ANALISIS GENDER DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) ( Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten )
LAILI ZUMROTUL BAHRIYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
RINGKASAN
LAILI ZUMROTUL BAHRIYAH. E14102031. Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan hutan Bersama Masyarakat (PHBM), (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). Dibimbing oleh Dr.Ir. LETI SUNDAWATI, M.Sc. Degradasi hutan yang terus berlangsung di hutan Indonesia telah merambah kawasan hutan yang dilindungi dan kawasan hutan yang berada dekat dengan kawasan pemukiman. Keadaan ini telah mendorong dilakukannya pengelolaan hutan yang lestari serta memberikan manfaat bagi semua pihak. Salah satu program yang dikembangkan adalah Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), dalam sistem PHBM masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, pembuatan tanaman, sampai produksi, baik di dalam kawasan maupun diluar kawasan dengan sasaran pokok ekologi, ekonomi dan sosial Diharapkan program PHBM dikembangkan dengan memperhatikan aspekaspek atau dimensi gender ke dalam setiap tahapan program (Daur Program) sehingga dengan melibatkan laki-laki dan perempuan dalam program ini, diharapkan manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi partisipasi, curahan kerja dan pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam kegiatan PHBM budidaya kopi serta menganalisis kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dari kegiatan PHBM budidaya kopi. Wawancara dilakukan terhadap 60 rumah tangga peserta program PHBM yang dipilih berdasarkan stratifikasi kepemilikan lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pengukuran variabel pada: partisipasi yang terdiri dari partisipasi kualitatif (kehadiran dalam kegiatan PHBM) dan partisipasi kuantitatif (pengambilan keputusan), curahan waktu dan pembagian kerja pada kegiatan produktif dan reproduktif, pendapatan total bersih dari berbagai sumber (PHBM, pertanian non PHBM, non pertanian) dan kontribusi (%) laki-laki dan perempuan dari pendapatan yang diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi perempuan pada tahap perencanaan PHBM lebih rendah daripada tahap pelaksanaan PHBM.. Sedangkan partisipasi laki-laki pada tahap perencanaan dan pelaksanaan PHBM budidaya kopi pada berbagai strata sangat tinggi. Secara keseluruhan partisipasi laki-laki dalam PHBM lebih tinggi daripada perempuan. Pengambilan keputusan pada kegiatan produktif dalam rumah tangga strata I didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada strata II, III dan IV sebagian besar merupakan kesepakatan bersama. Pengambilan keputusan pada kegiatan reproduktif pada berbagai strata dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama. Curahan waktu perempuan di kegiatan produktif baik budidaya kopi maupun kegiatan lain lebih rendah dari laki-laki, sebaliknya curahan waktu perempuan pada berbagai strata lebih tinggi dari laki-laki pada kegiatan reproduktif. Budidaya kopi menempati urutan ketiga dalam pendapatan rumah tangga setelah pendapatan yang diperoleh dari luar pertanian, pertanian, dan peternakan. Kontribusi laki-laki dari budidaya kopi lebih besar dari pada perempuan pada berbagai strata, dengan rata-rata kontribusi lakilaki 79% dan perempuan 21%. Kontribusi perempuan pada strata I (51%) dan III (66%) terhadap pendapatan rumah tangga lebih besar dari laki-laki pada kegiatan non PHBM.
ANALISIS GENDER DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)
LAILI ZUMROTUL BAHRIYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Skripsi : Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) Nama : Laili Zumrotul Bahriyah NIM : E14102031
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc NIP: 131 916 788
Diketahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP: 131 430 799
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melapangkan dan melancarkan penyelesaian skripsi. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Mei sampai Juni 2006 ini adalah gender dalam kehutanan dengan judul Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1.
Ayah dan ibu atas doa, dukungan dan fasilitas yang diberikan
2.
Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc selaku pembimbing skripsi
3.
Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si selaku dosen penguji wakil dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata
4.
Ujang Suwarna, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji wakil dari Departemen Hasil Hutan
5.
Kepala BKPH Pangalengan beserta staf yang telah membantu
selama
pengumpulan data dilapangan. 6.
Mas Zaki, mbak Inung dan dek Ozik atas semangat dan doanya .
7.
Indah, Linda, Yuni dan Wawan atas bantuannya selama penelitian.
8.
Edelwis crew (Mbak Onya, Tyas, Nofi, Nutri, Ari, Galuh, Susi, Nikmah, Sari, Ugi, Dara, Dewi, Anggi, Nai, Panca, Dona, Vinda, Rona, Indri, Dian, Fani dan Mbak Uji) atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.
9.
Harini, Lenita, Luky, Resman, Inten dan teman-teman Manajemen Hutan 39 atas kebersamaan dan bantuannya selama ini. Bogor, September 2006
Laili Zumrotul Bahriyah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nganjuk pada tanggal 31 Desember 1983 dari ayah Drs. Amin Thohari dan ibu Siti Maslichah, S.Ag. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Nganjuk dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi dan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Selama mengikuti perkuliahan, penulis menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Penulis pernah tergabung dalam International Forest Student Association (IFSA) dan Himpunan Profesi Forest Management Student Club (FMSC). Beberapa praktek yang pernah diikuti antara lain: Praktek Pengenalan Hutan di Cilacap-Baturaden, Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Timur dan Praktek Kerja Lapang di HPHTI Korintiga Hutani, Kalimantan Tengah.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL..........................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xi PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................. 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam .................................... 3 Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat ( PHBM ) ............................ 7 Pola Tanam dalam PHBM. .................................................................. 8 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran ............................................................................. 9 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 10 Alat dan Sasaran Penelitian .................................................................. 10 Jenis Data ............................................................................................. 10 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 10 Metode Pengambilan Responden ......................................................... 11 Metode Pengukuran Variabel............................................................... 11 Metode Pengolahan Data dan Analisis ................................................ 16 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BKPH Pangalengan.............................................................................. 17 RPH Pangalengan ................................................................................ 17 Desa Pulosari........................................................................................ 18 PROGRAM PHBM DI BKPH PANGALENGAN ...................................... 20 HASIL dan PEMBAHASAN Karakteristik Responden ..................................................................... 22 Partisipasi dalam Program PHBM ...................................................... 25 Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Petani ....................... 28 Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga Petani ................................... 30 Curahan Waktu Kerja........................................................................... 32
Pendapatan Rumah Tangga Petani ...................................................... 34 KESIMPULAN dan SARAN........................................................................ 37 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38 LAMPIRAN...................................................................................................40
ix
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi kegiatan PHBM kopi di bawah tegakan ....................................... 40 2 Tabel karakteristik responden ......................................................................... 41 3 Tabel jumlah produksi kopi dan biaya produksi dalam budidaya kopi...........43
PENDAHULUAN Latar Belakang Degradasi hutan yang terus berlangsung di hutan Indonesia, tidak hanya terjadi di hutan produksi di luar Jawa, tetapi telah merambah kawasan hutan yang dilindungi dan kawasan hutan yang berada dekat dengan kawasan permukiman. Keadaan ini telah mendorong dilakukannya pengelolaan hutan yang lestari serta memberikan manfaat bagi semua pihak yaitu pengembangan kawasan hutan di daerah tropika dengan mengembangkan sistem-sistem pengelolaan kehutanan dan pertanian yang memungkinkan pemanfaatan hutan alam sekaligus melestarikan sumberdayanya (Michon dan Foresta 2000). Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pangalengan sebagai salah satu instansi pengelola hutan telah mengembangkan sistem pengelolaan hutan yang dipadukan dengan sektor lain seperti peternakan dan perkebunan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Witjahjono (2005) menyebutkan bahwa dalam sistem PHBM masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, pembuatan tanaman, sampai produksi, baik di dalam kawasan maupun diluar kawasan dengan sasaran pokok ekologi, ekonomi dan sosial. Salah satu kegiatan PHBM di BKPH Pangalengan yang saat ini sedang berkembang adalah budidaya kopi di bawah tegakan. Diharapkan program PHBM, terutama PHBM kopi di bawah tegakan ini merupakan program yang berperspektif terhadap gender yaitu program yang dikembangkan dengan memperhatikan aspek-aspek atau dimensi gender ke dalam setiap tahapan program (Daur Program), baik pada tahap penjajagan kebutuhan dan perencanaan program, pada tahap pelaksanaan, maupun pada tahap monitoring dan evaluasi program (Tobing et al. 2005). Dengan melibatkan lakilaki dan perempuan dalam program ini, diharapkan manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Perumusan Masalah Total luas hutan yang dimiliki BKPH Pangalengan adalah 8.734 hektar. Bila dilihat dari potensinya, sekitar 2.990 ha atau 34,2% lahan di BKPH
2
Pangalengan bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat di sekitar hutan. Areal itu sangat cocok ditanami kopi, murbei, dan rumput gajah karena tidak terlalu terjal dan dekat sumber air. Dari ketiga potensi tersebut, kopi memegang prospek yang paling menjanjikan, setidaknya 2.241 ha atau 75% dari 2.290 lahan hutan di BKPH Pangalengan bisa dikembangkan untuk kopi jenis arabika. Hingga saat ini areal hutan yang sudah tertanami kopi sekitar 410 ha. Berarti masih ada 1.831 ha lahan hutan lainnya yang masih terbuka untuk ditanami kopi. Seiring dengan adanya reformasi, masyarakat menuntut pelibatannya dalam kegiatan pengelolaan hutan, untuk itu BKPH Pangalengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) salah satunya agroforestri kopi ini (Handiman 2005). Dalam kegiatan pengelolaan kopi ini ingin diketahui: sejauh mana partisipasi anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan dalam kegiatan PHBM dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga, bagaimanakah pembagian dan curahan kerja anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif dan reproduktif, seberapa besar kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dari kegiatan PHBM.
Tujuan Penelitian 1.
Mengidentifikasi partisipasi laki–laki dan perempuan dalam kegiatan PHBM budidaya kopi.
2.
Mengidentifikasi pembagian kerja dan curahan laki–laki dan perempuan dalam kegiatan PHBM budidaya kopi.
3.
