KONTRIBUSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP PENDAPATAN TOTAL PENGGARAP Studi kasus di Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten )
DWI FIJRIANI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KONTRIBUSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) TERHADAP PENDAPATAN TOTAL PENGGARAP Studi kasus di Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten )
DWI FIJRIANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DWI FIJRIANI. Kontribusi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Terhadap Pendapatan Total Penggarap. Studi kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (RPH Mandalawangi, BKPH Pandeglang, KPH Banten). Dibimbing oleh M.Chamim Mashar. Berkurangnya lahan hutan karena dirambah untuk tanaman pertanian dan perkebunan menyebabkan berkurangnya lahan untuk ditanami tanaman kehutanan, dalam hal ini mahoni. Hal ini menyebabkan konflik antara Perhutani dengan masyarakat. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah melalui program PHBM. Namun, setelah PHBM berjalan sejak 4 tahun, manfaat dari PHBM belum pernah dihitung. Bertitik tolak dari permasalahan di atas dan melihat arti pentingnya PHBM dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian mengenai PHBM dan prospek keberhasilan tanaman yang ada di lahan garapan PHBM. Dengan demikian penelitian ini menjadi sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penggarap PHBM dan pada akhirnya pengamanan hutan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Juli sampai dengan 25 Agustus 2007 dengan sasaran para penggarap PHBM yang dibagi ke dalam tiga stratum berdasarkan luas kepemilikan lahan. Data yang dikumpulkan berupa data primer melalui metode wawancara dari 30 responden yang berasal dari satu desa dan data sekunder yang berasal dari Desa Sukasari serta kecamatan Pulosari. Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan dan diaplikasikan dalam bentuk tabulasi. Pendapatan rata-rata peserta PHBM tahun 2007untuk stratum I yaitu Rp 2.077.000,00 dengan pendapatan minimum Rp 480.00,00 dan maksimumnya Rp 3.850.000,00; stratum II Rp 533.100,00 dengan pendapatan minimum Rp.0,00 dan maksimumnya Rp 1.156.000, stratum III Rp 254.900,00 dengan pendapatan minimum Rp 0,00. dan maksimumnya Rp 850.000,00. Kontribusi pendapatan PHBM terhadap pendapatan total rumahtangga penggarap tahun 2007 sebagai berikut : untuk stratum I adalah 11,94%, untuk stratum II 6,09%, untuk stratum III adalah 2,31 %. Pendapatan dari PHBM secara keseluruhan memberikan kontribusi terhadap pendapatan total sebesar 6,78 %. Prospek PHBM untuk masa depan sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari prediksi pendapatan rata-rata PHBM tahun 2015 sebagai berikut : stratum I sebesar Rp.14.700.148,00; stratum II sebesar Rp 6.986.025,00 dan stratum III sebesar Rp 2.038.250,00. Pendapatan minimum stratum I sebesar Rp. 4.481.250,00 dan maksimumnya Rp.22.215.000; pendapatan minimum stratum II sebesar Rp.3.885.000,00 dan maksimumnya Rp.11.370.000,00; pendapatan minimum stratum III sebesar Rp.575.000,00 dan maksimumnya Rp.3.930.000,00. Perbedaan pendapatan tiap stratum ini disebabkan oleh jumlah tanaman yang ada di lahan PHBM yang berbeda di setiap stratum. Dari prediksi pendapatan PHBM tersebut disimpulkan bahwa PHBM pada tahun 2015 bisa dijadikan pendapatan pokok. Agar PHBM dapat memberikan hasil yang maksimal, maka diperlukan perawatan yang intensif terhadap lahan garapan PHBM, selain itu juga diperlukan pelatihan dan pembinaan oleh Perhutani terutama dalam hal pengolahan pasca panen.
SUMMARY DWI FIJRIANI. Community Based Forest Management (CBFM) Contribution to Farmer’s Household Income. A Case Study In Sukasari Village, Pulosari Sub District, Pandeglang Regency, Banten Province (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten). Under Supervision of M.Chamim Mashar. The forest area has been decreased because farmers choped the land with agriculture plant. It decreases space to plant the forestry plant, especially mahagony. This situation make a conflict between forest farmers and Perhutani. One solution for this case was CBFM programme. After this program carried out for four years, the advantage of CBFM was not counted. This research is important to increase forest farmers prosperity and save the forest. This research was undertaken from 31 Juli 2007 to 25 Agustus 2007 (3 weeks), specified on CBFM farmers in three stratification of sample based on the owned area. Primary data collected with interview from 30 respondens in Sukasari village and secondary data gained at Pulosari Sub-district and Mandalawangi Forest Functionary Resort. Data processed in calculation method and applied in tabulation form then analyzed in descriptive way. The average income farmer’s of PHBM household on 2007 was Rp 2.077.000,00 in stratum I with minimum income Rp. 480.00,00 and maksimum income Rp 3.850.000,00, Rp 533.100,00 in stratum II with Minimum income Rp. 0,00 and maksimum income Rp. Rp. 1.156.000,00; Rp 254.900,00 in stratum III with minimum income Rp. 0,00 and maksimum income Rp.850.000,00; Income contribution from CBFM to the total of farmer’s on 2007 was 11,94% in stratum I, 6,09% in stratum II and 2,31 % in stratum III. The overall income being gained from CBFM in Sukasari village gave 6,78% proportion of contribution to total income.The average income of CBFM on 2015 have Rp.14.700.148,00 in stratum I, Rp.6.986.025,00 in stratum II and Rp. 2.038.250,00.in stratum III. The minimum income in stratum I Rp. 4.481.250,00, maksimum Rp.22.215.000, minimum income in stratum II Rp. Rp.3.885.000,00 and maksimum Rp. 11.370.000,00, minimum income in stratum III Rp. Rp.575.000,00 and maksimum Rp. Rp.3.930.000,00. The different of income because the total of plant in each stratum was different too. Based on this result, CBFM has good prospect to increase total income farmer’s household in the future. CBFM in 2015 can be based income. The income of PHBM will be imcrease if the respondent protect the land, beside that Perhutani must be given the practise about post harvest manner.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kontribusi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) terhadap Pendapatan Total Penggarap. Studi kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (RPH Mandalawangi, BKPH Pandeglang, KPH Banten) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah dibuat sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2008 Dwi Fijriani NRP E14103043
Judul Skripsi
: Kontribusi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) terhadap Pendapatan Total Penggarap Studi Kasus di Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (RPH Mandalawangi, BKPH Pandeglang, KPH Banten)
Nama
: Dwi Fijriani
NRP
: E14103043
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. M.Chamim Mashar, MM NIP : 130354164
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan
Dr.Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikanNya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul Kontribusi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Terhadap Pendapatan Total Penggarap. Studi Kasus di Desa Sukasasri Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten ). Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. M. Chamim Mashar, MM, selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Bapak Asper Ir. Andi Mulya, Bapak KRPH Yusdiawan, Bapak mandor Sumar dari Perhutani BKPH Pandeglang atas bantuannya dalam memperoleh data di kantor maupun di Lapangan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah membantu di lapangan. Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu, mba Dian Safitri dan adik Nafi Setyo Nugroho tercinta atas doa dan kasih sayangnya selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih ada kekurangannya. Semoga karya tulis ini dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dan pengembangan PHBM di masa mendatang.
Bogor, Juli 2008 Penulis
ii
ii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada 27 Mei 1985 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Buchori Muslim dan Ibu Siti Halimah. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 99 Jakarta Timur, dan masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis telah mengikuti praktik lapang di antaranya Praktik Pengenalan dan Pengolahan Hutan (P3H) di Cilacap, Batu Raden dan Getas, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis juga aktif di beberapa lembaga kemahasiswaan, antara lain sebagai staf Komisi internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan tahun 2004-2005, staf Departemen Keputrian DKM ‘Ibaadurrahmaan Fakultas Kehutanan tahun 20052006, serta Ketua Keputrian DKM ‘Ibaadurrahmaan Fakultas Kehutanan tahun 2006-2007. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah dengan judul “Kontribusi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Terhadap Pendapatan Total Penggarap Studi kasus di Desa Sukasari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang (RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten )”.
UCAPAN TERIMA KASIH Melalui karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu : 1. Ibu, Ayah, Mba Pipit dan Mas Tiyo, beserta keluarga yang lain yang senantiasa mendoakan dan selalu memahami penulis. 2. Ir. M. Chamim Mashar, MM selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sejak awal penelitian hingga selesainya karya ilmiah ini. 3. Ir. Tarcisious Rio Mardikanto, MS selaku dosen penguji Departemen Hasil Hutan dan Dr.Ir. Yeni Aryati Mulyani, MSc selaku dosen penguji Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan yang telah memberikan banyak saran untuk perbaikan karya ilmiah ini. 4. Bapak Ir. Andi Mulya selaku Asper BKPH Pandeglang, Bapak Yusdiawan selaku KRPH Mandalawangi, Bapak mandor Kusmana, Bapak mandor Mahdi, Bapak mandor Lamri yang telah membantu penulis dalam penelitian. 5. Bapak mandor Sumar beserta keluarga yang telah memberikan penulis tempat tinggal selama melakukan penelitian. 6. Bapak Sapik Rohimi dan keluarga besar yang telah membantu selama pengumpulan data. 7. Semua pihak yang telah turut membantu penulis. Semoga Allah SWT membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 I.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 1 I.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2 I.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah PHBM di Perhutani ........................................................... 3 2.2. Maksud, Tujuan dan Prinsip PHBM ............................................... 5 2.3. Kriteria Implementasi PHBM ......................................................... 6 2.4. Hak dan Kewajiban dalam PHBM.................................................. 6 2.5. Agroforestry .................................................................................... 7 2.6. Kemitraan........................................................................................ 9 2.7. Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM )......................................... 10 2.8. Kelompok Tani Hutan ( KTH )....................................................... 10 2.9. Rumahtangga Petani ....................................................................... 12 2.10. Pendapatan Rumahtangga ............................................................. 12 2.11. Produksi dan Produktivitas ........................................................... 13 2.12. Peramalan...................................................................................... 15 2.13. Tingkat Kesejahteraan................................................................... 16 2.14. Tingkat kemiskinan....................................................................... 18 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 21 3.2. Bahan dan Alat................................................................................ 21 3.3. Definisi Operasional........................................................................ 21 3.4. Jenis Data ........................................................................................ 23 3.5. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 24 3.6. Metode Penentuan Responden ........................................................ 24 3.7. Metode Pengolahan dan Analis Data .............................................. 24 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Desa Sukasari ........................................................ 27 4.2. Topografi......................................................................................... 27 4.3. Iklim................................................................................................ 27 4.4. Tata Guna Lahan............................................................................. 27 4.5. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ............................................... 28
4.6. Sarana dan Prasarana Desa ............................................................. 33 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sejarah Lahan Hutan di Desa Sukasari........................................... 35 5.2. Sosialisasi PHBM dan Bentuk Kegiatannya................................... 38 5.3. Karakteristik PHBM di Desa Sukasari ........................................... 39 5.4. Keadaan Sosial Ekonomi Responden ............................................. 41 5.5. Pendapatan Responden ................................................................... 44 5.6. Prediksi Pendapatan Responden sampai tahun 2015 ...................... 49 5.7. Kontribusi PHBM Setelah tahun 2007 ........................................... 50 5.8. Tingkat Kesejahteraan Responden.................................................. 51 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 53 6.2. Saran ............................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55 LAMPIRAN......................................................................................................... 57
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Tata guna lahan di Desa Sukasari....................................................................28 2. Komposisi penduduk Desa Sukasari menurut kelompok umur tahun 2006....29 3. Kondisi Penduduk Desa Sukasari menurut mata pencaharian Pada tahun 2006 ............................................................................................. 30 4. Tingkat pendidikan penduduk Desa Sukasari tahun 2006 ............................. 31 5. Karakteristik tipe rumah penggarap lahan PHBM ......................................... 32 6. Mata pencaharian utama responden ............................................................... 41 7. Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur .......................... 42 8. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan ..................... 43 9. Data karakteristik responden menurut pekerjaan dan pendidikan.................. 43 10. Jumlah responden, persentase dan rataan luas lahan setiap stratum .............. 44 11. Pendapatan responden dari lahan garapan PHBM menurut Stratum tahun 2007 .......................................................................... 45 12. Pendapatan responden dari lahan garapan PHBM menurut stratum (Rp/ha/tahun).................................................................................................. 46 13. Pendapatan rata- rata responden dari PHBM, usahatani dan sumber lain dalam 1 tahun (Rp).................................................................................................... 47 14. Pendapatan rata-rata PHBM terhadap pendapatan penggarap setelah tahun 2007 (Rp).............................................................................................. 50 15. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap setelah tahun 2007 (%) ..........................................................................................................51 16. Tingkat kesejahteraan penggarap PHBM........................................................52
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Lahan garapan PHBM ..................................................................................... 40 2. Grafik prediksi pendapatan PHBM sampai tahun 2015 .................................. 49
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Data Karakteristik responden ........................................................................ 58
2.
Struktur organisasi pemerintah Desa Sukasari .............................................. 59
3.
Peta lokasi penelitian..................................................................................... 60
4.
Jenis dan jumlah tanaman tiap responden ..................................................... 61
5.
Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap..............................71
1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan berkurangnya lahan yang dapat digunakan untuk usahatani, terutama pada masing-masing desa sekitar hutan. Pengurangan lahan hutan untuk usahatani mendorong masyarakat untuk mengkonversi lahan hutan, sehingga mengancam keberadaan hutan. Di Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang adalah salah satunya. Masyarakat desa tersebut menggarap lahan hutan karena terdesak dengan kebutuhan hidup mereka. Lahan hutan tersebut ditanami tanaman pertanian dan perkebunan sehingga menyebabkan konflik kepentingan dengan Perum Perhutani yang menetapkan kawasan hutan tersebut sebagai Kelas Perusahaan hutan mahoni. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah melalui program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Masyarakat Desa Hutan (MDH) dilibatkan oleh Perhutani dalam pengelolaan hutan. Kehadiran PHBM semakin dibutuhkan karena mempunyai manfaat yang bersifat ekonomis yaitu peningkatan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan dan manfaat ekologi yaitu partisipasi dalam perlindungan hutan. Namun, setelah PHBM berjalan empat tahun, manfaat dari PHBM belum dirasakan oleh masyarakat sehingga mendorong masyarakat untuk mencari tambahan dari sumber pendapatan lain. Berdasarkan permasalahan di atas dan melihat arti penting PHBM dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai PHBM dan prospek keberhasilan tanaman yang ada di lahan garapan PHBM. Dengan demikian penelitian ini menjadi sangat penting artinya dalam rangka kebijakan Perum Perhutani untuk meningkatkan kesejahteraan penggarap PHBM dan pada akhirnya pengamanan hutan.
I.2. Perumusan Masalah Sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan mulai tahun 1998, masyarakat di Desa Sukasari yang berbatasan langsung dengan hutan negara
2
melakukan kegiatan perambahan dengan menanami lahan hutan dengan tanaman pangan. Kegiatan tersebut terus berlangsung sehingga masyarakat melakukan penebangan liar untuk tujuan memperoleh kayu, tetapi selain itu masyarakat juga ingin mendapatkan lahan pertanian yang lebih luas. Dalam upaya mempertahankan kelestarian hutan dan mengatasi masalah perambahan di Desa Sukasari pada tahun 2004, PHBM telah dikembangkan dengan bentuk pembinaan terhadap masyarakat sekitar hutan oleh Perum Perhutani. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar hutan sebagian besar tidak tamat SD sehingga banyak penggarap PHBM yang belum dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Mereka belum memahami bahwa pengelolaan PHBM dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi apabila dalam pengelolaannya didasarkan prinsip-prinsip manajemen usahatani. Penelaahan PHBM dalam pembentukan pendapatan penggarap khususnya di wilayah Desa Sukasari belum diketahui secara rinci sehingga memerlukan penelitian yang lebih mendalam agar diketahui secara rinci seberapa besar kontribusi PHBM dalam struktur pendapatan masyarakat.
I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pendapatan PHBM tahun 2007. 2. Untuk mengetahui kontribusi PHBM terhadap pendapatan total rumah tangga peserta PHBM tahun 2007. 3. Untuk memprediksi pendapatan PHBM setelah tahun 2007.
I.4. Manfaat Penelitian 1.
Memberikan masukan informasi dan saran kepada Perhutani bagi penyusunan kebijakan dan usaha pengembangan PHBM.
2.
Mengetahui peranan PHBM dalam pemenuhan kebutuhan hidup para penggarap PHBM.
3.
Memberikan motivasi kepada para penggarap untuk memelihara tanaman yang ada di lahan garapan PHBM secara intensif.
4.
Sebagai bahan acuan bagi penelitian – penelitian selanjutnya.
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah PHBM di Perhutani Istilah kehutanan sosial diterjemahkan dari social forestry dan telah dikenal oleh para rimbawan sejak Kongres Kehutanan sedunia VII tahun 1978. Wiersum dalam Pujo (2003) mendefinisikan social forestry sebagai suatu nama kolektif untuk berbagai strategi pengelolaan hutan yang memperhatikan distribusi hasil-hasil hutan yang adil untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok dalam masyarakat, mengaktifkan organisasi dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Tujuan pengembangan social forestry menurut Perum Perhutani (1990) dalam Pujo (2003) adalah untuk menjamin keberhasilan reforestasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar hutan . Secara garis besar perkembangan pengelolaan program – program kehutanan sosial di Perum Perhutani adalah sebagai berikut: 1. Prosperity Approach (1972-1981) Prosperity
Approach
adalah
program
pembangunan
hutan
yang
mengikutsertakan masyarakat terutama untuk mengembalikan potensi dan fungsi hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan – kegiatan pada program ini yaitu kegiatan tumpangsari, pembangunan basecamp, pengembangan perlebahan rakyat, penanaman hijauan pakan ternak, pengadaan kaptering (tempat penampungan air dari mata air dan penyaluran ke rumah penduduk ) air dan pengembangan checkdam. 2. Program Pembangunan Masyarakat Desa Hutan ( 1982-1985) Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) adalah program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan hutan dimana masyarakat diperlakukan sebagai obyek dan subyek dalam pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kegiatan – kegiatan dalam program ini melanjutkan program – program prosperity approach dan beberapa program baru yaitu bantuan ternak, bantuan bibit tanaman dan penanaman tanaman obat.
