I ( Intermediate Quadran) Setiap sel pada kuadran satu merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalaam suatu perekonomian. 2. Kuadran II ( Final Demand Quadran) Setiap sel pada kuadran II ini menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III ( Primary Input Kuadran) Menunjukan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektorsektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
43
4. Kuadran IV ( Primary Input-Final Demand Quadran) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
3.1.2 Asumsi-Asumsi dan Keterbatasan dalam Model Input-output Menurut Jensen dan West dalam Sahara (1998), asumsi-asumsi dalam menunjang transaksi yangada dalaam tabel I-O, sangat penting untuk menyusun Tabel I-O. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut: A. Kesebandingan ( Propotionality) Propotionality artinya, prinsip atau asumsi dimana hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier dan dalam keadaan constan return to scale. B. Keseragaman (Homogenety) Homogenety artinya, masing-masing sektor memproduksi suatu output melalui satu cara dengan struktur input tertentu serta tidak ada subsitusi diantara masingmasing input dan output. C. Additivity Additivity artinya, dampak total dari pelaksanaan produksi berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbataasan-keterbatasan:
44
1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. 2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey. 3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya. 3.1.3. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor/industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Berdasarkan konsep keterkaitan ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor lain. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukan oleh koefisien langsung,
45
sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukan dari matrik kebalikan Leontief. 3.1.4. Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran 3.1.5. Analisis Multiplier a) Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal ( initial effect ), yaitu kenaikan/penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan leontief ( inverse matrix ) menunjukan total pembelian input baik langsung atau tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Jadi matrik kebalikan Leontief mengandung informasi struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah/negara. b) Multiplier Pendapatan
46
Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. c) Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel I-O, karena Tabel I-O tidak mengandung elemenelemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Multiplier tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris yang menunjukan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut. d) Multiplier Tipe I dan II Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek Multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasi sebagai berikut: i.
Dampak awal ( Initial Impact)
Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi
47
output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukan oleh koefisien tenaga kerja. ii.
Efek Putaran Pertama ( First Round Effect )
Efek putaran pertama menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukan oleh koefisien langsung. Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukan adanya peningkataan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. iii.
Efek Dukungan Industri ( Industrial Support Effect )
Efek dukungan industri ( Industrial Support Effect ) dari sisi output menunjukan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukan ada efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. iv.
Efek Induksi Konsumsi ( Consumption Induced Effect )
Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi
48
diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. v.
Efek Lanjutan ( Flow-on-Effect ) Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal. 3.2. Kerangka Pemikiran konseptual Perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar PDRB yang dihasilkan oleh daerah tersebut. PDRB merupakan suatu data statistik yang didalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Kabupaten Pandeglang sebagai suatu wilayah harus memiliki strategi untuk meningkatkan PDRB, caranya yaitu dengan memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Pandeglang. Salah satunya adalah sektor pariwisata. Dimana, sektor pariwisata ini mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan serta dalam hal penyerapan tenaga kerja. Data PDRB yang digunakan adalah data tahun 2005. Perlunya mengetahui keterkaitan antar sektor pariwisata dengan sektor lain, sehingga metode I-O dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan metode I-O ini akan diperoleh berapa besar keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan multiplier antar sektor. Hasil analisis tersebut dipergunakan dalam menentukan prioritas ekonomi.
49
Tahapan penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Peran Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang 2005
Metode Input-Output
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis Multiplier
Sektor Prioritas Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
50
IV.
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang dipilih
berdasarkan
beberapa
hal
yang
dapat
dijadikan
pertimbangan.
Pertimbangan tersebut yaitu (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang (2) Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata paling banyak di Provinsi Banten sehingga dapat memberikan pendapatan daerah yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan yaitu dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRIMP dan Microsoft Excel. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Daerah (Bapeda), Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang dan dinas terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
51
4.3. Metode Analisis 4.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang ( Glasson, 1977) 4.3.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: (4.1) F(d)
= keterkaitan langsung ke depan sektor i
αij
= unsur matrik koefisien matrik teknis
4.3.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (4.2) B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i αij
= unsur matrik koefisien
52
4.3.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: (4.3) F(d+1)I
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka
4.3.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: (4.4) B(d+1)j
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka
4.3.2. Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak
53
dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 4.3.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:
Sdi =
Sdi
= kepekaan penyebaran sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief
(4.5)
54
4.3.2.2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tingg apabila nilai Pdj
lebih besar dari satu,
sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:
Pdi =
Pdj
= kepekaan penyebaran
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief
(4.6)
4.3.3. Analisis Multiplier Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam tabel 4.1 Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut:
55
Tabel 4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier Nilai
Output (Rp)
Efek awal
1
Efek Putaran Pertama Σiaij Efek Dukungan
Tenaga Kerja
Pendapatan (Rp)
(Orang)
hJ
eJ
Σiaij hi
Σiaij ei
Σiαij - 1- Σiaij Σiαij hi- hJ- Σiaijhi Σiαijeij - eJ- Σiaij ei
Industri Σiα*ij - Σiαij
Σiα*ij hi- Σiαijhi
Σiα*ijei - Σiαijei
Efek Total
Σiα*ij
Σiα*ij hi
Σiα*ijei
Efek Lanjutan
Σiα*ij - 1
Σiα*ij hi - hi
Σiα*ijei – ei
Efek Induksi Konsumsi
Sumber: Glasson, 1977 Keterangan
:
aij
= Koefisien Output
hi
= Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
ei
= Koefisien Tenaga Kerja
αij
= Matrik kebalikan Leontief model terbuka
α*ij
= Matrik kebalikan Leontief model tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per
unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut: Tipe 1 = Efek awal+Efek Putaran Pertama+Efek Dukungan Industri Efek Awal
56
Tipe 2 = Efek awal+Efek Putaran Pertama +Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi Efek Awal
4.4. Konsep dan Definisi Konsep dan definisi ini menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output ( Glasson, 1979) a. Pariwisata Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dalam hal ini, perdagangan, hotel, restoran dan jasa angkutan b. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa prusahaan atau perseorangan dari dalam negeri perusahaan atau perorangan asing. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya
merupakan
hasil
perkalian
kuantitas
produksi
barang
yang
bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang
57
bergerak di bidang jasa,outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain c. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor sebagai konsumen ditunjukan pada sektor masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. d. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. 1. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencalup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor untuk menjaga
58
konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor. 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah. 3. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barangbarang modal baru baik dari dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah. 4. Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiridari barang-barang dagangan yang belum terjual.