Menganalisis kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dari kegiatan PHBM budidaya kopi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari kontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh nilai-nilai, norma-norma, hukum-hukum, ideologi dari masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan gender suatu kelompok masyarakat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam suatu kelompok masyarakat posisi perempuan ada yang ditinggikan, direndahkan atau bahkan sejajar dalam segala bidang atau pada bidang tertentu daripada laki-laki. Karena gender merupakan hasil kontruksi sosial budaya, maka perbedaan gender dalam suatu masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu (Suharjito et al. 2003). Keluarga atau rumah tangga merupakan satuan masyarakat terkecil dimana segala macam hubungan antara laki-laki dan perempuan dapat tercermin. Mulai dari pembedaan peran, pembagian kerja, penguasaan dan akses atas sumbersumber baik fisik, maupun ideologis, hak dan posisi (Simatauw et al. 2001) Gender dan Pembagian Tugas (Peran) dalam Rumah Tangga Pembagian kerja adalah mengalokasikan anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan, dewasa dan anak-anak untuk melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan peranannya dalam kegiatan produktif dan reproduktif. Pembagian tugas atau peran sebenarnya sulit untuk dibatasi, mana tugas untuk perempuan dan mana untuk laki-laki, karena sebenarnya pembagian tugas gender kebanyakan bisa dilakukan oleh keduanya. Pembagian tugas laki-laki dan perempuan perlu dilakukan untuk berbagi tanggung jawab secara adil. Pembagian tugas yang baik tidak menjadikan gender sebagai masalah karena pembagian peran laki-laki dan perempuan tersebut menguntungkan kedua belah pihak. Pembagian peran dalam rumah tangga terdiri dari produktif dan reproduktif (Djohani 1996). Kegiatan produktif adalah kegiatan yang menyumbangkan pendapatan seseorang/keluarga dalam bentuk uang atau barang yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan seseorang/keluarga. Misalnya: bertani, berkebun, beternak, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan
4
reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga seperti melahirkan dan mengasuh anak, serta pekerjaan rumah tangga (Tobing, et al 2005). Perempuan pada umumnya memiliki dua peran yaitu peran reproduktif dan produktif, sementara laki-laki hanya produktif, dan sedikit reproduktif. Berdasarkan hasil penelitian di Yuscaran-Honduras menunjukkan bahwa pada awalnya bidang pertanian merupakan pekerjaan laki-laki. Namun seiring terjadinya degradasi lahan pertanian telah meningkatkan peran perempuan pada kegiatan pertanian. Tenaga kerja laki-laki pada rumah tangga yang lahan pertaniannya marginal (miskin) dan peka erosi cenderung meninggalkan pertaniannya dan bekerja di sektor non-pertanian (off-farm). Sehingga beban tenaga kerja perempuan cenderung bertambah berat, yakni bukan hanya bertanggung jawab untuk kegiatan reproduksi melainkan juga pada lahan pertaniannya. Peran tenaga kerja perempuan tersebut tergantung ketersediaan tenaga anak dewasa yang dapat membantu bekerja dan keberadaan anak bayi dan balita (Paolisso et al. 1999 dalam Suharjito et al. 2003) Gender dalam Pengambilan Keputusan Di dalam rumah tangga setiap hal yang menyangkut kepentingan keluarga atau bahkan pribadi-pribadi anggota memiliki cara tertentu untuk mengambil keputusan. Ada keluarga yang pengambilan keputusan tertinggi adalah ayah, ada yang bersama-sama (ayah dan ibu), ada pula yang ibu saja. Kadangkala pengambilan keputusan memiliki jenjang berdasarkan umur dan jenis kelamin (Simatauw et al. 2001). Pembagian peran yang berjalan dalam suatu masyarakat tertentu seringkali meletakkan perempuan pada posisi yang kurang menguntungkan, misalnya dibatasi akses dan kontrolnya terhadap pengambilan keputusan, bahkan keputusan-keputusan yang menyangkut dirinya dan kehidupannya. Dalam banyak hal, perempuan diharuskan tunduk pada keputusan yang diambil laki-laki (Tobing et al. 2005). Selama ini peran perempuan dalam sektor pertanian di pedesaan sangat tinggi namun seringkali tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan sektor pertanian (Ruswita et al. 2005)
5
Penempatan kaum perempuan dalam posisi yang seolah-olah tidak penting dalam aktivitas pengelolaan sumber daya alam ini disebabkan adanya mitos negatif yang masih berkembang, antara lain: perempuan adalah istri di rumah, hasil hutan adalah domain laki-laki, laki-laki adalah kepala rumah tangga, perempuan adalah anggota masyarakat yang pasif, perempuan kurang produktif dibanding laki-laki (Suharjito et al. 2003). Tidak disemua tempat, perempuan kehilangan hak dalam pengambilan keputusan. Kasus seperti di Kupang Barat, propinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan justru perempuan menguasai seluruh rantai produksi pangan. Mulai dari menentukan waktu tanam, jenis tanaman, lokasi penanaman, pemeliharaan, panen, hingga penjualan. Perempuan pun terlibat cukup dominan saat menentukan penggunaan uang hasil penjualan hasil bumi (Simantaw et al. 2001). Gender dan Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga Perekonomian modern selalu mengukur hasil produksi dengan uang. Setiap hasil kerja diukur atau disetarakan dengan uang. Disamping itu kerja-kerja reproduktif seperti memasak, mencuci, mengasuh anak tidak dapat dan tidak diukur dengan uang. Bahkan pekerjaan produktif seperti bertani di sekitar pekarangan, beternak hewan kecil, dan menenun meski kebutuhan sendiri pun tidak diukur dengan uang. Hal ini menyebabkan pekerjaan traditional perempuan tidak dianggap penting . Padahal pada masyarakat yang tidak menggantungkan kebutuhan barang-barang dari luar, seringkali melakukan pekerjaan subsisten semacam ini dan justru hal inilah yang menunjang kehidupan mereka sehari-hari (Simatauw et al. 2001). Berdasarkan hasil penelitian Tobing et al. (2005) di desa Manuk Bunggul, kabupaten Nunukan menyebutkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang paling banyak memberikan kontribusi ekonomi keluarga. Pada sektor pertanian ini perempuan dominan terlibat daripada laki-laki terutama pada kegiatan pertanian semusim. Dengan besarnya keterlibatan perempuan dalam sektor produksi dapat dikatakan perempuan memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar kepada keluarga.
6
Beradasarkan hasil penelitian Hartoyo (1981) menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan luas penguasaan lahan maka terlihat bahwa makin luas penguasaan lahan makin tinggi pendapatan. Curahan Waktu Kerja Curahan kerja adalah waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan produktif yaitu kegiatan yang menghasilkan pendapatan baik secara langsung berupa uang atau tidak langsung berupa natura (Haryono et al. 1997). Jam kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja. Jumlah jam kerja dapat dijadikan ukuran produktivitas kerja seseorang pekerja. Jumlah jam kerja kurang dari 35 jam seminggu dikategorikan mempunyai jam kerja dibawah normal dan disebut sebagai setengah penganggguran. Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 menunjukkan bahwa perempuan memiliki jam kerja lebih rendah daripada laki-laki, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Perempuan mempunyai jam kerja kurang dari 35 jam/minggu sebesar 43,7%, sedangkan laki-laki 26,9%. Di pedesaan perempuan yang mempunyai jam kerja normal hanya 41,4%, 43,6% mempunyai jam kerja antara 15-34 jam dan 10,3% antara 1-14 jam. Dengan kata lain lebih dari setengah dari seluruh pekerja perempuan dipedesaan bekerja dibawah jam kerja normal. Rendahnya jumlah jam kerja perempuan mungkin disebabkan karena adanya peran ganda perempuan, yaitu selain bekerja juga harus mengurus rumah tangga sehingga perempuan lebih memilih ataupun terpaksa sambilan dengan bekerja paruh waktu untuk menambah penghasilan rumah tangga.Tingkat produktivitas kerja dan tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya upah. Produktivitas tenaga kerja perempuan yang dinilai lebih rendah daripada laki-laki menyebabkan adanya perbedaan pada sistem pengupahan. Sampai saat ini rata-rata upah/gaji yang diterima perempuan (Rp. 269.003/bulan) masih lebih rendah bila dibandingkan yang diterima kaum laki-laki (Rp.383.313/bulan) pola yang sama juga terlihat di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini mungkin disebabkan sampai saat ini kaum perempuan yang bekerja tidak dianggap sebagai pencari nafkah yang utama, melainkan sebagai penambah penghasilan keluarga (BPS 2002). Berdasarkan hasil penelitian Hartoyo (1981) menunjukkan bahwa makin luas pemilikan lahan oleh suatu rumah tangga maka cenderung makin rendah
7
tingkat pencurahan kerja. Golongan rumah tangga yang menguasai tanah luas, lebih banyak bekerja sebagai manager daripada bekerja secara langsung pada pekerjaannya, sehingga tenaga kerja yang dicurahkan menjadi lebih rendah. Sedangkan pada golongan yang penguasaan lahannya sempit terpaksa harus bekerja lebih banyak supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat pencurahan kerja pada golongan yang tidak menguasai lahan lebih rendah dari pada golongan yang lain. Jenis pekerjaan yang dilakukan golongan ini sebagian besar adalah buruh tani. Pengelolaan Hutan Bersama Mayarakat ( PHBM ) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai berkelanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. Pengembangan PHBM dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat atau kelompok masyarakat di sekitar hutan dan para pihak terkait (stakeholder) sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, untuk mengelola hutan secara partisipatif tanpa mengubah status dan fungsi hutan, berdasarkan azas-azas manfaat, kelestarian, kebersamaan, kemitraan, keterpaduan, kesederajatan, dan sistem berbagi (Affianto 2005). Model-model PHBM telah dilaksanakan Perhutani dan berjalan sejak berdirinya Perum Perhutani tahun 1972, bahkan sebelum itu, dengan melibatkan/mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, antara lain dalam program Perhutanan Sosial, Agroforestry, Sylvofishery, PMDH (Pembangunan Masyarakat Desa Hutan), PMDH-T (Pembangunan Masyarkat Desa Hutan Terpadu) yang implementasinya dilaksanakan pada kegiatan tumpangsari, insus tumpangsari, penanaman di bawah tegakan, Perhutanan Sosial, tebangan, pemasaran, pembangunan sarana dan prasarana, dll. Kegiatan tersebut berkelanjutan dan sudah menjadi budaya dan ladang kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat dan stakeholders, sehingga dapat meningkatkan
8
kesejahteraannya dan kemandirian melalui peningkatan pendapatan dan produksi pangan (Perum Perhutani 2005). Pola Tanam dalam PHBM Pelibatan masyarakat dan stakeholder dalam PHBM, dimaksudkan oleh Perhutani untuk memanfaatkan semua sumberdaya hutan yang dimiliki untuk menambah nilai tambah pengelolaan sumberdaya hutan tanpa mengesampingkan menurunnya kelestarian sumberdaya hutan. Hal ini dilakukan salah satunya melalui pengaturan pola tanam antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian atau perkebunan, sehingga dihasilkan pemanfaatan lahan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman hutan dan tanaman pertanian. Dalam penerapannya di lapangan, kebijakan-kebijakan yang bertema Social Forestry seperti ini selalu akan berakhir pada keputusan menggunakan pola agroforestry dari yang sederhana (tumpangsari) sampai yang kompleks, misalnya campuran tegakan pinus, kopi dan tanaman bawah (empon-empon) berharga lainnya. Sistem agroforestry sederhana merupakan perpaduan tanaman pertanian dan pepohonan yang ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengeliling, petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk l0orong/pagar. Agroforestry sederhana dalam bentuk tumpangsari banyak dikembangkan dalam rangka program Perhutanan Sosial di Perhutani salah satunya adalah program PHBM. Diantaranya penanaman pangan seperti tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, ketela di antara pohon-pohon jati muda oleh petani di Jawa, penanaman kopi pada hutan pinus di Ngantang-Malang, penanaman kopi di bawah tegakan eukaliptus di Pangalengan-Bandung. Penanaman kopi di bawah tegakan terbukti dapat meningkatkan hasil produksi, karena agar tumbuh dan berproduksi baik kopi memerlukan naungan. Sistem agroforestry kompleks merupakan sistem pertanian menetap dimana didalamnya terdapat beraneka jenis pepohonan, tanaman perdu, tanaman merambat (liana), tanaman musim dan rerumputan yang banyak jumlahnya yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami dan dikelola oleh petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan, contohnya hutan damar di Krui-Lampung Baratatau hutan karet di Jambi (Hairiyah et al. 2003).
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Laki–laki dan perempuan memiliki peran masing–masing dalam segala aspek kehidupan, kegiatan produktif maupun reproduktif. Kegiatan produktif terdiri dari kegiatan PHBM dan kegiatan non PHBM seperti: pertanian, peternakan, dll. Pada dasarnya laki-laki maupun perempuan meniliki kesempatan sama besar untuk berperan dalam semua kegiatan tersebut, namun pembedaan peran dilakukan untuk saling melengkapi, karena tidak semua kegiatan tersebut (produktif dan reproduktif) dapat dilakukan sendiri dan dalam waktu yang bersamaan. Peran laki-laki dan perempuan dalam kegiatan-kegiatan produktif dan reproduktif dapat dilihat dari besarnya partisipasi pada kegiatan PHBM dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga, besarnya curahan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan besarnya kontribusi yang dapat diberikan terhadap pendapatan rumah tangga. Petani (Laki-laki dan Perempuan)
Kegiatan Produktif
Non PHBM
Kontribusi terhadap pendapatan Rumah Tangga
Kegiatan Reproduktif
PHBM
Partisipasi Laki-laki dan Perempuan
Curahan kerja Laki-laki dan Perempuan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Gender dalam PHBM
10
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2006. Alat dan Sasaran Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kuisioner, alat tulis, kalkulator, tape perekam dan kamera. Sasaran dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani peserta program PHBM budidaya kopi di blok Kubang Sari. Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data: a.
Data primer, meliputi data identitas responden yaitu: nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga. Informasi sosial ekonomi meliputi: luas kepemilikan lahan, stastus kepemilikan lahan, kepemilikan ternak, jenis ternak, dll. Informasi mengenai curahan waktu kerja, pembagian kerja pada kegiatan-kegiatan produktif dan reproduktif serta pada kegiatan PHBM budidaya kopi, keikutsertaan laki–laki dan perempuan pada program PHBM,dll.
b.
