perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA
Skripsi Oleh : SUSIANA
K 7407142
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA
Oleh: SUSIANA K7407142
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sutaryadi, M. Pd
Dra. Tri Murwaningsih, M. Si
NIP. 1954 0526 1981 03 1 004
NIP. 1966 1202 1992 03 2 002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Djoko Santoso Th, M. Pd
Sekretaris
: Jumiyanto Widodo, S.Sos, M.Si
Anggota I
: Drs. Sutaryadi, M. Pd
Anggota II
: Dra. Tri Murwaningsih, M. Si
………………
………………..
……………….
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 1966 00727 1987 02 1 001 commit to user
iv
…………………
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Susiana. ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA. Skripsi; Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mendiskripsikan tentang Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI ) SMA Negeri 1 Surakarta. (2) Mengetahui prestasi siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta. (3) Mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta. (4) Mengetahui cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta. (5) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka untuk meningkatkan predikat Sekolah dari RSBI menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan strategi penelitian yang dipilih yaitu studi kasus dengan pendekatan tunggal terpancang. Sumber data yang dipergunakan adalah informan, tempat dan peristiwa, serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampling bertujuan dan snowball sampling (teknik bola salju). Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokumen. Validitas data dengan menggunakan trianggulasi data/sumber dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa (1) Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta telah memenuhi standar pelaksanaan pembelajaran untuk sekolah RSBI. Adapun didalam pelaksanaan pembelajarannya
dipengaruhi
beberapa
komponen
yaitu:
(a)
kurikulum
disesuaikan dengan KTSP Plus, (b) input dan output siswa yang unggul, (c) guru commit to user yang berkualitas, (d) bahan/materi yang bertaraf internasional, (e) metode v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran yang aktif dan inovatif (f) media yang lengkap dan variatif , (g) lingkungan yang kondusif, (h) evaluasi yang valid. (2) Prestasi siswa di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta unggul, baik prestasi akademik maupun non akademik, baik dilihat dari input yang
maupun outputnya. (3) Faktor-faktor penunjang
pelaksanaan pembelajaran diantaranya (a) sumber dana yang lancar, (b) sarana dan prasarana yang mendukung, (c) manajemen sekolah yang dikelola dengan baik. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain (a) penggunaan bilingual dan kualifikasi S2 bagi guru yang masih minim, (b) pelaksanaan kurikulum RSBI yang belum maksimal (4) Cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta diantaranya (a) pelatihan bahasa Inggris dan peningkatan kualifikasi guru ke S2 dan, (b) pengintegrasian kurikulum secara lengkap. (5) Upaya-upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka untuk meningkatkan predikat Sekolah dari RSBI menjadi SBI ialah dengan (a) melengkapi instrumen kriteria persyaratan SBI dan, (b) mengadakan program dan kegiatan yang menunjang untuk menjadi SBI.
Kata kunci : Pelaksanaan pembelajaran, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Susiana. THE ANALYSYS OF IMPLEMENTATION OF LEARNING INTERNATIONAL LEVEL SCHOOL PIONEERING (RSBI), AT SMA NEGERI 1 SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, July 2011.
The objectives of research are: (1) to describe the implementation of learning in International Level School Pioneering (RSBI) of SMA Negeri 1 Surakarta, (2) to find out the student achievement in International Level School Pioneering (RSBI) of SMA Negeri 1 Surakarta, (3) to find out the supporting and inhibiting factors in the implementation of learning in International Level School Pioneering (RSBI) of SMA Negeri 1 Surakarta, (4) to find out the way of coping with inhibiting factors in the implementation of learning in International Level School Pioneering (RSBI) of SMA Negeri 1 Surakarta, and (5) to find out the attempts the SMA Negeri 1 Surakarta take to improve the school predicate from RSBI into International Level School (SBI). This study belongs to a descriptive qualitative research, while the research strategy chosen was case study with single embedded approach. The data sources employed were informant, place and event, as well as archive and document. The sampling technique used was purposive sampling or snowball sampling. Techniques of collecting data used were interview, observation and document analysis. Data validation was done using data/source and method triangulations. Meanwhile, technique of analyzing data used was an interactive model analysis one. Considering the result of research, it can be concluded that (1) the implementation of learning in RSBI of SMA Negeri 1 Surakarta had fulfilled the standard implementation of learning for RSBI school. The implementation of learning is affected by several components: (a) curriculum adjusted with KTSP Plus, (b) superior student input and output, (c) high-quality teacher, (d) international level material, (e) active and innovative learning method, (f) complete and varied media, (g) conducive and (h) valid evaluation. commit to environment, user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) The student achievement in RSBI of SMA Negeri 1 Surakarta is superior, both academically and non-academically, viewed from both the superior input and output with competitiveness. (3) The factors supporting the implementation of learning include: (a) smooth fund source, (b) supporting infrastructure, (c) wellmanaged school. Meanwhile, the inhibiting factors include: (a) the limited use of bilingual and the minimum S2 (Master/Magister degree)- qualification for teacher, (b) the less maximum implementation of RSBI curriculum. (4) The way of coping with the inhibiting factors in the implementation of learning in RSBI of SMA Negeri 1 Surakarta include: (a) English training and the improvement of S2qualification for the teacher, and (b) completely curriculum integration. (5) The measures the SMA Negeri 1 Surakarta take in the attempt of improving school predicate from RSBI to SBI is by (a) completing the SBI precondition criteria instrument and, (b) holding programs and activity supporting the attempt of being SBI.
Key word : Implementation of learning, International Level School Pioneering
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Inna sholatii wa nusukii wamah yayaa wa mamaati lillahi robbil ‘alamin (Do’a menjelang sholat)
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung. (Q.S. AL-Buruj :11)
Rosululloh SAW. Bersabda, “Orang-orang yang paling aku benci dan yang paling jauh majelisnya dari aku pada hari kiamat adalah orang yang banyak omong, yang membuat dan bicara seenaknya serta yang menyombongkan diri (angkuh)” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, Abu Nuaim)
Kegagalan adalah awal dari menuju keberhasilan dimasa mendatang ( Dr. Djoko Santoso Th, M.Pd )
Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah ( HR. Muslim)
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Seiring rasa puji syukur kehadirat Alloh SWT saya persembahkan karya ini untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta sebagai rasa hormat dan baktiku 2. Suamiku tercinta, Hery Isnanto S.Kom 3. Adik-adikku dan kakak-kakakku yang tersayang 4. Bapak-Ibu Guru, serta Bapak-Ibu Dosen-Dosen Pendidikan Ekonomi 5. Rekan-rekan Pendidikan Ekonomi 2007 6. Almamater
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui permohonan ijin menyusun skripsi. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi. 5. Bapak Drs. Sutaryadi, M. Pd, selaku Pembimbing I yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Ibu Dra. Tri Murwaningsih, M. Si selaku Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Bapak dan Ibu Tim penguji skripsi yang telah bersedia untuk menguji dan selanjutnya membimbing peneliti dalam rangka penyempurnaan hasil akhir skripsi ini. 8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti selama kuliah. commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak Drs. H.M Thoyibun, SH, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta 10. Bapak Drs. Teguh, M.Pd, selaku wakil kepala sekolah bagaian humas SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta 11. Ibu Dra. Harminingsih, M.Pd, selaku ketua program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta yang telah bersedia menjadi nara sumber utama dalam penelitian pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. 12. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan pilihan terbaik untuk saya dan menjadikan motivasi terbesar saya dalam menjadi yang terbaik. 13. Adik-adikku tercinta; Andy, Angga, Ervin, Ira, Syifa, Angel dan kakakkakakku tercinta Mas Ari, Mbak Istanti, Mbak Pipit, Mbak Iin yang selalu membawa keceriaan dan semangat dalam hidup saya. Serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa-doanya. 14. Suamiku tercinta Hery Isnanto, S.Kom yang aku berharap dapat selalu mematuhi, menghormati, mencintai, menyayangi dan mensyukuri semua pemberian dan kelebihannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Peneliti harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2011
Peneliti
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
x
KATA PENGANTAR ...................................................................................
xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
10
1. Tinjauan tentang Pembelajaran ................................................
11
2. Tinjauan tentang SMA..............................................................
27
3. Tinjauan tentang RSBI ............................................................
32
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................
46
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
52
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
52
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................... commit to user C. Sumber Data ...............................................................................
53
xiii
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling ........................................................................
59
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
61
F. Validitas Data .............................................................................
64
G. Analisis Data ...............................................................................
66
H. Prosedur Penelitian .....................................................................
69
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
71
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................
71
1.
Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Surakarta ..........................
71
2.
Visi, Misi dan Strategi SMA Negeri 1 Surakarta ...............
73
3.
Kondisi Fisik SMA Negeri 1 Surakarta ..............................
74
4.
Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Surakarta ...............
76
5.
Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Surakarta .....................
77
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................
80
1.
Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta ..............................................................
80
2.
Prestasi Siswa di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta ................
96
3.
Faktor-Faktor Penunjang dan Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta ............................................
4.
99
Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta ..................................................... 106
5.
Upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam Rangka untuk Meningkatkan Predikat Sekolah dari RSBI Menjadi SBI ....................................................... 108
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ............ 111 1.
Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta .............................................................. 111
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 117 A. Kesimpulan .................................................................................... 117 commit to user B. Implikasi ........................................................................................ 120
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran ............................................................................................. 121 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 124 LAMPIRAN
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Arah Pengembangan dan Tujuan Pendidikan ...........................
13
Gambar 2.2. Keterkaitan Kurikulum dan Pembelajaran ................................
17
Gambar 3.1. Komponen analisis data model interaktif .................................
64
Gambar 3.2. Skema Prosedur Penelitian .......................................................
67
Gambar 4.
Gerbang Pintu masuk SMA Negeri 1 Surakarta ....................... 157
Gambar 5.
Taman dan Guru-guru SMA Negeri 1 Surakarta ....................... 157
Gambar 6.
Ruang Multimedia SMA Negeri 1 Surakarta ............................ 158
Gambar 7.
Ruang Lab Komputer SMA Negeri 1 Surakarta ........................ 158
Gambar 8.
Ruang Perpustakaan berbasis ICT ............................................. 159
Gambar 9.
Ruang TRRC.............................................................................. 159
Gambar 10. Pembelajaran inovatif ............................................................... 160 Gambar 11. Kerjasama dengan Australia (sister school) .............................. 160 Gambar 12. Sertifikasi ISO 9001:2000 ......................................................... 161 Gambar 13. Ruang Kelas dan Suasana Ujian ................................................ 161 Gambar 14. Wawancara dengan Wakil Kurikulum ....................................... 162 Gambar 15. Wawancara dengan salah satu siswa program RSBI ................. 162
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ......................................................................
77
Tabel 4.2. Kualifikasi Pendidikan Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Surakarta ................................................................
88
Tabel 4.3. Profile Lulusan yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi ...............
97
Tabel 4.4. Daftar Penggunaan Sumber Biaya Sekolah RSBI.......................... 100 Tabel 4.5. Nilai Akreditasi SMA Negeri 1 Surakarta ..................................... 103 Tabel 4.6. Kriteria Sekolah Bertaraf Internasional.......................................... 109
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal pelaksanaan Penelitian dan penyusunan skripsi ............ 127 Lampiran 2. Instrumen Wawancara .............................................................. 128 Lampiran 3. Catatan lapangan ....................................................................... 137 Lampiran 4. Foto SMA Negeri 1 Surakarta ................................................... 157 Lampiran 5. Profil SMA Negeri 1 Surakarta ................................................. 163 Lampiran 6. Program kerja SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010 – 2011 .................................................... 205 Lampiran 7. R SMA BI SMA Negeri 1 Surakarta ......................................... 209 Lampiran 8. Kebijakan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010 – 2011 .................................................... 214 Lampiran 9. Rencana Kerja Tahunan Tahun Pelajaran 2010-2011 ............... 220 Lampiran 10. Rencana Kerja Jangka Menengah 5 tahunan ............................ 223 Lampiran 11. Evaluasi Diri Sekolah ............................................................... 233 Lampiran 12. Surat Keputusan Direktorat Mendikdasmen Nomor 564.a/C4 /MN/ 2007 ..................................................... 243 Lampiran 13. Sertifikat Akreditasi dari BAN-S/M ......................................... 248 Lampiran 14. Sertifikat ISO 9001: 2008 ......................................................... 250 Lampiran 15. Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Surakarta Nomor 800/071-D Lampiran 13. Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 20102011 ............... 251 Lampiran 16. Program kerja, Tugas dan Sasaran Mutu QMR ........................ 253 Lampiran 17. Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010- 2011 ...................................................... 261 Lampiran 18. Contoh Perangkat Pembelajaran ................................................ 273 Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out .................................. 293 Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Mengadakan Research ....................... 298
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ketertinggalan Bangsa Indonesia di berbagai bidang dibandingkan dengan negara-negara lain memotivasi pemerintah untuk segera mengejar ketertinggalan tersebut, apalagi pada abad ke-21 ini menuntut sumber daya manusia yang prima yang dapat survive di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan. Dalam bidang pendidikan, upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan melalui peningkatan kompetensi manusia Indonesia yang siap hidup di peradaban global. Untuk itu lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam menyiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. Terlebih lagi untuk menghadapi era globalisasi diperlukan sumber daya manusia atau output pendidikan yang tidak hanya memenuhi standar nasional saja tetapi juga standar internasional sehingga mampu
bersaing secara
Internasional
dengan
menyelenggarakan
satuan
pendidikan yang bertaraf Internasional. Dalam
dunia
pendidikan
diperlukan
sekolah
yang
tidak
hanya
mengembangkan keunggulan lokal melalui tenaga-tenaga terdidik, tetapi juga perlu tersedianya satuan pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan berstandar Internasional. Salah satu upaya pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional, dalam menjawab globalisasi adalah melalui program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang dirintis untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Melalui Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), diharapkan akan lahir puteraputeri bangsa Indonesia yang mempunyai kemampuan baik dari sisi intelektual, emosional dan spiritualnya, sehingga bisa turut serta bersaing dan bisa mempengaruhi arah globalisasi menuju masyarakat dunia yang beradab. Terselenggaranya program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah maju tumbuhnya perkembangan to user Landasan hukum pengembangan pendidikan setara luar negeri ataucommit Internasional.
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RSBI sendiri didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3 yang secara garis besar ketentuanya berisi bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah
menyelenggarakan
sekurang-kurangnya
satu
satuan
pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”. Pengembangan sekolah/madrasah Bertaraf Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan daya saing bangsa Indonesia di forum Internasional. Dengan berpedoman pada UU No 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tersebut, maka Depdiknas merealisasikan melalui proyek Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang melibatkan ratusan SD, SMP dan SMA ditiap kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Pemerintah telah mengeluarkan dana yang besar untuk menyelenggarakan RSBI hingga mencapai ratusan milyar rupiah atau kurang lebih 300 juta rupiah untuk tiap sekolah pada tiap tahunnya. Selain itu,
peluncuran program RSBI ini dikuatkan juga oleh Rencana Strategis
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009 yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf Internasional pada tingkat kabupaten/ kota yang bersangkutan, yakni untuk mengembangkan SD, SMP, dan SMA yang bertaraf Internasional sebanyak 1.110 unit di seluruh Indonesia. Berdasarkan catatan Kemendiknas yang disampaikan oleh Dharmaningtyas dalam Kompas, 2010, jumlah sekolah RSBI di Indonesia mencapai 1.110 sekolah. Terdiri dari 997 sekolah negeri dan 113 sekolah swasta. Dari jumlah itu, jumlah SD RSBI tercatat sebanyak 95 sekolah, SMP RSBI sebanyak 299 sekolah, SMA RSBI sebanyak 321 sekolah, dan SMK RSBI sebanyak 295 sekolah. Yang nantinya diharapkan akan meningkat terus untuk setiap tahunnya. (http://bataviase.co.id/node/363932) Program RSBI ditujukan pada sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) atau negara maju lainnya. Dengan program RSBI diharapkan mampu mencetak lulusannya yang tidak hanya cerdas dalam user kemampuan akademik tetapi jugacommit mamputo menerapkan akhlak, budi pekerti, dan
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
etika moral dalam implementasi e-learning agar membentuk jiwa kapatriotan serta pembentukan budi pekerti yang kompetetif dalam diri siswa. Hal itu dikatakan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada pada pengarahan kepada 200 SMA di Depdiknas, Jakarta tanggal 21 April 2008. Penyelenggaraan RSBI antara daerah yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan, baik dalam hal kurikulum yang digunakan, proses penjaringan input siswa, tenaga pendidik dan kependidikan, penyediaan sarana dan prasarana, pembiayaan, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, kondisi lingkungan fisik maupun psikis, manajemen sekolah dan aspek-aspek yang lai1`nnya sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Namun demikian, pembicaraan antara penyelenggara SBI, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan stakeholder perlu ditingkatkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan SBI. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional, sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing Internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya dengan menggunakan pengantar Bahasa Inggris dalam pelaksanaan
pembelajaran
dan
di
lingkungan
sekolah,
namun
tidak
mengesampingkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Hal ini juga karena tuntutan dunia kerja yang semakin ketat dan diutamakan seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan aktif, yang biasanya juga ditambahi dengan sertifikat TOEFL. Selain itu, untuk mendapatkan predikat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dimulai dengan menstandartkan proses manajemen sekolah yang telah diakui oleh International Organization for Standardization dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001: 2008 untuk proses manajemen. Dengan didapatkanya sertifikat ISO 9001: 2008, maka sekolah tersebut diverifikasi oleh Dinas Pendidikan pusat yang berakhir dengan penandatanganan MOU bahwa sekolah tersebut sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Secara definitif, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi ; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Kedelapan aspek SNP ini kemudian diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, dan diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/ atau negara maju lainnya, yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, serta diyakini telah mempunyai reputasi mutu yang diakui secara internasional. Dengan demikian, diharapkan SBI mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun internasional melalui berbagai strategi yag dapat dipertanggungjawabkan. Pengembangan RSBI untuk menjadi SBI sendiri harus mengacu pada standar perumusan SBI yaitu SBI = SNP + X. SNP adalah standar nasional pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI sebagai penguatan, pengayaan, pengemban, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara Internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/ TOEIC, ISO, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8 kompetensi yakni lulusan,isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan, dan penilaian. Dalam hal pelaksanaan pembelajaran dalam SBI harus sesuai dengan standar Internasional. Dimana Proses Belajar Mengajar (PBM) standar Internasional dimulai dari input, proses, dan output. Proses belajar mengajar dalam SBI meliputi lifeskill, empat pilar pendidikan (Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, and Learning to Live Together) dan Multiple Intelligence. Dengan kata lain proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui penekanan pengembangan daya kreasi, inovasi dan commit to user eksperimentasi.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Salah satu program yang diberlakukan dalam RSBI adalah model pembelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai pengantar dalam pembelajaran (bilingual). Pada tahun pertama bahasa pengantar yang digunakan 25 persen bahasa Inggris dan 75 persen bahasa Indonesia yang akan meningkat secara periodik untuk setiap tahunnya. Pada tahap awal hal tersebut diterapkan pada mata pelajaran yang berkategori hard science, yaitu matematika, fisika, kimia, dan biologi. Dan tidak menutup kemungkinan memberi peluang pada soft science (seperti sejarah, ekonomi, geografi dan seni) untuk melakukan hal serupa yang disesuaikan dengan kemampuan serta kesiapan sekolah. Selain proses pembelajaran yang menggunakan bilingual, kegiatan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) antara lain menggunakan laptop, LCD, VCD, ataupun penggunaan internat. Namun seperti halnya pergantian menteri pendidikan Nasional yang juga dibarengi dengan pergantiaan program pendidikan selalu saja terdapat masalah yang timbul. Begitu pula dengan program RSBI ini juga terdapat beberapa masalah yang timbul. Hal ini bisa kita lihat dari konsep yang dibangun pada tahun pertama pelaksanaan program RSBI. Konsep yang kurang matang tersebut diantaranya : Penentuan Standar Kurikulum yang dipakai yang menyebutkan SNP (Standar Nasional Pendidikan) yang ditambah unsur muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan yang sama pada sekolah unggul dan salah satu negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, proses pembelajaran yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan Indonesia yang tidak didukung dengan kompetensi tenaga pengajar yang memadai, serta masih banyak permasalahan lainnya. Selain hal tersebut, permasalahan yang muncul itu ditunjukkan oleh hasil penelitian Balitbang, yang sampai sekarang dijadikan parameter pendidikan sebagai indikator dalam menilai kualitas sekolah RSBI, salah satunya seperti guru dan kepala sekolah yang kompeten dan profesional, yang direpresentasikan dari commit to user yang diampu/diajar, hasil tes hasil tes mata pelajaran (subject knowledge)
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan paedagogis dan kemahiran berbahasa Inggris menunjukkan hasil yang belum memuaskan terutama bila dibandingkan dengan investasi/anggaran yang sudah dikeluarkan. Penguasaan materi pelajaran (content knowledge), paedagogis, dan bahasa Inggris guru dan kepala sekolah RSBI, yang berhasil direkam (captured) oleh instrumen tes yang dikembangkan Puspendik baru menunjukkan pada tingkatan mediokerdan/ atau lebih rendah. Sebagai contoh, skor rerata guru matematika kelas RSBI hanya mencapai angka 6,9, sedikit lebih tinggi daripada guru matematika kelas reguler yang memperoleh 6,3. Namun, pada biologi, rerata skor guru RSBI hanya memperoleh 4,6, sebaliknya guru kelas reguler memperoleh angka 6,0. (http://bataviase.co.id/node/441545) Hasil tes bahasa Inggris sebagian besar guru dan kepala sekolah RSBI yang disurvei menunjukkan kemampuan pada kategori novice, alias kemampuan para pemula yang baru mengenal/belajar bahasa Inggris. Rendahnya kemampuan bahasa Inggris kepala sekolah RSBI sebelumnya juga pernah diungkapkan oleh Surya Dharma, Direktur Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan. Pemetaan kemampuan dalam berbahasa Inggris pada 260 RSBI dengan menggunakan TOEIC (Test of English For International Communication) menunjukkan sekitar 50% nilainya di bawah 245, setara/atau di bawah tingkatan elementary. Hanya sekitar 10% dari yang diuji yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Itu pun karena kebanyakan mereka memang berlatar belakang sarjana pendidikan bahasa Inggris. Pada guru-guru SMA/MA, skor perolehan guru dan siswa pada tiap-tiap mata pelajaran dan pedagogis itu selanjutnya dikonversikan ke dalam band discriptors yang tingkatannya dibuat dari 1-6 (level 1 terendah, dan 6 tertinggi). Level 1 menggambarkan kemampuan recalling, dilanjutkan dengan kemampuan comprehension,
application,
analysis,
synthesis,
dan
evaluation.
(http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/01/178884/68/11/Guru-danKualitas-Pembelajaran-Siswa-). Hasil itu menggambarkan begitu rendahnya kualitas pembelajaran yang berlangsung di balik ruang-ruang kelas selama ini. Sebagian besar guru hanya mengajar kemampuan role-learning pada siswa. Maka dari hal tersebut bisa commit to tidak user berjalan maksimal. Selain itu dikatakan pelaksanaan pembelajarannya
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah konsep pelaksanaan RSBI-pun dinilai masih kurang matang. Salah satu contohnya kurikulum yang digunakan yaitu SNP (Standar Nasional Pendidikan) yang ditambah unsur keunggulan di negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Keunggulankeunggulan di Negara anggota OECD dalam hal ini tidak disebutkan secara detail unsur-unsurnya apa saja. Hal ini yang menambah daftar panjang permasalahan tentang pelaksanaan RSBI. Dari berbagai permasalahan diatas yang paling berpengaruh pada perkembangan RSBI dan yang menarik peneliti untuk dapat mengetahui lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu mengenai pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran, merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan lingkungannya. Seberapa besar tingkat keberhasilan pembelajaran ini nantinya akan menjadi tolok ukur sebatas apa tingkat keberhasilan tingkat keberhasilan SBI yang dirintis pemerintah. Untuk mengukur hal tersebut salah satunya dengan cara mencari tahu dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran di RSBI. Dari data observasi diketahui bahwa setelah menyelenggarakan program RSBI selama 6 tahun, SMA Negeri 1 Surakarta baru berhasil menghantarkan 2 siswanya untuk studi ke luar negeri. SMA Negeri 1 Surakarta yang telah berstatus RSBI yang telah dinilai dapat diperhitungkan dan favorit di Surakarta. Namun di dalam daftar sekolah SMA terbaik di Indonesia versi Departemen Pendidikan Nasional, ternyata SMA Negeri 1 Surakarta belum masuk kedalam daftarnya, data tersebut peneliti lihat dan
ambil
dalam
(http://garusta-2010.blogspot.com/2011/06/daftar-35-sma-
terbaik-di-indonesia.html).