4
3. Program Perhutanan Sosial ( 1986 – 1995) Perhutanan Sosial adalah program pembangunan dan pengamanan hutan dengan cara mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan dengan tujuan meningkatkan fungsi-fungsi hutan secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
sekaligus
perbaikan
lingkungan
dan
menjaga
kelestariannya. Kegiatan dalam program ini meliputi kegiatan di dalam kawasan hutan yaitu pengembangan agroforestry dan di luar kawasan hutan, yaitu pengembangan Kelompok Tani Hutan ( KTH ) dan usaha produktif yaitu peternakan, industri rumah tangga dan perdagangan. 4. Program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan ( 1996-1999) Pembinaan Masyarakat Desa Hutan ( PMDH ) adalah kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan MDH sekaligus perbaikan kualitas lingkungan
dan
kelestariannya. PMDH
berdampak
pada
keberhasilan
pembangunan hutan dan fungsi – fungsi hutan secara optimal. Komponen PMDH mencakup perhutanan sosial, bantuan teknik dan ekonomi. Bantuan teknik berupa prasarana, sarana, penghijauan dan berupa teknik lainnya. Bantuan ekonomi berupa bantuan permodalan, bimbingan usaha, kewirausahaan, manajemen usaha serta pemasaran hasil usaha. 5. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ( 2000 – Sekarang) Keputusan Ketua Dewan Pengawas PT.Perhutani (persero) Nomor 136/KPTS/DIR/2001 menetapkan telah mencabut Keputusan Direksi Nomor 1061/Kpts/Dir/2000 tentang Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat (PHBM) dan mengubahnya menjadi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat( PHBM ). Definisi Pengelolaan Sumberdaya Hutan adalah kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, perlindungan sumberdaya hutan serta konservasi alam, sedangkan yang dimaksud PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perhutani dan
MDH dan dapat juga
melibatkan pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
5
2.2. Maksud, Tujuan dan Prinsip PHBM Maksud dari PHBM menurut Perum Perhutani dalam SK Ketua Dewan Pengawas PT.Perhutani (Persero) Nomor 136/KPTS/DIR/2001 adalah untuk memberikan arah pengelolaan hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi dan sosial secara proporsional guna mencapai visi dan misi perusahaan, PHBM bertujuan untuk : a. Meningkatkan
tanggungjawab
perusahaan,
MDH
dan
Pihak
yang
berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan. b.
Meningkatkan peran perusahaan, MDH dan pihak lain yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan.
c.
Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial Masyarakat Desa Hutan.
d.
Meningkatkan mutu sumberdaya hutan sesuai dengan karakteristik wilayah.
e.
Meningkatkan
pendapatan
perusahaan,
MDH
serta
pihak
yang
berkepentingan secara simultan. Sedangkan prinsip – prinsip dasar PHBM dalam SK Ketua Dewan pengawas PT.Perhutani ( persero) Nomor 136/KPTS/DIR/2001 adalah : 1. Keadilan dan demokratis 2. Keterbukaan dan kebersamaan 3. Pembelajaran bersama dan saling memahami 4. Kejelasan hal dan kewajiban 5. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan 6. Kerjasama kelembagaan 7. Perencanaan partisipatif 8. Keserderhanaan sistem dan prosedur 9. Perusahaan sebagai fasilitator 10. Kesesuaian pengelolaan dengan karakteristik wilayah.
6
2.3. Kriteria Implementasi PHBM Kriteria implementasi PHBM menurut SK Ketua Dewan Pengawas PT.Perhutani (persero) Nomor 136/KPTS/DIR/2001 yaitu : 1. Adanya persamaan persepsi dan kepentingan. 2. Adanya pemahaman sistem PHBM dengan benar. 3. Bersatunya individu MDH dalam wadah Kelompok Tani Hutan (KTH). 4. Terbangunnya forum komunikasi MDH atau KTH dengan Perhutani 5. Semangat dan niat untuk melaksanakan PHBM 6. Memahami ruang tanggungjawab dan kreasi PHBM ( wilayah tanggung jawab PHBM ). 7. MDH atau KTH mengetahui potensi hutan dalam wilayah PHBM 8. MDH memahami kemampuan usaha produktif desa 9. Adanya harapan atau cita – cita membangun sebuah kerja sama.
2.4. Hak dan Kewajiban Dalam PHBM Hak dan kewajiban dalam PHBM menurut SK Ketua Dewan Pengawas PT.Perhutani (persero) Nomor 136/KPTS/DIR/2001 yaitu : MDH dalam PHBM berhak untuk : a. Bersama perusahaan menyusun rencana, melakukan monitoring dan evaluasi. b. Memperoleh manfaat dari hasil kegiatan sesuai dengan nilai dan proporsi faktor produksi yang dikontribusikan. c. Memperoleh fasilitas dari perusahaan atau pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian. MDH berkewajiban : a. Bersama perusahaan menjaga dan melindungi sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan manfaatnya. b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan kemampuannya. c. Mempersiapkan kelompok untuk mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan atau pihak yang berkepentingan. Perusahaan dalam PHBM berhak untuk : a. Bersama MDH menyusun rencana, melakukan monitoring dan evaluasi
7
b. Memperoleh manfaat dan hasil kegiatan sesuai dengan nilai dan proporsi faktor produksi yang dikontribusikannya. c. Memperoleh dukungan MDH dalam perlindungan sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan manfaatnya. Perusahaan dalam PHBM berkewajiban untuk : a. Memfasilitasi masyarakat desa hutan dalam proses penyusunan rencana, monitoring dan evaluasi. b. Memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan rencana perusahaan. c. Mempersiapkan sistem, struktur dan budaya perusahaan yang kondusif. d. Bekerjasama dengan pihak yang berkepentingan dalam rangka mendorong proses optimalisasi dan berkembangnya kegiatan.
2.5. Agroforestry Agroforestry menurut Lundgren dan Raintre (1982) dalam Hairiah et al. (2003) adalah istilah untuk sistem – sistem dan teknologi – teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu) dengan tanaman pertanian dan atau hewan (ternak) dan atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Menurut Hairiah et al. (2003) agroforestry adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih guna lahan tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Pada dasarnya agroforestry terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing – masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem penggunaan lahan. Hanya saja sistemsistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi dan komoditas khas atau kelompok produk yang serupa. Penggabungan tiga komponen tersebut menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut : 1. Agrisilvikultur yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan komponen pertanian.
8
2. Agropastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan komponen peternakan. 3. Silvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan. 4. Agrosilvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan atau hewan. Dari keempat kombinasi tersebut, yang termasuk dalam agroforestry adalah agrisilvikultur, silvopastura dan agrosilvopastura. Sementara agropastura tidak dimasukkan sebagai agroforestry karena komponen kehutanan atau pepohonan tidak dijumpai dalam kombinasi. Menurut King dalam Kartasubrata (1986) agroforestry dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Agrisilviculture : Penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil – hasil pertanian dan kehutanan. 2. Sylvopastural systems yaitu sistem pengelolaan lahan untuk menghasilkan kayu dan untuk memelihara hewan ternak. 3. Agrosilvopastural systems, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak. 4. Multipurpose Forest Tree Production Systems, yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya, akan tetapi juga daun – daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia dan ternak. Dwivedi (1992) menyatakan bahwa beberapa tujuan dari pengklasifikasian sistem agroforestry antara lain adalah pengelompokan logis menurut faktor– faktor utama dimana sistem produksi agroforestry bergantung, mengindikasikan bagaimana pengaturan sistem agroforestry, penyusunan kembali informasi yang lebih fleksibel, dan supaya lebih mudah untuk dipahami.
Kartasubrata
(1986)
menyatakan bahwa dalam pengembangan dan penerapan agroforestry terdapat beberapa model (bentuk) yaitu pengembangan lingkungan, model usahatani, dan model bisnis agroforestry. Pengembangan tersebut tidak terlepas dari dukungan kelembagaan, baik yang bersifat formal maupun informal.
9
Model pengembangan lingkungan yang diusulkan oleh Cruz dan Vergara (1987) dalam Khairida (2002) menunjukkan peran agroforestry dalam perlindungan dan rehabilitasi lahan – lahan kritis di pegunungan. Pada model ini agroforestry dikembangkan melalui pemberdayaan faktor sumberdaya alam dengan lingkungan unruk mendapatkan manfaat langsung berupa perlindungan dan rehabilitasi lahan dan manfaat jangka panjang berupa peningkatan produksi dan perbaikan gizi atau kesehatan. Model usahatani disarankan oleh Sugianto (1991) dalam Khairida (2002) bahwa sistem agroforestry dikembangkan melalui pendekatan usahatani, dimana petani menentukan atau memilih teknologi agroforestry yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam dan sosial ekonomi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Model bisnis agroforestry menurut Sugianto (1991) dalam Khairida (2002) dikembangkan dengan pengaruh kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran hasil –hasil kegiatan agroforestry. Dalam model ini agroforestry hanya merupakan bagian/subsistem dari sistem keseluruhan yang meliputi pemberian input, proses, pasca panen, dan pemasaran. 2.6. Kemitraan Menurut Hudyastuti (1994) kemitraan merupakan prinsip kerjasama yang perlu ditumbuhkembangkan sehingga tercipta interaksi dinamis serta partisipasi yang proporsional dari ketiga pelaku pembangunan lingkungan hidup yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Kemitraan diciptakan dan dipertahankan oleh anggota-anggotanya melalui komunikasi. Kemitraan akan terwujud apabila berbagai orientasi dari semua sub sistem dapat dikoordinasikan, disalurkan dan difokuskan. Kondisi ini akan mempertajam identifikasi permasalahan yang dihadapi, serta mendukung pilihan terhadap jawaban permasalahan diikuti strategi yang akan ditempuh. Pembangunan ekonomi pola kemitraan merupakan perwujudan cita-cita untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar dan kemampuan teknologi bersama petani golongan lemah dan miskin yang tidak berpengalaman untuk mampu meningkatkan produktivitas dari usahanya atas dasar kepentingan bersama. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dengan
10
pola kemitraan dapat dianggap sebagai usaha yang paling menguntungkan (maximum social benefit), terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang. 2.7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Menurut Verhagen (1976) dalam Kartasubrata ( 1986 ), LSM merupakan pihak yang membantu masyarakat desa untuk menemukan cara dan alat dalam rangka
menyatukan
sumberdaya
mereka.
Selain
itu,
LSM
juga
bisa
mengidentifikasi kegiatan – kegiatan ekonomi yang bermanfaat, berguna dan memiliki masa depan untuk mengembangkan sistem manajemen dan kepemimpinan yang bertanggungjawab dan juga membantu mengelola dana – dana bantuan yang diperoleh masyarakat dengan cara melakukan pencatatan – pencatatan terhadap penerimaan dan pengeluaran dana tersebut. Hal ini memungkinkan LSM bisa berada di posisi yang lebih baik dibandingkan dengan badan – badan pemerintah untuk membangkitkan peranserta masyarakat dan mendukung inisiatif pada tatanan masyarakat. Masing – masing LSM
memiliki komitmen yang berbeda terhadap
pembangunan jangka panjang dan pengembangan organisasi-organisasi swadaya, khususnya di antara kelompok – kelompok masyarakat yang secara ekonomis lebih lemah. Tujuan utama LSM adalah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi penduduk sasaran dengan cara memberikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat. 2.8. Kelompok Tani Hutan ( KTH ) Definisi KTH menurut Perhutani (1991) adalah perkumpulan orang yang tinggal di sekitar hutan yang menyatukan diri dalam usaha – usaha di bidang sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan ikut serta melestarikan hutan dengan prinsip kerja dari, oleh dan untuk anggota. Suharjito (1994) menyatakan bahwa pembentukan dan pembinaan KTH merupakan pendekatan baru dalam upaya mewujudkan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan negara. Pembentukan dan pembinaan KTH merupakan pendekatan baru dalam upaya mewujudkan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan negara.
11
Tujuan pembentukan KTH adalah untuk melancarkan komunikasi dua arah antara pihak penggarap dan pihak Perhutani. Kedua, karena sasaran program adalah anggota masyarakat yang berlahan sempit dan petani tidak berlahan, maka adanya kelompok dapat berfungsi sebagai wadah kerjasama antar penggarap : modal, tenaga kerja, informasi dan pemasaran hasil. Penggarap berlahan luas dapat mengelola lahannya secara efisien. Mereka mampu meningkatkan produktivitasnya melalui input – input teknologi yang membutuhkan modal seperti pengolahan tanah, pupuk, pengairan, sedangkan petani berlahan sempit tidak mampu menanggung biaya sendiri untuk masukan teknologi tersebut. Dengan cara berkelompok petani sempit dapat meningkatkan efisiensi dalam hal modal, tenaga kerja, dan informasi, serta lebih efektif melakukan kontrol sosial ( Wong, 1979 dalam Suharjito, 1994 ). Mulyana (2001) menyatakan kriteria pemilihan petani sebagai KTH adalah kedekatan dengan hutan, hak-hak yang sudah ada, ketergantungan dan pengetahuan lokal. Keempat dimensi tersebut sangat erat kaitannya dengan sumberdaya hutan dan mudah untuk dikenali. Selanjutnya ia menyatakan pembentukan KTH adalah sebagai berikut : 1. Pembentukan kelompok 2. Penguatan kelembagaan 3. Penyuluhan 4. Insentif Perhutani (1991) menjelaskan bahwa KTH sebagai perkumpulan orang di sekitar hutan mempunyai tujuan : 1. Membina dan mengembangkan usaha di bidang proses produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil usaha. 2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota. 3. Ikut serta membangun dan melestarikan hutan melalui kerjasama dengan Perum Perhutani. 4. Memberikan pelayanan atau menyalurkan kepada anggota yang menyangkut kebutuhan usaha produktif, misalnya dalam hal usahatani, yaitu pupuk, insektisida dan alat-alat pertanian.
12
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota, merupakan tujuan akhir dibentuknya KTH. 2.9. Rumahtangga Petani Saharudin (1985) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dimana biasanya mereka tinggal disitu dan makan dari satu dapur. Anggota rumahtangga biasanya terdiri dari suami, istri, anak-anak, famili dan anggota lain bukan famili termasuk pembantu rumahtangga, sedangkan yang dimaksud kepala rumahtangga adalah orang yang bertanggungjawab terhadap rumahtangga tersebut. Rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluannya sendiri. Orang yang tinggal di rumahtangga ini disebut anggota rumahtangga, sedangkan yang bertanggungjawab atau dianggap bertanggungjawab terhadap rumahtangga adalah kepala rumahtangga (Biro Pusat Statistik,1990) Rumahtangga merupakan unit terkecil pengambil keputusan, karena hampir mirip dengan perusahaan jika ditinjau dari teori permintaan tenaga kerja. Seorang anggota keluarga akan bekerja, pasti harus melihat pertimbangan anggota lain. Dengan kata lain suplai tenaga kerja ditentukan secara simultan dalam rumahtangga untuk mencapai kepuasan maksimum dengan sumberdaya terbatas ( Becker,1976 dalam Hardjanto,1996).
2.10. Pendapatan Rumahtangga Pendapatan rumahtangga adalah kumpulan dari pendapatan anggotaanggota rumahtangga dari masing-masing kegiatan. Menurut BPS (1993) pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan penghasilan, tetapi bagi sebagian rumahtangga petani yang lain, usaha selain pertanian lebih menunjang kebutuhan hidupnya. Pendapatan rumahtangga pertanian tidak hanya berasal dari usaha pertanian tetapi juga berasal dari luar sektor tersebut seperti perdagangan, industri, pengangkutan dan sebagainya. BPS (1993) menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
13
suatu daerah atau wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Ilmu ekonomi menyebutkan bahwa pendapatan dari suatu rumahtangga dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1). pendapatan nominal dari suatu rumahtangga yaitu pendapatan yang diukur dengan unit uang; 2). pendapatan riil
dari suatu
rumahtangga yaitu daya beli dari pendapatan berupa uang yaitu jumlah barang barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan tersebut. Yayasan Penelitian Survei Agro Ekonomi (1986) menyatakan bahwa sumber pendapatan rumahtangga digolongkan menjadi dua sektor, yaitu sektor pertanian dan sektor non pertanian. Pendapatan rumahtangga sektor non pertanian bersumber dari tiga jenis kegiatan yang cukup dominan yaitu industri rumah tangga, perdagangan dan berburuh. Pendapatan rumahtangga atau pengeluaran per kapita menurut Saragih (1993), termasuk nilai dari konsumsi hasil produksi sendiri, merupakan variabel yang cukup dapat dipertanggungjawabkan sebagai pengukur kesejahteraan. Namun, kondisi ini masih kurang dapat menangkap faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik kesejahteraan seperti kesehatan, tingkat ”melek huruf”, harapan hidup, tingkat pengetahuan dasar, kesempatan kerja, kondisi perumahan dan aksesibilitas masyarakat. Pengukuran yang lebih baik adalah dengan melihat tingkat pengeluaran, seperti pangan, dengan jenis – jenis kalori, protein dan non pangan seperti pakaian, perumahan, rekreasi dan partisipasi dalam kegiatan sosial. Pengukuran ini akan lebih bermakna jika dilengkapi dengan analisis atas variabel – variabel lain yang menggambarkan perbedaan kondisi rumahtangga, pola konsumsi, mata pencaharian dan lokasi.
