AKTIFITAS KEAGAMAAN DAN KEHIDUPAN KELUARGA KORBAN NARKOBA DI PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN Siti Zubaidah Cases of drug abuses are increasing and reaching a larger community, creating more concerns for some people. The misuses of drugs is a kind of violation against Islamic teachings, and it will be interesting to see the religious life of the abusers in other aspects of Islamic teachings and including their relations with their family members. The study is focused on the experience of child drug abusers, including the process of their involvement in drugs, their relations with other family members and the economic conditions of their families. Observation and indepth interviews are applied as the instrument of data collection in this study. The study suggests that early good religious observance of the children as well as their good relations with other family and community members cannot always prevent them from being involved in drug abuses. Their experiences with their peers have more impacts of their behaviors. Term kunci: penyalahgunaan narkoba, aktifitas keagamaan Permasalahan Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Obat-obatan Berbahaya lainnya) di Indonesia saat ini telah menjadi masalah serius, yang mengharuskan semua pihak untuk berkiprah mencarikan jalan penyelesaian secara tuntas, lugas dan sesegera mungkin. Secara umum dapat dikatakan bahwa permasalahan Narkoba begitu cepat mewabah, pada dasarnya terjadi karena 3 (tiga) bagian yang saling terkait, yaitu “Illicit Drug Production, Illicit Trafficking, dan Drug Abuse”.1 Akibat buruk yang ditimbulkan oleh Narkoba tersebut, bukan saja bagi pemakai sendiri, akan tetapi juga dapat mempengaruhi kehidupan keluarga (orangtua, anak, saudara, kaum famili), dan bahkan teman sekampung akan turut menanggung akibatnya. Dari pihak keluarga sendiri, setidaknya akan mempengaruhi perekonomian keluarga, karena untuk memenuhi konsumsi barang haram tersebut membutuhkan biaya yang besar dan mahal. Tidak cukup sampai di situ, malah dari segi sosial kemasyarakatan, keluarga korban seperti ayah, ibu, saudara dan famili lainnya, turut menuai akibatnya berupa dijauhi atau dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Penyalahgunaan Narkoba juga merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulangkali kambuh dan merupakan proses gangguan mental adiktif, karena zat yang terkandung di dalam narkoba dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) yang pada gilirannya berakibat dependensi (ketergantungan). Sampai saat ini penanggulangan terhadap ketergantungan Narkoba secara universal dan memuaskan belum ditemukan, baik dari sudut prevensi, terapi maupun rehabilitasi.2
Da‘i Bachtiar, Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Narkotika Nasional (Kalakhar BKNN) Makalah “Peranan Olahraga dalam Mencegah dan Menanggulangi Bahaya Madat” Jakarta, 14 Juli 2001, h. 2. 2 Dadang Hawari, Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Jasa, 1997), h. 125. 1
Penyalahgunaan Narkoba saat ini telah sampai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan, bahkan sudah merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia sekaligus kehancuran generasi berikutnya (the lost generation).3 Rusaknya generasi muda pewaris bangsa yang seyogianya siap untuk menerima tongkat estafet sebagai generasi penerus, telah teracam menjadi “budak Setan Narkoba” dan mengikuti falsafah hidup yang dikenal dengan hedonisme. Menyikapi banyaknya generasi muda yang menjadi korban penyalahgunaan Narkoba, maka peneliti ingin mengetahui secara mendalam apa yang menjadi pemicu utama sehingga si remaja tersebut menjadi pecandu Narkoba, serta bagaimana partisipasi keluarga untuk menyelamatkannya dari perangkap Narkoba, termasuk akan melihat sejauh mana aktifitas keagamaan dan kehidupan keluarga korban Narkoba yang bertempat tinggal di Perumnas Simalingkar Medan (Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan). Mengamati penderitaan yang dialami oleh keluarga korban Narkoba serta banyaknya generasi muda yang sudah menjadi korban, peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang liku-liku kehidupan keluarga korban Narkoba sebagai akibat dari salah seorang anggota keluarga mereka menjadi budak Narkoba, serta keadaan ekonomi mereka maupun pergaulan mereka di tengah-tengah masyarakat. Kiranya melalui hasil penelitian ini nantinya, peneliti dapat memberi peringatan bagi generasi muda yang belum terkontaminasi Narkoba untuk tidak mencobanya, serta mengingatkan orangtua agar lebih waspada terhadap perkembangan anak-anaknya yang sudah beranjak remaja, agar jangan sampai terpengaruh dengan Narkoba. