SIKAP AKSEPTOR KB IUD (Intra Uterine Device) PADA PERUBAHAN POLA MENSTRUASI DI BPM LATHIFAH SUPRAPTO Amd.Keb DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan …………......……….……
……
. .….ABSTRAK…… … ...... ……. …… …… . .
Salah satu kontrasepsi yang bersifat sementara namun memiliki jangka panjang adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan diperoleh data 5 orang (50%) mengalami perdarahan (spotting) antar siklus menstruasi, 3 orang (30%) mengalami haid lebih lama dan banyak, 2 orang (20%) saat haid mengalami nyeri. Masalah dalam penelitian ini yaitu masih belum adanya penerimaan akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstruasi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstruasi di Bidan Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB IUD yang mengalami perubahan pola menstruasi. Sampel diambil sebesar 30 responden dengan teknik total sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner tertutup, setelah di tabulasi data yang ada kemudian di analisa secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian 30 responden sebagian besar 17 responden (56,67%) bersikap positif terhadap perubahan pola menstruasi pada pemakaian KB IUD dan hampir sebagian 13 responden (43,33%) bersikap negatif terhadap perubahan pola menstruasi pada pemakaian IUD. Melihat dari hasil penelitian, maka disarankan pada petugas kesehatan untuk memberikan konseling kepada akseptor KB IUD agar mempunyai sikap positif terhadap efek samping kontrasepsi IUD khususnya perubahan pola menstruasi. Sehingga menurunkan angka drop out pada akseptor KB IUD. Kata Kunci : Sikap Akseptor KB IUD, Perubahan Pola Menstruasi
PENDAHULUAN. …
.
… …
Program keluarga berencana nasional dan program pembangunan bidang kesehatan adalah bagian dari upaya mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, di dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak (BKKBN 2008). Program KB yang dimaksud adalah berbagai macam cara atau metode dan alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh suami atau istri (Saifudin, 2003). Salah satu alat kontrasepsi yang digunakan oleh ibu adalah Intra Uterine Device (IUD).
SURYA
Salah satu kontrasepsi yang bersifat sementara namun memiliki jangka panjang adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia. Peningkatan perdarahan menstruasi sering disertai nyeri merupakan masalah paling umum yang berkaitan dengan pemakaian AKDR (Anna, Glasier, 2005). Lebih dari 10% pemakai IUD melaporkan gangguan menstruasi. Pengeluaran atas alasan medis, terutama akibat peningkatan banyaknya darah menstruasi, nyeri dan bercak merah antar
Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
menstruasi adalah sekitar 4% per tahun dan sekitar 15% wanita pemakai IUD meminta alat ini dikeluarkan dalam satu tahun setelah pemasangan karena masalahmasalah yang berkaitan dengan perdarahan (Anna, Glasier,, 2005). Dari hasil data di bidan Lathifah Suprapto Amd, Keb desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada tahun 2013, Wanita Usia Subur (WUS) yang mengikuti program KB sebanyak 250 orang. Dari 250 orang tersebut yang menggunakan KB suntik yaitu sebanyak 106 orang atau 42,4%, peserta KB pil sebanyak 59 orang atau 23,6% , peserta KB implant sebanyak 48 orang atau 19,2% atau dan peserta KB IUD sebanyak 37 orang atau 14,8%. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di BPS Lathifah Suprapto Amd. Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Diperoleh data 5 orang (50%) mengalami perdarahan (spotting) antar siklus menstruasi, 3 orang (30%) mengalami haid lebih lama dan banyak, 2 orang (20%) saat haid lebih sakit. Terjadinya perubahan menstruasi pada akseptor KB IUD belum diketahui dengan pasti, namun kini banyak yang berpendapat bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai IUD sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung sprematozoa. Selain itu juga sering ditemukan adanya kontraksi uterus pada pemakai IUD yang dapat menghalangi masuknya sel telur ke dalam endometrium (nidasi), hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut (Prawirohardjo Sarwono, 2005). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan menstruasi adalah psikis atau emosi, gizi, premenopause, pemakaian alat kontrasepsi dan kelainan kongenital. Psikis atau emosi, wanita yang SURYA
