Media Bisnis
September
ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING
KLEMENS WEDANAJI P. STIE TRISAKTI JAKARTA
[email protected]
Brokerage atau makelar ekspor sangat identik dengan perusahaan freight forwarding hingga dekade 90-an. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dekade tersebut pertumbuhan perusahaan freight forwarding bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Gopal R, Vice President, Transportation & Logistics Practice Frost and Sullivan Asia Pasific memprediksi industri transportasi dan logistik Indonesia akan tumbuh rata-rata sebesar 14,7% pada 2011-2016 atau mencapai Rp. 2,442 triliun ditahun 2016. Frost & Sullivan juga memprediksi volume total kargo yang bergerak melalui laut Indonesia akan meningkat sebesar 5,8% mencapai 943,1 juta ton ditahun 2012 dibanding tahun lalu sebesar 891,5 juta ton. (http//swa.co.id) Seiring dengan potensi pasar yang sangat besar, pertumbuhan jumlah perusahaan freight forwarding juga mencatat perkembangan yang positif. Berdasarkan data Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) tidak kurang terdapat 3.000 perusahaan freight forwarding berskala internasional dan lokal yang bernaung didalam induk organisasi ini, dan diperkirakan terdapat lebih dari 1000 perusahaan freight forwarding yang berada di luar keanggotaan GAFEKSI yang terdapat di Indonesia dan menawarkan jasanya. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini tidaklah mengherankan jika melihat data Statistik Perhubungan 2011 yang menggambarkan pertumbuhan muatan ekspor dari tahun 2006 hingga 2010 yang terus meningkat seperti nampak dalam tabel 1 di bawah ini.
PENDAHULUAN
“I
ndustri freight forwarding adalah industri yang tidak akan pernah mati, selama republik ini masih berdiri maka industri ini akan tetap hidup.” Kutipan bernada optimis di atas memang dapat dimengerti, mengingat kegiatan ekonomi negara yang bertujuan untuk mendapatkan devisa sangat berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan inti dari kegiatan bisnis industri freight forwarding itu sendiri. Kepastian kelangsungan hidup dari industri ini memang telah membuat banyak sekali pemain yang terjun dan terlibat didalam industri ini. Bahkan, didalam puncak masa krisis ekonomi ditahun 1998, industri freight forwarding termasuk salah satu industri yang dapat bertahan dan mengeruk keuntungan. Sebuah perusahaan freight forwarding pada intinya melaksanakan fungsi yang bertujuan untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui jalur transportasi darat, laut, dan udara. Dengan kata lain, freight forwarding bertanggung jawab mulai dari barang diterima ditempat pengirim sampai barang diserahkan ditempat penerima (consignee) dan akan mengatur pengangkutan mengunakan beberapa modal transportasi darat, laut, ataupun udara.
19
2011
Klemens Wedanaji P.
Tabel 1 Arus Bongkar/Muat Barang Angkutan Luar Negeri di Empat Pelabuhan Utama 2006 – 2010 No. 1
Uraian
Satuan
Ton
Bongkar/Unloading
Ton
Bongkar/Unloading
2009
2010
4,505,600
4,730,880
5,203,968
5,158,945
5,101,153
2,192,030
2,301,632
2,531,795
2,496,561
2,453,131
8,003,851
8,404,043
9,244,447
9,706,669
10,313,336
72,825,832
72,948,124
80,242,536
186,673,906
496,172,497
679,074
680,163
973,690
815,982
855,395
3,386,851
4,077,549
3,615,516
3,116,887
3,082,909
1,036,423
1,085,204
434,289
374,277
347,019
690,222
724,735
800,580
813,533
1,112,110
Tanjung Perak Muat/Loading
Ton
Bongkar/Unloading
4
2008
Tanjung Priok Muat/Loading
3
2007
Belawan Muat/Loading
2
2006
Makasar Muat/Loading
Ton
Bongkar/Unloading
Jumlah/Total Muat/Loading
Ton
14,224,948
14,900,290
15,856,394
16,055,873
16,616,903
Bongkar/Unloading
Ton
79,094,935
80,052,040
87,190,427
193,100,887
502,820,647
Sumber: Statistik Perhubungan 2011
Faktor lain yang membuat daya tarik dari industri ini adalah pertumbuhan arus peti kemas dari pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia. Pertumbuhan arus peti kemas merupakan daya tarik utama dari industri freight forwarding yang pada umumnya bergerak dalam jasa pengiriman barang melalui laut. Arus peti
20
kemas dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I saja pada tahun 2010 mencapai 2.158.333 teus meningkat 61% dari tahun 2009 yang sebesar 1.340.337 teus. Data statistik nampak pada tabel 2 yang menunjukkan arus peti kemas dari pelabuhan yang dikelola PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I-IV.
Media Bisnis
September
Tabel 2 ARUS PETI KEMAS PELABUHAN YANG DIKELOLA PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA 2006 – 2010 No.
1
2
3
4
Uraian
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV
Jumlah/Total
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
Teus
304,002
319,202
900,623
1,340,337
2,158,333
Box
237,703
249,585
735,134
1,118,810
1,848,712
Teus
3,920,049
4,116,045
4,527,650
4,754,031
5,051,156
Box
2,938,472
3,085,346
3,393,880
3,563,559
3,786,262
Teus
833,573
1,691,783
1,798,785
1,878,799
2,104,849
Box
656,416
709,484
779,392
871,867
1,007,845
Teus
544,058
571,261
1,031,450
1,185,024
1,280,388
Box
612,298
692,913
978,354
1,076,174
1,204,204
Teus
5,601,682
6,698,291
8,258,508
9,158,191
10,594,726
Box
4,444,889
4,737,328
5,886,760
6,630,410
7,847,023
Sumber: Statistik Perhubungan 2011
Mudah didirikan, keuntungan yang menggiurkan, dan kepastian kelangsungan industri merupakan stimulus yang ampuh yang membuat banyak sekali perseorangan maupun korporasi yang mendirikan perusahaan freight forwarding. Dari data diatas tidaklah mengherankan jika para pelaku pasar didalam industri ini tetap optimis dan melirik untuk memasuki industri ini. Benarkah tidak dapat mati? Pertumbuhan industri freight forwarding sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan industri manufaktur didalam negeri. Perusahaan manufaktur yang berbasis
ekspor, baik PMA ataupun lokal, berbahan baku lokal ataupun impor, merupakan customer utama dari sebuah perusahaan freight forwarding. Jelas, bahwa pertumbuhan perusahaan manufaktur sangat dipengaruhi oleh comparative advantages yang dimiliki oleh suatu negara, dalam hal ini Indonesia terhadap negara lain. Oleh karena itu industri freight forwarding dapat saja mati atau paling tidak mencapai suatu resesi jika Indonesia tidak lagi dipandang memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dibawah 7% ditambah resesi global yang
21
2011
menghantam Amerika dan Eropa, jelas merupakan ancaman kelangsungan industri ini. Disamping itu, kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik juga memukul dunia industri khususnya manufaktur berbasis ekspor. Meningkatnya ongkos produksi telah menyebabkan produksi barang Indonesia tidak dapat bersaing dipasar luar negeri. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar atau merelokasikan pabriknya ke negara lain. Industri freight forwarding jelas merupakan salah satu industri yang secara langsung terpukul dengan menurunnya kapasitas ekspor akibat berkurangnya pangsa pasar ekspor Indonesia ini. Di sisi lain industri freight forwarding juga mengalami perkembangan dan perubahan paradigma yang cukup signifikan yang dapat menimbulkan kendala dan tantangan didalam bertahan dan berkembang dalam industri ini. Paradigma yang berubah di awal tahun 2000 telah membuat perusahaan freight forwarding tidak lagi dapat bergantung hanya dengan menjadi makelar ekspor. Pelanggan semakin menuntut freight forwarding untuk lebih menjadi konsultan dan dapat menyelesaikan semua permasalahan mulai dari dokumentasi, prosedur pengiriman, custom clearance, inland transportation, release at destination hingga pintu si penerima barang. Permasalahan ini jelas memberikan tantangan baru bagi para pemain didalam industri freight forwarding. Capital Expenditure yang dikeluarkan oleh perusahaan freight forwarding menjadi cukup besar dan untuk dapat bertahan, kecukupan modal yang kuat merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan dalam industri. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 215 juta penduduk tidak dapat dipung-
22
Klemens Wedanaji P.