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat memberi saran atau masukan terhadap keluarga korban Narkoba dalam menanggulangi musibah yang menimpanya, minimal untuk meringankan beban penderitaan mereka. Pada sisi lain, hal yang menarik minat peneliti untuk mengadakan penelitian ini adalah karena di samping sebagai pendidik (Dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan), peneliti juga seorang ibu rumahtangga yang mempunyai 4 (empat) orang anak remaja/dewasa dan masih rentan terhadap pengaruh Narkoba. Akhirnya, dilandasi oleh keinginan membaktikan diri terhadap bangsa, negara dan agama yang dijiwai dan dilandasi oleh semangat amar ma‘ruf nahyi munkar, sungguh merupakan suatu kewajiban bahwa mengingatkan sesama Muslim adalah sesuai dengan ajaran Alquran dan Hadis Rasulullah SAW. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengalaman anak yang terlibat dalam obat-obat terlarang. Pengalaman ini mencakup latarbelakang keterlibatan, relasi sosial dengan anggota keluarga dan masyarakat, dan kondisi ekonomi keluarga anak korban narkoba. Diharapkan penelitian ini berguna bagi para remaja dan masyarakat secara umum: 1. Agar para remaja dan anggota masyarakat lainnya dapat mengetahui bahwa anak-anak yang memiliki pendidikan dan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agamanya (Islam), dapat membentengi diri mereka dari pengaruh dan bahaya Narkoba; 2. Agar para remaja dan anggota masyarakat lainnya dapat mengetahui bahwa ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga serta kebebasan yang berlebihan bagi anak, dapat memicu remaja terpengaruh/ lari kepada Narkoba;
3
Sutomo, Tj.A., dalam kata pengantar buku : Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba, (Jakarta : Dit Bimmas Polri, 2001), h. vii.
1
3. Agar para remaja dan anggota masyarakat lainnya mengetahui bahwa akibat yang ditimbulkan oleh ketergantungan Narkoba, akan dapat menghancurkan ekonomi keluarga, sementara para tetangga dan masyarakat lain juga dapat mengucilkan keluarga yang salah seorang anggota keluarganya kecanduan Narkoba; 4. Agar para keluarga korban Narkoba tidak menutup-nutupi dan mengucilkan keluarganya yang telah kecanduan Narkoba, akan tetapi harus membawanya segera ke dokter untuk mendapat pertolongan dan terbebas dari perangkap Narkoba. Metodologi 1. Subyek dan Informan Penelitian ini mengambil lokasi di Perumnas Medan III Simalingkar Medan (Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan), yang dilaksanakan berlangsung selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2008. Sehubungan dengan inti penelitian ini adalah masalah yang menyangkut aktifitas keagamaan dan kehidupan keluarga korban Narkoba, maka yang menjadi subyek penelitian adalah keluarga yang salah satu anggota keluarga mereka telah menjadi korban Narkoba. Sedangkan informan inti dalam penelitian ini dipilih sebanyak 3 (tiga) keluarga yang seluruhnya berdomisili di Lingkungan 23 Nilam Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Ketiga keluarga korban yang dipilih adalah mereka yang telah dikenal baik dan masih tetangga dekat dengan peneliti, oleh karenanya pelaksanaan wawancara dan observasi sama sekali tidak mengalami kendala, karena kehadiran peneliti ke rumah mereka tidak menimbulkan kecurigaan, sehingga pelaksanaan wawancara dan observasi berjalan dengan baik dan lancar, serta memperoleh banyak informasi dari setiap anggota keluarga. Sementara itu dalam menghimpun data dan informasi tentang penelitian ini, peneliti disamping mengandalkan 3 (tiga) keluarga sebagai informan inti, juga menggunakan teknik Snowball Sampling,4 dengan cara ini data yang dibutuhkan akan lebih lengkap dan penjaringan informan akan terhenti manakala data telah jenuh. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini digunakan agar lebih memungkinkan untuk menangkap realita ganda (multiple realities), sekaligus dapat mendiskripsikannya secara komprehensif dalam konteks yang sesungguhnya tentang aktifitas keagamaan dan kehidupan keluarga korban Narkoba di Perumnas Medan III Simalingkar Medan. Selain itu, peneliti juga melakukan pendekatan psikologis dan sosio-religius. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut: 4
Snowball Sampling adalah teknik pengumpulan data yang mengembang. Dalam penelitian ini ditetapkan 3 keluarga yang salah seorang anggota keluarganya kecanduan Narkoba, namun untuk lebih lengkapnya data tentang kegiatan keagamaan dan kehidupan keluarga mereka, peneliti mencari informan lain seperti Tokoh Agama, Pengurus Perwiridan, Remaja Masjid, Kepala Lingkungan, maupun orang-orang yang sangat dekat dengan keluarga mereka. Langkah-langkah snowball sampling ini dapat dilihat pada Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research (London: Collier Macmillan Publishers, 1982), h.100-1.