Data sekunder dikumpulkan dengan cara mencatat dan mengutip data yang ada di instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, meliputi: kondisi umum tempat penelitian (letak, luas, topografi dan iklim), data sosial ekonomi masyarakat meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, data potensi dan luasan lahan PHBM kopi dibawah tegakan , dll. Metode Pengumpulan Data
1.
Studi literatur. Studi leteratur dilakukan untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh. Pengumpulan literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.
11
2.
Wawancara Tehnik wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak lain yang berkaitan, seperti: aparat desa, pegawai BKPH Pangalengan, dsb. Metode Pengambilan Responden Responden dipilih secara acak berdasarkan strata kepemilikan lahan
(Kartasubrata 1986) dengan total responden 60 rumah tangga yang berasal dari populasi rumah tangga peserta program PHBM sebanyak 67 orang. Jumlah responden yang diamati dari tiap strata ditentukan dengan alokasi berimbang berdasarkan persamaan: ni =
Ni x n. N
Dimana, ni = Responden terpilih strata-i
N = Populasi seluruh srata
Ni = Populasi strata-i
n = Jumlah responden total
Tabel 1 Jumlah responden berdasarkan strata kepemilikan lahan Strata Luas (ha) Kepemilikan lahan I >0.50 II 0.26-0.50 III 0.01-0.25 IV 0 Jumlah
Populasi strata
∑ Responden
10 5 10 42 67
9 4 9 38 60
Metode Pengukuran Variabel Partisipasi laki-laki dan perempuan Berdasarkan Djohani (1996) partisipasi dibagi menjadi dua yaitu: 1.
Partisipasi kuantitatif yaitu keikutsertaan yang dihitung dari jumlah kehadiran (penilaian keikutsertaan secara fisik). Metode ini digunakan untuk mengetahui partisipasi/keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam program PHBM mulai perencanaan sampai pelaksanaan (pembuatan tanaman sampai produksi dan pasca produksi).
12
A.
Perencanaan PHBM, meliputi kegiatan: a.
Sosialisasi dan penyuluhan
Tabel 2 Kriteria pemberian skor pada pertemuan sosialisasi dan penyuluhan No.
Intensitas keikutsertaan
Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Ikut serta dalam 4 pertemuan Ikut serta dalam 3 pertemuan Ikut serta dalam 2 pertemuan Ikut serta dalam 1 pertemuan Tidak pernah ikut pertemuan
5 4 3 2 1
b.
Keikutsertaan dalam kegiatan pembinaan dan pembentukan kelembagaan, meliputi: -
Pertemuan anggota
-
Pembentukan KTH
-
Penentuan lokasi KTH
-
Pembentukan LMDH
Tabel 3 Kriteria pemberian skor pada kegiatan pembinaan dan pembentukan kelembagaan No.
Intensitas keikutsertaan
1. 2. 3. 4. 5.
c.
Skor
Ikut serta dalam 4 kegiatan Ikut serta dalam 3 kegiatan Ikut serta dalam 2 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
5 4 3 2 1
Keikutsertaan dalam negosiasi, meliputi: -
Penentuan jenis tanaman
-
Penentuan luas dan pembagian lahan andil
-
Penentuan lokasi PHBM
-
Penentuan pola tanam
Tabel 4 Kriteria pemberian skor pada kegiatan negosiasi No. 1. 2. 3. 4. 5.
Intensitas keikutsertaan Ikut serta dalam 4 kegiatan Ikut serta dalam 3 kegiatan Ikut serta dalam 2 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
Skor 5 4 3 2 1
13
d.
Keikutsertaan dalam perjanjian, meliputi: -
Penentuan jangka waktu kontrak
-
Penandatanganan kontrak
-
Penentuan hak, kewajiban dan sangsi
-
Penentuan bagi hasil
Tabel 5 Kriteria pemberian skor pada kegiatan perjanjian No. 1. 2. 3. 4. 5.
B.
Intensitas keikutsertaan Ikut serta dalam 4 kegiatan Ikut serta dalam 3 kegiatan Ikut serta dalam 2 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
Skor 5 4 3 2 1
Pelaksanaan PHBM, meliputi kegiatan: a.
Keikutsertaan dalam pertemuan KTH
Tabel 6 Kriteria pemberian skor pada pertemuan KTH No.
Intensitas keikutsertaan
1. 2. 3. 4. 5.
Ikut serta dalam 4 pertemuan Ikut serta dalam 3 pertemuan Ikut serta dalam 2 pertemuan Ikut serta dalam 1 pertemuan Tidak pernah ikut pertemuan
Skor 5 4 3 2 1
b. Keikutsertaan dalam kegiatan persiapan lahan, meliputi: -
Pembuatan jalan pemeriksaan
-
Pembuatan gubug kerja
-
Pembuatan larikan
-
Pembuatan lubang tanam
-
Pemasangan ajir
Tabel 7 Kriteria pemberian skor pada kegiatan persiapan lahan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Intensitas keikutsertaan Ikut serta dalam 4-5 kegiatan Ikut serta dalam 3 kegiatan Ikut serta dalam 2 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
Skor 5 4 3 2 1
14
c. Keikutsertaan dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan, meliputi: -
Penanaman sesuai jalur dan jarak tanam
-
Penyulaman
-
Penyiangan
-
Penggemukan
-
Penyetekan
-
Pemeliharaan tanaman pokok
Tabel 8 Kriteria pemberian skor pada kegiatan pemeliharaan dan penanaman No.
Intensitas keikutsertaan
1. 2. 3. 4. 5.
d.
Ikut serta dalam 6 kegiatan Ikut serta dalam 4-5 kegiatan Ikut serta dalam 2-3 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
Skor 5 4 3 2 1
Keikutsertaan dalam kegiatan pemanenan dan pengamanan, meliputi: -
Pemanenan buah
-
Pencegahan pencurian kayu
-
Pencegahan perencekan
-
Pencegahan penyerobotan lahan
-
Pencegahan kebakaran hutan
Tabel 9 Kriteria pemberian skor pada kegiatan pemanenan pengamanan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Intensitas keikutsertaan Ikut serta dalam 4-5 kegiatan Ikut serta dalam 3 kegiatan Ikut serta dalam 2 kegiatan Ikut serta dalam 1 kegiatan Tidak pernah ikut kegiatan
Skor 5 4 3 2 1
Partisipasi laki-laki dan perempuan dalam PHBM dikelompokkan berdasarkan kategori, yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dimana
15
kategori partisipasi berdasarkan pada total skor yang diperoleh dari kegiatan perencanaan dan pelaksanaan. Tabel 10 Tingkat partisipasi berdasarkan nilai skor perempuan dan laki-laki dalam setiap tahap PHBM budidaya kopi
d.
No.
Kategori
Skor
1. 2. 3. 4.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
32,1-40 24,1-32 16,1-24 8-16
Partisipasi kualitatif adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Meliputi pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif (PHBM dan non PHBM) dan kegiatan reproduktif, seperti: pendidikan anak, pembagian kerja, penentuan jenis tanaman di kebun dan jenis binatang ternak yang dipelihara, dsb. Simatauw et al. (2001) menyebutkan bahwa dalam rumah tangga pengambilan keputusan dilakukan oleh : ¾
Perempuan sendiri
¾
Perempuan dominan
¾
Bersama (laki-laki dan perempuan)
¾
Laki-laki sendiri
¾
Laki-laki dominan
Curahan Kerja Laki-laki dan Perempuan Curahan kerja didasarkan pada pembagian peran yaitu : a.
Kegiatan produktif, terdiri dari kegiatan PHBM seperti : menanam, memelihara, memanen, mengangkut. Kegiatan diluar PHBM, seperti : beternak, berdagang, berkebun, pegawai.
b.
Kegiatan reproduktif, seperti : memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, berbelanja, dll. Curahan kerja untuk satu hari kerja dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja
(HOK), dimana satu HOK sama dengan delapan jam kerja/hari. Curahan kerja seseorang dalam satu hari diperoleh dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk melakukan suatu kegiatan dalam satu hari (jam kerja) dibagi dengan 1 HOK.
16
Pendapatan Rumah Tangga Sumber pendapatan yang dihitung adalah : 1.
Pendapatan dari sektor pertanian, terdiri dari: a.
Pendapatan dari program PHBM
b.
Pendapatan dari sektor pertanian non PHBM seperti : hasil ternak, hasil kebun, hasil sawah, dll.
2.
Pendapatan dari luar sektor pertanian, seperti: pegawai, berdagang, pemberian, sumbangan. Pendapatan total rumah tangga dihitung dari berbagai sumber pendapatan
selama satu tahun (Rp/tahun). Pendapatan total rumah tangga dihitung dengan rumus berikut: Y total
= Ya+Yb+Yc+.......................+Yn
Y total
= Pendapatan total rumah tangga
Ya
= Pendapatan dari pengelolaan PHBM
Yb, Yc,Yn
= Pendapatan dari semua bidang usaha, termasuk sumbangan, kiriman.
Kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dihitung dengan cara membagi curahan kerja perempuan atau laki-laki dengan total curahan kerja total (laki-laki dan perempuan) dari setiap bidang usaha (PHBM, pertanian non PHBM dan non pertanian) dikalikan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh dari masing-masing bidang usaha.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif meliputi analisis partisipasi, analisis curahan kerja serta analisis kontribusi pendapatan.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BKPH Pangalengan Secara administratif pemerintahan BKPH Pangalengan termasuk dalam wilayah Kecamatan Kertasari dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dengan batas–batas areal kerja sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan perkebunan teh Kertamanah, wilayah hutan BKPH Banjaran dan BKPH Ciparay, KPH Bandung Selatan; sebelah barat berbatasan dengan wilayah hutan BKPH Ciwidey, KPH Bandung Selatan; sebelah timur berbatasan dengan batas hutan KPH Garut; sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan teh Pasir Malang dan wilayah hutan BKPH Cileuleuy, KPH Garut. BKPH Pangalengan berada pada ketinggian 1700 m dpl dengan bentuk wilayah bergelombang. BKPH Pangalengan memiliki areal seluas 8.734,65 ha yang terbagi dalam 4 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) yaitu RPH Papandayan, RPH Wayang Windu, RPH Pangalengan dan RPH Kancana. Berdasarkan fungsi hutannya, areal BKPH Pangalengan termasuk hutan lindung dengan jenis tanaman berupa rimba campuran seperti: rasamala, eukalyptus, pinus, dan lain lain (BKPH Pangalengan, 2006). RPH Pangalengan Secara administratif RPH Pangalengan berbatasan dengan RPH Logawa, BKPH Banjaran di sebelah utara; di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangalengan, Warnasari, Sukaluyu, Lamajang, dan Margamulya; disebelah selatan berbatasan dengan RPH Pamoyanan, BKPH Cileley, KPH Garut; sebelah barat berbatasan dengan BKSDA Jawa Barat II. Lokasi RPH Pangalengan meliputi Desa Margamulya, Tribaktimukti, Lamajang, Pulosari, Warnasari dan Sukaluyu. Selain program PHBM kopi di desa Pulosari;
terdapat beberapa
kegiatan PHBM lainnya, antara lain: budidaya kopi dan teh di Desa Sukaluyo, budidaya kopi, alpukat dan nangka di Desa Lamajang; budidaya kopi dan rumput gajah di Desa Margamulya dan Warnasari. Kegiatan penelitian ini difokuskan pada budidaya kopi di Desa Pulosari (BKPH Pangalengan, 2006).