Sekolah yang mempunyai standar RSBI seharusnya minimal mempunyai predikat terbaik secara nasional agar dapat dirintis sesuai standar internasional. Maka dari hal itulah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian
tentang
“ANALISIS
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta? 2. Bagaimanakah prestasi siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional
(RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta? 3. Apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasiona (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta? 4. Bagaimanakah
cara-cara
mengatasi
faktor-faktor
penghambat
dalam
pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta ? 5. Bagaimanakah upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka meningkatkan predikat Sekolah dari RSBI
untuk
menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI)?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mendiskripsikan tentang Pelaksanaan Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI ) SMA Negeri 1 Surakarta. 2. Mengetahui prestasi siswa setelah melaksanakan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta 3. Mengetahui faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di rintisan sekolah Bertaraf Internasiona (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Mengetahui cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta 5. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka untuk meningkatkan predikat Sekolah dari RSBI menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis sebagai berikut : a. memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya tentang pendidikan. b. menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan proses pembelajaran. c. Untuk mengenal lebih dalam tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. 2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi guru dan siswa dapat digunakan untuk menambah inspirasi dalam mengembangkan diri untuk terus maju dan meningkatkan keunggulan diri, ketrampilan dan kualitas diri yang dimilikinya untuk menunjang proses pembelajaran seperti yang diharapkan. b. Sebagai masukan bagi pihak terkait yaitu SMA Negeri 1 Surakarta dalam menentukan
kebijakan-kebijakan
pelaksanaan
pembelajaran
dalam
sebagai
pengembangan
Rintisan
Sekolah
Internasional. c. Sebagai bahan acuan bagi penelitian lain yang lebih mendalam.
commit to user
kualitas Bertaraf
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ilmiah, diperlukan pemahaman teori-teori yang relevan dan mendukung untuk pedoman hasil penelitian. “Teori adalah suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari kata dan diuji secara empiris” (Lexy J. Moleong, 2002: 8). Sementara itu menurut ahli lain, “Teori adalah sekumpulan data yang tersusun dalam suatu pemikiran yang memberi jalan lapang kepada pemyelidik karena mempunyai arti dan guna” (Winarno Surakhmad, 2004: 84). Maka dapat peneliti simpulkan bahwa teori adalah sekumpulan data yang berisi pernyataan sistematis yang tersusun dalam suatu pemikiran yang berasal dari suatu kata dan teruji secara empiris. Teori juga akan peneliti gunakan sebagai pedoman dan pegangan materi dalam penelitian dan memberikan inspirasi bagi peneliti dalam memecahkan masalah-masalah penelitian. Beberapa fungsi teori dalam penelitian antara lain: 1. Teori mengarahkan perhatian Teori memberikan orientasi atau arah kepada penelitian dan dengan demikian membatasi fakta-fakta yang harus dipelajari dari dunia kenyataan luas. 2. Teori Merangkum pengetahuan Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsipprinsip sehingga fakta-fakta lebih mudah dipahami dalam rangka generalisasi itu. 3. Teori meramalkan fakta Dengan teori dicoba meramalkan kejadian yang akan datang dengan mempelajari kondisi-kondisi yang menuju kepada kejadian itu. Nasution (2003: 3-4) Terkait dengan pendapat diatas, maka peneliti mencari berbagai bahan pustaka yang dijadikan sebagai landasan teori yang relevan dengan tema penelitian ini, dan yang berhasil peneliti kumpulkan diantaranya adalah : (1). Pembelajaran, (2) Sekolah Menengah Atas /SMA. (3) Rintisan Sekolah Bertaraf commit to user Internasional /RSBI,
10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Tinjauan Tentang Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pengertian “pembelajaran” menurut (H.J. Gino, 2003: 22) secara bahasa sama dengan “instruction”
atau “pengajaran” yang mempunyai arti cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan . Sedangkan menurut Purwadarminta dalam (H. J. Gino, 2003: 30), “Pembelajaran merupakan kesatuan dua kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar oleh guru”. Sementara itu menurut ahli lain, “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik” (Mulyasa, 2002: 100). Proses dalam kontek ini menunjukkan adanya interaksi antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana. Oemar Hamalik (2003: 57&125) menyatakan bahwa : Pembelajaran merupakan sarana suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan apabila diartikan sebagai suatu sistem, maka pembelajaran hakikatnya lebih luas dan bukan hanya suatu proses atau prosedur belaka. Pengajaran/ pembelajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni: (1). profesi guru, (2). perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik, (3). tujuan pendidikan dan pengajaran, (6). strategi belajar mengajar, (7). media pengajaran, (8). bimbingan belajar, (9). hubungan antara sekolah dan masyarakat, (10). manajemen pendidikan/ kelas. Dapat peneliti simpulkan unsur-unsur dalam pembelajaran yakni antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana, dan semuanya saling mempengaruhi dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bilamana dilihat dari suatu pendekatan sistem. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses interaksi dan negosiasi untuk menciptakan makna dalam diri seseorang. Interaksi terjadi antara siswa dengan siswa, antaracommit siswa dengan to user orang lain (significant others and knowledgable others), antara siswa dengan beragam informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
tersedia (informasi keilmuan, informasi kehidupan, dll). Konstruksi makna terjadi sebagai akibat dari interaksi di dalam suatu kelompok sosial yang penuh perbedaan, yang kemudian dinegosiasikan sampai tercapai pemaknaan baru. Paulina Pannen (2004: 157-158) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran diatas maka peneliti simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan didukung dengan unsur-unsur pembelajaran lain seperti, media, sumber belajar serta sarana dan prasarana. Jika diteliti lebih dalam lagi pembelajaran merupakan cakupan yang luas dan dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Ada yang dilihat dari sisi pengajaran maka pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar, apabila dilihat dari kegiatan interaksi belajar dan mengajar, pembelajaran berlangsung sebagai proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Sedangkan dilihat dari segi pendekatan sistem, yakni proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, yakni antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana.
b. Tujuan Pembelajaran
Pendidikan adalah usaha bersama, tidak mungkin tujuan pendidikan akan berhasil secara optimal manakala semuanya dibebankan pada guru atau sekolah. Tujuan pendidikan sendiri adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Oemar Hamalik (2003: 4) menyatakan bahwa : Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi (a) Tujuan pendidikan nasional, (b) Tujuan institusional, (c) Tujuan kurikuler, (d) Tujuan pembelajaran (instruksional, yangtomencakup tujuan pembelajaran umum commit user dan tujuan pembelajaran khusus.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu, dimana didalam tujuan pembelajaran/ instruksional tersebut terdiri dari Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Menurut Wina Sanjaya (2008: 106), jika dilihat dari herarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai ketujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu : - Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) - Tujuan Institusional (TI) - Tujuan Kurikuler (TK) - Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) Yang dimana hubungan setiap klasifikasi tujuan dari tujuan umum sampai tujuan khusus dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini :
Tujuan Pendidikan Nasional
Arah Pencapaian Tujuan
Tujuan Institusional
Tujuan Kurikuler
Arah Penjabaran Tujuan
Tujuan Pembelajaran
Gambar 2.1 Arah pengembangan dan Tujuan pendidikan (Wina Sanjaya (2008: 113) Jika dilihat dari klasifikasi tujuan pendidikan diatas, maka tujuan pembelajaran atau yang disebut dengan tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus. Menurut Wina Sanjaya (2008: 110) yang mengutip pendapat (Dick & Carey, 1095) menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu”. Hal tersebut sependapat dengan commit(Oemar to user Hamalik, 2003: 6), “Tujuan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran
adalah
tujuan
yang
hendak
dicapai
setelah
selesai
diselenggarakannya suatu proses pembelajaran”. Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai atau kemampuan/ keterampilan tertentu yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik setelah mereka melakukan kegiatan pembelajaran,
atau
setelah
pembelajaran
selesai
dilakukan.
Tujuan
pembelajaran itu sendiri dirumuskan oleh guru, dan dapat dikelompokkan dalam tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Namun tidak terlepas dari tujuan kurikuler yang bersumber dari tujuan institusional dan tujuan nasional.
c. Komponen Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Kegiatan pembelajaran adalah interaksi antara kegiatan belajar dan mengajar yang keduanya ditujukan untuk mencapai tujuan. Proses pembelajaran berlangsung sebagai proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Sedangkan dilihat dari segi pendekatan sistem pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, yakni antara komponen-komponen dalam lingkup sekolah dan pembelajaran yang mencakup guru, siswa, sumber belajar, serta sarana prasarana, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Zuhairi (2002: 13-14) mengungkapkan bahwa : Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut: peserta didik; pengajar; materi dan bahan; metode; strategi dan pendekatan; media; sarana dan prasarana; biaya dan kurikulum tersembunyi. Pembelajaran terdiri dari atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk committujuan to user sebuat sistem agar dapat mencapai yang telah ditetapkan sebelumnya.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pembelajaran merupakan keseluruhan komponen yang saling berkaitan, bersinergi dan saling berhubungan. Keseluruhan komponen tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran dan merupakan faktor pokok yang mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang edukatif. Hal ini menggambarkan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan oleh siswa sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas interaksi diantara komponen-komponen pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Komponen-komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran antara lain : 1) Siswa, meliputi: lingkungan sosial ekonomi, budaya dan geografis, intelegensi, kepribadian, bakat dan minat. 2) Guru, meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan kreatif. 3) Kurikulum 4) Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi: alat peraga/alat praktek, laboratorium, perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang bimbingan konseling. 5) Pengelolaan sekolah, meliputi: pengtelolaan kelas, pengelolaan guru, pengelolaan siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib/ disiplin dan kepemimpinan. 6) Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi: penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode/strategi pembelajaran, dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran. 7) Pengelolaan dana, meliputi: perencanaan anggaran (RAPBS), sumber dana, penggunaan dana, laporan dan pengawasan. 8) Monitoring dan evaluasi meliputi: kepala sekolah sebagai supervisor disekolahnya, pengawas sekolah dan komite sekolah. 9) Kemitraan meliputi: hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya. Matnis dan Maisah (2009: 165). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008: 204) mengungkapkan “ jika pembelajaran dilihat dari suatu sistem, maka komponen-komponen pembelajaran terdiri dari tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi”. Berdasarkan pendapat-pendapat tentang pembelajaran diatas, maka peneliti menguraikan komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
1) Komponen Kurikulum Secara bahasa kata “kurikulum” berasal dari bahasa Yunani kuno yang biasa digunakan dalam bidang olahraga yaitu curir yang artinya pelari. Curere berarti tempat berlari, dan curriculum berarti jarak yang hars ditempuh oleh pelari sampai garis finish yang telah ditetapkan. Istilah ini kemudian yang dipergunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian awal sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didiknya untuk memperoleh ijazah. “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar” (Oemar Hamalik, 2003: 18). Dapat dilihat bahwa secara tidak langsung maupun langsung, penyampaian kurikulum dalam program pendidikan menuntut adanya tanggung jawab guru sebagai pelaksana program belajar mengajar disekolah. Hal ini sependapat dengan pernyataan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 9 “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Sedangkan menurut (Wina Sanjaya, 2008: 8) yang dikutip dari (Daniel Tanner, 1975) “Kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan”. Dari berbagai pendapat tentang pengertian tersebut maka peneliti simpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan/materi pelajaran dan pedoman yang digunakan sebagai petunjuk dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. Kurikulum dan pembelajaran sangat terkait erat, menurut (Olivia, 1992) yang dikutip oleh (Wina Sanjaya, 2008: 17) menyatakan bahwa commit to “Kurikulum berkaitan dengan apauser yang harus diajarkan; sedangkan
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran mengacu kepada bagaimana cara mengajarkannya”. Dengan demikian kurikulum berhubungan dengan program, sebuah perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belajar; sedangkan pembelajaran berkaitan dengan metode, tindakan mengajar, implementasi, dan presentasi. Akan tetapi walaupun antara kurikulum dan pembelajaran merupakan dua sisi yang tidak terpisahkan, namun dalam suatu proses pembelajaran dapat terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara keduanya. Untuk melihat keterkaitan hubungan antara kurikulum dan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut :
Kriteria Penyusunan Rangkaian Pembelajaran tentang hasil belajar yang diharapkan
Sistem Pengembangan Kurikulum
Kriteria Pemilihan
Sistem Pembelajaran
Hasil Belajar
Konten Instrumental
Repentoir Perilaku Mengajar
Sumber (Isi budaya yang sesuai untuk pembelajaran)
Gambar 2.2 Keterkaitan kurikulum dan pembelajaran Sumber: Arno A. Bellack & Herbert Klibard, 1977 (Subandijah, 1996) (Wina Sanjaya, 2008: 18) Dalam sistem pengembangan kurikulum seorang pengembang kurikulum dalam rumusannya terlebih dahulu harus memperhatikan sumber
yakni
budaya/sistem
nilai
dan
kebutuhan
masyarakat.
Berdasarkan sumber dari budaya itu tadi kemudian ditentukanlah kriteria penyusunan dan kriteria pemilihan untuk pengembangan kurikulum.
commit to user Kriteria penyusunan maksudnya adalah proses penyusunan rencana
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya, dimana dalam proses penyusunan itu kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan kriteria pemilihan maksudnya fungsi kurikulum dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya, dan kurikulum harus bersifat fleksibel yang berarti dapat menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari. Setelah sistem pengembangan kurikulum terbentuk dan telah disesuaikan dengan sumber, kriteria penyusunan dan pemilihan maka selanjutnya sistem pengembangan kurikulum akan melahirkan rangkaian pembelajaran serta hasil yang diharapkan sesuai dengan kurikulum. Rangkaian pembelajaran inilah yang kemudian akan mengkristal dalam sistem pembelajaran yang tidak lain adalah tindak lanjut dari pengembangan sistem kurikulum. Sistem pembelajaran terbentuk oleh tiga sub sistem, yaitu sub sistem tentang perencanaan pembelajaran, subsistem tentang pelaksanaan pembelajaran dan subsistem evaluasi. Selain itu didalam sistem pembelajaran sendiri dalam implementasinya akan dipengaruhi oleh konten instrumental, yakni isi pelajaran dan berbagai instrumen pendukung yang kesemuanya itu tidak akan lepas dari sosial budaya masyarakat. Dan secara tidak langsunya sistem pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku mengajar, seperti kualitas pembelajaran, waktu pembelajaran, profesionalisme guru, dan lain sebagainya.
Dari
sistem
pembelajaran
itulah
selanjutnya
dapat
melahirkan hasil belajar siswa yang juga digunakan sebagai evaluasi tingkat keberhasilan sistem pengembangan kurikulum. 2) Komponen Siswa Siswa adalah masukan (input) utama dalam proses belajar mengajar, karena siswa berkemampuan untuk aktif belajar bagi dirinya dan seluruh hasil usaha serta penataan pengajaran adalah agar dapat commit to user menjalankan tugas belajarnya secara efektif-efisien, dan dapat mencapai
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
hasil belajar yang berimbang (proporsional antar-fungsi diri), optimal serta utuh yang selaras dengan kemampuannya. “Anak didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interksi edukatif” (Syaiful Bachri Djamarah, 2005: 51). Anak didik/ siswa dijadikan pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Sebaiknya seorang guru dapat memahami tentang siswa terlebih dahulu sebelum melakukan pengajaran. Oemar Hamalik (2003: 38) menyatakan bahwa : Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yaitu : a. Telaahan ciri-ciri siswa Sebelum mengembangkan perencanaan pembelajaran guru terlebih dahulu perlu melakukan telaahan terhadap ciri-ciri siswa. Hasild ari telaahan itu menjadi dasar pertimbangan dalam rangka menentukan jenis, luas dan bobot bahan pelajaran yang akan disajikan, cara penyampaian yang akan dilakukan dan kegiatan-kegiatan belajar yang akan dituntut terhadap siswa. b. Perilaku awal (Entry Behaviour) Latar belakang akademik dan sosial. Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa siswa mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, karena siswa merupakan input dalam pembelajaran dan menjadi output/ hasil dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dan seorang guru juga sebaiknya mengetahui dan memperhatikan dulu ciri diri siswa sebelum menerapkan pembelajaran. 3) Komponen Guru Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru tetap memegang peranan yang penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengembang tugasnya dengan baik. Dalam pengertian sederhana, “Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik” (Syaiful Bachri Djamarah, 2005: 31). Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai perancang sekaligus menjadi bagian dalam jalannya kegiatan pembelajaran yang mengusahakan terjadinya kondisi-kondisi tertentu agar kegiatan pembelajaran efektif dalam mencapai tujuannya. Selain itu, commit toguru user harus mempunyai kompetensi sebagai seorang profesional,
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
keguruan yang memadai. Kompetensi guru secara utuh sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai berikut Pasal 1 Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasal 8 Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 10 Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dengan peraturan pemerintah. Sementara itu menurut Sardiman (2001: 131) menyatakan bahwa sepuluh kompetensi guru adalah sebagai berikut : 1) Menguasai bahan 2) Mengelola proses belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media atau sumber 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran 8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Selain itu dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting. Dalam proses pembelajarannya guru bukan hanya berperan sebagai model bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran commit to user terletak dipundak guru. “Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan dalam menyelaraskan pembelajaran dan kemampuan memecahkan
berbagai
masalah
dalam
rangka
mencapai
tujuan
pendidikan” (Furqon Hidayatulloh, 2009: 67). Menurut Wina Sanjaya (2008: 281-292) dalam optimalisasi proses pembelajaran guru berperan sebagai: a) Guru sebagai sumber belajar, peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting dan berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. b) Guru sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. c) Guru sebagai pengelola, berperan sebagai pencipta iklim belajar yang memungkinkan siswa bisa belajar secara nyaman. d) Guru sebagai demonstrator, guru mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. e) Guru sebagai pembimbing, guru berperan dalam membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. f) Guru sebagai motivator, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. g) Guru sebagai evaluator, yakni berperan mengumpulkan data dan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila dilihat dari pendapat Wina Sanjaya mengenai peran guru diatas, maka dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa bukan hanya dari informasi yang diberikan oleh guru, namun lebih penting dari proses menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Guru harus menghindari penyampaian pengetahuan tanpa melibatkan siswa untuk menggali informasi. Guru harus memberdayakan diri dengan menyadari perlunya perubahan peran diri dalam proses pembelajaran yang melibatkan
penggunaan
ICT
(Information
and
Communication
Technology) dimana sudah seharusnya banyak menempatkan diri sebagai fasilitator.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Komponen Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran,
yang
menempati
kedudukan
yang
menentukan
keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar . karena itu perencanaan bahan pembelajaran itu perlu mendapat pertimbangan cermat. “Bahan pembelajaran merupakan bagian integral dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran” (Oemar Hamalik, 2002: 161) Bahan pengajaran bukan semata-mata berarti semua uraian yang tertera dalam buku sumber atau sumber tercetak lainnya, melainkan memiliki klasifikasi tertentu. Berdasar klasifikasi tersebut kemudian guru memilih bahan mana yang akan disajikan dalam perencanaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebagai kerangka acuan, bahan pembelajaran umumnya diklasifikasikan dalam tiga bidang, yakni kedudukan materi pengetahuan, pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Oemar Hamalik, 2003: 134) yang menyebutkan identifikasi bahan pembelajaran ada tiga hal yaitu : a). Kedudukan materi pengajaran b). Peta pengetahuan c). Peta keterampilan. Pemilihan bahan pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan strategi
pembelajaran.
Dan
peneliti
simpulkan
bahwa
bahan
pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yang sedang dipakai, dan kedudukannya juga harus diklasifikasikan terlebih dahulu. 5) Komponen Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan komponen belajar yang paling besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekkan berbagai cara commit to dengan user situasi. Fungsi metode adalah metode pembelajaran yang sesuai
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa untuk menerima, menguasai, dan mengembangkan. “Metode
mengajar
adalah
kesatuan
langkah
kerja
yang
dikembangkan oleh guru berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mendapatkan pengajaran tertentu” (Suryosubroto, 2001: 33) yang mengutip dari pendapat (Hadari Nawawi, 1985: 123). Sedangkan “Dasar pemilihan metode mengajar terdiri dari : tujuan; materi, fasilitas; dan guru” (Suryosubroto, 2001: 34) yang mengutip dari (Lardizal, 1987: 47). Sedangkan
dasar
pemilihan
metode
mengajar
menurut
(Suryosubroto, 2001: 33) yang mengutip dari pendapat (Abu Ahmadi, 1990: 111) terdiri dari 4 hal yaitu: a) Relevansi dengan tujuan b) Relevansi dengan bahan c) Relevansi dengan kemampuan guru d) Relevansi dengan pengajaran Dari beberapa pendapat tentang metode pembelajaran tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dasar pemilihan metode mengajar adalah: a) Relevansi dengan tujuan b) Relevansi dengan materi c) Relevansi dengan kemampuan guru d) Relevansi dengan siswa e) Relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah 6) Komponen Media Pembelajaran Definisi media menurut (Djamarah, 2006: 136) menyatakan bahwa “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar”. Dengan demikian media merupakan media penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media juga sebagai salah satu komponen to user pesan untuk mengatasi berbagai pembelajaran yang dapatcommit menyalurkan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah dalam proses belajar mengajar seperti gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh dan jarak geografis. Dalam proses pembelajaran, media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara, namun peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Maka dari itu media sangat penting dari strategi pembelajaran yang harus dirancang dan direncanakan. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 5) menyarankan bahwa dalam memilih media pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria berikut: a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran b) Dukungan terhadap isi dan bahan pelajaran c) Kemudahann memperoleh media d) Ketrampilan guru dalam menggunakan e) Tersedianya waktu untuk menggunakannya f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa Jadi, menurut peneliti media pembelajaran berarti alat/bahan pembelajaran yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mempermudah dalam penyampaian materi dan pemahaman siswa. Dengan melalui pemilihan media yang tepat diharapkan akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik. 7) Komponen lingkungan belajar Lingkungan belajar adalah seluruh kondisi, keadaan, dan pengaruh yang mempengaruhi pada pengembangan makhluk hidup. Apabila deterapkan dalam pendidikan, lingkungan belajra adalah seluruh kondisi, keadaan,
dan
pengaruh-pengaruh
yang
mencapai
perkembangan
pembelajaran. Lingkungan belajar berbentuk fisik meliputi lingkungan kelas dalam hubungan kegiatannya dinamakan iklim kelas. Sedangkan lingkungan belajar yang non fisik meliputi situasi yang terbentuk dalam suatu sekolah seperti kenyamanan, ketertiban.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Iklim belajar yang kondusif menurut (Abdul Majid, 2008: 165) yang mengutip dari pendapat (Mulyasa, 2004: 15) “Iklim belajar yang kondusif
harus
ditunjang
oleh
berbagai
fasilitas
belajar
yang
menyenangkan, seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajarn secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik”. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik”. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang baik, setidaktidaknya ada tiga indikator yaitu : a). Menyenangkan/ membahagiakan b). Lingkungan kondusif (fisik dan nonfisik); dan c). Layanan dan penampilan prima (Furqon Hidayatulloh, 2009: 155). Jadi, menurut peneliti lingkungan belajar yang baik dan kondusif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dikelas, baik itu lingkungan fisik maupun nonfisik. Dan setidaknya guru mempunyai peran untuk dapat menciptakan situasi yang nyaman dan menyenangkan untuk peserta didik belajar, sehingga semangat dan kreativitas siswa dapat muncul. 8) Komponen Evaluasi Ada yang beranggapan bahwa penilaian hanya satu bagian kecil dalam proses pendidikan, yang menyatakan bahwa penilaian sama artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat luas dan merupakan bagian sangat penting dalam upaya mengetahui hasil pendidikan. Evaluasi sendiri merupakan cara tertentu yang digunakan untuk meniali suatu proses dan hasilnya. Sukardi (2009: 55) menyatakan bahwa “Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang didalamnya mencakup beberapa macam tujuan to user termasuk tujuan commit pendidikan nasional, tujuan institusi, tujuan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus yang didalamnya mengandung penampilan (performance)”. Eavaluasi ini dilakukan untuk melakukan penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian terhadap proses pembelajaran dan hasil output yang dihasilkan, untuk kemudian dievaluasi permasalahan apa yang terjadi dan solusi apa yang akan diambil untuk mengatasi dan memberikan tindak lanjut. Evaluasi dilakukan
terhadap
seluruh
komponen
kegiatan
pembelajaran.
