EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS: PERUMNAS SIMALINGKAR
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS: PERUMNAS SIMALINGKAR
Suhadianto, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota
Abstract. This research entitle Evaluation Housing Society have Low Production case study Housing in Simalingkar with amount of resident 32.479 is, wide region 268 Ha and have 7.000 house unit Sub-District Mango District Field Tuntungan. In this Research problems limited by 2 matter about determinant criterion housing Simalingkar and facility which provided by PERUMNAS as simple house organizer and to this problems also becoming the target of this research Method which used in this research to use survey technique, its appliance intervieuw, observation, questionare having the character of open and closed also in this research use research library, documentation study and institutions and appropriate satisfaction. From result of data analysis can be concluded : That house development with type 36, 45, 54 and also its facility aim to to give service quality of life created. Facility enough especially green band and air-gap. From 100 accurate responder feel balmy and 85 responder feel to wish to linger on while 15 responder wish to move. Congestion happened because: Type 36 / 96 developing building become type 60 with rest of land;ground 36m2. Type 45/120 developed to become Type 90 with rest of land;ground 30m2 while Type 54/153 developed to become Type 100 with rest of land;ground 53m2. Becoming pursuant to priority analysis satisfaction dweller, dweller responder majority make a change building form for the satisfaction of dwelling, although standard with inappropriate realization but dweller feel balmy live in Perumnas Simalingkar. Keywords: Housing, Evaluation,, Expand
1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman dalam sejarah perkembangannya dengan semua fenomena sosial–ekonomi yang terjadi didalamnya merupakan dan selalu menjadi permasalahan yang tiada habisnya yang menuntut sebuah usaha penyelesaian yang serius karena permasalahan perumahan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat khususnya dari golongan menengah kebawah. Di Indonesia, khususnya kota Medan permasalahan
perumahan yang terutama adalah belum terpenuhinya kebutuhan jumlah unit rumah itu sendiri. Upaya–upaya pengadaan rumah telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun oleh swadaya masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam upaya pengadaan perumahan adalah melalui program PERUMNAS (Perumahan Nasional) yang ditujukan bagi pengadaan perumahan terhadap golongan masyarakat golongan menengah kebawah karena
35
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
memang masyarakat yang berasal golongan inilah yang paling merasakan akibat dari permasalahan – permasalahan perumahan yang terjadi sekarang. Tujuan utama program PERUMNAS adalah menyediakan perumahan murah yang terjangkau oleh masyarakat golongan menengah kebawah secara ekonomi dengan kualitas hunian yang relatif baik. Perumahan PERUMNAS dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang tidak sesuai lagi dengan rencana awal disaat perkembangannya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain : 1. Peningkatan jumlah penghuni yang menyebabkan adanya penambahan ruang karena ruang yang tersedia sudah tidak mampu lagi mengakomodasikan kebutuhan penghuni. 2. Peningkatan taraf ekonomi penghuni, hal ini menyebabkan bertambahnya kebutuhan yang berhubungan pula dengan bertambahnya kebutuhan akan ruang. 3. Pengelolaan dan perawatan yang tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan banyak sarana dan prasarana yang tidak berfungsi dengan baik. 4. Harus diakui program PERUMNAS ini sangat spontan dan reaksioner sehingga pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan fisik yang terjadi adalah pendekatan sosial – ekonomi – budaya masyarakat sering terlupakan yang menyebabkan tidak terpecahkannya permasalahan – permasalahan sosial – ekonomi – budaya masyarakat.
kita jumpai dikawasan ini. Perumahan Simalingkar telah banyak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan rencana awalnya. Dengan semua permasalahan yang ada dan pengamatan awal yang dilakukan, disinyalir/diduga pada kawasan perumahan ini telah terjadi pergeseran – pergeseran kualitatif maupun kuantitatif dalam lingkungan huniannya yang akhirnya berpengaruh kepada kualitas huniannya. 1.2. Rumusan Masalah Dalam Rumusan Permasalahan ini menguraikan: a. Kriteria apa saja yang menentukan kepuasan penghuni pada Perumahan Simalingkar b. Fasilitas apa saja yang disediakan oleh pihak PERUMNAS selaku pengelola Rumah Sederhana. 1.3. Lingkup Penelitian Penelitian ini akan lebih memfokuskan permasalahan pada usaha-usaha mencari kriteria kepuasan penghuni terhadap aspek fisik bangunan dan lingkungan perumahan dan permukiman, pada perumahan kelompok masyarakat berpendapatan menengah kebawah. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria kepuasan penghuni rumah sederhana yang disediakan Pemerintah bagi mayarakat menengah kebawah khususnya di Perumnas Simalingkar.