5. Ekspor dan Impor Ekspor dan Impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain.
59
Transaksi tersebut terdirir dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya.transaksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b). Free on board adalah suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transaksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan ( landed cost ). Biaya pendaratan terdiri dari cost ,insurance and freight ( c.i.f ) ditambah dengan bea masuk dan penjualan impor. e. Input Primer Input Primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara. 1. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar 2. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. 3. Penyusutan
60
Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. 4. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.
V. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN KABUPATEN PANDEGLANG
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Banten yang berada di ujung barat pulau Jawa. Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6º 21´ - 7º 10´ Lintang Selatan dan 104º 48´ - 106º 11´ Bujur Timur dengan luas daerah 2.747 km² (274.689,91 ha) atau sebesar 29,98 persen dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara administratif dibagi menjadi 322 desa, 13 kelurahan dan 35 kecamatan.
61
Kabupaten yang berada di ujung barat dari Provinsi Banten ini mempunyai batas administrasi, sebagai berikut: Utara
: Kabupaten Serang
Selatan
: Samudra Indonesia
Barat
: Selat Sunda
Timur
: Kabupaten Lebak
Kota Pandeglang sebagai Ibukota Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari Ibukota Provinsi Banten (Serang) dan 111 km dari Ibukota Negara, Jakarta. Lingkungan sekitar lokasi masih sangat asri, dengan pemandangan pegunungan dan sawah-sawah. Udara di daerah ini juga masih terlindung dari polusi udara karena masih kurangnya jumlah kendaraan sehingga kita dapat menghirup udara segar. Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan. Sedangkan jika dilihat dari topografi daerah Kabupaten Pandeglang memiliki variasi ketinggian antara 0-1.778 m di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar topografi daerah Kabupaten Pandeglang adalah dataran rendah yang berada di daerah Tengah dan Selatan yang memiliki luas 85,07 % dari luas keseluruhan Kabupaten Pandeglang. Kedua daerah ini ditandai dengan karakteristik utamanya adalah ketinggian gunung-gunungnya yang relatif rendah, seperti Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (680 m), Gunung Tilu (562 m) dan Gunung Raksa (320 m). Daerah Utara memiliki luas 14,93 % dari luas Kabupaten Pandeglang yang merupakan dataran tinggi, yang ditandai dengan karakteristik utamanya adalah ketinggian gunung yang relatif
62
tinggi, seperti Gunung Karang (1.778 m), Gunung Pulosari (1.3346 m) dan Gunung Aseupan (1.174 m) Suhu udara di daerah Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,5 ºC – 27,9 ºC. Pada daerah pantai, suhu udara bisa mencapai 22 ºC – 32 ºC. Sedangkan di daerah pegunungan berkisar antara 18 ºC – 29 ºC. Kabupaten Pandeglang memiliki curah hujan antara 2.000-4.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan 3.814 mm dan mempunyai 177 hari hujan rata-rata per tahun serta memiliki tekanan udara rata-rata 1.010 milibar. Iklim di wilayah Kabupaten Pandeglang dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino (Banten dalam angka, 2004). Saat musim penghujan (Nopember-Maret) cuaca didominasi oleh Angin Barat (dari Samudera Hindia sebelah Selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Pada musim kemarau (Juni-Agustus), cuaca didominasi oleh Angin Timur yang menyebabkan Kabupaten Pandeglang mengalami kekeringan, terutama di wilayah bagian Utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km. Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam dua Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Ciujung dan SWS Ciliman. Sementara itu, Kabupaten Pandeglang terbagi menjadi 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) 5.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi Banten, oleh karena itu kegiatan pariwisata di daerah ini cukup potensial untuk
63
menunjang pembangunan daerah. Paling tidak, dapat diandalkan sebagai salah satu sumber devisa untuk membiayai pembangunan daerah. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Pandeglang dapat meningkatkan pendapatan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran karena dengan datangnya wisatawan akan membutuhkan tempat untuk menginap dan makan. Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan Kabupaten Pandeglang untuk meningkatkan perekonomian daerah khususnya dalam peningkatan penerimaan PAD serta daya efek berantai (multiplier effect) yang positif terhadap sektor pembangunan lainnya. Pengembangan pariwisata diarahkan pada peningkatan destinasi wisata berupa kawasan wisata, objek wisata, akomodasi yang mendukungnya serta pemasaran wisata yang akhirnya ukuran keberhasilan pembangunan perdagangan, hotel dan restoran tercermin melalui jumlah kunjungan baik wisata maupun bukan kunjungan wisata.
5.2.
Perdagangan Perusahaan atau usaha perdagangan adalah perusahaan atau usaha yang
dilakukan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), barang-barang baru maupun bekas meliputi besar dan perdagangan eceran. 5.2.1. Perdagangan Besar Perdagangan besar adalah perdagangan barang baru maupun bekas dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, kantor, rumah sakit, rumah makan, dan akomodasi. Perdagangan besar tidak menjual barang dagangan kepada konsumen rumah tangga.