mengalami gangguan psikis berat, seperti stres hebat atau depresi biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal, siklus haid jadi tidak teratur, tidak ada ovulasi dan sebagainya, selain itu malnutrisi yang paling berat menyebabkan gangguan menstruasi dan juga obesitas yang berat bisa menyebabkan amenorea karena peningkatan leptin sehingga terjadi penurunan sekresi neuropeptida, yang berakibat sekresi Gonadotrophin Reliazing Hormone (GnRH) dan diikuti peningkatan Luteinizing Hormone (LH). Kelainan haid juga sering terjadi pada pramenopause dapat bersifat oligomenorea (siklus yang panjang) atau polimenorea (siklus yang pendek), sering juga banyaknya darah waktu haid berubah, sehingga dapat terjadi hipomenorea (darah haid sedikit) atau hipermenorea (menoragia) yakni darah haid yang banyak. Pemakaian alat kontrasepsi terutama kontrasepsi hormonal, juga merupakan penyebab dari gangguan menstruasi karena efek samping dari alat kontrasepsi terutama amenorea. Kelainan kongenital, kelainan ini lebih berat dan lebih sulit karena pada masa kanak-kanak sudah tampak gejala-gejala hipofisis, sehingga pertumbuhan badan terganggu. Selain itu, latihan fisik yang berlebihan terutama pada atlet, penggunaan obatobatan dan pemakaian alkohol juga dapat menyebabkan perubahan menstruasi. Latihan fisik yang berlebihan terutama pada atlet dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, siklus anovulasi dan amenore, gangguan siklus menstruasi juga banyak terjadi diantara wanita pengguna obatobatan (ekstasi, amfetamin, opiat dan steroid anabolik) yaitu menstruasi menjadi tidak teratur, lebih sedikit atau lebih banyak dan dapat terjadi perdarahan intermenstruasi. Wanita yang tidak banyak minum rentan terhadap gangguan menstruasi dan penurunan fertilitas, sindrom premenstruasi (PMS) lebih banyak terjadi pada wanita yang memiliki masalah terkait alkohol. Adapun macam-macam perubahan pola menstruasi antara lain haid lebih lama dan banyak, perdarahan Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
(spotting) antar menstruasi dan saat haid lebih sakit. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu antara lain lingkungan seperti keluarga, saudara dan teman; pendidikan; sosial budaya; dan media masa seperti koran, majalah. Upaya untuk mengatasi agar akseptor IUD dapat menerima perubahan pola menstruasi antara lain bidan harus memeriksa atau mengkaji adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen 800 mg, diminum 3x1 sehari selama 1 minggu untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi 1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan. IUD memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai IUD selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemia (Hb < 7 g%) anjurkan untuk melepas IUD dan memilih metode lain yang sesuai (Saifuddin, AB, 2003). Berdasarkan identifikasi masalah tentang sikap akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstrusi pada pemakaian KB IUD, sehingga peneliti tertarik meneliti mengenai Sikap akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) pada perubahan pola menstruasi di bidan Lathifah Suprapto Amd. Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) pada perubahan pola menstruasi di BPM Lathifah Suprapto Amd. Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2014 ?. METODE PENELITIAN .
… …
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa yang penting terjadi pada masa kini dan lebih menekankan pada data aktual dari pada penyimpulan SURYA
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini mendeskripsikan tentang Sikap akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) pada perubahan pola menstruasi di BPM Lathifah Suprapto Amd. Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Tahun 2014. HASIL PENELITIAN
.