kiri merupakan potensi pasar yang sangat menggiurkan sekaligus juga menjadi sasaran masuknya global forwarder di seluruh dunia. Globalisasi telah menjadikan pasar menjadi tanpa batas, dan hal ini telah mendorong perusahaan freight forwarding kelas dunia untuk mengakuisisi perusahaan lainnya dan membentuk global forwarder. Global forwarder telah membuat peta persaingan didalam industri ini semakin berat dan keras. Dapat dikatakan global forwarder yang memasuki pasar Indonesia memiliki kelebihan dalam hal teknologi, permodalan, jaringan, maupun sistem. Siapkah kita menerima kedatangan dan masuknya era global forwarder didalam industri freight forwarding ini? Persaingan didalam industri freight forwarding menjadi semakin ketat dan perkembangan teknologi tidak ayal menyebabkan para pemain didalam industri harus dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatasi berbagai ancaman dan merebut peluang yang ada. Keadaan inilah yang menyebabkan banyak perusahaan freight forwarding yang gulung tikar setelah tahun 2000. Untuk itulah dibutuhkan suatu proses analisis yang komprehensif, sistematis dan terintegrasi antara seluruh komponen yang terlibat dalam industri sehingga gambaran detail tentang karakteristik industri beserta solusi dan langkah antisipatif dapat diidentifikasi dengan benar. Service dan Jasa Freight Forwarding Secara detail service yang dapat dilakukan dan ditawarkan oleh freight forwarding seperti dirangkum dalam gambar 1 di bawah ini berdasarkan Manual on Freight Forwarding 1st Edition 1990:
Media Bisnis
September
Gambar 1 Services of Freight Forwarder (Modul of Freight Forwarding 1st Edition 1990) Analisis Industri Analisis industri dan persaingan merupakan analisis yang sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya tentang fakta lingkungan usaha yang dihadapi perusahaan. Gambaran ini antara lain mencakup karakter kunci dari industri terkait, intensitas persaingan dalam industri, faktor-faktor yang merubah industri, posisi pasar, strategi perusahaan pesaing, key success factor, serta prediksi mengenai profitabilitas industri dimasa datang. Alat analisis ini pada akhirnya akan memberikan suatu cara berfikir strategis terhadap industri yang dihadapi secara keseluruhan dan memberikan suatu gambaran yang terperinci mengenai potensi dan kemungkinan melakukan investasi didalam industri.
Analisis Five Forces Analisis Industri dan persaingan merupakan upaya identifikasi terhadap sumber utama tekanan persaingan dan seberapa kuat tekanan tersebut. Hal ini menjadi suatu langkah yang penting yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin perusahaan mengingat tanpa pemahaman yang mendalam terhadap karakter persaingan, seorang pemimpin perusahaan tidak akan dapat menyusun strategi yang tepat didalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Porter, pola umum persaingan dalam pasar biasanya melibatkan lima kekuatan yang masing-masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan maksimal. Kekuatan tersebut berasal dari: (1) Persaingan di antara sesama penjual dalam merebut dan memper-
23
2011
tahankan pasar, (2) Adanya tekanan barang subtitusi, (3) Adanya potensi tekanan masuknya pendatang baru, (4) Kekuatan tawar-menawar para supplier, (5) Kekuatan tawar-menawar pihak pembeli. Analisis lima kekuatan ini merupakan metode yang bermanfaat dalam mendiagnosis pola tekanan persaingan di pasar dan untuk menilai siapa diantara kekuatan tersebut yang dominan. Semakin kuat tekanan tersebut atau semakin seimbang dan merata kekuatan di antara masing-masing pihak maka semakin tipis keuntungan yang dapat diperoleh penjual. Sebaliknya, semakin lemah tekanan tersebut atau semakin tidak seimbang kekuatan diantara para pelaku bisnis tersebut maka akan ada pihak tertentu yang dapat meraih keuntungan lebih daripada normalnya. Ancaman Pendatang Baru Setiap industri selalu memiliki potensi atas masuknya pendatang baru. Masuknya pendatang baru didalam industri akan menambah kapasitas terpasang dalam pasar dan tambahan sumber daya yang potensial. Sebaliknya, pendatang baru juga dapat mendatangkan ancaman bagi para pemain lama karena dapat mengurangi keuntungan dan merebut pelanggan maupun potensi pelanggan yang selama ini ada. Ancaman terhadap pendatang baru ini dapat dianalisa melalui pendekatan entry barrier yang dipengaruhi oleh aspekaspek berikut ini : (1) Skala ekonomi dalam industri forwarding tidak memberikan barrier to entry dalam skala yang cukup tinggi bagi masuknya pendatang baru. Hal ini disebabkan karena pendatang baru pada industri ini dapat masuk dengan skala yang kecil (biaya dan resiko). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa industri forwarding merupakan industri jasa yang menitikberatkan kesuksesan kepada keterampilan dan pengetahuan forwardernya. Forwarder adalah architect of transport. Sejatinya kegiatan forwarder adalah melakukan pengiriman barang dengan berbagai moda transportasi yang ada tanpa perlu memiliki
24
Klemens Wedanaji P.
