PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Oleh KARMILA 077033020/IKM
S
C
N
PA
A
S
K O L A
H
E
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh KARMILA 077033020/IKM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Kekhususan
: : : :
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009 Karmila 077033020 Ilmu Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) Ketua
(Ir. Indra Chahaya, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Tanggal lulus: 15 Juni 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal : 11 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
Anggota
: 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si 2. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK 3. Drs. Eddy Sahrial, M.Kes
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
PERNYATAAN
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juni 2009
KARMILA NIM. 077033020
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Demam berdarah dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti sampai saat ini masih menjadi masalah yang belum dapat ditanggulangi. Di seluruh wilayah Sumatera Utara, kasus demam berdarah bermunculan dan memakan korban yang sangat banyak. Kecamatan Helvetia merupakan daerah endemis demam berdarah dan penyumbang korban yang cukup banyak pada tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pada keluarga dan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dan petugas kesehatan dalam penanggulangan demam berdarah dengue. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan selama Februari-April 2009, dengan subjek penelitian 4 keluarga, seorang petugas pemegang program penanggulangan demam berdarah dan seorang kepala lingkungan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going analysis”. Hasil penelitian menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan mempunyai kontribusi terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga yaitu rumah dan semua yang ada di dalamnya seperti kebersihan kamar mandi, bak mandi dan wadah-wadah penampungan air. Ketersediaan air yang kurang menyebabkan banyaknya wadah-wadah untuk menyimpan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. Faktor penyebab yang lain yaitu sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Mengatasi hal di atas diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam hal ini keluarga secara berkesinambungan sehingga keluarga menjadi lebih proaktif dalam penanggulangan demam berdarah. Kata Kunci: Peran Keluarga, Petugas Kesehatan, Penanggulangan, Demam Berdarah Dengue.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT
Up to now, Dengue Hemorrhage Fever (DHF) spread by the Aedes Aegypthi is still an unresolved problem. In the whole area of Sumatera Utara, the incident of DHF has brought about many cases with a great number of victims. Helvetia Sub-district is a DHF endemic area with a great number of victims in 2006. The purpose of this descriptive study with qualitative approach conducted among the families and health workers in the working area of Helvetia Community Health Center from February to April 2009 is to analyze the roles of family and health workers in preventing prevent the incident of DHF. The respondents of this study consisted of 4 (four) families, an executive staff of DHF prevention program, and a neighborhood head. The data for this study were obtained through observation and in-depth interview. The data obtained were analyzed through an on-going analysis technique. The result of the study shows that many factors which caused the incident of DHF. Household hygiene including the cleanliness of the house itself, its bathroom, its bathtub, and because of the unadequate water supply, the many water containers found in the house that can be the breeding place for the mosquitoes as well as the environmental sanitation that does not meet the sanitation requirement are the factors that contribute to the incident of DHF. To solve the problem mentioned above, it is suggested that health workers provide the community especially the familie living in the area with a continuous extension that the families can be more proactive in preventing the incident of DHF.
Key Words: Role of Family, Health Worker, Prevention, Dengue Hemorrhage Fever.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “Peran Keluarga dan Petugas Puskesmas terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2008”. Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar serta tulus hati membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3.
Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4.
Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK., selaku Dosen Pembanding yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.
5.
Bapak Drs. Eddy Sahrial, M.Kes., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.
6.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.Si., yang telah banyak memberikan dukungan, masukan dan saran dalam pelaksanaan tesis ini.
7.
Bapak Dr. Fikarwin Zuska., yang telah bersedia membagi ilmu kualitatifnya kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
8.
Bapak dr. Edwin, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.
9.
dr. Anjelimery Paulina, selaku Kepala Puskesmas Helvetia, beserta stafnya, yang telah memberikan izin dan keleluasaan bagi penulis dalam melakukan pengumpulan data.
10.
Irforman yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan.
11.
Ibunda (Alm) dan Abah tercinta yang senantiasa memberi semangat dan dukungan serta doa kepada penulis.
12.
Abang tersayang yang memberikan doa, dukungan dan warna yang indah dalam kehidupan penulis.
13.
Adikku yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa kepada penulis.
14.