… …
1. Data Umum 1) Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi BPM Lathifah Suprapto Amd. Keb. terletak di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan sebelah utara berbatasan laut jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bluri kecamatan Solokuro, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tlogosadang dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Banjarwati. 2) Karaktristik Akseptor KB IUD (1) Umur Tabel 1 Distribusi Akseptor KB IUD Berdasarkan Umur di BPM Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. No Umur Jumlah Presentase (%) 1 20-35 13 43,33 tahun 2 >35 tahun 17 56,67 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar responden berumur >35 tahun yaitu 17 responden (56,67%) dan hampir sebagian responden berumur 20-35 tahun yaitu 13 responden (43,33%). (2) Pendidikan Tabel 2 Distribusi Akseptor KB IUD Berdasarkan Pendidikan di BPM Lathifah Suprapto Amd, Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
No
Pendidikan
1 SD 2 SMP 3 SMA 4 Akademik/PT Jumlah
Jumlah 4 5 9 12 30
Presentase (%) 13,33 16,67 30 40 100
Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden hampir sebagian responden berpendidikan PT yaitu 12 responden (40%) dan sebagian kecil berpendidikan akademik atau SD yaitu 4 responden (13,33%). (3) Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Akseptor KB IUD Berdasarkan Pekerjaan Akseptor KB IUD di BPM Lathifah Suprapto Amd, Keb. Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. No Pekerjaan Jumlah Presentase (%) 1 Tidak Bekerja 5 16,67 2 Petani atau buruh 4 13,33 tani 3 Wiraswasta 7 23,33 4 PNS 6 20 5 Swasta 8 26,67 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 3 didapatkan data hampir sebagian akseptor KB bekerja sebagai yaitu karyawan swasta 8 responden (26,67%) dan sebagian kecil bekerja sebagai petani atau buruh tani yaitu 4 responden (13.33%). 2. Data Khusus 1) Sikap akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstruasi Tabal 4 Distribusi Sikap Akseptor KB IUD Terhadap Perubahan Pola Menstruasi di bidan Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa
SURYA
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Frekuensi Presentase No Sikap akseptor KB IUD terhadap perubahan menstruasi 1 Positif 17 56,67 2 Negatif 13 43,33 Jumlah 30 100 Berdasarkan table 4 di atas menunjukkan bahwa dari hasil 30 akseptor KB IUD sebagian besar 17 responden (56,67%) bersikap positif terhadap perubahan pola menstruasi pada pemakaian KB IUD dan hampir sebagian 13 responden (43,33%) bersikap negatif terhadap perubahan pola menstruasi pada pemakaian KB IUD. PEMBAHASAN
…
.
… …
Berdasarkan hasil penelitian, serta datadata yang dikumpulkan sebelumnya dan dari data khusus hasil penelitian pada tabel 4, menunjukkan bahwa sikap akseptor KB IUD di Bidan Lathifah Suprapto Amd, Keb. Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan didapatkan sebagian besar (56,67%) bersikap positif terhadap perubahan pola menstruasi dan hampir sebagian (43,33%) bersikap negatif. Sikap positif dan negatif akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan dan faktor lain seperti: sikap individu, nilainilai, kepercayaan, pengetahuan, lingkungan, ketersediaan sarana kesehatan atau fasilitas dan sikap petugas kesehatan, faktor lingkungan yaitu sosial budaya, masyarakat dan keterbatasan informasi . Sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (2007) sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif terhadap objek tersebut.
Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Umur dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi tentang perubahan pola menstruasi. Dengan tingkat kematangan yang cukup seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja sehingga pengetahuan pun akan bertambah, dengan demikian akseptor dapat lebih mudah dalam menggunakan penalarannya pada saat memperoleh suatu informasi baru. Sesuai dengan pendapat Wahid Iqbal Mubarok (2007) bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi atau mental. Pertumbuhan secara fisik ada empat kategori yaitu perubahan ukuran, proporsi, hilangnya ciri lama serta timbulnya ciri baru. Sedangkan pada aspek psikologi taraf berfikir seseorang akan semakin matang dan dewasa. Dengan demikian seseorang telah mampu menggunakan penalarannya dalam menerima pengetahuan atau informasi baru tentang suatu hal Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama sikap untuk berperan serta, karena pendidikan merupakan proses belajar dari tidak tahu nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mau menerima masalah menjadi menerima masalahnya sendiri, hal ini dalam terjadinya perubahan pola menstruasi. Maka dengan jenjang pendidikan SMP mereka agak sulit menerima dan mengaplikasikan informasi yang di dapat, akibatnya dapat menghambat sikap seseorang dalam penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang di perkenalkan. Apalagi dengan pendidikan SD mereka lebih sulit untuk menerima informasi atau hal-hal yang baru. Sebaliknya dengan jenjang pendidikan PT, mereka merupakan tingkat pendidikan tinggi, sehingga informasi atau pengetahuan tentang sikap penerimaan terhadap perubahan pola menstruasi dapat diterima dan cukup memadai karena responden masuk dalam golongan pengetahuan yang tinggi dan mampu mengaplikasikan informasi atau pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga berpengaruh SURYA