2
a. Wawancara; merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak, yang dikerjakan secara sistematik berlandaskan kepada tujuan penelitian. Sebelum wawancara dilaksanakan, terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan keterangan yang ingin digali. Dalam pelaksanaannya informan diberi kebebasan untuk menyatakan pendapat atau isi hatinya, sehingga wawancara diharapkan dapat berjalan secara wajar, lebih luwes. Dengan demikian data yang diperoleh lebih obyektif dan mendalam.5 b. Observasi atau pengamatan terlibat (participant observation), dimana peneliti turut secara langsung mengamati perikehidupan keluarga korban. Peneliti dalam kegiatan ini dapat mengamati dari dekat secara intensif kegiatan keagamaan dan perilaku para informan. Hal ini dapat dilakukan karena peneliti dan informan inti bertetangga dan hampir bertemu setiap hari, baik dalam hubungan sosial kemasyarakatan maupun dalam bidang keagamaan atau perwiridan. Hasil pengamatan ini akan dipadukan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. c. Dokumentasi, data ini ditelusuri dari sumber-sumber dokumen yang ada di Lingkungan seperti kegiatan sosial atau gotong royong maupun di dalam lingkup kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh STM/BKM Al-Ikhlash, Perwiridan Kaum Bapak, Perwiridan Kaum Ibu, dan Remaja Masjid Al-Ikhlash Nilam Simalingkar Medan. Di samping itu, peneliti juga melengkapi data yang menyangkut kegiatan atau aktifitas keagamaan dan kehidupan keluarga korban Narkoba dimaksud, dengan hasil laporan penelitian orang lain, jurnal ilmiah, buku, yang keseluruhannya telah terdokumentasikan dengan baik, termasuk artikel yang ditemukan di internet. 3. Analisis Data Sebelum mengadakan Analisis Data, data mentah yang dikumpulkan dari kancah (lapangan), diolah terlebih dahulu. Pengolahan di maksud meliputi tiga kegiatan editing, coding dan categorizing.6 a. Editing; yaitu apabila semua data yang masuk dari lapangan (raw data), data tersebut diperiksa; apabila terdapat kekeliruan dalam pencatatan data dari informan inti maupun data lainnya yang diperoleh sewaktu di lapangan, maka diadakan perbaikan. Hal itu dimaksudkan agar semua keterangan dan data yang masuk, merupakan data yang valid dan reliable serta dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. b. Coding; setelah memeriksa kelengkapan data, berikutnya adalah membuat kode, tanda atau simbol terhadap setiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Misalnya membuat tanda khusus terhadap data yang menjelaskan sebab-sebab utama yang menjadi pemicu salah seorang anggota keluarga informan kecanduan Narkoba, dan selanjutnya respon keluarga setelah mengetahui salah seorang anggota keluarga mereka menjadi korban Narkoba. Berbagai alasan yang menjadi pemicu utama dan reaksi keluarga tersebut ataupun hal-hal lain yang berhubungan dengan data di maksud, untuk memudahkan pembahasan dan uraian dibuatkan tanda khusus atau kode. 5
Penelitian semacam ini dikenal dengan wawancara mendalam (in depth interviewing). Lihat Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), h. 108. 6 Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Prasetia Widia Pratama, cet. 8, 2001), h. 81.