Komponen pembelajaran tersebut saling berinteraksi dalam suatu sistem dan bermuara pada tujuan pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2003: 171) menyatakan bahwa “ Evaluasi pendidikan adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar, secara sistematik evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran yang mencakup komponen input yakni perilaku awal (entry behavior) siswa, komponen input unstrumental yakni kemampuan yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat, waktu, dana); komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran; komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus terdapat komponen-komponen proses pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka komponen yang lain akan terganggu aktifitasnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran komponen proses belajar mengajar adalah hal yang paling penting. Siswa dan guru sebagai pelaksana pembelajaran harus berpegang teguh pada tujuan dari pelaksanaan proses belajar mengajar. Pelaksanaan dari tujuan proses pembelajaran itu disesuaikan dengan materi yang ada, dengan menggunakan metode yang tepat, serta penggunaan sarana dan prasarana yang tepat. Di akhir proses pembelajaran
diadakan
kegiatan
evaluasi
untuk
menilai
pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. commit to user
hasil
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
2. Tinjauan Tentang Sekolah Menengah Atas (SMA)
a.
Pengertian SMA
Suatu rumusan nasional tentang istilah “Pendidikan” adalah sebagai berikut:” Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang” (UU R.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1) Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal (melalui sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi), jalur pendidikan non formal (melalui kursus-kursus) dan informal (pendidikan orang tua dirumah). Dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 ayat 11 diterangkan bahwa : Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal yang jelas nampak dalam pendidikan formal adalah adanya tujuan dan target yang ditetapkan, adanya sasaran didik yang jelas, kegiatannya telah terprogram dengan baik, seperti : adanya sistem jenjang, materi dalam kurikulum yang sesuai dengan kondisi setiap jenjang yang ada. Dalam pendidikan formal metode mengajar juga ditetapkan secara formal sesuai dengan pola pengajaran tertentu, dan dalam prosesnya terdapat penilaian atau evaluasi terhadap kelangsungan proses pengajaran, adanya batas waktu yang jelas untuk setiap jenjang pendidikan dan tempatnya juga di sekolah. “Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar” (Oemar Hamalik, 2003: 3). Dengan berbagai kesempatan yang ada bagi peserta didik di sekolah untuk belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang nantinya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran. Dari beberapa pengertian diatas maka peneliti mengemukakan bahwa SMA merupakan sub sistemcommit dari jalur pendidikan formal yaitu pendidikan to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
menengah atas dimana pendidikan ini biasanya mempersiapkan peserta didiknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Hal ini diperkuat dengan dengan pasal 15 UU Sisdiknas tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi”. Sedangkan untuk jangka waktu pendidikan di SMA standarnya adalah 3 tahun hal ini sebagaimana ketentuan pada pasal 15 PP No. 29 tahun 1990 “ Lama pendidikan SMA adalah 3 tahun” dengan beberapa program pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan zaman dan masyarakat
b. Kurikulum SMA
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan; serta isi yang harus dipelajari; sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Posisi kurikulum dan pembelajaran yang diungkapkan (Wina Sanjaya, 2008: 17) yang mengutip dari pendapat (Saylor, 1981): “ Kurikulum dan pengajaran itu seperti Romeo dan Juliet. Artinya, berbicara tentang Romeo, tidak akan berarti apa-apa tanpa Juliet dan sebaliknya. Tanpa kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran atau pengajaran tdak akan efektif; demikian juga tanpa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa. Sedangkan untuk program kurikulum di SMA dalam proses pembelajarannya terdiri dari dua struktur yaitu struktur dengan non pengkhususan program studi dan struktur dengan pengkhususan bidang studi yang keterangan lebih lengkapnya peneliti jabarkan dibawah ini : 1) Struktur dengan Non Pengkhususan Program Studi “Penyelenggaraan
Sekolah Menengah Atas non-pengkhususan commit to user dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
memilih sejumlah mata pelajaran sesuai dengan potensi bakat dan minat peserta didik” (Mulyasa, 2002: 86). Program ini dilakukan pada saat siswa masih kelas X ( kelas 1), yang sangat berguna guru dan sekolah untuk mengetahui bidang studi apa yang sesuai dengan siswa pada saat siswa meningkat ke kelas XI ( kelas 2 ) dan XII ( kelas 3) sehingga penjurusan pada saat pengkhususan program studi dapat dengan mudah dilakukan, karena pada kelas XI dan XII siswa harus terfokus pada salah satu bidang yang diminati dan berdasarkan kemampuannya. Untuk alokasi waktu pada SMA dengan non pengkhususan program studi yang harus disediakan sekolah untuk setiap program studi selama satu tahun menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002: 9) ketentuannya sebagai berikut : (1). Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1.800 menit ) (2). Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu. (3). Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit (4). Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial dan sejenisnya (5). Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa. (6). Pemilihan mata pelajaran untuk pilihan didasarkan pada minat dan kemampuan siswa untuk memilih program studi di perguruan tinggi. (7). Pemilihan mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara : a. Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang Ilmu Alam memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut ditambah dengan mata pelajaran lainnya. b. Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang ilmu sosial memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut ditambah dengan mata pelajaran lainnya. c. Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang bahasa memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut ditambah dengan mata pelajaran lainnya. d. Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang agama memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut ditambah dengan commit to mata user pelajaran lainnya
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(8). Jumlah jam pelajaran pilihan di kelas XI adalah 28 jam (7 mata pelajaran) dan di kelas XII adalah 24 jam (6 mata pelajaran). 2)
Struktur dengan Pengkhususan Program Studi Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas dengan pengkhususan program
studi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik dalam memilih program studi secara khusus. Mulyasa (2003: 80-81) menyatakan bahwa pengkhususan program studi SMA adalah ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa dengan rincian sebagai berikut : - Program studi ilmu alam difokuskan pada mata Pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Dengan penekanan pada pemahaman prinsip-prinsip alam serta mendorong peserta didik untuk bekerja dan bersikap ilmiah. - Program studi ilmu sosial di fokuskan pada mata pelajaran Kewarganegaraan dan Sejarah, Ekonomi, Geografi dan Sosiologi. Dengan penekanan pada prinsip-prinsip kemasyarakatan untuk mendorong peserta didik mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan hidup bersama. - Program studi bahasa difokuskan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa asing lain (selain bahasa Inggris) serta teknologi Informasi dan Telekomunikasi. Dengan penekanan dan pemahaman prinsipprinsip multikultural dan komunikasi secara efektif melalui bahasa. Untuk tercapainya program pembelajaran dengan pengkhususan program studi selama satu tahun biasanya direncanakan alokasi waktu yang akan digunakan pada saat pembelajaran di kelas, hal ini dilakukan supaya tercapai tujuan dari proses pembelajaran di SMA dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak yang terlibat seperti : guru, siswa, kepala sekolah, masyarakat dan pihak lainnya yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses pembelajaran di SMA dengan pengkhususan program studi yang dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas XI (kelas 2) dan XII (kelas 3), alokasi waktu yang digunakan selama satu tahunmenurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002: 8) dilaksanakan dengan ketentuan commitsebagai to user berikut :
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1). Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1.800 menit) (2). Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu. (3). Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit. (4). Sekolah dapat mengatur alokasi waktu sesuai kemampuan dengan tetap berpatokan pada alokasi waktu per minggu. (5). Sekolah dapat mengalokasikan waktu untukmelaksanakan kegiatan sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial dan sejenisnya. (6). Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa. Semua ketentuan–ketentuan tersebut diatas diatur dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah sesuai dengan agenda kegiatan yang ada dengan memperhatikan kalender nasional. Karena setiap program studi memiliki pembelajaran dan isi materi berbeda, maka dari itu harus memperhatikan ketentuan-ketentuan masing-masing program studi berikut : Ketentuan untuk program studi Ilmu Alam (1)
Fokus program studi Ilmu Alam pada mata pelajaran matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. (2) Pengalokasian waktu mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Keterampilan diatur sekolah. Ketentuan untuk program studi Ilmu Sosial : (3) Fokus program studi Ilmu Sosial pada mata pelajaran Sosiologi, Kewarganegaraan dan sejarah, Geografi dan Ekonomi (4) Materi mata pelajaran Ekonomi mencakup unsur-unsur Akuntansi (5) Materi pelajaran Sosiologi mencakup Antropologi Ketentuan untuk program studi Bahasa (1) Fokus program studi Bahasa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa asing lainnya (selain bahasa Inggris), dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2) Bahasa Asing lainnya dapat berupa Bahasa Arab, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Jepang dan Bahasa Mandarin. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002: 8)
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terkait dengan evaluasi hasil keluaran (output) produk SMA menurut (Depdiknas, 2002) dalam kutipan (Mulyasa, 2003: 29) diharapkan dapat mewujudkan
keinginan
yang
berkembang
dimasyarakat
dengan
menghasilkan lulusan SMA yang memiliki kemampuan sebagai berikut : (1)
Memiliki keyakinan dan ketaqwaan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
(2)
Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam hidup.
(3)
Menguasai pengetahuan dan ketrampilan akademik serta beretos belajar untuk melanjutkan pendidikan.
(4)
Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan hidup di masyarakat lokal dan global.
(5)
Berekspresi dan menghargai seni.
(6)
Menjaga kebersihan, kesehatan dan kebugaran jasmani.
(7)
Berpartisipasi
dan
berwawasan
kebangsaan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara demokrasi.
3. Tinjauan Tentang Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
( RSBI )
Mengingat fakta globalisasi yang menuntut persaingan ketat untuk berkompetisi, pemerintah Indonesia telah membuat rencana-rencana strategis untuk bisa turut bersaing. Salah satunya adalah target strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), bahwa pada tahun 2025 diharapkan mayoritas bangsa Indonesia merupakan insan cerdas komprehensif dan kompetitif (insan kamil). Visi jangka panjang tersebut, kemudian ditempuh melalui Visi Kemdiknas periode 2010 s.d 2014, yaitu; Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif, dan dijabarkan dengan kelima misi Kemdiknas yang biasa disebut “5 (lima) K”, yaitu: meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan; meningkatkan keterjangkauan layanan
pendidikan;
meningkatkan kualitas/mutu commit to user
dan relevansi
layanan
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
pendidikan; meningkatkan kesetaraan memperoleh layanan pendidikan; dan meningkatkan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, sudah banyak program yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh Kemdiknas, salah satunya adalah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Program SBI ini berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional, dan dilaksanakan oleh keempat Direktoratnya, yaitu: Direktorat Pembinaan TK dan SD, Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Pembinaan SMA, dan Direktorat Pembinaan SMK. Untuk mengetahui lebih jauh tentang sekolah RSBI dan SBI, maka dalam penelitian akan dijabarkan tentang RSBI dan ketentuannya sebagai berikut :
a.
Pengertian RSBI
1). Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. “Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu Internasional, proses pembelajaran disekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada” (http://id.wikipedia.org). Satuan pendidikan bertaraf internasional merupakan satuan pendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. (PP No 17 Tahun 2010). SBI dapat dirumuskan sebagai berikut : SBI = SNP + X. SNP adalah standar nasional pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI sebagai penguatan, pengayaan, pengemban, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara Internasional seperti commitISO, to user Cambridge, IB, TOEFL/ TOEIC, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kompetensi yakni lulusan,isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan, dan penilaian. (Depdiknas, 2007: 3) Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional merupakan sekolah/madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saingh di forum internasional. Jadi konsep SMA Bertaraf Internasional = SNP + X RSBI/SBI
adalah
sekolah
yang
berbudaya
Indonesia,
karena
Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal dan kinerja kunci tambahan. Menurut Panduan Penyelenggaran Program SMA Rintisan Bertaraf Internasional, Depdiknas, Dirjen Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA, 2008 indikator kinerja kunci minimal dan kinerja kunci tambahan adalah sebagai berikut: Indikator kinerja kunci minimal: (a). (b). (c). (d).
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK; memenuhi Standar Isi; dan memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: 1) sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing; 2) muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan 3) menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan. Selain itu, adalah tidak benar kalau guru Bahasa Indonesia harus commit to user menggunakan Bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya,
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
walaupun hal tersebut boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan Bahasa Inggris adalah untuk pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja, sebagaimana dalam Bagian Proses Pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan sebagai berikut: ‘’Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional
dijamin
dengan
keberhasilan
melaksanakan
proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Proses’’. 2). Karakteristik SMA Bertaraf Internasional Penyelenggaraan
SBI
didasari
filosofi
eksistensialisme
dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mangaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). Kir Haryana, 2007: 37-38 menyatakan bahwa : Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia indonesia yang mempu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu : learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya. Karakteristik SMA bertaraf Internasional sendiri meliputi dua hal commit to user yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
(a). Karakteristik visi Dalam suatu lembaga atau organisasi, menentukan visi sangat penting sebagai arahan dan tujuan yang akan dicapai. Dan suatu visi akanmemberikan arahan suatu organisasi atau sekolah untuk menggambarkan masa depan yang diinginkan. “Visi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara Internasional” (Kir Haryana, 2007: 43). Visi ini mengisyaratkan secara tidak langsung gambaran tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah model SBI, yaitu mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif / memiliki daya saing secara internasional. (b). Karakteristik Esensial Kir Haryana (2007: 45) menjelaskan bahwa karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal sesuai dengan SNP dan indikator kunci tambahan (X) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf internasional meliputi beberapa objek yakni : (1). Akreditasi (2). Kurikulum Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi lulusan (SKL) (3). Proses pembelajaran (4). Penilaian (5). Pendidik (6). Kepala Sekolah (7). Sarana Prasarana (8). Pengelolaan (9). Pembiayaan Kir Haryana (2007: 41) menjelaskan bahwa : Ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah untuk memenuhi karakteristik (konsep) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah : 1) Adaptasi yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki commit to user kemampuan daya saing Internasional.
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
2) Adopsi yaitu penambahan atau pengayaan, pendalaman, penguatan, perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD/ negara maju lainnya. b. Landasan Hukum Penyelenggaraan RSBI
Pedoman penyelenggaraan program RSBI dan SBI ini didasarkan atas beberapa undang-undang dan Peraturan Pemerintah serta Permendiknas yang dijadikan landasan kebijakan pendidikan pemerintah dalam masalah RSBI yakni sebagai berikut : 1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahawa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. 2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Pusat dan Daerah 3) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom 4) Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 5) Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 yang menyatakan “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah internasional”. 6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI). 7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan (SKL) commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006. 9) Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009. a) Pemerataan dan Perluasan akses b) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing. Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/ kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah
pusat
dengan
pemerintah
kabupaten/
kota
yang
bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit diseluruh Indonesia. c) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. 10) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun 2007 tentang model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dari beberapa landasan hukum yang digunakan dalam pengembangan program RSBI ini, UU No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Setiap kabupaten atau kota harus memiliki minimal satu SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, serta SMK yang bertaraf internasional. Hal ini disesuaikan dengan pemerintahan daerah masing-masing yang telah diberi otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai perundang-undangan.
c.
Pelaksanaan Program RSBI
Berdasarkan Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) pelaksanaan program rintisan SMA bertaraf internasional meliputi sepuluh komponen, yaitu : 1) Akreditasi 2) Pengembangan kurikulum (KTSP) 3) Proses pembelajaran 4) Peningkatan mutu penilaian 5) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan 6) Sarana dan prasarana pendidikan commit to user 7) Pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
8) Pembiayaan 9) Kesiswaan 10) Sosialisasi Program Rintisan SMA bertaraf Internasional Dan peneliti akan menjabarkan keterangan-keterangan komponen tersebut sebagai berikut : 1) Akreditasi Mutu setiap sekolah/madrasah bertaraf internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu perolehan sertifikasi akreditasi minimal “predikat A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah (BAN S/M). Selain itu pencapaian tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan, yaitu hasil akreditasi yang baik dari salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. 2) Pengembangan kurikulum (KTSP) Perangkat KTSP disusun berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. KTSP menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan. Perangkat KTSP minimal terdiri atas silabus, bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian siswa. Mengembangkan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya dalam bentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet) dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
3) Proses pembelajaran Proses pembelajarannya harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Proses pembelajarannya diperkaya dengan model pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya (seperti penerapan standar belajar, standar mengajar : persiapan pembelajaran, pemilihan bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran dan pemilihan sumber belajar). Proses pembelajaran diperkaya dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran, menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika, sedangkan mata pelajaran yang lainnya kecuali bahasa asing menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, proses pembelajaran yang ideal dapat dicapai melalui tahapan pendampingan yang akan dirinci pada bahasan berikutnya. 4) Peningkatan mutu penilaian Sekolah perlu mengembangkan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dan termasuk juga penilaian portofolio. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui ujian sekolah, ujian nasional dan ujian internasional yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib, sedangkan ujian internasional bersifat pilihan karena memerlukan dukungan dana dari orangtua, namun sekolah harus memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian ujian internasional untuk mendapatkan ijasah/ sertifikat internasional. 5) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui to user guru, minimal 30% guru peningkatan kualifikasicommit pendidikan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Selain itu kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa Inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru kelompok sains dan matematika. 6) Sarana dan prasarana pendidikan Sekolah secara bertahap harus memenuhi standar sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Beberapa bangunan yang menunjang sebagai sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Serta berbagai media ICT yang berfungsi sebagai media dalam proses pembelajaran. Ruang teori dengan luasan 63 m2, sesuai dengan jumlah kelompok belajar dan menerapkan kelas berjalan (moving class). Sekolah memiliki ruang praktek kelas, jumlah dan luasnya sesuai dengan kebutuhan masingmasing program. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Perpustakaan yang memenuhi kebutuhan, nyaman untuk membaca dan studi siswa, dengan menggunakan katalog yang
berstandar
internasional,
dilengkapi
dengan
digital
yang
memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK si seluruh dunia dan tersedia multimedia dan perangkatnya. Dan sebagai penunjuang pembelajaran produktif sekolah juga harus dilengkapi dengan ruang laboratorium, ruang pendidik, dan ruang praktek produktif. Sedangkan sebagai penunjang aktivitas sekolah juga disediakan ruang unit produksi, ruang administrasi, ruang olahraga, tempat ibadah, kantin sekolah, tempat rekreasi dan ruang penunjang lainnya. 7) Pengelolaan Pengelolaan RSBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang commit tokemitraan, user ditunjukkan dengan kemandirian, partisipasi, keterbukaan dan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akuntabilitas. Kultur sekolah yang mendapat perhatian adalah penegakan disiplin, budaya baca, semangat kompetetif, kejujuran, sopan santun, budaya malu, kekeluargaan, bebas asap rokok, bebasa narkoba, dan anti kekerasan. Untuk mendukung hal tersebut sekoah perlu menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan,
kjerapian,
Administrasi
sekolah
keamanaan, meliputi
keindahan
proses
dan
kerindangan.
pembelajaran,
kurikulum,
ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana dan keruangan harus dilakukan secara tertib, rapi, efisien dan efektif. 8) Pembiayaan Sumber pembiayaan program RSBI berasal dari orang tua siswa (Komite Sekolah),
pemerintah
kabupaten/kota,
pemerintah
provinsi
dan
pemerintah pusat. Dana dari komite sekolah , pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi lebih difokuskan untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Sedangkan dana dari pemerintah pusat lebih difokuskan untuk pemenuhan penjaminan mutu pendidikan. 9) Kesiswaan Kualitas peserta didik di program RSBI harus diperhatikan sejak masuk pada saat penerimaan siswa baru hingga pada proses dan kegiatan pembinaan siswa hingga lulus. Kir Haryana (2007: 44) menyatakan bahwa : siswa baru SBI diseleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik. Persyaratan akademik meliputi nilai bahasa Inggris 7,0 bahasa Indonesia 7,0 dan nilai metematika 7,0. Sedangkan persyaratan non akademik mengacu pada sekolah yang berskala internasional antara lain : psikotes, tes bahasa Inggris, tidak buta warna dan bebas narkoba. 10) Sosialisasi Program Rintisan SMA bertaraf Internasional Sosialisasi program RSBI di SMA ini dilakukan agar program yang direncanakan
mendapatcommit dukungan to user dari
pemangku
kepentingan
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
(stakeholder). Sosialisai ini mengikutsertakan kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan, pemerintah daerah, komisi bertaraf internasional dan dewan pendidikan. Materi sosialisasi meliputi rasional, tujuan, manfaat, arah pengembangan program RSBI dan peran lembaga terkait terhadap keberhasilan dan keberlanjutan program rintisan SMA bertaraf internasional. d. Proses Pembelajaran Program RSBI :
Didalam pelaksanaan program R-SMA-BI menurut Dirjen Mendikdasmen diatas hampir sama isinya dengan isi karakteristik esensial program R-SMABI yang ditulis Kir Haryana pada halaman sebelumnya namun pada penjelasan Dirjen Mendikdasmen ada sedikit tambahan yang diantaranya akan peneliti uraikan dalam penjelasan berikutnya. Didalam proses pembelajaran pada program RSBI SMA harus mampu menghasilkan lulusan yang berkepribadian Indonesia tetapi memiliki kemampuan bertaraf internasional dan tidak boleh kehilangan jati diri sebagai sekolah nasional, sebaliknya rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu duduk setara dengan sekolah di negara-negara maju. Menurut Kir Haryana (2007: 42), ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut : 1) Pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery. 2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student centered; reflective learning; active learning; enjoyable dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuannya itu telah memiliki standar internasional. 3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. 4) Proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika dan teknologi. 5) Proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dirjen Mendikdasmen (2008: 29) menyatakan bahwa : proses pembelajaran pada program RSBI SMA harus mampu membekali siswa dengan ketrampilan-ketrampilan sebagai berikut : 1) Mengorgansasi belajar, artinya peserta didik mampu mengelola waktunya dengan baik, menggunakan buku agenda, dan lain-lain. 2) Berkolaborasi dan bertanggung jawab dalam kerja kelompok. 3) Ketrampilan berkomunikasi dalam melakukan presentasi, menyajikan data. 4) Ketrampilan meneliti sehingga mampu menerapkan metode ilmiah. 5) Belajar untuk berfikir dengan sudut pandang lain. 6) Melakukan evaluasi diri maupun kelompok terhadap kegiatan proyek atau tugas yang dilakukan. Permendikanas No. 23 tahun 2006 menuntut lulusan SMA mampu menunjukkan kesadaran hidup yang tinggi, bersikap dan berperilaku hidup yang positif, mampu berpikir logis, kritis, analitis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah secara inovatif. Untuk menghasilkan lulusan sesuai harapan, maka pengembangan proses pembelajaran pada program rintisan SMA
bertaraf
internasional
dapat
berpedoman
pada
lima
prinsip
pembelajaran yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005, yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bercirikan internasional. Proses pembelajaran diperkaya dengan model pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya (seperti penerapan standar belajar, standar mengajar: persiapan pembelajaran, pemilihan bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat perga pembelajaran dan pemilihan sumber belajar). Proses pembelajaran diperkaya pula dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran, menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika. Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jurusan IPS. Pembelajaran yang lainnya kecuali bahasa asing menggunakan bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran yang kreatif, guru dan siswa merupakan dua pihak yang dituntut untuk menunjukkan kreatifitasnya. Guru kreatif dalam merancang
seluruh
kegiatan
pembelajaran
mulai
dari
perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa memiliki kreatifitas dalam menemukan fakta, konsep, referensi lain dan mampu memecahkan masalah belajar. Menurut Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) Proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui rincian tahapan sebagai berikut : Pendampingan Tahun I 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA Bertaraf Internasional. 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah. 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS). 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based instruction). Pendampingan Tahun II 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pasa standar proses SMA Bertaraf Internasional. 50% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah. 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 1 kali seminggu. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) atau Teach Less Learn commit to user More (TLLS).