18
Desa Pulosari Desa Pulosari terletak pada ketinggian 1200-1500 m dpl. Dan memiliki curah hujan 1000 sampai 2000 mm/th. Suhu udara rata-rata harian di Desa Pulosari berkisar antara 16o C sampai 20o C. Di sebelah utara, Desa Pulosari berbatasan dengan Desa Lamajang, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margamekar, Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Warnasari, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangalengan. Desa Pulosari seluas 5.118,147 ha terbagi dalam berbagai penggunaan lahan seperti tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah perkebunan, tanah fasilitas umum dan tanah hutan. Jumlah total penduduk desa Pulosari sebanyak 9193 orang, terdiri dari laki-laki 4894 orang dan perempuan 4299 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2645 kepala keluarga. Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian utama sebagai buruh tani, baik buruh sawah maupun buruh perkebunan teh. Kegiatan pertanian menempati urutan kedua sebagai sumber mata pencaharian utama penduduk, dengan komoditas pertanian sebagai berikut: jagung, cabe, tomat, sawi, kentang, kubis, buncis dan labu siam. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak cukup banyak yaitu sebesar 9,6% dengan jenis ternak yang diusahakan antara lain: sapi, domba, ayam dan bebek. Susu merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari sektor peternakan. Pekerjaan utama penduduk lainnya adalah buruh/swasta, pegawai negeri, pedagang dan lainlain. Tabel 11 Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok No Jenis mata pencaharian 1. Petani 2. Buruh tani 3. Buruh/swasta 4. Pegawai negeri 5. Pedagang 6. Peternak 7. Lain-lain Jumlah
N 426 2739 379 49 183 400 15 4148
% 10.3 66.0 9.1 1.2 4.4 9.6 0.4 100
Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Pulosari Tahun 2005
Dari 9193 total penduduk, hanya 4,8 % penduduk yang tidak pernah sekolah, hal ini merupakan indikator sedikitnya jumlah penduduk yang buta huruf.
19
Sebagian besar penduduk berpendidikan tamat SD, dan jumlah paling sedikit adalah penduduk yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit jumlah penduduknya, hal ini dikarenakan fasilitas sekolah lanjutan seperti SMP/SMU bahkan perguruan tinggi jumlahnya lebih sedikit, selain itu tingkat ekonomi masyarakat yang cukup rendah merupakan alasan utama. Tabel 12 Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat Pendidikan Belum dan tidak sekolah Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat Tamat SD SMP SMA PT Jumlah
N 1449 204
% 15.8 2.2
4457 1579 1043 30 9193
48.5 17.2 11.3 0.3 100.0
Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Pulosari Tahun 2005
PROGRAM PHBM DI BKPH PANGALENGAN Dalam Undang-undang Kehutanan No.41/1999 disebutkan bahwa hutan lindung terbagi menjadi tiga blok, yaitu: blok perlindungan, blok pemanfaatan dan blok lainnya. Blok Perlindungan adalah kawasan hutan yang tidak boleh ada aktivitas sama sekali, sedangkan blok pemanfaatan merupakan kawasan hutan yang masih memungkinkan adanya aktivitas sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dari kawasan tersebut. BKPH Pangalengan dengan kawasan seluas 8.734,67 ha hampir seluruhnya berstatus sebagai hutan lindung, berdasarkan kondisi real/fisik untuk sementara terbagi menjadi blok perlindungan seluas 5.699,17 ha dan blok pemanfaatan seluas 3.035,50 ha. Didukung dengan adanya SK Direksi No. 136 tentang Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) tahun 2001, BKPH Pangalengan mengembangkan pengelolaan hutan pada blok pemanfaatan sebagai areal PHBM dengan komoditi yang dibudidayakan antara lain: kopi, terong kori, murbei dan rumput gajah (Tim Sukses PHBM BKPH Pangalengan, 2006). Budidaya kopi Kegiatan budidaya kopi di bawah tegakan ini melibatkan masyarakat/petani sekitar hutan yang berasal dari desa Sinarwangi, Kaiarasanding, Pasanggrahan, Puri Elok, Margamulya, Dangdang, Pulosari, Sirnasari, Cinangsi, Legokkondang, Taraju, dan Laspada. Petani ini tergabung dalam KTH Kubangsari, LMDH Pulosari. Kegiatan budidaya kopi di desa Pulosari berlokasi di lahan hutan Perhutani blok Kubang, petak 39 e yang merupakan salah satu kawasan hutan yang mengalami kerusakan cukup parah yang diakibatkan penjarahan hutan sebagai dampak reformasi tahun 1998. Kopi dipilih sebagai komoditas PHBM dengan beberapa pertimbangan antara lain: hasil dan harga kopi cukup menjanjikan, tujuan pemasaran jelas, sesuai dengan kondisi daerah setempat, tidak membutuhkan pengolahan tanah dan perawatan yang intensif. Tanaman kopi ditanam diantara tanaman pokok kehutanan yaitu eukaliptus. Luas areal kerjasama sampai saat ini adalah 64.51 ha dengan jumlah pohon kurang lebih 87.596 batang.
21
Budidaya Terong kori Budidaya terong kori adalah salah satu kegiatan PHMB di RPH Wayang Windu yang merupakan kerjasama antara Pihak Perhutani dengan petani KTH Kawah Burung yang termasuk dalam LMDH Margamukti. Budidaya terongkori ini telah dimulai pada tahun 2005 sebagai salah satu upaya dalam menyikapi surat Edaran Gubernur No. 522/1224/Bimprod tentang larangan tumpangsari sayuran di hutan lindung. Penanaman awal sebanyak 1500 batang, dan sampai saat ini telah mencapai 33.800 batang dengan total areal budidaya seluas 16,9 ha dan dibudidayakan di antara tanaman kehutanan dan tanaman kopi. Terongkori dapat berbuah pada umur kurang lebih 1 tahun. Buah terongkori bermanfaat sebagai buah segar maupun produk olahan seperti manisan, dodol, selai, dll. Budidaya Rumput Gajah Budidaya rumput gajah telah dimulai sejak tahun 1988, dilaksanakan di desa Warnasari, RPH Pangalengan dan di desa Margamukti, RPH Wayang Windu dengan luas total budidaya 42 ha. Budidaya rumput gajah melibatkan kerjasama berbagai pihak, antara lain: Perhutani, masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam KTH maupun LMDH dan KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan). Budidaya Murbei Budidaya murbei dilaksanakan di blok Sukaratu, desa Sukamanah, RPH Wayang Windu. Kegiatan ini merupakan kerjasama Perhutani dengan petani KTH Sukaratu Lestari yang tergabung dalam LMDH Sukamanah. Jumlah pesanggem pada budidaya murbei sebanyak 66 orang berasal dari desa Sukamanah, Banjarsari, Margamukti dan Pangalengan. Kegiatan ini telah dirintis sejak tahun 2003 dan sampai saat ini telah mencapai luas 86 ha. Daun murbei dimanfaatkan untuk pakan ulat sutera, teh murbei dan campuran tembakau untuk rokok
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pesanggem Umur Responden Umur responden dikelompokkan dalam 4 kelas (Tabel 13). Usia 20 dijadikan batasan terendah karena paling muda laki-laki berumur 22 tahun sedangkan perempuan 20 tahun. Sebagian besar perempuan (73%) berumur produktif (15-54 tahun). Jumlahnya lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 48.33% dari total responden, hal ini menunjukkan besarnya ketersediaan tenaga kerja perempuan. Tabel 13 Distribusi responden laki-laki (L) dan perempuan (P) berdasarkan kelompok umur Kelompok umur (th) 20-34 35-49 50-64 >64 Jumlah
Strata I
Strata II
L 0 6 3 0 9
P
0 67 33 0 100
2 6 1 0 9
22 67 11 0 100
L 1 1 1 1 4
25 25 25 25 100
Strata III P
2 1 1 0 4
50 25 25 0 100
L 2 2 4 1 9
22 22 44 11 100
Strata IV P
2 3 4 0 9
22 33 44 0 100
L 4 13 13 8 38
P
11 34 34 21 100
5 22 8 3 38
13 58 21 8 100
Tingkat Pendidikan Tabel 14 menunjukkan bahwa pada berbagai strata kepemilikan lahan, sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan berpendidikan SD. Tabel 14 Distribusi responden laki-laki (L) dan perempuan (P) berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan TS SD SMP SMA PT Jml
Strata I L N 1 2 2 4 0 9
% 11 22 22 44 0 100
Strata II P
N 0 6 2 1 0 9
% 0 67 22 11 0 100
L N 0 3 0 1 0 4
% 0 75 0 25 0 100
P N 0 3 1 0 0 4
% 0 75 25 0 0 100
Strata III P % N % 0 0 0 67 56 6 22 2 22 0 1 11 0 22 0 100 9 100
Strata IV
L N 0 5 2 0 2 9
L N 3 29 1 3 2 38
% 8 76 3 8 5 100
P N 0 32 2 4 0 38
% 0 84 5 11 0 100
Tingkat pendidikan perempuan lebih rendah daripada laki-laki, hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan laki-laki paling tinggi adalah perguruan tinggi sedangkan tingkat pendidikan perempuan paling tinggi adalah SMU. Dari segi
23
jumlah, perempuan menempati urutan paling banyak di tingkat SD, SMP dan paling sedikit SMA. Mata Pencaharian Sebagian besar responden menjawab budidaya kopi merupakan pekerjaan utama, terutama bagi petani tidak berlahan (Tabel 15). Namun kegiatan ini tidak dilakukan sepanjang tahun sehingga umumnya responden memiliki pekerjaan lain sebagai pekerjaan sampingan seperti berburuh, berdagang, ojeg, beternak sapi perah, dll. Tabel 15 Distribusi responden laki-laki berdasarkan pekerjaan utama (PU) dan pekerjaan sampingan (PS) Jenis pekerjaan Petani kopi Petani sayur Wiraswasta Pegawai Peternak Buruh Jumlah
Strata I PU PS N % N % 4 44 2 22
Strata II PU PS N % N % 3 75 1 25
Strata II PU PS N % N % 6 67 2 22
Strata IV PU PS N % N % 20 53 12 32
3 0 2 0 0 9
0 0 0 1 0 4
3 33 0 0 0 0 0 0 0 0 9 100
0 2 2 5 9 38
33 0 22 0 0 100
5 2 0 0 0 9
56 22 0 0 0 100
0 0 0 25 0 100
2 1 0 0 0 4
50 25 0 0 0 100
1 1 0 0 0 4
11 11 0 0 0 44
0 5 5 13 23 100
0 3 0 1 2 19
0 8 0 3 5 50
Tabel 16 Distribusi responden perempuan berdasarkan pekerjaan utama (PU) dan pekerjaan sampingan (PS) Jenis pekerjaan Petani kopi Petani sayur Wiraswasta Pegawai Peternak Buruh Jumlah
Strata I PU PS N % N % 0 0 0 0 0 0 0 0 2 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 22 0 0
Strata II PU PS N % N % 1 25 1 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25 1 25
Strata III PU PS N % N % 0 0 2 22 1 11 1 11 2 22 0 0 1 11 0 0 0 0 0 0 1 11 1 11 5 56 4 44
Strata IV PU PS N % N % 6 16 8 21 0 0 0 0 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 24 3 8 17 45 11 29
Pekerjaan utama perempuan pada rumah tangga pemilik lahan (strata I, II dan III) sebagian besar adalah berdagang. Sedangkan pekerjaan utama perempuan pada rumah tangga tidak berlahan milik sebagian besar adalah buruh tani (Tabel 16).
