yang baik agar proyek dapat berjalan lancar, selesai tepat waktu, dan biaya tidak membengkak. Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi di samping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses produksi. Pada suatu proyek konstruksi, perencanaan untuk persediaan material merupakan bagian terpenting, karena sumber daya material menyerap hampir sebagian besar dari total biaya proyek. Penanganan pengadaan persediaan material tidaklah mudah, pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek masih sering dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen persediaan material. Kegagalan menggunakan dan menjaga sistem manajemen yang sesuai untuk material konstruksi akan berakibat pada terlambatnya jadwal pelaksanaan proyek dan membengkaknya biaya total . Salah satu sebab dan akibat dari permasalahan tersebut adalah tidak tersedianya bahan atau material pada saat diperlukan. Dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan analisa persediaan material pada proyek ini dengan menerapkan metode Material Requirement Planning (MRP), dimana metode ini digunakan untuk kebutuhan item-item yang bersifat saling bergantung (dependent). Metode Material Requirement Planning (MRP) didesain untuk menentukan jumlah material yang benar-benar dibutuhkan, sehingga tingkat persediaan material yang berlebihan dapat dihindari. Selain itu, metode ini juga menunjukkan jumlah, jadwal, ketersediaan material, serta tindakan pengadaan yang dibutuhkan untuk memenuhi waktu penyerahan sehingga dapat menghindarkan penundaan pekerjaan. Dalam metode MRP ada 4 tahap yang harus dilakukan salah satunya adalah tahap lotting yang bertujuan untuk menentukan jumlah pesanan (lot size) yang optimum dan dapat memberikan biaya total (total cost) persediaan material yang paling minimum. Terdapat beberapa teknik lotsizing, antara lain teknik Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), dan Part Period Balancing (PPB). Teknik Lot For Lot (LFL) merupakan teknik lotsizing yang bertujuan untuk meniadakan ongkos simpan, yaitu material yang dipesan adalah sama dengan material yang digunakan. Teknik Economic Order Quantity (EOQ) adalah teknik lotsizing yang mempunyai ciri yaitu besar ukuran lot dan lead time tiap periode adalah sama. Untuk teknik Period Order Quantity (POQ) merupakan modifikasi dari teknik EOQ akan tetapi perbedaannya adalah teknik ini mempunyai besar ukuran lot yang berbeda tiap pesannya. Teknik Part Period Balancing (PPB) adalah teknik lotsizing yang cukup dinamis yaitu dengan menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Masing-masing teknik lotsizing tersebut membutuhkan biaya pesan dan biaya simpan yang berbeda-beda.
ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Angger Wijayanto : 3109.106.018 : Teknik Sipil Lintas Jalur FTSP - ITS : Ir. Retno Indryani, M.S.
ABSTRAK Perencanaan persediaan material merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu proyek konstruksi. Keterlambatan dan kehabisan persediaan material mengakibatkan pekerjaan akan tertunda sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu pelaksanaan dan biaya proyek. Dalam perencanaan persediaan material terdapat beberapa teknik lotsizing. Masing-masing teknik akan menghasilkan jumlah pesanan dan frekwensi pesan yang berbeda-beda, yang mengakibatkan perbedaan biaya persediaan yang berbeda pula. Diperlukan penelitian unruk mengetahui teknik lotsizing mana yang menghasilkan biaya persediaan paling mínimum. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui teknik lotsizing mana yang menghasilkan biaya persediaan paling mínimum pada proyek Aprtemen Guna Wangsa Surabaya. Metode persediaan material yang digunakan adalah Material Requirement Planning (MRP), dimana metode ini digunakan untuk kebutuhan item-item yang bersifat saling bergantung (dependent). Input data yang digunakan adalah berupa data volume material, schedule proyek, dan biaya persediaan. Teknik lotsizing yang digunakan adalah teknik Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), dan Part Period Balancing (PPB). Berdasarkan hasil analisa didapat teknik lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan minimum untuk material multipleks 12mm uk 4’x8’, kayu klas III borneo, besi beton Ø10, besi beton D13, besi beton D16, besi beton D19, dan beton K-300 adalah teknik Part Period Balancing. Teknik lotsizing dengan biaya minimum untuk material besi beton D13 adalah teknik Part Period Balancing atau Period Order Quantity. Teknik lotsizing dengan biaya minimum untuk material besi beton D22 adalah teknik Lot for Lot. Kata kunci : Lotsizing, Material Requirement Planning, Persediaan
BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Keberadaan sektor bidang pembangunan fasilitas hunian di wilayah Surabaya Timur mempunyai potensi dan peranan yang sangat strategis dalam hal pengembangan usaha properti. Dimana sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap pembangunan daerah setempat. Salah satu wujud dari pembangunan fasilitas hunian tempat tinggal yang sedang dilaksanakan adalah Proyek Pembangunan Apartemen Gunawangsa Surabaya. Proyek Pembangunan Apartemen Gunawangsa Surabaya merupakan salah satu program untuk mengembangkan fasilitas hunian tempat tinggal di wilayah Surabaya Timur. Apartemen Gunawangsa ini terdiri dari 25 lantai dan membutuhkan biaya total sebesar Rp.118.747.000.000. Karena waktu pelaksanaan proyek yang terbatas serta biaya proyek yang tidak sedikit maka diperlukan perencanaan manajemen pelaksanaan proyek
I.2
Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah teknik lotsizing apakah yang menghasilkan biaya persediaan yang paling minimum.
1
I.3
Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui teknik lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan paling minimum.
I.4
Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya topik pembahasan dari masalah yang akan ditinjau, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut: 1) Material yang dihitung meliputi material yang saling bergantung pada pekerjaan struktur bangunan atas lantai 18 saja (pekerjaan kolom, balok, plat), yaitu material besi beton, bekisting dan beton K-300 (ready mix). 2) Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per unit diasumsikan tetap. 3) Jadwal proyek dianggap tidak mengalami perubahan dari jadwal rencana semula. 4) Diasumsikan proyek tidak memiliki persediaan di awal. 5) Diasumsikan penggunaan bekisting adalah satu kali pemakaian. 6) Diasumsikan supplier dapat menyediakan material dengan segera sesuai dengan jumlah yang dipesan. 7) Diasumsikan kondisi lapangan atau lokasi proyek dapat menampung semua kebutuhan material yang akan dipesan. 8) Teknik lotsizing yang akan dibandingkan adalah : a) Lot For Lot (L4L) b) Economic Order Quantity (EOQ) c) Period Order Quantity (POQ) d) Part Period Balancing (PPB)
I.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari membuat perencanaan persediaan material adalah mendapatkan pengetahuan tentang teknik lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan paling minimum dalam persediaan material khususnya pada proyek Apartemen Guna Wangsa Surabaya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan (Inventory) 2.1.1 Definisi Persediaan (Inventory) Persediaan adalah sumber daya yang menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut (Ginting, 2007 : 121). Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur dan kegiatan pemasaran pada sistem distribusi (lihat Gambar 2.1.).
BARANG DALAM PROSES
Permasalahan Persediaan Dua masalah umum yang dihadapi suatu sistem di dalam mengolah persediaannya adalah sebagai berikut: 1) Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang meliputi antara lain pengorganisasian, mekanisme, prosedur, administrasi dan sistem informasi persediaan. Permasalahan ini akan dijjumpai secara rutin pada waktu pengoperasian sistem persediaan. Penyelesaian permasalahan ini akan sangat menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan sehingga pertanyaan sederhana seperti, jenis barang apa yang dimiliki, simana barang tersebut berada, berapa jumlah barang yang sedang dipesan, siapa saja yang menjadi pemasok dan sebagainya akan mudah dan cepat dijawab. 2) Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan jenis, jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, kapan pemesanan atau pembuatan barang dilakukan, serta seberapa besar persediaan pengaman yang harus disediakan. Permasalahan ini sering dikenal dengan penentuan kebijakan persediaan (inventory policy), yaitu pemilihan metode pengendalian persediaan yang terbaik. Dengan adanya dua permasalahan persediaan di atas, maka persediaan tanpa menggunakan sistem pengoperasian yang memadai akan mengakibatkan persediaan tidak dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu terciptanya sistem pengoperasian yang baik merupakan persyaratan agar tercipta kinerja yang optimal (Widia, 1996 : 49). 2.1.3
Manajemen Material Manajemen Material didefinisikan sebagai suatu pendekatan organisasional untuk yang menyelesaikan permasalahan material memerlukan kombinasi kemampuan manajerial dan teknis (Ervianto, 2004 : 110). Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai presentase cukup besar dari total biaya proyek.Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa biaya material dapat menyerap hingga 50% – 70% dari biaya proyek. Oleh karena itu penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting (Ervianto, 2004 : 107). 2.1.4
PROSES BAHAN BAKU
2.1.2
BARANG JADI
Gambar 2.1. Keterkaitan bentuk persediaan (Widia, 1996 : 48) Persediaan dapat diartikan sebagai barangbarang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi (Ristono, 2008 : 1) .
1.
2.
Jenis Persediaan Dilihat dari jenisnya (Ristono, 2008 : 7), ada 4 macam persediaan secara umum yaitu : Bahan baku (raw materials) adalah barangbarang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Bahan setengah jadi (work in-process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.
2
3.
4.
Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran. Bahan pembantu atau penolong (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namum tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.
2.1.5
Biaya Persediaan Ada beberapa biaya – biaya yang relevan digunakan dalam manajemen persediaan (Ginting, 2007 : 129-131), yaitu : 1. Biaya pemesanan (Ordering cost) adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok, biaya telepon, pengeluaran surat menyurat, fotokopi dan perlengkapan administrasi lainnya. 2. Biaya penyimpanan (Carrying cost) adalah biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan suatu item persediaan dalam gudang, termasuk pula di dalamnya biaya asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya. 3. Biaya pembelian : adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian barang berdasarkan harga per unit.
2.2 Model Persediaan Menurut Jenis Permintaan Model persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk suatu barang bersifat independent atau dependent terhadap permintaan barang lainnya. 2.2.1 Permintaan Independent Apabila suatu permintaan (demand) diketahui dengan pasti, bersifat bebas, dikelola saling tidak bergantung (independent) dan pola kebutuhannya tidak bervariasi dari waktu ke waktu maka kondisi ini disebut Independent Demand System. Metode Pengendalian Persediaan yang digunakan adalah Metode Economic Order Quantity (Nasution, 2006 : 261). Menurut (Ginting, 2007 : 126) metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya Metode ini berusaha mencari jawaban yang optimal dalam menentukan: 1) Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ). 2) Titik pemesanan kembali (reorder point). 3) Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan. Tujuan dari model persediaan ini adalah untuk menentukan jumlah yang ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan (Nasution, 2006 : 263), dimana : Total Cost Inventory = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah : D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya 1 tahun).
k = ordering cost setiap kali pesan. h = holding cost per-satuan nilai persediaan per satuan waktu. c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan. t = waktu antara satu kali pemesanan ke pemesanan berikutnya. TC atau TVC sebagai fungsi biaya terhadap Q dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut :
Gambar 2.2 Kurva TC minimum (Nasution, 2006 : 267) Titik saat pesanan
Rata-rata persediaan = Q/2
t=
Waktu ( t )
Q D
Gambar 2.3 Model Persediaan EOQ Sederhana (Nasution, 2006 : 264) Gambar 2.3 model dasar persediaan diatas dapat membantu memahami pembentukan model matematisnya. Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan (inventory cycle) yang baru dimulai dan yang lama berakhir karena pesanan diterima. Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau mingguan, bulanan dsb) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode D yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis
t
Q D
. Gradien negatif Dt
(-Dt) dapat dipakai untuk menunjukkkan jumlah persediaan dari waktu ke waktu. Karena barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously), maka setiap siklus persediaan dapat digambarkan dalam bentuk segitiga dengan alas t dan tinggi Q.
3
2.2.2
Permintaan Dependent Kebutuhan disebut tergantung (dependent demand) bila ada hubungan langsung antara suatu item (komponen) dengan item-item lain pada level yang lebih tinggi (parent item). Kebutuhan untuk item-item yang bersifat dependent merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain, seperti dalam kasus di mana bahan baku dan komponen assembling yang digunakan dalam membuat produk jadi (Nasution, 2006 : 261). Menurut Ginting (2006) metode yang digunakan adalah metode MRP (Material Requirement Planning), dimana tujuan dari metode ini adalah : 1) Menjamin tersedianya material, item komponen pada saat atau dibutuhkan untuk memenuhi skedul/ jadwal yang ada. 2) Mengontrol tingkat persediaan. 3) Menentukan kebutuhan pengiriman, penjadwalan, dan aktivitas pembelian.