Seluruh Dosen dan Administrasi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi pengajaran, bimbingan dan arahan selama penulis dalam masa pendidikan.
15.
Teman-teman seangkatan di peminatan Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang selalu memberikan saat-saat berbagi cerita dan penuh tawa. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga semua ini bermanfaat bagi kita.
Penulis
Karmila Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS 1. Nama
: Karmila
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Agama
: Islam
4. Tempat/Tgl lahir
: Rantau, 13 April 1976
5. Alamat
: Jl. Durung Gg. Amal No. 5 Medan
B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD YPDP Pertamina Rantau
Tahun 1982 - 1988
2. SMP Dharma Patra Rantau
Tahun 1989 - 1991
3. SMA Negeri I Kuala Simpang
Tahun 1992 - 1994
4. Akper DepKes RI Medan
Tahun 1995 - 1998
5. DIV Perawat Pendidik USU
Tahun 2000 - 2001
6. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Tahun 2002 - 2005
7. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana USU
Tahun 2007 - 2009
C. RIWAYAT PEKERJAAN 1. Dosen Akademi Kebidanan Nusantara
Tahun 2005 – sekarang
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK................................................................................................... i .... ABSTRACT.................................................................................................. ii ... KATA ii PENGANTAR......................................................................................... i RIWAYAT v HIDUP........................................................................................... DAFTAR v ISI...................................................................................................... i DAFTAR i TABEL............................................................................................... x DAFTAR x GAMBAR........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ i BAB PENDAHULUAN................................................................... 1 1 .... 1.1. Lat 1 Belakang........................................................................ 1.2. 7 Permasalahan........................................................................... 7 1.3. Tujua Penelitian...................................................................... 8 1.4. Manfa Penelitian................................................................... BAB TINJAUAN 9 2 PUSTAKA................................................................ 2.1. Pera 9 Keluarga........................................................................ 9 2.1.1. Pengertia Keluarga....................................................... 2.1.2. Peran Petuga 1 Kesehatan............................................... 2 1 2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhada DBD..................... 4 2.2. Pengetahuan dan Sika 1 Masyarakat........................................ 4 Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
2.3. Promo Kesehatan.................................................................. 2.3.1. Strategi Promo Kesehatan.......................................... 2.3.2. Promosi Kesehatan ole Puskesmas............................. 2.4. Penyakit Demam Berdarah Dengu (DBD)............................ 2.4.1. Tanda-tanda Penyak DBD........................................... 2.4.2. Vekto Penular.............................................................. 2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penulara Penyakit DBD............................................................... 2.5. Upaya Penanggulanga DBD.................................................. 2.5.1. Penemua Penderita..................................................... 2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut Penanggulanga DBD.... 2.5.3. Penataa Lingkungan.................................................... 2.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya Penanggulanga DBD........................................................................................
BAB 3
BAB 4
2.7. Kerangka Pik Penelitian........................................................ METODE PENELITIAN............................................................... 3.1. Jen Penelitian........................................................................ 3.2. Lokasi Penelitian dan Wakt Penelitian................................... 3.3. Pemiliha Informan................................................................. 3.4. Metode Pengumpula Data..................................................... 3.5. Metode Pengolahan dan Analis Data.................................... HASIL PENELITIAN..................................................................... 4.1. Gambara
1 6 1 6 1 8 1 9 2 2 2 3 2 5 2 6 2 6 2 9 3 1 3 3 3 5 3 6 3 6 3 6 3 7 3 8 4 2 4 4 4
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5
Umum.................................................................... 4.1.1. Kecamatan Meda Helvetia.......................................... 4.1.2. Kependudukan.............................................................. 4.1.3. Ma Pencaharian.......................................................... 4.1.4. Penduduk yan Mutasi................................................. 4.2. Subje Penelitian..................................................................... 4.2.1. Deskripsi Subje Penelitian.......................................... 4.2.2. Petugas Penanggulangan Demam Berdarah................. 4.3. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah pad Keluarga........... 4.3.1. Kebersihan dalam Ruma Keluarga.............................. 4.3.2. Ketersediaa Air............................................................ 4.3.3. Pengetahua Keluarga................................................... 4.3.4. Sanita Lingkungan........................................................ 4.4. Peran Petuga Kesehatan.......................................................... 4.5. Penanggulangan Demam Berdarah ole Keluarga................... 4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga dan Kam Mandi.. 4.5.2. Mengantisipasi Ketersediaa Air...................................... 4.5.3. Menjaga Kebersihan Sanita Lingkungan......................... 4.6. Perlindungan Keluarga terhada DBD..................................... 4.7. Penanggulangan Demam Berdarah ole Pemerintah.............. PEMBAHASAN...................................................................... ..... 5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti ole Keluarga............