64
Kegiatan perdagangan besar meliputi (BPS Kabupatan Pandeglang, 2004): 1. Perdagangan besar (eksportir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan penjualan barang atau jasa dari dalam ke luar wilayah Indonesia. 2. Perdagangan besar (importir) adalah perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan penjualan barang atau jasa dari luar ke dalam wilayah Indonesia. 3. Distributor atau penyalur adalah perusahaan atau usaha yang berdiri sendiri yang menjual barang perusahaan lain dan pada umumnya mempunyai daerah kerja. Termasuk juga distributor atau penyalur tunggal. Meliputi : hasil pertanian, pertambangan dan penggalian, dan barang-barang hasil industri olahan. Contoh : distributor hasil bumi. 4. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa (service fee) atau kontrak (contract fee) adalah usaha yang dilakukan atas perusahaan atau usaha lain atas dasar kontrak atau fee. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa atau kontrak meliputi : a) Agen adalah perusahaan atau usaha perantara yang berdiri sendiri, bertindak (membuat perjanjian-perjanjian) atas nama perusahaan yang memberikan keagenan (principal) dan biasanya diangkat dengan perjanjian dan tidak boleh mengadakan kegiatan yang sifatnya menyaingi principal. Termasuk dalam hal ini agen tunggal dan wakil perusahaan. Contoh : agen sepatu bata. b) Makelar adalah pedagang perantara yang berusaha melakukan transaksi atas nama satu atau lebih perusahaan lain yang dengannya tidak ada
65
hubungan tetap. Dan mendapat balas jasa yang diebut kurtase dari transaksi yang berhasil dilaksanakan. Contoh : makelar motor atau mobil. c) Komisioner atau Pedagang Komisi adalah perusahaan (pihak pertama) yang melakukan transaksi atau persetujuan dengan pihak ketiga atas nama perusahaan sendiri tetapi atas nama amanat perusahaan lain (pihak kedua) dan mendapat balas jasa yang disebut komisi. Komisioner bertanggung jawab kepada pihak kedua dan pihak ketiga. 5.2.2. Perdagangan Eceran Perdagangan eceran adalah usaha perdagangan yang melakukan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang-barang baru maupun bekas dalam partai kecil. Umumnya kepada konsumen rumah tangga. Usaha perdagangan eceran meliputi : 1. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya makanan, minuman atau tembakau di dalam bangunan seperti waserba, toko kelontong dan sejenisnya. 2. Perdagangan eceran barang-barang baru yang utamanya bukan makanan atau minuman atau tembakau di bangunan. 3. Perdagangan eceran komoditi makanan, minuman atau tembakau yang sejenis di dalam bangunan seperti perdagangan eceran hasil pertanian, hasil industri. 4. Perdagangan eceran komoditi baru bukan makanan, minuman atau tembakau yang sejenis di dalam bangunan. 5.3. Restoran/Rumah Makan Ada beberapa jenis restoran/rumah makan antara lain :
66
1. Restoran/rumah makan atau warung makan adalah jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan tetap (tidak berpindahpindah), yang menyajikan dan menjual makanan dan minuman di tempat usahanya baik dilengkapi maupun tidak dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan maupun penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan surat keputusan dari instansi yang membinanya. 2. Kedai makanan dan minuman adalah usaha perdagangan eceran yang menjual bermacam-macam makanan kecil dan minuman yang siap dikonsumsi di tempat tetap. 3. Penjualan makanan dan minuman keliling/tempat tidak tetap adalah usaha perdagangan eceran yang menjual bermacam-macam makanan dan minuman siap dikonsumsi yang biasanya dijual melalui kios yang mudah dipindahpindahkan atau didorong sepanjang jalan, seperti pedagang bakso keliling. 4. Jasa boga (Catering) adalah usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk kantor, perayaan, pesta, seminar, rapat dan sejenisnya. Biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat kerja, pesta, seminar/rapat dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu atau pesta seminar atau rapat pada saat pesta/seminar berlangsung. Termasuk dalam kelompok ini jasa boga yang melayani pesawat angkutan udara, tempat pengeboran minyak dan lokasi penggergajian kayu. Berdasarkan informasi yang tertera pada Tabel 6, terlihat bahwa pada saat sebelum diberlakukannya Otonomi Daerah, laju pertumbuhan nilai tambah rumah makan/restoran di Kabupatan Pandeglang lebih tinggi dari pada ketika
67
diberlakukannya Otonomi Daerah. Keadaan ini mengindikasikan bahwa Otonomi Daerah belum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan pada UU No. 22 tahun 1999, yaitu dengan diberlakukannya Otonomi Daerah diharapkan keadaan ekonomi daerah akan menjadi lebih baik. 5.4. Perhotelan 1. Penginapan remaja (Youth Hotel) adalah usaha penyediaan jasa penginapan yang biasanya digunakan bagi remaja sebagai akomodasi dalam rangka kegiatan
pariwisata
dengan
tujuan
untuk
rekreasi,
memperluas
pengetahuan/pengalaman dan perjalanan. 2. Pondok wisata (Homestay) adalah usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi umum dengan pembayaran harian, yang dilakukan perseorangan dengan menggunakan sebagian atau seluruhnya dari tempat tinggalnya. 3. Jasa akomodasi lainnya adalah usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan yang belum termasuk dalam kelompok di atas.
68
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 6.1.1. Rasio Permintaan Antara, Permintaan Akhir dan Total Permintaan Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi, memberikan gambaran bahwa jumlah permintaan antara di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp 3.911.515,07 juta. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
memiliki kontribusi
terbesar dalam
pembentukan permintaan antara yaitu sebesar 40,21%. Diurutan kedua dan ketiga adalah sektor industri lainnya dan sub sektor pertanian yaitu padi masing-masing sebesar 16,14% dan 10,75%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar output ketiga sektor digunakan oleh sektor lain untuk proses produksi. Tingginya permintaan antara terhadap ketiga sektor ini menunjukan pentingnya peran output yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kabupaten Pandeglang. Permintaan akhir Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 yaitu mencapai sebesar
Rp
5.908.052,46 juta. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga
memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan permintaan akhir dengan nilai 29,58%. Sektor pertanian lainnya menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 19,73%. Dan sektor jasa-jasa menduduki peringkat ketiga setelah sektor pertanian lainnya dengan kontribusi sebesar 13,83%. Dari seluruh total permintaan tiga sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan
69
restoran yaitu sebesar 33,81%, sektor pertanian lainnya (15,17%), dan sektor industri lainnya (13,54%). Tabel 6.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi. Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Permintaan Antara 420.364,36 9.337,12 324.489,54 3.759,64 20.727,83 631.142,05 73.359,54 52.227,01 1.572.845,05 285.572,33 192.537,63 325.152,97 3.911.515,07
% 10,75 0,24 8,30 0,10 0,53 16,14 1,88 1,34 40,21 7,30 4,92 8,31 100,00
Permintaan Akhir 445.403,07 2.057,57 1.165.624,51 2.985,20 40.324,54 698.731,82 60.654,01 604.511,99 1.747.603,05 218.222,93 104.587,74 817.346,03 5.908.052,46
% 7,54 0,03 19,73 0,05 0,68 11,83 1,03 10,23 29,58 3,69 1,77 13,83 100,00
Total Permintaan 865.767,43 11.394,69 1.490.114,05 6.744,84 61.052,37 1.329.873,87 134.013,54 656.739,00 3.320.448,10 503.795,26 297.125,37 1.142.499,00 9.819.567,52
% 8,82 0,12 15,17 0,07 0,62 13,54 1,36 6,69 33,81 5,13 3,03 11,63 100,00