2.3 Metode-metode Pengendalian Persediaan Di dalam mencari jawaban atas permasalahan umum dalam pengendalian persediaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada bagian 2.1.2. Secara kronologis metode pengendalian persediaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Metode pengendalian tradisional. 2. Metode Material Requirement Planning (MRP). 3. Metode persediaan Just In Time (JIT). 2.3.1
2.3.2 (MRP)
Metode Persediaan Tradisional Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam persediaan. Metode pengendalian persediaan ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya hanya dipengaruhi oleh mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk (Ginting, 2007 : 126). Menurut Ristono (2008) secara umum asumsi untuk penggunaan persediaan tradisional adalah : 1. Permintaan continue. 2. Permintaan independent. 3. Permintaan pada suatu periode dan lama waktu pengadaan bersifat random dan berdidtribusi. 4. Fluktuasi permintaan atau waktu pengadaan berdifat random disekitar rata-rata. 5. Kesalahan perkiraan berdifat random dan berdistribusi normal. Metode Material Requirement Planning Metode MRP ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur,
aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadwal Induk Produksi (JIP). Sengan demikian, kehadiran MRP sangat berarti dalam meminimalisasi investasi persediaan, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang dibutuhkan dan sebagai alat pengendalian produksi dan persediaan (Ginting, 2007 : 128).
2.3.3
Metode Just In Time (JIT) Menurut Ginting (2007) metode ini merupakan metode persediaan material untuk produksi masal dalam jumlah kecil, tersedia untuk segera digunakan. Dalam JIT digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan Kanban. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya pada sat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Pada dua metode persediaan sebelumnya, dilakukan proyeksi permintaan yang akan datang, dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut, penjadwalan mendorong produksi (pull system). Sedangkan dalam metode JIT, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan actual (pull system).
2.4 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Nasution (2006) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan berdasarkan tahapan waktu (time phases requirements planning). Dasar – dasar penyusunan MRP yaitu : 1. MRP menurunkan permintaan terikat untuk bahan – bahan baku, bahan – bahan pembantu, dan barang – barang setengah jadi berdasarkan jadwal pengolahan barang jadi. 2. MRP menetapkan jadwal pengadaan (seperti jadwal pengolahan atau pembelian) tidak jauh menyimpang dari jadwal penggunaannya. 2.4.1.
Manfaat Sistem MRP Manfaat penggunaan sistem MRP (Astana, 2007), antara lain adalah: 1. Meminimalkan persediaan. MRP menentukan kapan dan berapa jumlah bahan atau bagian barang yang benar – benar dibutuhkan untuk setiap satuan waktu sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP), sehingga tingkat sediaan yang berlebihan dapat dihindarkan. 2. Mengurangi resiko keterlambatan produksi atau pengiriman. MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu
4
tenggang produksi maupun pengadaan komponen. 3. Komitmen yang realistis. Dengan MRP, diharapkan jadwal produksi dapt terpenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakkukan secara lebih realistis. 4. Meningkatkan efisiensi. MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat derencakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). 2.4.2.
perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perncanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia (Ginting, 2007 : 168).
2.
Kemampuan Sistem MRP MRP memiliki empat kemampuan yang menjadi ciri utamanya (Nasution, 2006 : 272), yaitu: 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, maksudnya adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi suatu pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item, dengan diketahuinya bahan baku dalam suatu pekerjaan, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan
2.4.3.
Masukan Sistem MRP Berbagai data dan keterangan yang diperlukan sebagai Input dari MRP adalah : 1. Jadwal Induk Produksi (JIP), yaitu jadwal yang didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat.
Produk
Periode 1
2
3
4
5
6
7
8
A
50
40
75
90
75
50
60
50
B
45
70
-
35
60
-
30
-
C
-
60
45
50
-
-
70
80
D
80
60
-
-
90
65
50
65
3.
Level 0
Unit Ruang Beton
Plat Atap Pracetak
Plat Atap Pracetak
Level 1
Gambar 2.5 Contoh Struktur Produk (BOM) (Ervianto, 2004 : 119 ) 2.4.4.
Keluaran Sistem MRP Menurut Nasution (2006) secara umum outptut dari sistem Material Requirement Planning (MRP) terdiri dari laporan mengenai: 1. Memberikan catatan tentang jadwal pemesanan material yang harus dilakukan atau harus direncanakan baik dari pabrik maupun dari supplier. 2. Memberikan indikasi bila perlu penjadwalan ulang. 3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan. 4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.
2.4.5.
Tahapan Proses Pengolahan MRP Menurut Ginting (2007), proses pengolahan MRP dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Contoh Jadwal Induk Produksi (Ginting, 2007 : 169 ) Hasil peramalan (perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencan produksi (perencanaan jangka sedang) yang pada akhirnya dipakai untuk membuat JIP (perencanaan jangka pendek) yang berisi
Catatan Keadaan Persediaan Berisi tentang informasi tentang catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan (Ginting, 2007 : 169). Dimana catatan tersebut berkaitan dengan : a) Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (onhand inventory). b) Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory). c) Waktu ancang-ancang (lead time) dari setiap bahan. Struktur produk. Yaitu berisi informasi tentang hubungan antara komponenkomponen dalam suatu proses asembling. Informasi ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen Selain iru, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan komponen pada setiap tahap assembeling dan jumlah produk akhir yang harus dibuat (Ginting, 2007 : 170). Adapun contoh struktur produk dapat dilihat pada gambar 2.5.
5
1.
2.
3.
4.
Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih) Proses netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horizon perencanaan. Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan kotor (GR) minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan ditangan (OH). Kebutuhan bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. Lotting (Penentuan Ukuran Lot) Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya kuantitas pesanan, yang dimaksudkan untuk memenuhi beberapa periode kebutuhan bersih sekaligus. Besarnya ukuran kuantitas pesanan tersebut dapat ditentukan berdasarkan pada jumlah pemesanan yang tetap, periode pemesanan yang tetap atau keseimbangan antara ongkos pengadaan (set-up cost) dengan ongkos simpan (carrying cost). Ketiga pendekatan ini melahirkan Sembilan buah teknik yang masingmasing mempunyai kekurangan dan kelebihan, tergantung dari kondisi yang dihadapi. Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan) Offsetting adalah suatu proses penentuan saat atau periode dilakukannya pemesanan sehingga kebutuhan bersih dapat dipenuhi. Dengan kata lain offsetting bertujuan untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting harus dilakukan. Penentuan rencana saat pemesananan ini diperolah dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih harus tersedia dengan waktu ancang-ancangnya (lead time). Eksploding Proses exploding adalah proses perhitungandari ketiga langkahlangkah sebelumnya, yaitu netting, lotting dan offsetting, yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya. Perencanaan kebutuhan material memerlukan struktur produk yang biasanya digambarkan dengan diagram pohon. Dalam melakukan proses exploding, diperlukan adanya perkalian dan penjumlahan yang berulang-ulang antara jumlah material induk dengan faktor penggunaan (usage factor) dari material pada level dibawahnya. Proses tersebut diulangi kembali sampai pada material level terakhir.
Agar dapat memahami proses MRP dengan lebih jelas, maka dibawah ini akan dijelaskan langkah – langkah dasar mengenai sistem MRP. Adapun langkah
dasar tersebut secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 2.6. Masukkan MRP : JIP Struktur Produk
ada perubahan
Eksploding Ulang Untuk level berikutnya
ya
NETTING Perhitungan Kebutuhan Bersih
tidak LOTTING Penentuan Jumlah Pesanan
Pelaksan aan MRP
Level terakhir
OFFSETTING Penentuan Waktu Pesan
Gambar 2.6. Langkah – langkah proses MRP (Ginting, 2007 : 181) 2.4.6.
2.4.7.
Asumsi - asumsi Sistem MRP Asumsi – asumsi dari system MRP yang standard menurut Wibisono (2008) adalah sebagai berikut : 1. Tersediannya Jadwal Induk Produksi (JIP). 2. Waktu ancang untuk semua item diketahui. 3. Setiap item persediaan harus mempunyai indentifikasi yang khusus. 4. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan. 5. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang menyatakan status persediaan sekarang dan yang akan datang. Teknik Penentuan Ukuran Lot Teknik penentuan ukuran lot (lot size) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran kuantitas pesanan. Ada dua cara pendekatan dalam menyelesaikan masalah lotsizing, yaitu pendekatan period by period dan level by level. Satu-satunya teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan period by period yang ada sekarang adalah pendekatan koefisien. Pendekatan koefisien ini mempunyai kinerja yang lebih baik dari pada teknik-teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan level by level. Akan tetapi pendekatan koefisien ini sangat sulit untk diterapkan dalam MRP, sebab proses MRP yang sekarang dilaksanakan dengan level by level. Oleh karena itu teknik-teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan level by level masih tetap digunakan dalam menentukan
6
ukuran kuantitas pemesan pada MRP (Ginting, 2007 : 189). Berikut metode yang akan digunakan dalam penentuan ukuran pemesanan diantaranya sebagai berikut : a) Lot for Lot (L4L) Teknik ini merupakan teknik lotsizing yang paling sederhana dan mudah dimengerti. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (Ginting, 2007 : 194). b) Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
EOQ = Dimana : D = Demand / kebutuhan ratarata k = Order cost / biaya pesan per pesan h = Holding cost / biaya simpan per periode
c)
d)
Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama 1 tahun. Sedangkan keefektifan dari metode ini akan terlihat apabila pola permintaan kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan bersifat konstan (Nasution, 2006 : 266). Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ ini interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode waktu diskrit. Kesulitan teknik POQ ini terletak pada kemungkinan bahwa diskontinuitas permintaan kebutuhan bersih terdistribusi sedemikian rupa sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi jika pada periode-periode yang bertepatan dengan saat pemesanan, besar kebutuhan bersihnya adalah nol (Ginting, 2007 : 193). Part Period Balancing (PPB) Part Period Balancing (PPB) merupakan teknik yang menggunakan
pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look ahead/look back) dari periode yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang terlalu sedikit (Ginting, 2007 : 199).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Konsep Penelitian Konsep dasar dari penelitian ini adalah membandingkan empat teknik lotsizing yang berbeda, dimana dari empat teknik lotsizing tersebut diambil teknik lotsizing yang menghasilkan biaya paling minimum. Input data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data volume material, schedule proyek, dan biaya persediaan. Input data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan empat teknik lotsizing yang berbeda. Output dari penelitian ini adalah berupa jadwal pemesanan material, besarnya volume material yang dipesan tiap satuan waktu, dan biaya total yang dihasilkan dari empat teknik lotsizing yang berbeda. 3.2
Data Penelitian Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen proyek yang bersangkutan. Data-data yang diperlukan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah : 1. Data umum proyek Berisi kondisi umum proyek meliputi nama proyek, spesifikasi proyek, owner, perencana, kontraktor, waktu pengerjaan dan biaya proyek. 2. Data material Berisikan jenis-jenis material yang diperlukan dalam item pekerjaan, spesifikasi material, dan lokasi pengambilan material (supplier). 3. Data permodelan MRP Data permodelan adalah data-data yang diperlukan untuk menjalankan proses MRP, yaitu: a. Schedule proyek, digunakan untuk mengetahui kapan suatu material dibutuhkan dan menentukan jadwal pemesanannya. b. Gambar perencanaan, digunakan untuk mengetahui volume pekerjaan yang ditinjau sehingga dapat diketahui volume kebutuhan material yang diperlukan dalam tiap item pekerjaan. c. Struktur produk (Bill of Material), struktur pekerjaan berisikan informasi tentang hubungan antar komponen dalam suatu proses produksi. d. Biaya persediaan, adalah semua pengeluaran yang timbul akibat adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi biaya pembelian material, biaya pemesanan material, dan juga biaya simpan material.
7
e. Lead time, adalah periode pengadaan material pada saat dikeluarkannya surat pesanan sampai dengan waktu penyerahan material untuk pertama kalinya. 3.3
3.4
telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode waktu diskrit. Kesulitan teknik POQ ini terletak pada kemungkinan bahwa diskontinuitas permintaan kebutuhan bersih terdistribusi sedemikian rupa sehingga interval pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi jika pada periode-periode yang bertepatan dengan saat pemesanan, besar kebutuhan bersihnya adalah nol. Dimana perbedaan teknik ini dengan teknik EOQ adalah besar ukuran lotnya tidak tetap. Frekwensi pemesanan masing-masing material dapat dihitung yaitu jumlah pemesanan per tahun dibagi dengan nilai EOQ masingmasing material.
Identifikasi Objek Penelitian Pelaksanaan pembangunan Apartemen Guna Wangsa Surabaya secara umum dilaksanakan bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan yang utama seperti pekerjaan persiapan, struktur bawah, lantai basement, struktur atas, dan arsitektur. Apartemen Guna Wangsa ini terdiri dari 25 lantai, dimana untuk lantai 3 sampai dengan lantai 25 mempunyai bentuk dan ukuran yang sama (tipikal). Progres pembangunan Apartemen Guna Wangsa pada saat awal penelitian adalah sampai dengan pekerjaan struktur lantai 8. Pekerjaan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah pekerjaan struktur lantai 18 (balok, kolom, plat), hal ini dikarenakan waktu untuk memulai penelitian ini adalah sebelum dilaksanakannnya pekerjaan struktur lantai 18. Metode Analisa Metode analisa untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lot for Lot (L4L) Teknik ini merupakan teknik lotsizing yang paling sederhana dan mudah dimengerti. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. b. Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
EOQ = Dimana : D = Demand / kebutuhan ratarata k = Order cost / biaya pesan per pesan h = Holding cost / biaya simpan
c.
Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama 1 tahun. Sedangkan keefektifan dari metode ini akan terlihat apabila pola permintaan kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan bersifat konstan. Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ ini interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang
Frekwensi pemesanan per tahun = pemesanan per tahun EOQ d. Part Period Balancing (PPB) Part Period Balancing (PPB) merupakan teknik yang menggunakan pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look ahead/look back) dari periode yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang terlalu sedikit. Untuk menentukan besarnya ukuran lot yang digunakan, teknik ini menggunakan Economic Part Period (EPP). Pemilihan ukuran lot yang akan dilaksanakan adalah berdasarkan ukuran lot yang mempunyai nilai mendekati atau sama dengan nilai EPP. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan (s) dengan ongkos simpan per unit per periode (Ip.C) 3.5
Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur mengenai perencanaan persediaan material. 2. Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan tugas akhir 3. Membuat break down pekerjaan sebagai hasil indentifikasi pada objek penelitian. Dalam hal ini objek penelitian adalah pekerjaan struktur lantai 18. 4. Menyusun struktur produk / Bill of Material (BOM) dari hasil break down pelaksanaan pekerjaan struktur lantai 18 dan menentukan material penyusun yang akan dianalisa kebutuhannya. 5. Menghitung biaya persediaan untuk setiap jenis material. Dalam hal ini biaya persediaan material terdiri dari biaya pembelian material, biaya pemesanan material, dan biaya biaya penyimpanan material. 6. Menghitung kebutuhan material total dari material-material penyusun yang telah ditentukan pada struktur produk. 7. Menyusun jadwal induk. Jadwal induk produksi ini diperoleh dengan membagi volume total
8
8.
9. 10. 11. 12.
material dengan waktu atau durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (diperoleh dari master schedule project). Menentukan ukuran pemesanan (lotting) pada material yang dihitung kebutuhan totalnya dengan menggunakan 4 teknik lotsizing yang telah ditetapkan. Menentukan waktu rencana pemesanan (offsetting). Menentukan biaya total pengadaan tiap material dari semua teknik lot size yang dilakukan. Menghitung biaya total yang diakibatkan dari pengadaan material. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1
Bagan alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 Latar belakang
Perumusan Masalah
Pembangunan proyek Apartemen Guna Wangsa Surabaya ini mempunyai design dengan bentuk yang asimetris, serta apartemen ini dibagi menjadi 2 buah bangunan utama yaitu tower A dan tower B. Untuk lebih lebih jelasnya, gambar proyek terdapat pada lampiran 1.
Studi Literatur
Pengumpulan data : Gambar proyek, schedule proyek, struktur produk
4.1.2 Jadwal Proyek Proyek pembangunan Apartemen Guna Wangsa dimulai pada Januari 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Maret 2012, sehingga lama waktu penyelesaian proyek adalah 1 tahun 3 bulan. Pekerjaan struktur lantai 18 dimulai pada minggu ke-31dan direncanakan selesai pada minggu ke-34, jadwal proyek lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.
Membuat Break Down Pekerjaan
Menyusun Struktur Produk (BOM)
Menghitung Biaya-biaya Persediaan
Menghitung Kebutuhan Total Material
Menyusun Jadwal Induk Produksi
LOTTING (Penentuan Jumlah Pesanan) 1. Lot for Lot 2. Economic Order Quantity 3. Periodic Order Quantity 4. Part Period Balancing
OFFSETTING (Menentukan Waktu Pemesanan) Total Biaya Persediaan
Gambaran Umum Proyek 4.1.1 Data Proyek Data proyek untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Nama Proyek : Apartemen Guna Wangsa Surabaya Lokasi Proyek : Jalan Menur Pumpungan 62 Surabaya Konsultan Perencana : PT. MEGATIKA INTERNATIONAL Kontraktor Pelaksana : PT. WASKITA KARYA Jumlah Lantai : 25 Lantai Spesifikasi Teknis : Pondasi = Tiang pancang Struktur Atas = Beton Bertulang ( K300, K350, K400) Besi beton = Ø10, D13, D16,D19, D22 Beskesting = Multipleks 12mm uk 4'x8', Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
4.2
Struktur Produk (Bill of Material) Struktur Produk (Bill of Material) berisi tentang informasi yang mengidentifikasikan semua kebutuhan komponen dan sub komponen yang akan digunakan untuk menghasilkan produk akhir dari suatu pekerjaan. Untuk membuat struktur produk (Bill of Material) pada Tugas Akhir ini didasarkan pada break down pekerjaan struktur lantai 18. Material yang digunakan pada pekerjaan struktur lantai 18 adalah beton K-300, besi beton (Ø10, D13, D16, D19, D22), dan bekisting (multipleks 12mm uk 4'x8', kayu 6x12cm klas III borneo). Data-data yang digunakan untuk membuat struktur produk yaitu berupa gambar proyek dan daftar analisa harga satuan pekerjaan. Bill of Material pekerjaan struktur lantai 18 Apartemen Guna Wangsa Surabaya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara setiap item pekerjaan dengan material yang dibutuhkan. Setiap item pekerjaan membutuhkan dua jenis material atau lebih. Dari struktur produk (Bill of Material) yang dibuat, diperoleh jenis material yang dibutuhkan seperti terdapat dalam Tabel 4.1.
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
9
LEVEL 0
LEVEL 1
LEVEL 2
LEVEL 3
Gambar 4.1 Bill of Material (BOM) Struktur Lantai 18
4.3.2 Biaya Pemesanan Material Biaya pemesanan adalah semua biaya pengeluaran yang timbul dari usaha mendatangkan material dari luar proyek. Biaya pemesanan pada proyek ini meliputi biaya telekomunikasi dan biaya administrasi, yaitu : a. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan material pada supplier dengan menggunakan media telepon. Biaya telekomunikasi ini dipengaruhi oleh faktor durasi percakapan serta lokasi pemesanan b. material dimana diasumsikan terjadi percakapan selama 10 menit setiap kali pemesanan material. Biaya – biaya telepon tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. c. Biaya Administrasi adalah biaya yang muncul karena proses pendataan atau pencatatan material pada saat kedatangannya. Biaya Administrasi yang dihitung pada proyek ini meliputi biaya pencetakan. Biaya administrasi ini diasumsikan sama untuk setiap material yang akan dianalisa. Biaya administrasi dapat dilihat pada Tabel 4.4. d. Total biaya pemesanan adalah penjumlahan dari biaya telepon dan biaya administrasi per pesan. Data umum total biaya pemesanan tiap material dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.1. Jenis Material No.
ITEM PEKERJAAN
1 a b c d
Struktur Balok Besi Beton Polos Besi Beton Ulir Beton Bekesting
2 a b c d
Struktur Kolom Besi Beton Polos Besi Beton Ulir Beton Bekesting
3 a b c
Struktur Plat Besi Beton Polos Beton Bekesting
JENIS MATERIAL Ø10 D13,D16, D19, D22 Beton K-300 Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Ø10 D22 Beton K-300 Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Ø10 Beton K-300 Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
4.3
Biaya Persediaan Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Adapun asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Biaya pemesanan adalah tetap setiap kali melakukan pemesanan. b. Lead time adalah tetap setiap kali pemesanan material. 4.3.1 Biaya Pembelian Material Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Material yang dianalisa mempunyai karakteristik bermacam– macam sehingga harga material per-unit berlainan. Besarnya biaya ini sesuai dengan jumlah material yang dibeli serta harga satuan material. Data umum biaya material diperoleh dari data harga material proyek yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Data Harga Material No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material Beton K-300 Besi Beton Ø10 @7,4kg Besi Beton D13 @12,5kg Besi Beton D16 @19kg Besi Beton D19 @27kg Besi Beton D22 @36kg Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III @4m
Satuan m³ lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor lembar batang
Harga material per unit Rp 517.000,00 Rp 51.363,40 Rp 86.762,50 Rp 131.879,00 Rp 187.407,00 Rp 249.876,00 Rp 167.200,00 Rp 59.112,63
Tabel 4.3 Biaya Telepon No
Jenis Material
1 2 3 4 5 6 7 8
Beton K-300 Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Tarif Telepon Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit Rp. 250 / 2 menit
Total Biaya (10 menit) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00
10
Tabel 4.4. Biaya Administrasi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Pencetakan (lembar) Beton K-300 6 Besi Beton Ø10 6 Besi Beton D13 6 Besi Beton D16 6 Besi Beton D19 6 Besi Beton D22 6 Multipleks 12mm uk 4'x8' 6 Kayu 6x12cm Klas III (borneo) 6 Jenis Material
Harga Pencetakan/lbr Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00 Rp 300,00
perincian biaya persediaan material seperti pada tabel 4.7. Total Biaya Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Tabel 4.7. Biaya Persediaan Material
1.800,00 1.800,00 1.800,00 1.800,00 1.800,00 1.800,00 1.800,00 1.800,00
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 4.5. Total Biaya Pemesanan Material per-pesan
No
Jenis Material
1 2 3 4 5 6 7 8
Beton K-300 Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya Telepon 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00 1.250,00
Biaya Administrasi Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00 Rp 1.800,00
Total Biaya Pemesanan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00
4.3.3 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini dapat meliputi biaya memiliki persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Untuk biaya modal ini diperhitungkan berdasarkan pada biaya modal yang diinvestasikan pada persediaan (inventory), yang dapat diukur dengan suku bunga bank yaitu 6,5% per tahun (berdasarkan suku bunga bank tahun 2011) dari harga material per unit. Sedangkan untuk biaya penyusutan atau kerusakan dapat dihitung berdasarkan penyusutan atau kerusakan kuantitas material selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar ± 2% dari harga material per unit. Hasil perhitungan biaya penyimpanan material dapat dilihat pada Tabel 4.6 . Tabel 4.6. Total Biaya Penyimpanan/ unit/ hari
No a 1 2 3 4 5 6 7 8 9
% biaya harga material Biaya simpan/unit/hari penyimpanan/ tahun per unit b c e =(c/365)*d d Beton K-300 8,5% 120,40 Rp 517.000,00 Rp Besi Beton Ø10 @7,4kg 8,5% 11,96 Rp 51.363,40 Rp Rp 86.762,50 Rp Besi Beton D13 @12,5kg 8,5% 20,20 Rp 131.879,00 Rp Besi Beton D16 @19kg 8,5% 30,71 Rp 187.407,00 Rp Besi Beton D19 @27kg 8,5% 43,64 Rp 249.876,00 Rp Besi Beton D22 @36kg 8,5% 58,19 Rp 167.200,00 Rp Multipleks 12mm uk 4'x8' 8,5% 38,94 Rp 59.112,63 Rp 8,5% 13,77 Kayu 6x12cm Klas III @4m Scafolding 8,5% Rp 23.066,00 Rp 5,37 4.3.4 Biaya Persediaan Material Biaya persediaan material adalah biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan juga biaya penyimpanan material. Dari perhitungan masing – masing biaya diatas, maka dapat dilihat Jenis Material
4.4
Satuan per unit m³ Beton K-300 lonjor Besi Beton Ø10 @7,4kg lonjor Besi Beton D13 @12,5kg lonjor Besi Beton D16 @19kg Besi Beton D19 @27kg lonjor Besi Beton D22 @36kg lonjor Multipleks 12mm uk 4'x8' lembar Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang Jenis Material
Biaya Pembelian per- Biaya Pemesanan unit per-pesan Rp 517.000,00 Rp 3.050,00 Rp 51.363,40 Rp 3.050,00 Rp 86.762,50 Rp 3.050,00 Rp 131.879,00 Rp 3.050,00 Rp 187.407,00 Rp 3.050,00 Rp 249.876,00 Rp 3.050,00 Rp 167.200,00 Rp 3.050,00 Rp 59.112,63 Rp 3.050,00
Biaya Penyimpanan per-unit/ hari Rp 120,40 Rp 11,96 Rp 20,20 Rp 30,71 Rp 43,64 Rp 58,19 Rp 38,94 Rp 13,77
Analisa Kebutuhan Material Analisa kebutuhan material meliputi kebutuhan material total, jadwal induk produksi, dan kebutuhan material per periode. Material yang dihitung meliputi material level 2 dan level 3 pada Bill of Material struktur lantai 18 (Gambar 4.1).