2.11. Produksi dan Produktivitas Menurut Reijntjes (1986) produktivitas usahatani adalah hasil per satuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak dan uang), waktu atau input lainnya (misalnya energi, air dan unsur hara). Produktivitas usahatani diukur berdasarkan hasil total biomassa, hasil komponen – komponen tertentu (misalnya gabah, jerami, kandungan protein) serta hasil ekonomis atau keuntungan.
14
Menurut Gasperz (1998) dalam Purwanto (2004), produksi merupakan fungsi
pokok
dalam
setiap
organisasi,
yang
mencakup
aktivitas
yang
bertanggungjawab untuk penciptaan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi itu. Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik yang sangat erat dengan teknologi. Fungsi produksi menurut Swastha (2000) dalam Purwanto (2004) merupakan suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan inputinput. Secara sederhana hubungan antara input dan output diformulasikan dalam fungsi produksi sebagai berikut : Q = f ( X1, X2, X, .......Xn) Keterangan : Q
= Tingkat Produksi
X1,X2 ,Xn = Faktor-faktor input yang digunakan Produktivitas menurut Swastha (2002) dalam Purwanto (2004) adalah sebuah konsep yang meggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumberdaya (jumlah tenaga kerja, modal, tanah dan energi) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Ravianto (1990) dalam Purwanto (2004) mengartikan produktivitas sebagai ukuran tingkat efisiensi dan kualitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses produksi berlangsung dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan (output) dengan sumberdaya yang digunakan (input), secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut : O P= I Keterangan : P = Produktivitas O = Output I = Input Pengertian produktivitas secara umum yaitu produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan. Selain itu, disebutkan juga bahwa terdapat perbedaan antara pengertian produksi dan produktivitas. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi tersebut.
15
2.12. Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Assauri (1984) dalam Purwanto (2004) adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Mulyono (2000) dalam Jauhari (2007) menambahkan bahwa peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasar informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya (selisih antara apa yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Hanke et al., (2003) menambahkan bahwa prediksi mengenai kejadian masa depan jarang sekali yang akurat. Pelaku peramalan hanya dapat berusaha untuk membuat sekecil mungkin kesalahan. Peramalan adalah proses menduga masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, peramalan adalah alat bantu yang sangat penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien, terlebih dalam dunia bisnis dan ekonomi yang cenderung dinamis dan penuh resiko. Peramalan bertujuan agar para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dapat memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian tersebut. Menurut Mulyono (2000) dalam Jauhari (2007) terdapat banyak teknik dan metode ilmiah untuk aktivitas peramalan yang dibedakan berdasarkan sifatnya seperti metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif (judgement) mengandalkan opini pakar dalam membuat prediksi masa depan dan berguna untuk tugas peramalan jangka panjang. Hasil peramalan dengan metode ini berdasarkan pengalaman masa lalu yang digabungkan dengan intuisi maupun ketajaman perasaan peramal sehingga bersifat sangat subyektif. Oleh sebab itu, metode ini disebut juga sebagai subjective atau intuitive method. Metode kuantitatif yang murni jelas tidak memerlukan input pendapat pribadi ( Hanke et
al, 2003). Opini ini diperkuat oleh Firdaus (2006) yang menyatakan bahwa, peramalan kuantitatif sebaliknya menggunakan analisis statistik terhadap datadata masa lalu. Menurut Bey (1989) dalam Purwanto (2004) metode kuantitatif memerlukan data numerik. Syarat utama untuk peramalan kuantitatif adalah tersedianya informasi tentang masa lalu dalam bentuk data numerik dan adanya asumsi bahwa pola yang lalu akan terus berlangsung ke masa yang akan datang.
16
Metode peramalan kuntitatif terbagi atas metode time-series dan metode kausal. Tujuan metode time-series adalah untuk menemukan pola dalam data berskala data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Adapun komponen –komponen yang terdapat di dalam deret waktu yaitu 1. Kecenderungan ( trend) 2. Siklus 3. Variasi Musim 4. Fluktuasi tak beraturan
2.13. Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan menurut Sukirno (1985) dalam Meilani (2003) adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Biro Pusat Statistik (1991) juga menyatakan bahwa kesejahteraan bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain. Namun pada prinsipnya, kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar. Jika kebutuhan dasar bagi individu atau keluarga sudah dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau keluarga tersebut sudah tercapai. Tinjauan atas tingkat kesejahteraan rakyat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun fasilitas yang dimiliki yaitu tempat tinggal. Perumahan (papan) adalah salah satu kebutuhan dasar yang penting selain makanan (pangan) dan pakaian (sandang) untuk mencapai kehidupan yang layak. Rumah pada saat ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat berteduh, tetapi sudah mencerminkan kehidupan rumahtangga atau masyarakat. Oleh karena itu, harus ditangani secara serius baik instansi swasta berkepentingan maupu pemerintah karena masih banyak masyarakat ekonomi lemah yang belum memiliki rumah memadai. BPS (1998) dalam Meilani (2003) mengemukakan bahwa keluarga dapat dikatakan sejahtera apabila memenuhi beberapa syarat yaitu : 1. Seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari keluarga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup masing-masing keluarga itu sendiri.
17
2. Mampu menyediakan sarana untuk mengembalikan hidup sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumahtangga yang telah ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik
(1991)
dan
sudah
dimodifikasi.
Modifikasi
diperlukan
untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator tersebut terdiri atas : 1. Pendapatan rumahtangga 2. Konsumsi rumahtangga 3. Keadaan tempat tinggal 4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota rumahtangga 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis atau paramedis,
termasuk
didalamnya
kemudahan
mengikuti
Keluarga
Berencana (KB) dan memperoleh obat-obatan. 7. Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan. 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi (pengangkutan). 9. Kehidupan beragama. 10. Perasaan aman dari gangguan kejahatan 11. Kemudahan dalam melakukan olahraga. Pendapatan per kapita menurut Biro Pusat Statistik (1996) dalam Meilani (2003) sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tingkat kesejahteraan keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1996) dalam Primayuda (2002) adalah sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera (PS), yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara minimal serta kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera tahap 1 (S-1) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, Keluarga
18
Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera tahap II (S-2) yaitu keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan
pengembangannya
seperti
menabung
dan
memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera tahap III (S-3) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologis dan pengembangannya, akan tetapi belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat seperti secara teratur memberikan sumbangan untuk masyarakat, berperan secara
aktif
di
masyarakat
dengan
menjadi
pengurus
lembaga
kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya. 5. Keluarga Sejahteran tahap III plus (S-3+) yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah pula memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.14. Tingkat Kemiskinan Sajogyo (1996) mengungkapkan konsep garis kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara harga beras setempat pada tahun tersebut. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotann. 2. Miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 3. Miskin sekali, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 320 kg untuk daerah perkotaan.
19
4. Paling miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 270 kg untuk daerah perkotaan. Direktorat Jendaral Tata Guna Tanah, Direktorat Jendral Agraria diacu dalam Hardjanto (1996), mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan hidup minimum yang dipergunakan sebagai tolak ukur yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar dan 2 meter batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun dijadikan sebagai batas garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa ketegori sebagai berikut: 1. Tidak miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun lebih besar dari 200% dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 2. Hampir miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 125%200% dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 3. Miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 75%-125% dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. 4. Miskin sekali, apabila pendapatan per kapita per tahun dibawah 75% dari nilai total sembilan bahan pokok dalam setahun. Indikator lain adalah seperti yang dipakai oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang dikenal dengan Indikator Keluarga Sejahtera, yang terdiri dari indikator penentu kemiskinan yaitu pangan (umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih ; paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telor sebagai lauk pauk), sandang (seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian; seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru stahun sekali), dan papan (bagian yang terluas dari lantai rumah bukan tanah; luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap rumah). Indikator penyebab kemiskinan antara lain penghasilan (paling kurang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap), serta indikator pendukung yaitu kesehatan (bila anak sakit dan atau Pasangan Usia
20
Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke petugas kesehatan serta diberi obat), dan pendidikan bagi seluruh anak berusia 7-15 tahun yang bersekolah.
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Menurut administrasi kehutanan areal PHBM terletak di RPH Mandalawangi, BKPH Pandeglang, KPH Banten. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Juli 2007 sampai dengan 25 Agustus 2007. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian dilakukan terhadap peserta PHBM selaku responden. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : x
Daftar pertanyaan (kuesioner)
x
Alat tulis ( Ballpoint dan pensil )
x
Kalkulator
x
Alat perekam suara
x
Kamera
3.3. Definisi Operasional 1. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ( PHBM ) adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan secara bersama dengan jiwa berbagi antara Perum Perhutani, Masyarakat Desa Hutan dan pihak yang berkepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. 2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam ligkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. 3. Pengelolaan Sumberdaya Hutan adalah segala kegiatan yang dilakukan didalam mengelola hutan, mulai dari persiapan lahan, pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, sampai pemanenan dan pemasaran hasil .
22
4. Desa Hutan adalah wilayah desa yang secara geografis dan administratif berbatasan dengan kawasan hutan atau di sekitar kawasan hutan. 5. Masyarakat Desa Hutan adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. 6. Pihak yang berkepentingan (stakeholder) adalah pihak-pihak di luar Perum Perhutani dan Masyarakat Desa Hutan yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong ataupun menghambat proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM, yaitu Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan, dan Lembaga Donor. 7. Hasil hutan adalah semua yang diperoleh penggarap PHBM, berupa non kayu yang diperoleh dari areal PHBM. 8. Peserta PHBM adalah petani yang menggarap lahan PHBM. 9. Kelompok Tani Hutan (KTH) adalah sekelompok petani yang tinggal di sekitar hutan yang menggarap lahan PHBM. 10. Pendapatan PHBM adalah pendapatan bersih yang diterima oleh penggarap selama satu tahun dari areal dan kegiatan PHBM yaitu sama dengan nilai hasil pendapatan kotor dikurangi biaya usaha tani yang dikeluarkan. 11. Rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri. 12. Anggota rumahtangga adalah seluruh orang yang berada dalam satu rumah dan merupakan tanggungjawab kepala keluarga. 13. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan rumahtangga penggarap adalah persentase besarnya pendapatan dari PHBM, jika dibandingkan dengan pendapatan total rumahtangga penggarap. 14. Produktivitas adalah hasil per satuan lahan, hasilnya berupa buah-buahan.
23
15. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi dan pendapatan PHBM yang akan terjadi pada masa yang akan datang. 3.5. Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari rumahtangga penggarap. Data primer yang diperlukan antara lain : 1. Data umum rumahtangga, meliputi : nama, umur, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. 2. Data potensi ekonomi rumah tangga, meliputi : luas pemilikan lahan, status kepemilikan lahan, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan, penanaman, dan produksi. 3. Pendapatan rumahtangga : besar pendapatan rumahtangga dari dan luar usaha PHBM. 4. Pengelolaan PHBM : input-input produksi, pemilihan jenis tanaman, pola tanam, pengolahan tanah, tenaga kerja, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil. 5. Kelembagaan, meliputi struktur kelembagaan yang ada di Desa Sukasari. Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan. Baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan obyek penelitian yang tersedia, baik di tingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur , baik data pokok maupun data penunjang yang terdiri dari : 1. Keadaan fisik penelitian, meliputi : luas areal, letak keadaan fisik lingkungan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat. 2. Keadaan sosial ekonomi nasyarakat, meliputi : pendidikan, kebudayaan, jumlah penduduk, tingkat kesejahteraan penduduk.
24
3.6. Metode pengumpulan data 1. Teknik Observasi Data yang dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan langsung kehidupan rumahtangga masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya, mengamati keberadaan lahan PHBM dan kegiatan sehari-hari penggarap dalam mengelola lahannya. 2. Teknik Wawancara Data yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas dilakukan tanpa kuesioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian 3. Pengumpulan data-data sekunder Data yang dikumpulkan adalah data yang mendukung penelitian dengan pengutipan data dari kantor-kantor desa dan instansi terkait. 3.7. Metode Penentuan Responden Cara penentuan responden dilakukan secara sengaja berdasarkan stratifikasi dengan jumlah yang sama pada setiap stratum, yang diukur dari luas pemilikan lahan PHBM, dengan ketentuan sebagai berikut : Stratum I
: Luas lahan yang dikelola lebih dari 0,75 ha
Stratum II
: Luas lahan yang dikelola 0,5 ha sampai dengan 0,75 ha
Stratum III : Luas lahan yang dikelola kurang dari 0,5 ha Total populasi yaitu 227 orang anggota KTH. Pada penelitian ini yang dijadikan unit contoh adalah 30 rumahtangga petani (KK) yang mengikuti PHBM, sehingga Intensitas sampling yang digunakan 13,2 %. Jumlah responden yang diambil pada setiap srata sebanyak 10 KK. 3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan perhitungan dan diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang pendapatan PHBM, banyaknya rumahtangga responden, dan variabel-
25
variabel lainnya untuk kemudian dianalisa. Analisa data dilakukan dengan mencari hal-hal yang terkait dengan PHBM, besarnya pendapatan rumah tangga per tahun dan kontribusi PHBM terhadap pendapatan total rumahtangga penggarap PHBM yang dianalisa secara deskriptif . Rumus yang digunakan untuk menghitung Pendapatan PHBM yaitu: PPHBM
= Pa+Pb+Pc...+Pz
PPHBM
: Pendapatan PHBM (Rp)
Pa,Pb,Pc,Pz
: Pendapatan dari luar kegiatan PHBM (Rp)
Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan non PHBM yaitu : PNon PHBM
= P1+P2+.....+Pn
PNon PHBM
: Pendapatan selain PHBM ( Rp)
P1,P2,Pn
: Pendapatan dari luar kegiatan PHBM (Rp)
Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan total rumahtangga yaitu P total
= PPHBM + PNon PHBM
Keterangan : Ptotal
= Pendapatan total rumahtangga (Rp)
PPHBM
= Pendapatan
PNon PHBM
=
Untuk
PHBM (Rp)
Pendapatan selain PHBM ( Rp) mengetahui besar kontribusi pendapatan PHBM terhadap total
pendapatan petani PHBM, masing – masing kategori pendapatan tersebut dijumlahkan dan dilakukan perhitungan dengan rumus berikut : KPHBM =
P PHBM x100% Ptotal
KPHBM
= Kontribusi PHBM terhadap total pendapatan petani (%)
PPHBM
= pendapatan dari PHBM (Rp)
PNon PHBM = Pendapatan di luar PHBM (Rp) P total
= Pendapatan total rumahtangga (Rp)
26
Untuk mengetahui pendapatan penggarap sampai tahun 2015 perlu diketahui terlebih dahulu jumlah produksi per tanaman dan dilakukan perhitungan dengan rumus berikut : PPHBM (n) = (x1 +x2+....xn)x a x h Keterangan: PPHBM (n)
= Pendapatan
PHBM jenis tanaman ke-n
X1
= Jumlah panen dengan tahun tanam ke-1
X2
= Jumlah panen dengan tahun tanam ke 2
Xn
= Jumlah panen dengan tahun tanam ke- n
a
= Produksi panen (kg)
h
= Harga jual (Rp/kg)
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Semua harga hasil panen yang digunakan dalam analisis yaitu berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung dengan asumsi harga konstan sampai tahun 2015.
2.
Produksi panen setiap jenis tanaman tetap yaitu jumlah produksi panen setiap tahun tetap.
3.
Umur tanaman melinjo pertama kali berproduksi, diperkirakan 6 tahun, kopi 7 tahun, petai 7 tahun, jengkol 7 tahun, durian 10 tahun, cengkeh 7 tahun, cokelat 7 tahun.
4.
Persentase hidup tanaman di bawah umur 3 tahun sebesar 75 %
5.
Pendapatan PHBM mulai dihitung sejak tahun 2007.
6.
Pendapatan dari tanaman pertanian dihitung sesuai periodisitas panen.
7.
Analisis dilakukan sesuai dengan praktik dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.
8.
Tanaman diasumsikan bebas dari resiko terkena hama dan bencana alam.
27
27
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Luas dan Letak Desa Sukasari Desa Sukasari terletak di wilayah Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Desa Sukasari mempunyai wilayah desa seluas 117,20 ha yang terbagi atas 12 dusun yaitu (Kadu Kupa, Kandang Sapi, Tereleng, Pagelaran, Bojong Hejo Lebak, Batu Nungku, Cigadung, Lebak Salaksa, Bojong Hejo Tonggoh, Kadu Turus, Denuh, Kampung Sawah). Wilayah Sukasari berbatasan dengan wilayah lain, yaitu: 1) Sebelah Utara
: Desa Ramea
2) Sebelah Selatan
: Desa Karyawangi
3) Sebelah Barat
: Desa Sukaraja
3) Sebelah Timur
: Desa Banjarwangi
4.2. Topografi Topografi Desa Sukasari secara umum adalah bergelombang sampai berbukit . Desa Sukasari terletak di kaki gunung Pulosari dan Aseupan dengan ketinggian 330 m dari permukaan laut. 4.3. Iklim Berdasarkan data potensi desa Sukasari tahun 2006, suhu rata-rata harian di desa Sukasari yaitu 25° C, curah hujan sebesar 2300 mm/tahun dengan jumlah bulan basah adalah 6 bulan. Berdasarkan klasifikasi Schimdt dan Ferguson, tipe iklim di Desa Sukasari ini termasuk ke dalam tipe iklim C dengan nilai Q = 14,3 % - 33 %. 4.4. Tata Guna Lahan Berdasarkan data potensi Desa Sukasari tahun 2006, tata guna lahan di Desa Sukasari sebagian besar berupa kawasan hutan (57,67 %). Tata guna lahan Desa Sukasari dapat dilihat pada Tabel 1.