24
Kepemilikan Lahan Satuan luas yang digunakan di daerah setempat adalah hektar dan tumbak, dimana 1 tumbak sama dengan 14 m2. Sebagian besar responden termasuk dalam kelompok strata IV (Tabel 17) , hal ini dikarenakan hampir sebagian besar lahan di daerah setempat merupakan milik instansi, seperti perkebunan teh PTPN dan Perum Perhutani. Pada umumnya lahan milik responden diperuntukkan sebagai kebun sayur dan sebagian kecil lainnya berupa pekarangan dan sawah. Tabel 17 Rata-rata luas lahan milik berdasarkan strata kepemilikan lahan
No. 1 2 3 4
Strata kepemilikan lahan I II III IV Jumlah
N % 9 15,0 4 6,7 9 15,0 38 63,3 60 100,0
Rata-rata luas lahan milik (ha) 2,4 0,3 0,1 0 2,8
Luas Lahan Andil Luasan lahan andil untuk setiap pesanggem ditentukan berdasarkan permintaan dan kemampuan petani dalam menyediakan modal untuk budidaya kopi. Tabel 18 Distribusi luas lahan andil responden berdasarkan strata kepemilikan lahan Kelompok luas lahan andil (ha) 0,01-0,24 0,25-0,49 0,50-0,99 1,00-1,99 ≥2,00 Jumlah
Strata I N % 0 0,0 1 11,1 0 0,0 2 22,2 6 66,7 9 100,0
Strata II N % 1 25,0 1 25,0 1 25,0 0 0,0 1 25,0 4 100,0
Strata III N % 0 0,0 2 22,2 1 11,1 0 0,0 6 66,7 9 100,0
Strata IV N % 0 0,0 7 18,4 13 34,2 11 28,9 7 18,4 38 100,0
Jumlah % 1 1,7 11 18,3 15 25,0 13 21,7 20 33,3 60 100,0
N
Tabel 18 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden pada berbagai strata kepemilikan lahan mengelola lahan andil cukup luas (≥2 ha). Hal ini disebabkan bagi petani yang tidak memiliki lahan dan berlahan sempit (strata II dan III), umumnya budidaya kopi merupakan sumber pendapatan utama. Sedangkan bagi petani berlahan luas (strata I), umumnya memiliki kemampuan
25
modal yang cukup besar untuk mengelola lahan andil yang luas. Rata-rata luas kelola lahan andil pada strata I adalah 2.3 ha, strata II: 0.8 ha, strata III: 1.5 ha dan strata IV: 1.3 ha. Partisipasi dalam Program PHBM Perencanaan Program PHBM Program PHBM di mulai dengan tahap perencanaan program, tahap ini terdiri dari rangkaian kegiatan mulai dari sosialisasi sampai penandatanganan kontrak kerja. Sosialisasi dan penyuluhan merupakan tahap pemahaman sistem PHBM kepada masyarakat. Sosialisasi telah dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1998, 1999, 2000, dan 2001. Tahap selanjutnya adalah pembinaan dan pembentukan kelembagaan dalam hal ini pembentukan KTH (Kelompok Tani Hutan) dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Pembentukan KTH bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan informasi antara Pihak Perhutani dengan para pesanggem dan sebaliknya. Dengan terbentuk KTH proses negosiasi lebih mudah dilakukan. Negosiasi dilakukan untuk menentukan jenis tanaman PHBM, penentuan luas dan pembagian lahan andil, penentukan lokasi PHBM, dan penentuan pola tanam. Lokasi PHBM diusulkan oleh Pihak Perhutani dengan pertimbangan lokasi merupakan kawasan hutan rawan ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan ekologi, setelah masyarakat dan pihak Perhutani sepakat selanjutnya ditentukan jenis tanaman dan pola tanam yang digunakan. Kopi dipilih sebagai komoditas, karena beberapa alasan diantaranya: hasil yang cukup menjanjikan dan tujuan pemasaran jelas, sesuai dengan kondisi daerah setempat, tidak membutuhkan pengolahan tanah dan perawatan yang intensif. Berdasarkan perjanjian, pesanggem dapat memanfaatkan lahan andil dalam jangka waktu 1 tahun dan dapat diperpanjang setiap tahunnya. Penandatanganan kontrak tidak dilakukan oleh setiap responden melainkan diwakilkan kepada ketua KTH. Hak, kewajiban dan sangsi selama perjanjian ini berlangsung dibuat atas kesepakatan pihak Perhutani dan pesanggem. PHBM dilaksanakan atas dasar bagi hasil (sharing), di KTH Kubangsari ini sharing yang disepakati adalah 15% untuk Pihak Perhutani dan 80% untuk pesanggem serta 5% untuk biaya administrasi lain-lain. Tabel 19 menunjukkan bahwa pada strata I sampai strata IV partisipasi perempuan pada tahap perencanan lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini
26
mungkin disebabkan hampir keseluruhan kegiatan pada tahap perencanaan berupa pertemuan, dimana pemberitahuan pertemuan biasanya ditujukan kepada kepala rumah tangga, sedangkan masyarakat masih beranggapan bahwa kepala rumah tangga adalah laki-laki. Jika laki-laki (suami) berhalangan hadir atau sudah meninggal, biasanya pertemuan digantikan oleh anak laki-laki dewasa. Selain itu, waktu pertemuan biasanya dilakukan pada malam hari, sehingga perempuan lebih banyak sibuk dengan kegiatan reproduktif, atau memilih untuk beristirahat. Pada tahap perencanaan, partisipasi perempuan paling besar adalah pada proses negosiasi dengan nilai skor rata-rata pada proses negosiasi adalah 1,13 sedangkan pada tahap sosialisasi dan penyuluhuan, pembentukan KTH dan perjanjian ratarata skornya adalah 1,07. Partisipasi laki-laki pada tahap perencanaan paling besar adalah pada proses sosialisasi dan penyuluhan. Dari empat kali sosialisasi dan penyuluhan, rata-rata kehadiran laki-laki adalah tiga kali pertemuan dengan ratarata skor 3,8 dan merupakan partisipasi terbesar pada tahap perencanaan. Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi pada kegiatan perencanaan program PHBM I
Tingkat partisipasi Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
L
P
N 1 1 2
% 11 11 22
N 9 0 0
% 100 0 0
5 9
56 100
0 9
0 100
Strata kepemilikan lahan II III L P L N % N % N % 0 0 4 100 1 11 0 0 0 0 3 33 1 25 0 0 0 0 3 4
75 100
0 4
0 100
5 9
56 100
IV P % 100 0 0
N 5 2 4
% 13 5 11
N 37 0 1
% 97 0 3
0 0 9 100
27 38
71 100
0 38
0 100
N 9 0 0
L
P
Pelaksanaan Program Pertemuan KTH merupakan salah satu kegiatan pada tahap pelaksanaan program. Pertemuan KTH dilakukan setiap satu bulan sekali, pertemuan ini bertujuan untuk saling berbagi informasi antar anggota, menyampaikan pendapat, atau menyampaikan kesulitan yang ditemui sehingga dapat saling membantu. Jumlah pertemuan KTH yang dihitung adalah pertemuan yang dilakukan pada tahun 2006 saja, sampai pada saat penelitian ini dilakukan pertemuan sudah dilakukan sebanyak 4 kali. Pelaksanaan program di lapangan terdiri dari persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan, pemanenan dan pengamanan hutan.
27
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan juga lebih rendah dari pada laki-laki. Partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan mengalami peningkatan dibandingkan pada saat perencanaan, hal ini ditunjukkan oleh jumlah perempuan pada berbagai strata terutama strata II dan IV pada tingkat partisipasi sedang sebanyak 50% dan 63%. Rendahnya partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan antara lain disebabkan rendahnya partisipasi perempuan pada pengamanan hutan, hal ini dikarenakan perempuan masih merasa takut untuk mengingatkan pelaku pelanggaran, meskipun hal tersebut terjadi di lahan kelolanya. Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program PHBM
N
%
N
%
Strata kepemilikan lahan II III L P L P N % N % N % N %
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
2 2 1
22 22 11
7 2 0
78 22 0
0 0 1
0 0 25
2 2 0
50 50 0
0 1 2
0 11 22
7 0 2
78 0 22
0 0 11
0 0 29
11 24 0
29 63 0
4
44
0
0
3
75
0
0
6
67
0
0
27
71
3
Jumlah
9
100
9
100
4
100
4
100
9 100
9
100
38
100
38
8 10 0
I
Tingkat partisipasi
L
P
IV L
P
N
%
N
%
Partisipasi dalam PHBM Partisipasi laki-laki strata I pada rogram PHBM berdasarkan rata-rata total nilai skor termasuk dalam kategori sedang dengan nilai skor 21, pada strata II, III dan IV partisipasi pada PHBM termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata skor masing-masing adalah 28,8; 32,2 dan 30. Partisipasi perempuan pada PHBM umumnya rendah, berdasarkan rata-rata total skor perempuan strata I tingkat partisipasinya termasuk dalam kategori rendah, demikian halnya dengan perempuan pada strata II dan III dengan nilai skor masing-masing adalah 8,2; 9,11 dan 10,5. Partisipasi perempuan pada strata IV termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata skor 25,4. Tabel 21 menunjukkan bahwa dalam PHBM tingkat partisipsi laki-laki umumnya termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan pada perempuan termasuk dalam kategori rendah, rendahnya
28
partisipasi perempuan ini terutama disebabkan rendahnya partisipasi pada tahap perencanaan. Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi dalam PHBM I
Tingkat partisipasi Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
L
P
N 1 1 2
% 11 11 22
N 9 0 0
% 100 0 0
N 0 0 1
5 9
56 100
0 9
0 100
3 4
Strata kepemilikan lahan II III L P L P % N % N % N % 0 3 0 7 78 75 0 0 1 25 2 22 0 0 25 0 0 1 11 2 22 75 100
0 4
0 100
6 9
67 100
0
0 100
IV L
P
N 2 1 8
% 5 3 21
N 25 3 8
% 66 8 21
27 38
71 100
2 38
5 100
Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Petani Pengambilan keputusan dalam rumah tangga terdiri dari keputusan pada kegiatan produktif dan reproduktif. Keputusan pada kegiatan produktif terdiri dari keputusan pada kegiatan PHBM, dan non PHBM (pertanian dan peternakan), sedangkan keputusan pada kegiatan produktif non pertanian tidak disertakan karena kegiatan ini tidak secara langsung berhubungan dengan sumberdaya yang dimiliki rumah tangga. Jenis keputusan pada kegiatan produktif antara lain: jenis tanaman yang dibudidayakan, jenis ternak yang dipelihara, keputusan untuk memanfaatkan atau menjual hasilnya dan cara penjualan jika tidak dikonsumsi sendiri. Hampir sebagian besar responden memutuskan untuk menanami kebun dengan sayuran; memelihara sapi perah sebagai ternak; menjual hasil kebun sayur, peternakan (susu), kebun kopi (PHBM) dan mengkonsumsi semua hasil sawah berupa padi. Pengambilan keputusan pada kegiatan budidaya kopi di lahan andil pada kelompok strata I lebih banyak didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada strata II, III dan IV keterlibatan perempuan cukup besar dalam pengambilan keputusan.. Pengambilan keputusan pada kegiatan pertanian pada strata I dilakukan oleh lakilaki sendiri, sedangkan pada strata II dan III dilakukan bersama (suami dan istri), pada kegiatan peternakan pengambilan keputusan pada berbagai strata dilakukan bersama. Kontribusi perempuan pada rumah tangga berlahan sempit (strata II dan III) atau tidak berlahan dalam pengambilan keputusan pada kegiatan produktif cukup besar perannya, hal ini dikarenakan sebagian besar perempuan pada strata
29
ini ikut bekerja di lahan andil dan pertanian sehingga pengetahuan mereka pada kegiatan pertanian juga cukup baik untuk ikut serta mengambil keputusan (Tabel 22). Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan partisipasi pada pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif Jenis kegiatan produktif
Pengambil keputusan
PHBM
LKS LKD BSM PRS PRD Jumlah
Strata I N 2 7 0 0 0 9
% 22,2 77,8 0,0 0,0 0,0 100,0
Strata II N 0 2 2 0 0 4
% 0,0 50,0 50,0 0,0 0,0 100,0
Strata III N 0 4 4 1 0 9
% 0,0 44,4 44,4 11,1 0,0 100,0
Strata IV N 12 6 20 0 0 38
% 31,6 15,8 52,6 0,0 0,0 100,0
Total N 14 19 26 1 0 60
% 23,3 31,7 43,3 1,7 0,0 100,0
Non PHBM LKS 3 25,0 1 16,7 0 0,0 5 26,3 33,3 1 LKD 4 25,0 2 33,3 0 0,0 7 44,4 1 36,8 BSM 2 22,2 2 0 0,0 7 50,0 3 50,0 36,8 a.Pertanian PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 6 100,0 0 0,0 19 100,0 LKS 1 0,0 0 0,0 2 28,6 3 21,4 33,3 0 LKD 1 0,0 1 33,3 0 0,0 2 14,3 33,3 0 BSM 1 5 9 33,3 1 100,0 2 66,7 71,4 64,3 b.Peternakan PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 3 100,0 1 100,0 3 100,0 7 100,0 14 100,0 Ket: LKS: Laki-laki sendiri, LKD: Laki-laki dominan, BSM: Bersama, PRS: Perempuan sendiri, PRD: Perempuan Dominan
Tingkat pendidikan anggota keluarga responden terutama anak umumnya mengalami peningkatkan daripada orang tuanya, Sebagian besar anak responden berpendidikan paling rendah SMP, bahkan jumlah anak yang mengenyam pendidikan tinggi cukup banyak. Tingkat dan tempat pendidikan biasanya merupakan pemintaan dari anak, orangtua hanya menyetujui dan memfasilitasi, sehingga sebagian besar keputusan pada pendidikan anak ditentukan atas kesepakatan bersama, terutama pada kelompok strata I, dan sebagian kecil lainnya merupakan kompromi dari suami dan istri dengan pengambil keputusan dominan laki-laki. Pembagian kerja antara anggota keluarga terutama suami dan istri juga sebagian besar ditentukan dengan kesepakatan bersama (Tabel 23).