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah) 6.1.2. Impor Berdasarkan tabel input-output Kabupaten Pandeglang tahun 2005, yang dimaksud dengan impor yaitu mencakup semua barang dan jasa yang didatangkan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Impor dilakukan karena dalam melakukan kegiatan usahanya setiap sektor membutuhkan input antara untuk menghasilkan output yang diharapkan. Namun, tidak semua jenis barang atau jasa yang digunakan sebagai input antara diperoleh dari hasil produksi domestik (dihasilkan oleh perekonomian Kabupaten Pandeglang). Jika dilihat dari tabel 6.2, seluruh sektor perekonomian Kabupaten Pandeglang, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mempunyai nilai impor terbesar yaitu sebesar Rp
387.652,35 juta. Tingginya
70
nilai impor kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kemandiriannya sangat rendah. Tabel 6.2. Impor di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Klasifikasi 12 sektor atau komoditi Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Impor (Juta Rupiah) 23.788,26 51,62 108.483,84 337,15 6.090,00 147.275,28 29.597,51 168.094,79 387.652,35 32.805,83 13.921,09 102.550,03 1.020.647,76
Total
% 2,33 0,01 10,63 0,03 0,60 14,43 2,90 16,47 37,98 3,21 1,36 10,05 100,00
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
6.1.3. Nilai Tambah Bruto Tabel 6.3. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor
Upah& gaji (UG) (juta Rp)
Surplus Usaha (SU) (juta Rp) 521.002,43 6.583,72 774.532,72 4,237,85 10.692,40 257.241,98 19.586,15 123.989,11 535.212,67 144.598,80 143.832,03 358.728,27 2.900.238,13
Rasio GU & SU 0,37 0,25 0,20 0,20 0,79 0,72 0,57 0,51 0,82 0,64 0,30 0,82 6,18
Penyusutan (Juta Rp)
1 193.990,35 17.870,44 2 1.618,59 546,82 3 152.075,76 48.755,40 4 832,08 266,76 5 8.394,77 1.127,22 6 186.158,37 76.216,24 7 11.135,39 9.041,19 8 62.953,78 14.046,89 9 440.124,33 98.942,50 10 92.009,96 56.783,10 11 43.852,97 15.204,10 12 294.818,11 45.312,97 Total 1.487.964,46 384.113,63 % thd NTB 30,44 59,34 7,86 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
Pajak Tak Langsung (Juta Rp) 13.125,29 218,73 6.747,69 36,92 246,08 16.450,34 59,10 10.022,82 44.467,87 14.199,08 8.419,60 1.095,16 115.088,48
Jumlah 745.988,51 8.967,86 982.111,57 5.373,61 20.460,47 536.066,93 39.821,83 211.012,60 1.118.747,37 307.590,94 211.308,70 699.954,51 4.887.404,90
2,35
100
Nilai Tambah Bruto % 15,26 0,18 20,09 0,11 0,42 10,97 0,81 4,32 22,89 6,29 4,32 14,32 100,00
71
Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui bahwa surplus usaha merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto, yakni nilainya mencapai Rp 2.900.238,13 juta atau sebesar 59,34% dari nilai tambah nilai bruto. Kemudian upah dan gaji diurutan kedua dengan nilai Rp 1.487.964,46 juta atau sebesar 30,44%. Penyusutan memiliki kontribusi terhadap nilai tambah bruto diposisi ketiga yakni sebesar Rp 384.113,63 juta atau sebesar 7,86 % dari total nilai tambah bruto. Komponen yang memiliki kontribusi paling kecil diantara komponen-komponen lainnya adalah pajak tak langsung yakni sebesar Rp 115.088,48 juta atau sebesar 2,35 % dari nilai tambah bruto. Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan surplus usaha adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 440.124,33 juta, sektor jasa-jasa sebesar Rp 294.818,11 juta, dan sub sektor padi sebesar Rp 193.990,35 juta. Cukup tingginya kontribusi yang disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup besarnya peranan sektor tersebut dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pandeglang dari sisi permintaan. Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyusutan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang besarnya adalah Rp 98.942,50 juta, Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi tertinggi terhadap komponen upah dan gaji sebesar Rp 440.124,33 juta,
Hasil analisis rasio surplus usaha dan
upah gaji, diperoleh surplus usaha lebih besar dari upah dan gaji. Hal ini menunjukan distribusi pendapatan di Kabupaten Pandeglang belum merata antara pemilik modal dan pekerja sehingga terjadi ketimpangan pendapatan. Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi untuk mengurangi kesenjangan ini, salah satunya
72
melalui penetapaan Upah Minimum Regional (UMR) yang sesuai standar kehidupan di Kabupaten Pandeglang, dan pemberian berbagai fasilitas kepada pekerja (biaya transportasi dan jaminan tenaga kerja). 6.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Tabel 6.4. Penyerapan Tenaga kerja Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tenaga Kerja (orang) 148.320 1.238 116.273 1.866 1.511 33.504 2.406 11.934 90.607 41.596 5.206 36.636 Total 491.096 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
% 30,20 0,25 23,68 0,38 0,31 6,82 0,49 2,43 18,45 8,47 1,06 7,46 100,00
Tahun 2005 jumlah tenaga kerja di Kabupaten Pandeglang yang bekerja di sektor perekonomian berjumlah 491.096 orang. Dari tabel 6.4 diketahui bahwa tenaga kerja di Kabupaten Pandeglang sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rasio 18,45%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki peringkat kedua karena di Kabupaten Pandeglang terdapat beberapa objek wisata yang indah dan mampu menarik perhatian wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Dengan
banyaknya objek wisata selain mampu menyerap tenaga kerja juga mampu menciptakan lapangan kerja yang banyak juga, dengan datangnya wisatawan ke objek wisata maka wisatawan tersebut membutuhkan akomodasi baik dari pemerintah daerah maupun penduduk yang berada di objek wisata tersebut seperti
73
penginapan-penginapan, rumah makan, pedagang-pedagang, transportasi dan lainlain. Selain itu dengan jumlah yang banyak, pertanian berbeda dengan perdagangan, hotel dan restoran karena perdagangan, hotel dan restoran membutuhkan tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut seperti di perhotelan dan restoran. 6.2. Analisis Keterkaitan 6.2.1. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan output ke depan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu keterkaitan output langsung ke depan, dan yang kedua adalah keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung dapat diperoleh dari matriks kebalikan Leontief. Tabel 6.5. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
keterkaitan ke depan tahun 2005 Langsung langsung dan tidak langsung 0,03 0,04 0,01 0,02 0,06 0,08 0,05 0,07 0,06 0,10 0,07 0,11 0,16 0,23 0,19 0,25 0,19 1,27 0,03 0,07 0,04 0,07 0,13 0,19
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
74
Pada tabel 6.5 terlihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor perdagangan, hotel dan bangunan dan sektor bangunan adalah yang terbesar yaitu sebesar 0,19. Nilai keterkaitan tersebut menunjukan keterkaitan langsung ke depan dari sektor tersebut terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk dengan sektor itu sendiri. Adapun arti keterkaitan output langsung ke depan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah setiap satu satuan nilai output sektor perdagangan, hotel dan restoran di alokasikan kepada sektor lainnya maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran itu sendiri sebesar 0,19 satuan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga mempunyai nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar terhadap semua sektor-sektor perekonomian Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 1,27. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar satu satuan, maka kenaikan output dari sektor perdagangan, hotel dan restoran itu sendiri secara langsung dan tidak langsung meningkat sebesar 1,27 satuan. Besarnya nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor perdagangan, hotel dan restoran dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya menunjukan bahwa sektor tersebut memiliki peranan yang penting dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor lainnya maupun kepada sektor itu sendiri.