Permasalahan – permasalahan yang terjadi telah menyebabkan tidak terciptanya sebuah lingkungan yang mempunyai kualitas hunian yang tidak baik dan seterusnya kualitas hunian yang tidak baik telah menciptakan permasalahan – permasalahan perumahan yang tidak kunjung selesai, begitulah terjadi hubungan timbal balik, sebab – akibat diantara keduanya. Mungkin usaha – usaha yang telah ditempuh sudah berada pada jalur yang tepat dalam penyelesaian permasalahan secara kuantitatif tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah permasalahan kualitatif sudah terpecahkan?, seperti permasalahan kualitas hunian. Perumahan Simalingkar adalah salah satu PERUMNAS yang ada di kota Medan. Permasalahan – permasalahan perumahan juga 36
Gambar 1.1 : Peta Perumnas Simalingkar Sumber: Kecamatan Dalam Angka Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
2. Tinjauan Teori 2.1. Pengertian Rumah Rumah adalah hasil ulah tangan dan akal manusia. Dia dirakit dan disusun dengan segenap kesadaran dan keyakinan bahwa di rumah ini (sebagian dari) hidup dan kehidupan manusia penghuni digantungkan padanya. Bila rumah ambruk penghuni bisa binasa, bila rumah terbakar atau tiris penghuninya bisa sengsara. Menurut Norman Crowe (1997), dalam mengenali rumah sebagai intergral dengan konsep tempat tinggal, khususnya sebagaimana yang tercemin dalam pengertian bahasanya, maka pengertian kita yang lebih luas tentang tempat dimana kita tinggal selalu meletakkan rumah itu pada pusatnya. Suatu definisi modern tentang “rumah” adalah suatu “ tempat tinggal pribadi”. Dalam suatu pengertian/arti, rumah menjadi perwujudan pusat tempat dimana kita tinggal--plot tanah/ground kita, atau ladang kita, daerah kita , atau “dunia”. Rumah sering dilihat sebagai pusat dari domain kita tak perduli bagaimanapun besarnya domain itu. Tepat ketika rumah itu ada pada bagian tengah dari suatu domain yang lebih besar, pada bagian tengah rumah itu terletak perapian. Perapian itu telah secara tradisional menjadi fokus simbolis dan fokus nyata kehidupan orang-orang yang tinggal disana. Dan itu juga tercermin dalam bahasa : misalnya, kata bahasa laten untuk perapian adalah “fokus”. Gaston Bachelard menggambarkan/merefleksikan suatu fakta umum bahwa rumah-rumah dalam pengalaman kita mempengaruhi cara kita memahami seluruh dunia : “karena rumah kita adalah sudut dunia kita”. Sebagaimana yang telah sering dikatakan, rumah itu adalah alam/jagad pertama kita, suatu kosmos nyata dalam setiap pengertian/artian dari kata itu”. Gaston Bachelard mengingatkan kepada kita bahwa rumah adalah dunia pertama manusia. 2.2. Pemahaman Kontekstual Perumahan bukan merupakan tempat perlindungan atau hanya fasilitas tempat tinggal semata, tetapi terdiri dari sejumlah fasilitas, pelayanan dan utilitas yang menghubungkan individu dengan keluarganya untuk berkumpul dan bermasyarakat pada daerah yang tumbuh dan berkembang. Untuk itu keterlibatan calon penghuni dalam pengadaan perumahan dan
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
permukiman perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Keterlibatan ini terungkap dalam teori John. F. C. Turner (1979), yaitu: Ketika calon penghuni (penghuni) dilibatkan dalam keputusan besar dan bebas membuat masukan kedalam design, konstruksi atau pengelolaan pada proses pembuatan rumah sekaligus lingkungan, hasilnya akan mendorong seseorang menjadi sejahtera. Kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam rumah, masih dapat diterima jika mereka diberi tanggung jawab. Dalam hal proses pengadaan secara umum pengadaan perumahan dapat dibedakan menjadi tiga pola yaitu: 1. Perumahan yang dibangun oleh swasta; bermutu baik, mahal, dan diperuntukkan bagi penduduk yang berpenghasilan menengah ke atas. 2. Pengadaan perumahan yang pengadaannya untuk dipakai sendiri baik pribadi maupun oleh sebuah badan. Termasuk dalam pola ini adalah pengadaan rumah oleh pemerintah atau swasta. 3. Pengadaan perumahan yang jumlahnya besar dan lokasinya menyebar luas, yaitu kampung. Perumahan ini umumnya dibangun oleh penghu-ninya sendiri, tanpa bantuan pemerintah dan selalu berubah menye-suaikan kesempatan dan keadaan. 2.3. Pengertian Perumahan dan Permukiman Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mempunyai kedudukan strategis dalam pembentukan watak dan kepribadian bangsa. Keterbatasan berprilaku dan berkegiatan dalam rumah ini perlu dilakukan agar dicapai keteraturan, kenyamanan dan keamanan didalam rumah. Aturan ini seringkali karena alasan kultur/budaya berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Perumahan juga tempat untuk menyelenggarakan kegiatan masyarakat dalam lingkup terbatas. Dalam pengertian tersebut, terkandung pengertian sebagai berikut : 1. Terdiri dari kelompok rumah – rumah dengan fungsi dan batasan.