28
Tabel 1 Tata guna lahan di Desa Sukasari No
Jenis Penggunaan
1
Pemukiman
2
Kebun rakyat
3
Sawah
4
Luas (ha) 18,8
16,04
8,4
7,17
22,4
19,11
a. Sawah Irigasi
11,2
b. Sawah tadah hujan
11,2
Kawasan Hutan
67,6
a. Hutan
12,80
b. Semak
54,80
Total
Persentase(%)
117,20
57,67
100,00
Sumber : Data potensi Desa Sukasari tahun 2006
Dari Tabel 1 luas pemilikan sawah dan kebun di Desa Sukasari ternyata masih sangat sempit, akibatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan lapangan kerja petani dan sumber pendapatan petani yang melakukan usahatani tidak intensif. Akibat lebih lanjut untuk pemenuhan kebutuhan, petani melakukan penyerobotan lahan hutan. 4. 5. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Berdasarkan data potensi Desa Sukasari tahun 2006 jumlah penduduk Desa Sukasari ada 3.923 jiwa yang terdiri pria 2.008 (51,19 %) jiwa dan wanita 1.914 jiwa (48,74 %). Jumlah keluarga ada 747 KK, sehingga rata-rata anggota keluarga ada 5 orang per KK. Penduduk dengan usia 0-14 tahun berjumlah 1.057 jiwa atau 26,94%. Penduduk dengan usia 15-58 tahun berjumlah 2.541 jiwa atau 64,77 % dan >58 tahun berjumlah 358 jiwa atau 8,29 % . Penduduk Desa Sukasari seluruhnya beragama Islam (100%). Komposisi penduduk menurut umur lebih lengkap disajikan dalam Tabel 2.
29
Tabel 2 Komposisi penduduk Desa Sukasari menurut kelompok umur tahun 2006 Kelompok Umur
Jumlah Jiwa (orang)
Persentase (%)
(Th) 0-4
340
8,67
5-9
329
8,39
10-14
388
9,89
1.057
26,95
15-19
393
10,02
20-24
339
8,64
25-29
302
7,70
30-34
311
7,93
35-39
240
6,12
40-44
269
6,86
45 - 49
240
6,12
50-54
260
6,63
55-58
187
4,76
2.541
64,77
> 58
325
8,28
Jumlah III
325
8,28
3.923
100,00
Jumlah I
Jumlah II
Jumlah Total
Sumber : Data Potensi Desa Sukasari tahun 2006
Rasio ketergantungan umur (Dependency Ratio-DR) menurut Tabel 2 sebesar 54,38 % yang berarti ketergantungan penduduk berumur 0-14 tahun dan > 58 tahun (tidak produktif) terhadap penduduk berumur 15-58 tahun (produktif) sebesar 54,38 % artinya satu penduduk usia produktif menanggung beban biaya hidup 0,54 penduduk tidak produktif.
30
2. Mata Pencaharian Sebagian besar penduduk Desa Sukasari bermatapencaharian sebagai buruh tani, yaitu sekitar 17,92% (703 orang), petani sebanyak 615 orang (15,68 %), buruh sebanyak 524 orang (13,36%), pedagang sebanyak 405 orang (10,32 %) pengrajin 305 orang(7,78 %), PNS 15 orang (0,38 %), Sopir 40 orang (1,02 %), penjahit 5 orang (0,13 %), peternak 27 orang (0,69 %). Tabel 3 menunjukkan komposisi penduduk Desa Sukasari menurut mata pencaharian pokok. Tabel 3 Kondisi penduduk Desa Sukasari menurut mata pencaharian pada tahun 2006 No
Jenis Pekerjaan
1
Buruh Tani
703
17,92
2
Petani
615
15,68
3
Pedagang
405
10,32
4
Pengrajin
305
7,78
5 6
Buruh PNS
524 15
13,36 0,38
7
Sopir
40
1,02
8
Penjahit
5
0,13
9
Peternak
27
0,69
10
Belum bekerja
1.057
26,94
11
Tidak bekerja
227
5,78
3.923
100,00
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase(%)
Sumber : Data potensi Desa Sukasari tahun 2006
3. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sukasari sebagian besar adalah tidak tamat SD/MI. Penduduk Desa Sukasari yang tidak tamat SD/MI sebanyak 752 orang atau sekitar 19,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Desa Sukasari. tamat SD/MI sebanyak 520 orang (13,26%), tamat SLTP/MTs 337 orang (8,59 %), tamat SLTA/MA 279 orang (7,11 %), tamat D1 sebanyak 5 orang (0,13 %), tamat D2 sebanyak 9 orang (0,23 %), tamat S1 sebanyak 6 orang ( 0,15 %), dan usia 7 – 15 tahun yang masih sekolah berjumlah 992 orang (25,29 %). Kondisi ini digambarkan pada Tabel 4. Di Desa Sukasari terdapat fasiltas pendidikan formal
31
yaitu 4 unit Sekolah Dasar dan 1 unit Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu juga terdapat 1 unit TK, 3 unit lembaga pendidikan agama Islam dan 1 unit taman baca. Untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP dan SLTA masyarakat harus menempuh jarak sekitar 3 km ke Kecamatan Jiput, karena di Desa Sukasari tidak ada SLTP. Tabel 4 Tingkat pendidikan penduduk Desa Sukasari tahun 2006 No 1
Pendidikan
2 3
Usia dibawah 7 tahun yang belum sekolah Usia 7-45 tahun yang tidak sekolah Tidak tamat SD/MI Tamat SD/MI
4
Jumlah (orang )
Persentase (%)
468
11,93
149
3,80
805 631
20,52 16,08
Tamat SLTP/MTs
737
18,79
5
Tamat SLTA/MA
559
14,25
6 7 8 9
Tamat D1 Tamat D2 Tamat S1 Usia 7 – 15 tahun yang masih sekolah
5 9 6 554
0,13 0,23 0,15 14,12
3.923
100,00
2
Total Sumber : Data potensi Desa Sukasari tahun 2006
4. Kondisi Kesehatan, Perumahan, dan MCK Selain pangan dan pendidikan, kesehatan juga merupakan indikator utama untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Kesehatan masyarakat Desa Sukasari cukup baik, dilihat dari tidak adanya Kejadian Luar Biasa ( KLB), tidak adanya ibu melahirkan yang meninggal, dan imunisasi yang dilakukan setiap bulan di Desa Sukasari. Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Sukasari adalah posyandu (7 unit ). Tenaga medis yang ada yaitu bidan desa (1 orang), dukun beranak terlatih ( 2 orang ).Untuk penyakit yang ringan biasanya masyarakat cukup mengonsumsi obat-obatan yang tersedia di warung-warung kecil, sedangkan untuk penyakit
32
yang cukup parah, mereka harus berobat ke dokter umum yang letaknya sekitar 3 km dari Desa Sukasari, yaitu di Desa Sukaraja. Kondisi perumahan di Desa Sukasari umumnya sudah memiliki kontruksi yang permanen (rumah yang ditembok sampai atas dan berlantai tembok). Kebutuhan air untuk keperluan hidup sehari-hari seperti Mandi Cuci Kakus (MCK) maupun keperluan masak dan minum, masih tergantung pada sumber mata air dari Gunung Aseupan. Untuk tipe rumah yang permanen umumnya mereka sudah memiliki sarana MCK tersendiri yang sudah berada di dalam rumah dengan tetap memanfaatkan sumber mata air pegunungan yang disalurkan melalui selang – selang plastik. Jarak mata air pegunungan ke rumah penduduk sekitar 1 3 Km. Sedangkan untuk rumah semi permanen (rumah yang hanya ditembok hingga jendela dan berlantai tanah atau tembok) dan tidak permanen (rumah yang dindingnya terbuat dari bilik bambu (anyaman bambu ) dan berlantai tanah atau tembok), mereka menggunakan sarana MCK yang tidak permanen ( hanya terbuat dari kayu dan bambu serta berada di luar rumah) dan ada beberapa responden yang menggunakan saranan MCK umum. Tabel 5 menunjukkan karakteristik tipe rumah penggarap lahan PHBM. Tabel 5 Karakteristik tipe rumah penggarap lahan PHBM Tipe Rumah
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tidak permanen
8
26,67
Semi Permanen
3
10,00
Permanen
19
63,33
Jumlah
30
100,00
Sumber : Data potensi Desa Sukasari tahun 2006
5. Agama dan kepercayaan Penduduk Desa Sukasari seluruhnya beragama Islam (100%). Prasarana peribadatan yang tersedia yaitu Mesjid sebanyak 9 buah , Musholla sebanyak 16 buah, dan tempat perkumpulan keagamaan berupa Majelis Ta’lim ada 10 buah. 6. Kelembagaan Masyarakat Pemerintahan Desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang dibantu seorang sekretaris dan kepala urusan (Struktur Organisasi Pemerintahan Desa dapat dilihat pada Lampiran 2). Di Desa Sukasari juga sudah dibentuk BPD
33
(Badan Perwakilan Desa). Selain itu terdapat 17 Kelompok Tani Hutan yang tergabung dalam LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan ). Lembaga perokonomian yang sudah terbentuk yaitu Koperasi Karya Mulia. Namun, karena baru terbentuk bulan Maret tahun 2007, koperasi ini belum aktif. Alasannya karena kepala Koperasi Karya Mulia adalah seorang mandor Perhutani yang cukup sibuk pada pekerjaannya sehingga belum sempat mengaktifkan koperasi tersebut.
4.6. Sarana dan Prasarana Desa Sarana dan prasarana yang cukup penting di Desa Sukasari antara lain terdiri dari sarana dan prasarana transportasi, ibadah, olah raga, kesehatan, dan pendidikan. Untuk sarana transportasi terdiri dari jalan desa, jalan antar kecamatan, jembatan desa, jembatan antar desa/kecamatan. Sarana transportasi belum ada angkutan umum di Desa Sukasari, sehingga untuk menempuh perjalanan antar desa/kecamatan penduduk menggunakan jasa ojek. Aksesibilitas Desa Sukasari sudah sangat baik dengan kondisi jalan beraspal yang menjangkau sebagian besar wilayah kampung dan jalan ini juga menjadi jalan alternatif menuju Pantai Carita. Sarana transportasi umum seperti angkutan kota (angkot) belum menjangkau ke desa ini. Angkot hanya sampai di Kecamatan Menes saja. Untuk dapat masuk ke Desa Sukasari harus menggunakan ojek atau kendaraan pribadi. Jalan desa terdiri dari jalan aspal sepanjang empat km yang menghubungkan antara Desa Banjarwangi dan Desa Sukaraja dalam kondisi baik, jalan makadam sepanjang satu km dalam kondisi baik. Untuk jembatan desa terdapat jembatan beton sebanyak lima unit (empat unit dalam kondisi baik dan satu unit dalam kondisi rusak). Sedangkan jembatan antar desa/kecamatan terdapat jembatan beton sebanyak satu unit dalam kondisi baik. Selain itu terdapat tiga pangkalan ojek. Sarana penerangan sudah menggunakan jasa PLN. Namun, keterbatasan masih dapat dilihat untuk pengadaan penerangan jalan umum, baik itu jalan utama dan jalan setapak yang menghubungkan rumah – rumah penduduk yang tidak
34
terletak di jalan utama atau jalan desa. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat menggunakan senter untuk beraktifitas di luar rumah pada malam hari. Sarana telekomunikasi berupa telepon selular sudah menjangkau Desa Sukasari, bahkan sudah ada pemancar Indosat yang didirikan di kampung Kadu Kupa pada saat dilakukan penelitian. Media komunikasi yang telah dapat diakses oleh penduduk Desa Sukasari antara lain media elektronik, baik berupa radio ataupun televisi, bahkan ada salah seorang warga yang sudah memiliki antena parabola.
35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sejarah Lahan Hutan di Desa Sukasari Desa Sukasari secara administratif termasuk wilayah hutan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandalawangi. Faktor geografis ini menyebabkan interaksi antara masyarakat Desa Sukasari dengan wilayah hutan milik Perum Perhutani tergolong kuat. Interaksi tersebut dapat bersifat positif misalnya hubungan mitra kerja dalam kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) atau juga dapat bersifat negatif yang dapat mengancam kelestarian hutan misalnya penebangan pohon oleh masyarakat. Hutan negara di Desa Sukasari memiliki luas 67,6 ha yang terdiri dari satu petak yaitu petak 43 dengan 3 anak petak (a, b dan c). Namun, tidak semua lahan hutan Desa Sukasari dijadikan lahan garapan PHBM. Lahan yang digarap oleh masyarakat seluas 60,46 % dari luas hutan di Desa Sukasari. Penggarapan lahan hutan di Desa Sukasari yang masuk ke dalam RPH Mandalawangi pada petak 43 (a, b dan c ) sudah dimulai sejak tahun 1960. Hal ini terbukti dari adanya satu responden yang menyatakan telah menggarap di hutan sejak tahun 1960. Lahan yang digarap ditanami dengan tanaman buah – buahan seperti duren yang menghasilkan buah yang bisa dikonsumsi dan dijual untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut salah seorang warga pada tahun 1955 sampai 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) masuk ke kampung-kampung dan juga memprovokasi masyarakat agar menggarap lahan hutan dengan menanami tanaman pangan seperti palawija, padi dan singkong. Selanjutnya, PKI membentuk suatu perkumpulan dengan anggotanya adalah petani – petani penggarap. Perkumpulan ini dinamakan Barisan Tani Indonesia (BTI). Kemudian petani – petani yang masuk ke dalam BTI diperintahkan oleh PKI untuk melakukan penggarapan lahan milik negara dan menjadikannya lahan pertanian. Setelah PKI ditumpas tahun 1966, PKI dan seluruh organisasi dibawahnya juga dibubarkan termasuk BTI. Kemudian pada tahun 1972, dilakukan rehabilitasi hutan dengan penanaman mahoni oleh petugas kehutanan. Konflik penggunaan lahan
36
hutan, seperti petani menanam tanaman buah-buahan tanpa ada izin terlebih dahulu dan menebang tanaman lain, menimbulkan masalah bagi Perhutani sebagai pihak pengelola hutan. Pada tahun 1998 masyarakat mulai merambah hutan, kemudian pada tahun 2001 masyarakat melakukan penebangan besar-besaran di lahan hutan, menurut mandor tanam dan KRPH (Kepala Resort Pemangkuan Hutan) hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal mereka, mereka menggunakan kayu tersebut untuk membangun rumah mereka. Kemudian Perhutani mencari jalan keluar dengan membentuk suatu program yang melibatkan masyarakat yang sudah menggarap lahan hutan ke dalam program PHBM. Ada beberapa alasan dan latar belakang yang dikemukakan oleh responden dalam menggarap lahan hutan sebelum disosialisikannya program PHBM. Sebanyak 16 responden (51,61 %) menjadikan pendapatan sebagai alasan utama penggarapan lahan hutan. Sebagian yang lain (48,38 %) menggarap lahan hutan karena “ikut-ikutan“ saja, hanya ingin menggarap lahan hutan sebagai tempat untuk menanam tanaman musiman seperti melinjo, kopi, cengkeh, petai dan jengkol. PHBM di Desa Sukasari mulai disosialisasikan pada tahun 2004, sekaligus dengan pembentukan struktur LMDH. Dalam pelaksanaan PHBM, Perhutani juga melibatkan LSM Bina Mitra Bandung dengan melakukan PRA(Participatory Rural Appraisal) pada tahun 2003, kemudian pada saat pelaksanaan PHBM Perhutani melibatkan LSM Komite Peduli Lingkungan (KOPLING) pada tahun 2005 yang berpusat di Kabupaten Pandeglang. Salah satu langkah pelaksanaannya adalah mengenalkan dan mengembangkan PHBM dalam bentuk penyuluhan. Namun pada saat penelitian ini dilaksanakan banyak masyarakat yang tidak tahu LSM dan tidak merasakan peran dari LSM dalam menyukseskan program PHBM. Kesepakatan tentang hak dan kewajiban masing – masing pihak dibuat dalam program PHBM. Masyarakat mendapatkan hak yang legal dalam menggarap hutan, tetapi mereka pun diwajibkan untuk menjaga dan memelihara tanaman pokok (mahoni) yang tumbuh di lahan garapannya masing – masing. Berdasarkan sistem bagi hasil yang telah disepakati, karena lahan PHBM di Gunung Aseupan termasuk hutan lindung, maka tidak ada bagi hasil kayu, yang ada hanyalah bagi hasil tanaman
37
buah-buahan. Para penggarap mendapatkan 75% dan Perhutani mendapatkan 25 %. Hak dan Kewajiban peserta PHBM yang dituangkan dalam Perjanjian Pengelolaan Sumberdaya Hutan antara Perum Perhutani KPH Banten dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sukakarya yaitu : 1. Kewajiban Peserta PHBM a. Memelihara tanaman Mahoni dan tanaman pertaniannya b. Menyetorkan 25% hasil tanaman pertaniannya kepada Perhutani sebagai hak bagi hasil. c. Menjaga keamanan tanaman hutan dan tanaman pertaniannya. d. Melaporkan setiap tindakan pelanggaran hukum kepada pihak yang berwenang. e. Bersama-sama Perhutani melakukan pemantauan dan penilaian terhadap keberhasilan tanaman pokok mahoni dan tanaman pertanian secara periodik. 2.