75
6.2.2. Keterkaitan ke Belakang Nilai keterkaitan ke Belakang menunjukan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor (dari sektor lain ataupun dari sektor itu sendiri) jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu unit moneter. Berdasarkan tabel 6.6 keterkaitan langsung ke belakang terbesar ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0.19 satuan. Nilai keterkaitan tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sektor-sektor tersebut sebesar satu satuan, maka sektor yang bersangkutan memerlukan input dari sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai keterkaitanya. Adapun pengertian dari keterkaitan sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah apabila terjadi peningkatan pada permintaaan akhir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar satu satuan, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut akan memerlukan input dari sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 0,19. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,27. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar satu satuan, maka sektor tersebut akan membutuhkan input dari sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 1,27 Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan belakang dan nilai keterkaitan ke depannya yang sama yaitu sebesar 0,19 hal itu menunjukan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran berperan sebagai sektor yang
76
membutuhkan input dari sektor lain sekaligus berperan sebagai sektor yang outputnya dibutuhkan oleh sektor lainnya. Tabel 6.6. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keterkaitan ke Belakang Tahun 2005 Langsung Langsung dan Tidak Langsung 0,00 0,02 0,00 0,00 0,04 0,06 0,00 0,00 0,00 0,01 0,04 0,07 0,01 0,01 0,00 0,01 0,19 1,27 0,05 0,06 0,03 0,04 0,03 0,05
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang (diolah)
6.3. Analisis Penyebaran 6.3.1. Koefisien Penyebaran Koefisien penyebaran adalah keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang diboboti jumlah sektor lalu dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan semua sektor. Dengan kata lain, efek yang ditimbulkan suatu sektor karena peningkatan output sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan tabel 6.7 sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai koefisien terbesar kedua sebesar 1,65 satuan. Nilai koefisien penyebaran yang
77
lebih dari satu ini menunjukan bahwa sektor tersebut mampu menarik sektor hulunya. Dengan kata lain sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penggunaan input dari sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Pandeglang jika dibandingkan dengan sektor lainnya dan mampu menarik pertumbuhan sektor hulunya sebagai sektor yang menyediakan input baginya. Tabel 6.7. Tabel Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Koefisien Penyebaran 0,24 0,47 0,65 0,35 1,71 1,46 1,51 1,30 1,65 0,88 0,57 1,21 12,00
Kepekaan Penyebaran 0,95 0,46 0,76 0,03 0,03 2,36 0,31 0,34 4,10 0,96 0,54 1,16 12,00
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
6.3.2. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran adalah keterkaitan output langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan penyebaran ini menjelaskan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor hilirnya. Berdasarkan tabel 6.7 menunjukan nilai-nilai kepekaan penyebaran berdasarkan asumsi rumah tangga sebagai variabel endogen. Klasifikasi 12 sektor
78
perekonomian
Kabupaten
Pandeglang
memperlihatkan
bahwa
sektor
perdagangan, hotel dan restoran mempunyai nilai kepekaan penyebaran tertinggi sebesar 4,10. Hal ini mengandung
pengertian bahwa sektor tersebut mampu
mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Apabila dibandingkan dengan koefisien penyebaran, nilai kepekaan penyebaran sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki proporsi yang lebih besar. Berarti kemampuan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam mendorong sektor hilirnya lebih besar dibandingkan dengan kemaampuannya dalam menarik sektor hulunya. Keadaaan tersebut terjadi karena sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung dijadikan sebagi permintaan antara daripada sebagai permintaan akhir. Kecil kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap permintaan akhir ini menunjukan sebagian besar output sektor tersebut dijadikan sebagai permintaan akhir aatau dengan kata lain permintaan sektor perdagangan, hotel dan restoran itu digunakan untuk keperluan konsumsi bukan untuk proses produksi.
6.4. Analisis Multiplier Analisis multiplier atau analisis pengganda digunakan untuk melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir pada analisis InputOutput sisi permintaan dan variabel input primer pada analisis Input-Output sisi penawaran. Ada dua jenis tipe pengganda atau multiplier yaitu pengganda atau multiplier tipe I dan multiplier tipe II.
79
Multiplier tipe I yang dapat diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka dan multiplier tipe I ini menunjukan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian maka meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai Multiplier tipe II ini menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat, setelah adanya efek induksi dari rumah tangga.
6.4.1. Multiplier Output Berdasarkan tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi di dalam tabel 6.8 tentang Total Multiplier Output di Kabupaten Pandeglang 2005 klasifikasi 12 sektor atau komoditi, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai yang paling tinggi dalam perolehan nilai pengganda tipe I yang mana nilainya yaitu sebesar 1,5904. Nilai tersebut memiliki pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, maka hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya output di semua sektor perekonomian sebesar 1,5904. Kemudian untuk nilai pengganda tipe II, sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati peringkat ketiga yaitu dengan nilai 1,8207. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pada pengeluaran rumah tangga yang bekerja sebesar satu satuan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut maka akan menyebabkan peningkatan output di semua sektor perekonomian sebesar 1,8207.
80
Tabel 6.8. Total Multiplier Output Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang 2005 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Initial 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
First 0,0596 0,1166 0,1616 0,0853 0,4233 0,3612 0,3716 0,3199 0,4086 0,2165 0,1414 0,1845
Indust 0,0263 0,0344 0,0710 0,0414 0,1439 0,0834 0,1759 0,1593 0,1817 0,0728 0,0608 0,0920
Cons’m 0,0367 0,0177 0,1075 0,0699 0,1872 0,1810 0,3857 0,4093 0,2303 0,1110 0,0786 0,1375
Total 1,1225 1,1688 1,3401 1,1967 1,7543 1,6256 1,9332 1,8886 1,8207 1,4003 1,2809 1,4141
Elast 0,3776 0,0385 0,3310 0,3122 0,2884 0,4248 0,0068 0,7134 0,1954 0,2482 0,1343 0,3215
Type I 1,0858 1,1511 1,2326 1,1268 1,5671 1,4447 1,5474 1,4793 1,5904 1,2893 1,2022 1,2765
Type II 1,1225 1,1688 1,3401 1,1967 1,7543 1,6256 1,9332 1,8886 1,8207 1,4003 1,2809 1,4141
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
6.4.2. Multiplier Pendapatan Tabel 6.9 tentang Total Multiplier pendapatan di Kabupaten Pandeglang
2005
klasifikasi 12 sektor atau komoditi, sektor perdagangan, hotel dan restoran sendiri menempati peringkat ketiga pada Multiplier pendapatan tipe I dengan nilai sebesar 1,4835 dan pada Multiplier pendapatan tipe II menempati peringkat ketiga yaitu dengan nilai 1,7198. Untuk nilai 1,4835 dalam Multiplier pendapatan tipe I ini mengandung pengertian bahwa apabila terjadi peningkatan pendapatan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar satu satuan, maka peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan di seluruh sektor perekonomian lainnya sebesar 1,4835 satuan. Sedangkan nilai 1,7198 dalam Multiplier pendapatan tipe II mengandung arti, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar satu satuan, maka pendapatan rumah tangga yang dibelanjakan akan meningkat sebesar 1,7198.