37
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
2. Harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana, yang memungkinkan berlangsungnya : a. Kehidupan bermasyarakat antar keluarga yang menempati rumah – rumah di dalam lingkungan hunian tersebut. b. Pergerakan barang , orang dan jasa antar rumah dalam lingkungan dan dari dalam lingkungan perumahan kelingkungan lain di luarnya. 3. Lingkungan terdiri dari : a. Lingkungan yang dihuni untuk dipergunakan secara : • Privat (pribadi) yaitu rumah dan ruang – ruang di dalamnya. • Bersama, seperti toko, kios, balai pertemuan, sekolah dan lain – lain. b. Lingkungan yang tiak dihuni untuk dipergunakan secara : • Privat (pribadi) yaitu pekarangan, kebun dan lain – lain. • Bersama, seperti taman lingkungan, pasar lokal dan lain – lain. 4. Prasarana dan sarana termaksud meliputi : a. Prasarana lingkungan berupa kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. b. Sarana lingkungan berupa fasilitas panjang yang meliputi aspek ekonomi, sosial dan budaya : antara lain bangunan perniagaan atau perbelanjaan yang tidak mencerminkan lingkungan, bangunan pelayanan umum dan pemerintahan, pendidikan, taman / ruang terbuka yang berfungsi untuk pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. c. Utilitas umum berupa sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan. 5. Prasarana dan sarana pada lingkungan perumahan tersebut dibatasi jenis dan jangkauannya dan kelengkapan dasar pelayanan umum berskala lingkungan yang bersifat : a. Tidak merusak atau menimbulkan pencemaran pada lingkungan perumahan yang ada. b. Memungkinkan tetap terpeliharanya fungsi utama sebagai lingkungan hunian (tempat tinggal). c. Tidak terganggu aktivitas yang bersifat lintas kawasan.
38
6. Dibatasi jumlah penghuni, jenis fasilitas pelayanan umum dan jangkauan kegiatan dan pergerakannya agar : a. Terjadi hubungan sosial – ekonomi yang optimal antar warga.. b. Tercapai efektifitas dan efisien penyediaan pelayanan administrasi pemerintahan dan pelayanan umum lainnya, bentuk riilnya antara lain dibentuknya kelembagaan pelayanan swadaya seperti RT / RW dan lain – lain. c. Terpeliharanya dari berbagai kegiatan yang dapat mengganggu fungsi utamanya sebagai lingkungan hunian. 7. Pengertian bermasyarakat dalam lingkungan terbatas, adalah kegiatan yang mendukung dan tidak mengganggu fungsi utama hunian, untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. 3. Kawasan Kajian 3.1. Pemilihan Lokasi Kawasan Kajian Untuk mendapatkan pemilihan lokasi penelitian diambil beberapa kriteria yang sesuai dengan beberapa penilaian diantara 3 Perumnas yang telah dibangun Pemerintah untuk kota Medan. Kriteria pemilihan lokasi antara lain : 1. Type rumah hunian variatip dari yang paling sederhana type 18 sampai type yang paling layak huni type > dari type 70 2. Tata letak geografi dari CBD mudah dijangkau angkutan dan tidak lebih dari 15 km. 3. Luas Lost space > 30% dari luas lahan. 4. Kepadatan Pendudukan dengan luas ideal 40– 50 unit/Ha 5. Countor tanah relatip berbukit 6. Iklim relatip sejuk 7. Sosial Ekonomi masyarakat menengah kebawah 8. Etnis yang menghuni kawasan Heterogen
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
3.2.