4 4 4 4 4 4 5 4 6 4 6 4 6 5 5 6 1 6 1 6 2 6 3 6 4 6 6 6 8 6 8 6 9 7 1 7 2 7 4 7 7 7 7
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6
5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aede aegypti.................. 5.1.2. Sanita Lingkungan........................................................ 5.1.3. Pengetahua Keluarga.................................................... 5.2. Pera Petugas........................................................................... 5.2.1. Tanggung Jawa Petugas............................................... 5.2.2. Promo Kesehatan........................................................ 5.2.3. Pemberantasan Saran Nyamuk...................................... 5.3. Penanggulangan terhada DBD.............................................. 5.4. Promosi Kesehatan dalam Pencegahan Demam Berdarah....... KESIMPULAN DA SARAN....................................................... 6.1. Kesimpulan............................................................................. 6.1.1. Pera Keluarga.............................................................. 6.1.2. Peran Petuga Kesehatan................................................ 6.1.3. Penanggulanga DBD................................................... 6.2. Saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
7 7 8 1 8 5 8 6 8 6 8 9 9 0 9 1 9 4 9 6 9 6 9 6 9 7 9 7 9 7 9 8
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No mor 4.1. 4.2. 4.3.
Judul
Halaman
Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Pendudu Per Km2 di Kecamatan Meda Helvetia....................................... Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pad Wilayah Kecamatan Meda Helvetia............................................. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada Wilaya Kecamatan Meda Helvetia...........................................................
45 45 46
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No mor 2.1. 2.2.
Judul Alur Pelaporan DBD........................................................... Kerangka Pikir .............................................................
Halaman Kasu
30
Penelitia
35
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
No mor 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7.
Judul
Halaman
Lembaran Wawancara.................................................................. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkunga ................................. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan Keluarg Bapak Sugi..................................................................................
101 102 104
Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan Keluarg Bapak Apri..................................................................................
106
Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan Keluarg Bapak Sitorus...............................................................................
108
Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan Keluarg Bapak Nainggolan.......................................................................
110
Surat Penelitan.....................................................................
Iz
112
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan oleh pemerintah. Keluarga dan petugas kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat pada saat ini. Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita (Depkes RI, 2006). Kejadian luar biasa atau KLB DBD di Indonesia terbesar terjadi pada tahun 1998 yaitu dengan IR (Insident Rate) sebanyak 35,19 per 100.000 ribu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk, lalu menurun pada tahun 1999 dengan IR 10,17 per 100.000 ribu penduduk, mengalami peningkatan kembali pada tahun 2000 dengan IR 15,99 per 100.000 ribu penduduk dan kembali meningkat pada tahun 2001 dengan IR 21,66 per 100.000 ribu penduduk, kembali menurun pada tahun 2002 yaitu IR 19,24 per 100.000 ribu penduduk dan meningkat tajam kembali pada tahun 2003 yaitu IR 23,87 per 100.000 ribu penduduk. Data di atas menunjukkan bahwa penyakit DBD di Indonesia menjadi fenomena yang sangat sulit diatasi di mana kejadian DBD setiap tahunnya berfluktuasi (Depkes RI, 2004). Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan data di wilayah Propinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah endemis DBD yaitu: Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. Daerah Sporadis DBD sebanyak 15 daerah, yaitu: Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir. Daerah Potensial/Bebas DBD adalah Nias dan Nias Selatan dikarenakan daerah tersebut berada di tempat dataran tinggi di mana suhu udara rendah sehingga tidak memungkinkan nyamuk hidup dan berkembang biak (Dinkes Kota Medan, 2006). Angka kejadian penyakit DBD di Sumatera Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2002 jumlah penderita (IR) adalah 3,6/100.000 Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk (353 penderita), tahun 2003 sampai 2004 naik menjadi 8,79/100.000 penduduk (1093 penderita). Pada tahun 2005 terjadi ledakan kasus yang sangat tajam yaitu 30,75/100.000 penduduk (3.657) penderita dan tahun 2006 terjadi penurunan yaitu 17,58/100.000 penduduk (2.091 penderita), tahun 2007 terjadi kembali peningkatan kasus yaitu menjadi 34,5/100.000 penduduk. Angka ini masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 yaitu 2/100.000 penduduk. Sebaliknya, walaupun jumlah penderita naik, tapi angka kematian DBD (CFR) mengalami penurunan sejak tahun 2002 yaitu 2,84% menjadi 1,53% pada tahun 2006 dan menurun lagi menjadi 0,83% pada tahun 2007. Penurunan CFR ini menunjukkan bahwa penanganan kasus di sarana pelayanan kesehatan sudah mengalami peningkatan, namun tingginya IR menunjukkan masih banyak tempattempat berkembang biak (Breeding Places) dan tempat peristirahatan (Resting Places) nyamuk Aedes aegypti di lingkungan penduduk (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006). Berdasarkan SK Menkes Nomor 581 Tahun 1992, kegiatan pokok upaya penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah
adalah
pencegahan,
penemuan,
pertolongan
dan
pelaporan,
penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit DBD, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan (Depkes, 1996). Pemerintah pada tanggal 12 Nopember 1999 yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional ke-40 mencanangkan Gerakan PSN DBD. Oleh karena itu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang menjadi penggeraknya dipilih oleh pemerintah Jumantik (Juru Pemantau Jentik) dan supervisor dari masyarakat sendiri (Depkes RI, 2006). Upaya program penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan sangat banyak tetapi belum optimal karena lebih banyak mempengaruhi epidemiologi penyakit DBD. Angka kematian DBD cenderung menurun walaupun kasus bertambah, hal ini menunjukkan bahwa penatalaksanaan kasus cukup efektif di pelayanan kesehatan yang ada tetapi peran serta masyarakat untuk pencegahan penyakit demam berdarah belum ada (Depkes RI, 2000). Menurut Kepala Dinas Kesehatan melalui Kasubdin Program Pencegahan Penyakit/P2P (Pulungan, 2007), bahwa DBD bukan hanya menyerang orang dewasa, hal tersebut sesuai data tahun 2007, yang diketahui 27% penderita penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti di Medan korbannya balita, dan dari 27% tersebut, 9% balita 0-4 tahun dan 18% berusia 5-12 tahun dan sisanya paling banyak berusia 20-24 tahun. Saat ini seluruh kecamatan di Medan berstatus endemis DBD. Kecamatan tersebut adalah Medan Tuntungan sebanyak 69 orang, Medan Johor sebanyak 74 orang, Medan Amplas sebanyak 69, Medan Denai sebanyak 92 orang, Medan Area sebanyak 27 orang, Medan Kota sebanyak 68 orang, Medan Maimun sebanyak 12 orang, Medan Polonia sebanyak 27 orang, Medan Baru sebanyak 113 orang, Medan Selayang sebanyak 83 orang, Medan Sunggal sebanyak 127 orang, Medan Helvetia sebanyak 213 orang, Medan Petisah sebanyak 77 orang, Medan Barat sebanyak 28 orang, Medan Timur sebanyak 65 orang, Medan Perjuangan sebanyak 51 orang, Medan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Tembung sebanyak 75 orang, Medan Deli sebanyak 53 orang, Medan Labuhan sebanyak 12 orang, Medan Marelan sebanyak 28 orang dan Medan Belawan sebanyak 15 orang. Kecamatan Helvetia merupakan daerah yang terbanyak penderita demam berdarah (Dinkes Kota Medan, 2007). Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit DBD oleh Dinas Kesehatan Kota Medan antara lain: (1) Pertolongan pertama pada penderita DBD, dan selanjutnya dirujuk kerumah sakit apabila perlu (2) Penyuluhan terus menerus kepada masyarakat (berkoordinasi dengan Sie. Promosi Kesehatan dan Lintas Sektoral) (3) Fogging Foccus dan Fogging ULV (4) Penaburan bubuk Abate pada tempat-tempat penampungan air (5) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara bergotong royong yang melibatkan masyarakat dan Lintas Sektoral. Namun upaya yang telah dilakukan belum dapat merubah status daerah endemis DBD di Kota Medan. Kondisi di atas mengingatkan bahwa kasus penyakit DBD belum dapat ditanggulangi secara maksimal walaupun telah dilakukan berbagai upaya (Dinkes Kota Medan, 2006). Pada tahun 2000, Sub Direktorat Arbovirus Departemen Kesehatan yang membidangi upaya pemberantasan penyakit yang bersumber dari binatang termasuk di dalamnya upaya pemberantasan penyakit DBD, mensosialisasikan Rencana Strategis (Renstra) Program Pemberantasan Penyakit DBD Tahun 20012005. Dalam Renstra tersebut dikemukakan banyak faktor yang mendukung peningkatan kasus, antara lain kurangnya upaya penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD), kurangnya keterlibatan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
keluarga dalam pencegahan penyakit demam berdarah dan kurang aktif petugas dalam menjalankan fungsinya. Terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 3 Nopember 2008 pada keluarga yang salah seorang anggota keluarganya terkena penyakit demam berdarah dengue didapat bahwa pada awalnya si ibu tidak tahu akan pentingnya PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dikarenakan kurangnya petugas memberi informasi dan penyuluhan. Petugas menjadi aktif apabila ada kasus dan petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia yang bertugas untuk menangani pencegahan demam berdarah dengue hanya 1 (satu) orang. Pengadaan kampanye kebersihan yang intensif dan penyebaran leaflet merupakan upaya di tingkat masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah, tetapi hal ini sering gagal karena tidak adanya keterlibatan keluarga di dalamnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mendorong mereka mau melaksanakan kegiatan 3M secara intensif di rumah dan juga melibatkan keluarga agar turut serta dalam kegiatan PSN yang ada di lingkungannya (Depkes, 2005). Petugas mempunyai peran yang juga tidak kalah pentingnya. Selama ini petugas hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan informasi. Padahal seorang petugas kesehatan bukan hanya memberikan informasi tetapi juga harus membagi pengetahuan mereka di setiap kesempatan di manapun petugas berada. Pada dasarnya pemeliharaan kesehatan dasar adalah keterlibatan masyarakat. Hubungan yang erat antara petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat sangat penting dan harus merupakan proses dua arah. Petugas Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani (Tarimo, 1994). Seharusnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD yang matang dan ditunjang oleh informasi kesehatan khususnya yang menyangkut penyakit DBD, maka diharapkan keikut sertaan masyarakat terutama keterlibatan keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M di lingkungan tempatnya tinggal, sehingga penyebaran penyakit DBD dapat diatasi (Depkes RI, 1992). Berdasarkan paparan di atas, di mana program penanggulangan penyakit demam berdarah dengue belum sepenuhnya dapat menanggulangi kasus penyakit demam berdarah dengue maka sangat penting dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat khususnya keluarga, sehingga perlu dilakukan penelitian yang dapat menggali peran keluarga dan petugas puskesmas dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah dengue.
1.2.
Permasalahan Bagaimana
peran
keluarga
dan
petugas
Puskesmas
dalam
penanggulangan penyakit demam berdarah dengue di Perumnas Helvetia Medan.