moda transportasi tersebut. Maka, berdasarkan aspek ini, skala ekonomi tidak memberikan barrier to entry yang cukup tinggi bagi masuknya pendatang baru sehingga ancaman pendatang baru pada industri ini sangat tinggi. Namun demikian, dimasa yang akan datang, terutama setelah berlakunya Peraturan Dirjen Bea dan Cukai No P-15/BC/2006 dimana tidak ada lagi informasi yang dapat disembunyikan diantara pemasok (Shipping Line), Penjual (Forwarding) dan Pembeli (exportir/importir), maka perusahaan forwarding dituntut untuk dapat meningkatkan skala volumenya agar berhasil meningkatkan daya tawar terhadap pemasok untuk mendapatkan harga freight yang termurah dibanding pesaing lainnya. Hal ini jelas akan memberikan barrier to entry bagi perusahaan baru untuk masuk dalam industri dan memenangkan persaingan, mengingat mereka membutuhkan jumlah volume yang besar untuk dapat bersaing dengan perusahaan yang sudah exist, (2) Dalam Gambar 1, telah dijabarkan berbagai service yang dapat dilakukan oleh perusahaan freight forwarding. Dari sisi diferensiasi produk, industri forwarding Indonesia belum dapat menciptakan barrier to entry yang cukup besar bagi masuknya pendatang baru, hal ini dikarenakan differensiasi produk yang dilakukan oleh para pemain dalam industri nyaris tidak ada sehingga ancaman bagi masuknya pendatang baru sangat tinggi. Situasi ini terbentuk oleh karakteristik pelanggan yang notabene adalah para eksportir dan importir yang lebih menitkberatkan kepada harga yang murah didalam menentukan pemilihan forwarding sebagai mitra kerjanya. Dalam perkembangan terbaru, banyak investasi perusahaan asing yang menuntut forwarding untuk dapat memenuhi kriteria forwarding internasional didalam prasyarat pemilihan mitra kerja mereka, hal ini disebabkan banyak dari perusahaan penanaman modal asing ini yang telah menerapkan standar mutu terpadu atau ISO sehingga forwarding mulai berkompentensi secara kualitas dan memikirkan untuk membangun brand identity perusahaannya, (3) Kebutuhan kapital
Media Bisnis
untuk mendirikan sebuah perusahaan freght forwarding terbilang cukup rendah. Berdasarkan KM 10 Tahun 1988 Tentang Jasa Pengurusan Transportasi, Bab II Persyaratan Usaha, dalam pasal 7 menyatakan bahwa perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) harus berbentuk perseroan terbatas dengan modal disetor sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Dengan demikian dari segi kebutuhan kapital, industri freight forwarding memiliki tingkat barrier to entry yang rendah terhadap masuknya pendatang baru sehingga ancaman terhadap masuknya pendatang baru menjadi sangat tinggi, (4) Biaya beralih dari industri freight forwarding sangat rendah. Hal ini sejalan dengan rendahnya loyalitas konsumen terhadap perusahaan forwarding yang dipilihnya. Kesadaran untuk membangun identitas merek didalam industri ini masih sangat rendah dan preferensi konsumen terhadap kualitas didalam pemilihan perusahaan forwarding sebagai mitra kerjanya juga menempati proporsi setelah harga yang murah. Akibatnya barrier to entry yang diciptakan dari aspek ini sangat rendah dan ancaman masuknya pendatang baru menjadi sangat tinggi. Dalam perkembangannya kedepan, industri freight forwarding mulai menyadari bahwa salah satu kunci sukses dalam industri adalah mengikat pelanggan dengan expertise dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing. Dengan demikian proses membangun brand identity dirasakan sangat perlu dan menonjolkan aspek kualitas diatas harga dipandang sebagai salah satu kunci sukses untuk bertahan dan memenangkan persaingan. Melalui keunggulan kualitas sebuah perusahaan freight forwarding akan dapat meningkatkan switching cost bagi para pelanggannya, (5) Kebijakan pemerintah didalam memajukan dan mengembangkan industri forwarding Nasional dirasakan sangat kurang. Iskandar Zulkarnain salah seorang dari tokoh forwarder Nasional, dalam Tabloid Ocean week No. 96/IV Desember 2005 mengungkapkan bahwa pemerintah kurang peduli terhadap
September
eksistensi bisnis forwarding di Indonesia dikarenakan Pemerintah sendiri yang tidak mengerti tentang bisnis forwarding itu sendiri. Akibatnya persaingan usaha dalam industri menjadi monopoli perusahaan forwarding asing dengan kapitalisasi yang cukup kuat. Sebagai contoh, berdasarkan KM 10/1988, pasal 9 menyatakan bahwa perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) asing yang akan beroperasi di Indonesia wajib menunjuk perusahaan jasa transportasi nasional sebagai agent. Namun pada kenyatannya peraturan ini hanyalah tinggal peraturan dimana perusahaan asing saat ini bebas menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia dan pemerintah dalam hal ini tidak memberikan proteksi bagi forwarding Nasional untuk berkembang. Dengan demikian dari aspek kebijakan pemerintah, tidak dapat memberikan proteksi bagi ancaman masuknya pendatang baru, entry barrier sangat rendah sehingga ancaman masuknya pendatang baru menjadi sangat tinggi. a. Learning and Experience Curve Effect. Besarnya beban operasional seringkali dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar yang diperlukan untuk berkecimpung didalam suatu bisnis. Lamanya proses belajar akan mempengaruhi besarnya biaya yang dibutuhkan. Dalam industri freight forwarding pengetahuan akan industri memegang peranan yang paling besar didalam penentuan keberhasilan. Mengingat industri ini merupakan industri jasa dan forwarding itu sendiri sekali lagi adalah seorang architect of transport yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dapat melakukan proses pengiriman barang secara efektif dan efisien maka keahlian dan expertise dari SDM yang dimiliki merupakan faktor utama kesuksesan. Berdasarkan KM 10/1988 sebuah perusahaan Freight Forwarding harus memiliki tenaga ahli di bidang freight forwarding yang memiliki ijazah freight forwarding setingkat sarjana muda. Mengacu kepada Keppres No. 18/2000, GAFEKSI memberlakukan syarat keahlian bagi anggotanya sebagai berikut ini.
25
2011
Klemens Wedanaji P.