Deskripsi Kawasan
Gambar: 3.1. Peta Kota Medan dan Letak Perumnas Simalingkar Sumber: Pemerintah Kota Medan Perumnas Simalingkar terletak di Kecamatan Medan Tuntungan dan wilayah perumnas terbagi ke dalam beberapa kelurahan diantaranya Kelurahan Mangga dan desa Simalingkar Perumnas Simalingkar didirikan pada tahun 1980 Dengan melewati masa pembanguna mulai dari tahun 1984 sampai tahun 1990 Jumlah unit rumah yang terbangun hingga saat ini berjumlah 8.178 unit Dan terdiri dari 8 blok hunian. Pada Perumnas SImalingkar dibangun beberapa tipe rumah diantaranya tipe17, tipe21, tipe36, type 45, type 54 dan 70. Luas lahan keseluruhan dari kawasan Perumnas Simalingkar seluas ± 286 ha. 3.3. Sekilas Tentang Perum Perumnas Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974, yang kemudian penyempurnaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perusahaan Ummum Pembangunan Perumahan Nasional. Maksud dan tujuan didirikannya Perum Perumnas adalah untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa kegiatan-kegiatan
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
produktif di bidang pelaksanaan pembangunan perumahan rakyat beserta sarana dan prasarananya serta melakukan pemupukan dana. Dengan tujuan melaksanakan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang pembangunan perumahan rakyat beserta sarana dan prasarananya yang mampu mewujudkan lingkungan permukiman sesuai dengan rencana pembangunan wilayah atau kota. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Perum Perumnas menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut : 1. Menyiapkan perencanaan proyek-proyek pembangunan perumahan rakyat dalam arti luas dan prasarana lingkungan 2. Mengusahakan pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 3. Menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan perumahan rakyat dan prasarana lingkungan yang mencakup penguasaan dan pematangan tanah, pembangunan perumahan, pembangunan prasarana lingkungan, perbaikan lingkungan dan kegiatan-kegiatan lainnya. 4. Mengelola tanah-tanah yang dikuasai dengan kewenangan untuk : Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah, Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan usaha, Menyerahkan bagianbagian dari tanah berikut rumah/bangunannyadan atau memindah tangankan (menjual) tanah yang sudah dimatangkan kepada pihak ketiga. 5. Melaksanakan dan mengusahakan unit-unit produksi bahan bangunan dan usaha penunjang lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas pokok perusahaan dan melakukan hubungan kerja serta hal-hal lainnya. Dikota Medan pemerintah melalui Perum Perumnas pada tahun 1979/1980 telah membangun 10.000 unit rumah sederhana di Medan Timur (perumnas Mandala) dan di Medan Barat (perumnas Helvetia) sebanyak 4.837 unit. Tahun 1981 dibangun 7.000 unit rumah sederhana di Medan Selatan (Perumnas Simalingkar) dan tahun 1985 dibangun rumah susun murah sebanyak 500 unit di lokasi Medan Sukaramai. Pada tahun 1993 dibangun rumah sederhana dan sangat sederhana (perumnas Martubung) yang meliputi Perumahan Pesona
39
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
Laguna I dan II yang sampai sekarang pembangunannya masih berlangsung dan telah selesai sebanyak 3.000 unit dari 12.000 unit rumah yang direncanakan secara bertahap. Kemudian diikuti dengan pembangunan Laguna Indah Permai I dan II.
adalah lahan masyarakat dan lahan perbukitan serta perkebunan. Perumnas Simalingkar terbagi dalam 8 blok hunian, dimana seluruh blok terdapat di wilayah Kelurahan Mangga. Adapun rincian penyebaran hunian/ rumah berdasarkan lingkungan dan blok dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 3.5.
Penyebaran Perumahan Pada Blok A
Gambar3.2. Peta Kawasan Perumnas Simalingkar Sumber: PDAM Tirtanadi Prop.Sumatera Utara
3.4. Sekilas Tentang Perumnas Simalingkar Kawasan Perumnas Simalingkar dibangun pada tahun 1981, perumahan ini secara administratif terletak pada Kecamatan Medan Tuntungan yang termasuk pada Wilayah Medan Selatan dan berada pada 2 wilayah kelurahan sekaligus yaitu Kelurahan Mangga dan Desa Simalingkar. Perumahan ini terdiri dari 7.000 unit rumah sederhana yang menempati lahan seluas ± 286 Ha, di dalam kawasan perumahan ini pada awalnya terdapat tipe unit rumah yaitu : 17,36,45,54,70, Pada awalnya kawasan perumahan ini dibangun dengan target pasar terutama masyarakat dengan pekerjaan antara lain : PNS, TNI/POLRI, Karyawan BUMN, Karyawan Swasta dan lain sebagainya. Lahan perumahan ini pada awalnya
40
Gambar 3.3. : Peta Blok A Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok A 875 unit, terdiri dari 3 lingkungan yaitu : lingkungan IV, lingkungan V, dan lingkungan VII
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
Penyebaran Perumahan Blok B Penyebaran Perumahan Blok D