3
c. Categorizing; dari jawaban-jawaban yang serupa, sesuai dengan pembuatan kode di atas dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur. Pengaturan data dapat bermacammacam, seperti pengaturan menurut jenis peristiwa yang terjadi atau fenomena yang sama. Sebenarnya pengolahan editing, coding dan, categorizing merupakan titik awal pekerjaan analisis. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Jadi sebelum melakukan penarikan kesimpulan, terlebih dahulu diadakan reduksi data. Data yang terseleksi tersebut lalu ditampilkan agar proses interpretasi menjadi lebih mudah.7 Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sementara itu dalam penelitian non hipotesis, peneliti mengadakan komparasi status fenomena dengan standarnya.8 Oleh karena itu, sebelum memulai penelitian kancah, standarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Temuan Penelitian Sebagaimana diutarakan di atas bahwa yang menjadi subjek penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) keluarga yang dipilih dari beberapa keluarga yang ada/salah seorang anggota keluarganya telah menjadi korban Narkoba di lokasi penelitian. Di antara keluarga yang dipilih tersebut, satu dengan lainnya mempunyai profil yang berbeda, seperti perbedaan suku, perbedaan problem pemicu dan sudah barang tentu juga perbedaan akibat yang ditimbulkannya. Ke-tiga keluarga ini, satu sama lainnya saling kenal dan bertetangga, karena berada dalam satu Lingkungan, yakni Lingkungan XXIII Nilam Kelurahan Mangga, serta berada dalam satu organisasi sosial dan keagamaan, yaitu STM (Serikat Tolong Menolong) Al-Ikhlash. Namun di antara mereka tidak ada yang mengetahui bahwa salah seorang anggota keluarganya telah menyalahgunakan Narkoba, kecuali setelah mengalami keadaan yang sudah lama/parah atau berurusan dengan Kepala Sekolah maupun aparat pemerintah/polisi. Pertama, adalah keluarga Brahmana Sembiring, 57 tahun (suku Karo), menikah pada tahun 1974 dengan gadis Tapanuli Selatan, Nurhanim Hasibuan kelahiran tahun 1954. Keluarga ini telah dikaruniai anak sebanyak 3 (tiga) orang: masing-masing anak pertama Loly (perempuan), 32 tahun, telah menikah; anak kedua adalah Johan (laki-laki), lahir pada tahun 1979; dan anak ketiga, Weny (perempuan), 27 tahun, belum menikah. Satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga Brahmana Sembiring yang bernama Johan ini, adalah anak yang diharapkan sebagai penerus keturunan dan sekaligus kebanggaan keluarga telah turut menjadi pecandu Narkoba, sehingga hidupnya berakhir dengan tragis, yakni meninggal dunia di Rumah Sakit Herna Medan. Menurut dokter yang merawatnya, Johan telah positif terinfeksi penyakit HIV/AIDS.9 Ny. Nurhanim Hasibuan, ibunda Johan, menuturkan bahwa:
7
Ibid., h. 87-8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 9, 1993), h. 213. 9 Johan dirawat selam 2 (dua) minggu dan mayatnya dibawa ke rumah duka telah dibungkus plastik dengan rapi, membuat masyarakat semakin heboh. 8
4
“Semula saya tidak menduga bahwa anak saya Johan menjadi pecandu Narkoba, karena sebelumnya dia rajin belajar dan bermain-main pun tidak jauh dari rumah. Biasanya, Johan bersama teman-temannya hanya main-main gitar di sudut Nilam V yang juga berbentuk warung minuman. Masih ingat betul waktu itu Johan masih berada di kelas II SMP, kami melihat perubahan terhadap dirinya, yang semula rajin belajar dan periang di tengah keluarga, berubah menjadi pemalas dan sering mengurung diri dalam kamar. Pada saat menjelang kenaikan kelas, kami sangat terkejut bahwa uang SPP yang seharusnya dibayarkan, selama 3 (tiga) bulan telah raib entah kemana. Untunglah pada saat itu karena kepala sekolahnya kenal baik, Johan masih bisa naik kelas menjadi kelas III. Ayahnya yang mendapat panggilan ketiga dari sekolah (panggilan I dan II tidak sampai karena melalui Johan), diterima langsung dari seorang guru, kami