Tabel 3 Kompetensi Tenaga Ahli Bagi Freight Forwarding Anggota GAFEKSI
BIDANG
KOMPETENSI TENAGA AHLI
JUMLAH
Angkutan Multi Modal
FIATA Diploma (Standar FIATA)
Minimal salah
Basic Freight Forwarder (Standar
satu sesuai
UNSCAP)
bidang
Dangerous Goods (Standar IATA) Basic Air cargo (Standar IATA) Jasa Pengeakan,
Basic Freight Forwarder (Standar
Minimal salah
Ekspedisi, dan
UNSCAP)
satu sesuai
Kepengurusan
Dangerous Goods (Standar IATA)
bidang
Kepabeanan
Basic Air cargo (Standar IATA) Custom Specialist (PPJK)
Jasa Bongkar Muat
Basic Freight Forwarder (Standar
Minimal salah
Barang
UNSCAP)
satu sesuai
Dangerous Goods (Standar IATA)
bidang
Basic Air cargo (Standar IATA) Custom Specialist (PPJK)
Dengan standar klasifikasi di atas, GAFEKSI dengan rutin telah membuka kursus bagi para pelaku bisnis untuk dapat menjadi tenaga ahli di bidang transportasi. Dengan berbagai macam kursus yang diselenggarakan diatas, proses pembelajaran untuk mencapai kapasitas dan kapabilitas dengan para pemain lama dirasakan semakin cepat tercapai, bahkan kemungkinan besar melampaui keahlian dan pengalaman para pemain lama yang tidak melakukan proses pembelajaran seperti diatas. Dengan demikian, barrier to entry bagi kurva pembelajaran yang sebelumnya dirasakan cukup tinggi menjadi rendah dan ancaman pendatang baru dilihat dari aspek ini berubah menjadi tinggi.
26
b. Akses Teknologi bagi pemain baru dirasakan dapat dengan mudah dilakukan untuk mencapai taraf yang setara dengan pemain lama. Reformasi Kepabeanan dengan sistem EDI misalnya, bagi pemain baru cukup dengan menjadi pelanggan/pengguna Jasa EDI Kepabeanan dapat menjalankan usaha yang sama dengan pemain lama. Teknologi informasi lainnya seperti internet untuk menunjang kecepatan informasi dan dokumentasi baik dengan pelanggan, vendor, maupun mitra di luar negeri juga dirasakan bukan menjadi penghalang bagi pendatang baru mengingat dari struktur biaya dan keahlian dapat dengan mudah diaplikasikan. Barrier to entry dari aspek ini dirasakan sangat kecil bagi pendatang baru sehingga ancaman bagi masuknya pendatang baru dirasakan sangat besar.
Tabel 4 Keatraktifan Industri, Faktor Ancaman Pendatang Baru
Daya Tarik Industri Sangat
Faktor
Tidak
Tidak
Atraktif
Atraktif
Netral
Atraktif
Sangat Atraktif
Skala ekonomi
Rendah
Tinggi
Differensiasi produk
Rendah
Tinggi
Kebutuhan kapital
Tinggi
Rendah
Biaya pelanggan
Rendah
Tinggi
Regulasi pemerintah
Kuat
Lemah
Kurva pembelajaran
Tinggi
Rendah
Akses Teknologi
Mudah
Sulit
beralih
Keterangan :
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Berdasarkan tujuh faktor ancaman pendatang baru diatas, dapat dilihat bahwa industri freight forwarding sangat rentan terhadap ancaman masuknya pendatang baru, namun demikian daya pikat industri ini dirasakan tetap tinggi mengingat prospek keuntungan dan pertumbuhan industri masih dirasakan menarik. Sehingga tidak heran, walaupun industri ini sangat rentan terhadap masuknya pendatang baru, banyak perusahaan baru yang mencoba masuk dan meraih kesuksesan. Seperti pepatah dalam pembukaan didepan bahwa dimana ada gula maka disitu akan banyak semut berdatangan. Ancaman Produk atau Jasa Substitusi Jasa pelayanan yang dapat ditawarkan oleh perusahaan freight forwarding saat ini relatif tidak dapat tergantikan. Adapun ancaman yang datang lebih kepada faktor penyedia
layanan tersebut bukan kepada jenis layanan yang ditawarkan. Contohnya adalah perusahaan pelayaran yang juga dapat menawarkan jasa pengiriman barang melalui laut kepada para eksportir, hal mana proses ini juga merupakan bagian dari jasa yang ditawarkan perusahaan freight forwarding. Berdasarkan KM 10/1988 Pasal 2 dinyatakan bahwa pemilik barang, yaitu perusahaan atau perorangan, dalam melakukan kegiatan pengurusan transportasi barang tidak diharuskan untuk menggunakan perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) dan dapat melaksanakan sendiri segala pengurusan tersebut. Berdasarkan pasal tersebut seorang eksportir atau importir dapat melakukan sendiri proses pegiriman maupun penerimaan barangnya tanpa melalui forwarding. Namun
2011
demikian kita akan lebih jauh melihat besarnya tekanan tersebut dari faktor biaya pindah yang ditanggung pelanggan dan beberapa faktor terkait lainnya. a. Harga. Seorang eksportir yang mengurus sendiri pengiriman barangnya akan secara langsung menghubungi perusahaan pelayaran untuk melakukan negosiasi biaya freight dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan. Biaya dengan transaksi langsung ini umumnya akan lebih mahal daripada menggunakan forwarder. Biaya dengan melalui forwarder akan menjadi lebih murah karena forwarder umumnya memiliki kekuatan tawar kepada perusahaan pelayaran dari rutinitas volume ekspor yang dimilikinya sehinga biaya yang diberikan oleh perusahaan pelayaran akan menjadi lebih murah. Dengan demikian jauh lebih efisien jka seorang eksportir menyerahkan barang yang akan dikirimnya kepada forwarder. Dengan sendirinya, berdasarkan aspek harga ancaman yang ditimbulkan dari produk substitusi menjadi rendah. b. Kualitas jasa subtitusi, yang diberikan oleh perusahaan pelayaran kepada eksportir maupun importir dapat menjadi lebih baik dalam hal kecepatan pemberian delivery order, kepastian equipment, informasi schedule, tracking order, dan kepastian space di dalam kapal dibandingkan dengan perusahaan forwarding. Hal ini disebabkan karena perusahaan pela-yaran memiliki sendiri equipment seperti peti kemas dan kapal peti kemas itu sendiri. Namun demikian, semuanya ini hanya dapat dilakukan dalam koridor pelayanan port to port yang terbatas hanya kepada pemberian jasa freight. Dalam banyak hal forwarding umumnya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih untuk menentukan pemilihan moda yang tepat, pemilihan perusahaan pelayaran, schedule, pengurusan dokumentasi kepabeanan yang diperlukan dalam aktifitas ekspor maupun impor, sehingga kualitas yang diberikan oleh forwarding relatif lebih baik dan efisien dari segi waktu, dan biaya daripada jika sebuah perusahaan mengurus sendiri proses ekspor dan impornya
28
Klemens Wedanaji P.
