ANALISIS NILAI TAMBAH IKAN LELE PADA INDUSTRI MAKANAN OLAHAN LELE AL-FADH KABUPATEN BOYOLALI Nadia Nur Sholihah, R. Kunto Adi, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon : +62 271 637457 Email:
[email protected]. Hp: 085725008833 Abstract: This research aims to determine and knowing the difference of profits, profitability, efficiency, value-added per kilogram of raw materials and value-added per worker of a catfish processing to be sweet shredded catfish, catfish crackers, catfish meatchips in the Al-Fadh food industry. The basic method used in this research is analytical descriptive. Location of the study is the Al-Fadh food industry in Boyolali. The data used was the analysis of profitability, efficiency, profitability, value added, and the F distribution, analysis technique with ANOVA.The results showed gains sweet shredded catfish is Rp 4.209.009,00; catfish crackers is Rp 1.036.370,00; and catfish meat chips is Rp 2.021.831,00. Sweet shredded catfish profitability is 89,53%; catfish crackers is 48,48%; and catfish meat chips is 81,97%. Efficiency of sweet shredded catfish is 1,90; catfish crackers is 1,48; and catfish meat chips is 1,82. The value added per kilogram of raw material catfish is Rp 27.641,00; catfish crackers is Rp 124.813,00; and catfish meat chips is Rp 64.111,00. The value added per hour of labor is Rp 18.355,00; catfishcrackers is Rp 7.898,00; and catfish meat chips is Rp 12.856,00. There is a noticeable difference in the value added by the processing of raw materials into sweet shredded catfish, catfish crackers, and in the Al-Fadh food industry in Boyolali. Keywords: Al-Fadh Food Industry, Value Added Analysis, Analysis of Distribution F Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar dan perbedaan keuntungan, profitabilitas, efisiensi, nilai tambah per kilogram bahan baku dan nilai tambah per tenaga kerja pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele di industri makanan olahan lele Al-Fadh. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.Lokasi penelitian yaitu industri makanan olahan lele AlFadh Kabupaten Boyolali.Analisis data yang digunakan adalah analisis keuntungan, efisiensi, profitabilitas, nilai tambah, dan analisis distribusi F dengan teknik ANOVA.Hasil penelitian menunjukkan keuntungan produk abon lele manis Rp 4.209.009,00; kerupuk lele Rp 1.036.370,00; dan keripik daging lele Rp 2.021.831,00. Profitabilitas produk abon lele manis 89,53%; kerupuk lele 48,48%; dan keripik daging lele 81,97%. Efisiensi usaha produk abon lele manis 1,90; kerupuk lele 1,48; dan keripik daging lele 1,82. Nilai tambah per kilogram bahan baku abon lele manis Rp 27.641,00; kerupuk lele Rp 124.813,00, dan keripik daging lele Rp 64.111,00. Nilai tambah per jam tenaga kerja abon lele manis Rp 18.355,00, kerupuk lele Rp 7.898,00, dan keripik daging lele Rp 12.856,00. Perbedaan nyata terdapat pada nilai tambah per bahan baku pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele di industri makanan olahan lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali. Kata Kunci: Industri Makanan Olahan lele Al-Fadh, Analisis Nilai Tambah, Analisis Distribusi F
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian.Sektor pertanian merupakan sektor yang penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat Indonesia.Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Salah satu solusi untuk mengembangkan subsektor pertanian adalah melalui agroindustri. Agroindustri adalah industri yang mengolah hasil pertanian sebagai bahan baku atau produk akhir (Supriadi, 2006). Pengembangan agroindustri menjadi salah satu upaya Kabupaten Boyolali untuk mendorong pendapatan masyarakat. Kabupaten Boyolali memiliki keunggulan pada subsektor perikanan yaitu memiliki jumlah produksi perikanan budidaya yang tinggi. Produksi ikan lele di Kabupaten Boyolali memiliki jumlah tertinggi.Banyaknya ikan lele dengan ukuran oversize yang tidak laku terjual mendorong munculnya inovasi mengolah ikan lele menjadi berbagai macam produk makanan olahan lele. Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Nilai tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah tersebut (Tarigan, 2004). Inovasi pengolahan ikan lele ini dilakukan beberapa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Boyolali terdapat tiga industri pengolahan ikan lele yaitu Karmina, Al-Fadh, dan Alang-Alang. Ketiga industri pengolahan ikan lele
tersebut memiliki perbedaan walaupun terletak dalam satu wilayah Kabupaten Boyolali. Industri makanan olahan lele AlFadh dapat meningkatkan nilai ekonomis ikan lele segar dengan cara mengolah ikan lele menjadi berbagi produk makanan olahan lele. Produk makanan olahan lele yang diteliti oleh peneliti adalah produk unggulan industri makanan olahan lele Al-Fadh dengan tingkat penjualan tertinggi yaitu produk maka abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Setiap produk memiliki proses pengolahan dan lama produksi yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan biaya, penerimaaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah ketiga produk tersebut. Perbedaan tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan nilai tambah produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele Al-Fadh di Kabupaten Boyolali. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian di ini adalah metode deskripsi analisik. Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengja.Penelitian ini dilaksanakan di industri makanan olahan lele Al-Fadh yang tepatnya terletak di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Penelitian dilaksanakan dengan memilih responden secara sengaja (purposive). Dalam penelitian ini, responden adalah pemilik industri makanan olahan lele Al-Fadh. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan pencatatan.