30
Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan partisipasi pada pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif Jenis kegiatan reproduktif
Pengambil keputusan
Strata I
Strata II
Strata III
Strata IV
Total
N % N % N % N % N % LKS 0 0,0 0 0,0 2 28,6 4 14,8 6 14,0 LKD 1 14,3 1 0,0 3 11,1 5 11,6 50,0 0 BSM 6 85,7 1 50,0 5 71,4 20 74,1 32 74,4 Pendidikan anak PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 7 100,0 2 100,0 7 100,0 27 100,0 43 100,0 LKS 0 0,0 0 0,0 1 11,1 3 7,9 4 6,7 LKD 1 11,1 1 25,0 0 0,0 2 5,3 4 6,7 BSM 8 88,9 3 75,0 8 88,9 33 86,8 52 86,7 Pembagian kerja PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 9 100,0 38 100,0 60 100,0 Ket: LKS: Laki-laki sendiri, LKD: Laki-laki dominan, BSM: Bersama, PRS: Perempuan sendiri, PRD: Perempuan Dominan
Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga Petani Kegiatan di PHBM meliputi penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tabel 24 menunjukkan bahwa hampir semua kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki, perempuan biasanya banyak berperan di kegiatan pemanenan, sebagian kecil lainnya ikut membantu pada kegiatan penanaman seperti memasang ajir dan menanam. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan perempuan umumnya hanya menyiangi dan pemupukan, penyemprotan (bila ada) dilakukan oleh laki-laki. Sebagian kecil perempuan ikut melakukan pengangkutan kopi dari lahan ke tempat pengumpulan, karena pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan berat untuk perempuan. Peran perempuan pada strata II dan III cukup besar dibanding peran perempuan pada strata I dan IV. Kegiatan pertanian, hampir semua dikerjakan oleh laki-laki, perempuan biasanya ikut dalam penanaman dan pemeliharaan. Pada kegiatan peternakan sebagian besar kegiatan dilakukan bersama-sama. Kegiatan mencari rumput biasanya dilakukan bersamaan kegiatan di kebun maupun di hutan. Karena pemeliharaan ternak masih di sekitar rumah pemberian pakan ternak, mengurus kandang dan memerah susu lebih banyak dilakukan bersama-sama. untuk kegiatan penyetoran susu semua dikerjakan oleh laki-laki, meskipun dijumpai juga penyetor perempuan tapi tidak termasuk dalam
31
kategori responden. Peran perempuan dalam kegiatan peternakan cukup besar pada strata II, III dan IV. Kegiatan produktif yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan adalah berdagang dan buruh tani, sedangkan laki-laki pada kegiatan produktif lainnya adalah buruh proyek, buruh tani dan pegawai. Tabel 24 Distribusi responden berdasarkan pembagian kerja dalam kegiatan produktif (L: laki-laki, P: Perempuan, BSM: Bersama) Jenis kegiatan
PHBM
Pembagian kerja
Strata I
Strata II
Strata III
L P BSM Jumlah
N 7 0 2 9
% 77,8 0,0 22,2 100,0
N 1 0 3 4
% 25,0 0,0 75,0 100,0
N 5 0 4 9
% 55,6 0,0 44,4 100,0
L P BSM Jumlah L P BSM Jumlah L P BSM Jumlah
9 0 0 9 3 0 0 3 2 1 1 4
100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 0,0 0,0 100,0 50,0 25,0 25,0 100,0
2 0 2 4 0 0 1 1 0 1 0 1
50,0 0,0 50,0 100,0 0,0 0,0 100,0 100,0 0,0 100,0 0,0 100,0
5 0 1 6 2 0 1 3 1 2 1 4
83,3 0,0 16,7 100,0 66,7 0,0 33,3 100,0 25,0 50,0 25,0 100,0
Strata IV N 11 0 27 38
% 28,9 0,0 71,1 100,0
6 7 0 13 4 0 3 7 7 4 7 18
46,2 53,8 0,0 0,0 57,1 0,0 42,9 100,0 38,9 22,2 38,9 100,0
Non PHBM Pertanian
Peternakan
Lain-lain
Tabel 25 menunjukkan bahwa hampir seluruh kegiatan reproduktif pada strata manapun dilakukan oleh perempuan. Berdasarkan kesepakatan pembagian peran pada kegiatan reproduktif dalam keluarga, laki-laki memang tidak mendapatkan peran ini, namun dalam tabel menunjukkan adanya kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki bersama istri, hal ini menunjukkan adanya kepedulian laki-laki terhadap tugas perempuan sehingga membantu untuk meringankan.
32
Tabel 25 Distribusi responden berdasarkan pembagian kerja dalam kegiatan reproduktif (L: laki-laki, P: Perempuan, BSM: Bersama) Strata
Pelaku
I
L P BSM Jumlah L P BSM Jumlah L P BSM Jumlah L P BSM Jumlah
II
III
IV
Memasak N 0 9 0 9 0 3 1 4 0 9 0 9 0 35 3 38
% 0 23 0 23 0 15 5 20 0 19 0 19 0 18 2 20
Mencuci pakaian N % 0 0 9 23 0 0 9 23 0 0 4 20 0 0 4 20 0 0 9 19 0 0 9 19 2 1 31 16 5 3 38 20
Mencuci piring N % 0 0 9 23 0 0 9 23 0 0 3 15 1 5 4 20 0 0 9 19 0 0 9 19 1 0.5 34 18 3 2 38 20
Membersihkan rumah N % 0 0 9 23 0 0 9 23 0 0 2 10 2 10 4 20 0 0 9 19 0 0 9 19 1 0.5 36 19 1 1 38 20
Belanja N 0 9 0 9 0 4 0 4 0 8 1 9 0 38 0 38
% 0 23 0 23 0 20 0 20 0 17 2 19 0 20 0 20
Total N 0 45 0 45 0 16 4 20 0 44 1 45 4 174 12 190
% 0 100 0 100 0 80 20 100 0 94 2 96 2 92 6 100
Curahan Waktu Kerja Pembagian kerja pada kegiatan produktif dan reproduktif mempengaruhi besarnya curahan waktu pada kegiatan tersebut. Tabel 26 menunjukkan bahwa semakin luas lahan milik semakin sedikit curahan waktu kerja laki-laki dan perempuan untuk kegiatan PHBM. Curahan waktu rata-rata di kegiatan PHBM lebih kecil dibandingkan dengan curahan waktu rata-rata di kegiatan pertanian non PHBM dan kegiatan produktif lain, hal ini dikarenakan budidaya kopi tidak memerlukan pemeliharaan intensif setiap hari, kegiatan di hutan hanya memerlukan waktu yang cukup banyak ketika panen. Curahan waktu rata-rata perempuan pada berbagai strata pada kegiatan pertanian dan peternakan lebih rendah dari pada laki-laki. Curahan waktu rata-rata perempuan pada kegiatan pertanian adalah 13,2 jam/th, laki-laki 32,1 jam/th, sedangkan curahan waktu ratarata perempuan pada kegiatan peternakan adalah 272,6 jam/th dan laki-laki 472,05 jam/th. Meskipun tidak memiliki lahan milik curahan waktu kegiatan pertanian terbesar adalah pada strata IV dengan kegiatan sebagai buruh tani. Begitu juga pada kegiatan peternakan, strata IV memiliki curahan waktu yang cukup besar dibanding 3 strata lainnya. Curahan waktu rata-rata kegiatan peternakan lebih
33
besar dibandingkan dengan curahan waktu rata-rata kegiatan pertanian dikarenakan, kegiatan peternakan dilakukan setiap hari, mulai memberi makan, membersihkan kandang dan memerah susu. Curahan waktu perempuan pada kegiatan non pertanian yaitu pada strata I dan III lebih besar dari pada laki-laki, kegiatan ini umumnya adalah berdagang curahan waktu rata-rata untuk kegiatan ini adalah 1,5 jam/hr. Tabel 26 Distribusi responden (L: laki-laki, P: Perempuan) berdasarkan curahan waktu rata-rata pada kegiatan produktif (jam/th) No
1
Strata
Jenis Kegiatan
I L
Pertanian a. PHBM 22,8 b. Non PHBM * Kebun 33,9 * Peternakan 456,3
Non Pertanian Rata-rata 2
II P
L
III P
L
IV P
L
P
2,9
29,7
9,2
36,9
23,2
44,5
24,5
0
28,8
13,8
25,7
7,5
39,9
31,5
91,3
392,8
355,3
273,8
228,1
765,3
415,5
404,9
423,8
338
225
168,8
284,7
243,8
196,8
229,5
129,5
197,3
150,8
126,3
135,9
273,4
167,1
Tabel 27 menunjukkan bahwa pada semua strata peranan perempuan di kegiatan reproduktif cukup dominan, hal ini ditunjukkan oleh curahan waktu perempuan
yang lebih besar dari pada laki-laki, curahan waktu reproduktif
terbesar adalah perempuan pada strata I, karena pada strata ini perempuan lebih banyak melakukan kegiatan produktif dirumah seperti berdagang sehingga kegiatan reproduktif dan produktif dapat dilakukan bersama. Rata-rata curahan waktu perempuan dalam kegiatan reproduktif adalah 0,46 jam/hari, laki-laki adalah 0,13 jam/hari. Laki-laki pada stata IV memiliki curahan waktu dalam kegiatan reproduktif paling banyak, hal ini dikarenakan umumnya perempuan pada strata IV juga terlibat dalam kegiatan produktif diluar rumah seperti menjadi buruh sehingga laki-laki banyak membantu meringankan pekerjaan reproduktif. Curahan waktu anak laki-laki lebih kecil daripada anak perempuan, rata-rata curahan waktu anak perempuan adalah 0,19 jam/hr, sedangkan anak laki-laki adalah 0,1 jam/hr. Besarnya curahan waktu anak-anak ini umumnya dilakukan oleh mereka yang sudah tidak sekolah. Bagi yang masih bersekolah biasanya
34
anak-anak hanya membantu pada waktu liburan, atau hanya sekedarnya saja pada hari sekolah. Meskipun demikian bagi orang dewasa terutama perempuan keterlibatan mereka cukup membantu meringankan beban kerja. Tabel 27 Distribusi responden (L: Laki-laki, P: Perempuan) berdasarkan curahan waktu rata-rata pada kegiatan reproduktif (jam/th) Strata I II III IV Rata-rata
Dewasa L 34,2 0,0 0,0 79,8 28,5
Anak-anak P 341,8 207,3 233,7 306,6 272,4
L 0,0 0,0 0,0 11,8 2,9
P 0,0 0,0 31.4 47,4 19,7
Pendapatan Rumah Tangga Petani Pendapatan rumah tangga diperoleh dari berbagai sumber pendapatan yaitu pertanian dan non pertanian. Pendapatan yang diperoleh merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya produksi. Tabel 28 menunjukkan bahwa pada berbagai strata budidaya kopi menempati urutan ketiga dalam pendapatan rumah tangga, meskipun demikian pesanggem tetap tertarik untuk membudidayakan karena tiap tahun dapat dipastikan kopi akan berproduksi. Hal ini merupakan indikator bagi kelanjutan PHBM. Kopi dipasarkan oleh petani dalam bentuk gabah kepada koperasi kopi dengan harga Rp 2000/kg. Pendapatan dari PHBM terkecil adalah Rp 620.000/th, sedangkan paling tinggi adalah Rp 22198974,4/th. Besarnya pendapatan dari budidaya kopi dipengaruhi antara lain oleh: luas lahan andil, jumlah pohon yang berproduksi, penggunaan pupuk, dan tenaga kerja. Pendapatan dari kegiatan pertanian (sawah/kebun) menunjukkan bahwa semakin luas lahan milik semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Budidaya pertanian dilakukan dilahan kering dengan komoditas utama sayuran, kentang dan cabe merupakan dua komoditi yang memberi kontribusi cukup besar pada pendapatan yaitu Rp 150.214.857,1/th untuk kentang dan Rp 132.567.580/th untuk cabe. Hasil pertanian sawah berupa padi umumya dikonsumsi sendiri oleh petani, kontribusi yang diperoleh dari padi sebesar Rp 287.250/th. Kegiatan petani pada strata IV sebagai buruh tani memperoleh upah rata-rata Rp 9000/hari untuk laki-laki dan Rp 7000/hr untuk buruh perempuan. Perbedaan upah ini dikarenakan produktivitas perempuan dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Jenis ternak yang dihitung
35
dalam pendapatan adalah hasil dari ternak besar seperti sapi dan kambing. Petani pada strata I sebagian besar mempercayakan pengurusan ternak pada orang lain, sehingga pendapatan diperoleh dengan cara bagi hasil dengan orang yang mengurus ternak. Sedangkan petani pada strata III dan IV umumnya mengurus sendiri ternaknya, dan komoditas utama yang dihasilkan adalah susu. Kegiatan perdagangan terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar pada pendapatan rumah tangga. Pada strata I dan II, pendapatan dari sektor non pertanian berasal dari berdagang, sedangkan pada strata III pendapatan berasal dari usaha jasa (ojeg), wiraswasta lain dan pensiunan, pada strata IV pendapatan berasal dari kiriman, berdagang, gaji pegawai, dan upah buruh (pekerja proyek, pemetik teh, dll). Tabel 28 Pendapatan rata-rata (Rp/th) rumah tangga petani berdasarkan strata kepemilikan lahan dari berbagai sumber pendapatan Sumber Pendapatan I a. PHBM 9.262.242 b. Pertanian Non PHBM * Kebun 239.529.278 * Peternakan 2.500.000 Non Pertanian 60.000.000 Jumlah 311.291.520
Strata II III 2.492.778 3.766.506 10.205.634 1.500.000 72.000.000 86.198.411
4.455.485 262.500 12.000.000 20.484.492
Rata-rata IV 3.423.942
18.945.468
1.447.000 281.944 10.909.091 16.061.977
255.637.397 4.544.444 154.909.091 434.036.400
Besarnya kontribusi laki-laki dan perempuan diengaruhi oleh besarnya curahan kerja pada setiap kegiatan. Semakin besar curahan waktu pada suatu bidang kerja akan semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan. Tabel 29 menunjukkan bahwa kontribusi perempuan pada kegiatan pertanian lebih rendah dibandingkan laki-laki pada strata manapun. Pada kegiatan pertanian yaitu PHBM dan kegiatan di kebun perempuan pada strata IV memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga, hal ini menunjukkan bahwa semakin sempit lahan milik semakin besar curahan waktunya pada kegiatan produktif (mencari nafkah) yang berarti semakin inggi pula kontribusinya pada pendapatan rumah tangga. Kontribusi perempuan labih tinggi dari pada laki-laki pada strata I dan III, dimana kontribusi ini diperoleh dari kegiatan wiraswasta (berdagang).