Gambar 3.4.: Peta Blok B Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok B 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan VIII, dan lingkungan X
Gambar 3.6.: Peta Blok D Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok D 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan XIX, dan lingkungan XX Penyebaran Perumahan Blok E
Penyebaran Perumahan Blok C
Gambar 35. : Peta Blok C Perumnas Simalingkar Sumber : Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Gambar 3.7: Peta Blok E Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok E 478 unit, terdiri dari 1 lingkungan yaitu : lingkungan XXI
Jumlah Hunian pada Blok C 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan XV, dan lingkungan XVII
41
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
Penyebaran Perumahan Blok F
Gambar 3.8 : Peta Blok F Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok F 563 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan XXI, dan lingkungan XXII
Penyebaran Perumahan Blok H
Gambar 3.10: Peta Blok H Perumnas Simalingkar Sumber : Divisi Perencanaan PDAM Prop. Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok H 579 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan XXIII
Penyebaran Perumahan Blok G 4. Analisa Dan Kompilasi Data 4.1. Analisa Data Dari data yang disebar terhadap responden di Perumnas Simalingkar tempat penelitian dilakukan dapat dilihat analisa data tertera di bawah ini : Tabel 4.1. Kelompok Etnis Kelompok Jumlah Etnik Sumatera Utara 70 Luar Sumatera 25 Utara ain-lain 5 Sumber : Data Primer Yang Diolah
Gambar 3.9 Peta Blok G Perumnas Simalingkar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Prop.Sumatera Utara
Jumlah Hunian pada Blok G 623 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu : lingkungan XXII, dan lingkungan XXIII
42
Prosentase 70% 25% 5%
Dari hasil survei 100 respondensi, responden di Perumahan Simalingkar 70% berasal dari Sumatera Utara 70% dari luar Sumatera Utara (25%) sedangkan (5%) berasal dari lain-lain yakni masyarakat Cina, Tamil, Arab dan Pakistan. Kehadiran sebagian besar penghuni dari Etnis Sumatera Utara sebanyak 70% dapat dikategorikan sesuatu yang wajar, mengingat
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
daerah kajian terletak pada daerah yang banyak dihuni oleh etnis Batak Karo,Batak Tapanuli dan Mandailing. Tabel 4.2. Agama Agama Islam Protestan Katolik Budha
Jumlah 68 15 10 5
Prosentase 68% 15% 10% 5%
Hindu
2
2%
Sumber: Data Primer Diolah
Dilihat dari kelompok Agama, responden di Perumahan Simalingkar yang beragama Islam menduduki urutan pertama (68%), kemudian Protestan (15%), disusul Katolik (10%) dan Budha & Hindu (7%).
Tabel 4.4. Status Penghuni Status Jumlah Pemilik 75 Penyewa 10 Menumpang 8 Kost 7 Sumber : Data Primer Diolah
Prosentase 75% 10% 8% 7%
Untuk status Penghuni rumah dapat dilihat (75%) pemilik rumah langsung, (10%) Penyewa, menumpang yang umumnya berasal dari keluarga yang tinggal dikampung lain sebanyak (8%) sedangkan penghuni status kost menempuh pendidikan dikota Medan atau bekerja (7%).
Mayoritas Agama Islam (68%) di Perumahan Simalingkar, hal ini mengingat jumlah reesponden yang dibagikan secara acak sebanyak 68 orang beragama Islam.
Dari kemampuan penghuni (75%) pemilik rumah langsung, hal ini dapat dilihat kemampuan memiliki rumah dari penghasilan penghuni rumah (62%) pada tabel 5.8. yang berpenghasilan lebih dari satu juta rupiah. Sehingga punya kemampuan untuk dapat memiliki rumah.
Tabel 4.3. Jumlah Penghuni Keluarga
Tabel 4.5 Lama Menguni Rumah
Penghuni Jumlah Keluarga <3 5 3 24 4 35 5 20 6 12 >6 4 Sumber : Data Primer Yang Diolah
Prosentase 5% 24% 35% 20% 12% 4%
Dari 100 responden wawancara yang dilakukan terhadap penghuni rumah (35%) menghuni 4 orang tiap rumah, urutan kedua (24%) menempati rumah 3 orang menempati 1 rumah untuk 6 orang (12%), lebih dari 6 orang (4%), sedangkan yang menghuni kurang dari 3 orang sebanyak (5%). Tingkat hunian tertinggi sebanyak (35%), hal ini mengingat rata – rata jumlah keluarga dengan anak dua sesuai dengan program pemerintah dalam mengatasi lomjakan jumlah penduduk dalam program KB.
Lama Menghuni <1 tahun 1 – 5 tahun 5 – 10 tahun >10 Tahun
Jumlah
Prosentase
11 18 12 59
11% 18% 12% 59%
Sumber : Data Primer yang Diolah Sebanyak 100 responden wawancara yang dilakukan terhadap penghuni rumah, untuk status Lama Menghuni rumah rumah dapat dilihat (59%) pemilik rumah tinggal lebih dari 10 tahun, (59%) sedangkan penghuni yang tinggal 5-10 tahun (12%), yang tinggal 1-5 tahun (18%) kurang dari 1 tahun (11%) Dilihat dari lamanya menghuni penghuni rumah (59%) lebih dari sepuluh tahun telah menghuni rumah, hal ini dapat dilihat pembangunan perumahan perumnas simalingkar sejak awal pembangunan sudah dimulai dihuni. Kurang dari 5 tahun sebanyak (18%) dan (11%) kebanyakan penghuni kategori ini adalah orang yang menghuni rumah secara kontrakan (menyewa).