Analisis Usaha. Analisis Biaya. TC1 (Abon Lele Manis) = Biaya Bahan Baku + Biaya Bahan Tambahan + Biaya Kemasan + Biaya Bahan Bakar + Biaya Listrik + Biaya Transportasi + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Penyusutan + Biaya Sewa Bangunan + Biaya Bunga Modal Investasi …………….........…(1) TC2 (Abon Lele Manis) = Biaya Bahan Baku + Biaya Bahan Tambahan + Biaya Kemasan + Biaya Bahan Bakar + Biaya Listrik + Biaya Transportasi + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Penyusutan + Biaya Sewa Bangunan + Biaya Bunga Modal Investasi …………….........…(2) TC3 (Keripik Daging Lele) = Biaya Bahan Baku + Biaya Bahan Tambahan + Biaya Kemasan + Biaya Bahan Bakar + Biaya Listrik + Biaya Transportasi + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Penyusutan + Biaya Sewa Bangunan + Biaya Bunga Modal Investasi …………….................................…(3) Penerimaan Usahatani Padi. TR1 = P.Q ……………….………….(4) Dimana: TR1: penerimaan total produk abon lele manis (Rp/bulan), Q: jumlah produk abon lele manisyang dihasilkan (Kg), P: harga produk abon lele manisper kilogram (Rupiah/Kg). TR2 = P.Q ……………….………….(5) Dimana: TR2 : penerimaan total produk kerupuk lele (Rp/bulan), Q: jumlah produk abon lele manisyang dihasilkan (Kg), P: harga produk abon lele manisper kilogram (Rupiah/Kg). TR3 = P.Q ……………….………….(6) Dimana: TR3 : penerimaan total produk keripik daging lele (Rp/bulan), Q: jumlah produk abon lele manisyang dihasilkan (Kg), P: harga produk abon lele manisper kilogram (Rupiah/Kg). Keuntungan. π1 = TR1 - TC1 ……….…….....….…(7) Dimana: π1: keuntungan produk abon lele manis (Rp/bln), TR1 = penerimaan total produk abon lele manis(Rp/bln),
dan TC1: biaya total produk kerupuk lele (Rp/bln). π2 = TR2 - TC2 ……….…….....….…(8) Dimana: π2: keuntungan produk kerupuk lele (Rp/bln), TR2 = penerimaan total produk kerupuk lele (Rp/bln), dan TC2: biaya total produk kerupuk lele (Rp/bln). π3 = TR3 - TC3 ……….…….....….…(9) Dimana: π3: keuntungan produk keripik daging lele (Rp/bln), TR3= penerimaan total produk keripik daging lele (Rp/bln), dan TC3: biaya total produk keripik daging lele (Rp/bln). Profitabilitas x 100 % ...…….(10) Profitabilitas = TC Dimana: π: keuntungan produk abon lele manis, kerupuk lele, atau keripik daging lele (Rp/bln), TC: biaya total produk abon lele manis, kerupuk lele, atau keripik daging lele (Rp/bln). Efisiensi. 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 R/C= 𝐶𝑜𝑠𝑡 …………...…...…...(11) Dimana: R: penerimaan produk abon lele manis, kerupuk lele, atau keripik daging lele (Rp/bln) dan C: biaya totalproduk abon lele manis, kerupuk lele, atau keripik daging lele (Rp/bln). Analisis Nilai Tambah. Nilai Tambah Bruto. NTb = Nilai akhir - (Bahan baku + input lain)……………………….…(12) Dimana: NTb: Nilai tambah bruto (Rp/bulan). Nilai Tambah Netto. NTn = NTb – (NP + Bunga Modal investasi + Sewa Bangunan)..……..(13) Dimana: NTn : Nilai tambah netto (Rp/bulan), NTb: Nilai tambah bruto (Rp/bulan), NP: Nilai penyusutan (Rp/bulan). Nilai Tambah per Bahan Baku. NTbb = NTb :∑ bb …….………….(14) Dimana: NTbb: Nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/Kg), NTb: Nilai tambah bruto (Rp/bulan), ∑ bb:
Jumlah bahan baku yang digunakan (Kg/bulan). Nilai Tambah per Tenaga Kerja. NTtk = NTb : ∑TK ……….…..…(15) Dimana: NTtk: Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO), NTb: Nilai tambah bruto (Rp/bulan), ∑TK: Jumlah jam kerja (JKO/bulan). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Industri Makanan Olahan Lele Al-Fadh Industri makanan olahan lele Al-Fadh ini terletak di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.Industri makanan olahan lele Al-Fadh ini didirikan oleh Ibu Eka Supriyatin dengan tenaga kerja. Menurut pemilik industri makanan olahan lele Al-Fadh, usaha pengolahan ikan lele menjadi berbagai produk makanan olahan lele yang sedang dijalankan tersebut merupakan pekerjaan utama. Modal awal industri makanan olahan lele Al-Fadh berasal modal pribadi yaitu sejumlah Rp 5.000.000,00. Namun adanya fasilitasi pihak pemerintahan yaitu Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia industri makanan olahan lele Al-Fadh memperoleh bantuan berupa peralatan modern pada tahun 2011 kemudian pemilik industri makanan olahan lele Al-Fadh berinisiatif meminjam uang Rp 50.000.000,00 di Bank BRI cabang Boyolali. Teknologi pada Industri Makanan Olahan Lele Al-Fadh Teknologi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi pada suatu industri makanan. Awal mulanya teknologi yang digunakan bersifat tradisional.Keadaan tersebut menyebabkan hasil produk yang diciptakan memiliki kualitas dan kuantitas yang tidak maksimal. Permasalahan tersebut diatasi dengan
adanya fasilitasi oleh pemerintahan yaitu BBP4B-BALITBANG KKP berupa bantuan berupa alat-alat modern diberikan kepada industri makanan olahan lele Al-Fadh tersebut untuk mengembangkan usahanya. Alat-alat tersebut berupa deep frying, wajan penggorengan abon, spiner, pengadon kerupuk, hand sealer, foot sealer, continuous sealer, beserta peralatan yang dapat mendukung keberlangsungan proses produksi yaitu meja stainless. Analisis Usaha Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Analisis Biaya. Konsep biaya yang digunakan adalah biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan. Biaya mengusahakan adalah adalah penjumlahan dari biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja dalam, sehingga biaya total produk makanan olahan lele Al-Fadh meliputi biaya bahan baku, bahan tambahan, kemasan, bahan bakar, listrik, transportasi, sewa bangunan, tenaga kerja, penyusutan, dan bunga modal investasi seperti pada tabel 2 (Lampiran). Penerimaan. Tabel 5 menunjukkan bahwa penerimaan pada produk abon lele manis memiliki penerimaan tertinggi yaitu sebesar Rp 8.910.000,00, penerimaan pada produk kerupuk lele sebesar Rp 3.173.950,00, dan penerimaan pada produk keripik daging lele sebesar Rp 4.488.450,00. Harga yang ditentukan oleh pemilik industri makanan olahan lele Al-Fadh tergantung pada berat produk dan jenis kemasan yang digunakan, karena setiap kemasan plastik, alumunium foil dan kardus memiliki harga yang berbeda. Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh besarnya produk yang dihasilkan oleh industri makanan olahan lele Al-Fadh. Semakin banyak produk yang
dihasilkan, maka penerimaan semakin besar.Selain itu, harga produk juga mempengaruhi penerimaan.Semakin tinggi harga produk, maka penerimaan yang diperoleh semakin besar. Keuntungan. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dalam memproduksi abon lele manis adalah sebesar Rp 4.209.009,00; kerupuk lele Rp 1.036.370,00; dan keripik daging lele Rp 2.021.831,00. Besarnya keuntungan produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele dipengaruhi oleh jumlah penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi produk makanan olahan lele. Semakin besar jumlah penerimaan dan semakin sedikit biaya yang dikeluarkan, maka keuntungan yang diperoleh industri makanan olahan lele Al-Fadh semakin besar. Profitabilitas. Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai profitabilitas untuk abon lele manis sebesar 89,53%, untuk kerupuk lele sebesar 48,48%, dan untuk keripik daging lele sebesar 81,97%. Sehingga profitabilitas tertinggi dimiliki oleh produk abon lele manis, kemudian keripik daging lele dan yang terakhir kerupuk lele. Persentase profitabilitas merupakan besarnya kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan keuntungan.Suatu usaha dikatakan menguntungkan apabila nilai tingkat keuntungannya lebih besar dari nol. Usaha pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele termasuk dalam kategori menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari (>) 0% dan layak untuk dijalankan.