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based instruction). Pendampingan Tahun III 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pasa standar proses SMA Bertaraf Internasional 100% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah 100% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 1 kali sebulan 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) atau Teach Less Learn More (TLLS) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based instruction). Dengan diadakan program pendampingan tersebut nanti diharapkan proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai, sehingga dihasilkan lulusan sesuai harapan dengan proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana dan akhirnya untuk melangkah maju menjadi SMA bertaraf internasional dapat terwujud dengan baik.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dan dapat dijadikan sebagai pendukung dalam sebuah penelitian baru. Pada bagian ini akan di kemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Via Kartika Sari. 2011. Analisis pelaksanaan pembelajaran matematika berdasarkan program rintisan sekolah bertaraf internasional di SMA Negeri 1 Klaten tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitiannya adalah : (1) Pelaksanaan pembelajaran matematika berdasarkan program RSBI di SMA Negeri 1 Klaten adalah sebagai berikut: (a) SMA Negeri 1 Klaten to user melaksanakan RSBI dengancommit mengembangkan kurikulum KTSP dengan
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
beberapa pengayaan materi dari ujian masuk perguruan tinggi (b) Kegiatan persiapan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah menyiapkan perangkat pembelajaran termasuk RPP dan menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan saat mengajar, (c) Beberapa guru matematika SMA Negeri 1 Klaten menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi yaitu penjelasan langsung, diskusi dan tanya jawab, namun sebagian besar pembelajaran matematikanya masih terpusat pada guru, (d) Beberapa guru sudah melaksanakan pembelajaran matematika secara bilingual dan memanfaatkan ICT yang disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa di suatu kelas. (e) Sebagai penunjang pelaksanaan pembelajaran matematika, baik guru matematika maupun siswa SMA Negeri 1 Klaten sudah menggunakan sumber belajar yang bervariasi dan cukup lengkap, (f) Penilaian hasil belajar matematika siswa di kelas RSBI SMA Negeri 1 Klaten meliputi dua aspek yaitu afektif dan kognitif, untuk afektif dinilai dari sikap dan keaktifan siswa, sedangkan kognitif melalui beberapa tes yaitu Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Semester, dan penugasan. (2) Kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas RSBI SMA Negeri 1 Klaten antara lain : (a) Masih kurangnya kemampuan guru matematika dan siswa di SMA Negeri 1 Klaten dalam menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam kegiatan pembelajaran matematika, (b) masih sedikitnya guru yang mengembangkan pembelajaran matematika yang berbasis ICT di kelas RSBI SMA Negeri1 Klaten, (c) Sebagian besar kegiatan pembelajaran matematika masih terpusat pada guru, (d) Guru matematika masih kesulitan dalam memperoleh buku referensi khususnya referensi asing untuk mengajar, (e) SMA Negeri 1 Klaten belum melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS) pada pelajaran matematika, (f) Guru matematika SMA Negeri 1 Klaten yang berkualifikasi S2 masih kurang dari 30%, (h) Tambahan materi pengayaan yang dari luar negeri belum begitu jelas dalam kurikulum. (g) Instrumen tesnya belum sepenuhnya menggunakan Bahasa Inggris sedangkan ujian semester masih mengikuti ujian yang standarnya masih sama dengan sekolah commitadanya to userlaboratorium matematika di SMA lain di kabupaten Klaten. (h) Belum
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negeri 1 Klaten, (i) Masih jarangnya siswa yang berprestasi secara nasional maupun internasional dalam lomba ataupun olimpiade matematika. (3) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan dan kendala pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas RSBI SMA Negeri 1 Klaten antara lain: (a) SMA Negeri 1 Klaten menyelenggarakan pelatihan ICT dan Bahasa Inggris sesuai tingkat kebutuhan guru dan karyawan, (b) Sekolah melakukan perbaikan gedung dan sarana prasarana penunjang kegiatan belajar disetiap mata pelajaran secara bertahap, (c) Sekolah mengadakan kerjasama dengan beberapa sekolah RSBI baik di dalam maupun di luar negeri serta sering mengirimkan guru dalam kegiatan studi banding, workshop atau seminar tentang RSBI, memfasilitasi kegiatan MGMPS serta mengirimkan personil guru dalam kegiatan MGMP SMA RSBI se-Jawa Tengah, (d) Sekolah menambahkan beberapa butir soal uraian yang tingkat kesukarannya sudah disesuaikan dalam Bahasa Inggris sehingga bisa sedikit membedakan dengan sekolah lain yang tidak RSBI, (e) Sekolah memberikan subsidi kepada guru yang melanjutkan pendidikan S2/S3. (f) Usaha yang dilakukan guru matematika antara lain mengikuti pelatihan bahasa Inggris dan komputer, mendukung dan mengikuti segala kegiatan yang diupayakan pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas guru, berupaya mengembangkan pembelajaran yang terpusat pada siswa serta menggunakan sumber belajar yang berbahasa Inggris dan beberapa guru menempuh pendidikan S2. (g) Usaha yang dilakukan siswa antara lain menggunakan lebih dari satu sumber belajar dan buku yang bilingual, belajar lebih giat dan beberapa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah baik matematika maupun Bahasa Inggris 2. Penelitian Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd.,SIP,M.Pd (2009). Dengan judul : Implementasi
Kebijakan
Penyelenggaraan
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
International. Studi Kasus di SMA Berstatus RSBI di Wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan pembelajaran secara bilingual di RSMABI tersebut belum selesai dengan tahap pengembangan user yang ditergetkan pemerintah,commit yaitu tomencapai 100% pada tahun ke tiga,
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
sementara sebagian besar RSMABI baru mencapai sekitar 25%; 2) pelaksanaan pembelajaran berbasisi TIK di RSMABI tersebut juga masih termasuk dalam kategori "jarang" dilakukan, atau kira-kira baru mencapai 50%; 30 penerapan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa juga masih termasuk dalam kategori "jarang" dilakukan, atau kira-kira mencapai 50%. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan penyelenggaraan RSMABI di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul pada tahun ajaran 2010/1011, terutama dalam proses pembelajaran, belum mencapai target yang ditentukan pemerintah. 3. Penelitian Mark E. Weston, Alan Bain, (2009) “Terlibat dengan perubahan : model untuk mengadopsi dan mengevaluasi inovasi berbasis sekolah”, jurnal administrasi pendidikan, vol. 47 ISS: 2, PP.156-157. Desain/ metodologi/ pendekatan: pendekatan ini menggunakan teori perubahan paradigma, pedagogi perbatasan, dan perbatasan untuk membingkai keterlibatan sebuah sekolah dengan konstruksi praktek yang mewakili program inovasi. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang empat jenis keterlibatan dengan konstruksi: calon, pelaporan, pemahaman, dan berlatih, adalah dokumenter, survei, wawancara, dan observasi. Studi ini diterapkan pada empat sekolah yang telah diakui untuk inovasi teknologi dan keterwakilan yang lebih luas dari lembaga pendidikan AS. Temuan: mendirikan keterlibatan diferensial sekolah dengan perubahan dan mengidentifikasi posisi yang relatif stabil masing-masing sekolah pada lintasan dari aspirasi untuk berlatih. Hasil ini berdiri dalam kontras dengan temuan yang berasal dari metodologi yang berlaku dalam hal konsistensi perspektif stakeholders di sekolah. Penelitian keterbatasan/ implikasi: Pembahasan temuan terjadi dalam konteks literatur yang ada tentang situs berbasis reformasi sekolah dan potensi kerangka dan metodologi sebagai cara untuk terlibat dengan perubahan dan inovasi serta rekening untuk kemajuannya di sekolah. Keterbatasan termasuk kebutuhan untuk aplikasi yang lebih luas dari pendekatan dalam rangka untuk commit to user memperpanjang generalisasinya.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran Proses pembelajaran merupakan proses utama dalam pendidikan. Untuk memperoleh hasil yang optimal maka pelaksanaan pembelajaran harus terorganisasi dengan baik. Tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu diantaranya guru sebagai pengajar, siswa sebagai subyek yang belajar, strategi pembelajaran yang digunakan, sumber belajar, media dan fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran. Antara faktor yang satu dengan yang lain sangat berkesinambungan dalam proses pembelajaran, sehingga saling melengkapi satu sama lain. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI. Selain kompetensi pendidik yang diharapkan dapat berstandar internasional juga siswa-siswa yang merupakan input diharuskan merupakan input yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran bertaraf internasional
yang akan
dilakukan. Selain
itu
faktor-faktor komponen
pembelajaran lain juga sangat berpengaruh yang diantaranya kurikulum, bahan/ materi, metode, media, sarana dan prasarana serta evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran dalam RSBI sendiri harus sesuai dengan standar internasional. Dimana proses pembelajaran standar Internasional dimulai dari input, process, dan output. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada teknis pembelajaran program RSBI ini kegiatan proses pembelajaran menerapkan model bilingual/ menggunakan dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Secara konsep siswa RSBI dan SBI dirintis untuk menyamai kompetensi internasional seperti pada Cambridge atau International Baccalaureate (IB). Output RSBI dan SBI yang sudah ada akan diarahkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan hasil lulusan yang mampu bersaing secara internasional. Adapun Research question pada penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta?. Bagaimanakah prestasi siswa di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta?. Apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta? Bagaimanakah cara-cara mengatasi faktor-faktor commit to user penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta ?
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Serta Bagaimanakah upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka meningkatkan predikat Sekolah dari RSBI
untuk
menjadi SBI. Untuk menjawab
research question diperlukan identifikasi pelaksanaan pembelajaran di RSBI yang meliputi standar RSBI SMA (kurikulum, siswa, guru, Isi, metode, media, lingkungan, dan evaluasi), input dan output. Oleh karena itu kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
INPUT - Tuntutan Globalisasi (Standar Internasional di bidang pendidikan ) - Kebijakan RSBI Pemerintah RI di bidang pendidikan.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RSBI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA
Kurikulum
Siswa
Guru
Isi/Bahan
Metode
Media
Lingkungan
Evaluasi
Gambar 2.3: Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
Lulusan Bertaraf Internasional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian yang merupakan kerangka keilmuan yang menggunakan dasar keilmiahan sebagai pijakan, tentunya memerlukan sebuah metode penelitian yang tepat. Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu ditentukan metodologi penelitian yang digunakan. Kata metodologi sendiri, jika dilihat dari asal katanya berasal dari dua kata yaitu “metodos” yang berarti jalan atau cara dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi jika dilihat dari asal katanya metodologi berarti cara atau jalan untuk memecahkan masalah. Menurut (Hadari Nawawi dan Mimi Hartini, 2005: 9) metodologi adalah ” Pengetahuan tentang tata cara atau prosedur untuk menjalankan seluruh kegiatan tertentu”. Sedangkan menurut (Noeng Muhajir, 2000: 3) “Metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya”. “Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian” (Deddy Mulyana, 2003: 146). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat peneliti dikemukakan bahwa metodologi penelitian merupakan ilmu yang membahas konsep teoritik tentang berbagai teknik-teknik, kelebihan serta kelemahannya yang akan digunakan dalam penelitian/ karya ilmiah. Adapun bagian-bagian dari metodologi yang digunakan untuk memandu penelitian adalah penentuan tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, teknik sampling, teknik pengumpulan data, validitas data, dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat tertentu yang dijadikan lokasi penelitian. Tempat penelitian digunakan untuk
mendapatkan data,
informasi, keterangan, fakta dan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan commit to user penelitian. “Sasaran atau lokasi penelitian harus dideskripsikan kondisi
52
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beragam
aspeknya
sacara
jelas,
dilengkapi
dengan
kekhususan
karakteristiknya” (2006: 178-179). Tempat penelitian sebagai latar belakang untuk memperoleh data yang berguna dan mendukung tercapainya tujuan penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Surakarta, Jalan Monginsidi No. 40 Surakarta Telp (0271) 652975. Peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Surakarta dengan alasan sebagai berikut : a. Di SMA Negeri 1 Surakarta terdapat data yang diperlukan peneliti sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai objek penelitian b. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang telah membuka kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak tahun 2008. c. Lokasi SMA Negeri 1 Surakarta yang mudah dijangkau oleh peneliti dan dekat dengan tempat tinggal asal peneliti, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 2.
Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui dan telah mendapat ijin dari pihak-pihak terkait. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini selama kurang lebih empat bulan terhitung dari bulan Januari 2011 hingga bulan Mei 2011.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1.
Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu penelitian, karena bentuk dari penelitian tersebut turut menunjang proses penyelesaian penelitian yang sedang dilaksanakan. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan keadaan objek yang akan diteliti, yang didapat dari fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya yakni keadaan pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan atau untuk mengetahui keadaan yang ada diperlukan suatu pendekatan. Atas dasar telaah teori yang telah disusun dan melihat rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Lexy J. Moleong (2006: 6) mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan menurut Van Mannen dalam (H.B. Sutopo, 2002: 34) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif kepentingan pokoknya terletak pada peristiwa nyata dalam dunia aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada”. Pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara holistis, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Sukmadinata, 2005: 94) bahwa “Penelitian kualitataif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah dan sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif”. Pada bentuk penelitian kualitatif yang peneliti gunakan yang dilakukan pada satu variabel tanpa memberikan perlakuan pada objek tersebut dan mengkondisikan objek tersebut seperti apa adanya, dan menekankan pada sifat naturalisme (natural setting) artinya bahwa realitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Yang diperkuat dengan pendapat (H.B. Sutopo, 2002: 35) “Penelitian kualitatif peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
H.B. Sutopo (2006: 136) menyatakan bahwa: Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga tingkatan penelitian yang meliputi penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatif”. Penelitian eksploratif adalah penelitian pada tingkat awal, yang sifatnya dalam bentuk penelitian penjelajahan, artinya peneliti sama sekali belum mengetahui apa yang terjadi dilapangan studinya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Sedangkan penelitian eksplanatif berarti menjelaskan suatu pegangan atau patokan untuk membuktikan suatu pendapat. Pada penelitian ini peneliti bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaan objek atau subjek penelitian pada saat sekarang. Peneliti tidak memberikan treatmen atau perlakuan pada objek, sehingga obyek diperlakukan seperti kondisi aslinya, secara apa adanya. Variabel yang digunakan adalah variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan-perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Jadi, dalam penelitian ini bentuk penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan teori-teori diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
penelitian deskriptif
kualitatif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami peneliti yang ditujukan untuk mendiskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti merupakan instrumen yang menentukan tinggi rendahnya kualitas dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Yang sangat penting adalah kedalaman materi, bukan keluasan materi, sehingga sangat diperlukan kemampuan peneliti untuk menganalisis dan menterjemahkan data, agar sesuai dengan judul dan karakteristik deskriptif kualitatif, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan bentuk kualitatif dengan pendekatan deskriptif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
56 digilib.uns.ac.id
Strategi Penelitian
Dalam mengkaji permasalahan penelitian secara lengkap, diperlukan suatu pendekatan pemecahan permasalahan melalui pemilihan strategi penelitian yang tepat. Strategi dapat diartikan cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Menurut (H.B. Sutopo, 2002: 123) berpendapat bahwa “Strategi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data”. Strategi yang dipilih peneliti dipergunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian, juga untuk menentukan pemilihan sampel serta instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengolah informasi. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti menggunakan studi kasus karena untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian yaitu tentang kasus pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). “Studi kasus adalah suatu strategi untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural, tanpa adanya intervensi dari pihak luar” (Robert K. Yin, 2009: 1). Studi kasus memiliki ciri-ciri pertanyaan penelitian berkenaan dengan “how” dan “why”, peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki, fokus penelitian terletak pada fenomena masa kini dalam konteks kehidupan nyata. H.B. Sutopo (2002: 112) menyatakan bahwa : Dalam penelitian kualitatif dikenal adanya studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda. Secara lebih jelas studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda masih dibedakan adanya jenis terpancang ataupun holistis penuh a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menentukan yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. b. Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Holistik penuh yaitu penelitian dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. Sehingga secara lebih lengkapnya strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan tunggal terpancang. Hal ini berdasarkan pendapat (H.B. Sutopo, 2006: 140) yang menyatakan bahwa, “Suatu penelitian disebut sebagai studi kasus tunggal, bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik”. Pengertian penelitian terpancang menurut (H.B. Sutopo, 2006: 39) “Penelitian terpancang yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitiannya berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitinya sebelum peneliti masuk ke lapangan studinya”. Dalam penelitian ini maksud tunggal karena masalah yang dikaji hanya satu yaitu tentang Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI. Sedangkan yang dimaksud dengan terpancang
adalah suatu penelitian dimana dalam
penentuan pokok permasalahan terlebih dahulu didasari dengan pengkajian teori, yakni peneliti sudah membatasi penelitiannya pada aspek-aspek yang dipilih berdasarkan tujuan penelitian.
C. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, dalam penelitian kualitatif sumber data dapat diperoleh dari manusia, dokumen, arsip dan atau benda-benda lainnya. Secara singkat sumber data diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : 1. Person: sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau angket (orang) 2. Place : sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam : ruang, benda, warna dan lain-lain. Bergerak : aktifitas kinerja dan lain-lain. 3. Paper : sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar dan simbol-simbol lainnya. Suharsimi Arikunto (2002: 107)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Adapun Menurut (H.B. Sutopo, 2002: 49) “Sumber data penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen serta arsip dan berbagai benda lain“. Sedangkan menurut Loflend & Lofland dalam bukunya (Lexy. J. Moleong, 2006: 152), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Berdasarkan uraian diatas, maka untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah atau tujuan penelitian tersebut, adapun sumber data diambil dari : 1. Informan Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian. H.B. Sutopo (2006: 57-58) menjelaskan bahwa : Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki posisi yang sangat sama, oleh karena itu narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data yang berupa manusia didalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah : a. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta b. Wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Surakarta bagian kurikulum RSBI c. Quality Management Representatif (QMR) RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. d. Guru mata pelajaran program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. e. Siswa RSBI SMA Negeri 1 Surakarta 2. Tempat dan peristiwa Tempat dan informasi menjadi sumber data karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat perilaku dan aktifitasnya. Tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SMA Negeri 1 Surakarta, karena di SMA tersebut tersedia data yang bermanfaat untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. 3. Arsip dan Dokumen Arsip menurut The Liang Gie yang dikutip oleh (Hery Sawiji, 2002: 128) adalah “ Kumpulan warta yang disimpan secara sistematis karena mampunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat segera ditemukan kembali dengan cepat”. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip oleh (Lexy. J. Moleong, 2005: 216) menyatakan bahwa “Orang membedakan dokumen dan record, dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film, sedangkan record adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting”. “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergegayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu)” (H.B. Sutopo, 2006: 61). Adapun dokumen yang dijadikan sumber dalam penelitian ini meliputi segala bentuk literatur/ pustaka/ arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, misalnya berupa profil sekolah, kurikulum, silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan dokumen lain yang relevan.
D. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan kegiatan untuk merumuskan tentang siapa dan berapa banyak jumlah sampel yang akan dijadikan sumber informasi. Pengertian sampling menurut (H.B. Sutopo, 2002: 55) “Sampling adalah suatu bentuk khusus atau proses yang umum dalam memfokuskan atau pemilihan dalam riset yang mengarah pada seleksi”. Sedangkan menurut (Lexy. J. Moleong, 2006: 224) menyatakan bahwa” Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
bangunannya (constructions). Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul”. Husaini Usman (2004: 44) menyatakan bahwa : Teknik sampling berguna untuk : 1. mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan. 2. Menghemat waktu dan tenaga. Dalam penelitian ini teknik sampling yang peneliti gunakan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian adalah teknik purposive sampling atau sampling bertujuan dan teknik snow ball sampling. Adapun menurut (H.B. Sutopo, 2002: 36) “Purposive sampling adalah peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam”. Lexy. J. Moleong (2004: 224-225) menyebutkan ciri-ciri dari purposive sampling adalah : 1. Rancangan sampel yang muncul : sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 2. Pemilihan sampel yang berurutan : tujuan untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilaklukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring atau dianalisis. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan nyata bahwa sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. 4. pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : kuncinya disini ialah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah dihentikan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah, melainkan lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan yang diteliti. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik– karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian, karena sampel tidak dimasukkan untuk generalisasi. Sedangkan pengertian teknik snow ball sampling (bola salju) menurut user ball sampling adalah : Peneliti H.B. Sutopo (2002: 37) commit teknik tosnow
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan sampling tanpa persiapan tetapi mengambil orang pertama yang ditemui, dan selanjutnya mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan sampling berikutnya, sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin jauh semakin besar. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada saat akan mengumpulkan data yakni pada saat peneliti akan memilih informan yang telah peneliti rencanakan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan teknik snow ball sampling peneliti gunakan setelah teknik purposive sampling dilaksanakan, fungsinya untuk melengkapi atau menggali lebih dalam dari sumber/ informan utama yang didapat dari informasi dengan purposive sampling sebelumnya. Dalam hal ini peneliti tidak menentukan jumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang diteliti. Informan yang terpilih dapat menunjuk informan lainnya yang lebih mengetahui. Maka pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan pendalaman dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Peneliti berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data. Dalam suatu penelitian, data merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang menentukan apakah penelitian tersebut dapat berhasil atau tidak. Suatu data yang valid akan menentukan penelitian yang valid juga, oleh karena itu suatu penelitian diperlukan data yang objektif dalam usahanya untuk membuktikan kebenaran peristiwa atau pengetahuan. Untuk mendapatkan data yang objektif perlu diketahui mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat pengumpul atau pengambil data. Dalam penelitian ini jenis datanya adalah data kualitatif, salah satu ciri penting penelitian kualitatif adalah penggunaan orang sebagai instrumen utama pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Wawancara Menurut (Lexy. J. Moleong, 2005: 186) “ Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer dan interviewee yang memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut”. Sedangkan menurut (Husaini Usman, 2004: 57-58) “ wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, dimana pewawancara yang disebut interviewer sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee”. Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh (Lexy. J. Moleong, 2004: 188- 191 ) macam wawancara antara lain: a. Wawancara oleh tim atau panel Wawancara yang dilakukan oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap
seseorang
yang
diwawancarai.