4.4.1 Analisa Kebutuhan Material Total Kebutuhan material total dapat dihitung berdasarkan data volume material yang ada (lampiran-3) dan koefisien analisa harga satuan pekerjaan yang diperoleh dari proyek (lampiran-4). Kebutuhan material total yang dihitung adalah material level 2 dan level 3 pada Bill of Material struktur lantai 18 (Gambar 4.1)..Berdasarkan data volume material yang ada (lampiran-3), kebutuhan material pada setiap item pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.8 . 4.4.2 Jadwal Induk Produksi Jadwal induk produksi merupakan alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (misal : pekerja,alat dan bahan). 4.4.2.1 Zona Pekerjaan Dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyek dengan denah yang tidak simetris serta memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan, maka untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan perlu dilakukan pembagian zona pekerjaan. Berdasarkan lampiran 1 pembangunan Apartemen Guna Wangsa ini dibagi menjadi beberapa zona pekerjaan, yaitu pada pembangunan tower A dan tower B dibagi menjadi 3 zona (zona 1, zona 2, zona 3). Untuk lebih jelasnya, pembagian zona pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3. 4.4.2.2 Durasi Item Pekerjaan Sebelum menyusun jadwal induk produksi perlu diketahui durasi masing-masing item pekerjaan untuk pekerjaan struktur lantai 18 dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Tabel 4.9 menampilkan durasi dari masing-masing item pekerjaan stuktur lantai 18 yang diperoleh dari data bar chart pekerjaan struktur lantai 18 (lampiran 2). 4.4.2.3 Hubungan Antar Aktivitas Langkah awal dalam menyusun jadwal induk produksi adalah perlu diketahuinya hubungan antar aktivitas guna mengetahui urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Berdasarkan ketergantungan antar aktivitas, maka dapat disusun secara tepat kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10. Urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang sesuai dengan logika berdasarkan ketergantungan antar aktivitas dalah sebagai berikut : a. Pekerjaan pembesian balok dikerjakan sehari
11
sebelum pekerjaan bekisting balok selesai. b. Pekerjaan bekisting plat dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan bekisting balok. c. Pekerjaan pembesian plat dikerjakan setelah semua pekerjaan bekisting plat selesai. d. Pekerjaan pengecoran pada balok dan plat dimulai setelah seluruh pekerjaan bekisting dan pembesian telah selesai dikerjakan. e. Pekerjaan pembesian kolom dimulai 1 hari setelah pekerjaan balok dan plat selesai dikerjakan (adanya proses curing pada beton). f. Pekerjaan bekisting kolom dimulai 1 hari setelah pekerjaan pembesian kolom dikerjakan. g. Pekerjaan pengecoran kolom dimulai setelah semua pekerjaan bekisting kolom selesai. 4.4.2.4
Jadwal Pekerjaan Berdasarkan pembagian zona pekerjaan, durasi, dan hubungan antar aktivitas dapat disusun jadwal pekerjaan struktur lantai 18 seperti pada Tabel 4.11. 4.4.2.5 Perhitungan Volume Material Setiap Zona Pekerjaan Berdasarkan perhitungan volume total material level 2 (lampiran 3) serta adanya pembagian zona pekerjaan, maka langkah selanjutnya sebelum menyusun jadwal induk produksi adalah mengetahui volume total material setiap zona pekerjaan. Untuk lebih jelasnya volume total material setiap zona pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.12. 4.4.2.6 Jadwal Induk Produksi Setelah diketahui jadwal pekerjaan struktur lantai 18, maka dapat disusun jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi ini dibuat berdasarakan pada peramalan atas permintaan setiap produk akhir yang akan dibuat. Peramalan tersebut berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah material yang dibutuhkan beserta periode waktunya, yang dapat disusun dengan membagi total item pekerjaan dengan durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara garis besar pembutan Jadwal Induk Produksi (JIP) dilakukan atas tahapan-tahapan berikut : a) Menghitung jumlah kebutuhan material (level 2) per hari setiap zona pekerjaan, dengan asumsi kebutuhan material setiap harinya adalah sama. Perhitungannya dilakukan dengan cara membagi volume material setiap zona pekerjaan (Tabel 4.12) dibagi dengan durasi setiap zona pekerjaan (Tabel 4.9). Hasil perhitungan volume material per hari setiap zona pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.13. b) Menyusun rencana kebutuhan material berdasarkan Tabel 4.13 dan jadwal pekerjaan (Tabel 4.11), sehingga akan didapat jadwal produksi setiap material yang dibuat serta periode waktu pembuatannya.
No I a
b
c
No II a
b
c
No III a
b
c
Tabel 4.8. Kebutuhan Material Total
Jenis Material
Satuan
Volume a
Pekerjaan Balok Besi Beton 1.Besi Beton Ø10 2.Besi Beton D13 3.Besi Beton D16 4.Besi Beton D19 5.Besi Beton D22
kg kg kg kg kg kg
Bekesting 1.Multipleks 12mm uk 4'x8' 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m
m2 m2 m3
Beton 1.Beton K-300
m3 m3
21922,418 6080,527 407,987 2411,453 11065,912 1956,539 Volume a 1404,07 1404,07 1404,07 Volume a 138,3 138,3
Jenis Material Pekerjaan Plat Besi Beton 1.Besi Beton Ø10
Satuan
Volume a
kg kg
22031,26 22031,26 Volume a 1828,625 1828,625 1828,625 Volume a 219,436 219,436
Bekesting 1.Multipleks 12mm uk 4'x8' 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m
m2 m2 m3
Beton 1.Beton K-300
m3 m3
Jenis Material
Satuan
Volume a
Pekerjaan Kolom Besi Beton 1.Besi Beton Ø10 2.Besi Beton D22
kg kg kg
Bekesting 1.Multipleks 12mm uk 4'x8' 2.Kayu 6x12cm Klas III (borneo)/ 4m
m2 m2 m3
Beton 1.Beton K-300
m3 m3
24777,866 6739,53 18038,336 Volume a 772,8 772,8 772,8 Volume a 100,8 100,8
Koefisien b
Berat/lonjor c
1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 Koefisien b
7,4 12,5 19 27 36
0,09 0,02 Koefisien b
Volume/batang
c
0,0288
1,03 Berat/lonjor c
1,03 Koefisien b
Volume/batang
7,4 c
0,0288
1,03
846,344 33,618 130,726 422,144 55,979 Volume Akhir (axb)/c
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor Satuan
126,366 lembar 975,049 batang Volume Akhir Satuan axb
Berat/lonjor c
1,03 1,03 Koefisien b
7,4 36 Volume/batang
c
0,0288
1,03
m3
Volume Akhir (axb)/c
Satuan
3066,513 Volume Akhir (axb)/c
lonjor Satuan
164,576 lembar 1269,878 batang Volume Akhir Satuan axb 226,019
Koefisien b
0,09 0,02 Koefisien b
Satuan
142,449
Koefisien b
0,09 0,02 Koefisien b
Volume Akhir (axb)/c
m3
Volume Akhir (axb)/c
Satuan
938,070 516,097 Volume Akhir (axb)/c
lonjor lonjor Satuan
69,552 lembar 536,667 batang Volume Akhir Satuan axb 103,824
Jadwal induk produksi disusun dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.14 .
Gambar 4.2 Pembagian Zona Pekerjaan Tower A
12
m3
Gambar 4.3 Pembagian Zona Pekerjaan Tower B
Tabel 4.9. Durasi Setiap Item Pekerjaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Aktivitas Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Besi beton balok zona 3A & 3B Besi beton balok zona 1A & 1B Besi beton balok zona 2A & 2B Beton balok zona 3A & 3B Beton balok zona 1A & 1B Beton balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Besi beton plat zona 3A & 3B Besi beton plat zona 1A & 1B Besi beton plat zona 2A & 2B Beton plat zona 3A & 3B Beton plat zona 1A & 1B Beton plat zona 2A & 2B Besi beton kolom zona 3A & 3B Besi beton kolom zona 1A & 1B Besi beton kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Beton kolom zona 3A & 3B Beton kolom zona 1A & 1B Beton kolom zona 2A & 2B
Durasi (hari) 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
Tabel 4.10. Hubungan Antar Aktivitas
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Aktivitas Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Besi beton balok zona 3A & 3B Besi beton balok zona 1A & 1B Besi beton balok zona 2A & 2B Beton balok zona 3A & 3B Beton balok zona 1A & 1B Beton balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Besi beton plat zona 3A & 3B Besi beton plat zona 1A & 1B Besi beton plat zona 2A & 2B Beton plat zona 3A & 3B Beton plat zona 1A & 1B Beton plat zona 2A & 2B Besi beton kolom zona 3A & 3B Besi beton kolom zona 1A & 1B Besi beton kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Beton kolom zona 3A & 3B Beton kolom zona 1A & 1B Beton kolom zona 2A & 2B
Notasi A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
Durasi (hari) 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
Predecessor D E A (FS-1) G H D (FS+1) E (FS+1) F (FS+1) M (FS-1) N (FS-1) J K L M N O K Y Z S (FS-3) T (FS-3) U (FS-3) V W X
13
Tabel 4.11. Jadwal Pekerjaan
NO.
URAIAN PEKERJAAN NOTASI
DURASI
AKTIVITAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1
2
3
MINGGU KE-31 4
5
6
7
1
2
3
MINGGU KE-32 4
5
6
1
6
7
(HARI)
Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
Tabel 4.11 Lanjutan Jadwal Pekerjaan
NO.
URAIAN PEKERJAAN NOTASI
AKTIVITAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B
DURASI
1
2
3
MINGGU KE-33 4
5
6
7
1
2
3
MINGGU KE-34 4 5
7
MINGGU KE 35 2 3
4
(HARI) A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
14
Tabel 4.12. Volume Kebutuhan Material Setiap Zona Pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Aktivitas Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Besi beton balok zona 3A & 3B Besi beton balok zona 1A & 1B Besi beton balok zona 2A & 2B Beton balok zona 3A & 3B Beton balok zona 1A & 1B Beton balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Besi beton plat zona 3A & 3B Besi beton plat zona 1A & 1B Besi beton plat zona 2A & 2B Beton plat zona 3A & 3B Beton plat zona 1A & 1B Beton plat zona 2A & 2B Besi beton kolom zona 3A & 3B Besi beton kolom zona 1A & 1B Besi beton kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Beton kolom zona 3A & 3B Beton kolom zona 1A & 1B Beton kolom zona 2A & 2B
Satuan m2 m2 m2 kg kg kg m3 m3 m3 m2 m2 m2 kg kg kg m3 m3 m3 kg kg kg m2 m2 m2 m3 m3 m3
Volume 405,36 580,64 418,072 6535,3 8674,44 6712,688 39,7898 57,6 40,92 546,944 851,824 429,856 6084,916 10598,176 5348,164 65,634 102,22 51,582 7079,392 10619,084 7079,392 220,8 331,2 220,8 28,8 43,2 28,8
Tabel 4.13. Perhitungan Volume Material Per Hari Setiap Zona Pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Aktivitas Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Besi beton balok zona 3A & 3B Besi beton balok zona 1A & 1B Besi beton balok zona 2A & 2B Beton balok zona 3A & 3B Beton balok zona 1A & 1B Beton balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Besi beton plat zona 3A & 3B Besi beton plat zona 1A & 1B Besi beton plat zona 2A & 2B Beton plat zona 3A & 3B Beton plat zona 1A & 1B Beton plat zona 2A & 2B Besi beton kolom zona 3A & 3B Besi beton kolom zona 1A & 1B Besi beton kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Beton kolom zona 3A & 3B Beton kolom zona 1A & 1B Beton kolom zona 2A & 2B
Satuan m2 m2 m2 kg kg kg m3 m3 m3 m2 m2 m2 kg kg kg m3 m3 m3 kg kg kg m2 m2 m2 m3 m3 m3
Volume a 405,36 580,64 418,072 6535,3 8674,44 6712,688 39,7898 57,6 40,92 546,944 851,824 429,856 6084,916 10598,176 5348,164 65,634 102,22 51,582 7079,392 10619,084 7079,392 220,8 331,2 220,8 28,8 43,2 28,8
Durasi (hari) b 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
Volume/ hari a/b 101,34 145,16 104,518 1633,825 2168,61 1678,172 19,8949 28,8 20,46 136,736 212,956 107,464 1521,229 2649,544 1337,041 32,817 51,11 25,791 1769,848 2654,771 1769,848 55,2 82,8 55,2 14,4 21,6 14,4 15
Tabel 4.14. Jadwal Induk Produksi
NO.
URAIAN PEKERJAAN NOTASI
DURASI
AKTIVITAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1
2
MINGGU KE-31 4 5
3
6
7
1
2
MINGGU KE-32 4
3
5
6
7
(HARI) A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B
4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
101,340 101,340
101,340
101,340 145,160 1.633,825
145,160
145,160
145,160
1.633,825 1.633,825 1.633,825 2.168,610
136,736 136,736
136,736
19,890
19,890
212,956
212,956
2.168,610
2.168,610
2.168,610
2.649,544
2.649,544
2.649,544
1.769,848
1.769,848
1.769,848
55,200
55,200
136,736 212,956
212,956
1.521,229 1.521,229 1.521,229 1.521,229
32,817
32,817
Tabel 4.14 Lanjutan Jadwal Induk Produksi
NO.