ataupun jika perusahaan tersebut langsung berhubungan dengan perusahaan pelayaran selaku pemasok freight forwarding. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan ragam pelayanan yang dapat diberikan oleh seorang forwarder kepada eksportir maupun importir dibandingkan dengan apa yang dapat ditawarkan oleh perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran hanya terbatas kepada penawaran jasa freight, sedangkan seorang forwarder dapat menawarkan lebih mulai dari pengepakan, pemilihan moda yang tepat, pengurusan dokumentasi, custom clearance hingga hal yang sama di negara tujuan. Oleh karena itu ancaman produk substitusi berdasarkan aspek ini juga dirasakan kecil. c. Dari segi biaya beralih pelanggan, industri forwarding memiliki biaya beralih yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena umumnya harga yang diberikan oleh perusahaan pelayaran kepada eksportir maupun importir langsung lebih tinggi daripada harga yang diberikan oleh freight forwarding. Freight forwarding umumnya akan menggabungkan jumlah volume ekspor dan importnya untuk meningkatkan daya tawar kepada perusahaan pelayaran sehingga mendapatkan harga beli yang lebih murah. Berdasarkan harga inilah margin yang dikenakan oleh perusahaan forwarding kepada eksportir dan importir umumnya lebih rendah daripada yang dikenakan oleh perusahaan pelayaran. Faktor lainnya adalah jika suatu perusahaan ingin melakukan pengurusannya ekspor, impor dan kepabeanan yang terkait sendiri, maka perusahaan itu harus mengeluarkan dana dan sumber daya yang cukup besar didalam mendirikan sebuah departemen exim, misalnya. Hal ini pun masih ditambah dengan biaya aplikasi kepabeanan dan investasi SDM agar memiliki kapabilitas di bidang logistik, ekspor dan impor sehingga tingkat ancaman bagi industri forwarding cukup rendah. d. Berdasarkan aspek value, yaitu rasio harga dan performance atau benefit pengiriman ataupun penerimaan barang melalui jasa forwarding dirasakan relatif memiliki nilai lebih
Media Bisnis
September
tinggi dibandingkan dengan melakukan sendiri dan berhubungan langsung dengan banyak vendor. Dari sisi efisiensi dan biaya, pengurusan melalui jasa forwarding memiliki kelebihan da-
lam hal kecepatan dan biaya yang lebih murah. Hal ini menjadikan ancaman dari produk subtitusi menjadi rendah dan ancaman terhadap industri forwarding menjadi rendah.
Tabel 5 Keatraktifan Industri, Faktor Ancaman Jasa Subtitusi Daya Tarik Industri Sangat
Faktor
Tidak
Tidak
Atraktif
Atraktif
Netral
Atraktif
Sangat Atraktif
Harga produk subtitusi
Rendah
Tinggi
Kualitas jasa subtitusi
Rendah
Tinggi
Biaya beralih pembeli
Rendah
Tinggi
Rasio harga dan benefit
Rendah
Tinggi
dimata konsumen Keterangan :
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Berdasarkan beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek ancaman terhadap produk subtitusi, industri freight forwarding memiliki tingkat keatraktifan yang cukup tinggi. Rivalitas di antara Kompetitor Industri Tingkat persaingan di antara sesama penjual didalam industri ditentukan oleh interaksi diantara beberapa faktor seperti tingkat pertumbuhan industri, jumlah pemain dalam industri, biaya beralih dan diferensiasi produk, serta kontribusi biaya tetap terhadap total biaya. a. Tingkat Pertumbuhan Industri. Pertumbuhan industri freight forwarding sangat berkaitan erat dengan peningkatan volume ekspor dan impor negara. Tingginya tingkat pertumbuhan industri dapat diindikasikan melalui beberapa indikator seperti pertumbuhan produksi peti kemas Nasional, pertumbuhan
ekspor dan impor Nasional, serta pertumbuhan jumlah anggota yang terdaftar resmi didalam organisasi GAFEKSI. Dalam Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa arus peti kemas dan bongkar muat produksi ekspor dan impor selalu mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Hal ini mengindikaskan bahwa industri freight forwarding masih memiliki masa depan yang cerah dan prospek untuk tetap tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan ini akan mendorong setiap pelaku pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar dikarenakan potensi industri yang besar dan tingkat pertumbuhan industri yang masih terjadi. Keadaan ini tentu saja membuat persaingan di antara sesama penjual didalam industri menjadi semakin kuat dan akan terus bertahan selama potensi dan pertumbuhan didalam industri masih terus terjadi.
29
2011
b. Jumlah Pemain dalam Industri. Sejalan dengan pertumbuhan industri diatas, jumlah pemain didalam industri yang terdaftar didalam organisasi resmi GAFEKSI mengalami pertumbuhan sebesar 12.97% per tahun. Jumlah ini masih harus ditambah dengan perusahaan freight forwarding yang tidak terdaftar yang jumlahnya mencapai ribuan di seluruh Indonesia. Dengan jumlah yang terus bertambah, tentu saja rivalitas diantara sesama penjual menjadi semakin kuat karena potensi pasar yang ada akan diperebutkan dengan lebih banyak pemain didalam industri. c. Biaya beralih atau switching cost yang terjadi didalam industri freight forwarding dirasakan sangat rendah. Bagi seorang eksportir ataupun importir biaya beralih dari satu forwarding ke forwarding lainnya dirasakan sangat mudah dilakukan, hal ini erat kaitannya dengan minimnya diferensiasi produk yang ditawarkan oleh para pelaku pasar didalam industri ini. Konsekuensinya tingkat persaingan didalam mendapatkan pelanggan menjadi sangat ketat. d. Struktur biaya tetap didalam industri yang didominasi oleh biaya freight (70%). Struktur biaya ini semakin meningkat dengan kenaikan biaya bahan bakar dan operasional baik itu kepabeanan, operator laut, darat dan udara. Di sisi lain sebagai akibat dari produk yang cenderung identik dan banyaknya pemain, masing–masing penjual tertekan untuk tidak menaikkan harga kepada eksportir maupun importir akibatnya margin keuntungan setiap pelaku pasar akan semain mengecil dan hanya dapat diminimalisasi dengan meningkatkan volume penjualan. Tak pelak rivalitas untuk
30
Klemens Wedanaji P.
mendapatkan pelanggan baru dan mempertahan pelanggan lama menjadi tipikal industri forwarding nasional yang ditandai dengan tingginya tingkat persaingan. e. Dengan tingkat investasi yang tidak terlalu tinggi, maka hambatan keluar didalam industri freight forwarding dirasakan sangat mudah. Namun, hal ini ternyata tidak dengan serta-merta menjadikan industri ini mudah untuk mendorong para pemainnya keluar dari dalam industri jika menghadapi persaingan yang sengit, sebaliknya walaupun memiliki kemudahan untuk keluar karena nilai investasi yang tidak terlalu besar, para pemain didalam industri ini banyak yang bertahan dan bersaing dengan keras mengingat keuntungan yang didapat dari industri ini sangat menggiurkan dibandingkan dengan modal kerja yang dikeluarkan. f. Potensi pasar forwarding nasional yang cukup besar. Potensi ini tidak saja menarik minat perusahaan forwarding asing untuk beroperasi di Indonesia, melainkan juga bagi perusahaan pelayaran asing maupun nasional yang mendirikan perusahaan forwarding sebagai salah satu bagian dari unit bisnis mereka. Hal ini jelas memberikan dampak terhadap tingkatan persaingan. Berdirinya perusahaan forwarding asing dan forwarding pelayaran dengan permodalan yang besar untuk menguasai pasar melalui strategi yang beresiko tinggi seperti pemberian harga freight yang di bawah harga pasar jelas menambah tingkat persaingan dalam industri.