merasa terpukul, malu dan emosi yang meluap-luap. Hal itu dikarenakan anak kami Johan bukan saja menyalahgunakan uang sekolah, akan tetapi dia telah menjadi pimpinan tukang membolos sekolah sehingga dengan keadaan terpaksa Johan harus dipindahkan ke sekolah lain. Tidak cukup sampai disitu, ternyata hal yang paling memberatkan pihak Yayasan adalah bahwa Johan sudah pernah kedapatan membawa ganja dalam satu razia yang diadakan di sekolah”.10 Kami memang terlalu percaya sama anak, lagi pula maklumlah anak laki-laki satusatunya hanyalah Johan. Jadi, selama ini apa permintaannya yang wajar tentunya kami selalu berusaha untuk memenuhinya, rupanya beginilah jadinya. Sejak pindah dari Al-Azhar tersebut, Johan disekolahkan di Dharma Bakti membuat ia semakin malas sehingga sampai meninggal tahun 2003 hanya sampai pada kelas II SMA saja, kenang ibu Nurhanim.11 Kedua, keluarga Durahmat Pagan, 58 tahun (suku Aceh) dengan istri bernama Suhaime (55 tahun). Setelah menikah pada tahun 1975, keluarga ini dikaruniai sebanyak 5 (lima) orang anak yang terdiri dari: Muhammad Johan (laki-laki), 31 tahun, belum menikah; anak kedua bernama Ida (perempuan), 29 tahun, bekerja sebagai TKI di Malaysia telah menikah. Anak ketiga adalah Midan (laki-laki), 26 tahun, juga bekerja sebagai TKI di Malaysia, belum menikah; anak keempat bernama Ikar (perempuan), lahir pada tahun 1985; dan anak kelima, Yuni (perempuan), 18 tahun, sedang duduk di klas III Aliyah pada Pesantren ArRaudatul Hasanah Medan. Satu-satunya anak perempuan yang paling pandai, paling cantik, dalam keluarga Durahmat Pagan yang bernama Ikar, meninggal dunia pada tahun 2002 karena over dosis (OD) di sebuah tempat hiburan malam di seputar Petisah kota Medan. Berikut penuturan ibu Suhaime tentang anaknya: “Saya sama sekali tidak menduga bahwa anak kami Ikar bisa terjerumus ke Narkoba karena sejak kecil sampai tamat SD dan duduk di SMP anak ini rajin salat di Mesjid serta selalu menjadi juara setiap mengikuti kegiatan lomba yang dilakukan oleh panitia kegiatan Hari Besar Islam: seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi‘raj maupun Halal Bihalal di Lingkungan Nilam. Namun sejak duduk di kelas III SMP lebih-lebih lagi pada SMA keadaannya berbalik 90 derajat, yang semula rajin ke Mesjid dia tak nampak lagi, bahkan sejak duduk di kelas II SMA Ikar telah sering membolos dari sekolah dan pergi keluar 10 11
Wawancara dengan Ny. Nurhanim Hasibuan pada tanggal 13 Juli 2008. Wawancara dengan Ny. Nurhanim Hasibuan pada tanggal 13 Juli 2008.
5
rumah tanpa pamit, serta pulang ke rumah sudah larut malam. Bahkan tetangga pernah melaporkan bahwa dia melihat dengan mata kepala sendiri, Ikar berada dalam mobil yang sangat bagus saat di lampu merah, berdua dengan bapak-bapak yang kelihatannya bukan lagi muda. Pada awalnya saya tidak percaya ketika Ibu Sudarto tetangga kami memberitahu bahwa Ikar sering nongkrong di warung pojok Nilam V yang dikelola Alex bersama remajaremaja lainnya sambil merokok, tapi setelah suatu saat sengaja saya intip, masya Allah… rupanya apa yang selama ini disampaikan orang ternyata benar adanya”.12 Yenny merupakan teman akrab Ikar juga menambahkan bahwa Ikar pada mulanya tidak mau merokok pakai ganja, tetapi karena ajakan teman-temannya atau solidaritas berteman yang diberikan gratis pada mulanya, lama-lama dicoba juga, dan akhirnya menjadi ketagihan. Berikut penuturan Yenny kepada peneliti; “Ikar memang sudah menjadi pecandu Narkoba, mulanya dia mengisap ganja, tak lama kemudian ada teman yang menawarinya pil ekstasi. Saya sering mengingatkannya agar berhenti mengkonsumsi barang haram tersebut¸ tetapi tak pernah dihiraukannya”.13 Pak Hasanuddin selaku sekretaris STM di Nilam menyebutkan bahwa sebenarnya Ikar dalam peristiwa yang merenggut nyawanya tersebut, terjadi karena ulah temannya yang konon memasukkan 2 buah tablet pil ekstasi