Kedua,
satu
orang
pewawancara menghadapi beberapa orang yang diwawancarai. Cara kedua ini disebut sebagai panel. Setiap cara wawancara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Sedang dalam penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan metode wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. c. Wawancara riwayat secara lisan Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian dan sebagainya. Maksud wawancara ini adalah
untuk
mengungkapkan
riwayat
hidup,
kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain. commit to user
pekerjaanya,
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
d. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Sedangkan wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur, wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara terbuka, berencana dan terstruktur. Sehingga dapat memberikan informasi secara bebas dan objektif tanpa adanya tekanan. Cara yang digunakan adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada di lokasi penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang bahkan dapat diluar dari daftar pertanyaan dengan maksud untuk lebih mengetahui secara jelas jawaban yang dibutuhkan, namun tetap mengacu pada pokok permasalahan. 2. Observasi Menurut (Husaini Usman, 2004: 54) berpendapat bahwa “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”. Adapun menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 156), “Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan terhadap obyek yang menggunakan seluruh aspek indera”. Sedangkan pendapat (H.B. Sutopo, 2002: 64) “ Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar”. Dari pengertian ini dapat peneliti simpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek penelitian baik berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar. Teknik observasi menurut (H.B. Sutopo, 2006: 75) yang mengutip dari pendapat (Spradley, 1980) menjelaskan bahwa “Pelaksanaan teknik dalam commit to user observasi dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperan, yang terdiri dari (a) berperan aktif, (b) berperan pasif, dan (c) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian) atau anggota kelompok yang sedang diamati. Adapun cara observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengambil data yang ada di lapangan. Observasi dilakukan peneliti dengan cara mencatat secara sistematis mengenai fenomena yang diamati yakni kondisi lokasi penelitian dan pelaksanaan pembelajaran. Namun peneliti tidak ikut bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh para subyek yang diobservasi. 3. Analisis Dokumen “Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dan kompleks, dan bahkan bisa berupa bendabenda lainnya sebagai peninggalan masa lampau” (H.B. Sutopo, 2006: 81). “Analisis dokumen merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2002: 202). Metode ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabael yang berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat dan sebagainya. Dalam penelitian dokumen yang digunakan adalah dokumen yang berkaitan
dengan
masalah
dan
tujuan
penelitian,
yaitu
mengenai
pembelajaran. F. Validitas Data “Validitas data berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurannya” (Saifudin Azwar, 2000: 173). Adapun menurut (H.B. Sutopo, 2002: 77) mengemukakan bahwa “Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian”. Guna menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data user didasarkan atas sejumlah kriteria commit tertentu.toSedangkan dalam penelitian ini teknik
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
pemeriksaan data yang dilakukan adalah dengan trianggulasi. Menurut Pattonn dalam buku (Lexy. J.Moleong, 2002: 178) ditegaskan bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk mengecek atau membandingkan terhadap data atau dengan data yang satu dikontrol olah data yang sama dari sumber yang berbeda”. Menurut Patton sebagaimana telah dikutip oleh (H.B. Sutopo, 2005: 78) menyatakan bahwa ada empat teknik trianggulasi , yaitu : 1. Trianggulasi data ( Data Trianggulation) Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber. Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. 2. Trianggulasi Peneliti ( Investigator trianggulation) Trianggulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu menguragi kemencengan dalam pengumpulan data. 3. Trianggulasi Metode ( Methodological trianggulation ). Trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan yang berbeda. 4. Trianggulasi Teoritis ( Theoretical trianggulation) Trianggulasi ini dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data/sumber dan metode. Trianggulasi data/sumber adalah dengan membandingkan dan meng-crosscheck derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber data yang berbeda, dalam hal ini yang dilakukan peneliti adalah membandingkan data yang diperoleh dari wawancara dan informan yang satu dengan informan yang lain. Sedangkan Trianggulasi metode adalah pengumpulan data tetapi dengan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, misalnya suatu saat data dikumpulkan dengan metode wawancara, disaat lain menggunakan observasi dan analisis dokumen, dalam hal ini peneliti membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi di SMA Negeri 1 Surakarta.
G. Analisis Data Menurut (Lexy. J. Moleong, 2004: 103) analisis data adalah “Proses pengorganisasian dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Adapun Menurut Miles dan Hubernab dalam bukunya (H.B.Sutopo, 2002: 91) menyatakan “Dalam proses analisis terdapat empat komponen utama yang benar-benar harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif”. Menurut H.B. Sutopo (2002: 96) yang mengutip dari pendapat Matthew B. Milles dan Michael Hubberman (1992 :16-19) berpendapat bahwa analisis data terdiri dari 3 kegiatan, yaitu : 1. Reduksi Data Reduksi
data
adalah
proses
meyeleksi,
memfokuskan
dan
mengabstraksikan data “kasar/ mentah” yang telah diperoleh dari laporan penelitian. Menurut (H.B. Sutopo, 2002: 92) “Reduksi data adalah bagian dari proses analisis
yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting , dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. Reduksi data sering tampak pada saat sebelum peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pengumpulan data yang dipilihnya, dan tahap ini berlangsung terus sampai laporan akhir lengkap tersusun. 2. Penyajian data Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk menyusun sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan commit to user penentuan tindak lanjut. Untuk memudahkan peneliti dalam mengambil
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesimpulan, maka data yang sudah diperoleh perlu disajikan dalam bentukbentuk tertentu guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu, misalnya saja dalam bentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu. Penyajian data disamping sebagai kegiatan analisis juga merupakan kegiatan reduksi data. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak pengumpulan data kemudian mencari makna data. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan alur kegiatan yang terjadi bersama-sama serta sebagai proses siklus dan interaktif. Penarikan kesimpulan merupakan analisis rangkaian pengolahan yang berupa gejala dan kasus yang didapat dilapangan. Penarikan kesimpulan bukanlah langkah final dari suatu kegiatan analisis, karena kesimpulankesimpulan tersebut terkadang masih belum jelas sehingga perlu di verifikasi. Untuk memperjelas uraian tentang proses analisis data diatas, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengumpulan Data (1)
Reduksi Data
Penyajian Data
(3)
(2)
(4)
Penarikan Kesimpulan Gambar 3.1 : Komponen analisis data model interaktif Sumber : Mattew B. Milles dan A.M. Hubberman yang dikutip oleh H.B. Sutopo (2002: 96)
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan suatu proses tahapan/ langkah-langkah penelitian yang dimulai dari persiapan sampai dengan pembuatan laporan. Tahap-tahap penelitian terdiri dari tiga tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Pra-lapangan Tahap persiapan penelitian ini terdiri dari penyusunan rancangan penelitian, pemilihan lapangan penelitian, mengurus perjanjian penelitian, melihat dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap pekerjaan lapangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik wawancara. Observasi dan dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benarbenar valid. 3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data dibagi atas tiga bagian yaitu konsep dasar analisis data, menemukan tema, dan merumuskan hipotesis dan bekerja dengan hipotesis. Lexy.J. Moleong (2005: 127-148) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tahap Pra lapangan Pada tahap pra-lapangan ini kegiatannya adalah mulai dari pembuatan usulan atau proposal penelitian sampai dengan pencarian berkas perijinan penelitian lapangan. Adapun caranya dengan mengadakan survey awal, memilih dan memanfaatkan informasi yang bersifa informal dan menyiapkan perlengkapan penelitian dan protokol penelitian untuk pengembangan pedoman pegumpulan data yaitu daftar pertanyaan dan petunjuk observasi, serta menyusun jadwal kegiatan secara terperinci. 2. Tahap Pengumpulan data Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat, pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan pencatatan dokumen, yang didapat secara langsung ke lokasi penelitian. Tujuan kegiatan pengumpulancommit data initoadalah user :
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Untuk memahami latar belakang penelitian dan persiapan mengadakan penyesuaian diri terhadap tempat penelitian. b. Untuk mendapatkan data secara lengkap dan akurat Selain itu dilaksanakan juga kegiatan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul dengan melakukan refleksi serta menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang paling tepat serta menentukan fokus, pendalaman data, pemantapan data pada proses pengumpulan data berikutnya, kemudian mengatur untuk analisis data awal. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data terdapat dua langkah yakni analisis data awal dan analisis data akhir. Pada tahap analisis data awal digunakan untuk mengetahui apakah data yang dikumpukan tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Kemudian untuk tahap analisis data akhir dilakukan setelah analisis data awal dilakukan . Data yang dikumpulkan adalah semua data yang berhasil dikumpulkan, untuk menghindari data yang tercecer juga. Adapun cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan data secara terperinci. Setelah itu dapat dirumuskan hipotesis dan mengadakan analisis berdasarkan hipotesis tersebut. 4. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini peneliti mulai menyususn laporan awal, melaksanakan review laporan dengan orang yang cukup memahami permasalahan penelitian untuk mendiskusikan laporan yang disusun sementara, dalam kegiatan ini tidak menutup kemungkinan melaksanakan perbaikan laporan. Setelah semuanya sesuai dan mengahasilkan suatu laporan yang baik maka laporan penelitian akan diujikan dan dipertanggungjawabkan dihadapan tim penguji, untuk kemudian diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Untuk memperjelas hal tersebut diatas, berikut disajikan bagan prosedur penelitian yang lebih rinci :
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap Pra lapangan
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Analisis Akhir
Penarikan Kesimpulan
Penulisan Laporan
Tahap lapangan
Perbanyakan Laporan Gambar 3.2: Skema Prosedur Penelitian Sumber :A.M. Hubberman dan Mattew B.Milles yang dikutip oleh Soetardi (2005: 25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Surakarta
Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Surakarta diawali dari berdirinya Sekolah Menengah Tinggi (SMT) yang berlokasi di Manahan (SMT Manahan), secara kronologis sebagai berikut : a. Tanggal 13 Nopember 1943 Berdirinya
SMT
Manahan,
dengan
kepala
sekolah
Mr.
Widodo
Sastrodiningrat b. Tanggal 15 Desember 1949 SMT Manahan diganti menjadi SMA Negeri A/B Margoyudan yang terdiri dari: 1). SMA Negeri A.B I (masuk pagi) 2). SMA Negeri A/B II (masuk siang untuk para pejuang) Dengan kepala sekolah Soepandam. c. Tanggal 17 Agustus 1951 Dibuka SMA Negeri A/B Bagian malam dengan nama SMA Negeri A/B I bagian malam. Jadi ada tiga SMA negeri A/B, yaitu : 1). SMA Negeri A/B I 2). SMA Negeri A/B II 3). SMA Negeri A/B I Bagian Malam Kepala sekolah : Soepandam d. Tanggal 1 Agustus 1956 SMA Negeri A/B Bagian malam I diubah namanya menjadi SMA Negeri A/B III, dengan kepala sekolah masih Soepandam. e. Tanggal 1 Agustus 1958 Ketiga SMA Negeri A/B diubah namanya dari : commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
1) SMA Negeri A/B I menjadi SMA Negeri 1 B (Ilmu Pasti Alam) dipimpin oleh Soepandam. 2) SMA Negeri A/B II menjadi SMA Negeri II A (Sastra) dipimpin oleh Parjatmo. 3) SMA Negeri A/B III (Ilmu Pasti Alam) menjadi SMA Negeri III B. f. Tahun 1971 SMA Negeri I B berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Surakarta yang berlokasi di Jl. Monginsidi dengan kepala sekolah R. Masaid. g. Tanggal 7 maret 1997 SMA Negeri 1 Surakarta berubah menjadi SMU Negeri 1 Surakarta, berdasarkan keputusan Mendikbud RI Nomor 035/0/1997 tanggal 7 Maret 1997 tentang perubahan Nomen Klatur SMA menjadi SMU serta organisasi dan tata kerja SMU. h. Tanggal 8 Juli 2003 SMU negeri 1 Surakarta berubah menjadi SMA Negeri 1 Surakarta, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (bab IV Pasal 18 ayat (3). Secara operasional terhitung mulai tanggal 1 Pebruari 2004. Pada tahun 2005 pada saat kepemimpinan Drs. Sartono Praptoharjono dilaksanakan pembukaan dua kelas baru dengan kurikulum berbasis internasional. Kelas tersebut dinamakan SNBI (Sekolah Nasional Berbasis Internasional) A dan SNBI B dimana keduanya menggunakan bahasa Inggris terutama untuk pelajaran eksata (matematika, fisika, biologi dan kimia) dan umumnya sekarang disebut dengan RSBI. Berikut adalah nama – nama kepala sekolah yang pernah menjadi pimpinan SMA Negeri 1 Surakarta, antara lain: a. R.M Soepandan
: 1 November 1947 s/d 31 Juli 1963
b. R.M Soehardjo
: 1Agustus 1963 s/d 31 September 1966
c. R. Prawoto
: 1 November 1966 s/d 15 Juni 1971
d. R. Marsaid e. Drs. Sarwono, B.Sc
: 16 Juni 1971 s/d 1 April 1976 commit to user : 1 April 1976 s/d 29 September 1986
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
f. Drs. Sri Widodo
: 29 September 1986 s/d 2 Februari 1991
g. Drs. H. Djambari Soetjipto
: 2 Februari 1991 s/d 28 Maret 1995
h. Drs. H. Kuswanto
: 29 Maret 1995 s/d 1 Juli 2002
i. Dra. Hj. Tatik Sutarti
: 2 Juli 2002 s/ d 5 Januari 2005
j. Drs. Sartono Praptoharjono
: 6 Januari 2005 s/d 28 Oktober 2007
k. Drs.H.M Thoyibun, SH, M.M
: 29 Oktober 2007 s/d sekarang
2. Visi, Misi, dan Strategi Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta
Dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan, SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai visi, misi, dan strategi sekolah yaitu: a. Visi
“Mewujudkan insan yang bertaqwa, disiplin, cerdas, berbudi dan berwawasan luas”. Indikatornya : 1) Mewujudkan ketaqwaan, disiplin, kejujuran, ketertiban dan bertanggung jawab. 2) Mewujudkan dalam mencapai prestasi akademik maupun non-akademik. 3) Mewujudkan kemandirian . 4) Kecakapan hidup (life skills). 5) Menerapkan kehidupan yang dilandasi keimanan, ketaqwaan, moralitas dan budi pekerti luhur. 6) Kerukunan kehidupan yang didasari atas saling menghargai dan menghormati hak dan kewajiban orang lain. 7) Mewujudkan kepeduliaan terhadap kelestarian lingkungan hidup dan lingkungan sosial. b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya agar dapat dikembangkan secara optimal. 4) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah. c. Strategi Sekolah
1) Membenahi sistem manajemen sekolah dengan memperbaiki perencanaan pengorganisasian dan evaluasi terhadap setiap program. 2) Meningkatkan kesadaran warga sekolah (guru, karyawan, siswa) akan kedudukan, fungsi dan peran masing-masing. 3) Meningkatkan sumber daya manusia (guru dan karyawan) dengan cara memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan kompetensinya. 4) Membangun
jejaring
(networking) dengan
berbagai
pihak
untuk
meningkatkan potensi sumber daya manusia dan pendanaan. 5) Melibatkan semua komponen sekolah dalam penyusunan program mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3. Kondisi Fisik SMA Negeri 1 Surakarta
a. Lokasi Sekolah
SMA Negeri 1 Surakarta berlokasi di Jalan Monginsidi No. 40 Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan batas – batas sebagai berikut : 1) Sebelah Barat
: SMA Negeri II Surakarta
2) Sebelah Timur
: Universitas Kristen Surakarta (UKS)
3) Sebelah Utara
: SMP Kristen 3 Surakarta
4) Sebelah Selatan
: Perkampungan penduduk.
Lokasi SMA Negeri 1 Surakarta berada di antara instansi pendidikan yang lain seperti SMA Warga, SMA Kristen Widya Pratama, SMA Kristen III, Ganesha Operation (GO), Sony Sugema College (SSC) dan sebagainya. Hal ini menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
b. Bangunan dan Gedung
Gedung SMA Negeri 1 Surakarta terdiri dari bangunan yang dipergunakan untuk seluruh kegiatan yang bersifat edukatif maupun non edukatif. SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai luas tanah 7.105 m2 sedangkan luas bangunannya adalah 4.900 m2 yang terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan masing – masing sama. Adapun bangunan di SMA Negeri 1 Surakarta terdiri dari ruang – ruang sebagai berikut: 1) Gedung Utama Gedung utama di SMA Negeri 1 Surakarta merupakan gedung peninggalan Belanda dengan ciri-ciri yaitu model bangunan kuno, bangunannya tinggi, pintu dan jendela berukuran besar dan panjang serta terdapat sebuah menara pengintai. Adapun ruang yang ada di gedung utama pada saat ini adalah ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah dan ruang tata usaha. 2) Ruang Kepala Sekolah Dan Wakil Kepala Sekolah Ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah berada digedung utama sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang baik. Ruang kepala sekolah berukuran (9,5 x 5,25) m2, sedangkan ruang wakil kepala sekolah berukuran (8,8 x 8) m2. 3) Ruang Kelas Ruang kelas yang berada di SMA Negeri 1 Surakarta berjumlah 37 ruang dengan ukuran (7 x 9) m2 untuk bagian bawah dan (8 x 9) m2 untuk kelas bagian atas. Ruang kelas tersebut dilengkapi dengan ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara lancar dan siswa-siswa merasa nyaman dalam mengikuti KBM. 4) Ruang Guru a) Ruang guru berada pada bangunan sebelah utara gedung utama, dengan ukuran (17,7 x 12,35) m2. Ruang (1) Laboratorium biologi
: 2 ruang
(2) Laboratorium fisika : 2 ruang commit to user (3) Laboratorium kimia : 2 ruang
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
(4) Laboratorium matematika
: 1 ruang
b) Laboratorium non eksakta (1) Laboratorium bahasa
: 1 ruang
(2) Laboratorium komputer
: 1 ruang
(3) Laboratorium IPS
: 1 ruang
5) Perpustakaan Perpustakaan SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai ukuran (14 x12)m2. Perpustakaan ini cukup memadai kebutuhan siswa dalam menunjang proses belajar mengajar. Ditinjau dari ruangannya, perpustakaan mempunyai sarana yang cukup sehingga nyaman untuk tempat membaca. Perpustakaan ini juga dapat melayani siswa dalam peminjaman buku baik buku paket maupun buku umum. 6) Ruang Bimbingan Konseling Ruang Bimbingan Konseling berada di gedung sebelah timur dengan luas (11 x 6,5) m2. 7) Sarana – sarana penunjang di SMA Negeri 1 Surakarta antara lain: a) Ruang OSIS
h) Ruang Agama Katholik
b) Ruang MPK
i) Ruang TRRC
c) Ruang UKS
j) Ruang Drama
d) Ruang Olah Raga
k) Aula
e) Ruang Musik
l) Kantin
f) Masjid
m) Kamar mandi dan WC
g) Ruang Agama Kristen
n) Tempat parkir dan gudang
4. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki SMA Negeri 1 Surakarta meliputi siswa, guru dan karyawan. 1) Siswa Untuk tahun pelajaran 2010/2011 siswa SMA Negeri 1 Surakarta seluruhnya berjumlah 1282. Kelas X berjumlah 391, kelas XI berjumlah 388 dan kelas commit to user XII berjumlah 403. Adapun perinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1. Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
2.
RSBI
3.
Akselerasi
4.
5.
Kelas XII
Kelas XI
Kelas X
Program
No
Jumlah
337 siswa
-
80 siswa
417 siswa
54 siswa
53 siswa
-
107 siswa
IPA
-
259 siswa
229 siswa
588 siswa
IPS
-
76 siswa
94 siswa
170 siswa
391 siswa
388 siswa
403 siswa
1282 siswa
Jumlah
Sumber : Dokumen Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 2) Tenaga Pendidik/ Guru Tenaga pendidik/ guru di SMA Negeri 1 Surakarta berjumlah 99 orang. Yang terdiri dari Guru yang sudah tetap yakni sejumlah 94 guru dan Guru tidak tetap sejumlah 5 orang. 3) Tenaga Kependidikan Tenaga non kependidikan SMA Negeri 1 Surakarta meliputi petugas administrasi dan karyawan yang berjumlah 33 orang.
5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Surakarta
Struktur organisasi SMA Negeri 1 Surakarta merupakan gambaran tentang garis koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Adapun struktur organisasi di SMA Negeri 1 Surakarta terdiri dari: a. Kepala Sekolah Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan
seluruh
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah serta bertanggung jawab kepada pemerintah kota dan Dinas Pendidikan. b. Komite Sekolah Merupakan organisasi yang dibentuk oleh sekolah dan orang tua siswa untuk membantu terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan secara efektif dan efisien. Keanggotaan komite sekolah terdiri dari dua unsur yaitu pihak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
sekolah dan pihak luar sekolah seperti orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan dan sebagainya. c. Quality Management Representative (QMR) Merupakan
pejabat
menumbuhkan
sekolah
kesadaran
yang
tentang
mempunyai
wewenang
pentingnya
harapan
mengatur,
stakeholders,
mengendalikan dan mengembangkan sistem dari seluruh proses yang terjadi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen sistem mutu serta kewenangan untuk menjalin hubungan dengan pihak luar khususnya mengenai Sistem Manajemen Mutu. d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang menyelenggarakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan KBM serta bertanggung jawab kepada sekolah atas terselenggranya KBM tersebut. e. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang menyelenggarakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kegiatan kesiswaan dan penanganan ketertiban siswa serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam penyelenggaraan bidang kesiswaan. f. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang mengendalikan kegiatan promosi, informasi, komunikasi dan kerja sama dengan instansi lain dan stakeholders serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas terwujudnya kerja sama dengan instansi lain dan stakeholders tersebut. g. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang merencanakan pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya sekolah serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam hal pemberdayaan sumber daya sekolah tersebut. h. Kepala Tata Usaha Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang mengelola seluruh user kegiatan yang berhubungan commit dengantoadministrasi dan ketatausahaan serta
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas terselenggaranya kegiatan ketatausahaan. i. Koordinator Perpustakaan Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang merencanakan dan menyediakan referensi berupa buku – buku yang berkaitan dengan materi sekolah maupun pengetahuan umum dan bertanggung jawab kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum terkait hal tersebut. j. Koordinator Kelas Akselerasi Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang menyelenggarakan program kelas percepatan (akselerasi) bagi siswa – siswa yang mampu mengikuti program ini dan bertanggung jawab kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum terkait hal tersebut. k. Koordinator Kelas RSBI Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang menyelenggarakan kelas berstandar internasional dan bertugas mewujudkan SMA Negeri 1 Surakarta menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) serta bertanggung jawab kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum terkait hal tersebut. l. Koordinator Bimbingan Konseling Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang merencanakan dan melaksanakan seluruh pelaksanaan Bimbingan Konseling/ Pengembangan Diri di layanan BK serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling/ Pengembangan Diri pada program tersebut. m. Wali Kelas Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pendampingan dan monitoring kelas serta bertanggung jawab kepada kepala sekolah atas terlaksananya pendampingan dan monitoring kelas. n. Guru Merupakan pejabat sekolah yang mempunyai wewenang melaksanakan commitdengan to user tugas mengajar dan bertanggung seluruh kegiatan yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
jawab kepada kepala sekolah berkenaan dengan kegiatan KBM menurut tingkat yang dianjurkan. o. Siswa Merupakan peserta didik yang berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta serta bertanggung jawab terhadap segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Surakarta (Sumber : Dokumen Tata Usaha)
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Penelitian ini akan mengkaji masalah yang telah ditentukan dalam rumusan masalah yaitu mengenai analisis Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta, deskripsi dari masalah yang dirumuskan mencakup bagaimanakah
Pelaksanaan
Pembelajaran
di
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta, bagaimanakah prestasi siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta, apa saja faktor-faktor penunjang dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta, Bagaimanakah cara-cara mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta serta bagaimanakah upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam rangka untuk meningkatkan predikat sekolah dari RSBI menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional
(SBI).