Media Bisnis
September
Tabel 6 Keatraktifan Industri, Faktor Rivalitas Pemain Dalam Industri Daya Tarik Industri Sangat Tidak Tidak Atraktif Atraktif
Faktor
Netral
Atraktif
Sangat Atraktif
Pertumbuhan industri
Rendah
Tinggi
Jumlah dan konsentrasi pemain Tingkat diferensiasi produk Kontribusi biaya tetap terhadap biaya total Hambatan Keluar
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Penggunaan strategi beresiko tinggi
Tinggi
Rendah
Keterangan :
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Dari berbagai uraian diatas nampak bahwa berdasarkan faktor rivalitas di antara pemain didalam industri, nampak bahwa industri freight forwarding memiliki tingkat atraktifitas yang rendah atau tidak atraktif. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat persaingan dan jumlah pemain didalam industri. Namun demikian kembali kepada konsep dasar dari persaingan itu sendiri bahwa selama pasar masih tumbuh dan keuntungan yang dapat diperoleh dari industri masih cukup menjanjikan, maka sekuat apapun rivalitas tidak akan mengurangi daya tarik industri yang bersangkutan. Kekuatan Tawar Pemasok Kuat atau lemah posisi pemasok dalam industri sangatlah tergantung kepada kondisi industri yang bersangkutan. Kekuatan tawar dari pemasok dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek dominan seperti tingkat dominasi pemasok, tersedianya produk subtitusi, signifikansi pelanggan, tingkat diferensiasi produk, dan kemampuan forward integration pemasok. a. Salah satu pemasok utama didalam industri freight forwarding adalah perusahaan pelayaran. Dalam industri ini, biaya yang harus dikeluarkan oleh forwarder ataupun
customer untuk melakukan pengiriman barang, 70% diantaranya tersedot untuk membiayai biaya tambang atau freight. Perusahaan pela-yaran umumnya memiliki dominasi yang cukup tinggi terhadap perusahaan forwarding didalam penentuan harga freight. Untuk memperkuat posisi tawar terhadap forwarding dan menghindari persaingan yang tidak sehat diantara sesama perusahaan pelayaran umumnya mereka menawarkan jenis pelayanan dalam bentuk conference liner. Conference liner terdiri dari beberapa perusahaan pelayaran yang beroperasi pada suatu rute tertentu dengan perjanjian penetapan tarif harga yang sama dan schedule yang tetap. Sistem ini akan menjaga harga penawaran dari masing-masing perusahaan pelayaran yang tergabung didalamnya menjadi relatif mahal karena freight rate tidak lagi ditentukan oleh permintaan dan kebutuhan yang ada, akibatnya forwarding berada pada posisi yang dirugikan karena harus menanggung biaya freight yang mahal. Adapun untuk non conference liner dimana perusahaan pelayaran tidak menetapkan harga dan schedule yang sama, perusahaan forwarding tetap memiliki daya tawar yang rendah terhadap mereka, hal ini disebabkan perusahaan non conference
31
2011
banyak yang menjalin konsorsium dengan sesama perusahaan lainnya atau melakukan kerjasama operasional di antara sesama perusahaan pelayaran. Akibatnya perusahaan pelayaran tetap memiliki kekuatan tawar yang lebih besar dari perusahaan forwarding didalam melakukan penetapan harga freight. Berdasarkan aspek dominasi pemasok, jelas terlihat bahwa pemasok memiliki kekuatan tawar yang cukup tinggi. b. Dari sisi produk substitusi, freight forwarder dapat mendapatkan harga freight yang relatif lebih murah. Harga ini dibandingkan dengan perusahaan pelayaran non conference yang tidak melakukan konsorsium ataupun NVOCC yaitu carrier yang beroperasi dengan schedule yang terjadwal tetapi tidak memiliki atau mengoperasikan kapal. Namun hal ini juga tidak dapat dipastikan sebagai jalan keluar terbaik mengingat banyak sekali rintangan yang ada di lapangan. Contohnya untuk rute pelayaran yang sangat ramai, umumnya perusahaan pelayaran di negara tujuan dibantu dengan kebijakan pemerintah setempat telah memproteksi dengan keharusan konsorsium atau melalui penguasaan rute yang paling efisien sehingga untuk perusahaan non conference lainnya umumnya schedule yang dimiliki tidak seefisien perusahaan yang melakukan konsorsium. Aspek inipun tetap menempatkan kekuatan tawar yang cukup tinggi dari pemasok. c. Dari segi signifikansi pelanggan, akibat lemahnya proteksi pemerintah terhadap industri freight forwarding, perusahaan pelayaran sebagai pemasok utama dapat secara langsung berhubungan dan menawarkan harga freight kepada shipper atau eksportir. Hal ini yang umumnya tidak terjadi di negara lain dimana pemerintah setempat memproteksi industri forwarding nasionalnya sehingga forwarding merupakan pelanggan utama terhadap perusahaan pelayaran. Untuk kondisi Indonesia, perusahaan pelayaran akan berusaha untuk memotong jalur dengan forwarding dan berhubungan langsung dengan shipper atau eks-
32
Klemens Wedanaji P.
portir, hal ini dikarenakan keuntungan mereka akan menjadi lebih besar ketimbang menjual kepada forwarding yang mengharuskan mereka untuk menjual lebih murah karena forwarding tersebut akan menjual atau menawarkan kembali kepada shipper atau eksportir. Sehingga secara keseluruhan kekuatan tawar pemasok lebih kuat. d. Dari sisi tingkat signifikansi produk yang disuplai oleh pemasok kepada industri, dalam hal ini biaya freight merupakan 70% dari total keseluruhan biaya yang diserap oleh freight forwarding dan merupakan salah satu sumber pendapatan utama dari industri freight forwarding. e. Dari sisi differensiasi produk, perusahaan pelayaran conference liner dan non conference liner yang melakukan konsorsium umumnya telah membangun biaya beralih yang cukup tinggi kepada para forwarding sebagai pelanggannya. Umumnya perusahaan pelayaran jenis ini memiliki keunggulan didalam ketepatan schedule, kecepatan dokumentasi dan teknologi sehingga tidaklah mudah bagi forwarding untuk memilih perusahaan pelayaran lain walaupun harga freight yang ditawarkan lebih murah. Keadaan ini mengakibatkan kekuatan pemasok yang lebih kuat terhadap pelanggan. f. Dari sisi forward integration, sekali lagi industri forwarding nasional mengalami tantangan yang luar biasa sulit akibat tidak jelasnya aplikasi peraturan pemerintah di lapangan. Sesuai dengan KM 10/1988 perusahaan asing diharuskan untuk menunjuk agent perusahaan dalam negeri untuk dapat beroperasi di Indonesia. Pada kenyataannya perusahaan pelayaran asing dapat dengan mudah mendirikan perusahan freight forwarding sehingga mereka dapat langsung berhubungan dengan shipper atau eksportir. Hal ini jelas mematikan industri forwarding nasional karena mereka umumnya memiliki insentif harga yang lebih murah dari induk semang mereka yang notabene adalah perusahaan pelayaran itu sendiri. Jelas keadaan ini membuat daya tawar pemasok menjadi lebih kuat terhadap pelanggan.