43
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
Tabel 4.6. Jenis Bangunan Berdasarkan Jumlah Lantai Jenis Jumlah Lantai 1 85 Lantai 2 10 Lantai 3 5 Sumber: Data Primer yang Diolah
Prosentase 85% 10% 5%
Dari Jenis bangunan dengan jumlah lantai, dapat dilihat (85%) lantai 1 telah direhab secara Horizontal atau masih bangunan asli, lantai 2 (10%) kebanyakan dari rehab yang dilakukan secara Vertikal, sedangkan lantai 3 (5%), ratarata ruko yang terdapat pada bangunan asli. Dilihat dari pengembangan rumah secara horizontal, masyarakat penghuni kebanyakan (85%) punya dana rehabilitasi secara bertahap dengan sistem rumah tumbuh yang tidak membutuhkan konstruksi berat misalnya bangunan berlantai tinggi. Tabel 4.7. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga Jenis Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Karyawan Swasta Wiraswasta
Jumlah
Prosentase
33
33%
45
45%
15
15%
Lain-lain
7
7%
Sumber: Data Primer yang Diolah
Untuk survei pekerjaan Kepala Keluarga penghuni terdapat (45%) karyawan Swasta, (33%) bekerja sebagai Pegawai Negri, Wiraswasta (15%) sedangkan lain-lain pedagang atau Petani (7%) Hasil survei ini menunjukkan minat terhadap hunian di perumnas simalingkar dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan quisioner didominasi oleh karyawan swasta. Tabel 4.8. Pendapatan Kepala Keluarga Pendapatan Perbulan Rp. 500.000 – Rp 1 juta Rp. 1 juta – Rp. 1,5 juta > 1,5 juta
Jumlah
Prosentase
23
23%
62
62%
15
15%
Sumber : Data Primer yang Diolah Kemampuan membayar dari penghuni pemilik rumah dimungkinkan dari penghasilan perbulan hal ini dapat dilihat dari Pendapatan Keluarga,
44
(62%) berpenghasilan 1-1.5 Juta rupiah, (23%) berpenghasilan 500 ribu – 1 juta rupiah, sedangkan (15%) berpenhasilan diatas 1,5 Juta Rupiah,-. Tabel 4.9. Perubahan Fisik dari Bangunan Awal Perubahan Jumlah Ya 84 Tidak 9 Tidak Tahu 7 Sumber : Data Primer yang Diolah
Prosentase 84% 9% 7%
Dari wawancara terhadap responden diketahui bahwa terdapat (7%) penghuni tidak mengetahui bahwa rumah hunian sudah terjadi perubahan fisik, namun (84%) rata-rata mengetahui telah terjadi perubahan, sebab memang telah dilakukan perubahan secara fisik, sedangkan (9%) belum melakukan perubahan, masih tetap pada kondisi rumah asli. Hal ini dapat diketahui mengingat rata–rata penghuni rumah telah menempati rumah tersebut selama lebih dari sepuluh tahun lihat tabel 5.5. (59%). Tabel 4.10. Keterlibatan Profesional dalam Perubahan Rumah Keterlibatan Ya Tidak
Jumlah 80 20
Prosentase 80% 20%
Sumber : Data Primer Diolah
Walaupun penghasilan rata – rata penghuni (62%) Rp. 1 – Rp.1,5 juta namun cara berpikir dan wawasan penghuni cukup luas hal ini dapat dilihat terhadap perubahan fisik bangunan, (80%) penghuni rumah menggunakan jasa profisional untuk mendapatkan desain rumah yang sesuai dengan kemajuan zaman, sedangkan (20%) melaksanakan perubahan fisik bangunan dengan cara amatiran, dilaksanakan dengan menggunakan jasa tukang atau dilakukan secara kekeluargaan. Tabel 4.11. Arah Pengembangan Arah Jumlah Pengembangan Horisontal 79 Vertikal 10 Horisontal dan 11 Vertikal Sumber: Data Primer yang Diolah
Prosentase 79% 10% 11%
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
Bila dilihat terhadap perubahan fisik bangunan, penghuni rumah melakukan perubahan bangunan kearah Horizontal (79%) perubahan kearah Vertikal (10%) sedangkan (11%) melaksanakan perubahan fisik bangunan kearah keduanya. Lihat tabel. Dan analisisnya. Tabel 4.12. Keinginan Penghuni Untuk Pindah Keinginan Jumlah untuk Pindah Ya 15 Tidak 85 Sumber: Data Primer Diolah
Prosentase
keluarga, kemampuan ekonomi membaik (25%), buka tempat usaha (10%). Dari rata – rata responden terhadap perubahan bentuk bangunan ternyata (65%) dilakukan perubahan bangunan adanya pertambahan keluarga sehingga bangunan yang ada terasa sempit sebab kamar terbatas maka dipilih alternatif dengan menambah ruangan, perubahan dari bangunan asli.