Efisiensi Usahatani. Tabel 6 (lampiran) menunjukkan efisiensi usaha produk abon lele manis paling besar dari kedua produk lainnya, yaitu sebesar 1,90 sedangkan kerupuk lele sebesar 1,48 dan keripik daging lele sebesar 1,82. Dari ketiga produk tersebut dapat diketahui bahwa efisiensi tertinggi pada produk abon lele, kedua keripik daging lele dan yang terakhir adalah kerupuk
lele. R/C rasio menunjukkan penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Nilai 1,90 pada abon lele manis berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan memberikan penerimaan sebesar 1,90 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Nilai 1,82 pada keripik daging lele berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan memberikan penerimaan sebesar 1,82 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.Nilai 1,48 pada kerupuk lele berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan memberikan penerimaan sebesar 1,48 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.Semakin besar nilai R/C rasio maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusaha.Hal ini dapat dicapai bila pengusaha mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efisien. Analisis Nilai Tambah Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Nilai tambah netto yang dibagi dengan bahan baku yang digunakan akan didapatkan nilai tambah per bahan baku. Besarnya nilai tambah per bahan baku yang diperoleh dari proses pengolahan daging ikan lele segar menjadi abon lele manis sebesar Rp 27.641,00 per kg, besarnya nilai tambah per bahan baku yang diperoleh dari proses pengolahan daging ikan lele segar menjadi kerupuk lele sebesar Rp 124.813,00 per kg dan besarnya nilai tambah per bahan baku yang diperoleh dari proses pengolahan daging ikan lele segar menjadi keripik daging lele yitu Rp 64.111,00 per kg. Nilai tambah per tenaga kerja untuk memproduksi abon lele manis adalah sebesar Rp 18.355,00, produk kerupuk lele sebesar Rp 7.898, dan keripik daging lele Rp 12.856,00. Untuk setiap satu serangkaian proses produksi abon lele manis memerlukan waktu 8 jam, kerupuk lele 12 jam, dan keripik daging lele 8 jam proses produksi. Upah tenaga kerja di industri makanan olahan
lele adalah Rp 3.500,00 per jam untuk seluruh jenis produk yang diproduksi. Nilai tambah per tenaga kerja paling tinggi adalah produk abon lele manis diikuti keripik daging lele dan kerupuk lele. Abon lele memiliki nilai tambah per tenaga kerja paling tinggi karena nilai tambah bruto abon lele manis cukup tinggi walaupun jumlah jam kerja abon lele manis cukup tinggi pula. Hal tersebut menandakan setiap jam tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi abon lele manis dapat memberikan nilai tambah bagi bahan baku yaitu daging ikan lele. Meskipun kerupuk lele dan keripik daging lele memiliki jumlah jam kerja yang sama tetapi keripik daging lele memiliki nilai tambah per tenaga kerja yang lebih tinggi daripada kerupuk lele. Hal ini disebabkan nilai tambah bruto keripik daging lele lebih tinggi daripada kerupuk lele. Pengujian Hipotesis Keuntungan, Profitabilitas, Efisiensi, dan Nilai Tambah Makanan Olahan Lele AlFadh Keuntungan. Pada tabel 8 (lampiran) hasil uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan Distribusi F yaitu teknik ANOVA (analysis of variances) dengan jenis pengujian klasifikasi satu arah yaitu di bandingkan per proses produksi dengan data yang tidak sama per masing-masing produk menghasilkan nilai F0 (2,39) lebih kecil daripada F0,05(2;6) (5,14). Berdasarkan nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya H1 ditolak. Hal tersebut artinya tidak terdapat perbedaan nyata keuntungan pada pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Profitabilitas. Pada tabel 9 (lampiran) hasil uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan Distribusi F yaitu teknik ANOVA (analysis of variances)