Gambaran
data penelitian
tersebut
dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta
a. Persiapan Program RSBI di SMAN 1 Surakarta
Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (8 standar) dan diperkaya dengan standar pendidikan negara commitmaju. to userProgram RSBI di SMA Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Surakarta diselenggarakan sejak tahun 2005. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi program SBI di SMA Negeri 1 Surakarta ini diantaranya: 1) Perlunya membangun sekolah berkualitas sebagai pusat unggulan (center of excellence) pendidikan; 2) Atas fenomena diatas, pemerintah mulai mengatur dan merintis sekolah bertaraf internasional; 3) Sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu pengakuan secara internasional terhadap kualitas proses, dan hasil pendidikannya. (Sumber : Dokumen Program RSBI) Selain hal tersebut, terdapat dasar hokum lain yang melatarbelakangi pembentukan program SBI di SMA Negeri 1 Surakarta yaitu : 1) UU No. 20/2003 (Sistem Pendidikan Nasional) pasal 50 ayat 3, yakni: “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”. 2) Permendiknas No. 78/2009 (Penyelenggaraan SBI pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah) 3) PP No. 17/2010 (Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan) 4) Permendiknas No. 63/2009 (Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan) (Sumber : Dokumen Program RSBI) Dari uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta yang paling utama berdasarkan peraturan pemerintah dan undang-undang. Salah satu dasar hukum tersebut adalah UU No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3. Isi dari Undang-undang tersebut
merupakan
arahan
dari
pemerintah
daerah
untuk
dapat
menyelenggarakan pendidikan yang akan dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional. Dimana tujuannya untuk memenuhi tuntutan persaingan global didunia internasional. Selain dari dasar hukum diatas, penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta juga berdasarkan penunjukkan dari direktorat jenderal user pendidikan. Dari Direktorat commit JenderaltoPendidikan menunjuk sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
untuk dirintis menjadi sekolah SBI lewat RSBI. Penunjukkan sendiri juga dilihat dari kualitas sekolah, dimana sekolah yang unggul dan yang telah memenuhi kriteria/standar sekolah RSBI dapat menjadi RSBI. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Masalah pembelajaran RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta sudah ada arahan dari direktorat jendral pendidikan. Dan untuk menjadi RSBI itu bukan kehendak dari SMA Negeri 1 Surakarta sendiri, tetapi kita ditunjuk. Penunjukkan SMA Negeri 1 Surakarta menjadi RSBI setelah dilakukan seleksi dan verifikasi. Jadi dari jenderal Mendikdasmen menunjuk SMA Negeri 1 Surakarta karna memang SMA Negeri 1 Surakarta sudah layak dan memenuhi syarat kriteria yang masuk dalam standar sekolah RSBI”. b. Kurikulum KTSP Plus
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta potensi daerah dari satuan pendidikan. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan agar sesuai dengan perkembangan potensi peserta didik di satuan pendidikan dengan mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional dan tuntutan global dengan berdasar manajemen berbasis sekolah. Hal ini yang melatarbelakangi SMA Negeri 1 Surakarta menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seiring dengan tuntutan di sekolah RSBI, maka kurikulum yang digunakan pada program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ KTSP Plus. Yang dimaksudkan kurikulum KTSP Plus itu adalah kurikulum tingkat nasional yang berbentuk Kurikikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dengan cara mengadopsi dan amengadaptasi kurikulum yang bertaraf Internasional, yakni kurikulum dari Cambridge Australia. Hal ini sesuai hasil wawancara peneliti commit to user dengan informan II pada tanggal 4 mei 2011 sebagai berikut : “Kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
yang digunakan di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah KTSP, mayornya KTSP, kemudian dikembangkan dengan cara mengadopsi dan mengadaptasi dari kurikulum Cambridge Australia” Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan IV pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Kurikulum yang digunakan di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah KTSP, tapi ditambahi dan dikembangkan dengan cara mengadopsi dan mengadaptasi. Yang dimaksud mengadopsi maksudnya SI dan SKL diambilkan dari negara-negara maju/ OECD, sedangkan yang dimaksud adaptasi yaitu menyesuaikan. Jadi dalam materinya menyesuaikan SI dan SKL. Sehingga dalam pengembangannya kurikulum yang digunakan di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah KTSP Plus” Kurikulum KTSP yang digunakan di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta yang dikembangkan dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari kurikulum internasional yakni dari Cambridge Australia diterapkan hanya pada mata pelajaran eksakta. Adopsi dan adaptasi dari pada mata pelajaran eksakta yakni pada empat mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan biologi. Untuk struktur kurikulum KTSP yang digunakan disesuaikan dengan permendiknas No.22 tahun 2006. Struktur dan pengembangan kurikulum KTSP plus yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 253. Dalam melakukan tugas pokoknya, bagian kurikulum didalam lini kerja juga mendapat arahan dari kepala sekolah. Adapun kebijakan kepala sekolah SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010-2011 terkait tentang bagian kurikulum berkaitan dengan pembelajaran yaitu: a) Proses KBM berbasis ICT b) Proses pembelajaran bilingual c) Pembelajaran tepat waktu d) Pembelajaran mengakses pembelajaran luar negeri ( cyber class ) e) PMDK meningkat f) 100% masuk PTN dan swasta favorit g) OSN tingkat nasional dan internasional h) KIR internasional
commit to user i) Di terima perguruan tinggi luar negeri 100 % dari pendaftar
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
(Sumber : Dokumen Program RSBI ) Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kurikulum yang di pakai di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah kurikulum KTSP Plus yang merupakan kurikulum Nasional pada tingkat satuan pendidikan yang telah dikembangkan dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari Cambridge Australia pada mata pelajaran eksakta. c. Input dan Output Siswa yang unggul
Kualitas siswa yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta terutama program RSBI adalah sudah termasuk siswa yang unggul dan sudah berpotensi untuk dapat mengikuti pembelajaran di program RSBI, hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah baik input ataupun output siswa setiap tahunnya. Pada saat penerimaan siswa baru dilakukan seleksi yang ketat lewat tes khusus. Siswa yang bisa masuk di SMA Negeri 1 Surakarta umumnya berasal dari bibit yang berkualitas dulu sebelumnya, misalnya dari sekolah yang favorit atau sekolah yang RSBI. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Untuk kualitas siswanya baik dari input maupun output mengalami peningkatan. Penerimaan siswa baru setiap tahun diambil dari bibit yang berkualitas melalui tes. Dalam proses pembelajarannya berbasis ICT ini hasilnya lebih meningkat. Karena dalam pengukuran UAN itu tidak ada perbedan antara sekolah reguler dan sekolah RSBI. Jadi wajar siswa RSBI kualitasnya meningkat, sarana prasarananya menunjang, kegiatan pembelajarannya menunjang, bibitnya baik”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : “Untuk kualitas dan kuantitas input dan output siswa RSBI SMA Negeri 1 Surakarta jelas meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan setiap tahunnya yang memang mengalami peningkatan tersebut. Sedangkan di QMR sendiri hanya bersifat menumbuhkan kesadaran juga, misalnya target sekolah ingin bisa 100% siswanya lulus semua, seperti itu jadi kita memanajemen bagaimana caranya agar tujuan lulus semua tadi tercapai, apa yang dilakukan juga” Dalam hasil observasi peneliti juga melihat adanya seleksi dalam penerimaan siswa baru program RSBI. Selain seleksi administrasi dari nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
rapor kelas VII sampai dengan kelas IX untuk mata pelajaran yang diujikan di ujian nasional minimal 7,5 dilakukan juga tes yang meliputi tes potensi akademik, tes psikologi dan tes bahasa Inggris, serta tes wawancara ada juga penghargaan sertifikat kejuaraan dengan minimal tingkat nasional individu. Dalam mengikuti pembelajaran dikelas, siswa-siswa di SMA Negeri 1 Surakarta telah mampu mengikuti standar internasional RSBI yang telah ditetapkan, diantaranya penggunaan dan pemahaman bahasa Inggris dalam pengantar pembelajaran dikelas, dan kemudian dari penggunaan ICT maupun dalam materi pelajarannya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh informan IV pada tanggal 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Mestinya lebih baik, kalau bahasa Inggrisnya, insyaAlloh bisa. Jadi seorang guru harus bisa memilah milah mana yang di Inggriskan mana yang tidak, jadi kita harus pandai-pandai mengajar dengan bilingual tersebut”. Ditambah dengan hasil wawancara dengan informan V pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “Cukup menyenangkan dan mudah, karena ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, Iya mbak saya dapat mengikuti”. Selain itu pada bagian kesiswaan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas siswa telah mengadakan beberapa kegiatan yang diantaranya : a) Bea siswa b) Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME c) Pembinaan budi luhur/ akhlak mulia d) Pembinaan kepribadian unggul e) Pembinaan prestasi akademik f) Pembinaan demokrasi, HAM g) Pembinaan kreativitas ketrampilan dan kewirausahaan h) Pembinaan kualitas jasmani i) Pembinaan berkomunikasi dalam bahasa Inggris (Sumber : Dokumen Program RSBI ) Selain dari bagian kesiswaan ada pula beberapa kebijakan kepala sekolah terkait dengan kegiatan siswa yaitu: commit to user a) Kedisiplinan dan kejujuran .
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
b) Santun, menghargai orang yang lebih tua (guru, karyawan) c) Bebas narkoba, obat-obatan terlarang (nafsa), pornografi. d) Menghargai jasa pahlawan. e) Penanaman cinta tanah air dan bela negara f) Terciptanya hubungan harmonis / komunikasi guru,
karyawan, dan
siswa. g) Siswa membayar tepat waktu h) Mencintai almamater. i) Kegiatan siswa yang selalu terpantau. (Sumber : Dokumen Program RSBI ) Dalam observasi langsung yang peneliti lakukan baik pada saat jam pelajaran maupun waktu istirahat, para siswa banyak menggunakan waktunya untuk belajar. Sedangkan pada waktu pelajaran berlangsung siswa juga melakukan pembelajaran yang aktif, dengan berpakaian yang rapi dan tertib, serta terlihat siswa-siswa menggunakan fasilitas hotspot area untuk mengakses materi-materi pelajaran. Kedisiplinan terhadap peraturan yang ada dilingkungan sekolah juga selalu terpantau. Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa kualitas siswa di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah sudah unggul. Hal ini dapat dinilai mulai dari input siswa, proses pembelajaran serta output/lulusannya. Inputnya, bila dilihat dari kuantitas peminatnya semakin banyak, sedangkan untuk kualitasnya diambilkan dari bibit unggul yang diseleksi melalui tes. Dalam proses pelaksanaan pembelajarannya didukung dengan guru, fasilitas dan perangkat pembelajaran yang mendukung. Sehingga dari kualitas siswanya pun menjadi sangat baik dan memiliki kualifikasi untuk dapat melaksanakan pembelajaran di program RSBI dengan lancar dan mampu menghasilkan profil lulusan seperti yang ditargetkan dalam sekolah RSBI. Dan dari outputnya juga menghasilkan lulusan yang unggul, berprestasi dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
d. Guru yang Berkualitas
Kualifikasi standar guru internasional yang telah ditetapkan dalam standar tenaga pendidik program SBI diantaranya adalah minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A, kompetensi bahasa Inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru kelompok sains dan matematika. Tenaga pendidik yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Surakarta sudah banyak yang memenuhi kriteria standar guru yang harus dimiliki pada program RSBI yang diantaranya adalah kualifikasi pendidikan minimal S2 adalah 50%. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Guru yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta yang memiliki kualifikasi S2 sudah cukup banyak. Karena didalam ketentuan, guru RSBI itu dinilai memiliki ijasah S2. Dan di SMA Negeri 1 Surakarta sudah 50% memenuhi tuntutan persyaratan RSBI. Dan untuk pengantar pembelajaran di kelas sifatnya bilingual secara bertahap, sementara waktu untuk mapel MIPA seperti fisika, kimia, biologi ya sekitar 4050%”. Ditambah pula dengan pendapat informan III dalam wawancara tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut :“Tuntutan kualifikasi S2 untuk guru pengajar di program RSBI, saya rasa sudah memenuhi, karena telah banyak guru yang telah memenuhi standar ketentuan dan untuk persennya dapat dilihat bagian kurikulum”. Sedangkan dalam analisis dokumen komponen guru yang memiliki kualifikasi S2 masih sedikit guru yang melanjutkan S2 linier, dan untuk target SMA Negeri 1 Surakarta adalah 30% guru kualifikasi pendidikan S2 dari Universitas terakreditasi A. Untuk kualifikasi S2 tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Surakarta dapat dilihat dalam tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Kualifikasi Pendidikan Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Surakarta
Tenaga Pendidik
< D3
Kualifikasi Tahun Ajaran 2010/20011 S3 S2 S1 D3
∑
1. Total Jumlah Guru 0 1 61 34 0 96 2. Berdasarkan Mata Pelajaran a. Kimia 4 2 6 b. Biologi 1 4 5 c. Fisika 5 4 9 d. Matematika 2 9 11 e. Bahasa Inggris 4 4 8 f. Ekonomi 4 1 5 g. Geografi 1 2 3 h. Sosiologi 2 1 3 i. Bahasa Indonesia 6 1 7 j. Bahasa Asing 1 1 k.TIK 4 4 l. Agama 4 2 6 m. Olah Raga 4 4 n. Bahasa Jawa 2 2 o. Kesenian 1 3 4 p. Sejarah 3 3 q. PKn 3 2 5 r. Elektro 1 1 s. Pengembangan diri 7 2 9 Sumber : Dokumen Program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa guru-guru program sains dan matematika memang telah banyak guru yang memiliki ijazah S2. Dari total guru yang berjumlah 96 guru, sejumlah 34 guru telah memiliki ijasah S2, dalam persennya adalah sebesar 35,41%. Hal itu menandakan bahwa standar kualifikasi S2 untuk sekolah RSBI yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta telah terpenuhi. Karena standar untuk SMA/MA yang bertaraf internasional minimal mempunyai tenaga pendidik berijasah S2 adalah 30% dan SMA Negeri 1 Surakarta telah mencapai 35,41 %. Selain dalam hal kualifikasi akademik pendidikan S2, terdapat prasayarat lain dalam pemenuhuan standar yakni penguasaan bahasa Inggris commitRSBI to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
terutama pada pelajaran MIPA yaitu seperti fisika, kimia, biologi, matematika. Untuk ketentuan penggunaan bahasa Inggris adalah sekitar 4050%. Dan seharusnya tahun ini ditingkatkan menjadi 75% karena SMA Negeri 1 Surakarta telah melewati tahap pendampingan. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Didalam ketentuan dari guru RSBI itu ada tuntutan memiliki kualifikasi ijasah S2. Dan di SMA Negeri 1 Surakarta sudah hampir 50% sesuai dengan tuntutan persyaratan RSBI. Dan untuk pengantar pembelajaran di kelas sifatnya bilingual secara bertahap, sementara waktu untuk mapel MIPA seperti fisika, kimia, biologi ya sekitar 40-50%”. Ditambah dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan IV pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : ”Untuk penggunaan bahasa Inggris di RSBI itu idealnya bilingual, kalau tahun kemarin itu kan 50%, sekarang ditingkatkan menjadi 75%, dan itu tergantung guru masing-masing. Untuk guru-guru eksakta mengajarnya dengan bahasa Inggris. Namun kadang ada beberapa anak yang kurang mengerti, jadi kita harus pandai-pandai memilah apa yang akan digunakan dengan bahasa Inggris mana yang akan dengan bahasa Indonesia. Guru-guru juga tidak mau nilai ujian murid-murid kurang baik karena kurang paham terhadap penjelasan guru yang menggunakan bahasa Inggris. Hal yang sama juga diungkapkan oleh siswa bahwa pembelajaran dikelas rata-rata guru yang sudah menerapkan pembelajaran dengan pengantar bilingual antara 50% sudah berbahasa Inggris yakni pada mata pelajaran tertentu /MIPA. Hal tersebut sesuai dengan pendapat informan V dari hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “Untuk penggunaan bahasa Inggris dikelas, rata-rata sudah 50% guru menggunakan bahasa Inggris dalam pengantar pembelajaran”. Didalam analisis dokumen rencana kerja tahunan tahun pelajaran 20102011 indikator pencapaiannya adalah 40% Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan bahasa Inggris. Hal ini karna dilihat bahwa kemampuan bahasa Inggris guru-guru terutama mata pelajaran MIPA masih rendah, maka dari itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
target ideal yang ingin dicapai pada tahun ini adalah 80% PBM menggunakan bahasa Inggris. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa guru di SMA Negeri 1 Surakarta banyak yang berkualitas yang telah memenuhi kualifikasi baik S2 ataupun kemampuan berbahasa Inggris antara 30-50%. e. Bahan /Materi yang bertaraf Internasional
Materi yang digunakan dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta adalah sesuai dengan silabus KTSP yang diintegrasi dari kurikulum Cambridge, Australia. Kemudian diikuti oleh RPP dan silabusnya dan untuk referensinya ada yang berbahasa Inggris dan ada yang berbahasa Indonesia. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Bahan materi yang digunakan berasal dari silabus KTSP ditambah dengan mengadopsi kurikulum Cambridge Internasional. Untuk buku mapel MIPA yang diwajibkan berbahasa Inggris referensinya ada yang berbahasa Inggris dan ada bahasa Indonesia. Sedangkan untuk penggunaan bahasa Inggris guru juga harus memilah secara cermat tentang perbandingan antara nilai siswa jika menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia. Karena didalam UAN itu tidak membedakan antara sekolah reguler dengan RSBI/SBI”. Ditambah pula dengan pendapat informan III dalam wawancara tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : “Bahan ajar ya digunakan di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta sudah sesuai dengan KTSP yang sudah disetujui kurikulum, kemudian ada RPP, silabus dll”. Untuk sumber belajar, selain menggunakan referensi berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris juga menggunakan buku-buku yang setingkat lebih tinggi dari SMA yakni buku perkuliahan. Untuk cara mendapatkannya bisa lewat buku perpustakaan atau dari internet maupun website bisa dengan cara mendownload lewat blog. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Sumber belajarnya, selain tatap muka dikelas juga menggunakan E-learning, yakni dengan mencari materi lewat website atau blog yang yang didapat dari to usermateri, dan pengiriman tugas juga internet. Selain itu pemberiancommit tugas-tugas
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
bisa menggunakan E-learning tersebut”. Ditambah dengan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan IV pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Materi bahan ajarnya menyesuaikan dari kurikulum KTSP Plus. Untuk referensi buku-buku ada yang berbahasa Inggris maupun Indonesia, atau yang sedikit lebih tinggi dari tingkat SMA yaitu perkuliahan. Untuk sumber belajarnya banyak, baik dari buku-buku referensi maupun dari internet, ataupun web dengan menggunakan E-Learning dan itu sudah tertuliskan dalam RPP”. Bahan ajar yang tersedia di SMA Negeri 1 Surakarta adalah berupa buku teks siswa, buku teks guru, dan LKS/ student worksheet. Untuk bahan ajar pada mata pelajaran MIPA yang berbahasa Inggris masih minim. Sedangkan untuk software pembelajarannya juga masih dalam bahasa Indonesia. Dari beberapa penjelasan hasil penelitian diatas maka peneliti simpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta disesuaikan dengan silabus dan kurikulum yang digunakan. Dimana berupa buku teks siswa, buku teks guru, dan LKS/ student worksheet dan sumber belajar dan software pembelajarannya ada yang referensi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, namun yang referensi bahasa Inggris masih minim. f.
Metode Pembelajaran yang Aktif dan Inovatif
Metode pembelajaran yang digunakan di SMA Negeri 1 Surakarta biasanya disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Dan guru-guru di program RSBI biasanya menggunakan metode inquiry eksperimental dalam pembelajaran dan guru berperan bukan hanya sebagai pengajar, namun lebih sebagai fasilitator, inovator dan motivator. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan IV pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Metode yang kita gunakan tentunya disesuaikan dengan materi yang akan kita ajarkan. Bisa menggunakan strategi pembelajaran yang diantaranya audiovisual, karna setiap orang dan ruang kan sudah disediakan sarana prasarana yang lengkap mulai dari laptop, kemudian komputer, LCD, layar proyektor jadi sudah lengkap. Kalau metode pembelajaran yang diantaranya kita pakai inquiry instrumental yang diterapkan pada materi tertentu, dan semuanya itu bisa berjalan optimal, dan memang targetnya kita juga memang seperti itu, kalau ada kendala 1,2 orang anak itu sudahcommit wajar”.to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Guru di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta sudah menggunakan metode pembelajaran yang aktif dan inovatif. Dengan metode tersebut sehingga membuat pembelajaran terkesan menyenangkan. Dan biasanya guru menggunakan metode presentasi dengan menggunakan powerpoint atau dengan diskusi kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat informan V dari hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “Metode yang digunakan guru selalu menerapkan aplikasi sesuai RSBI. Seperti membuat presentasi dengan powerpoint/ macromedia sehingga selalu melatih siswa dalam berkreasi dan berkarya selama proses KBM. Evaluasi biasanya dilakukan setelah presentasi selesai kami bawakan didepan kelas. Dengan memberi catatan-catatan kekurangan maupun kelebihan dari presentasi yang telah kami bawakan, semua itu menambah semangat kami dalam berkarya dan selalu belajar dalam berkompetensi yang sehat dalam kelas”. Dalam hasil observasi peneliti juga melihat guru telah menggunakan metode yang variatif dan inovatif dengan dibantu media yang lengkap seperti Komputer/ laptop, LCD proyektor dan membuat siswanya aktif dan pembelajaran berjalan optimal. Antara lain misalnya diskusi, presentasi, demonstrasi dan ceramah, inquiry. Dari uraian penjelasan diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta sudah aktif dan inovatif. Guru kebanyakan menggunakan metode inquiry eksperimental dan pembelajarannya bersifat variatif dan berpusat pada siswa, sehingga siswa lebih aktif dan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. g. Media yang Lengkap dan Variatif
Media yang tersedia dan digunakan dalam pembelajaran RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta sudah digunakan IT dan elektronik yang lengkap dan memenuhi standar RSBI. Media pembelajaran RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta semuanya sudah berbasis ICT mulai dari IT dan kelengkapnnya. Sedangkan media yang sering digunakan adalah audiovisual, yakni dengan gambar dan suara dan peralatan lain yang mendukung, misalnya komputer, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
laptop, LCD proyektor. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan IV dalam hasil wawancara pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Media pembelajaran yang digunakan adalah audiovisual dengan fasilitas yang lengkap dari IT dll. Untuk status SMA Negeri 1 Surakarta sebenarnya sudah menjadi SBI, namun surat keputusan menjadi SBI belum turun. Namun dalam penilaian kemarin kita nilainya sudah bagus dan sudah dinilai menjadi SBI”. Ditambah dengan hasil wawancara dengan informan V pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “Media pembelajaran yang digunakan adalah komputer atau laptop dan LCD proyektor”. Dalam pengamatan peneliti juga melihat bahwa media yang tersedia dikelas adalah sudah sangat lengkap mulai dari komputer, LCD dan proyektor untuk tiap ruang kelas dan tentu saja whiteboard yang harus ada. Berdasarkan uraian pendapat hasil wawancara dan hasil observasi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa media yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta sudah lengkap dan variatif serta ditunjang dengan peralatan yang mendukung seperti komputer, laptop dan LCD proyektor dan sarana dan prasarana yang berbasis TIK. h. Lingkungan yang Kondusif
Kondisi lingkungan yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta dapat dilihat dari dua segi, yakni lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. a) Lingkungan fisik Kondisi lingkungan fisik SMA Negeri 1 Surakarta sudah bagus dan lengkap untuk diselenggarakannya proses pembelajaran yang optimal. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan IV dalam hasil wawancara pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Kondisi lingkungan sekolah sangat mempengaruhi terutama sangat membantu sekali dalam lancarnya pembelajaran, dan di SMA Negeri 1 Surakarta kondisi lingkungannya bagus dan sudah lengkap semuanya ada”. Ditambah pula dengan pendapat informan III dalam wawancara tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : “Kondisi lingkungan di SMA Negeri commit to user 1 Surakarta sudah bagus dan memadai untuk proses belajar”.