15% 85%
Ternyata tinggal di Perumnas Simalingkar cukup menyenangkan, hal ini dapat dilihat (85%) penghuni tidak punya keinginan untuk pindah tempat tinggal, sedangkan (15%) punya keinginan untuk pindah rumah. Tabel 4.13. Batas Rumah Jenis Batas
Depan
Belakang
Samping Kiri
Samping Kanan
Tembok
-
22
42
27
Pagar Permanen
95
1
10
12
Pagar Semi Permanen
5
-
-
-
Dinding Rumah
-
72
65
78
Tumbuhan
5
-
-
-
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Batas rumah dapat dilihat sebanyak 78 responden mengatakan bahwa batas rumah adalah dinding rumah yang berfungsi sebagai batas dan dinding belakang, samping dan belakang, batas depan berupa jalan dengan pembatas pagar permanen, sedikit dengan batas pagar semi permanen 5 responden. Tabel 4.14. Penyebab Perubahan Penyebab Jumlah Kemampuan Ekonomi 25 Membaik Pertambahan Anggota 65 Keluarga Buka Tempat Usaha 10 Sumber: Data Primer Diolah
Prosentase 25% 65% 10%
Penyebab perubahan bentuk bangunan dari bangunan asli (65%) responden menyatakan bahwa perubahan dilakukan adnya pertambahan
4.2. Keriteria Kepuasan Penghuni Tabel 4.15. Jenis Bangunan Berdasarkan Jumlah Lantai Jenis Jumlah Lantai 1 85 Lantai 2 10 Lantai 3 5 Sumber: Data Primer yang Diolah
Prosentase 85% 10% 5%
Dari Jenis bangunan dengan jumlah lantai, dapat dilihat (85%) lantai 1 telah direhab secara Horizontal atau masih bangunan asli, lantai 2 (10%) kebanyakan dari rehab yang dilakukan secara Vertikal, sedangkan lantai 3 (5%), ratarata ruko yang terdapat pada bangunan asli. 4.3. Kompilasi Data Dari data yang disebar terhadap responden di Perumnas Simalingkar tempat penelitian dilakukan dapat dilihat kompilasi data tertera di bawah ini : Tabel. 4.17. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) No
Tipe
Koefisien Dasar Bangunan
Persentase
1
36/96
0,375
37,5
2
45/120
0,375
37,5
3 54/153 0,375 Sumber: Data Primer yang Diolah
37,5
Dari data yang disebar terhadap 100 responden (35%) type 36/96 mengembangkan bangunan hingga menjadi type 60 dengan sisa tanah 36m2 KDB terhadap luas bangunan rata – rata berkembang menjadi (37,5%). Type 45/120 dikembangkan menjadi type 90 dengan sisa tanah 30m2 KDB terhadap luas bangunan rata – rata berkembang menjadi (37,5%). sedangkan untuk type 54/153 dikembangkan menjadi type 100 dengan sisa tanah 53m2 KDB terhadap luas 45
Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 35-47
bangunan rata – rata berkembang menjadi (37,5%). Tabel 4.18. Pengembangan Luas Ruang No
Tipe
Denah Awal
Denah Pengem bangan
1
36/96
36
60
2
45/120
45
90
3 54/153 54 100 Sumber: Data Primer yang Diolah
Ket
Tabel 4.22. Kepuasan Penghuni No
Uraian
Populasi
Keterangan
Horizontal Horizontal
1
Penambahan Ruang
25%
Puas
Horizontal
2
Ekonomi
24%
Puas
3
Iklim
26%
Puas
4
Lingkungan Alam
25%
Puas
Dari 100 responden wawancara yang dilakukan terhadap penghuni rumah (35%) menghuni 4 orang tiap rumah, dengan type 45 dengan pengembangan menjadi type 90m2 hal ini rata – rata jumlah hunian keluarga dengan anak empat. Urutan kedua (24%) menempati 1 rumah untuk 6 orang dengan type 54/153 dengan pengembangan rumah menjadi type 100m2 hal ini rata – rata jumlah hunian keluarga dengan anak enam, Pengembangan rumah hunian kearah horizontal Dari fasilitas lingkungan dan fasilias sosial di Perumnas Simalingkar Medan yang tertera dalam tabel diatas Tabel 4.28 dibangun pihak perumnas dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat penghuni agar mutu kehidupan dan penghidupan secara layak dapat tercipta, sehingga dapat dinikmati penghuni rumah yang menimbulkan iklim sehat bagi masyarakatnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata – rata fasilitas yang diberikan pihak perumnas cukup memadai bahkan pada beberapa fasilitas lebih dari cukup misalnya pada jalur hijau dan ruang terbuka. Tabel 4.21. Jarak Dari Rumah ke Fasilitas No
Jarak (m)
Responden
Persen
1
0 – 50
10
10 %
2
50 – 100
30
30 %
3
100 – 200
40
40 %
4 > 200 20 Sumber: Data Primer Diolah
20 %
Penilaian – penilaian terhadap jarak tempuh dari rumah ke fasilitas dapat di gambarkan bahwa jarak terdekat yang dimaksud adalah kenyamanan terhadap penghuni, dimana jarak
46
terjauh dari rumah responden (40 %) 100 – 200 m merupakan jarak yang relatif dekat sehingga, penghuni rumah bila berjalan kaki hanya membutuhkan waktu 10 menit.