dengan jenis pengujian klasifikasi satu arah yaitu di bandingkan per proses produksi dengan data yang tidak sama per masing-masing produk menghasilkan nilai F0 (3,16) lebih kecil daripada F0,05(2;6) (5,14). Berdasarkan nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya H1 ditolak. Hal tersebut artinya tidak terdapat perbedaan nyata profitabilitas pada pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Efisiensi. Pada tabel 10 (lampiran) hasil uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan Distribusi F yaitu teknik ANOVA (analysis of variances) dengan jenis pengujian klasifikasi satu arah yaitu di bandingkan per proses produksi dengan data yang tidak sama per masing-masing produk menghasilkan nilai F0 (2,60) lebih kecil daripada F0,05(2;6) (5,14). Berdasarkan nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya H1 ditolak. Hal tersebut artinya tidak terdapat perbedaan nyata efisiensi pada pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Nilai Tambah Nilai Tambah per Bahan Baku. Hasil uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan Distribusi F (lampiran 11) yaitu teknik ANOVA (analysis of variances) dengan jenis pengujian klasifikasi satu arah yaitu di bandingkan per proses produksi dengan data yang tidak sama per masing-masing produk menghasilkan nilai F0 (51,58) lebih besar daripada F0,05(2;6) (5,14). Berdasarkan nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H0ditolak artinya H1diterima. Hal tersebut artinya terdapat perbedaan nyata keuntungan pada pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele.
Nilai Tambah Per Tenaga Kerja. Hasil uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan Distribusi F (lampiran 12) yaitu teknik ANOVA (analysis of variances) dengan jenis pengujian klasifikasi satu arah yaitu di bandingkan per proses produksi dengan data yang tidak sama per masing-masing produk menghasilkan nilai F0 (3,68) lebih kecil daripada F0,05(2;6) (5,14). Berdasarkan nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H0 diterima artinya H1 ditolak. Hal tersebut artinya tidak terdapat perbedaan nyata nilai tambah per tenaga kerja pada pengolahan ikan lele menjadi abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Kendala yang Dihadapi Pada produk abon lele manis memiliki kendala pada pengeringan dan penyusutan yang besar setelah mengalami proses pengolahan. Abon lele manis membutuhkan bahan baku yang sangat banyak daripada produk yang lain, hal tersebut tentunya mengeluarkan biaya bahan baku yang banyak. Selain itu pada proses pengeringan pun juga tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal serta tidak melalui tahap pengovenan karena mempengaruhi penyusutan berat pada produk abon lele manis. Sampai saat ini pemiliki industri makanan olahan lele masih mencari jalan keluar untuk mendapatkan proses produksi yang terbaik. Produk kerupuk lele pada proses pengirisan dan penjemuran. Selama ini proses pengirisan dan penjemuran masih dilakukan secara manual dan belum mendapat sentuhan teknologi modern, sehingga pada proses pengirisan adonan kerupuk membutuhkn waktu yang sangat lama karena harus memotong satu persatu. Hasil irisan kerupuk pun belum maksimal karena tidak memiliki ketebalan yang sama antara irisan yang