Hak peserta PHBM a Memperoleh informasi mengenai segala bentuk kegiatan dan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan dari pihak Perhutani. b. Bersama
Perhutani
menyusun
rencana
teknis
pelaksanaan
kegiatan
pengelolaan sumberdaya hutan yang menjadi obyek kerjasama. c. Memperoleh upah pelaksanaan kegiatan sesuai tarif yang berlaku di Perum Perhutani sesuai kegiatan yang ada. d. Mendapat pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang menjadi obyek kerjasama, minimal dua bulan satu kali. e. Memperoleh 75% dari hasil tanaman pertanian yang ditanam peserta PHBM. f. Memperoleh bibit tanaman mahoni untuk keperluan kegiatan penyulaman di lokasi penanaman. 3.
Kewajiban Perum Perhutani : a. Memberikan informasi mengenai segala bentuk kegiatan dan kebijakan pengelolaaan sumberdaya hutan kepada peserta PHBM.
38
b. Bersama peserta PHBM menyusun rencana teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang menjadi obyek kerjasama. c. Menyerahkan upah pelaksanaan kegiatan yang menjadi hak peserta PHBM sesuai tarif yang berlaku di Perum Perhutani sesuai kegiatan yang ada. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan yang menjadi obyek kerjasama. e. Menyerahkan bibit tanaman mahoni untuk keperluan kegiatan penyulaman di lokasi penanaman. 4.
Hak Perum Perhutani a. Memperoleh kondisi tanaman pokok dan tanaman pertanian yang terpelihara dan terjaga dengan baik. b. Memperoleh 25 % hasil tanaman pertanian yang ditanam peserta PHBM c. Memperoleh informasi dari peserta PHBM mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan kondisi tanaman mahoni dan tanaman pertanian yang menjadi obyek kerjasama. d. Memperoleh laporan mengenai segala bentuk kejadian dan pelanggaran hukum yang terjadi dalam kawasan hutan Negara yang terikat dalam perjanjian itu. e. Memperoleh laporan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan peserta PHBM. Dalam pelaksanaan bagi hasil di Desa Sukasari, ada keterangan tambahan, yaitu
dari 25 % yang disetorkan ke Perhutani dibagi lagi menjadi 10 % untuk Perhutani, 10% untuk LMDH, dan 5% untuk desa. Namun, sampai sekarang dari pihak desa (Kepala Desa) belum pernah menerima bagi hasil tersebut untuk pembangunan desa. Hal ini dikarenakan administrasi yang tidak jelas dan rapih di LMDH Sukakarya.
5.2. Sosialisasi PHBM dan Bentuk Kegiatannya. Pelaksanaan PHBM di Desa Sukasari ini diawali dengan pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang merupakan penggarap – penggarap lahan hutan, pada bulan Agustus 2004. Kemudian pada tanggal 14 September 2004 dibentuklah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang diikuti oleh masyarakat penggarap,
39
Badan Perwakilan Desa (BPD), aparat desa, Kepala RPH Mandalawangi, dan tokoh agama (Ust. Abdurrohim) di MI (Madrasah Ibtidaiyah) Bojong Hejo. Pada tanggal 7 Desember 2004 dibuat perjanjian kerjasama PHBM antara Perum Perhutani KPH Banten dengan LMDH Sukakarya yang disaksikan oleh Kepala Desa Sukasari dan Camat Menes. Kegiatan PHBM yang dilakukan oleh para penggarap dimulai dari pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan yang meliputi kegiatan penyulaman tanaman pokok, pemangkasan, penyiangan dilanjutkan dengan pemanenan dan pemasaran hasil selain tanaman pokok yaitu mahoni. Dalam kegiatan penanaman, pihak Perhutani memberikan ketentuan jarak tanam untuk tanaman mahoni sebesar 6m x 2m, sedangkan untuk tanaman musiman tidak diberikan ketentuan mengenai jarak tanaman oleh Perhutani. Pada tahap pemeliharaan, para penggarap jarang sekali melakukan pemupukan, karena keterbatasan dana untuk membeli pupuk. Pada tahap ini, para penggarap lebih banyak melakukan penyiangan dan pemangkasan. Untuk pemanenan tanaman musiman yang diperoleh oleh penggarap umumya dijual dan hanya sedikit yang dikonsumsi. Responden tidak ada yang menjual hasil panen buah - buahan dengan sistem ijon, mereka menjual hasilnya langsung kepada pemborong yang berada di kampung mereka.
5.3. Karakteristik PHBM di Desa Sukasari Para penggarap menggunakan pola kebun campuran dalam mengelola lahan garapan PHBM. Status lahan garapan PHBM adalah milik negara. Jumlah responden yang memiliki lahan garapan dari pemberian saudaranya yaitu satu orang. Responden lain sebanyak 29 orang memperoleh lahan berdasarkan siapa yang lebih dahulu menggarap lahan, maka orang tersebut berhak untuk mengelolanya. Tidak ada responden yang melakukan jual beli lahan garapan karena mereka sudah mengerti bahwa lahan garapan tersebut adalah milik negara sehingga tidak bisa diperjualbelikan. Pengelolaan lahan garapan PHBM rata-rata dilakukan sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja tambahan, selain itu ada yang mempekerjakan orang lain
40
untuk membersihkan lahan garapan dengan cara mengupah kuli. Namun, hal itu terjadi karena pemilik lahan tersebut adalah perempuan. Lahan garapan di Desa Sukasari terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 500 mdpl. Jarak lahan garapan PHBM dari rumah responden cukup beragam antara 1 km-5 km. Topografi sebagian besar lahan garapan PHBM adalah curam, meskipun ada beberapa responden yang lokasi lahan garapannya cukup landai.
Gambar 1 Lahan garapan PHBM. Jenis tanaman yang ditanam pada lahan garapan PHBM didominasi oleh tanaman pokok mahoni daun besar (Swietenia macrophilla) dan mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni) dimana jumlah mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni)lebih banyak. Selain tanaman pokok, tanaman musiman yang ditanam oleh masyarakat didominasi oleh tanaman melinjo (Gnetum gnemon) dan kopi (Coffea robusta). Selain itu para penggarap juga menanam cengkeh (Sygizium aromaticum), petai (Parkia speciosa), pisang (Musa paradisiaca), jengkol (Pithecellobium jiringa) dan durian (Durio zibethinus). Secara umum para penggarap PHBM mengkombinasikan antara tanaman keras atau tahunan yaitu mahoni, sengon, puspa, mahoni afrika, atau durian dengan tanaman musiman seperti melinjo, kopi, cengkeh, durian, pisang, jengkol, petai, dan cokelat. Para penggarap ada yang menanam tanaman tersebut dengan jarak tanam teratur, tetapi juga ada beberapa responden yang menanam tanaman dengan jarak yang tidak teratur. Para penggarap hanya berusaha memaksimalkan lahan yang ada.
41
Jika masih ada lahan garapan mereka yang kosong, maka para penggarap menanam dengan tanaman baru. Banyaknya jenis tanaman yang terdapat di lahan garapan PHBM telah menjadikan lahan PHBM sebagai salah satu alternatif usaha tani yang cukup menjanjikan dan bermanfaat. Selain dapat menambah penghasilan para penggarap, lahan PHBM juga memberikan manfaat untuk konservasi lingkungan yang cukup besar dan berbagai manfaat sosial lainnya.
5.4. Keadaan Sosial Ekonomi Responden Dalam pelaksanaan penelitian ini responden yang menjadi obyek penelitian adalah warga Desa Sukasari yang menggarap lahan PHBM dan tergabung dalam Kelompok Tani Hutan. Jumlah responden yang diambil adalah 30 orang. Sebagian besar responden bekerja sebagai buruh. Meskipun demikian, ada sebagian responden yang bekerja pada sektor lain, misalnya sebagai Pegawai Negeri Sipil, pengrajin, petani, pengusaha kusen dan bengkel, pedagang, pengusaha lapak, maupun guru. Keadaan ini dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 Mata pencaharian utama responden Pekerjaan Utama Jumlah(orang) Buruh PNS Pengrajin Petani Pengusaha Kusen dan bengkel Pengusaha lapak Pedagang Jumlah
Persentase(%) 18 5 1 3 1 1 1 30
60,00 16,67 3,33 10,00 3,33 3,33 3,33 100,00
Sumber : Data primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling besar bekerja sebagai buruh. Dari 30 responden ada lima orang yang bekerja sebagai PNS, tiga orang dengan tingkat pendidikan SLTP/MTs, dua orang dengan tingkat pendidikan SLTA/MA. Responden yang bekerja sebagai petani rata - rata menjalankan pekerjaan tersebut karena lanjutan dari orang tua (warisan), ditambah lagi dengan tingkat
42
pendidikan yang rendah yaitu SD, sehingga tidak ada keinginan untuk bekerja di sektor lain. Jumlah responden yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini sebanyak 30 orang dimana 93,33 % adalah laki-laki (28 orang) dan 6,67 % adalah perempuan (2 orang) dengan kisaran umur antara 21-75 tahun. Komposisi responden menurut umur disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase(%) 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 Jumlah
1 0 0 3 8 3 3 3 3 4 2 30
3,33 0,00 0,00 10,00 26,67 10,00 10,00 10,00 10,00 13,33 6,67 100,00
Sumber : Data primer
Tabel 7 menunjukkan bahwa usia penggarap lahan PHBM relatif menyebar, baik pada usia muda maupun pada usia tua. Tingkat pendidikan responden tergolong rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya responden yang belum memenuhi syarat pendidikan minimal 9 tahun. Selain itu terlihat dari adanya satu responden yang tidak sekolah (3,22%). Sebagian responden yaitu sebanyak 24 orang berpendidikan SD/MI (80,00%). Responden yang berpendidikan SLTP/MTs sebanyak 3 orang (10,00%) dan SLTA/MA sebanyak 2 orang (6,67%). Tabel 8 menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan.
43
Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Tidak Sekolah SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA Perguruan Tinggi Jumlah
Persentase(%)
1 24 3 2 0 30
3,33 80,00 10,00 6,67 0,00 100,00
Sumber : Data primer
Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih belum merata dan tergolong rendah. Dilihat dari jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan, responden yang berpendidikan dibawah SD sampai SD lebih banyak menjadi buruh, satu orang responden menjadi pengrajin atap yang terbuat dari daun kirey, tiga orang menjadi petani (warisan dari orang tua), satu orang pengusaha kusen dan bengkel, satu orang pedagang, dan satu orang pedagang lapak (pengumpul sampah plastik dan besi). Responden yang berpendidikan SLTP/MTs bekerja sebagai PNS dan empat orang responden yang berpendidikan SLTA/MA bekerja sebagai PNS dan Guru MI. Berikut Tabel 9 yang menyajikan data karakteristik responden menurut pekerjaan dan pendidikan. Tabel 9 Data karakteristik responden menurut pekerjaan dan pendidikan
No Pendidikan
Pekerjaan Pengusaha kusen dan Petani bengkel
Buruh
Pensiunan
Pengrajin
18
0
1
3
Pengusaha lapak
Jumlah
Pedagang
1
1
1
25
1
SD/MI
2
SLTP/MTs
0
3
0
0
0
0
0
3
3
SLTA/MA
0
2
0
0
0
0
0
2
18
5
1
3
1
1
1
30
Jumlah
Sumber : Data primer
Dari 30 responden, sebanyak 10 orang responden termasuk ke dalam stratum I untuk luas kepemilikan lahan lebih dari 0,75 ha sampai dengan 1,5 Ha atau sekitar
44
33,33 % dari total responden. Pada stratum II terdapat 10 orang responden atau sekitar 33,33 % dengan luas lahan antara 0,5 ha – 0,75 ha. Sisanya sebanyak 10 responden atau sekitar 33,33 % dengan luas lahan kurang dari 0,5 ha. Luasan lahan berpengaruh terhadap produktifitas lahan, artinya semakin luas lahan maka kemungkinan kombinasi tanaman / pohon yang ditanam akan semakin besar, sehingga produktifitas lahan akan semakin besar . Kondisi ini dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah responden, persentase, dan rataan luas lahan setiap stratum Kategori Luas Lahan
Jumlah responden
Persentase Rataan Luas Lahan (%)
(ha)
(orang) Stratum I( 0,75 - 1,5 ha)
10
33 ,33
1,03
Stratum II ( 0,5 – 0,75
10
33,33
0,525
Stratum III (< 0,5 ha)
10
33,33
0,24
Jumlah
30
100,00
-
ha)
5.5. Pendapatan Responden Pendapatan rumahtangga penggarap untuk setiap penggarap tidak sama, begitu pula dengan sumber - sumber pendapatan yang berbeda untuk tiap penggarap. Secara umum, sumber utama pendapatan penggarap lahan PHBM adalah dari mata pencaharian pokok dan sampingan serta dari kegiatan usahatani seperti lahan garapan PHBM, sawah, kebun milik, ternak dan berdagang. Untuk lahan garapan PHBM sendiri memiliki kontribusi yang tidak besar, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga penggarap. 5.5.a Pendapatan Responden dari Lahan Garapan PHBM Usaha tani lahan garapan PHBM memberikan kontribusi yang beragam sesuai dengan luas lahan garapan PHBM yang dikelola serta keberagaman jenis dan jumlah tanaman yang ditanam di lahan garapan PHBM. Jika dikelompokkan menurut luasan
45
lahan yang digarap, total pendapatan per tahun dari lahan garapan PHBM yang terbesar terdapat pada stratum I dengan luasan lahan >0,75 ha yaitu sebesar Rp. 20.770.000,00. Jumlah ini menyumbangkan sebesar 70,71% dari total pendapatan per tahun yang bersumber dari lahan garapan PHBM. Jika dirata-ratakan, maka besarnya pendapatan per tahun dari lahan garapan untuk masing-masing responden adalah Rp.2.077.000,00. Untuk stratum II dengan luasan lahan 0,5 sampai dengan 0,75 ha, pendapatan total per tahun dari lahan garapan PHBM adalah Rp. 6.056.000,00 atau sekitar 20,62% dari keseluruhan pendapatan per tahun yang bersumber dari lahan garapan PHBM. Rata-rata pendapatan responden pada stratum II sebesar Rp.605.600,00, sedangkan pada stratum III yang memiliki luasan lahan terkecil yaitu kurang dari 0,5 ha, pendapatan total per tahun dari lahan garapan PHBM sebesar Rp.2.549.000,00 atau sekitar 8,67% dari pendapatan total PHBM dari seluruh stratum. Rata-rata pendapatan per tahun masing - masing responden sebesar Rp.254.900,00. Pendapatan responden dari lahan garapan PHBM per tahun menurut stratum lebih jelas tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Pendapatan rata – rata responden dari lahan garapan PHBM menurut Stratum tahun 2007. Stratum
Total Pendapatan Rp
I( 0,75 - 1,5 ha)
% 20.770.000
70,71
II (0,5-0,75 ha)
6.056.000
20,62
III (<0,5 ha)
2.549.000
8,67
29.375.000
100,00
Jumlah Sumber : Data primer, diolah (2008)
Tabel 11 menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi ada pada stratum I dimana luasan lahannya paling besar (lebih dari 0,75 ha). Hal ini karena jumlah pohon yang ditanam oleh responden pada stratum ini lebih banyak dibandingkan stratum II dan III serta jumlah pohon yang produktif juga lebih banyak. Dengan alasan tersebut, maka jelas jika luas lahannya semakin besar maka pendapatan dari lahan garapan juga
46
semakin besar. Pendapatan per tahun yang dihitung per hektar, disajikan pada Tabel 12 Tabel 12
Pendapatan responden dari lahan garapan PHBM menurut stratum (Rp/ha/tahun) Stratum
Total Pendapatan
I( 0,75 - 1,5 ha)
2.016.505
II (0,5-0,75 ha)
1.153.523
III (<0,5 ha)
1.062.083
Sumber : Data primer, diolah (2008)
Tabel 12 menunjukkan jika pendapatan rata-rata responden dihitung per hektar, maka pendapatan total yang terbesar tetap berada pada stratum I dimana luasan pada stratum ini adalah yang terbesar (lebih dari 0,75 ha). Pendapatan pada stratum II lebih besar daripada stratum III, dengan semakin luas lahan garapan PHBM maka semakin besar pendapatan lahan garapan PHBM yang diperoleh. Besarnya pendapatan PHBM pada stratum I dibandingkan stratum lainnya disebabkan oleh luas lahan PHBM yang lebih besar, sehingga para penggarap dapat menanam tanaman semusim dengan jumlah yang lebih banyak. Jumlah pohon yang produktif pada stratum I lebih banyak daripada stratum II dan III. Tanaman produktif pada stratum I yaitu 163 melinjo, 390 kopi, 50 duren, 185 cengkeh dan 50 jengkol, stratum II yaitu 66 melinjo, 269 kopi, 5 cengkeh dan 2 pisang serta stratum III yaitu 91 melinjo, 83 kopi, 4 cengkeh, 3 pisang. 5.5.b. Pendapatan Total Responden Pendapatan total responden terdiri dari pendapatan dari lahan garapan PHBM, yang ditambahkan dengan pendapatan dari sumber-sumber yang lain termasuk dari pertanian, berdagang, ternak dan mata pencaharian pokok. Kondisi ini dijelaskan pada Tabel 13.