36
Tabel 29 Kontribusi (%) laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah dan berbasis jenis kegiatan No
Jenis Kegiatan
a. PHBM b. Pertanian non PHBM 1 Kebun Peternakan 2 Non Pertanian Rata-rata
Ratarata
Strata I L
II P
L
III P
L
IV P
L
P
L
P
94
6
75
25
75
25
70
20
79
21
100 83 49 86
0 17 51 14
78 53 60 67
22 47 40 33
90 55 34 64
10 45 66 36
48 70 69 64
52 30 31 36
79 65 53 70
21 35 47 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Tingkat partisipasi perempuan pada tahap perencanaan PHBM lebih rendah daripada tahap pelaksanaan PHBM. Sedangkan partisipasi laki-laki pada tahap perencanaan dan pelaksanaan PHBM budidaya kopi pada berbagai strata sangat tinggi. Secara keseluruhan partisipasi laki-laki dalam PHBM lebih tinggi daripada perempuan. Pengambilan keputusan pada kegiatan produktif dalam rumah tangga strata I didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada strata II, III dan IV sebagian besar merupakan kesepakatan bersama. Pengambilan keputusan pada kegiatan reproduktif pada berbagai strata dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama.
2.
Curahan waktu perempuan di kegiatan produktif baik budidaya kopi maupun kegiatan lain lebih rendah dari laki-laki, sebaliknya curahan waktu perempuan untuk kegiatan reproduktif pada berbagai strata lebih tinggi dari pada laki-laki.
3.
Kontribusi laki-laki dari budidaya kopi terhadap pendapatan rumah tangga lebih besar dari pada perempuan pada berbagai strata, dengan rata-rata kontribusi laki-laki 79% dan perempuan 21%. Sedangkan kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dari kegiatan non PHBM terutama pada strata I dan III lebih besar dari pada kontribusi laki-laki yaitu masing-masing 51% dan 66%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki peranan yang cukup besar dalam ekonomi rumah tangga.
Saran Dalam rangka pengembangan kegiatan PHBM terutama budidaya kopi perlu peningkatan perlibatan perempuan terutama dalam kegiatan kelembagaan (pertemuan, pelatihan-pelatihan). Sehingga kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru bagi perempuan sama besarnya dengan kesempatan laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Affianto A, Djatmiko WA, Riyanto S, Hermawan TT. 2005. Analisis Biaya dan Pendapatan Dalam Pengelolaan PHBM. Sebuah Panduan Perhitungan Bagi Hasil. Bogor: Pustaka Latin. [BKPH] Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pangalengan. 2005. Laporan Tahunan 2005. Bandung: BKPH Pangalengan [BPS]
Badan Pusat Statistik . 2002. Profil Wanita Indonesia. Jakarta: BPS.
Djohani R. 1996. Dimensi Gender dalam Pengembangan secara Partisipatif. Bandung: Studio Driya Media Bandung dengan dukungan The Ford Fondation. Hairiyah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 1: Pengantar Agroforestri. Bogor: ICRAF. hlm: 4, 14-16. Handiman. 2005. Mewujudkan Sentra Kopi Nasional. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0205/11/0316.html Hartoyo S. 1981. Tingkat Produksi, Tenaga Kerja, Pendapatan Rumah Tangga dan Kelembagaan di Desa Gemarang, Ngawi Jawa Timur. Bogor: Rural Dynamic Series 19: 37-39. Haryono BS, Wisadirana D, Susilo E. 1997. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Wanita pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi di Pedesaan Kabupaten Malang). Malang: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Social Science) 1997; 9: 136-138. Kartasubrata J.1986. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan di Jawa: Studi Kehutanan Sosial di Daerah Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Michon G, Foresta H de. 2002. Ketika Kebun Berupa Hutan: Agroforest Khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. Foresta H de, Kuswara A, Michon G, Djatmiko WA, editor. Bogor: ICRAF. Pemerintah Kabupaten Bandung. 2005. Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Pulosari. Bandung: Pemerintah Kabupaten Bandung. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara. 2005. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. http://members.bumnri.com/con_perhutani/news html?news_id=1171
39
Ruswita T et al. 2005. Agroforestry/Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Proyek Kerjasama CIDA Canada–CARE International Indonesia. Simatauw M, Simanjutak L, Kuswardono PT. 2001. Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam : Sebuah Panduan Analisis. Wandita G, pengantar. Kupang : Yayasan PIKUL (Penguatan Institusi dan Kapasitas Lokal). Suharjito D, Sundawati L, Suyanto, Utami SR. Bahan Ajaran Agroforestri 5: Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestry. Bogor: ICRAF. hlm: 5-6,21-22 Tim Sukses PHBM BKPH Pangalengan. 2006. Leaflet Program PHBM BKPH Pangalengan. Bandung: BKPH Pangalengan. Tobing M, Nursahaya, Armiyati S. 2005. Materi Pendukung Modul Pelatihan Analisis Gender. Mungguro DW, Kismadi B, Gaban F, Fransisika I, editor. Proyek Kerjasama CIDA (Canadian International Development Agency) – CARE International Indonesia. Witjahjono D. 2005. PHBM Alternatif Terbaik. Jakarta: Media Berita Kehutanan dan Lingkungan (BINA): 8.
LAMPIRAN
Tabel karakteristk responden No 1 2 3 4
Nama Responden
Umur (tahun)
Pendidikan
Pekerjaan Utama
52 60 55 67
SD SD SD TS
Petani Kopi Wiraswasta Petani kopi Petani kopi
5
Eman Amin Ana Soma Didi Suwandi
50
SD
Petani kopi
6 7 8 9
Mamat/Yayat Rohana Odang Iri
46 58 48 41
STM SD SD SD
PNS Peternak Buruh (suami+istri) Buruh, tani sayur
10 11 12
Sadik Enjuh Jejen Dede Rukmana Rukmana Asep Tatang Aep Acep Asep Mulyana
67 67 54
SD SD SD
Peternak Peternak Petani kopi
41 49 37 45 24
Sarjana SMP STM TS SMU
Petani kopi Petani sayuran Petani kopi Petani kopi dan sayuran Petani kopi
31
SMA
Yani Mr. X/ Iep Hendi Mr. X/ Dadeng K Nana
43
SMA
Petani kopi Petani kopi dan sayuran
35
SMU
31 54
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Rusnandar Rudi Sugiman Enjang Sunarto Asih setiasih Uci Aam Jamaludin Jajang Suparman Soleh Mahya Komar Amas Acak Sukandang Iyu Abi Jamhur Sutarjat Yono Cucu Ika Jajang kurnia Uli
Pekerjaan Sampingan
Istri responden
Umur (th)
Pendidikan
Pekerjaan Utama
Bu eman Bu amin Bu ana BU soma
45 52 40 56
SD SD SD SD
Wiraswasta Ibu RT Petani kopi Petani kopi
BU kidi
45
SD
Petani kopi
Bu mamat Bu rohana BU odang Bu iri
40 50 42 38
SD SD SD SD
Ibu RT Petani kopi Buruh Berdagang
Bu sadik Bu enjuh Bu jejen Ririn rachmi Rosita Imas Bu aep Bu acep
55 54 47
SD SD SD
Petani kopi Buruh Ibu RT
37 45 27 42 20
SMA SD SMA SD SMP
Ibu RT Ibu RT Ibu RT Berdagang Ibu RT
Berdagang
Bu asep
26
SMP
Ibu RT
Wiraswasta
Bu yani
32
SMP
Ibu RT
Karyawan
Petani kopi
Imas yual
30
SMA
Ibu RT
SMU Sarjana
Satpam Petani kopi
Petani kopi
27 40
SMP SMA
Ibu RT Ibu RT
52
SMU
PNS
Wiraswasta, tani
Wina Rahmawati Titi sumarni
48
SMP
Ibu RT
28 56 40 24 38
D3 SMP TS SD SD
Petani sayur Petani kopi Petani kopi Petani kopi Petani kopi
Petani kopi Petani sayuran Pekerja proyek
Ela s Nani Yuniarti Dadang Mimin
20 50 30 26 35
SPG SD SPG SD SD
Guru Ibu RT Ibu RT Petani Ibu RT
27
SLTP
Petani kopi
Dewi
24
SD
Ibu RT
36 70 44 63 62
SD TS SD SD SMP
Petani kopi Petani kopi Petani kopi Petani kopi Petani
Iis Kanah Eha Ma cicih Sumiati
35 65 35 57 52
SMP SD SD SD SD
Ibu RT Ibu RT Ibu RT Petani kopi Ibu RT
71 59 55
SD SD SD
Petani Petani kopi Petani kopi
Petani sayuran
Rukayah Ma iting Ani
54 42 36
SD SD SD
Ibu RT Pekerja penjemuran Ibu RT
63 70 69 58 46 58
Sarjana SD SD SD SD SD
Petani kopi Petani Buruh Buruh Petani kopi Peternak
Peternak Petani kopi Petani kopi Wiraswasta Petani kopi
BU jamhur BU yono BU cucu Pak ika BU jajang BU uli
55 75 41 60 44 45
SMP SD SD SD SD SD
Berdagang Ibu RT Pemetik the Buruh Ibu RT Petani kopi
Petani kopi
Bandar Jagung Petani kopi dan sayuran Petani kopi Petani kopi Petani kopi Petani kopi dan tani sayur Petani kopi Petani sayur suplier bahan baku jamu Petani kopi Petani sayuran
Petani sayuran, ojeg
44 45 46 47
Elo Ade Ebit Ayi Asep
65 40 40 38
SD SD SD SMP
Petani kopi Peternak Petani kopi Petani kopi
Petani kopi Petani sayuran
48 49 50 51 52 53 54 55
Memed Ujang amar Kanda Aga Dede Rahmat Yaya Wardi Ondi
50 33 50 42 40 40 71 51
SD SD SD SD SD SD SD SD
Buruh Buruh Buruh
Petani kopi Petani kopi Petani kopi
Petani Petani kopi Petani kopi Petani kopi
ojeg
56
Sumarna Dadin setiawan Aries S Ilah Maman
68
SD
Petani kopi
Buruh
45 55 46 58
SD SD SD SD
Petani kopi Petani kopi Petani Petani kopi
Tani sayur