satu dengan irisan lainnya. Sedangkan pada produk keripik daging lele memiliki kendala pada pada penggorengan. Untuk menghasilkan keripik daging lele yang renyah dan enak membutuhkan proses penggorengan yang baik, karena kemampuan setiap tenaga kerja berbeda serta perbedaan hasil penggunaan minyak goring yang pertama dan kedua maka seringkali hasil produk keripik daging lele ini memiliki hasil yang berbeda pula. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Industri makanan olahan lele Al-Fadh mengeluarkan biaya total untuk produk abon lele manis sebesar Rp 4.700.991,00; kerupuk lele sebesar Rp 2.137.580,00; dan keripik daging lele sebesar Rp 2.466.619,00 sedangkan penerimaan yang diperoleh dari produk abon lele manis sebesar Rp 8.910.000,00; kerupuk lele Rp 3.173.950,00; dan keripik daging lele Rp 4.488.450,00 sehingga keuntungan yang diperoleh produk abon lele manis sebesar Rp 4.209.009,00; kerupuk lele Rp 1.036.370,00; dan keripik daging lele Rp 2.021.831,00. Produk abon lele manis memiliki profitabilitas sebesar 89,53%, kerupuk lele sebesar 48,48%, dan keripik daging lele sebesar 81,97%. Produk abon lele manis memiliki efisiensi usaha sebesar 1,90; kerupuk lele sebesar 1,48; dan keripik daging lele sebesar 1,82. Besarnya nilai tambah per kilogram bahan baku dari usaha pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis adalah sebesar Rp 27.641,00; kerupuk lele sebesar Rp 124.813,00, dan keripik daging lele sebesar Rp 64.111,00. Besarnya nilai tambah per tenaga kerja dari usaha pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis adalah sebesar Rp 18.355,00, kerupuk lele Rp 7.898,00,
dan keripik daging lele sebesar Rp 12.856,00. Tidak terdapat perbedaan nyata pada keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah per tenaga kerja dari usaha pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele. Namun terdapat perbedaan nyata pada nilai tambah per bahan baku dari usaha pengolahan ikan lele menjadi produk abon lele manis, kerupuk lele, dan keripik daging lele di industri makanan olahan lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan: Pengembangan usaha sebaiknya diprioritaskan pada produk abon lele manis karena permintaan akan abon lele manis sangat tinggi. Pemilik industri makanan olahan lele Al-Fadh sebaiknya menggunakan peralatan berteknologi tinggi pada proses pembuatan kerupuk
lele yaitu dengan menggunakan mesin pengiris adonan kerupuk. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian pada pemasaran berbagai produk makanan olahan lele Al-Fadh karena potensi nilai tambah ini hanya dapat dicapai ketika seluruh produk dapat terdistribusikan ke tangan konsumen dan dukungan pemerintah tersebut dapat dilakukan dengan mempromosikan produk makanan olahan lele kepada masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA Supriadi, H 2006.Sistem Pemasaran Hasil Komoditas Pertanian Unggulan di Papua Barat. Badan Litbang Pertanian. Tarigan, Drs. Robinson. 2004. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
LAMPIRAN Tabel 1. Analisis Varians Jumlah Sumber Varians Kuadrat Rata-rata kolom
JKK
Derajat Bebas k–1
Error JKE Total
JKT
k(n – 1)
Rata-rata Kuadrat 𝑠12 = 𝑠22 =
JKK 𝑘−1
JKE 𝑘(𝑛 − 1)
F0
𝑠12 𝑠22
nk – 1
Tabel 2. Biaya Total Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Abon Kerupuk Keripik Lele No Jenis Biaya Lele Daging Manis (Rp) Lele (Rp) (Rp) 1 Biaya Produksi 3.315.087 985.468 1.348.159 a. Biaya Bahan Baku 2.559.000 182.250 577.500 b. Biaya Bahan Tambahan 592.725 443.000 675.713 c. Biaya Kemasan 19.800 250.000 11.700 d. Biaya Bahan Bakar 90.000 60.000 60.000 e. Biaya Listrik 10.857 7.513 6.541 f. Biaya Transportasi 42.705 42.705 16.705 2 Biaya Tenaga Kerja 896.000 672.000 672.000 3 Biaya lain-lain 489.904 480.112 446.460 a. Biaya Penyusutan 108.457 98.665 71.957 b. Biaya Bunga Modal Investasi 139.384 139.384 139.384 c. Biaya Sewa Bangunan 27.777 27.777 20.833 d. Biaya Pakan Lele di Kolam Penampungan 214.286 214.286 214.286 Jumlah 4.700.991 2.137.580 2.466.619 Sumber : Analisis Data Primer 2014 Tabel 3. Penerimaan Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Hasil Produksi Harga Produk Penerimaan No Produk (Kg) (Rp) (Rp) 1 Abon Lele Manis 66,00 135.000 8.910.000 2 Kerupuk Lele 48,83 65.000 3.173.950 3 Keripik Daging Lele 39,03 115.000 4.488.450 Sumber: Analisis Data Primer 2014 Tabel 4. Keuntungan Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali No Uraian Abon Lele Manis Kerupuk lele Keripik Daging Lele 1. Penerimaan total (Rp) 8.910.000 3.173.950 4.488.450 2. Biaya total (Rp) 4.700.991 2.137.580 2.466.619 Keuntungan (Rp) 4.209.009 1.036.370 2.021.831 Sumber : Analisis Data Primer 2014