9.791.667
2.549.000
Sumber : Data primer, diolah (2008)
Rata-rata
3 III
2 II
6.056.000
20.770.000
Stratum (Rp)
1 I
No
PHBM (Rp)
%
300.000 0,27
%
2.250.000 2,04
809.833 0,81
1.420.000 0,82
(Rp)
Kebun milik
0
%
0
360.000 0,32
200.000 0,20
(Rp)
Ternak
6,78 1.800.000 1,63 1.493.277,667 1,23 186.666,67 0,17
2,31
6,09 3.900.000 3,92
11,94 1.200.000 0,69
%
Sawah
Tabel 13 Pendapatan rata- rata responden dari PHBM, usaha tani dan sumber lain dalam 1 tahun
%
114.620.000 90,18
105.000.000 95,05
88.380.000 88,96
150.480.000 86,54
(Rp)
Sumber lain (Rp)
127.891.611
110.459.000
99.345.833
173.870.000
Total (Rp)
47
48
Tabel 13 menunjukkan bahwa pada setiap stratum jumlah pendapatan total dari lahan garapan PHBM menyumbangkan pendapatan yang tidak terlalu besar, walaupun ketika diurutkan menempati posisi kedua terbesar setelah pekerjaan utama dan sampingan dari responden. Pendapatan total stratum I dari lahan garapan PHBM sebesar Rp. 20.770.000 menyumbangkan 11,94% dari pendapatan total responden. Selanjutnya pada stratum II pendapatan PHBM sebesar Rp. 6.056.000,00 atau sekitar 6,09% menyumbang dari pendapatan total responden pada stratum II dan pada stratum III dengan pendapatan dari lahan garapan PHBM sebesar Rp. 2.549.000,00 atau sekitar 2,31% dari pendapatan total responden stratum ke III. Pendapatan pada stratum III ini yang paling kecil kontribusinya dibandingkan dengan stratum I dan stratum II. Jika dibandingkan dengan sumber pendapatan lain, maka terlihat bahwa kontribusi pendapatan terbesar adalah dari sumber lain (gaji, berdagang, upah buruh, pengrajin dan petani, usaha kusen) disusul kemudian pendapatan PHBM dan selanjutnya kontribusi usaha tani dan ternak. Sumber lain memberikan kontribusi terbesar karena sebanyak 22,58 % responden memiliki gaji tetap setiap bulan, sedangkan responden yang lain walaupun tidak punya gaji tetap tetapi mempunyai pekerjaan. Usaha PHBM memberikan
kontribusi
terbesar
kedua
karena
seluruh
responden
juga
mengandalkan hasil dari lahan garapan PHBM untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain itu luas dari lahan garapan PHBM seluruh responden sejumlah 18, 75 ha sedangkan untuk sawah hanya seluas 2 ha, hanya tujuh responden yang memiliki sawah. Hasil dari kebun milik menempati posisi ketiga setelah hasil PHBM dan sawah. Ada tujuh responden yang memiliki kebun milik. Kebun milik memberikan kontribusi yang lebih besar dari sawah pada stratum I, karena jenis tanaman yang ditanami bernilai jual tinggi yaitu cengkeh, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan dari kebun milik. Kontribusi usaha ternak terhadap pendapatan total responden hanya memberikan kontribusi sebesar 0,17%, karena hanya ada tiga orang yang memiliki ternak, sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pendapatan total responden.
49
5.6. Prediksi Pendapatan Responden Sampai Tahun 2015 Prediksi pendapatan dari lahan PHBM dilakukan dari tahun 2008 sampai tahun 2015. Semua tanaman Pada tahun 2015 yang terdapat pada lahan garapan PHBM diperkirakan telah produktif, sehingga mencapai sasaran usaha pertanian di lahan garapan PHBM yaitu pendapatan atau keuntungan yang sebanyak banyaknya tiap satuan luas lahan yang diusahakan. Pendapatan PHBM tahun 2007-2015 160000000
Pendapatan (Rp)
140000000 120000000 100000000
stratum I
80000000
stratum II
60000000
stratum III
40000000 20000000 0 2007 2008
2009 2010 2011
2012 2013 2014
2015
Tahun
Gambar 2 Grafik prediksi pendapatan PHBM sampai tahun 2015. Pendapatan PHBM mulai tahun 2007 sampai tahun 2015 terus meningkat berdasarkan kondisi grafik pada Gambar 2. Hal ini terjadi karena setelah tahun 2007, banyak tanaman yang produktif dengan asumsi jumlah produksi (satuan dalam kg) tetap seperti tahun 2007. Peningkatan pendapatan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2010 ke 2012 pada stratum I. Hal ini disebabkan tanaman pertaniannya produktif pada tahun 2012, dengan jumlah tanaman produktif sebanyak 5.253 terdiri dari 1.909 melinjo, 1981 kopi, 207 petai, 979 cengkeh, 53 duren, 107 jengkol, 17 pisang). Pendapatan responden stratum I akan tetap pada tahun 2013 sebesar Rp 141.458.485,00, karena tidak ada lagi tanaman yang ditanam. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada stratum II setiap tahunnya. Namun, pendapatan tersebut tidak sebanyak stratum I karena jumlah tanaman pada stratum II 3.071 (1.386 melinjo, 1.049 kopi, 85 petai, 321 cengkeh, 5 Duren, 158 jengkol, 17 pisang, 50 coklat). Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan
50
stratum I. Peningkatan pendapatan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan besar pendapatan akan tetap pada tahun 2014 sebesar Rp 67.188.010,00, karena semua tanaman telah produktif pada tahun 2014, sedangkan untuk stratum III dengan jumlah 905 tanaman (472 Melinjo, 288 kopi, 42 petai, 91 cengkeh, 2 duren, 2 jengkol, 3 pisang, 5 cokelat). Pendapatan pada stratum III juga terus meningkat, tetapi tidak sebesar stratum I dan II. Peningkatan pendapatan paling tajam terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2011. Besar pendapatan akan tetap pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 20.382.500,00. Pendapatan rata-rata setiap stratum per tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Pendapatan rata-rata PHBM terhadap pendapatan penggarap setelah tahun 2007 (Rp) Tahun Stratum 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
I
2.605.000
3.805.000
4.637.250
9.059.736
13.855.148
14.700.148
14.700.148
14.700.148
II
1.062.600
1.287.600
2.631.626
5.356.426
6.841.026
6.861.026
6.986.026
6.986.026
304.900
304.900
845.228
1.986.050
2.038.250
2.038.250
2.038.250
2.038.250
III
Sumber : Data primer, diolah (2008)
5.7. Kontribusi PHBM Setelah Tahun 2007 Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap semakin meningkat setelah tahun 2007, hal ini bisa dilihat pada Tabel 15 Tabel 15 Kontribusi PHBM terhadap pendapatan penggarap setelah tahun 2007 (%) Tahun Stratum 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 I II III
22,22 14,73 3,37
27,56 15,31 3,37
30,51 24,16 8,80
44,99 41,85 16,38
56,21 49,28 17,58
57,89 49,38 22,76
57,89 49,69 22,76
57,89 49,69 22,76
Sumber : Data primer, diolah (2008)
Kontribusi PHBM untuk setiap stratum dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga prospek lahan PHBM setelah tahun 2007 sangat baik dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan penggarap seperti data pada Tabel 22. Kontribusi lahan PHBM tertinggi terdapat pada stratum I, hal ini karena jumlah tanaman yang lebih banyak setiap jenisnya dibandingkan stratum II dan stratum III, sedangkan yang paling kecil kontribusinya yaitu stratum III karena
51
jumlah tanaman yang lebih sedikit dari pada stratum I dan II. Besarnya pendapatan PHBM untuk setiap stratum hanya dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang ada pada lahan garapan PHBM tersebut. Input pertanian lainnya seperti pemeliharaan dan pemupukan tidak terlalu berpengaruh terhadap besarnya pendapatan karena tanaman - tanaman pertanian yang ada dilahan PHBM masih diusahakan secara tradisional dan sangat tergantung kepada iklim atau musim panen.
5.8. Tingkat Kesejahteraan Responden Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan responden penggarap PHBM dapat dilihat dari hasil pendapatan penggarap per tahun. Sajogyo (1996) mengungkapkan konsep garis kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan nilai setara harga beras setempat pada tahun tersebut. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : 1. Tidak miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 2. Miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 480 kg beras untuk daerah perkotaan. 3. Miskin sekali, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 320 kg untuk daerah perkotaan. 4. Paling miskin, yaitu apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan dan nilai tukar 270 kg untuk daerah perkotaan. Batas minimum ditentukan berdasarkan besarnya pendapatan per kapita penggarap per tahun setara dengan konsumsi beras. Harga beras yaitu berkisar Rp 3.000 per Kg dan merupakan harga yang berlaku di Desa Sukasari pada saat penelitian. Tingkat Kemiskinan responden dapat dilihat pada Tabel 16
52
Tabel 16 Tingkat kesejahteraan penggarap PHBM (menurut klasifikasi Sajogyo, 1996) Jumlah Tingkat Kemiskinan N % Paling miskin Miskin sekali Miskin Tidak miskin Total
0 0 5 25 30
0,00 0,00 16,67 83,33 100,00
Sumber : Data primer, diolah (2008)
Berdasarkan Tabel 16, sebanyak 83,33 % responden berada di atas garis kemiskinan. Dengan kata lain, penggarap di Desa Sukasari termasuk kategori sejahtera.Tingkat kesejahteraan responden dari tahun 2007-2015 semakin meningkat, rata-rata responden sudah masuk ke dalam kategori tidak miskin pada tahun 2012.
53
54
Paling miskin Miskin sekali Miskin Tidak miskin Total Sumber : Data Primer
N
%
0 0 5 25 30
0,00 0,00 16,67 83,33 100,00
Berdasarkan Tabel 20, sebanyak 83,33 % responden berada di atas garis kemiskinan dengan nilai tidak miskin. Dengan kata lain, penggarap di Desa Sukasari termasuk kategori sejahtera. Tingkat kesejahteraan responden dari tahun 2007-2015 semakin meningkat, rata-rata responden sudah masuk ke dalam kategori tidak miskin pada tahun 2012.
Grafik Pendapatan Strata I 300000000
200000000
Pendapatan (Rp)
150000000 100000000 50000000 0
20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15
Pendapatan (Rp)
250000000
Tahun
55
Grafik Pendapatan Strata II 160000000
Pendapatan (Rp)
140000000 120000000 100000000
Pendapatan (Rp)
80000000 60000000 40000000 20000000
20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15
0
Tahun
Grafik Pendapatan Strata III 160000000
Pendapatan (Rp)
140000000 120000000 100000000
Pendapatan (Rp)
80000000 60000000 40000000 20000000 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
56
53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan rata-rata peserta PHBM untuk stratum I yaitu Rp 2.077.000,00 dengan pendapatan minimum Rp 480.00,00 dan maksimumnya Rp 3.850.000,00; stratum II Rp 533.100,00 dengan pendapatan minimum dan maksimumnya Rp 1.156.000, stratum III Rp 254.900,00 dengan pendapatan minimum Rp 0,00. dan maksimumnya Rp 850.000,00 2. Kontribusi pendapatan PHBM terhadap pendapatan total rumahtangga penggarap tahun 2007 sebagai berikut : untuk stratum I adalah 11,94%, untuk stratum II 6,09%, untuk stratum III adalah 2,31 %. Pendapatan dari PHBM secara keseluruhan memberikan kontribusi terhadap pendapatan total sebesar 6,78 %. 3. Prospek PHBM untuk masa depan sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari pendapatan rata-rata PHBM tahun 2015 sebagai berikut : stratum I sebesar Rp.14.700.148,00; stratum II sebesar Rp 6.986.025,00 dan stratum III sebesar Rp 2.038.250,00. Pendapatan minimum stratum I sebesar Rp. 4.481.250,00 dan maksimumnya Rp.22.215.000; pendapatan minimum stratum II sebesar Rp.3.885.000,00 dan maksimumnya Rp.11.370.000,00; pendapatan
minimum
stratum
III
sebesar
Rp.575.000,00
dan
maksimumnya Rp.3.930.000,00. Perbedaan pendapatan tiap stratum ini disebabkan oleh jumlah tanaman yang ada di lahan PHBM yang berbeda di setiap stratum. Dari prediksi pendapatan PHBM tersebut disimpulkan bahwa PHBM pada tahun 2015 akan meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan total rumahtangga penggarap. 6.2. Saran 1. Agar PHBM dapat memberikan hasil seperti prediksi di atas, maka diperlukan perawatan yang intensif terhadap tanaman PHBM seperti
54
pemupukan, penyiangan serta pencegahan hama dan penyakit, sehingga bisa menghasilkan secara optimal, baik kuantitas maupun kualitasnya. 2. Perhutani hendaknya melakukan pembinaan, bimbingan dan latihan dalam teknik budidaya dan manajemen usahatani termasuk pemasarannya sehungga KTH
menjadi lebih mampu mengelola dan meningkatkan
produktivitas PHBM dan pendapatannya.
56
BAB VII DAFTAR PUSTAKA [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang. 2006. Pandeglang Dalam Angka. [BPS] Badan Pusat Statistik.1990. Indikator kesejahteraan rakyat Indonesia. Jakarta. . 1991. Statistik kesejahteraan rumahtangga. Jakarta. .1993. Sensus pertanian Indonesia. Jakarta. Bungin, B. 2006. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta. Dwivedi, A.P. 1992. Agroforestry principles and practises. New Delhi : Oxford & IBH Publishing Co. Pv. Ltd. Firdaus, M. 2006. Analisis deret waktu satu ragam. IPB Press. Bogor Hairiah, Mustofa A dan Sambas S. 2003. Pengantar agroforestri. Bahan Ajaran 1 Kuliah Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. Hanke, J.E., D.W. Wichern, dan A.G. Reitsch.2003. Peramalan bisnis. Edisi ketujuh. PT.Prenhallindo. Jakarta. Hardjanto, T. W. 1996. Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani ikan hias air tawar di Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hudyastuti, Sri. 1994. Kemitraan nasional dalam pengembangan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jauhari, Ahmad. 2007. Peramalan produktivitas karet alam nasional dan implikasinya terhadap program revitalisasi perkebunan karet di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kartasubrata, J.1986. Partisipasi rakyat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan di Jawa [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Khairida.2002. Pemasaran hasil pohon serbaguna dengan pola agroforestry di Propinsi Lampung [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Machfud, D.S., M. Rosmantika, Y. Iwan, Aras, Herman dan Sumar. 2003. Laporan Hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) Desa Sukasari Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang RPH Mandalawangi BKPH Pandeglang KPH Banten. Seksi Perencanaan Hutan I Bogor. Desa Sukasari. 1999. Mandalawangi [peta rupabumi digital Indonesia]. Bogor: Bakosurtanal. Berwarna, skala 1:25.000.
57
Meilani, S. 2003. Tingkat kesejahteraan rumahtangga pembudidaya ikan di Desa Petir Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mulyana, Y. 2001. Mendayagunakan Kelompok Tani Hutan Untuk Mengusahakan Hutan Tanaman. Departemen Kehutanan. Jakarta. Perum Perhutani. 1990. Pedoman agroforestry dalam program perhutanan sosial. PHT 62 seri produksi 39 Perum Perhutani. Jakarta. . 1991. Panduan pembinaan Kelompok Tani Hutan ( KTH ). PHT 75 seri produksi 52 Perum Perhutani. Jakarta. . 1999. Pedoman pengkajian desa secara partisipatif di Perhutani. Keputusan Direksi Nomor.849 KPTS/DIR/1999. Perum Perhutani. Jakarta. . 2001. Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani. SK Direksi Nomor:136/KPTS/DIR/2001.http://www.fwi.or.id/Regulasi/Aturan/0173.ht m [10 November 2007] Primayuda, A. 2002. Analisis tingkat kesejahteraan rumahtangga buruh nelayan dan pariwisata di Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pujo. 2003. Partisipasi masyarakat pada program kehutanan sosial di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Purwanto. 2004. Analisis peramalan produksi dan produktivitas tanaman pangan Utama (Padi, jagung dan kedelai) di Sumatera dan Jawa [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Ravianto, J. 1990. Produktivitas dan manusia Indonesia. UI Press. Jakarta Reijntjes, Coen, B. Haverkort dan A.Water-Bayer. 1992. Pertanian masa depan. ETC/ILEIA, Leusden, The Netherland. Saharudin, S. 1985. Struktur penguasaan tanah dan pendapatan rumahtangga petani generasi keturunan transmigrasi di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Daerah Tingkat II Polewali Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut pertanian Bogor. Sajogyo.