Media Bisnis
September
Tabel 7 Keatraktifan Industri, Faktor Kekuatan Tawar Pemasok Daya Tarik Industri Sangat
Faktor
Tidak
Tidak
Atraktif
Atraktif
Netral
Atraktif
Sangat Atraktif
Dominasi pemasok
Tinggi
Rendah
Ketersediaan produk
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
subtitusi Kontribusi industri terhadap pendapatan pemasok Kontribusi pemasok terhadap biaya dan pendapatan industri Differensiasi produk dan biaya beralih pemasok Ancaman integrasi pemasok
Keterangan :
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Berdasarkan berbagai faktor diatas kekuatan tawar pemasok jelas berada pada tingkat yang cukup kuat. Lemahnya proteksi pemerintah terhadap industri forwarding nasional dan solidnya kerjasama di antara perusahaan pelayaran yang disertai dengan proteksi dari masingmasing negara terhadap industri pelayaran nasionalnya telah membuat daya tawar perusahaan forwarding Indonesia menjadi sangat lemah terhadap perusahaan pelayaran yang umumnya dikuasai oleh asing. Kekuatan Tawar Pembeli Kekuatan tawar pembeli didalam industri freight forwarding yang umumnya terwakili oleh para eksportir dapat bergerak dari posisi lemah sampai kuat. Kekuatan tawar-menawar pembeli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini. a. Posisi pembeli didalam indutri freight forwarding umumnya kuat jika jasa yang diinginkan untuk dilakukan oleh perusahaan forwarding tersebut hanya terbatas kepada freight. Hal ini disebabkan produk menjadi
standard dan tidak terdiferensiasi. Pembeli akan sangat mudah untuk menemukan produk jasa sejenis di pasaran dan dapat membandingkan harga antara forwarding yang satu dengan lainnya. Sebaliknya jika sebuah pembeli memiliki ketergantungan terhadap perusahaan forwarding mulai dari packing, pemilihan moda transportasi hingga barang tiba di pintu importir di luar negeri, umumnya pembeli tipe ini akan sulit untuk beralih pemasok, mengingat learning curve yang telah terbentuk telah menciptakan biaya beralih yang tinggi bagi pembeli tersebut. Sayangnya, industri forwarding nasional masih banyak yang menyandarkan usahanya kepada penjualan sektor jasa yang terbatas kepada freight sehingga tidak dapat menciptakan suatu ikatan yang kuat dengan pembeli karena biaya beralih yang kecil bagi pembeli. b. Posisi pembeli akan menjadi sangat kuat jika pembeli tersebut memiliki tingkat volume yang sangat besar. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang dapat melakukan 500 box kontainer ekspor per bulannya tentu saja
33
2011
Klemens Wedanaji P.
memiliki kekuatan yang sangat kuat terhadap perusahaan forwarding didalam menentukan harga freight bahkan hingga sistem pembayaran. c. Kemungkinan forward integration bagi pembeli didalam indutri freight forwarding umumnya sangat kecil. Hal ini dikarenakan karakter bisnis yang sangat jauh berbeda antara para pemain didalam industri forwarding dengan tipikal industri dimana pembeli berada. d. Biaya beralih yang rendah jika pembeli hanya menuntut produk jasa yang ditawarkan oleh forwarding hanya terbatas kepada freight. Pembeli tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk beralih kepada suatu perusahaan forwarding lain dengan harga yang lebih murah. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada point a. diatas, jika pembeli sangat tergantung dengan perusahaan forwarding terhadap keseluruhan aspek maka kemungkinan untuk pindah menjadi sangat kecil.
e. Berdasarkan biaya yang dibebankan industri kepada pembeli, biaya transportasi umumnya menyedot 10-20% dari seluruh biaya produk yang dipasarkan. Hal ini mengakibatkan pembeli dalam industri forwarding umumnya akan selalu melakukan perbandingan harga dengan produk sejenis yang ditawarkan oleh forwarding satu dan lainnya, sehingga hal ini akan sendirinya menciptakan suatu langkah antisipatif bagi pembeli untuk melakukan pembelian secara efektif. Ketergantungan pembeli terhadap industri forwarding menjadi sangat tinggi. f. Terbukanya informasi dan data. Proses ekspor dan impor yang dilakukan secara periodik oleh pembeli dengan sendirinya memberikan suatu gambaran kepada pembeli mengenai jumlah pemasok dan harga pasar yang berlaku. Hal ini akan meningkatkan posisi tawar pembeli untuk dapat menekan harga hingga tingkat level yang sangat menguntungkan bagi pembeli.
Tabel 8 Keatraktifan Industri, Faktor Kekuatan Tawar Pembeli Daya Tarik Industri Sangat Tidak Tidak Atraktif Atraktif
Faktor Alternatif pilihan produk Kontribusi pembeli terhadap pendapatan penjual Ancaman integrasi pembeli Biaya beralih bagi pembeli Kontribusi terhadap biaya dan pembeli Ancaman pemasok
34
Atraktif
Sangat Atraktif
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
industri pendapatan integrasi
Ketersediaan informasi tentang pemain industri Keterangan :
Netral
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Berdasarkan faktor kekuatan tawar pembeli di atas nampak bahwa tingkat keatraktifan industri forwarding berada pada tingkatan kurang atau tidak atraktif. Hal ini diakibatkan karena produk yang ditawarkan umumnya tidak terdiferensiasi dan pembeli cukup memiliki informasi mengenai jumlah pemasok dan harga yang berlaku di pasaran. Namun demikian hal ini juga membuka mata dan peluang bagi perusahaan forwarding yang dapat menciptakan biaya peralihan yang cukup tinggi bagi pembelinya jika mereka mampu untuk menjadi architect of transport bagi setiap pembelinya dengan melakukan pengurusan transportasi secara total dan tidak tergantung semata-mata kepada penawaran produk freight.