terhadap sikap responden terhadap perubahan pola menstruasi, karena tinggi rendahnya pendidikan juga akan mempengaruhi sikap seseorang. Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan pengetahuan seseorang, dengan pendidikan yang lebih tinggi akseptor KB IUD lebih dapat menerima perubahan pola menstruasinya. Nursalam (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Sebagian besar akseptor KB IUD memiliki mata pencaharian sebagai karyawan swasta sehingga pengetahuan yang dimiliki akseptor KB IUD cukup. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya lingkungan yang mendukung. Lingkungan merupakan semua kondisi dalam dunia ini yang dalam caracara tertentu mempengaruhi sikap, tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan. Dari lingkungan yang mendukung tersebut maka akseptor lebih mudah mencari informasi tentang perubahan pola menstruasi pada pemakaian kontrasepsi IUD. Sesuai dengan pendapat Wahid Iqbal Mubarokh (2007) bahwa lingkungan pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi dalam menerima suatu informasi baik secara langsung atau tidak langsung, informsi secara langsung dapat diperoleh dari tanya jawab dengan narasumber yang sesuai, sedangkan informasi tidak langsung dapat diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sikap seseorang salah satu faktornya adalah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan yang tinggi juga dapat menambah pengetahuan seseorang sehingga sikap seseorang dapat berubah karena mengetahui sikap yang seharusnya dilakukan.
Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Usia dan pekerjaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap, semakin cukup usia, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sejalan dengan era modernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga semakin maju, seseorang akan lebih mudah dalam memperoleh informasi, baik melalui televisi, media massa, maupun melalui penyuluhan yang diberikan. Dengan pekerjaan yang luas mereka akan mendapatkan banyak informasi, informasi seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang lebih banyak sehingga mereka mengetahui sikap penerimaan terhadap perubahan pola menstruasi. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo Soekidjo, 2005). Sedangkan menurut Bimo Walgito (2007) sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tingginya akseptor KB IUD yang dapat menerima perubahan pola menstruasi pada pemakaian kontrasepsi IUD dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan sangat penting dalam menentukan sikap seseorang tentang sikap penerimaan akseptor KB IUD terhadap perubahan pola menstruasi, karena dengan pengetahuan dan sikap yang baik maka ada kemungkinan akseptor untuk dapat menerima perubahan pola menstruasinya sehingga tetap memakai kontrasepsi IUD. Dengan demikian diharapkan akseptor lebih dapat menerima perubahan menstruasi karena hal tersebut merupakan efek samping dari pemakaian kontrasepsi IUD. KESIMPULAN DAN SARAN
.
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa akseptor KB IUD di BPM Lathifah SURYA
Suprapto Amd.Keb sebagian besar (56,67%) bersikap positif pada perubahan pola menstruasi pada pemakaian KB IUD. 2. Saran 1) Bagi Tempat Penelitian Merupakan bahan masukan dan tambahan informasi mengenai sikap penerimaan akseptor KB IUD pada perubahan pola menstruasi serta meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan menjadi akseptor KB IUD. 2) Bagi Masyarakat Keluarga harus selalu memberikan dukungan dan motivasi pada akseptor KB IUD agar menerima perubahan pola menstruasi. Sehingga dapat tercapai keberhasilan dalam proses penggunaan KB dan tidak adanya kecemasan dalam memakai KB IUD. 3) Bagi Profesi Kebidanan Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi untuk mengembangkan perencanaan tentang upaya konseling pemilihan alat kontrasepsi terutama kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). 4) Bagi Peneliti Menambah informasi tentang sikap akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) terhadap perubahan pola menstruasi. 5) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti yang lain. DAFTAR PUSTAKA. …
.
Anna, Glasier, (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC BKKBN, (2008). Informasi Gerakan KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera Bimo,Walgito, (2007). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset Vol.07, No.01, April 2015
Sikap Akseptor KB IUD (Intra Uterine Device) Pada Perubahan Pola Menstruasi Di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Lathifah Suprapto Amd.Keb Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Notoatmodjo, Soekidjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2001). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi Pertama.Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono, (2002). Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP Saifuddin, Abdul Bari, (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Wahid, Iqbal Mubarak, (2007). Promosi Kesehatan. Yogjakarta: Graha Ilmu
SURYA
Vol.07, No.01, April 2015