81
Dilihat dari tabel 6.9 dibawah dapat disimpulkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peran potensial ketiga dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Pandeglang. Tabel 6.9. Total Multiplier Pendapatan Sektor Perekonomian Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Initial 0,148 0,0025 0,0439 0,0278 0,0747 0,0823 0,1703 0,1937 0,0873 0,0435 0,0274 0,0557
First 0,0042 0,0052 0,0122 0,0084 0,0224 0,0138 0,0344 0,0260 0,0296 0,0136 0,0126 0,0160
Indust Cons'm 0,0017 0,0033 0,0022 0,0016 0,0044 0,0096 0,0031 0,0063 0,0081 0,0168 0,0057 0,0162 0,0123 0,0346 0,0105 0,0367 0,0126 0,0206 0,0053 0,0099 0,0043 0,007 0,0057 0,0123
Total 0,0239 0,0115 0,0701 0,0456 0,1220 0,1180 0,2515 0,2669 0,1502 0,0724 0,0513 0,0897
Elast 0,5454 0,1502 0,3945 0,4275 0,2686 0,3747 0,0052 0,5204 0,1846 0,2951 0,1963 0,3664
Type I 1,3986 3,9292 1,3776 1,4134 1,4090 1,2368 1,2741 1,1883 1,4835 1,4360 1,6154 1,3898
Type II 1,6214 4,5552 1,5972 1,6386 1,6335 1,4339 1,4771 1,3776 1,7198 1,6649 1,8728 1,6113
Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 (diolah)
6.4.3. Multiplier Tenaga Kerja Tabel 6.10. Total Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Initial 0,0920 0,0608 0,0470 0,1540 0,0185 0,0187 0,0138 0,0138 0,0204 0,0551 0,0102 0,0199
First 0,0018 0,0055 0,0043 0,0016 0,0161 0,0241 0,0074 0,0073 0,0107 0,0052 0,0026 0,0036
Indust cons'm Total Elast Type I 0,0009 0,0009 0,0956 0,3495 1,0296 0,0011 0,0004 0,0677 0,0368 1,1076 0,0028 0,0026 0,0567 0,2980 1,1520 0,0011 0,0017 0,1584 0,2683 1,0176 0,0063 0,0045 0,0454 0,4026 2,2078 0,0027 0,0043 0,0498 0,6958 2,4319 0,0056 0,0092 0,0361 0,0091 1,9405 0,0055 0,0098 0,0363 0,9980 1,9319 0,0055 0,0055 0,0421 0,2216 1,7955 0,0021 0,0026 0,0650 0,2091 1,1314 0,0019 0,0019 0,0167 0,1705 1,4433 0,0037 0,0033 0,0305 0,3483 1,3666
Sumber: Tabel Input-output Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 (diolah)
Type II 1,0391 1,1146 1,2065 1,0284 2,4488 2,6625 2,6052 2,6419 2,0648 1,1795 1,6165 1,5316
82
Dari tabel 6.10, dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran nilai pengganda untuk tenaga kerja tipe I menempati posisi kelima dengan nilai 1,7955 satuan, sedangkan untuk posisi nilai pengganda tipe II telah menempati peringkat kelima dengan nilai 2,0648 satuan.
6.5. Analisis Penetapan Sektor Prioritas
Berdasarkan tabel 6.11 dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan
restoran memiliki keterkaitan terbesar baik keterkaitan langsung ke depan, langsung dan tidak langsung, keterkaitan langsung ke belakang serta langsung dan tidak langsung ke belakang. Pada analisis penyebaran, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peringkat kedua pada koefisien penyebaran dan peringkat tertinggi pada dampak penyebarannya. Pada total output multiplier nilai pengganda tipe I berada di posisi pertama dan pada tipe II berada pada posisi ketiga. Pada total income multiplier tipe I dan II menempati pada posisi ketiga dan pada total Employ multiplier menempati posisi kelima. Tingginya hasil analisis keterkaitan dan analisis penyebaran membuktikan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Pandeglang, Walaupun pada total output multiplier, total income multiplier dan total employ multiplier sektor ini tidak berada pada posisi tertinggi tetapi perbedaan hasil analisis ini dengan peringkat diatasnya relatif tidak besar sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dikatakan sebagai salah satu sektor kunci yang harus dikembangkan karena dapat menarik sektor lain dan perekonomian Kabupaten Pandeglang secara keseluruhan.
83
Tabel 6.11. Indeks Multiplier Aktual Sektor Perekonomian di Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 Keterkaitan Ke Depan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Langsung 0,03 0,01 0,06 0,05 0,06 0,07 0,16 0,19 0,19 0,03 0,04 0,13
Langsung dan Tidak Langsung 0,04 0,02 0,08 0,07 0,10 0,11 0,23 0,25 1,27 0,07 0,07 0,19
Keterkaitan Ke Belakang Langsung
Langsung dan Tidak Langsung
0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,04 0,01 0,00 0,19 0,05 0,03 0,03
0,02 0,00 0,06 0,00 0,01 0,07 0,01 0,01 1,27 0,06 0,04 0,05
Analisis Penyebaran Koefisien Dampak Penyebaran Penyebaran 0,24 0,47 0,65 0,35 1,71 1,46 1,51 1,30 1,65 0,88 0,57 1,21
0,95 0,46 0,76 0,03 0,03 2,36 0,31 0,34 4,10 0,96 0,54 1,16
Total Output Multiplier Tipe I Tipe II
Total Income Multiplier Tipe I Tipe II
Total employ Multiplier Tipe I Tipe II
1,0858 1,1511 1,2326 1,1268 1,5671 1,4447 1,5474 1,4793 1,5904 1,2893 1,2022 1,2765
1,3986 3,9292 1,3776 1,4134 1,4090 1,2368 1,2741 1,1883 1,4835 1,4360 1,6154 1,3898
1,0296 1,1076 1,1520 1,0176 2,2078 2,4319 1,9405 1,9319 1,7955 1,1314 1,4433 1,3666
1,1225 1,1688 1,3401 1,1967 1,7543 1,6256 1,9332 1,8886 1,8207 1,4003 1,2809 1,4141
1,6214 4,5552 1,5972 1,6386 1,6335 1,4339 1,4771 1,3776 1,7198 1,6649 1,8728 1,6113
1,0391 1,1146 1,2065 1,0284 2,4488 2,6625 2,6052 2,6419 2,0648 1,1795 1,6165 1,5316
84
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 maka, dapat diambil kesimpulan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup penting terhadap perekonomian Kabupaten Pandeglang. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: 1. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup tinggi terhadap pembentukan nilai tambah bruto dan struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan, hotel dan restoran belum mampu memberikan kontribusi yang cukup besar. Nilai permintaan antara sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih tinggi dibandingkan permintaan akhirnya. Hal ini menunjukan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagian besar digunakan sebagai input langsung oleh sektor-sektor perekonomian lainnya dibandingkan digunakan untuk konsumsi langsung. 2. Keterkaitan output langsung ke depan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai paling besar dibandingkan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Pandeglang lainnya, begitu juga dengan nilai keterkaitan output langsung dan tidak langung ke depan. Untuk keterkaitan kebelakang sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai paling besar baik langsung maupun langsung dan tidak langsung.