ke dalam gelas minumannya dengan tujuan agar malam panjang itu dapat dinikmati lebih lama dan lebih mengasyikkan, tetapi tragisnya malah merenggut nyawanya untuk selama-lamanya.14 Ketiga, keluarga Ny. Darmawati Daulay, 56 tahun (suku Mandailing), suaminya alm. Martin Sembiring meninggal dunia pada tahun 1988. Keluarga ini telah dikaruniai anak sebanyak 4 (empat) orang: masing-masing Leny (perempuan), 33 tahun telah menikah; anak kedua bernama Agustin (perempuan), 31 tahun juga telah menikah. Sementara itu anak ketiga adalah Edy Syahputra (laki-laki), 28 tahun belum menikah; dan anak yang keempat adalah Erwin (laki-laki), 25 tahun juga belum menikah. Anak tertua laki-lakinya yang bernama Edy Syahputra, adalah anak yang diharapkan menjadi tumpuan keluarga setelah ayahnya meninggal dunia pada saat anaknya masih kecilkecil, telah kecanduan Narkoba dan saat ini dalam keadaan kurus kering, layu tak berdaya, dan sedang berobat alternatif di kota Binjai. Edy Syahputra yang hanya selang satu rumah dengan Johan merupakan teman akrab, semula adalah iseng-iseng karena temannya menyodorkan ganja, akhirnya menjadi ketagihan. Mengingat kondisi keuangan yang tidak mendukung, Edy Syahputra bertindak sebagai pengedar untuk dapat memenuhi kebutuhannya terhadap Narkoba. Berikut penuturan Ny. Darmawaty Daulay kepada peneliti: “Saya tidak pernah menyangka sama sekali bahwa anak saya menjadi pemakai, karena uang jajannya waktu itu hanya Rp 1000,- sehari. Edy Syahputra ketahuan mengkonsumsi Narkoba, akibat tertangkap basah di sekolah membawa dan menjual ganja kepada teman-temannya. Itulah yang membuat Edy Syahputra tak sempat 12
Wawancara dengan Ny. Suhaime pada tanggal 27 Juli 2008. Wawancara dengan Yenni pada tanggal 3 Agustus 2008. 14 Wawancara dengan bapak Drs. Hasanuddin pada tanggal 29 Juni 2008. 13
6
meneruskan SMA nya, karena pihak sekolah tidak menerimanya lagi sebagai siswa mereka, tetapi untunglah pada tahun 2008 ini dia mengikuti ujian paket C yang diadakan Dinas Pendidikan Kota Medan”.15 Dari penuturan ketiga orangtua ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa mereka para orangtua pada mulanya sama sekali tidak mengetahui bahwa anak mereka telah mengkonsumsi Narkoba. Mereka mengetahuinya setelah melewati waktu yang cukup lama atau kadaan si anak sudah menjadi ketagihan. Tambahnya lagi, para orangtua ini mengetahui anak mereka menyalahgunakan Narkoba adalah atas informasi dari orang lain seperti tetangga, guru sekolah dan bahkan aparat pemerintah/kepolisian. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari hasil temuan penelitian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut; a. Terjerumusnya Johan ke Narkoba adalah akibat kurangnya pengawasan orangtua, lingkungan yang sudah rusak dan mudahnya mendapatkan barang haram tersebut. Pendidikan agama Islam yang merupakan benteng bagi setiap Muslim dalam hidup dan kehidupannya dirasakan sangat kurang, lebih-lebih sebelum kecanduan Narkoba. Tetapi setelah kecanduan apalagi meninggal dunia, suasana keberagamaan sangat baik dan membanggakan. Goyah dan bangkrutnya ekonomi keluarga pak Brahmana Sembiring disebabkan ulah anaknya Johan yang sering mencuri untuk memenuhi kebutuhannya terhadap Narkoba, begitu juga pertengkaran yang terjadi di tengah keluarga bermula dari keterlibatan anaknya mengkonsumsi Narkoba. b. Terjerumusnya Ikar kepada Narkoba adalah akibat keadaan rumah tangganya yang broken home. Ayahnya sering bertengkar di rumah dan hobi main judi, membuat anakanaknya merasa tidak aman, dan masing-masing mengambil jalan sendiri-sendiri. Kepandaiannya membaca Alquran dan rajinnya shalat ke Mesjid pada waktu kecilnya tidak dapat menghalanginya karena iman belum tertancap di dalam hatinya, pengamalannya baru sekedar ikut-ikutan belaka. Kelihatannya pak Durahmat Pagan kurang serius terhadap pendidikan anak-anaknya, mengingat anaknya