Potensi pasar yang tergambar didalam pertumbuhan total kargo yang bergerak melalui laut Indonesia akan meningkat sebesar 5,8% mencapai 943,1 juta ton beserta rata-rata pertumbuhan pasar 14,2% pertahun atau lebih dari Rp 1 triliun pertahunnya jelas menarik siapa saja untuk ikut masuk dan berkompetisi didalam industri. Kedua buah faktor tersebut di atas masih ditambah dengan lemahnya peraturan pemerintah terhadap industri forwarding, tingkat aplikasi teknologi terhadap industri yang terbilang relatif murah, dan rendahnya proses learning curve bagi industri ini terhadap pemain baru. Namun demikian, jika kita kembali kepada pertanyaan diawal, mungkinkah tidak dapat mati? Jawabanya adalah sangat mungkin terjadi. Hasil analisis five forces Porter secara keseluruhan menunjukan hasil yang cukup bertolak belakang dengan apa yang dapat ditawarkan oleh industri freight forwarding dari sisi kesinambungan usaha dan profitabilitas pasar.
Kesimpulan Berdasarkan berbagai kajian tersebut, jelas bahwa faktor yang menjadi stimulus utama bagi industri freight forwarding adalah ukuran pasar dan tingkat profitabilitas dari industri itu sendiri.
Tabel 9 Daya Tarik Industri. Masa Kini dan Akan Datang Daya Tarik Industri Faktor
Sangat Tidak
Tidak
Atraktif
Atraktif
Netral
Ancaman Pendatang baru Ancaman Jasa Subtitusi Rivalitas Pemain dalam Industri Ancaman Kekuatan Pemasok Ancaman Kekuatan Pembeli
Keterangan :
Kondisi saat ini Proyeksi masa datang
Atraktif
Sangat Atraktif
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa daya tarik industri freight forwarding berada pada kisaran tidak atraktif. Benang merah dari apa yang tercermin dalan tabel di atas adalah lemahnya peraturan pemerintah terhadap industri freight forwarding. KM 10/1988, pasal 9 dengan jelas mengatakan bahwa perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) asing yang akan beroperasi di Indonesia wajib menunjuk perusahaan jasa transportasi nasional sebagai agent. Sebagai akibat tidak konsistennya pemerintah dalam melaksanakan proses monitoring dan supervisi, pada kenyataannya peraturan ini tidak jalan. Akibatnya banyak sekali forwarding asing dengan tingkat kapitalisasi yang besar dengan mudahnya masuk ke Indonesia dan memperebutkan pangsa pasar yang cukup besar tersebut. Hal ini menjadikan suatu konsekuensi bahwa hasil analisis faktor ancaman pendatang baru dan tingkat rivalitas dalam industri membawa kepada hasil yang tidak atraktif kepada industri freight forwarding. Faktor penghambat lainnya adalah peraturan pemerintah yang menyatakan modal disetor untuk perusahaan freight forwarding sebesar Rp 200.000.000,- dan keharusan adanya tenaga ahli di bidang freight forwarding bagi perusahaan forwarding, yang dalam prakteknyapun tidak jalan. Akibatnya jumlah perusahaan forwarding menjadi tidak terkontrol dan menjadikan over supply di pasar. Akibatnya jelas persaingan semakin ketat, margin keuntungan semakin kecil, dan nilai tawar pembeli menjadi semakin kuat. Keadaan ini jelas berujung kepada matinya beberapa perusahaan forwarding yang tidak memiliki kekuatan volume dan kapitalisasi yang memadai. Faktor yang terakhir adalah tidak adanya peraturan pemerintah yang mengatur hubungan antara perusahaan pelayaran sebagai pemasok jasa freight bagi perusahaan freight forwarding dengan perusahaan freight forwarding itu sendiri. Akibatnya yang terjadi sekarang ini adalah tumpang tindih kepentingan dan kedua-
duanya sama-sama memperebutkan pasar yang sama. Sekarang ini perusahaan pelayaran dapat langsung berhubungan dengan eksportir dan importir untuk menawarkan jasa freight, dan ketiadaan peraturan pemerintah menyebabkan perusahaan pelayaran ini dapat menawarkan dengan harga yang lebih murah dari pada yang diberikan oleh perusahaan freight forwarding. Dampak yang terjadi adalah matinya bisnis freight forwarding akibat persaingan yang tidak sehat. Di negara lain, Amerika dan Eropa contohnya, pemerintah melindungi industri forwarding dan menjaga agar perusahaan pelayaran tidak dapat dengan mudah masuk secara langsung kepada eksportir dan importir. Dengan demikian industri forwarding akan tetap hidup karena forwarding merupakan pemasok utama perusahaan pelayaran. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, kita dapat melihat bahwa sejatinya kontribusi perusahaan freight forwarding kepada negara sangat besar dan diperkirakan dapat mencapai ratusan juta dollar AS. Untuk itulah kelangsungan dan pertumbuhan industri ini perlu lebih mendapat perhatian dari pemerintah dalam bentuk pembangunan infrastruktur, penuntasan peraturan kepabeanan, perpajakan, perhubungan, dan pengawasan menyeluruh terhadap aplikasi di lapangan. Peraturan dan perhatian pemerintah didalam mengatur hubungan antara forwarding lokal dan luar mutlak dilakukan untuk melindungi industri forwarding dalam negeri. Proteksi terhadap masuknya forwarding asing perlu dibuatkan skema peraturan yang tidak merugikan perusahaan forwarding lokal. Disamping berbagai jenis peraturan tersebut, pemerintah juga hendaknya berani untuk memangkas berbagai pungutan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi sehingga produk lokal menjadi kalah bersaing di pasar
Media Bisnis
luar negeri. Birokrasi perijinan usaha, perpajakan, perburuhan, dan kepabeanan hendaknya dengan berani dipangkas dan dihilangkan sehingga menjadikan stimulus bagi masuknya
September
investasi, pemberdayaan ekonomi nasional dan kelangsungan bisnis forwarding di Indonesia.
REFERENSI Http://swa.co.id Manual on Freight Forwarding, United Nation. 1990. Reagan, Dominic. 2005. The Changing Face of Freight forwarding. Journal of the Institute of Logistics and Transport, September 2005. Ronosentono, Idris. 1997. Pengetahuan Dasar Tatalaksana Freight forwarding. Jakarta: CV. Infomedika. Sasono, Djoko. 2003. Multimodal Transport Development in Indonesia. Expert Meeting on the Development of Multimodal Transport and Logistics Service 24-26 September, Geneva. Selwitz, Robert. 1999. Is Bigger Better?. Journal Forwarding and Logistics, November 1999. Statistik Perhubungan. 2011. Thomson and Strickland. 1995. Strategic Management, 8th edition. USA: Richard Irwin, Ins. Thomson et al. 2005. Crafting and Executing Strategy: The quest for competitive analysis, 14th edition. USA: Mcgraw Hill.
37