URAIAN PEKERJAAN NOTASI
AKTIVITAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Bekisting balok zona 3A & 3B Bekisting balok zona 1A & 1B Bekisting balok zona 2A & 2B Pembesian balok zona 3A & 3B Pembesian balok zona 1A & 1B Pembesian balok zona 2A & 2B Pengecoran balok zona 3A & 3B Pengecoran balok zona 1A & 1B Pengecoran balok zona 2A & 2B Bekisting plat zona 3A & 3B Bekisting plat zona 1A & 1B Bekisting plat zona 2A & 2B Pembesian plat zona 3A & 3B Pembesian plat zona 1A & 1B Pembesian plat zona 2A & 2B Pengecoran plat zona 3A & 3B Pengecoran plat zona 1A & 1B Pengecoran plat zona 2A & 2B Pembesian kolom zona 3A & 3B Pembesian kolom zona 1A & 1B Pembesian kolom zona 2A & 2B Bekisting kolom zona 3A & 3B Bekisting kolom zona 1A & 1B Bekisting kolom zona 2A & 2B Pengecoran kolom zona 3A & 3B Pengecoran kolom zona 1A & 1B Pengecoran kolom zona 2A & 2B
DURASI
1
2
3
MINGGU KE-33 4
5
6
7
1
2
3
MINGGU KE-34 4 5
6
7
1
MINGGU KE-35 2 3
4
(HARI) A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2
104,518 104,518 104,518
104,518 2,000 1.678,172 1.678,172 1.678,172 1.678,172
28,800
28,800
107,464 107,464 107,464
20,460
20,460
25,791
25,791
107,464
2.649,544 1.337,041 1.337,041 1.337,041 1.337,041 51,110
51,110
1.769,848 2.654,771 2.654,771 2.654,771 2.654,771 1.769,848 1.769,848 1.769,848 1.769,848 55,200
55,200 82,800
82,800
82,800
82,800 55,200
14,400
55,200
55,200
55,200
14,400 21,600
21,600 14,400
14,400
16
4.4.3
4.5
Analisa Kebutuhan Material Per Periode Kebutuhan material per periode dihitung berdasarkan kebutuhan material total dan jadwal induk produksi untuk masing–masing pekerjaan. Perhitungan kebutuhan material per periode pada dasarnya hampir sama dengan jadwal induk produksi, akan tetapi yang membedakan adalah material yang dihitung merupakan material yang berada pada level paling bawah (level 3) serta perhitungannnya disusun berdasarkan jenis pekerjaan. Berdasarkan kebutuhan material per periode, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun kebutuhan material berdasarkan jenis material yang akan dipesan. Setelah disusun berdasarkan material yang akan dipesan, kemudian dilakukan pembulatan volume untuk setiap jenis material. Hal ini berfungsi untuk memudahkan pemesanan material serta memudahkan dalam melakukan perhitungan lotsizing. Hasil perhitungan kebutuhan material per periode untuk masing-masing pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.15, sedangkan kebutuhan material per periode berdasarkan masingmasing material dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Analisa Jumlah Pesanan Optimum Analisa jumlah pesanan optimum ini meliputi perhitungan penentuan ukuran lot (lotting) dan waktu rencana pemesanan (offseting). Proses lotting bertujuan untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan material per periode pada Tabel 4.16. Pemilihan teknik yang tepat dapat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan material. Teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah : a. Teknik Lot for Lot (L4L) b. Teknik Economic Order Quantity (EOQ) c. Teknik Period Order Quantity (POQ) d. Teknik Part Period Balancing (PPB) Proses offsetting bertujuan untuk menentukan waktu rencana pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih agar material dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhitungkan lead time pengadaan suatu material yaitu mengurangkan saat awal tersedianya volume material yang diinginkan dengan besarnya lead time. Pengertian lead time adalah durasi waktu saat material mulai dipesan sampai material tersebut diterima dan siap digunakan pada pekerjaan di proyek. Pada tugas akhir ini diasumsikan Lead time dari masing-masing material adalah 1 hari. 4.5.1
Teknik Lot for Lot Penetapan ukuran lot dengan teknik lot for lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit maka jumlah material yang dipesan adalah sama dengan jumlah material yang dibutuhkan. Teknik ini merupakan teknik lotsizing yang paling sederhana dan mudah dimengerti. Pada teknik ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan untuk teknik lot for lot pada Tabel 4.17 .
4.5.1
Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
EOQ = Dimana : D = Demand / kebutuhan ratarata k = Order cost / biaya pesan per pesan h = Holding cost / biaya simpan Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama 1 tahun. Sedangkan keefektifan dari metode ini akan terlihat apabila pola permintaan kebutuhan bersifat kontinu dan tingkat kebutuhan bersifat konstan. Langkah awal yang dikerjakan sebelum melakukan lotting dengan teknik ini adalah melakukan perhitungan nilai EOQ dari setiap jenis material. Perhitungan EOQ setiap material dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan hasil perhitungan teknik Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilihat pada Tabel 4.19. 4.5.2
Teknik Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ ini interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode waktu diskrit. Jumlah pesanan berkala (POQ) merupakan jumlah yang sama dengan jumlah yang dibutuhkan selama beberapa periode suatu pesanan ekonomis sejak bahan yang dipesan diterima. Dimana perbedaan teknik POQ dengan EOQ adalah besar ukuran lotnya tidak tetap. Frekwensi pemesanan masing-masing material dapat dihitung yaitu jumlah pemesanan per tahun dibagi dengan nilai EOQ masing-masing material. Perhitungan besarnya frekwensi pemesanan dapat dilihat pada Tabel 4.20, sedangkan untuk perhitungan POQ dapat dilihat pada Tabel 4.21.
4.5.3
Teknik Part Period Balancing (PBB) Part Period Balancing (PPB) merupakan teknik yang menggunakan pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look ahead/look back) dari periode yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang terlalu sedikit. Untuk menentukan besarnya ukuran lot yang digunakan, teknik ini menggunakan Economic Part Period (EPP). Pemilihan ukuran lot yang akan dilaksanakan adalah berdasarkan ukuran lot yang mempunyai nilai mendekati atau sama dengan nilai EPP. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan (s) dengan ongkos simpan per unit per periode (Ip.C). Perhitungan nilai EPP setiap masing-masing material dapat dilihat pada Tabel 4.22, sedangkan untuk perhitungan dengan teknik Part Period Balancing (PBB) dapat dilihat pada Tabel 4.23.
17
Tabel 4.15. Kebutuhan Material Per-Periode Untuk Setiap Pekerjaan NO.
URAIAN PEKERJAAN VOLUME
I A
1
2
3
126,366 975,046
lbr btg
9,121 70,375
9,121 70,375
9,121 70,375
Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
846,344 33,618 130,726 422,144 55,979
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
PENGECORAN Beton K-300
142,449
m3
164,576 1.269,878
lbr btg
3.066,513
lonjor
MINGGU KE-31 4 5
6
7
MINGGU KE-32 4
1
2
3
13,064 100,806
13,064 100,806
13,064 100,806
5
6
7
PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 18 PEKERJAAN BALOK a 1 2 b 1 2 3 4 5 c 1
B
SATUAN
BEKESTING BALOK Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
9,121 70,375
13,064 100,806
PEMBESIAN
Besi Beton Ø10
60,824 3,139 9,478 29,114 6,315
60,824 3,139 9,478 29,114 6,315
60,824 3,139 9,478 29,114 6,315
60,824 3,139 9,478 29,114 6,315 20,487
20,487
19,166 147,886
19,166 147,886
92,592
92,592
92,592
92,592
11,898 48,979
11,898 48,979
11,898 48,979
11,898 48,979
368,788
368,788
368,788
67,005 36,864
67,005 36,864
67,005 36,864
4,968 38,333
4,968 38,333
PEKERJAAN PLAT a 1 2
BEKESTING PLAT Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
b 1
Besi Beton Ø10
c 1
PENGECORAN Beton K-300
12,306 94,955
12,306 94,955
12,306 94,955
12,306 94,955
19,166 147,886
19,166 147,886
PEMBESIAN
211,739
211,739
211,739
211,739
,
C
226,019
m3
33,802
33,802
PEKERJAAN KOLOM a 1 2
Besi Beton Ø10
PEMBESIAN
Besi Beton D22
938,070 516,097
lonjor lonjor
b 1 2
BEKESTING KOLOM Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
69,552 536,667
lbr btg
c 1
PENGECORAN Beton K-300
103,824
m3
Tabel 4.15 Lanjutan Kebutuhan Material Per-Periode Untuk Setiap Pekerjaan NO.
URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN
1
2
3
MINGGU KE-33 4 5
6
7
1
MINGGU KE-34 4
2
3
21,074
21,074
26,565
26,565
5
6
7
1
67,005 36,864
67,005 36,864
67,005 36,864
4,968 38,333
4,968 38,333
4,968 38,333
MINGGU KE-35 2 3
4
I
PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 18 A PEKERJAAN BALOK a 1 2 b 1 2 3 4 5 c 1
BEKESTING BALOK Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
126,366 975,046
lbr btg
9,407 9,407 72,581 72,581
9,407 72,581
Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
846,344 33,618 130,726 422,144 55,979
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
PENGECORAN Beton K-300
142,449
m3
29,664
29,664
164,576 1.269,878
lbr btg
9,672 9,672 74,628 74,628
9,672 74,628
9,407 72,581
PEMBESIAN
Besi Beton Ø10
58,170 5,266 11,306 27,443 7,680
58,170 5,266 11,306 27,443 7,680
58,170 5,266 11,306 27,443 7,680
58,170 5,266 11,306 27,443 7,680
B PEKERJAAN PLAT a 1 2
BEKESTING PLAT Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
b 1
Besi Beton Ø10
3.066,513
lonjor
c 1
PENGECORAN Beton K-300
226,019
m3
9,672 74,628
PEMBESIAN
368,788
186,102 52,643
186,102
186,102
186,102
52,643
C PEKERJAAN KOLOM a 1 2
Besi Beton Ø10
PEMBESIAN
Besi Beton D22
938,070 516,097
lonjor lonjor
b 1 2
BEKESTING KOLOM Multipleks 12mm uk 4' x 8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
69,552 536,667
lbr btg
c 1
PENGECORAN Beton K-300
103,824
m3
67,005 36,864
100,508 55,296
4,968 4,968 38,333 38,333 14,832
14,832
100,508 55,296
100,508 55,296
100,508 55,296
7,452 57,500
7,452 57,500
7,452 57,500
67,005 36,864 7,452 57,500 22,248
22,248
4,968 38,333 14,832
14,832
18
Tabel 4.16. Kebutuhan Setiap Material NO.
MATERIAL MINGGU KE-31
VOLUME SATUAN I 1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
MINGGU KE-32
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 18
Multipleks 12mm uk 4' x 8' Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
126,366 164,576 69,552 360,495 372
lbr lbr lbr lbr lbr
Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
975,046 1.269,878 536,667 2.781,591 2.794
btg btg btg btg btg btg
Besi Beton Ø10 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
846,344 3.066,513 938,070 4.850,926 4.861
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
60,824
60,824 211,739
60,824 211,739
60,824 211,739
211,739
60,824 61
272,562 273
272,562 273
272,562 273
211,739 212
Besi Beton D13 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
33,618 33,618 40
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
3,139
3,139
3,139
3,139
3,139 4
3,139 4
3,139 4
3,139 4
Besi Beton D16 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
130,726 130,726 136
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
9,478
9,478
9,478
9,478
9,478 10
9,478 10
9,478 10
9,478 10
422,144 422,144 428
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
29,114
29,114
29,114
29,114
29,114 30
29,114 30
29,114 30
29,114 30
55,979 516,097 572,076 577
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
6,315
6,315
6,315
6,315
6,315 7
6,315 7
6,315 7
6,315 7
142,449 226,019 103,824 472,292 477
m3 m3 m3 m3 m3
Besi Beton D19 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan) Besi Beton D22 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan) Beton K-300 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
9,121 12,306
9,121 12,306
9,121 12,306
9,121 12,306
13,064 19,166
13,064 19,166
13,064 19,166
13,064 19,166
21,427 22
21,427 22
21,427 22
21,427 22
32,230 33
32,230 33
32,230 33
32,230 33
70,375 94,955
70,375 94,955
70,375 94,955
70,375 94,955
100,806 147,886
100,806 147,886
100,806 147,886
100,806 147,886
165,330 166
165,330 166
165,330 166
165,330 166
248,692 249
248,692 249
248,692 249
248,692 249 92,592
92,592 368,788 67,005 528,385 529
92,592 93
-
4,968 4,968 5
4,968 4,968 5
38,333 38,333 39
38,333 38,333 39
92,592 368,788 67,005 528,385 529
92,592 368,788 67,005 528,385 529
-
-
-
-
11,898
11,898
11,898
11,898
11,898 12
11,898 12
11,898 12
11,898 12
48,979
48,979
48,979
48,979
-
48,979 49
48,979 49
48,979 49
48,979 49
-
-
36,864 36,864 37
36,864 36,864 37
36,864 36,864 37
-
20,487 33,802
20,487 33,802
54,288 55
54,288 55
Tabel 4.16 Lanjutan Kebutuhan Setiap Material NO.