57 58 59 60
Tani sayur
Bu elo Bu ade BU ayi Bu asep BU memed Iis Bu kanda Entar BU dede Bu yaya Bu wardi bu ondi BU sumarna
55 35 36 34
SD SD SD SD
Ibu RT Ibu RT Wiraswasta Ibu RT
40 30 41 50 35 38 66 42
SD SD SD SD SD SD SD SD
Buruh Buruh Ibu RT Buruh Buruh Berdagang Ibu RT Ibu RT
45
SD
Karyawan perkebuna
Bu dadin Bu aris Bu ilah Bu maman
34 42 42 47
SD SD SD SD
Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT
Tabel jumlah produksi kopi dan biaya produksi dalam budidaya kopi
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Eman Amin Ana Soma didi y Ma2t/Ya2t Rohana Odang Iri Sadik Enjuh Jejen Dede Rk Rukman Asep T Aep Acep Asep M Yani Iep Hendi Dadeng K Nana Rusnandar Rudi S Enjang Sunarto Asih setiasih Uci Aam J Jajang S Soleh Mahya Komar Amas Acak S Iyu Abi Jamhur S Yono Cucu Ika Jajang K Uli Elo Ade Ebit Ayi Asep S Memed Ujang A Kanda
strata
4 4 4 4 4 1 4 4 3 2 4 1 4 1 1 1 4 2 1 4 4 4 1 3 1 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 4 4
Luas lahan andil (ha) 1,5 1 1 1,5 0,56 5 0,56 0,42 0,4 0,6 0,32 2 1 5 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 0,5 2 2 1 0,28 1 0,5 0,5 2 1 2 12 2 0,56 2 0,28 5,5 0,5 0,56 2 0,48 2 0,28 0,28 0,42
Penggunaan tenaga kerja Tahun Tanam
Jumlah pohon
2002 2002 2001 2002 1998 2000 2005 2004 2002 2004 2002 2002 2002 2000 2002 2003 2004
3000 2000 1600 3000 1000 10000 1000 750 500 1100 500 4000 2000 12000 2500 2000 2000 4000 4000 4000 1000 5000 5000 4000 4000 1250 4000 4000 2000 560 2000 1000 1000 4000 2000 5000 24000 4000 1500 5000 600 9000 800 1400 4000 770 5000 515 500 500
2005 2002 2003
2001
2001
2001
2005
Jumlah phn produktif 1900 1000 1200 2300 800 8000 700 512 450 1000 500 3500 1500 11000 2000 1800 1400 2000 3560 3500 300 4000 5000 3000 4000 1200 3750 3500 2000 400 1000 600 600 2000 1600 4800 7000 2000 900 2750 515 8500 550 1060 1000 770 3500 515 460 500
Produksi kg/th
pendapatan kotor
Sharing
L
3800 2000 2400 4600 1600 16000 1400 1024 900 2000 1000 7000 3000 22000 4000 3600 2800 4000 7120 7000 600 8000 10000 6000 8000 2400 7500 7000 4000 800 2000 1200 1200 4000 3200 9600 14000 4000 1800 5500 1030 17000 1100 2120 2000 1540 7000 1030 920 1000
7600000 4000000 4800000 9200000 3200000 32000000 2800000 2048000 1800000 4000000 2000000 14000000 6000000 44000000 8000000 7200000 5600000 8000000 14240000 14000000 1200000 16000000 20000000 12000000 16000000 4800000 15000000 14000000 8000000 1600000 4000000 2400000 2400000 8000000 6400000 19200000 28000000 8000000 3600000 11000000 2060000 34000000 2200000 4240000 4000000 3080000 14000000 2060000 1840000 2000000
1140000 600000 720000 1380000 480000 4800000 420000 307200 270000 600000 300000 2100000 900000 6600000 1200000 1080000 840000 1200000 2136000 2100000 180000 2400000 3000000 1800000 2400000 720000 2250000 2100000 1200000 240000 600000 360000 360000 1200000 960000 2880000 4200000 1200000 540000 1650000 309000 5100000 330000 636000 600000 462000 2100000 309000 276000 300000
Jml 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 3 8 2 2 2 2 3 3 2 2 6 6 4 3 1 1 1 1 1 1 2 5 3 4 7 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1
P upah/hr 0 10000 0 0 0 10000 0 0 0 0 0 8000 8500 9000 9000 9000 9000 10000 9000 8500 0 8500 7000 8500 8500 8500 0 0 0 0 0 0 8500 8500 8500 8500 8500 8500 0 0 0 10000 0 10000 0 0 10000 0 0 0
Jml 1 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 2 0 4 1 2 0 0 2 1 1 1 0 0 3 0 3 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 2 1 2 1 1 0 1 1 1
upah/hr 0 0 0 0 0 7000 0 0 0 0 0 7000 0 7000 7000 7000 0 0 7000 7500 0 6000 0 0 6000 0 7000 7000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8500 0 0 0 6000 0 8000 0 0 0 0 0 0
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Aga Dede R Yaya Wardi Ondi Sumarna Dadin setiawan Aries S Ilah Maman
4 4 4 4 4 4
0,56 0,56 0,98 0,98 1,96 0,31
1000 1000 2000 2000 1400 700
600 640 1300 1200 1200 600
1200 1280 2600 2400 2400 1200
2400000 2560000 5200000 4800000 4800000 2400000
360000 384000 780000 720000 720000 360000
1 1 1 1 1 1
9000 7000 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1
6000 9000 0 0 0 0
2 4 4 2
0,32 0,7 0,8 0,16
515 1400 1280 260
515 800 1280 260
1030 1600 2560 520
2060000 3200000 5120000 1040000
309000 480000 768000 156000
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
Penggunaan naker hari/th
Biaya tot naker
78,2
0
49,2
984444,44
53,7 91,1
0 0
44,8 97,3
0 6321851,9
36,6 22,4
0 0
28,0
0
31,2 40,1 75,7 54,0 94,4 53,3 44,0 51,1 91,4
0 0 2270000 1377000 9441025,6 1333333,3 1408000 920000 1828888,9
52,6 66,7
2154777,8 2200000
23,0
0
96,7 76,6 57,6 55,3 40,0 88,0 84,7 73,4
2223333,3 3218000 2936142,9 2877333,3 1020000 1848000 1778000 0
35,9
0
49,2 33,3
0 0
30,0 51,2 55,7 93,0 134,3 55,7
510000 2176944,4 1419500 3162000 7992833,3 1892666,7
47,0
0
181,7 31,4 207,3 32,2
0 0 6634666,7 0
32,1
1156800
Jenis pupuk Tdk pupuk Tdk pupuk Tdk pupuk kandang Tdk pupuk NPK Tdk pupuk urea Tdk pupuk Tdk pupuk kandang kandang organik kandang kandang p buatan NPK kandang Tdk pupuk p organik Tdk pupuk Tdk pupuk kandang kandang kandang kandang organik organik organik Tdk pupuk Tdk pupuk kandang p kandang tahi ayam kandang kandang organik kandang Tdk pupuk Tdk pupuk kandang NPK tahi ayam Tdk pupuk
B total pupuk
Asal bibit
Bibit yg Dibeli (bibit)
Bayar bibit tiap Tahun
Pendapatan bersih
Dosis /phn(kg)
hrg/unit
0
0
0
beli
3000
750
920
690000
5770000,0
0
0
0
beli
2000
500
920
460000
1955555,6
0 2
0 250
0 1500000
beli beli
1600 3000
400 750
920 920
368000 690000
3712000,0 5630000,0
0 0,05
0 3600
0 1800000
beli beli
1000 10000
250 2500
920 920
230000 2300000
2490000,0 16778148,1
0 0,1
0 1500
0 112500
beli beli
1000 750
250 0
920 920
230000 0
2150000,0 1628300,0
0
0
0
beli
500
0
920
0
1530000,0
0 2,5 2 0,25 1 2,5 0,1 0,015 0,125
0 250 250 370 250 250 3600 3600 230
0 312500 2000000 185000 3000000 1562500 720000 108000 115000
beli beli beli beli beli beli beli beli beli
250 500 4000 2000 12000 2500 2000 2000 4000
0 0 1000 500 3000 625 500 500 1000
920 920 920 920 920 920 920 920 920
0 0 920000 460000 2760000 575000 460000 460000 920000
3400000,0 1387500,0 6710000,0 3078000,0 22198974,4 3329166,7 3532000,0 3272000,0 3936111,1
0 2
0 800
0 6400000
beli beli
4000 4000
1000 1000
920 920
920000 920000
9029222,2 2380000,0
0
0
0
beli
1000
0
920
0
1020000,0
0 0,25 2 2 2 0,5 0,5 2
0 200 300 300 300 200 200 200
0 250000 2400000 2400000 750000 400000 400000 800000
bikin ndiri bikin ndiri beli beli beli beli&semai beli&semai beli&semai
0 0 4000 5000 1250 2500 2500 1000
0 0 1000 1250 0 625 625 0
920 920 920 920 920 920 920 920
0 0 920000 1150000 0 575000 575000 0
11376666,7 13532000,0 3943857,1 7172666,7 2310000,0 9927000,0 9147000,0 6000000,0
0
0
0
beli
560
0
920
0
1360000,0
0 3
0 60
0 180000
beli beli
3400 500
850 0
920 920
782000 0
2618000,0 1860000,0
3 1 2 3 0,25 3
60 400 300 300 370 300
180000 1600000 1200000 4500000 2220000 3600000
800 4000 2000 2500 24000 1000
0 1000 500 625 6000 0
920 920 920 920 920 920
0 920000 460000 575000 5520000 0
1350000,0 2103055,6 2360500,0 8083000,0 8067166,7 1307333,3
0
0
0
beli
1500
0
920
0
3060000,0
0 2 0,04 0,625
0 200 40000 2500
0 240000 14400000 1250000
beli beli bkn ndiri beli
1500 600 9000 800
0 0 0 0
920 920 920 920
0 0 0 0
9350000,0 1511000,0 7865333,3 620000,0
0
0
0
beli
1400
0
920
0
2447200,0
beli beli beli beli&semai beli beli&semai
Harga/bibit
Total biaya bibit/th bibit
per tahun
67,2 32,8
0 0
124,8
2495555,6
29,4 30,2
0 0
31,1
0
31,3
470000
41,2 57,9
659555,56 0
53,7 73,7 33,3
0 0 0
31,4 37,8 66,4
0 0 0
25,8
0
Tdk pupuk urea p kandang Tdk pupuk kandang Tdk pupuk Tdk pupuk Tdk pupuk tahi ayam Tdk pupuk organik kandang Tdk pupuk kandang kandang Tdk pupuk
0 0,05
0 40000
0 1540000
beli beli
4000 770
1000 0
920 920
920000 0
2480000,0 1078000,0
3
250
3750000
beli
5000
1250
920
1150000
4504444,4
0 1
0 220
0 110000
beli beli
515 500
0 0
920 920
0 0
1751000,0 1454000,0
0
0
0
bkn ndiri
500
0
920
0
1700000,0
0
0
0
beli
1000
0
920
0
1570000,0
0 0,5
0 2200
0 2200000
beli beli
1000 2000
0 500
920 920
0 460000
1516444,4 1760000,0
0 0,028 2
0 3000 300
0 117600 420000
beli&semai beli beli
500 1400 700
0 0 0
920 920 920
0 0 0
4080000,0 3962400,0 1620000,0
0 3 2
0 200 300
0 840000 768000
beli beli beli
515 1000 1280
0 250 320
920 920 920
0 230000 294400
1751000,0 1650000,0 3289600,0
0
0
0
beli
260
0
920
0
884000,0 257339646,3