Tabel 5. Profitabilitas Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali No. Uraian Abon Lele Manis Kerupuk lele Keripik Daging Lele 1. Keuntungan (Rp) 4.209.009 1.036.370 2.021.831 2. Biaya total (Rp) 4.700.009 2.137.580 2.466.619 Profitabilitas (%) 89,53 48,48 81,97 Sumber : Analisis Data Primer 2014 Tabel 6. Efisiensi Usaha Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Abon Lele Keripik Daging No. Uraian Kerupuk Lele Manis Lele 1. Penerimaan total (Rp) 8.910.000 3.173.950 4.488.450 2. Biaya total (Rp) 4.700.991 2.137.580 2.466.619 Efisiensi 1,90 1,48 1,82 Sumber :Analisis Data Primer 2014 Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Keripik Abon Lele Kerupuk No. Variabel Daging Manis Lele Lele 1 Nilai Produk Akhir (Rp/bln) 8.910.000 3.173.950 4.488.450 2 Bahan Baku (Rp/bln) 2.559.000 182.250 577.500 3 Sumbangan Input Lain (Rp/bln) 1.652.087 1.475.218 1.442.659 Bahan Tambahan 592.725 443.000 675.713 Kemasan 19.800 250.000 11.700 Bahan Bakar 90.000 60.000 60.000 Listrik 10.857 7.513 6.541 Tenaga Kerja 896.000 672.000 672.000 Transportasi 42.705 42.705 16.705 4 Nilai Tambah Bruto (Rp/bln) 4.698.913 1.516.482 2.468.291 5 Penyusutan Peralatan (Rp/bln) 108.457 98.665 71.957 6 Bunga Modal Sendiri (Rp/bln) 139.384 139.384 139.384 7 Sewa Bangunan (Rp/bln) 27.777 27.777 20.833 8 Biaya Pakan Lele di Kolam Penampungan 214.286 214.286 214.286 9 Nilai Tambah Netto (Rp/bln) 4.209.009 1.036.370 2.021.831 10 Jumlah Bahan Baku (Kg/bln) 170 12 39 11 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 27.641 124.813 64.111 12 Jumlah Jam Kerja (JKO/bln) 256 192 192 13 Nilai Tambah per Tenaga Kerja (Rp/JKO) 18.355 7.898 12.856 Sumber: Analisis Data Primer 2014
Tabel 8. Pengujian Hipotesis Keuntungan Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Sumber Varians Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat F0 Rata-rata kolom 460.534.108.229 2 230.267.054.115 2,39 Error 578.942.340.991 6 96.490.390.165 Total 1.039.476.449.221 8 F0 2,39 F0,05(2;6) 5,14 Sumber : Analisis Data Primer 2014 Tabel 9. Analisis Komparatif Profitabilitas Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Sumber Varians Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat F0 Rata-rata kolom 2.106 2 1.053 3,16 Error 2.000 6 333 Total 4.106 8 F0 3,16 F0,05(2;6) 5,14 Sumber : Analisis Data Primer 2014 Tabel 10. Analisis Komparatif Efisiensi Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Sumber Varians Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat F0 Rata-rata kolom 0,21 2 0,10 2,60 Error 0,24 6 0,04 Total 0,45 8 F0 2,60 F0,05(2;6) 5,14 Sumber : Analisis Data Primer 2014 Tabel 11. Analisis Komparatif Nilai Tambah per Bahan Baku Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Sumber Varians Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat F0 Rata-rata kolom 5.040.972.240 2 2.520.486.120 51,58 Error 293.193.991 6 48.865.665 Total 5.334.166.231 8 F0 51,58 F0,05(2;6) 5,14 Sumber : Analisis Data Primer 2014
Tabel 12. Analisis Komparatif Nilai Tambah per Tenaga Kerja Produk Makanan Olahan Lele Al-Fadh Kabupaten Boyolali Sumber Varians Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat F0 Rata-rata kolom 172.561.958 2 86.280.979 3,68 Error 140.506.424 6 23.417.737 Total 313.068.382 8 F0 3,68 F0,05(2;6) 5,14 Sumber : Analisis Data Primer 2014