MATERIAL MINGGU KE-33
VOLUME SATUAN I PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 18 1 Multipleks 12mm uk 4' x 8' Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
1
2
126,366 164,576 69,552 360,495 372
lbr lbr lbr lbr lbr
9,407 9,672 4,968 24,046 25
9,407 9,672 4,968 24,046 25
2 Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
975,046 1.269,878 536,667 2.781,591 2.794
btg btg btg btg btg btg
72,581 74,628 38,333 185,542 186
72,581 74,628 38,333 185,542 186
3 Besi Beton Ø10 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
846,344 3.066,513 938,070 4.850,926 4.861
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
368,788 67,005 435,793 436
4 Besi Beton D13 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
33,618 33,618 40
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
5 Besi Beton D16 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
130,726 130,726 136
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
422,144 422,144 428
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
-
55,979 516,097 572,076 577
lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor
36,864 36,864 37
142,449 226,019 103,824 472,292 477
m3 m3 m3 m3 m3
6 Besi Beton D19 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan) 7 Besi Beton D22 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan) 8 Beton K-300 Balok Plat Kolom Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih (dibulatkan)
3
4
MINGGU KE-34
6
7
1
7,452 7,452 8
7,452 7,452 8
7,452 7,452 8
57,500 57,500 58
57,500 57,500 58
58,170 58,170 186,102 186,102 100,508 100,508 58,170 344,779 344,779 59 345 345
58,170 186,102 100,508 344,779 345
9,407 9,672
9,407 9,672
19,078 20
19,078 20
72,581 74,628
72,581 74,628
5
147,209 147,209 148 148 58,170
-
-
29,664 52,643 82,307 83
29,664 52,643 14,832 97,139 98
5,266
5,266
5,266
5,266
5,266 6
5,266 6
5,266 6
5,266 6
11,306
11,306
11,306
11,306
11,306 12
11,306 12
11,306 12
11,306 12
27,443
27,443
27,443
27,443
27,443 28
27,443 28
27,443 28
27,443 28
7,680
7,680
7,680
7,680
7,680 8
55,296 62,976 63
55,296 62,976 63
55,296 62,976 63
14,832 14,832 15
2
3
4
MINGGU KE-35
5
6
7
1
2
7,452 7,452 8
4,968 4,968 5
4,968 4,968 5
4,968 4,968 5
4,968 4,968 5
57,500 57,500 57,500 57,500 58 58
38,333 38,333 39
38,333 38,333 39
38,333 38,333 39
38,333 38,333 39
67,005 67,005 68
67,005 67,005 68
67,005 67,005 68
67,005 67,005 68
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
36,864 36,864 37
36,864 36,864 37
36,864 36,864 37
36,864 36,864 37
186,102 100,508 286,609 287
3
4
-
55,296 55,296 56 21,074 21,074 26,565 26,565 22,248 47,639 69,887 48 70
22,248 22,248 23
19 14,832 14,832 14,832 14,832 15 15
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Teknik Lot for Lot NO.
MATERIAL VOLUME
1
1
SATUAN
3
4
5
6
7
8
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
6
7
-
-
1
MINGGU KE-32 3 4 5
2
6
7
lbr
Multipleks 12mm uk 4' x 8' Demand Inventory Order Receipt Order Release
2
MINGGU KE-31 3 4 5
2
-
22
22
22 22
166
166 166 166
-
22
-
22 22
22
-
22 22
22 22
-
-
33
33
33 33
249
249 249 249
-
33
-
33 33
33 33 33
-
33 33
-
5
5
-
5 5
5 5 25
batang Demand Inventory Order Receipt Order Release
166 166 166
166 166 166
166 166
249 249 249
249 249 249
249 249
-
39
-
39
39
39 39
39 186
529 529 529
529 529 529
529 529 436
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
61 273
61
Demand Inventory Order Receipt Order Release
61
4
-
4 4
4
Demand Inventory Order Receipt Order Release
10
Demand Inventory Order Receipt Order Release
30
Demand Inventory Order Receipt Order Release
10 10 10
30 30 30
7
-
7 7
7
273 273 273
4
-
-
-
273 273 273
10
-
10 10
30
-
30 30
7
-
4
-
4 4
-
4 4
10
-
10 10
30
-
30 30
-
7 7
273 273 212
7
-
7 7
212 212
-
93
93
93 529
4 4
10
-
10
12
30
-
30
49
12 12 12
49 49 49
7
-
-
-
7
37
Demand Inventory Order Receipt Order Release
55
55
-
55 55
12
-
12 12
49
-
49 49
37
-
37 37
12
-
12 12
49
-
49 49
37
-
37 37
12 12
49 49
37 37 37
55 55
Tabel 4.17 Lanjutan Hasil Perhitungan Teknik Lot for Lot NO.
MATERIAL VOLUME
1
Multipleks 12mm uk 4' x 8' Demand Inventory Order Receipt Order Release
2
3
4
5
6
7
8
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
SATUAN
1
2
MINGGU KE-33 3 4 5
6
7
1
MINGGU KE-34 3 4 5
2
6
7
MINGGU KE-35 2 3 4
1
Total
lbr -
25 25 25
-
25 25 20
-
20 20 20
-
20 20
-
148 148
-
-
8
8 8 8
-
8 8 8
-
8 8 8
-
8 8
-
-
-
5
5 5 5
-
5 5 5
-
5 5 5
-
5
372 372 372
5
batang Demand Inventory Order Receipt Order Release
Demand Inventory Order Receipt Order Release
186 186 186
186 186 148
148 148 148
436 436
-
59
6
12
Demand Inventory Order Receipt Order Release
28
-
37
-
37
8
83
83 83 98
-
98 98 15
59
59 345
-
Demand Inventory Order Receipt Order Release
Demand Inventory Order Receipt Order Release
58
58
58 58
345 345 345
345 345 345
-
58 58 58
58 58 58
-
58 58
-
-
39
39 39 39
-
39 39 39
-
39 39 39
-
39
2.794 2.794 2.794
39
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
-
6 6 6
12 12 12
28 28 28
8 8 63
-
-
-
-
6 6 6
12 12 12
28 28 28
63 63 63
-
-
-
-
6 6 6
12 12 12
28 28 28
63 63 63
345 345 287
-
-
-
-
287 287
68
68 68 68
-
68 68 68
-
68 68 68
-
68
4.861 4.861 4.861
68
6
-
6
12
28
63 56
40 40
428 428 428
28
63
40
136 136 136
12
56 56
15 15
-
37
48
48 48 70
-
70 70 23
-
37 37 37
-
37 37 37
-
37 37 37
-
37
577 577 577
37
23 23
15
15 15 15
-
15 15
477 477 477
20
Tabel 4.18. Perhitungan Nilai EOQ Setiap Material No
Jenis Material
Satuan
k
D
h
Pembulatan EOQ =
1 2 3 4 5 6 7 8
Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050
372 2794 4861 40 136 428 577 477
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
38,94 13,77 11,96 20,20 30,71 43,64 58,19 120,40
241,401 1112,529 1574,482 109,892 164,355 244,586 245,939 155,457
242,0 1.113,0 1.575,0 110,0 165,0 245,0 246,0 156,0
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Teknik Economic Order Quantity NO.
MATERIAL VOLUME
1
Multipleks 12mm uk 4' x 8'
SATUAN
3
4
5
6
7
8
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
2
3
22 220 242
22 198 -
22 176 -
22 154 -
154 -
166 947 1.113
166 781
166 615
166 449
449
6
7
1
2
154 -
154 -
33 121 -
-
449
449
249 200
3
MINGGU KE-32 4 5
6
7
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2
MINGGU KE-31 4 5
1
242
33 88
-
33 55
-
33 22
-
5 17
22
5 12 242
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release
1.113
1.113
249 1.064 1.113
249 815
483
483
249 566
566
39 527
39 488
-
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
1.575
61 1.514 1.575
273 1.241
273 968
273 695
212 483
4 106 110
4 102
4 98
4 94
94
94
94
10 155 165
10 145
10 135
10 125
125
125
30 215 245
30 185
30 155
30 125
125
125
7 239 246
7 232
93 390
529 1.436 1.575
529 907
94
94
94
94
125
12 113
12 101
12 89
12 77
125
49 76
49 27
49 223 245
49 174
1.575
529 378 1.575
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
110 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
165 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
245
245
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
246
7 225
7 218
218
218
218
218
37 181
37 144
37 107
55 101 156
55 46
46
46
46
46
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
156
21
Tabel 4.19 Lanjutan Hasil Perhitungan Teknik Economic Order Quantity NO.
MATERIAL
Total VOLUME
1
SATUAN
Multipleks 12mm uk 4' x 8'
1
3
4
5
6
7
8
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
2
5
6
7
1
2
3
MINGGU KE-34 4 5
6
7
MINGGU KE-35 2 3
1
4
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2
MINGGU KE-33 3 4
25 229 242
25 204
20 184
20 164
164
8 156
8 148
8 140
8 132
132
132 -
132 -
5 127
5 122
5 117
5 112
372 3.942 484 484
186 302
186 116
148 933
933
58 875
58 817
58 759
58 701
701
701
701
1.113
148 1.081 1.113 -
39 662
39 623
39 584
39 545
2.794 19.399 3.339 3.339
436 1.517 1.575
1.517
1.517
59 1.458
345 1.113
345 768
345 423
287 136
136
136
136
68 68
68
68 1.507 1.575
68 1.439
94
94
94
6 88
6 82
6 76
6 70
40 1.656 110 110
77
77
77
12 65
12 53
12 41
12 29
136 1.734 165 165
174
174
174
28 146
28 118
28 90
28 62
428 2.493 490 490
37 70
70
70
8 62
63 245 246
63 182
63 119
162
162
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
1.575
4.861 20.849 6.300 6.300
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
246
56 63
63
63
63
37 26 246
37 235 246
37 198
37 161
21
21
21
577 3.908 738 738
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
46 156
83 119 156
98 21 156
15 162 156
162
162
48 114
70 44
23 21
21
21
15 6 156
15 147 156
477 1.764 624 624
Tabel 4.20. Perhitungan Frekwensi Pemesanan
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
Satuan lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
EOQ a 242 1113 1575 110 165 245 246 156
Pemesanan/tahun b 372 2794 4861 40 136 428 577 477
Frekwensi pemesanan b/a 1,537 2,510 3,086 0,364 0,824 1,747 2,346 3,058
Pembulatan 2,0 3,0 4,0 1,0 1,0 2,0 3,0 4,0
22
Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Teknik Period Order Quantity
NO.
MATERIAL VOLUME
1
Multipleks 12mm uk 4' x 8'
SATUAN
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
230
4
5
6
7
8
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
MINGGU KE-31 3 4
5
6
22 208 230
22 186 -
22 164 -
22 142 -
142 -
166 1.245 1.411
166 1.079
166 913
166 747
747
7
1
2
142 -
142 -
33 109 -
-
747
747
249 498
249 249
MINGGU KE-32 4 5
3
6
7
33 76
-
33 43
-
33 10
-
5 5
10
5
-
142
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release 3
2
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2
1
1.411
249 1.053
249 804 1.053
804
39 765
39 726
-
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
1.092
61 1.031 1.092
273 758
273 485
273 212
212 -
93 2.023 2.116
529 1.494
529 965
529 436
4 36 40
4 32
4 28
4 24
24
24
24
24
24
24
24
10 126 136
10 116
10 106
10 96
96
96
96
12 84
12 72
12 60
12 48
30 188 218
30 158
30 128
30 98
98
98
98
49 49
49
49 161 210
49 112
7 58 65
7 51
37 271 308
37 234
-
-
-
2.116
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
40 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
136 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
218
-
210
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
65
7 44
7 37
37
37
37
37
-
37
308
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
110
55 55 110
-
55
-
-
23
Tabel 4.21 Lanjutan Hasil Perhitungan Teknik Period Order Quantity
NO.