1996. Memahami dan menanggulang_½$ƒ,ÿð¶He_6P‹ðš_P‹_7¬„ÒʆÑ_ø_ _ø£«ÆQZ6…ötyTà?º _9F_~|n ^L‹_üW !ð__ uQŠHz€___¶É;Ž@ È£_XtÜî4³×_.̶Øp_q_¶ø9_ªH_À¿â_öA uGƒô_
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Marta Ujang Arip Aja Santa Sarikam Sarnai Rusbi Solekah Nawawi Kuslani Sadum Mustopa Bahim Jupri Mukdi Sarjani Juhdi Sukasri Sarnaka Ebi Saiman Margani Aleh Mulyati Masduki Sa'ad Juhroni Saprudin Nana Subrana
jenis kelamin L L L L L L L L P L L L L L L L L L L L L L L L P L L L L L
Umur (tahun)
Lampiran 1. Data karakteristik penggarap PHBM
64 60 74 40 67 70 45 49 55 60 70 40 67 45 60 55 45 52 45 72 46 65 50 45 45 62 45 24 42 40
Status Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Janda Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Janda Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
Pendikan terakhir SD SD SLTA SD Tsanawiyah SD SD SD Tsanawiyah SD Tidak tamat SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SLTA Tidak sekolah SD SD Pesantren SD SD SD SD Alamat kampung kd kupa Bj. Hejo lebak Bj. Hejo lebak Bj. Hejo lebak kd kupa Bj. Hejo Tonggoh Bj. Hejo Tonggoh Kandang Sapi Tareleng Bj.Hejo lebak Bj. Hejo lebak Batu nungku Tareleng Bj. Hejo Tonggoh Kandang Sapi Bj. Hejo Tonggoh Bj. Hejo lebak Bj. Hejo Tonggoh Bj. Hejo Tonggoh Bj. Hejo lebak Bj. Hejo lebak Bj. Hejo Tonggoh Kandang Sapi Kandang Sapi Bj. Hejo Tonggoh Kandang Sapi Bj. Hejo lebak Tareleng Tareleng kd kupa
jumlah anggota keluarga (orang) 10 6 3 8 6 2 8 8 7 4 4 4 2 8 5 1 9 3 9 1 7 7 8 4 5 6 7 1 4 3
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Pekerjaan/Sumber penghasilan Buruh Buruh Pensiunan depag Pengumpul sampah daur ulang Pensiunan depag Buruh Buruh Buruh Buruh Buruh tani Buruh Buruh Petani Buruh Buruh Buruh Buruh Pengusaha Kusen dan bengkel Petani Pembuat atap Buruh Pensiunan guru Buruh Kuli bangunan Pensiunan Pensiunan kecamatan Buruh Buruh Petani Tukang Ojek , pedagang
58
Kepala kampung II Bakro
Kepala kampung I Salim
Ka. Urusan Perencanaan Udi.S
Sekretaris Desa Rafiudin
BPD
Kepala Kampung IV Suryanto
Kasi Pamong Tani Suryadi
Kepala Kampung III Karsid
Kasi.Ekonomi dan Pembangunan Iyus
Ka. Urusan Pembangunan Juhdi
Kasi. Keamanan Kosim
Kepala Desa Uun Daunah
Lampiran 2. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA SUKASARI
59
Kepala Kampung V Suhanda
Kasi. Kemasyarakatan Armin
Ka. Urusan Umum Fachrudin
Lampiran 3 Peta Desa Sukasari
Belukar / Semak Hutan Kebun/Perkebunan Pemukiman Sawah Irigasi Sawah tadah hujan Sungai Mata air Jalan lain Jalan kabupaten Desa Sukasari
Legenda
Jenis Tanaman
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 4
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 3
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 2
Total pohon
4 Jengkol
3 Coklat
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 1
No
1
1
1
1
d2000
0
Tidak Produktif
0
0
Tidak Produktif
Produktif
0
0 8
Produktif
Tidak Produktif
d2000
100
0
100
Produktif
Tidak Produktif
0
Tidak Produktif
Produktif
0
Produktif
15
0
15
Tidak Produktif
Produktif
0
0
Tidak Produktif
Produktif
0
Produktif
d2000
120
0 50
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
45
Tidak Produktif
Produktif
0
0
Produktif
0
25
0
Produktif
d2000
Tahun tanam
Tidak Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Luas lahan(ha) Produktif/Tidak produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
2004
450
120
0
100
0
230
0
2004
0
0
0
0
0
0
0
2004
20
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
2004
0
140
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
530
150
0
180
0
200
0
2005
595
50
0
0
0
250
0
45
0
250
0
2005
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
50
105
8
2007
120
0
100
100
230
0
2007
135
0
135
15
150
0
2007
38
50
20
0
188
45
34
0
188
25
2007
Tahun Produksi
50
105
8
2008
120
0
100
100
230
0
2008
135
0
135
15
150
0
2008
38
50
20
0
188
45
34
0
188
25
2008
50
105
8
2009
120
0
100
100
230
0
2009
135
0
135
15
150
0
2009
38
50
20
0
188
45
34
0
188
25
2009
50
105
8
2010
120
0
100
100
0
230
2010
135
0
135
15
150
0
2010
38
50
20
0
188
45
34
0
188
25
2010
50
0
113
2011
0
120
0
200
0
230
2011
135
0
135
15
0
150
2011
38
50
0
20
188
45
34
0
0
213
2011
200
0
113
2012
0
120
0
200
0
230
2012
0
135
0
150
0
150
2012
0
88
0
20
0
233
0
34
0
213
2012
200
0
113
2013
0
120
0
200
0
230
2013
0
135
0
150
0
150
2013
0
88
0
20
0
233
0
34
0
213
2013
200
0
113
2014
0
120
0
200
0
230
2014
0
135
0
150
0
150
2014
0
88
0
20
0
233
0
34
0
213
2014
61
200
0
113
2015
0
120
0
200
0
230
2015
0
135
0
150
0
150
2015
0
88
0
20
0
233
0
34
0
213
2015
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 7
Total pohon
5 Jengkol
4 Duren
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 6
Total pohon
5 Duren
4 Cengkeh
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 5
Total pohon
3 Cengkeh
1
1
1.5
3
Tidak Produktif
d2000
Tidak Produktif
50
0
0
Tidak Produktif
Produktif
0
0
Produktif
0
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
0
Tidak Produktif
Produktif
50
0
Produktif
0
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
Produktif
0 0
Produktif
Tidak Produktif
d2000
148
0
Produktif
0 45
Produktif
Tidak Produktif
50
Tidak Produktif
0 0
Produktif
Tidak Produktif
50
0 0
d2000
68
10
0
50
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Tidak Produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
60
0
0
0
235
0
2004
0
0
0
50
120
0
0
0
0
0
2004
30
0
0
0
0
0
0
30
0
0
0
2004
0
0
0
0
0
0
60
0
0
0
2005
25
0
0
50
0
0
50
0
260
0
2005
450
0
0
0
0
250
0
0
0
200
0
2005
400
60
0
200
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
50
0
0
0
0
0
0
2006
105
0
0
105
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
60
50
45
0
235
0
2007
19
0
0
50
120
0
38
0
195
0
2007
0
0
79
45
188
50
30
0
150
50
2007
45
10
150
60
50
45
0
235
0
2008
19
0
0
50
120
0
38
0
195
0
2008
0
0
79
45
188
50
30
0
150
50
2008
45
10
150
60
50
45
0
235
0
2009
19
0
0
50
120
0
38
0
195
0
2009
0
0
79
45
188
50
30
0
150
50
2009
45
10
150
60
50
45
0
235
0
2010
19
0
0
50
120
0
38
0
195
0
2010
0
3
79
45
188
50
30
0
150
50
2010
45
10
150
0
110
45
0
235
0
2011
19
0
0
50
0
120
38
0
0
195
2011
0
3
79
45
188
50
0
30
150
50
2011
45
10
150
0
110
45
0
0
235
2012
0
19
0
50
0
120
0
38
0
195
2012
0
3
79
45
0
238
0
30
0
200
2012
0
55
0
0
110
0
45
0
235
2013
0
19
0
50
0
120
0
38
0
195
2013
0
3
0
124
0
238
0
30
0
200
2013
0
55
0
0
110
0
45
0
235
2014
0
19
0
50
0
120
0
38
0
195
2014
0
3
0
124
0
238
0
30
0
200
2014
0
55
0
62
0
110
0
45
0
235
2015
0
19
0
50
0
120
0
38
0
195
2015
0
3
0
124
0
238
0
30
0
200
2015
0
55
0
4 Cengkeh
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 11
Total pohon
4 Cengkeh
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 10
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 9
Toral Pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 8
Total pohon
0.5
0.8
1
1
d2000
0
5
Tidak Produktif
produktif
0
0
Produktif
0
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
90
30
0
30
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Tidak Produktif
0
0
Produktif
Tidak Produktif
30
0
65
0
d2000
0 65
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
0
Tidak Produktif
0 0
Tidak Produktif
Produktif
0
Produktif
d2000
100
0
Tidak Produktif
50
0
50
0
0
d2000
50
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Tidak Produktif
Produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
150
0
2002
60
0
0
0
0
60
0
0
0
2002
250
0
0
250
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
190
190
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
230
30
0
200
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
2004
273
0
0
200
0
0
0
73
0
2004
0
0
0
0
0
0
0
2004
200
0
0
0
0
200
0
2004
295
0
0
0
20
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
460
230
0
0
0
230
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
60
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
5
15
0
150
0
2007
190
30
200
30
60
0
73
30
2007
230
65
250
0
230
0
2007
30
0
200
50
200
50
2007
0
0
5
15
0
0
150
2008
190
30
200
30
60
0
73
30
2008
230
65
250
0
230
0
2008
30
0
200
50
200
50
2008
0
0
5
15
0
0
150
2009
190
30
200
30
0
60
73
30
2009
230
65
0
250
230
0
2009
30
0
200
50
200
50
2009
0
0
5
15
0
0
150
2010
190
30
200
30
0
60
0
93
2010
230
65
0
250
230
0
2010
0
30
0
250
0
250
2010
0
0
5
0
15
0
150
2011
0
220
0
230
0
60
0
93
2011
0
295
0
250
0
230
2011
0
30
0
250
0
250
2011
150
0
5
0
15
0
150
2012
0
220
0
230
0
60
0
93
2012
0
295
0
250
0
230
2012
0
30
0
250
0
250
2012
150
0
5
0
15
0
150
2013
0
220
0
230
0
60
0
93
2013
0
295
0
250
0
230
2013
0
30
0
250
0
250
2013
150
0
5
0
15
0
150
2014
0
220
0
230
0
60
0
93
2014
0
295
0
250
0
230
2014
0
30
0
250
0
250
2014
63
150
0
5
0
15
0
150
2015
0
220
0
230
0
60
0
93
2015
0
295
0
250
0
230
2015
0
30
0
250
0
250
2015
Responden 16
Total pohon
4 Jengkol
3 Kopi
2 Petai
1 Melinjo
Responden 15
Total pohon
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 14
Total pohon
4 Duren
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 13
Total pohon
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 12
Total pohon
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
d2000
d2000
0
Tidak Produktif 0
0
0
Tidak Produktif
Produktif
0
0
Produktif
0
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
Produktif
d2000
0 0
0
produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
produktif
66
0
Tidak Produktif
0 0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
0 60
produktif
6
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
produktif
d2000
40 40
Tidak Produktif
0 0
produktif
Tidak Produktif
5 0
d2000
0
Produktif
Tidak Produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
2001
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
150
0
0
150
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
2002
150
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
125
125
0
0
0
2003
200
0
0
0
0
200
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
2003
0
0
2004
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2004
0
0
0
0
0
2004
190
5
0
35
0
0
0
150
0
2004
100
100
0
0
0
2004
0
0
2005
395
65
0
110
0
40
0
180
0
2005
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
110
0
0
110
0
2005
220
200
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
2006
0
0
2007
49
0
83
0
30
0
135
0
2007
125
0
150
0
2007
0
0
35
0
200
60
150
6
2007
100
40
83
0
2007
150
2008
49
0
83
0
30
0
135
0
2008
125
0
0
150
2008
0
0
35
0
200
60
150
6
2008
100
40
83
0
2008
150
2009
49
0
83
0
30
0
135
0
2009
125
0
0
150
2009
0
0
35
0
200
60
150
6
2009
100
40
83
0
2009
150
2010
49
0
83
0
30
0
135
0
2010
0
125
0
150
2010
0
0
35
0
0
260
0
156
2010
100
40
83
0
2010
150
2011
49
0
83
0
30
0
0
135
2011
0
125
0
150
2011
0
0
0
35
0
260
0
156
2011
0
140
0
83
2011
150
2012
0
49
0
83
0
30
0
135
2012
0
125
0
150
2012
0
0
0
35
0
260
0
156
2012
0
140
0
83
2012
0
2013
0
49
0
83
0
30
0
135
2013
0
125
0
150
2013
0
0
0
35
0
260
0
156
2013
0
140
0
83
2013
0
2014
0
49
0
83
0
30
0
135
2014
0
125
0
150
2014
0
5
0
35
0
260
0
156
2014
0
140
0
83
2014
0
64
2015
0
49
0
83
0
30
0
135
2015
0
125
0
150
2015
0
5
0
35
0
260
0
156
2015
0
140
0
83
2015
0
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 19
Total pohon
4 Jengkol
3 Coklat
2 Petai
1 Melinjo
Responden 18
Total pohon
4 Jengkol
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 17
Total pohon
4 Jengkol
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
0.5
0.5
0.75
d2000
0
0
20
Tidak Produktif
produktif
0
30
produktif
Tidak Produktif
produktif
0
Tidak Produktif 0
0
0
Produktif
0
produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
d2000
0
Tidak Produktif 70
0
0
Produktif
0
produktif
50
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
20
0
produktif
Tidak Produktif
produktif
0
Tidak Produktif 20
0
0
Produktif
0
produktif
20
Tidak Produktif
Tidak Produktif
d2000
0 0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
0
0
2001
40
0
0
0
0
40
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
235
35
0
50
0
0
0
150
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
130
0
120
0
2004
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2004
354
25
0
50
0
122
0
157
0
2004
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
370
65
0
0
0
125
0
180
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
5
0
0
5
0
0
0
0
0
0
130
20
120
30
2007
35
0
50
0
40
0
150
0
2007
25
0
50
0
122
50
157
20
2007
49
0
4
0
94
20
135
0
0
130
20
120
30
2008
35
0
50
0
0
40
150
0
2008
25
0
50
0
122
50
157
20
2008
49
0
4
0
94
20
135
0
0
130
20
120
30
2009
35
0
50
0
0
40
0
150
2009
25
0
50
0
122
50
157
20
2009
49
0
4
0
94
20
135
0
0
130
20
0
150
2010
0
35
0
50
0
40
0
150
2010
25
0
50
0
122
50
0
177
2010
49
0
4
0
94
20
135
0
2
0
150
0
150
2011
0
35
0
50
0
40
0
150
2011
0
25
0
50
0
172
0
177
2011
49
0
4
0
94
20
0
135
2
0
150
0
150
2012
0
35
0
50
0
40
0
150
2012
0
25
0
50
0
172
0
177
2012
0
49
4
0
0
114
0
135
2
0
150
0
150
2013
0
35
0
50
0
40
0
150
2013
0
25
0
50
0
172
0
177
2013
0
49
0
4
0
114
0
135
2
0
150
0
150
2014
0
35
0
50
0
40
0
150
2014
0
25
0
50
0
172
0
177
2014
0
49
0
4
0
114
0
135
65
2
0
150
0
150
2015
0
35
0
50
0
40
0
150
2015
0
25
0
50
0
172
0
177
2015
0
49
0
4
0
114
0
135
Responden 24
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 23
Total pohon
3 Coklat
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 22
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 21
Total pohon
2 Cengkeh
1 Melinjo
Responden 20
Total pohon
4 pisang
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 d2000
d2000
d2000
0 35
Tidak Produktif
0 0
Tidak Produktif
produktif
0
d2000
0 35
produktif
Tidak Produktif
produktif
0
Tidak Produktif 50
0
30
0
20
0
produktif
Tidak Produktif
produktif
Tidak Produktif
produktif
0
Tidak Produktif 15
0
15
produktif
Tidak Produktif
0
0
produktif
0
produktif
Tidak Produktif
d2000
5
Tidak Produktif 15
0
10
0
produktif
Tidak Produktif
produktif
50
0 0
Produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
2003
27
0
0
27
0
0
0
2003
29
0
0
29
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
2004
40
5
0
0
0
35
0
2004
30
5
0
0
0
25
0
2004
125
50
0
30
0
45
0
2004
75
75
0
0
0
2004
252
0
0
2
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
120
0
0
120
0
2005
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
2006
2
2
0
0
2007
5
0
27
0
35
35
2007
5
0
29
30
25
20
2007
50
0
30
15
45
0
2007
75
5
90
10
2007
15
2
2
2008
5
0
27
0
35
35
2008
5
0
29
30
25
20
2008
50
0
30
15
45
0
2008
75
5
90
10
2008
0
17
2
2009
5
0
27
0
35
35
2009
5
0
29
30
25
20
2009
50
0
30
15
45
0
2009
75
5
90
10
2009
0
17
2
2010
5
0
0
27
0
70
2010
5
0
0
59
0
45
2010
50
0
30
15
0
45
2010
75
5
90
10
2010
0
17
2
2011
0
5
0
27
0
70
2011
0
5
0
59
0
45
2011
0
50
0
45
0
45
2011
0
80
0
100
2011
0
17
0
2012
0
5
0
27
0
70
2012
0
5
0
59
0
45
2012
0
50
0
45
0
45
2012
0
80
0
100
2012
0
17
0
2013
0
5
0
27
0
70
2013
0
5
0
59
0
45
2013
0
50
0
45
0
45
2013
0
80
0
100
2013
0
17
0
2014
0
5
0
27
0
70
2014
0
5
0
59
0
45
2014
0
50
0
45
0
45
2014
0
80
0
100
2014
0
17
0
66
2015
0
5
0
27
0
70
2015
0
5
0
59
0
45
2015
0
50
0
45
0
45
2015
0
80
0
100
2015
0
17
0
5 Cengkeh
3 Duren
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 28
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 27
Total pohon
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 26
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 25
Total pohon
2 Kopi
1 Melinjo
0.5
0.5
0.5
d2000
d2000
0
2
Tidak Produktif
produktif
0
30
produktif
Tidak Produktif
0
6
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
0
0 0
produktif
Tidak Produktif
0
Tidak Produktif
0 0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
d2000
0
Tidak Produktif 0
0
0
produktif
0
produktif
Tidak Produktif
d2000
4
Tidak Produktif 37
0
8
produktif
0
produktif
25
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
produktif
0
0
Tidak Produktif
0 0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
42
0
2004
88
8
0
25
0
55
0
2004
0
0
0
0
0
2004
32
5
0
17
0
10
0
2004
45
20
0
25
0
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