85
3. Dilihat dari hasil analisis dampak penyebaran maka dapat disimpulkan bahwa secara umum sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai kepekaan penyebaran yang relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai koefisien penyebaran. Hal tersebut menunjukan bahwa keberadaan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran ini mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan kemampuan untuk menarik pertumbuhan output sektor hulunya. 4. Berdasarkan hasil analisis multipler output, sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi pertama dalam perolehan nilai pengganda tipe I. sedangkan untuk perolehan nilai pengganda tipe II sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ke tiga. Berdasarkan hasil analisis multiplier pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi ketiga baik nilai pengganda tipe I maupun nilai pengganda tipe II. Berdasarkan hasil analisis multiplier tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki perolehan nilai pengganda yang cukup kecil untuk nilai pengganda tipe I dan tipe II
7.2. Saran Melihat hasil analisis Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 tentang sektor perdagangan, hotel dan restoran, maka saran penelitian yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Dengan berbagai potensi pariwisata yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Pandeglang diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan usaha sektor
86
perdagangan, hotel dan restoran dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Kabupaten Pandeglang. 2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Pandeglang perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor ini akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kabupaten Pandeglang secara keseluruhan. 3. Berdasarkan hasil penelitian analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja hendaknya dapat dijadikan sebagai landasan bagi pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Pandeglang. 4. Dari hasil penelitian ini sektor perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Pandeglang meningkatkan
sangat
berpotensi
pendapatan
untuk
daerah,
dikembangkan penyerapan
sehingga
tenaga
kerja
dapat dan
mengahapuskan kemiskinan di Kabupaten Pandeglang. 5. Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 masih memiliki keterbatasan yang menonjol yaitu dalam penyajian data masing-masing sub sektor. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan Tabel InputOutput yang sudah menyajikan data sub sektor dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Pandeglang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. S. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Pandeglang. 2005. Analisis Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Pandeglang. 2007. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2006-2010. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang. 2008. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang Atas Harga Konstan Tahun 2000-2007 ( dalam juta rupiah). Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang. 2008. Pandeglang dalam Angka 2001-2007. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang. 2008. Buku Data Pariwisata Tahun 2007. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang. 2007. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang. 2007. Pesona Wisata Kabupaten Pandeglang. Erawan I. N. 2003. “Dampak Tragedi Bom di Legian Kuta terhadap Peran Sektor Pariwisata dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 18: 161-174. Glasson, J. 1997. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sitohang [Penerjemah]. Program Perencanaan Nasional. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hertanto, E. 2006. Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi Banten [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertnian Bogor, Bogor Hutabarat, R. V. 1992. Pengaruh Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Daerah Tapanuli Utara ( Srudi pada Kawasan Wisata Pulau Samosir). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
88
Irmayanti. 2006. Peranan Pariwisata Dalam Perekonomian Daerah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanan. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kismantoro. 2006. Analisis Perkembangan dan Peranan Sektor Hotel dan Restoran Dalam Perekonomian Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Marina, R. 1996. Analisis Prospek Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Miller, E. R and Blair, D. P. 1985. Input-Output Analisis. Oxford University Press. New York, USA. Mustikasari, D. Y. 2005. Peran Sektor Industri Penglahan Dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah: Analisis Input-Output [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazara, S. 1997. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit. Fakultas Ekonomi, Universitas Jakarta, Jakarta. Oktavianti, D. 2005. Analisis Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia Seblum dan Seudah Krisis Ekonomi: Analisis Input-Output [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahayu, F. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,Bogor. Sahara. 1998. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sihite, R. 2000. Tourism Industri (kepariwisataan). SIC, Surabaya. Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soekanto, S. 1987. Soiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press, Jakarta. Yani, A. 2004. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
89
Lampiran 1. Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 12 Sektor/ Komoditi Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 191 200 201 201 203 204 209 210 309 310 409 509 600 700
Sektor Padi Melinjo Pertanian lainnya Pertambangan & penggalian Industri emping Industri lainnya Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan ,hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa Input antara Impor Upah dan gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tak langsung Nilai tambah Jumlah input Permintaan akhir Total permintaan Impor (kolom) Margin perdagangan dan angkutan Total Output Penyediaan