MATERIAL
Total VOLUME
1
SATUAN
Multipleks 12mm uk 4' x 8'
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
4
5
6
7
8
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
2
5
6
25 117 142
25 92
20 72
20 52
52
186 540
186 354
148 206
148 58
58
7
1
MINGGU KE-35 2 3
2
6
7
20
5 15
5 10
5 5
-
39 117
39 78
39 39
-
68 136
68 68
1
4
8 44
8 36
8 28
8 20
20
58
58 272 330
58 214
58 156
156
156
156
345 287
287 -
-
-
-
68 204 272
-
20
-
5
372 1.982 372 372
39
2.794 12.631 2.794 2.794
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release 3
1
MINGGU KE-34 3 4 5
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2
MINGGU KE-33 3 4
-
330 lonjor
436 -
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
1.381
59 1.322 1.381
345 977
345 632
272
-
68
4.861 11.030 4.861 4.861
lonjor
24
24
24
6 18
6 12
6 6
-
48
48
48
12 36
12 24
12 12
-
112
112
112
28 84
28 56
28 28
-
37 197
197
197
8 189
63 126
63 63
-
Demand Inventory Order Receipt Order Release
6
40 396 40 40
12
136 1.212 136 136
28
428 1.692 428 428
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
63
204
56 148 204
148
148
-
48 93 141
70 23
148
37 111
37 74
37 37
-
37
577 2.626 577 577
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
196
83 113 196
98 15
-
15
-
-
-
141
-
23
-
-
-
-
30
15 15 30
-
15
477 314 477 477
Tabel 4.22. Perhitungan Economic Part Period (EPP)
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
Satuan lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
s a Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Ip.C b 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050 3.050
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
38,94 13,77 11,96 20,20 30,71 43,64 58,19 120,40
EPP a/b 78,33 221,50 254,99 150,95 99,31 69,89 52,41 25,33
Pembulatan 79,0 222,0 255,0 151,0 100,0 70,0 53,0 26,0
24
Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Teknik Part Period Balancing
NO.
MATERIAL VOLUME
1
Multipleks 12mm uk 4' x 8'
SATUAN
3
4
5
6
7
8
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
Besi Beton Ø10
Besi Beton D13
Besi Beton D16
Besi Beton D19
Besi Beton D22
Beton K-300
2
3
MINGGU KE-31 4 5
6
7
-
-
-
-
-
-
1
2
3
MINGGU KE-32 4 5
6
7
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2
1
88
22 66 88
-
22 44
-
22 22
-
22
33 33 66
66
-
33
33 33 66
66
5 75 80
5 70
39 186
264
39 225 264 -
93
93 529
529 529 529
529 529 529
529 529 436
-
33
-
80
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release
166
166 166 166
166 166 166
166 166 166
166 166
249
249 249 249
249 249 249
249 249 249
249 249
212 212
-
-
-
-
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
334
61 273 334
273 273
273 273 273
273 273 212
93
4 36 40
4 32
4 28
4 24
24
24
24
24
24
24
24
10 90 100
10 80
10 70
10 60
60
60
60
12 48
12 36
12 24
12 12
30
30 30 60
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
40 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
100 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
60
30 30 60
-
60
-
30
-
-
-
-
49
49
49 49
37
37
-
49 49 49
-
49
-
49 49
49 49
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
65
7 58 65
7 51
7 44
7 37
37
37
-
37
-
37
37
-
37 37
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
55
55 55 55
-
55 55
-
-
-
-
25
37 37 37
Tabel 4.23 Lanjutan Hasil Perhitungan Teknik Part Period Balancing NO.
MATERIAL
Total VOLUME
1 Multipleks 12mm uk 4' x 8'
SATUAN
3 Besi Beton Ø10
4 Besi Beton D13
5 Besi Beton D16
6 Besi Beton D19
7 Besi Beton D22
8 Beton K-300
4.6
2
25 20
-
6
7
1
2
MINGGU KE-34 3 4 5
8 20
20
6
7
MINGGU KE-35 2 3
1
4
lbr
Demand Inventory Order Receipt Order Release 2 Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
1
MINGGU KE-33 3 4 5
25 45 88
20
20 52 72
72
8 44
8 36
8 28
58 174 232
58 116
58 58
345 345 287
52
-
20
-
5 15
5 10
5 5
-
39 117 156
39 78
39 39
-
68 136
68 68
20
5
372 730 372 372
39
2.794 993 2.794 2.794
batang
Demand Inventory Order Receipt Order Release
186 166
186
186 186 148
148 148 148
-
-
148 148
232
-
58
-
-
156
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
436 436
404
59 345 404
345 345
345 345 345
6 18
6 12
6 6
-
12
12 24 36
12 12
-
28
28 28 56
287 287
-
-
272
68 204 272
-
68
4.861 1.026 4.861 4.861
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
24
24
24
12
12
12
6
40 396 40 40
12
136 672 136 136
28
428 116 428 428
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
36 lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
-
56
28 28 56
-
8 63 71
-
56
-
lonjor
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
37 37
-
71
63
-
63
63
-
63 63
63 63 56
-
56 56
-
-
-
37
37 37 37
-
37 37 37
-
37 37 37
-
37
577 401 577 577
37
m3
Demand Inventory Order Receipt Order Release
-
83
83 83 98
-
98 98 15
-
15 15
-
Analisa Total Biaya Persediaan Material Berdasarkan hasil perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik lotsizing yang berbeda-beda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan biaya total persediaan yang didapatkan dari hasil pejumlahan biaya pembelian material, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. 4.6.1 Biaya Pembelian Material Pada perhitungan total biaya pembelian, jumlah total pemesanan untuk masing-masing jenis material adalah berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan 4 teknik lotsizing. Hasil perhitungan biaya pembelian material dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan Tabel 4.25. Berdasarkan perhitungan lotsizing yang telah dilakukan, teknik Lot for Lot, Period Order Quantity, dan Part Period Balancing mempunyai total biaya pembelian yang sama.
-
-
-
48
48 48 70
-
70 70 23
-
23 23
-
-
-
-
30
15 15 30
-
15
477 15 477 477
Tabel 4.24. Perhitungan Total Biaya Pembelian dengan Teknik Lot for Lot, Period Order Quantity, dan Part Period Balancing. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material a Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
Satuan Total pemesanan b lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor 3 m
c 372 2794 4861 40 136 428 577 477
Biaya pembelian/unit d Rp 167.200,00 Rp 59.112,63 Rp 51.363,40 Rp 86.762,50 Rp 131.879,00 Rp 187.407,00 Rp 249.876,00 Rp 517.000,00
Total biaya pembelian Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
cxd 62.198.400,00 165.160.698,28 249.677.487,40 3.470.500,00 17.935.544,00 80.210.196,00 144.178.452,00 246.609.000,00
26
Tabel 4.25. Perhitungan Total Biaya Pembelian dengan Teknik Economic Order Quantity No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material
Satuan Total pemesanan
a Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
b lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
c 484 3339 6300 110 165 490 738 624
Biaya pembelian/unit d Rp 167.200,00 Rp 59.112,63 Rp 51.363,40 Rp 86.762,50 Rp 131.879,00 Rp 187.407,00 Rp 249.876,00 Rp 517.000,00
Tabel 4.28. Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan Teknik Period Order Quantity
Total biaya pembelian
No
Jenis Material
Satuan
cxd 80.924.800,00 197.377.083,59 323.589.420,00 9.543.875,00 21.760.035,00 91.829.430,00 184.408.488,00 322.608.000,00
1 2 3 4 5 6 7
a Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
b lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8 Beton K-300
4.6.2
Biaya Pesan dan Simpan Material Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya pesan dan simpan untuk setiap jenis material. Perhitungan biaya pesan material dapat dihitung dengan cara mengalikan besarnya frekwensi pemesanan dengan biaya per pesan. Sedangkan biaya simpan dapat dihitung dengan cara mengalikan total persediaan dengan biaya simpan per unit per hari. Hasil perhitungan biaya simpan dan pesan untuk setiap material dapat dilihat pada Tabel 4.26 sampai dengan Tabel 4.29.
1 2 3 4 5 6 7 8
Frek pesan a b c Multipleks 12mm uk 4'x8' lembar 22 Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang 22 lonjor 19 Besi Beton Ø10 lonjor 8 Besi Beton D13 lonjor 12 Besi Beton D16 lonjor 12 Besi Beton D19 Besi Beton D22 lonjor 17 3 m Beton K-300 10 Jenis Material
Satuan
Inventory Biaya pesan / pesan d 0 0 0 0 0 0 0 0
e Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00
Biaya simpan /unit/hari f Rp 38,94 Rp 13,77 Rp 11,96 Rp 20,20 Rp 30,71 Rp 43,64 Rp 58,19 Rp 120,40
Total biaya pesan cxe Rp 67.100 Rp 67.100 Rp 57.950 Rp 24.400 Rp 36.600 Rp 36.600 Rp 51.850 Rp 30.500
No 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Material
Satuan
a Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
b lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
Beton K-300
Frek pesan c 2 3 4 1 1 2 3 4
Inventory Biaya pesan / pesan d 3942 19399 20849 1656 1734 2493 3908 1764
e Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00
Biaya simpan /unit/hari f Rp 38,94 Rp 13,77 Rp 11,96 Rp 20,20 Rp 30,71 Rp 43,64 Rp 58,19 Rp 120,40
Total biaya pesan cxe Rp 6.100 Rp 9.150 Rp 12.200 Rp 3.050 Rp 3.050 Rp 6.100 Rp 9.150 Rp 12.200
e
Biaya simpan /unit/hari f Rp 38,94 Rp 13,77 Rp 11,96 Rp 20,20 Rp 30,71 Rp 43,64 Rp 58,19
d 1982 12631 11030 396 1212 1692 2626
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00
314
Rp
3.050,00 Rp
Total biaya pesan cxe Rp 6.100 Rp 9.150 Rp 12.200 Rp 3.050 Rp 3.050 Rp 6.100 Rp 9.150
120,40 Rp
Total biaya simpan dxf Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
77.179 173.929 131.934 8.001 37.222 73.843 152.808
12.200 Rp
37.806
Jenis Material
Satuan
a Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
b lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor 3 m
Beton K-300
Frek pesan c 5 14 14 1 2 8 12 9
Inventory Biaya pesan / pesan d 730 993 1026 396 672 116 401 15
e Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00 3.050,00
Biaya simpan /unit/hari f Rp 38,94 Rp 13,77 Rp 11,96 Rp 20,20 Rp 30,71 Rp 43,64 Rp 58,19 Rp 120,40
Total biaya pesan cxe Rp 15.250 Rp 42.700 Rp 42.700 Rp 3.050 Rp 6.100 Rp 24.400 Rp 36.600 Rp 27.450
Total biaya simpan dxf Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
28.426 13.674 12.272 8.001 20.638 5.063 23.334
Rp
1.806
4.6.3
Biaya Total Persediaan Setelah dilakukan perhitungan terhadap total biaya pembelian, total biaya pemesanan, dan total biaya penyimpanan, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan total biaya persediaan dengan menjumlahkan ketiga biaya-biaya tersebut. Tabel 4.30 sampai dengan Tabel 4.33 berisi hasil perhitungan total biaya persediaan material dengan 4 teknik lotsizing tersebut.
Total biaya simpan dxf Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
Rp
-
Tabel 4.30. Perhitungan Total Biaya Persediaan Material Teknik Lot for Lot No
153.501 267.124 249.382 33.459 53.254 108.801 227.408
Rp
212.386
Total biaya pembelian
Satuan
Total biaya pesan
Multipleks 12mm uk 4'x8' lembar Rp 62.198.400,00 Rp Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang Rp 165.160.698,28 Rp Besi Beton Ø10 lonjor Rp 249.677.487,40 Rp Besi Beton D13 lonjor Rp 3.470.500,00 Rp Besi Beton D16 lonjor Rp 17.935.544,00 Rp Besi Beton D19 lonjor Rp 80.210.196,00 Rp Besi Beton D22 lonjor Rp 144.178.452,00 Rp 3 m 8 Beton K-300 Rp 246.609.000,00 Rp
Total biaya simpan dxf Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Jenis Material
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.27. Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan Teknik Economic Order Quantity No
4
Inventory Biaya pesan / pesan
Tabel 4.29. Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan Teknik Part Period Balancing
Tabel 4.26. Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan Teknik Lot for Lot No
Frek pesan c 2 3 4 1 1 2 3
67.100 67.100 57.950 24.400 36.600 36.600 51.850
Total biaya persediaan
Total biaya simpan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62.265.500,00 165.227.798,28 249.735.437,40 3.494.900,00 17.972.144,00 80.246.796,00 144.230.302,00
30.500 Rp
-
Rp 246.639.500,00
Tabel 4.31. Perhitungan Total Biaya Persediaan Material Teknik Economic Order Quantity No
Jenis Material
Satuan
1 2 3 4 5 6 7
Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22
lembar batang lonjor lonjor lonjor lonjor lonjor m3
8 Beton K-300
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total biaya pembelian
Total biaya pesan
Total biaya simpan
80.924.800,00 197.377.083,59 323.589.420,00 9.543.875,00 21.760.035,00 91.829.430,00 184.408.488,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 322.608.000,00 Rp
6.100 9.150 12.200 3.050 3.050 6.100 9.150
12.200 Rp
153.501,48 267.124,23 249.381,97 33.459,42 53.253,82 108.801,32 227.407,70
Total biaya persediaan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
81.084.401,48 197.653.357,82 323.851.001,97 9.580.384,42 21.816.338,82 91.944.331,32 184.645.045,70
212.385,60 Rp 322.832.585,60
27
Tabel 4.32. Perhitungan Total Biaya Persediaan Material Teknik Period Order Quantity No
Jenis Material
Satuan
Total biaya pembelian
Total biaya pesan
1 2 3 4 5 6 7
Multipleks 12mm uk 4'x8' lembar Rp 62.198.400,00 Rp Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang Rp 165.160.698,28 Rp Besi Beton Ø10 lonjor Rp 249.677.487,40 Rp Besi Beton D13 lonjor Rp 3.470.500,00 Rp Besi Beton D16 lonjor Rp 17.935.544,00 Rp Besi Beton D19 lonjor Rp 80.210.196,00 Rp Besi Beton D22 lonjor Rp 144.178.452,00 Rp 3 m 8 Beton K-300 Rp 246.609.000,00 Rp
6.100 9.150 12.200 3.050 3.050 6.100 9.150
Total biaya persediaan
Total biaya simpan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
12.200 Rp
77.179,08 173.928,87 131.933,58 8.001,17 37.222,40 73.843,49 152.807,73
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62.281.679,08 165.343.777,15 249.821.620,98 3.481.551,17 17.975.816,40 80.290.139,49 144.340.409,73
Jenis Material
Satuan
Total biaya pembelian
No
Total biaya persediaan
Total biaya pesan Total biaya simpan
1 2 3 4 5 6 7
Multipleks 12mm uk 4'x8' lembar Rp 62.198.400,00 Rp Kayu 6x12cm Klas III (borneo) batang Rp 165.160.698,28 Rp Besi Beton Ø10 lonjor Rp 249.677.487,40 Rp Besi Beton D13 lonjor Rp 3.470.500,00 Rp Besi Beton D16 lonjor Rp 17.935.544,00 Rp Besi Beton D19 lonjor Rp 80.210.196,00 Rp Besi Beton D22 lonjor Rp 144.178.452,00 Rp m3 Rp 246.609.000,00 Rp 8 Beton K-300
15.250 42.700 42.700 3.050 6.100 24.400 36.600
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
27.450 Rp
Tabel 4.35. Total Biaya Persediaan Minimum
37.805,60 Rp 246.659.005,60
Tabel 4.33. Perhitungan Total Biaya Persediaan Material Teknik Part Period Balancing No
Berdasarkan rekapitulasi Tabel 4.34, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat tabel rekapitulasi mengenai teknik lotsizing apa yang menghasilkan total biaya persediaan paling minimum untuk setiap jenis material. Tabel 4.35 menjelaskan tentang teknik lotsizing yang menghasilkan total biaya persediaan paling minimum untuk setiap jenis material.