yang tertua sampai anak ketiga, hanya lulusan Sekolah Dasar. Memperhatikan keadaan ekonomi keluarga pak Pagan yang hanya pas-pasan, sebenarnya tidak menyurutkan hati Ikar untuk mendapatkan uang, jalan yang ditempuhnya melalui pinjaman ke tetangga dengan dalih “disuruh ibunya”. c. Terjerumusnya Edy Syahputra kepada Narkoba adalah akibat bergaul dengan teman sebaya yang sudah menjadi pemakai, diperburuk oleh kurangnya pengawasan orangtua, disamping obsesinya yang bermaksud membantu ibunya untuk meringankan beban ibunya (jadi pengedar ganja) walau sekedar menutuoi kebutuhan dan mendapatkan uang jajan. Walau saat ini Edy belum sembuh sementara uang telah jutaan yang sudah habis, dia masih ada harapan untuk sembuh, apalagi sudah mengantongi ijazah SLTA. d. Sebelum salah seorang keluarga tersebut menjadi korban Narkoba, keadaan ekonomi mereka berjalan normal dan mencukupi, begitu juga hubungan sosial dengan tetangga 15
Wawancara dengan Ny. Darmawati Daulay pada tanggal 20 Juli 2008.
7
dan masyarakat berjalan baik; tetapi setelah menjadi korban, ekonomi mereka menjadi bangkrut dan hubungan sosial dengan tetangga maupun masyarakat menjadi tidak baik. 2. Saran-saran Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut; a. Agar para orangtua lebih meningkatkan pegawasan terhadap anak-anaknya yang sudah menginjak remaja untuk tidak merokok dan mencoba-coba Narkoba. b. Agar para orangtua bekerjasama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda sama-sama bertindak tegas apabila mengetahui ada pengedar atau bandar yang beraksi di wilayah mereka. c. Agar bagi remaja yang ketahuan mengkonsumsi Narkoba, para tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda segera untuk menasihatinya dan berusaha mengobatinya.
DAFTAR BACAAN Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, cet. 9, 1993. Bachtiar, Da‘i. Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Narkotika Nasional (Kalakhar BKNN), Makalah “Peranan Olahraga dalam Mencegah dan Menanggulangi Bahaya Madat” Jakarta, 2001. Bailey, Kenneth D. Methods of Social Research. London: Collier Macmillan Publishers, 1982. Bimantoro, dalam kata sambutan penerbitan buku. Penanggulangan Bahaya Narkoba. Jakarta: Dit Bimas Polri, 2001. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Katakan Tidak pada Narkoba. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2001. Hawari, Dadang. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Jasa, 1997. __________, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: FKUI, 2001. __________, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain), Jakarta: UI Press, 1999. __________, Do’a dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
8
Marzuki, Metodologi Riset. Yogyakarta: Prasetia Widia Pratama, cet. 8, 2001. MF.,Wisma Ibrahim Tobat Sambil Berobat, Opini Ummat, Edisi 2/th. I, 9-25 April 2001. Musthofa, Sanusi, H. Ahmad. Problem Narkotika – Psikotropika dan HIV-AIDS. Jakarta: Zikrul Hakim, 2002. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, cet. IV, jilid I, 1079. Poyk, Fanny Jonathans. Narkoba Sayonara Sebuah Kesaksian. Jakarta: Erlangga, 2007. Ruslan, dkk., Katakan Tidak ! Untuk Narkoba. Yogyakarta: Bio Pustaka, 2008. Siti Zubaidah, “Peran Agama dalam Terapi dan Rehabilitasi Korban Narkoba di Pondok Pesantren Modern Darul Ichsan Bogor”, Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Sudiro, H. Masruhi. Islam Melawan Narkoba. Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2000. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, cet. IV, 1995. Tj.A., Sutomo. dalam kata pengantar buku : Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba. Jakarta: Dit Bimmas Polri, 2001. Yacub, H. M. Wanita, Pendidikan dan Keluaarga Sakinah. Medan: Jabal Rahmat, 1996. Yanni L., Dwi. Narkoba Pencegahan dan Penanggulangannya. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
9