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Kondisi lingkungan fisiknya ditunjang dengan komputer, AC dan tempat belajar yang sudah bagus dan memadai untuk proses belajarnya. Serta ruangan yang efektif dengan jumlah siswa 34 orang perkelas untuk kelas RSBI dan ruang kelas yang nyaman. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Lingkungan yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta lebih baik dan lebih menunjang. Terdapat komputer banyak dan lengkap, AC, tempat belajar yang nyaman dan memadai dengan jumlah siswanya 34 orang perkelas”. Dari hasil observasi terlihat kondisi lingkungan fisik yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta sudah lengkap dan representatif. terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah dan ruang-ruang bagian lini kerja lainnya yang representatif. Ruang kelas yang nyaman untuk proses pembelajaran yang lengkap dengan media pembelajaran baik laptop, komputer, LCD. Terdapat ruang-ruang dan bangunan fasilitas siswa dan sekolah seperti perpustakaan dan ruang bimbingan serta sarana-sarana penunjang lainnya yang telah peneliti tuliskan dalam kondisi fisik SMA Negeri 1 Surakarta. b) Lingkungan non fisik Kondisi
lingkungan
yang
baik
akan
mempengaruhi
dalam
pembelajaran. Dari hasil observasi kondisi lingkungan non fisik yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta sudah nyaman karena terlihat bersih, rapi, rindang. Siklus udara yang lancar dan bebas asap rokok serta tidak ada kekerasan. Untuk ketertiban dan keamanannya juga terjaga dengan baik. Terlihat juga kultur sekolah yang selalu aktif dan disiplin. Murid-murid juga terlihat suka membaca dan budaya dan terlihat semangat kompetitif. Dari uraian hasil wawancara dan observasi dapat peneliti simpulkan bahwa kondisi lingkungan di SMA Negeri 1 Surakarta baik dilihat dari fisik maupun non fisik sudah kondusif dan sesuai sesuai kriteria RSBI. Lingkungan sekolah baik fisik maupun non fisik sudah lengkap dan nyaman untuk pelaksanaan pembelajaran dan ideal untuk lingkungan commit to user belajar di RSBI.
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
i. Evaluasi yang Valid
Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran, penilaian dilakukan baik melalui tes atau melalui observasi yang meliputi aspek penilaian kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu juga ada penugasan, baik tugas yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Kemudia ada ujian, baik ujian mid semester, ujian semester dan kenaikan kelas. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru mapel, baik lewat ulangan harian, yang melihat KD, selain itu mestinya juga memberikan evaluasi, atau mungkin lewat tugas, tugas ada yang berstruktur atau tidak berstruktur, tugas mandiri, ulangan-ulangan harian juga, ada ulangan semester dan ada mid semster, dan ada ulangan kenaikan kelas”. Ditambah dengan pendapat informan IV dalam hasil wawancara pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Evaluasi yang dilakukan dengan memberikan tes, baik tes tertulis, observasi, melakukan penilaian baik penilaian kognitif, afektif dan psikomotor, dan selain itu juga ada penugasan-penugasan, tugas itu bisa tugas terstruktur dan tidak terstruktur, atau dengan pembelajaran elektronik lewat internet”. Didalam analisis dokumen disebutkan bahwa instrumen evaluasi pembelajarannya meliputi soal-soal utama, remedial dan pengayaan yang kebanyakan instrumen evaluasi masih dalam bahasa Indonesia. Sedangkan didalam evaluasi program RSBI dilakukan oleh tim ISO dan dilakukan setiap satu tahun sekali melalui hasil-hasil audit. Dan target SMA Negeri 1 Surakarta ialah ingin mempertahankan prestasi ISO itu hingga tahuntahun setelahnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : “Sudah dilaksanakan dan sudah terpenuhi dari hasil-hasil audit, penilaian dari ISO sendiri satu tahun sekali, sampai saat ini masih berlaku sampai mei 2011, maka dari itu target rencana kita ingin mempertahankan ini ketahun-tahun setelahnya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Dari uraian hasil wawancara dan dokumen diatas, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta sudah valid, yakni meliputi aspek penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik, serta tugas dan ujian-ujian baik ujian mid semester, semester atau kenaikan kelas, dan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi soal-soal utama, remedial dan pengayaan.
2. Prestasi Siswa di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
SMA Negeri 1 Surakarta dijadikan dan ditunjuk sebagai sekolah RSBI juga berawal dari segudang prestasi yang dimiliki baik itu gurunya maupun siswanya, penunjukkan SMA Negeri 1 Surakarta menjadi RSBI semakin memacu semangat untuk dapat terus meraih prestasi tidak hanya tingkat kota dan nasional namun akan lebih fokus dalam prestasi tingkat internasional. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai predikat RSBI karena ditunjuk dan dilihat dari segudang prestasinya. Baik itu prestasi siswa ataupun gurunya. Setelah menjadi RSBI, kita meningkatkan lagi prestasi kami tidak hanya kota, jawa tengah tapi yang kita fokuskan adalah kita bisa meraih prestasi baik nasional ataupun internasional. Adapun langkah-langkah yang kami lakukan dapat dengan mengikuti kegiatan-kegiatan dan perlombaan diajang-ajang internasional, baik dipilih oleh jendral direktorat maupun untuk mendaftar sendiri. Apabila dilihat dari prestasi siswa dari input dan outputnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas seperti yang telah peneliti jelaskan pada halaman sebelumnya. Dengan menajemen dan pemantauan dari QMR juga menjadikan kualitas siswanya setiap tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Kualitas siswanya misalnya dari input dan output ini mengalami peningkatan, ini anaknya kita ambil dari bibit yang berkualitas dengan seleksi. Dalam proses pembelajarannya juga dilakukan pembelajaran commit to userICT ini hasilnya lebih meningkat. dilakukan pembelajaran yang berbasis
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
Apalagi didalam pengukurannya UAN sendiri itu tidak ada perbedan antara sekolah reguler dan sekolah RSBI pengukurannya sama, soalnya sama. Jadi wajarlah siswa RSBI kualitasnya meningkat, sarana prasarananya menunjang, kegiatan pembelajarannya menunjang, bibitnya baik”. Ditambah juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : “Kualitas siswa di SMA Negeri 1 Surakarta jelas meningkat, karna setiap tahun terus meningkat dan di QMR sendiri hanya bersifat menumbuhkan kesadaran juga, misalnya target sekolah ingin bisa 100% siswanya lulus semua, seperti itu jadi kita memanajemen bagaimana caranya agar tujuan lulus semua tadi tercapai, apa yang dilakukan juga” Untuk mengetahui prestasi siswa SMA Negeri 1 Surakarta, terutama output dan kualitas lulusannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.3. Profile Lulusan yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
No
Keterangan
Jumlah Siswa pada Tahun Ajaran
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Lulusan 397 406 401 Diterima di PTN Akreditasi A 386 339 349 Diterima di PTN Akreditasi B Diterima di PTN Akreditasi C Diterima di PTS Akreditasi A 46 31 Diterima di PTS Akreditasi B Diterima di PTS Akreditasi C Diterima di Perguruan Tinggi 8 di Luar Negeri 1 9 Tidak terdeteksi 11 21 20 Sumber : Dokumen Program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
463 369
Dari tabel profile jumlah lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi dapat diamati pula tentang jumlah lulusan pada 4 tahun terakhir yakni pada berturut-turut dari tahun pelajaran 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 dan 2009/2010 adalah 397 siswa, 406 siswa, 401 siswa dan 463 siswa. Untuk tingkat kelulusannya SMA Negeri 1 Surakarta tiap tahunnya to user siswanya selalu lulus 100% halcommit tersebut seperti yang diungkapkan dari hasil
42
1 51
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
wawancara dengan informan I pada tanggal 3 juni 2011 menyatakan bahwa : “Kita muridnya selalu lulus 100%, dan dari data itu kita muridnya banyak yang pindah dan banyak yang meninggal juga”. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata setiap tahunnya jumlah input siswa di SMA Negeri 1 Surakarta meningkat dan untuk kelulusannya selama ini selalu 100% lulus semuanya dan sebagian besar lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri yang terakreditasi A dan sebagian kecil lainnya di terima di PTS Akreditasi A. Apabila dilihat dari berbagai sisi prestasi yang lain, dari hasil observasi langsung peneliti juga telah melihat banyak sekali piala dan penghargaan yang diraih oleh siswa-siswa SMA Negeri 1 Surakarta baik lingkup nasional maupun internasional. Sedangkan dalam pemenuhan standar keunggulan siswa yang bertaraf internasional sebenarnya SMA Negeri 1 Surakarta belum banyak memiliki, hanya beberapa siswa saja. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Untuk standar luar negeri untuk bidang MIPA kita baru dibawahnya sedikit, namun kita hanya baru beberapa anak saja yang memenuhi kualifikasi, kira-kira baru lima anak kalau tidak salah yang baru memenuhi. Jadi memang ada upaya untuk meningkatkan prestasi”. Didalam analisis dokumen juga ditemukan banyak sekali prestasi siswa, baik itu prestasi akademik maupun prestasi non akademik, baik tingkatannya lokal maupun internasional. Untuk prestasi akademik ada yang melalui proses berjanjang dan tanpa proses berjenjang begitu pula dengan prestasi non akademik. Dan beberapa prestasi tersebut selama 3 tahun terakhir yang datanya dapat dilihat pada lampiran 5 hal 165-167 Dari uraian hasil wawancara, observasi maupun dokumen diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa prestasi siswa program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta sangatlah tinggi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Baik dilihat dari inputnya dari bibit unggul proses pembelajaran yang optimal dan output lulusannya selalu 100% dan banyak yang diterima di perguruan tinggi commit to user negeri yang terakreditasi A.
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
3. Faktor - Faktor Penunjang dan Faktor - Faktor Penghambat Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
a. Faktor Penunjang 1) Sumber dana yang lancar Faktor-faktor pendukung yang menunjang pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta sangatlah banyak, diantaranya adalah yang utama pembiayaan/ block grant dari pemerintah, sehingga fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki sekolah standart RSBI dapat terpenuhi seperti halnya gedungnya, lingkungannya, peralatannya, laboratoriumnya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Untuk faktor penunjang, karna ada fasilitas dana blockgrant dari pemerintah, sehingga fasilitas yang harus dimiliki oleh RSBI bisa kita penuhi. Block grant dan danapun juga sudah diberikan sekitar 300600 jutaan dan sebagian besar digunakan di fasilitas. Dan dari situ kita bisa mencukupi sarana untuk menjadi sekolah RSBI, terutama di bidang IT, kemudian peningkatan wawasan tenaga pengajarnya, termasuk materinya”. Pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada sekolah sekolah RSBI yakni sekitar 300 – 600 juta setiap tahunnya. Dan di SMA Negeri 1 Surakarta sebagian besar dananya digunakan untuk perbaikan fasilitas, yakni untuk mencukupi sarana untuk menjadi sekolah standart RSBI, terutama di bidang IT, peningkatan wawasan tenaga pengajar dan materi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Block grant dan danapun juga sudah diberikan sekitar 300-600 jutaan dan sebagian besar digunakan di fasilitas. Dan dari situ kita bisa mencukupi sarana untuk menjadi sekolah RSBI, terutama di bidang IT, kemudian peningkatan wawasan tenaga pengajarnya, termasuk materinya”. Sumber biayanya RSBI berasal dari APBN, APBD Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan masyarakat dan atau orang tua. Daftar penggunaan commit to user anggaran tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4. Daftar Penggunaan Sumber Biaya Sekolah RSBI
Penggunaan
Sumber Biaya
Untuk biaya operasional dalam rangka pengembangan
APBN
kapasitas untuk menuju standar kualitas SBI
1.Proses Pembelajaran (30%)
2.Sarana penunjang PBM (25%)
3.Manajemen Maksimal 20%
4.Subsidi siswa miskin dan kesiswaan (25%)
APBD
Untuk biaya investasi dan biaya operasional
Prov/Kab/Kota
rutin
Masyarakat
Biaya investasi dan operasional untuk menutup
dan
atau Orang Tua
kekurangan biaya dari APBN dan APBD untuk menuju standar kualitas SBI
Sumber : Dokumen Program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumber dana yang merupakan faktor penunjang utama dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta berasal dari APBN, APBD dan masyarakat. Sumber biaya yang terbanyak berasal dari APBN dan kebanyakan dialokasikan kedalam biaya operasional untuk memenuhi standar kualitas SBI, yang diantaranya adalah Proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, manajemen dan kesiswaan. Kemudian dari APBD dan masyarakat/ orang tua adalah untuk investasi dan biaya operasional. 2) Sarana dan Prasarana yang memadai Sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sangat memenuhi dan mendukung untuk optimalnya pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Surakarta diantaranya : a) Laboratorium dan perpustakaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
Laboratorium yang ada adalah laboratorium Fisika, Kimia, Biologi, laboratorium Bahasa, laboratorium Komputer dan laboratorium Multimedia b) TRRC ( Teacher Research and Resource Center) c) Perangkat TIK dikelas d) Software pembelajaran e) Server PAS/ komputer (Sumber : Dokumen Program RSBI ) Dan hampir semua kelengkapan tersebut sudah tersedia dalam rangka untuk mencapai standart RSBI yang ditetapkan Diknas secara bertahap. Dan untuk memperkuat faktor penunjang tersebut kepala sekolah SMA Negeri 1 Surakarta juga membuat kebijakan terkait sarana dan prasarana yang tersedia diantaranya adalah : •
Kelas Berbasis ICT
•
Perpustakaan Berbasis ICT
•
Jaringan internet tiap kelas
•
Clean school
•
Green school
•
Toilet bersih dan harum
•
TRRC ( pusat pengembangan )
•
Lab. bahasa Inggris
(Sumber : Dokumen Program RSBI) Menurut peneliti sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta secara bertahap memang sudah lengkap dan dan memenuhi dengan standar RSBI serta sangat menunjang sekali untuk keefektifan pelaksanaan pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas, serta memacu siswa untuk terus produktif dalam menunjang prestasinya, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang bertaraf internasional serta sekolah juga dapat unggul dan dapat berproses menjadi SBI. Faktor pendukung lain selain yang telah dijabarkan diatas antara lain commit to user faktor non materi yakni kesepakatan dari seluruh akademika SMA Negeri
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
1 Surakarta untuk menjadi SBI. Setelah didapatkannya sertifikat ISO, serta dukungan dan harapan stakeholder dan dari semua lini kerja juga sangat mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan III dalam wawancara pada tanggal 5 Mei 2011 sebagai berikut : "Sarana dan prasarananya sudah bagus dan memenuhi, seperti ada AC, Komputer, terkoneksi dengan internet,dll”. Ditambah dengan pendapat informan IV dalam hasil wawancara pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Faktor pendukungnya banyak sekali, mulai dari sarana dan prasarana yang lengkap dan terpenuhi, fasilitas yang mendukung, kemudian dari tenaga-tenaga pendidik yang unggul, dan siswa-siswanya yang pilihan”. 3) Manajemen sekolah yang dikelola dengan baik Manajemen sekolah yang diterapkan di SMA Negeri 1 Surakarta sangat pendukung terselenggaranya pembelajaran yang tertib dan menumbuhkan kedisiplinan yang baik di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta. Kebijakan kepala sekolah terkait manajemen sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta untuk tahun pelajaran 2010/2011 yaitu :
Lima belas menit sebelum jam 07.00 pagi kepala sekolah mengadakan pengecekan kehadiran guru pengajar jam pertama (setiap hari) o Bel masuk dengan lagu Indonesia raya, Bel istirahat I dengan lagu padamu negeri, Bel istirahat II dengan lagu maju tak gentar, Bel selesai KBM dengan lagu syukur
Tertib admininstrasi/manajemen ISO
Efisiensi dan transparansi anggaran
Pembinaan setiap lini kerja di luar jam KBM.
Monitoring, evaluasi dan supervisi secara periodik. (Sumber : Dokumen Program RSBI) Selain itu manajeman yang baik di SMA Negeri 1 Surakarta
menjadikan SMA Negeri 1 Surakarta mendapatkan sertifikat ISO 9001 : commit user Sehingga sasaran mutu SMA 2008 dari TUV Rheinland Cert toGmbH.
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
Negeri 1 Surakarta pada tahun ini adalah akan meningkatkan manajemen sekolah untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001 : 2008 sampai bulan mei 2011. Untuk masalah penilaian akrediatsi, SMA Negeri 1 Surakarta telah mendapat nilai-nilai yang tinggi dalam 8 komponen pembelajaran. Dan untuk rincian nilainya dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.5. Nilai Akreditasi SMA Negeri 1 Surakarta
Komponen
No
Nilai
1
Standar Isi
98
2
Standar Proses
93
3
Standar Kompetensi lulusan
99
4
Standar Pendidik dan tenaga pendidik
98
5
Standar sarana dan prasarana
96
6
Standart pengelolaan
99
7
Standar pembiayaan
99
8
Standart penilaian pendidikan
93
Nilai akhir
97
Sumber : Dokumen Program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 Dari uraian hasil analisis baik wawancara, observasi maupun dokumen diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa faktor-faktor yang mendukung terselenggaranya pelaksanaan pembelajaran yang baik dan optimal sangat banyak. Hal–hal tersebut antara lain sumber pembiayaan baik dari APBN, APBD atau masyarakat, fasilitas dan sarana dan prasarana yang berbasis IT. Serta kelengkapan proses pembelajaran misalnya atau fasilitas sekolah yang lain dan manajeman mutu sekolah yang dijalankan optimal. Kemudian yang paling penting adalah didukung oleh siswa-siswa dan guru-guru yang unggul dan telah siap dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah yang bertaraf internasional. b. Faktor Penghambat Disamping banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 commit to user Surakarta khususnya program RSBI dan faktor-faktor yang menunjang untuk
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
terlaksananya pembelajaran yang baik. Tidak juga tidak dapat dipungkiri juga terdapat sedikit penghambat dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan bilingual dan kualifikasi S2 bagi Guru yang masih minim. Faktor-faktor yang sedikit menghambat diantaranya adalah dari SDM. Yakni SDM guru yang jumlahnya masih sedikit yang dapat memenuhi standart yang ditetapkan dalam program RSBI. Baik mulai dari kualifikasi S2, penggunaan bilingual dalam pengantar pembelajaran. Masalah tersebut salah satu penyebabnya adalah karena kondisi guru yang sudah tua atau kurang berani untuk mengutarakan pembelajaran dengan bahasa Inggris. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Faktor yang sedikit menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di RSBI adalah masih terbatasnya SDM Guru yang memenuhi kualifikasi. Kurangnya dukungan yang bisa mensupport guru-guru untuk bisa lari kencang untuk memenuhi standart RSBI. Mulai dari kualifikasi S2, S2 harus serumpun, Penggunaan bahasa Inggris dll. Karena terkadang tidak semua mau dan mampu. Dan kondisi itulah yang mendukung kami untuk bisa selalu meningkatkan mutu dan kemampuan”. Hal tersebut ditambah dengan pernyataan yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Sedikit masalahnya mungkin terkait dengan bilingual, kalau kita gurunya sudah tua ya harus belajar lagi, sebenarnya kalau disuruh belajar lagi lebih milih mempercepat pengajuan masa pensiunnya”. 2) Pelaksanaan Kurikulum RSBI yang belum maksimal Dalam kurikulum sendiri dirasa kurang dapat memantapkan kurikulum KTSP dan pengembangan yang mengadopsi dan adaptasi dari Cambridge Australia dengan waktu yang terbatas, sehingga kurangnya instrumen evaluasi pengayaan dan pendalaman materi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukan oleh informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Kemudian yang kedua didalam commit to user yang banyak tapi waktunya yang memantapkan KTSP, kadang kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
terbatas, sehingga kurang dilakukannya pengayaan dan pendalaman materi, karna waktu yang tersedia sangat sedikit”. Dalam perangkat kurikulumnya juga dalam analisis dokumen masih banyak silabus dan RPP untuk program sains dan matematika yang masih berbahasa Indonesia, serta juga minimnya bahan ajar dan instrumen evaluasi yang berbahasa Inggris. Selain kedua kendala utama diatas terdapat juga kendala kecil yang terjadi, misalnya saja dalam pembelajaran dikelas kendala siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan bahasa Inggris sebenarnya ada, namun cuma 1,2 siswa saja dan itu sudah merupakan hal yang wajar, namun kebanyak siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dikelas dengan menggunakan pengantar bahasa Inggris. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan IV dalam hasil wawancara pada 3 Mei 2011 sebagai berikut : “Untuk siswa yang kurang paham dengan pengantar pembelajaran dengan bahasa Inggris ada 1,2 tentunya ada. Dan seorang guru harus pandai-pandai memotivasi anak tersebut. Ada juga dengan melakukan pengajaran remedial, memberi motivasi, reward. Hal tersebut untuk menumbuhkan semangat belajar siswa dan agar tidak merasa direndahkan”. Ditambah dengan hasil wawancara dengan informan V pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “Iya mbak saya dapat mengikuti”. Dari siswanya sendiri permasalahan yang dihadapi adalah beban tugas yang diterima semakin banyak, sehingga mereka harus pandai-pandai membagi waktu dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan V pada tanggal 9 Mei 2011 sebagai berikut : “ Banyaknya tugas kelompok yang berupa presentasi”. Selain permasalahan diatas, terdapat juga kendala dari luar yakni kurangnya dukungan dari Stakeholder, persepsi/Image masyarakat yang tidak penuh dan negatif penilaiannya. Mereka kurang yakin dengan arahan dan masa depan RSBI antara hasil lulusan program RSBI dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan. Seain itu dukungan dari pemerintah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
yang tidak optimal dan kurang percaya terhadap arahan yang akan dibawa oleh sekolah-sekolah RSBI juga menjadi hambatan eksternal. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Image masyarakat yang miring dan dukungan masyarakat yang setengah-setengah. Kabar yang sekolah RSBI hanya biayanya yang mahal, namun sebenarnya pembelajarannya sama saja itulah yang dilihat masyarakat dari luar. Padahal sebenarnya biaya yang mahal di RSBI memang digunakan untuk pengelolaan dan fasilitas RSBI yang sangat banyak. Kemudian selain itu pandangan pemerintah yang kurang percaya dan khawatir akan dibawa kemana RSBI.”. Dari hasil analisis data dapat dirangkum selengkapnya beberapa kendala yang peneliti lihat antara kenyataan yang telah tercapai dengan target ideal standar RSBI yang belum/ sedikit diraih oleh SMA Negeri 1 Surakarta seperti yang ada pada lampiran 11 halaman 221 Dari hasil wawancara, dan analisis dokumen, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa
sebenarnya
faktor
pendukung
pelaksanaan
pembelajaran program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta sangatlah banyak. Namun masih terdapat pula sedikit kendala/ penghambat dalam pencapaian tujuan
dan
masih
dirasa
minim
komponen-komponen
pelaksanaan
pembelajaran program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta. Hal- hal tersebut misalnya minimnya tenaga guru untuk melaksanakan pembelajaran bilingual dan tuntutan kualifikasi akademik, sarana dan prasarana yang masih terbatas, pelaksanaan pembelajaran dan komponennya yang masih berbahasa Indonesia, serta manajemen dan kesiswaannya yang kurang optimal.
4. Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
1) Pelatihan Bahasa Inggris dan Peningkatan Kualifikasi Guru ke S2 Ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan yang paling terasa adalah pada kemampuan berbahasa commit to user Inggris yang harus dimiliki oleh guru. Namun telah banyak upaya yang
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
dilakukan untuk mengatasi salah satunya dengan pelatihan bahasa Inggris yang berjenjang. Pelatihannya ditujukan baik untuk guru MIPA maupun guruguru yang lain hingga sekarang. Selain itu ada lokakarya, kerjasama dengan instansi lain serta, peningkatan kesejahteraan guru. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Untuk hambatan yang paling terasa itu di SDM, maka dari itu upaya yang kita lakukan dengan mengadakan pelatihan. Pelatihan yang dilakukan secara berjenjang, mulai dari tahap dasar hingga ketahap yang sulit. Pelatihan dilakukan secara berkelompok dan terus menerus sampai sekarang”. Ditambah pula dengan pendapat dari informan II dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2011 sebagai berikut : “Terdapat sedikit penghambat dalam kaitannya dengan pengantar bahasa Inggris dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya ialah dengan mengadakan pelatihan bahasa Inggris untuk Bapak Ibu guru dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Selain hal tersebut terdapat pula kerjasama dengan UNS dalam penyajian menyampaikan materi secara bilingual. Dilakukan pula peningkatan kesejahteraan guru”. Sedangkan untuk peningkatan kualifikasi guru ke S2 itu sebenarnya adalah biaya sendiri hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : ”selain itu untuk peningkatan kualifikasi akademis S2 guru itu memang biaya sendiri”. Namun dari sekolah juga memberikan subsidi kepada 1 guru untuk melanjutkan studi ke S2. 2) Pengintegrasian kurikulum secara lengkap. Hambatan pelaksanaan kurikulum RSBI yang belum optimal dalam analisis dokumen diatasi dengan cara menyediakan berbagai perangkat kurikulum dengan bahasa Inggris, yang diantaranya pada silabus, bahan ajar, RPP, Software pembelajaran serta instrumen evaluasi. Hal tersebut untuk memenuhi standar SBI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
Untuk lebih lengkap dan detail mengenai solusi yang diambil program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta dalam mengatasi hambatan, selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 10 halaman 211 Dari uraian penjelasan dan tabel diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa cara-cara/ solusi yang diambil untuk mengatasi masalah/ faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran meliputi pelatihan bahasa Inggris dan peningkatan kualifikasi guru ke S2 serta pengintegrasian kurikulum secara lengkap. Guru yang masih mengalami kesukaran dalam bahasa Inggris dan IT telah disediakan pelatihan, dan yang mampu dapat melanjutkan kualifikasi S2. Seluruh perangkat kurikulum yang masih berbahasa Indonesia dibuat dalam bahasa Inggris. Kurikulum yang belum mengacu pada standar internasional distandarkan sesuai KTSP Plus yang diterapkan.
5. Upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam Rangka untuk Meningkatkan
Predikat Sekolah dari RSBI Menjadi SBI
a. Melengkapi Instrumen Kriteria Persyaratan SBI SMA Negeri 1 Surakarta pada awalnya menjadi sekolah Rintisan bertaraf Internasional dan menuju sekolah yang bertaraf internasional adalah merupakan kewenangan dari Direktorat Jendral pendidikan. Penunjukkan dilakukan setelah dilakukan validasi atau penilaian setiap tahunnya dengan instrumen yang telah ditetapkan. Dari direktorat yang akan menentukan layak atau tidaknya sekolah untuk terus menjadi sekolah RSBI ataukah sudah layak untuk meningkat menjadi sekolah yang bertaraf internasional (SBI). Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal 3 mei 2011 sebagai berikut : “Perpindahan dari RSBI menjadi SBI adalah proses. Yang menentukan menjadi SBI atau tidak itu dari direktorat. Penilaian dilakukan dengan validasi pada perkembangan setiap tahunnya dengan instrumen yang telah ditetapkan. Selain itu juga ada pelatihan IT, pelatihan bahasa Inggris yang dibiayai dari dana block grant. selain itu untuk peningkatan kualifikasi akademis S2 guru itu memang biaya sendiri, jadi umumnya untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
meningkatkan dari RSBI menjadi SBI itu kita melengkapi instrumeninstrumen dari direktorat Mendikdasmen”. Didalam berproses dari RSBI menuju SBI harus memenuhi persyaratan yang ada dalam SBI diantaranya harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar minimal SNP. Dimana Standar Nasional Pendidikan (SNP) meliputi 8 komponen yaitu : standar isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan dan Standar penilaian pendidikan. Kemudian selain memenuhi 8 komponen SNP tersebut juga diberikan pendampingan, pembimbingan, penguatan, dalam bentuk Rintisan SBI (RSBI). Selain memenuhi kriteria minimal tadi, juga ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi sekolah yang bertaraf internasional (SBI) yakni sebagai berikut : Tabel 4.6. Kriteria Sekolah Bertaraf Internasional
No
Persyaratan
Parameter
1.
SNP
Harus Sudah Terpenuhi
2.
Guru
Min S2/S3: 10% (SD), 20% (SMP), 30% (SMA/K)
3.
Kepala Sekolah
Min S2 dan mampu berbahasa asing secara aktif
4.
Akreditasi
A (95)
5.
Sarana Prasarana
Berbasis TIK
6.
Kurikulum
KTSP diperkaya dengan kurikulum dari negara maju, penerapan SKS pada SMA/SMK
7.
Pembelajaran
Berbasis TIK, dan bilingual (mulai kelas 4 SD), sister school dengan sekolah dari negara maju
8.
Manajemen
Berbasis TIK; ISO 9001 dan ISO 14000
9.
Evaluasi
Menerapkan model UN dan diperkaya dengan sistem ujian internasional (negara maju dan atau negara lain yang memiliki keunggulan tertentu) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
10. Lulusan
Memiliki daya saing internasional dalam melanjutkan pendidikan dan bekerja (SMK)
11. Kultur Sekolah
Terjaminnya Pendidikan Karakter, Bebas Bullying, Demokratis, Partisipatif
12. Pembiayaan
APBN, APBD dan boleh memungut biaya dari masyarakat atas dasar RAPBS yang akuntabel; min 20% peserta didik tidak mampu mendapatkan subsidi pendidikan
Sumber : Dokumen Program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 b. Mengadakan program dan kegiatan yang menunjang untuk menjadi SBI. Dari hasil analisis dokumen, usaha dari SMA
Negeri 1 Surakarta
khusunya dalam program RSBI dalam proses upayanya menuju Sekolah bertaraf internasional (SBI) diantaranya dengan mengadakan program dan kegiatan sebagai berikut : a) Mempersiapkan kurikulum yang mengacu pada kurikulum negara maju b) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran c) Melatih guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran d) Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru e) Mendapatkan pendampingan dari Tenaga Ahli f) Menjalin sister school g) Meningkatkan kemampuan guru dalam berbahasa internasional h) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (ISO) i) Menyelenggarakan pelatihan leadership untuk Kepala Sekolah j) Melengkapi sarana sekolah (Sumber : Dokumen Program RSBI) Dari berbagai uraian pendapat dan hasil analisis dokumen diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa Upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam Rangka untuk Meningkatkan Predikat Sekolah dari RSBI menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) telah melakukan banyak upaya dan kegiatan. Beberapa kegiatan diantaranya ialah memenuhi tuntutan kriteria sekolah user 12 komponen parameter dan bertaraf internasional yang commit dilihatto dari
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
mengadakan program dan kegiatan yang menunjang untuk menjadi SBI. Yang diantaranya meningkatkan kualitas pembelajaran, guru yang telah memiliki kualifikasi S2 dan mahir berbahasa Inggris, tenaga Ahli dan kepala sekolah, kemudian menjalin sister school, menerapkan Sistem Manajemen Mutu (ISO) yang telah didapat, serta terus meningkatkan kelengkapan sarana dan prasana sekolah.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Pada sub bab ini peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan dilapangan sesuai dengan teori yang berasal dari narasumber baik yang peneliti dapat lewat wawancara maupun dokumen dan kemudian peneliti cek dengan temuan studi peneliti. Adapun hasil analisis data yang telah peneliti kumpulkan di lapangan dan kemudian dihubungkan dengan teori yang sudah ada diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMA Negeri 1 Surakarta adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (8 standar) dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Beberapa komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran yang peneliti temukan dari hasil penelitian baik melalui wawancara, observasi dan dokumentasi adalah sebagai berikut : a. Kurikulum Didalam standar kurikulum Bertaraf internasional, perangkat KTSP disusun berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. KTSP menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan. Perangkat KTSP minimal terdiri atas silabus, bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian siswa. Mengembangkancommit muatantomata user pelajaran setara atau lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya. Hal tersebut yang sesuai dengan arahan Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan kesamaan, dimana kurikulum yang di pakai di SMA Negeri 1 Surakarta adalah kurikulum KTSP Plus. Yaitu kurikulum tingkat nasional yang telah dikembangkan dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari kurikulum Cambridge Australia. KTSPnya disusun berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan perangkat KTSP minimal terdiri atas silabus belajar, bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan instrumen penilaian siswa sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam permendiknas No. 22 tahun 2006. b. Siswa Kualitas peserta didik di program RSBI harus diperhatikan sejak masuk pada saat penerimaan siswa baru hingga pada proses dan kegiatan pembinaan siswa hingga lulus. Siswa baru SBI diseleksi secara ketat mengenai kemampuan akademik, sikap mental, kepribadian dan kesehatan fisik. Seleksi penerimaan siswa baru juga harus memenuhi persyaratan akademik dan non akademik seperti yang diungkapkan oleh Kir Haryana, (2007: 44). Berdasarkan temuan dilapangan juga telah dilakukan seleksi penerimaan siswa baru dan dalam seleksi penerimaan siswa baru program RSBI selain seleksi administrasi dari nilai rapor kelas VII sampai dengan kelas IX untuk mata pelajaran yang diujikan di ujian nasional, juga dengan malalui tes yang meliputi tes potensi akademik, tes psikologi dan tes bahasa Inggris, dan
dan kemudian dilakukan
pembinaan siswa hingga lulus. c. Guru Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) commit toprogram user peningkatan kompetensi guru sekolah harus mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Selain itu kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa Inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru kelompok sains dan matematika hal tersebut yang sesuai dengan Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) Didalam
hasil
penelitian
yang
peneliti
temukan
bahwa
pengembangan dan peningkatan guru di SMA Negeri 1 Surakarta telah diuapayakan dan telah sesuai dengan teori yang ada, yakni kualifikasi guru yang telah memenuhi kualifikasi baik S2 ataupun kemampuan berbahasa Inggris adalah antara 30 - 50%. d. Bahan Ajar Didalam bahan ajar sekolah yang bertaraf internasional yang sesuai Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) terdapat pengembangan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya dalam bentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet) dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc. Sedangkan dalam hasil penelitian dilapangan, juga telah sesuai dengan teori yang ada yakni sesuai dengan kurikulum yang digunakan yang telah diadopsi dan diadaptasi yakni berupa buku teks siswa, buku teks guru, dan LKS/ student worksheet dan sumber belajar dan software pembelajarannya ada yang referensi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, namun belum dimunculkan adanya bahan ajar elektronik yang berbentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc seperti dalam teori diatas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
e.
114 digilib.uns.ac.id
Metode Pada program rintisan SMA bertaraf internasional proses pembelajarannya berpedoman pada lima prinsip pembelajaran yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005. Dimana didalamnya disebutkan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bercirikan internasional. Seperti pendapat Kir Haryana, 2007: 42 yang menyebutkan ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI diantaranya : 1) Pro-perubahan,
yaitu
proses
pembelajaran
yang
mampu
menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery. 2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student
centered; reflective learning; active
learning; enjoyable dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuannya itu telah memiliki standar internasional. 3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran Dari hasil penemuan dilapangan strategi pembelajaran yang digunakan didalam proses pembelajaran diantaranya audiovisual, dengan sarana prasarana yang lengkap mulai dari laptop, kemudian komputer, LCD, layar proyektor. Terciptanya ruang kelas yang representatif dengan 34 siswa didalamnya. Kalau metode pembelajaran yang diantaranya menggunakan metode inquiry eksperimental yang diterapkan pada materi user optimal. Proses pembelajaran tertentu, dan semuanya commit itu bisatoberjalan
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
berlangsung dengan menyenangkan dengan pembelajaran berpusat pada siswa dan guru bukan hanya berperan sebagai pengajar saja tapi lebih sebagai fasilitator, inovator dan motivator. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 1 Surakarta baik proses KBM nya maupun metode pembelajaran yang digunakan sebagain besar telah memenuhi standar RSBI sesuai dengan teori yang ada. f. Media Pada standar sekolah bertaraf internasional sesuai dengan Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) menyebutkan bahwa media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan berbagai media ICT. Dan didalam hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sesuai dengan teori yang bahwa media ICT yang ada sudah lengkap dan dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan audiovisual dan dilengkapi peralatan yang mendukung seperti komputer, laptop dan LCD proyektor dan sarana dan prasarana yang berbasis TIK. g. Lingkungan (Sarana dan Prasarana) Lingkungan belajar yang kondusif yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta telah yang sesuai pendapat Abdul Majid, (2008: 165) yang mengutip dari pendapat Mulyasa, (2004: 15). Dimana menyebutkan bahwa Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Hal tersebut telah ada di dalam lingkungan pembelajaran SMA Negeri 1 Surakarta. Hal itu misalnya saja fasilitas yang ada sudah sangat lengkap, sarana prasaranyapun memadai. Terdapat Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang kelas, Lab Bahasa, Sarana TU dan ruang-ruang lain yang telah peneliti commit Dan to user sebutkan diuraian sebelumnya. dalam pengaturan lingkungan juga
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
sudah tertata rapi dan penampilan dan sikap guru serta siswa yang disiplin. h. Evaluasi Kegiatan
penilaian
yang
dilakukan
dalam
sekolah
bertaraf
internasional sesuai arahan Dirjen Mendikdasmen (2008: 13) diantaranya dengan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dan termasuk juga penilaian portofolio. Selain itu melalui ujian sekolah, ujian nasional dan ujian internasional yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Didalam Evaluasi pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta juga terdapat penilaian dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik selain itu juga ada tugas-tugas dan tentunya ujian baik ujian sekolah ataupun ujian nasional, sedangkan untuk ujian internasional karena status SMA Negeri 1 Surakarta masih rintisan jadi mungkin belum ada ujian internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data dilapangan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan kesimpulan guna menjawab perumusan masalah. Adapun kesimpulan yang dapat diambil peneliti adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembelajaran SMA Negeri 1 Surakarta
Pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta telah memenuhi standar pelaksanaan pembelajaran untuk sekolah rintisan bertaraf internasional yang diantaranya sudah memenuhi SNP dengan mendapatkan nilai 97. Gurunya telah 35,41% memiliki kualifikasi S2, Memiliki akreditasi A, sarana dan prasarana berbasis TIK. Kurikulum telah diperkaya dengan kurikulum dari Cambridge Australia. Pembelajaran berbasis TIK dan bilingual, manajemen mutunya telah mendapat ISO 9001 pada tahun 2008. Serta mempunyai lulusan yang unggul dan beberapa diantaranya memiliki daya saing internasional. Dan komponen - komponen pembelajaran yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran diantaranya sebagai berikut : a. Kurikulum KTSP Plus Kurikulum yang di pakai di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah kurikulum KTSP Plus yang merupakan kurikulum Nasional pada tingkat satuan pendidikan yang telah dikembangkan dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari Cambridge Australia pada mata pelajaran eksakta. b. Input dan Output Siswa yang Unggul Kualitas siswa di program RSBI SMA Negeri 1 Surakarta adalah sudah unggul, berprestasi dan mampu bersaing secara baik nasional maupun internasional. c. Guru yang berkualitas Guru di SMA Negeri 1 Surakarta banyak yang berkualitas yang telah memenuhi kualifikasi baik S2 ataupun kemampuan berbahasa Inggris commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
adalah antara 30- 50% dan telah memenuhi kualifikasi tenaga pengajar yang sesuai standart RSBI. d. Bahan/ Materi yang bertaraf internasional Bahan ajar yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum KTSP Plus yakni berupa buku teks siswa, buku teks guru, dan LKS/ student worksheet baik berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, namun yang referensi bahasa Inggris masih minim. e. Metode pembelajaran yang aktif dan inovatif Metode pembelajaran yang digunakan di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta sudah aktif dan inovatif. Guru kebanyakan menggunakan metode inquiry eksperimental dan pembelajarannya bersifat variatif dan berpusat pada siswa dan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. f. Media yang lengkap dan variatif Media yang ada di SMA Negeri 1 Surakarta telah berbasis ICT dan sudah lengkap dan variatif. Menggunakan audiovisual dan dilengkapi peralatan seperti komputer, laptop dan LCD proyektor. g. Lingkungan yang kondusif Kondisi lingkungan di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sudah lengkap dan representative dan kondusif h. Evaluasi yang valid Evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta sudah valid. meliputi aspek penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik, serta ujian.
2. Prestasi Siswa di Rintisan RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
Prestasi siswa program RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta sangatlah tinggi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Baik dilihat dari inputnya dari bibit unggul proses pembelajaran yang optimal dan output lulusannya yang memiliki daya saing. serta selalu 100% dan banyak yang diterima di perguruan tinggi negeri yang terakreditasi A. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
3. Faktor - Faktor Penunjang dan Faktor - Faktor Penghambat Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
a. Faktor penunjang 1. Sumber Dana yang lancar Sumber dana yang merupakan faktor penunjang utama dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta berasal dari APBN, APBD dan masyarakat. 2. Sarana dan Prasarana yang memadai Sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sangat memenuhi
dan
mendukung
untuk
optimalnya
pelaksanaan
pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. 3. Manajemen sekolah yang dikelola dengan baik Manajemen yang berjalan di SMA N 1 Surakarta sudah baik, hal ini dibuktikan dengan SMA Negeri 1 Surakarta mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008 dari TUV Rheinland Cert GmbH. b. Faktor Penghambat/ Kendala 1. Penggunaan bilingual dan kualifikasi S2 bagi Guru yang masih minim. Belum banyaknya guru yang menggunakan bilingual dalam pembelajaran. Serta kurangnya guru yang melanjutkan studi S2 linier menjadi sedikit kendala dalam proses pembelajaran yang bertaraf internasional. 2. Pelaksanaan Kurikulum RSBI yang belum maksimal KTSP Plus dan perangkat kurikulum yang dipakai semuanya masih sedikit yang tersedia dalam bahasa Inggris, kebanyakan masih dalam bahasa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
4. Cara-Cara Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta.
a. Pelatihan Bahasa Inggris dan peningkatan kualifikasi Guru ke S2 diadakan pelatihan bahasa Inggris secara berjenjang untuk guru-guru, serta diberikan juga subsidi untuk melanjutkan studi ke S2 b. Pengintegrasian kurikulum secara lengkap. Penerapan kurikulum KTSP Plus secara optimal dan menyediakan berbagai perangkat kurikulum dengan bahasa Inggris. Yang diantaranya pada silabus, bahan ajar, RPP, Software pembelajaran serta instrument evaluasi.
5. Upaya SMA Negeri 1 Surakarta dalam Rangka untuk Meningkatkan
Predikat Sekolah dari RSBI Menjadi Sekolah SBI
a. Melengkapi Instrumen Kriteria Persyaratan SBI Selain memenuhi criteria minimal SNP, juga memenuhi persyaratan criteria untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) b. Mengadakan program dan kegiatan yang menunjang untuk menjadi SBI.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, maka selanjutnya dikemukakan implikasi hasil penelitian analisis pelaksanaan pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi kasus pada SMA Negeri 1 Surakarta). Maka implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut : Dengan berjalannya semua komponen pembelajaran secara baik serta banyaknya komponen yang telah memenuhi standar sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional, sehingga : 1. Dapat membantu SMA Negeri 1 Surakarta dari tingkatan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) 2. Dapat membantu pencapaian tujuan pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan yang bertaraf internasional dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara global. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran-saran yang disampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Komite Sekolah a.
Diharapkan lebih meningkatkan partisipasi para stakeholders SMA Negeri 1 Surakarta untuk turut serta merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan memonitoring pelaksanaan kebijakan sekolah dan kualitas pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta. Dengan cara menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan sekolah yang diperuntukkan bagi semua stakeholders yang minimal 6 bulan sekali.
b.
Diharapkan lebih rutin mengadakan pantauan terhadap kualitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta dengan mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang dikonsultasikan oleh kepala sekolah. Dengan waktu pelaksanaan minimal 3 bulan sekali mengadakan pemantauan baik laporan ataupun observasi langsung.
c.
Diharapkan dapat menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang terkait dan berwenang di tingkat daerah, nasional dan internasional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjalin kerjasama (sister school) dan kerjasama dengan pemerintahan, serta dunia usaha dan industri.
2.
Kepala sekolah a. Kepala Sekolah diharapkan lebih giat mengadakan sosialisasi terkait optimalisasi pelaksanaan pembelajaran di RSBI SMA Negeri 1 Surakarta yang sesua standar SBI. Sosialisasi ditujukan kepada semua civitas akademika baik guru, murid, dan karyawan. Langkahnya untuk guru dapat dengan mentertibkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Baik melalui supervisi atau lewat sosialisasi penguatan saat rapat guru yang diadakan minimal 1 minggu atau 1 bulan sekali. Untuk murid dapat dengan memotivasi dan persuasi untuk terus meningkat dan menjadi to user lulusan yang mempunyaicommit daya saing dan bertaraf internasional.
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kepala
122 digilib.uns.ac.id
sekolah
diharapkan
dapat
mengoptimalkan
pelaksanaan
komponen pembelajaran yang diantaranya proses pembelajaran, sarana dan prasarana, manajemen, dengan cara terus mengevaluasi setiap tahun terhadap pelaksanaan komponen pembelajaran tersebut sehingga proses pencapaian sekolah dari RSBI menjadi SBI dapat tercapai.. 3.
Ketua Program RSBI a. Diharapkan dapat mengkomunikasikan kembali tentang standar-standar RSBI yang harus dijalankan dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta. Sosialisasi dapat dilakukan melalui rapat yang dilakukan baik kepada guru, siswa, karyawan (TU) dan stakeholder. Sebaiknya sosialisasi dilakukan minimal 3 bulan sekali. b. Diharapkan terus mengadakan pemantauan dan evaluasi komponenkomponen pembelajaran yang telah dijalankan. Untuk pelaksanaan evaluasi dan pemantauan minimal 3 bulan sekali, caranya dengan cara observasi langsung atau melelui laporan bulanan dan tahunan yang didapatkan dari tiap-tiap lini kerja.
4.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum a. Diharapkan
dapat
segera
melakukan
pengembangan
kurikulum
internasional dan KTSP Plus yang dirancang. Caranya dengan mewajibkan guru-guru untuk membuat perangkat pembelajaran dengan berbahasa Inggris yang sesuai standar RSBI yang telah ditetapkan. Pelaksanaannya dengan cara minimal seorang guru dapat membuat RPP minimal 4 eksemplar yang berbahasa Inggris dalam 1 tahun. Lebih diutamakan yang guru MIPA untuk dapat membuat dalam bahasa Inggris , sedang untuk mata pelajaran lain minimal 2 eksemplar yang berbahasa Inggris dalam 1 tahun. 5.
Guru-Guru Program RSBI a. Lebih meningkatkan kualifikasi baik akademik, bahasa Inggris maupun kemampuan IT untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai standar internasional. Minimal seminggu sekali dapat mempraktekkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
pengajaran dengan bahasa Inggris 3 kali. Untuk pelatihannya dapat dengan mengikuti kursus bahasa Inggris maupun dengan belajar sendiri. b. Diharapkan menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student centered; reflective learning; active learning; enjoyable dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuannya itu telah memiliki standar internasional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara guru menerapkan model pembelajaran yang tidak pasif dan selalu bervariasi. Untuk waktunya bisa dilakukan baik pada setiap proses belajar mengajar di kelas maupun pada saat pembahasan materi tertentu. 6.
Siswa-Siswa Program RSBI a. Diharapkan dapat berpacu terus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi. Hal tersebut agar mampu menjadi lulusan yang unggul dan mampu berkompetensi secara nasional maupun internasional dengan cara terus belajar terus menerus dan berprestasi baik dalam akademik maupun non akademik untuk dapat mampu bersaing secara internasional dengan minimal lulus dan mendapat nilai bagus pada saat kelulusan. b. Diharapkan mampu menggunakan fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam
pembelajaran
sebagaimana
mestinya
untuk
mendukung
peningkatan pembelajaran yang optimal, misalnya dengan menggunakan internet untuk belajar atau dengan cara mengikuti kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya sehingga dapat menunjang bakat dan dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah.
commit to user