71
26
0
45
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
2
0
10
30
42
6
2007
8
0
25
0
55
0
2007
20
0
34
0
2007
5
4
17
8
10
25
2007
20
0
25
0
0
0
2
10
30
42
6
2008
8
0
25
0
55
0
2008
20
0
34
0
2008
5
4
17
8
10
25
2008
20
0
25
0
0
0
2
10
30
42
6
2009
8
0
25
0
55
0
2009
20
0
34
0
2009
5
4
17
8
10
25
2009
20
0
25
0
0
0
2
10
30
0
48
2010
8
0
25
0
0
55
2010
20
0
34
0
2010
0
9
0
25
0
35
2010
20
0
0
25
2
0
2
0
40
0
48
2011
0
8
0
25
0
55
2011
0
20
0
34
2011
0
9
0
25
0
35
2011
0
20
0
25
2
0
2
0
40
0
48
2012
0
8
0
25
0
55
2012
0
20
0
34
2012
0
9
0
25
0
35
2012
0
20
0
25
2
0
2
0
40
0
48
2013
0
8
0
25
0
55
2013
0
20
0
34
2013
0
9
0
25
0
35
2013
0
20
0
25
2
0
2
0
40
0
48
2014
0
8
0
25
0
55
2014
0
20
0
34
2014
0
9
0
25
0
35
2014
0
20
0
25
67
2
0
2
0
40
0
48
2015
0
8
0
25
0
55
2015
0
20
0
34
2015
0
9
0
25
0
35
2015
0
20
0
25
0.15
0.5 d2000
0
Tidak Produktif
0 5
0
produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
5
produktif
0
produktif
Tidak Produktif
0
0
0
produktif
0
produktif
0
Tidak Produktif
Tidak Produktif
0
produktif
d2000
0
Tidak Produktif 38
0
0
Tidak Produktif
produktif
0
produktif
0 0
produktif
0
Tidak Produktif
Sumber : Pengolahan data, hasil wawancara(2008)
Total pohon
3 Petai
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 30
Total pohon
3 Cengkeh
2 Kopi
1 Melinjo
Responden 29
Total pohon
6 pisang
5 Jengkol
4 Petai
Tidak Produktif
Lampiran 4. Jenis dan jumlah tanaman tiap responden
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
2001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
2002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
2003
0
0
0
0
0
0
0
0
81
34
0
2
0
45
0
2004
107
17
0
25
0
65
0
2004
62
0
0
0
0
8
0
2
0
0
0
0
0
0
0
2005
0
0
0
0
0
0
0
2005
3
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2006
0
0
0
0
0
0
0
2006
3
3
0
0
0
0
0
0
34
0
2
0
45
5
2007
17
0
25
0
65
0
2007
0
3
2
0
8
0
2
34
0
2
0
45
5
2008
17
0
25
0
65
0
2008
0
3
2
0
8
0
2
34
0
2
0
45
5
2009
17
0
25
0
65
0
2009
0
3
2
0
8
0
2
34
0
2
0
0
50
2010
17
0
25
0
0
65
2010
0
3
2
0
8
0
2
0
34
0
2
0
50
2011
0
17
0
25
0
65
2011
0
3
2
0
0
8
0
0
34
0
2
0
50
2012
0
17
0
25
0
65
2012
0
3
0
2
0
8
0
0
34
0
2
0
50
2013
0
17
0
25
0
65
2013
0
3
0
2
0
8
0
0
34
0
2
0
50
2014
0
17
0
25
0
65
2014
0
3
0
2
0
8
0
68
0
34
0
2
0
50
2015
0
17
0
25
0
65
2015
0
3
0
2
0
8
0
1
PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 2 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 3 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 4 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 5 PHBM Usaha Tani Non PHBM
No Responden
1700000 0 7200000 8900000 19.10112 480000 0 9000000 9480000 5.063291 2400000 1900000 12000000 16300000 14.72393 900000 0 53280000 54180000 1.66113 3850000 0
480000 0 9000000 9480000 5.063291
2400000 1900000 12000000 16300000 14.72393
900000 0 53280000 54180000 1.66113
3850000 0
2008
1700000 0 7200000 8900000 19.10112
2007
3850000 0
900000 0 53280000 54180000 1.661129568
2400000 1900000 12000000 16300000 14.72392638
480000 0 9000000 9480000 5.063291139
1700000 0 7200000 8900000 19.1011236
2009
4225000 0
900000 0 53280000 54180000 1.66113
5850000 1900000 12000000 19750000 29.62025
480000 0 9000000 9480000 5.063291
1700000 0 7200000 8900000 19.10112
2010
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap
10225000 0
1556250 0 53280000 54836250 2.837995
14250000 1900000 12000000 28150000 50.62167
2730000 0 9000000 11730000 23.27366
5940000 0 7200000 13140000 45.20548
Tahun 2011
18265000 0
4481250 0 53280000 57761250 7.75822892
14250000 1900000 12000000 28150000 50.6216696
13800000 0 9000000 22800000 60.5263158
17835120 0 7200000 25035120 71.2404015
2012
22215000 0
4481250 0 53280000 57761250 7.75822892
14250000 1900000 12000000 28150000 50.6216696
13800000 0 9000000 22800000 60.5263158
17835120 0 7200000 25035120 71.2404015
2013
22215000 0
4481250 0 53280000 57761250 7.7582289
14250000 1900000 12000000 28150000 50.62167
13800000 0 9000000 22800000 60.526316
17835120 0 7200000 25035120 71.240401
2014
22215000 0
4481250 0 53280000 57761250 7.75822892
14250000 1900000 12000000 28150000 50.6216696
13800000 0 9000000 22800000 60.5263158
17835120 0 7200000 25035120 71.2404015
2015
6 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 7 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 8 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 9 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%)
Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%)
No Responden
3750000 0 2400000 6150000 60.97561 3 1620000 300000 9000000 10920000 14.83516 7100000 750000 7200000 15050000 47.17608 1875000 0 12000000 13875000 13.51351
1820000 750000 7200000 9770000 18.62845
1875000 0 12000000 13875000 13.51351
2008 12000000 15850000 24.29022
3750000 0 2400000 6150000 60.97561 3 1620000 300000 9000000 10920000 14.83516
2007 12000000 15850000 24.29022
7875000 0 12000000 19875000 39.62264151
7100000 750000 7200000 15050000 47.17607973
3750000 0 2400000 6150000 60.97560976 3 1620000 300000 9000000 10920000 14.83516484
2009 12000000 15850000 24.29022082
7875000 0 12000000 19875000 39.62264
10600000 750000 7200000 18550000 57.14286
3750000 0 2400000 6150000 60.97561 3 1620000 300000 9000000 10920000 14.83516
2010 12000000 16225000 26.04006
13534615 0 12000000 25534615 53.00497
10600000 750000 7200000 18550000 57.14286
6675000 0 2400000 9075000 73.55372 4 3564000 300000 9000000 12864000 27.70522
Tahun 2011 12000000 22225000 46.00675
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
13534615 0 12000000 25534615 53.0049699
10600000 750000 7200000 18550000 57.1428571
17174000 0 2400000 19574000 87.7388372 4 7089000 300000 9000000 16389000 43.254622
2012 12000000 30265000 60.3502396
13534615 0 12000000 25534615 53.0049699
10600000 750000 7200000 18550000 57.1428571
17174000 0 2400000 19574000 87.7388372 4 11589000 300000 9000000 20889000 55.4789602
2013 12000000 34215000 64.9276633
13534615 0 12000000 25534615 53.00497
10600000 750000 7200000 18550000 57.142857
17174000 0 2400000 19574000 87.738837 4 11589000 300000 9000000 20889000 55.47896
2014 12000000 34215000 64.927663
13534615 0 12000000 25534615 53.0049699
10600000 750000 7200000 18550000 57.1428571
17174000 0 2400000 19574000 87.7388372 4 11589000 300000 9000000 20889000 55.4789602
2015 12000000 34215000 64.9276633
10
PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 12 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 13 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 14
11
PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) Rata-rata Kontribusi Strata I
No Responden
2375000 0 9000000 11375000 20.87912 22.22192 26050000 2008 2370000 1700000 7200000 11270000 21.02928 960000 0 5400000 6360000 15.09434 1490000 1350000 6480000 9320000 15.98712
19.36716 20770000 2007 120000 1700000 7200000 9020000 1.330377
960000 0 5400000 6360000 15.09434
1490000 1350000 6480000 9320000 15.98712
2008
2375000 0 9000000 11375000 20.87912
2007
1490000 1350000 6480000 9320000 15.98712446
960000 0 5400000 6360000 15.09433962
27.56506262 38050000 2009 2370000 1700000 7200000 11270000 21.02928128
8375000 0 9000000 17375000 48.20143885
2009
7540260 1350000 6480000 15370260 49.05747
960000 0 5400000 6360000 15.09434
30.50759 46372500 2010 2370000 1700000 7200000 11270000 21.02928
9372500 0 9000000 18372500 51.01374
2010
9290260 1350000 6480000 17120260 54.26471
4605000 0 5400000 10005000 46.02699
44.98659 90597365 2011 3870000 1700000 7200000 12770000 30.3054
21522500 0 9000000 30522500 70.51356
Tahun 2011
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
9290260 1350000 6480000 17120260 54.2647133
4605000 0 5400000 10005000 46.0269865
56.2151697 138551485 2012 11370000 1700000 7200000 20270000 56.0927479
21522500 0 9000000 30522500 70.5135556
2012
9290260 1350000 6480000 17120260 54.2647133
4605000 0 5400000 10005000 46.0269865
57.8953459 147001485 2013 11370000 1700000 7200000 20270000 56.0927479
21522500 0 9000000 30522500 70.5135556
2013
10540260 1350000 6480000 18370260 57.37676
4605000 0 5400000 10005000 46.026987
57.895346 147001485 2014 11370000 1700000 7200000 20270000 56.092748
21522500 0 9000000 30522500 70.513556
2014
10540260 1350000 6480000 18370260 57.37676
4605000 0 5400000 10005000 46.0269865
57.8953459 147001485 2015 11370000 1700000 7200000 20270000 56.0927479
21522500 0 9000000 30522500 70.5135556
2015
PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 15 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 16 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 17 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 18 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain
No Responden 2008 1500000 0 7200000 8700000 17.24138 0 0 3600000 3600000 0 480000 0 5400000 5880000 8.163265 1500000 733333 9000000 11233333 13.35312 400000 22500 36000000
2007 0 0 7200000 7200000 0
0 0 3600000 3600000 0
480000 0 5400000 5880000 8.163265
1500000 733333 9000000 11233333 13.35312
0 22500 36000000
2650000 22500 36000000
1500000 733333 9000000 11233333 13.35311612
480000 0 5400000 5880000 8.163265306
0 0 3600000 3600000 0
2009 1500000 0 7200000 8700000 17.24137931
2650000 22500 36000000
3855000 733333 9000000 13588333 28.36993
480000 0 5400000 5880000 8.163265
0 0 3600000 3600000 0
2010 4500000 0 7200000 11700000 38.46154
2685000 22500 36000000
9308000 733333 9000000 19041333 48.88313
2505000 0 5400000 7905000 31.6888
2025000 0 3600000 5625000 36
Tahun 2011 4500000 0 7200000 11700000 38.46154
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
3885000 22500 36000000
9308000 733333 9000000 19041333 48.8831323
4810000 0 5400000 10210000 47.1106758
7066000 0 3600000 10666000 66.2478905
2012 4500000 0 7200000 11700000 38.4615385
3885000 22500 36000000
9308000 733333 9000000 19041333 48.8831323
5010000 0 5400000 10410000 48.1268012
7066000 0 3600000 10666000 66.2478905
2013 4500000 0 7200000 11700000 38.4615385
3885000 22500 36000000
9308000 733333 9000000 19041333 48.883132
5010000 0 5400000 10410000 48.126801
7066000 0 3600000 10666000 66.24789
2014 4500000 0 7200000 11700000 38.461538
3885000 22500 36000000
9308000 733333 9000000 19041333 48.8831323
5010000 0 5400000 10410000 48.1268012
7066000 0 3600000 10666000 66.2478905
2015 4500000 0 7200000 11700000 38.4615385
21 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 22 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total
19 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 20 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) Rata-rata Kontribusi Strata II
Total Kontribusi PHBM(%)
No Responden
850000 0 7200000 8050000
850000 0 7200000 8050000
14.73441 10626000
10.15943 6056000 240000 7200000 0 7440000 3.225806
350000 0 8100000 8450000 4.142012
350000 0 8100000 8450000 4.142012
240000 7200000 0 7440000 3.225806
1576000 1500000 0 3076000 51.23537
2008 36422500 1.098222
1156000 1500000 0 2656000 43.5241
2007 36022500 0
850000 0 7200000 8050000
240000 7200000 0 7440000 3.225806452
15.30983031 12876000
350000 0 8100000 8450000 4.142011834
1576000 1500000 0 3076000 51.23537061
2009 38672500 6.852414506
1737780 0 7200000 8937780
915000 7200000 0 8115000 11.27542
24.16194 26281260
350000 0 8100000 8450000 4.142012
3576000 1500000 0 5076000 70.44917
2010 38672500 6.852415
1737780 0 7200000 8937780
3849820 7200000 0 11049820 34.84057
41.85933 52364260
6000000 0 8100000 14100000 42.55319
7576000 1500000 0 9076000 83.4729
Tahun 2011 38707500 6.93664
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
1857780 0 7200000 9057780
3849820 7200000 0 11049820 34.8405675
49.2848784 68410260
6000000 0 8100000 14100000 42.5531915
7576000 1500000 0 9076000 83.4728955
2012 39907500 9.73501222
1857780 0 7200000 9057780
3849820 7200000 0 11049820 34.8405675
49.3864909 68610260
6000000 0 8100000 14100000 42.5531915
7576000 1500000 0 9076000 83.4728955
2013 39907500 9.73501222
1857780 0 7200000 9057780
3849820 7200000 0 11049820 34.840568
49.697696 69860260
6000000 0 8100000 14100000 42.553191
7576000 1500000 0 9076000 83.472896
2014 39907500 9.7350122
1857780 0 7200000 9057780
3849820 7200000 0 11049820 34.8405675
49.6976956 69860260
6000000 0 8100000 14100000 42.5531915
7576000 1500000 0 9076000 83.4728955
2015 39907500 9.73501222
23 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 24 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 25 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 26 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 27 PHBM
Kontribusi PHBM(%)
No Responden
250000 0 7200000 7450000 3.355705 0 0 10800000 10800000 0 545000 0 9600000 10145000 5.372104 0 2250000 18600000 20850000 0 0
0 0 10800000 10800000 0
545000 0 9600000 10145000 5.372104
0 2250000 18600000 20850000 0
0
2008 10.55901
250000 0 7200000 7450000 3.355705
2007 10.55901
0
0 2250000 18600000 20850000 0
545000 0 9600000 10145000 5.372104485
0 0 10800000 10800000 0
250000 0 7200000 7450000 3.355704698
2009 10.55900621
825000
0 2250000 18600000 20850000 0
962500 0 9600000 10562500 9.112426
375000 0 10800000 11175000 3.355705
1148000 0 7200000 8348000 13.7518
2010 19.44308
1425000
990000 2250000 18600000 21840000 4.532967
962500 0 9600000 10562500 9.112426
575000 0 10800000 11375000 5.054945
1398000 0 7200000 8598000 16.2596
Tahun 2011 19.44308
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
1825000
990000 2250000 18600000 21840000 4.53296703
962500 0 9600000 10562500 9.11242604
575000 0 10800000 11375000 5.05494505
1398000 0 7200000 8598000 16.2595953
2012 20.5103237
1825000
990000 2250000 18600000 21840000 4.53296703
962500 0 9600000 10562500 9.11242604
575000 0 10800000 11375000 5.05494505
1398000 0 7200000 8598000 16.2595953
2013 20.5103237
1825000
990000 2250000 18600000 21840000 4.532967
962500 0 9600000 10562500 9.112426
575000 0 10800000 11375000 5.0549451
1398000 0 7200000 8598000 16.259595
2014 20.510324
1825000
990000 2250000 18600000 21840000 4.53296703
962500 0 9600000 10562500 9.11242604
575000 0 10800000 11375000 5.05494505
1398000 0 7200000 8598000 16.2595953
2015 20.5103237
2008 0 9000000 9000000 0 3 1114000 160000 9000000 10274000 10.8429 0 300000 7200000 7500000 0 50000 200000 13200000 13450000 3.372727 3049000
2007 0 9000000 9000000 0 3 614000 160000 9000000 9774000 6.281973
0 300000 7200000 7500000 0
50000 200000 13200000 13450000 2.916634
2549000
3049000
50000 200000 13200000 13450000 3.372727348
0 300000 7200000 7500000 0
2009 0 9000000 9000000 0 3 1114000 160000 9000000 10274000 10.84290442
Sumber : Pengolahan data, hasil wawancara (2007)
Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 28 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 29 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) 30 PHBM Usaha Tani Non PHBM Sumber lain Total Kontribusi PHBM(%) Rata-rata Kontribusi Strata III
No Responden
8102280
50000 200000 13200000 13450000 8.805445
975000 300000 7200000 8475000 11.50442
2010 0 9000000 9825000 8.396947 3 1114000 160000 9000000 10274000 10.8429
18757100
3930000 200000 13200000 17330000 16.38035
2425000 300000 7200000 9925000 24.43325
Tahun 2011 0 9000000 10425000 13.66906 3 1464000 160000 9000000 10624000 13.78012
Lampiran 5. Kontribusi PHBM terhadap pendapatan total penggarap (lanjutan)
20335500
3930000 200000 13200000 17330000 17.5872088
2425000 300000 7200000 9925000 24.4332494
2012 0 9000000 10825000 16.8591224 4 2522400 160000 9000000 11682400 21.5914538
43057100
3930000 200000 13200000 17330000 22.7655823
2425000 300000 7200000 9925000 24.4332494
2013 0 9000000 10825000 16.8591224 4 25244000 160000 9000000 34404000 73.3751889
43057100
3930000 200000 13200000 17330000 22.765582
2425000 300000 7200000 9925000 24.433249
2014 0 9000000 10825000 16.859122 4 25244000 160000 9000000 34404000 73.375189
43057100
3930000 200000 13200000 17330000 22.7655823
2425000 300000 7200000 9925000 24.4332494
2015 0 9000000 10825000 16.8591224 4 25244000 160000 9000000 34404000 73.3751889