90
Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 Klasifikasi 12 Sektor atau Komoditi kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 191 200 201 202 203 204 209 210 employ
1 14091 0 2093 0 0 20731 0 328 49605 506 7477 1158 95991 23788 193990 521002 17870 13125 745989 865767 148320
2 0 315 73 0 0 218 0 0 104 1393 0 273 2375 52 1619 6584 547 219 8968 11395 1238
3 14133 0 40860 0 662 144945 609 8324 137881 24386 5786 21933 399519 108484 152076 774533 48755 6748 982111 1490114 116273
4 0 0 7 1 0 10 44 183 554 10 106 119 1034 337 832 4238 267 37 5374 6745 1866
5 0 7968 6087 3 83 11409 10 10 4631 4225 24 52 34502 6090 8395 10692 1127 246 20460 61052 1511
6 391490 0 68750 42 1270 33830 4475 1268 130296 7624 4077 3409 646532 147275 186158 257242 76.216,24 16450 536067 1329874 33504
7 0 0 0 608 0 11169 7127 4689 27291 1757 7358 4596 64594 29598 11135 19586 9041 59 39822 134014 2406
8 650 0 8753 3091 0 66413 179 3998 161266 5532 3455 24295 277632 168095 62954 123989 14047 10023 211013 656739 11934
9
10
0 0 1054 0 195165 18 9 1 18614 45 178322 7996 46185 1032 12686 3841 863902 23928 214099 20757 141513 6081 142500 99699 1814048 163398 387652 32806 440124 92010 535213 144599 98943 56.783,10 44468 14199 1118747 307591 3320448 503795 90607 41596
11
12
0 0 0 0 3 10741 4640 9267 22453 3319 13373 8100 71896 13921 43853 143832 15204 8420 211309 297125 5206
1 0 2682 4 51 145359 9059 7634 150936 1964 3288 19018 339994 102550 294818 358728 45313 1095 699955 1142499 36636
180 420364 9337 324490 3760 20728 631142 73360 52227 1572845 285572 192538 325153 3911515 1020648 1487964 2900238 384114 115088 4887405 9819568 491096
91
Lanjutan Lampiran 2. Tabel Input-Output Kabupaten Pandeglang 2005 Klasifikasi 12 Sektor atau Komoditi 301 0.00 1386.14 555.035,15 0.00 26923.02 231010.24 60044.02 276731.51 1271066.46 84474.11 51291.94 398.425,45
302 0.00 0.00 28.55 0.00 0.00 12221.69 609.98 7077.71 61797.49 10052.01 8187.63 300740.75
303 0.00 0.00 15715.17 0.00 0.00 264913.99 0.00 320702.77 137159.16 0.00 0.00 2162.19
304 48361.96 43.97 27289.85 88.37 1652.09 33753.55 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
305 493765.03 627.47 567555.80 3073.56 11749.43 156832.35 0.00 0.00 277579.94 123696.81 45108.16 116017.64
309 445403.07 2057.57 1165624.51 2985.20 40324.54 698731.82 60654.01 604511.99 1747603.05 218222.93 104587.74 817346.03
310 865767.43 11394.69 1490114.05 6744.84 61052.37 1329873.87 134013.54 656739.00 3320448.10 503795.26 297125.37 1142499.00
409 -
509 -
600 865767.43 11394.69 1490114.05 6744.84 61052.37 1329873.87 134013.54 656739.00 3320448.10 503795.26 297125.37 1142499.00
700 865767.43 11394.69 1490114.05 6744.84 61052.37 1329873.87 134013.54 656739.00 3320448.10 503795.26 297125.37 1142499.00
92
Lampiran 3. Matrik Koefisien Teknis kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 total
1 0.008743 0 0.001299 0 0 0.012862 0 0.000204 0.030777 0.000314 0.004639 0.000718 0.059557
2 0 0.015491 0.003572 0 0 0.01069 0 0 0.005104 0.068394 0 0.013395 0.116646
3 0.005717 0 0.016528 5.66E-08 0.000268 0.05863 0.000246 0.003367 0.055772 0.009864 0.00234 0.008872 0.161603
4
5
0 0 0.000599 0.000119 0 0.000802 0.003605 0.015103 0.045711 0.000823 0.008743 0.009826 0.085331
0 0.097747 0.074675 3.18E-05 0.001019 0.139971 0.000126 0.000127 0.056809 0.051831 0.000292 0.00064 0.423269
6 0.218743 0 0.038414 2.33E-05 0.00071 0.018902 0.002501 0.000709 0.072802 0.00426 0.002278 0.001905 0.361246
7 0 0 0 0.003497 0 0.06425 0.040997 0.026972 0.156996 0.010105 0.042327 0.02644 0.371583
8 0.000749 0 0.010087 0.003562 0 0.076535 0.000206 0.004607 0.185843 0.006375 0.003982 0.027998 0.319944
9
10
11
0 0.000237 0.043964 2.06E-06 0.004193 0.04017 0.010404 0.002858 0.194608 0.048229 0.031878 0.0321 0.408643
0 0 2.41E-05 1.96E-06 5.95E-05 0.010596 0.001368 0.00509 0.031709 0.027507 0.008058 0.132122 0.216536
0 0 0 0 6.65E-06 0.021125 0.009126 0.018226 0.044161 0.006528 0.026302 0.015932 0.141406
12 3.2E-07 0 0.001456 2.14E-06 2.74E-05 0.078894 0.004917 0.004143 0.081921 0.001066 0.001785 0.010322 0.184534
total 0.233952 0.113475 0.190618 0.007239 0.006283 0.533427 0.073495 0.081404 0.962213 0.235297 0.132624 0.280269 2.850297
93
Lampiran 4. Matrik Kebalikan Leontief kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 total
1 1.0123 2.84E-05 0.003819 4.25E-06 0.000186 0.015667 0.000567 0.000504 0.041315 0.002549 0.006274 0.00261 1.085824
2 0.003292 1.015745 0.004937 4.09E-06 7.48E-05 0.014787 0.000427 0.00057 0.013811 0.072283 0.001177 0.023967 1.151076
3 0.020616 8.55E-05 1.023183 2.13E-05 0.000664 0.066669 0.001466 0.004024 0.081264 0.014843 0.005603 0.014178 1.232617
4 0.001505 4.3E-05 0.003955 1.000192 0.000277 0.006662 0.004665 0.015793 0.064438 0.004373 0.011451 0.01341 1.126764
5 0.034912 0.099465 0.086961 4.72E-05 1.00157 0.155929 0.001844 0.001367 0.097871 0.066884 0.004913 0.015369 1.567132
6 0.227742 0.000145 0.045507 4.39E-05 0.001198 1.030842 0.003996 0.001575 0.107877 0.010585 0.007421 0.007743 1.444676
7 0.01912 0.000157 0.01407 0.00377 0.001028 0.086172 1.046233 0.030448 0.228745 0.023415 0.053722 0.040568 1.547449
8 0.021789 0.000172 0.025362 0.0036 0.001125 0.094633 0.003552 1.006162 0.249861 0.01991 0.013106 0.039996 1.47927
9 0.014378 0.00084 0.059678 7.59E-05 0.005384 0.063578 0.014693 0.005622 1.266771 0.064594 0.043127 0.05164 1.590382
10 0.005808 4.82E-05 0.004057 3.63E-05 0.000339 0.026192 0.003022 0.006351 0.060442 1.031763 0.011031 0.140231 1.28932
11 0.00654 4.83E-05 0.004496 0.000108 0.000319 0.029451 0.010756 0.019533 0.068917 0.010792 1.030056 0.021201 1.20222
12 0.019581 8.56E-05 0.010264 4.6E-05 0.000581 0.088447 0.006772 0.005002 0.115951 0.007545 0.006361 1.015901 1.276536
total 1.387582 1.116863 1.286289 1.007949 1.012745 1.679029 1.097994 1.096953 2.397264 1.329538 1.194243 1.386817 15.99327