28.426,20 13.673,61 12.272,33 8.001,17 20.638,16 5.062,56 23.334,31
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62.242.076,20 165.217.071,89 249.732.459,73 3.481.551,17 17.962.282,16 80.239.658,56 144.238.386,31
1 2 3 4 5 6 7 8
Material Multipleks 12mm uk 4'x8' Kayu 6x12cm Klas III (borneo) Besi Beton Ø10 Besi Beton D13 Besi Beton D16 Besi Beton D19 Besi Beton D22 Beton K-300
Total biaya persediaan
Teknik Lotsizing Part Period Balancing Part Period Balancing Part Period Balancing Part Period Balancing / Period Order Quantity Part Period Balancing Part Period Balancing Lot for Lot Part Period Balancing
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62.242.076,20 165.217.071,89 249.732.459,73 3.481.551,17 17.962.282,16 80.239.658,56 144.230.302,00 246.638.256,00
Tabel 4.35 menunjukkan bahwa teknik Part Period Balancing menghasilkan total biaya persediaan paling minimum untuk material multipleks 12mm uk 4’x8’, kayu 6x12cm klas III (borneo), besi beton Ø10, besi beton D13, besi beton D16, besi beton D19, dan beton K-300. Sedangkan teknik Lot for Lot menghasilkan total biaya persediaan paling minimum untuk material besi beton D22. Pada material besi beton D13 terdapat teknik lotsizing yang menghasilkan total biaya persediaan paling minimum yang sama, yaitu teknik Part Period Balancing dengan teknik Period Order Quantity.
1.806,00 Rp 246.638.256,00
4.6.4
Biaya Persediaan Minimum Hasil perhitungan total biaya persediaan dengan menggunakan 4 teknik lotsizing yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap tekniknya. Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui perbedaan hasil perhitungan tersebut, Tabel 4.34 menjelaskan tentang perbandingan total biaya pembelian, biaya pesan, biaya simpan, dan biaya persediaan untuk setiap jenis material.
Tabel 4.34. Rekapitulasi Total Biaya Persediaan Material No
Material
1
Multipleks 12mm uk 4'x8'
2
Kayu 6x12cm Klas III (borneo)
3
Besi Beton Ø10
4
Besi Beton D13
5
Besi Beton D16
6
Besi Beton D19
7
Besi Beton D22
8
Beton K-300
Teknik Lotsizing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing Lot for Lot Economic Order Quantity Period Order Quantity Part Period Balancing
Total biaya pembelian Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62.198.400,00 80.924.800,00 62.198.400,00 62.198.400,00 165.160.698,28 197.377.083,59 165.160.698,28 165.160.698,28 249.677.487,40 323.589.420,00 249.677.487,40 249.677.487,40 3.470.500,00 9.543.875,00 3.470.500,00 3.470.500,00 17.935.544,00 21.760.035,00 17.935.544,00 17.935.544,00 80.210.196,00 91.829.430,00 80.210.196,00 80.210.196,00 144.178.452,00 184.408.488,00 144.178.452,00 144.178.452,00 246.609.000,00 322.608.000,00 246.609.000,00 246.609.000,00
Total biaya pesan Rp 67.100,00 Rp 6.100,00 Rp 6.100,00 Rp 15.250 Rp 67.100,00 Rp 9.150,00 Rp 9.150,00 Rp 42.700 Rp 57.950,00 Rp 12.200,00 Rp 12.200,00 Rp 42.700 Rp 24.400,00 Rp 3.050,00 Rp 3.050,00 Rp 3.050 Rp 36.600,00 Rp 3.050,00 Rp 3.050,00 Rp 6.100 Rp 36.600,00 Rp 6.100,00 Rp 6.100,00 Rp 24.400 Rp 51.850,00 Rp 9.150,00 Rp 9.150,00 Rp 36.600 Rp 30.500,00 Rp 12.200,00 Rp 12.200,00 Rp 27.450
Total biaya simpan Rp Rp 153.501 Rp 77.179 Rp 28.426,20 Rp Rp 267.124 Rp 173.929 Rp 13.673,61 Rp Rp 249.382 Rp 131.934 Rp 12.272,33 Rp Rp 33.459 Rp 8.001 Rp 8.001,17 Rp Rp 53.254 Rp 37.222 Rp 20.638,16 Rp Rp 108.801 Rp 73.843 Rp 5.062,56 Rp Rp 227.408 Rp 152.808 Rp 23.334,31 Rp Rp 212.386 Rp 37.806 Rp 1.806,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total biaya persediaan 62.265.500,00 81.084.401,48 62.281.679,08 62.242.076,20 165.227.798,28 197.653.357,82 165.343.777,15 165.217.071,89 249.735.437,40 323.851.001,97 249.821.620,98 249.732.459,73 3.494.900,00 9.580.384,42 3.481.551,17 3.481.551,17 17.972.144,00 21.816.338,82 17.975.816,40 17.962.282,16 80.246.796,00 91.944.331,32 80.290.139,49 80.239.658,56 144.230.302,00 184.645.045,70 144.340.409,73 144.238.386,31 246.639.500,00 322.832.585,60 246.659.005,60 246.638.256,00
28
4.7
Pembahasan Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan total biaya persediaan minimum, terdapat beberapa teknik lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan minimum untuk beberapa jenis material. Hal ini dikarenakan masingmasing teknik akan menghasilkan frekwensi pesan dan ukuran lot yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan perbedaan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan untuk masing-masing teknik lotsizing. Adapun alasan mengapa beberapa teknik lotsizing tersebut menghasilkan biaya persediaan minimum untuk beberapa jenis material adalah sebagai berikut : a. Untuk material multipleks 12mm uk 4’x8’, kayu 6x12cm klas III borneo, besi beton Ø10, besi beton D13, besi beton D16, besi beton D19, dan beton K300 menggunakan teknik Part Period Balancing. Dibandingkan dengan teknik Economic Order Quantity dan Period Order Quantity, teknik Part Period Balancing mempunyai jumlah penyimpanan material paling sedikit. Hal ini dikarenakan penentuan besar ukuran lotnya adalah sama dengan kebutuhan per harinya. Hal ini dapat meminimalkan jumlah penyimpanan material, sehingga biaya penyimpanan material pun menjadi sedikit. Sedangkan untuk biaya pesan, nilainya memang relatif tinggi dibandingkan dengan teknik Economic Order Quantity dan Period Order Quantity. Akan tetapi, bila biaya pesan dan simpan digabung, maka akan menghasilkan biaya persediaan paling minimum. b. Untuk material besi beton D13 dapat menggunakan teknik Part Period Balancing maupun Period Order Quantity. Hal ini dikarenakan pada saat perhitungan Period Order Quantity, frekwensi pemesanan material yang dihasilkan adalah cuma satu kali pemesanan. Sedangkan perhitungan teknik Part Period Balancing menghasilkan nilai Economic Part Period (EPP) yang melebihi dari jumlah kebutuhan total material besi beton D13, sehingga dapat dilakukan cukup dengan satu kali pemesanan. Karena kedua teknik tersebut hanya melakukan sekali pemesanan yaitu pada awal kebutuhan, maka untuk total biaya pesan dan simpan juga mempunyai nilai yang sama khususnya pada material besi beton D13. c. Untuk material besi beton D22 menggunakan teknik Lot for Lot. Jika dibandingkan dengan teknik Part Period Balancing yang mempunyai total biaya persediaan lebih tinggi nomer dua, kelebihan teknik Lot for Lot khususnya pada material besi beton D22 adalah biaya simpan material adalah nol. Sedangkan untuk teknik Part Period Balancing biaya pesan yang dihasilkan lebih rendah dari teknik Lot for Lot yang menghasilkan biaya persediaan paling minimum, akan tetapi teknik Part Period Balancing juga menghasilkan biaya penyimpanan material. Jumlah biaya pemesanan untuk teknik Lot for Lot memang lebih tinggi dari Part Period Balancing, akan tetapi jika total biaya simpan dan biaya pesan digabung, maka teknik Lot for Lot mempunyai total biaya persediaan paling rendah.
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa metode Material Requirement Planning (MRP) dengan perhitungan lotsizing menggunakan teknik Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity, dan Part Period
5.2
Balancing pada proyek Apartemen Guna Wangsa Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa teknik lotsizing yang menghasilkan jumlah pemesanan yang optimal dengan biaya persediaan paling minimum untuk setiap jenis material adalah: a. Untuk material multipleks 12mm uk 4’x8’, kayu 6x12cm klas III borneo, besi beton Ø10, besi beton D13, besi beton D16, besi beton D19, dan beton K-300 menggunakan teknik Part Period Balancing. b. Untuk material besi beton D13 dapat menggunakan teknik Part Period Balancing maupun Period Order Quantity. besi beton D22 c. Untuk material menggunakan teknik Lot for Lot. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil analisa dalam tugas akhir ini yaitu : 1. Adanya kelemahan dalam perhitungan biaya pesan dalam perencanaan persediaan material, hal ini dikarenakan banyaknya asumsi-asumsi yang digunakan. Seharusnya perhitungan biaya pesan khususnya biaya telepon benar-benar dihitung sesuai dengan durasi setiap kali teleponnya. Sedangkan untuk biaya administrasi jumlah pencetakan disesuaikan dengan jumlah personel yang bertugas untuk mengecek dan mendata material yang datang. 2. Selain itu ada kelemahan pada metode MRP ini yaitu teknik lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan paling minimum dalam penelitian ini tidak dapat dipakai sebagai acuan untuk pembangunan proyek-proyek yang lain. Seharusnya setiap proyek mempunyai teknik lotsizing tersendiri yang sesuai dengan karakteristik, hal ini dikarenakan setiap proyek mempunyai jenis penjadwalan, volume, dan karakteristik material yang berbeda-beda. Dimana hal tersebut dapat mempengaruhi rencana Jadwal Induk Produksi serta besarnya ukuran lot yang akan dipesan.
DAFTAR PUSTAKA Astana, I Nyoman Yuda. 2007. “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP (Material Requirement Planning) 11 “. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil (7) : 184-194. Ervianto, W.I, (2004), Teori – Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, PT Andi, Yogyakarta. Ginting, Rosnani, (2007), Sistem Produksi, PT Graha Ilmu, Yogyakarta. Nasution, A.H, (2006), Manajemen Industri, PT Andi, Yogyakarta. Ristono, Agus, (2008), Manajemen Persediaan, PT Graha Ilmu, Yogyakarta. Wibisono, Agus, (2008), Material Requirement Planning,
. Widia, Wayan. 1996. “Permasalahan dan Model Optimasi Pada Sistem Persediaan 2 “. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian : 47-56.
29
30
31
32