Total
100% Sumber: Data Primer yang Diolah
Menurut Laqiuian (1983) yaitu empat dinding yang beratap yang dapat dipergunakan sebagai ruang pribadi adanya kamar mandi serta dapur. Dalam penelitian ini jumlah ruang minimal yang dinilai oleh responden ialah adanya ruang tidur, kamar mandi, wc dan dapur, dari 100 responden menyatakan penambahan ruang (25%) mempunyai penilaian bahwa Dilihat darii 100 responden terhadap kepuasan penghuni sebanyak (25%) menginginkan lingkungan alam antara lain : kesejukan, tanah yang bergelombang, sedangkan ekonomi (24%) merasa puas dengan keadaan ekonomi yang ada saat ini. 5. Kesimpulan Dan Saran 5. 1. Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada BAB terdahulu maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran, dirumuskan : 1. Pada dasarnya pembangunan rumah dengan type 36, 45, dan 54 serta fasilitas lingkungan dan fasilias sosial di Perumnas Simalingkar Medan oleh pihak perumnas dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat penghuni agar kualitas kehidupan dan penghidupan secara layak dapat tercipta. 2. Setelah pengembangan dilakukan penghuni rumah dengan jumlah penghuni yang variatif masih dalam ukuran terbatas dengan aktivitas yang masih memadai penghuni tetap merasa nyaman dan puas.
Universitas Sumatera Utara
EVALUASI PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR
3. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata – rata fasilitas yang diberikan pihak perumnas cukup memadai bahkan pada beberapa fasilitas lebih dari cukup misalnya pada jalur hijau dan ruang terbuka. 4. Sebagian besar penghuni Perumnas Simalingkar merasa nyaman tinggal di Perumnas Simalingkar dan Dapat dilihat dari 100 orang responden penghuni pemilik rumah langsung 75 orang, Penyewa, 10 orang, menumpang 8 orang responden sedangkan 7 orang responden.dengan penghuni status kost, merasa punya keinginan tetap tinggal di Perumnas Simalingkar karena merasa nyaman dengan keadaan saat ini 85 orang responden sedangkan untuk berkeinginan pindah hanya 15 orang.
5.2. Saran Berdasarkan Kesimpulan diatas, peneliti ingin menyumbangkan saran-saran sebagai berikut : 1. Kontrol Pemerintah terhadap bentuk dari pengembangan perumahan Perumnas Simalingkar sangat dibutuhkan agar tidak terjadi pola pengembangan bangunan yang tidak teratur. 2. Perlunya Pemerintah memperhatikan sarana dan prasarana serta sanitasi di Perumahan Simalingkar, mengingat peruntukan sarana dan prasarana perumahan Simalingkar cukup memadai namun masih perlunya perawatan.
Suhadianto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia
Daftar Pustaka Crowe Normah; (1977), Nature and The Idea of a Man Made World Dana, W, Dfefry; (1990), Ciri Perancangan kota Bandung, Gramedia, Jakarta Djajadiningrat Surna, T; (1992), Membangun Tampa Merusak Lingkungan, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta ___________, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan, sumber data BPS, Laporan Rekapitulasi Kecamatan dalam angka Kota Medan ___________, Monografi Kota Medan, BAPPEDA Kota Medan ___________, Medan dalam angka 2001, BPS Kota Medan ___________, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 Turner. F. C, John; (1979), Self, Space and Shelter UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Peraturan Cipta Karya 1982 , Jakarta Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota
47
Universitas Sumatera Utara