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keluarga dan petugas Puskesmas dalam upaya penanggulangan penyakit demam berdarah dengue,
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sehingga didapat suatu model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan penyakit demam berdarah dengue yang tepat dan sesuai dengan keinginan masyarakat.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat masukan bagaimana kinerja petugas pelayan
kesehatan
dan
keberhasilan
program
penanggulangan
serta
pencegahan penyakit demam berdarah dengue. 2. Memotivasi keluarga agar dapat mencegah penyakit demam berdarah dengue secara berkelanjutan. 3. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue tentang metode promosi yang tepat sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 4. Menambah wawasan penulis dalam bidang penelitian kualitatif.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Peran Keluarga
2.1.1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988). Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Setiawati (2008), fungsi keluarga adalah: 1. Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga. 2. Fungsi Sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. 3. Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5. Fungsi Keperawatan Kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Menurut Setiawati (2008), ada beberapa alasan perlunya keterlibatan keluarga dalam pelayanan kesehatan antara lain: 1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan. Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat DBD membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam skala nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalam penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah demam berdarah. 2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga. Keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi. 3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya. Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi. 4. Keluarga sebagai tempat penentuan kasus dini. Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainnya. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga. Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan fungsinya apabila individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka. 6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya. Peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992): 1. Keluarga turun serta melaksanakan pemberantasan nyamuk demam berdarah dengan melakukan 3M + 1T yaitu menguras, menutup dan mengubur serta telungkup. 2. Apabila ada keluarga yang anggota keluarganya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah maka keluarga mengerti cara pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam siali silat) dan segera memeriksakan diri kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. 3. Keluarga segera melaporkan kepada Lurah melalui kader atau kepala lingkungan/kepala dusun. 4. Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk dalam pelaksanaan pananggulangan demam berdarah. 5. Keluarga mengikuti/menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keterlibatan atau partisipasi keluarga ditujukan untuk memperkenalkan perilaku baru (yang mungkin sebagai pengganti dari perilaku yang selama ini dipraktikkan
keluarga
tersebut).
Misalnya
buang
air
besar
dijamban,
mengkonsumsi garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak mandi-menutup persediaan air-mengubur benda-benda buangan yang dapat menahan/menampung air (Kutuk), mengkonsumsi makanan berserat (Depkes RI, 2005). 2.1.2. Peran Petugas Kesehatan Penempatan tenaga atau personil merupakan bagian yang paling banyak mengeluarkan biaya dalam kebanyakan sistem pemeliharaan kesehatan. Penting bagi petugas kesehatan untuk turut mendukung dan berpartisipasi dalam proyek masyarakat misalnya, mereka dapat membantu mengetahui penyebab masalah kesehatan dan mengusulkan cara perbaikannya. Hendaknya, petugas kesehatan terutama memikirkan keseluruhan masyarakat sebagai tanggung jawabnya, tidak hanya sebagai penunjang klinik saja (Tarimo, 1994). Hal yang membuat petugas kesehatan sangat berharga karena mereka mengenal secara pribadi semua keluarga di daerah mereka. Petugas kesehatan merupakan anggota yang sangat penting dalam Tim Kesehatan karena pengetahuan
yang
mereka
miliki
tentang
keadaan
setempat.
Sebagai
tenaga/petugas kesehatan kunjungan rumah merupakan tugas tambahan yang penting bagi pemeliharaan kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk melaksanakan dengan baik (Tarimo, 1994). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keterlibatan petugas dalam hal ini adalah petugas puskesmas adalah dengan melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Dalam kunjungan rumah ini dikumpulkan semua anggota keluarga dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan. Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai tercapai fase mampu melaksanakan (Depkes RI, 2005). Peran petugas kesehatan dan sektor terkait dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992): 1. Camat
dan
Lurah/Kepala
Desa
yang
menerima
laporan
rencana
penanggulangan, memerintahkan warga setempat melalui kepala lingkungan/ kepala dusun untuk melakukan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan demam berdarah. 2. Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan insektisida 2 siklus dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. 3. Kepala lingkungan/Kepala Dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader menyampaikan informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah dan membantu pelaksanaan penyuluhan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4. Kepala Lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyemprotan. 5. Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan penanggulangan demam berdarah. 2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhadap DBD Tanggung jawab petugas Kesehatan dalam penangulangan DBD adalah (Depkes RI, 2006): 1. Petugas DBD mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah ini dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau melaksanakan penanggulangan DBD. 2. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah. Untuk melihat ada tidaknya jentik dibak-bak penampungan air yang ada rumah keluarga yang ada di wilayah kerjanya. 3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD. 4. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik. 5. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali.
2.2.
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Analisis dari Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
(non
behaviour causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus perilaku
kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni: a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang. b. Faktor-faktor penunjang (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik. c. Faktor-faktor pendukung (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnya keluarga dan teman sebaya. Green (1980), kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu penting terutama karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk. Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka proses perubahan perilaku sangat berhubungan dengan faktor-faktor sebagai berikut: a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinant) adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan karakteristik demografis individu. b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang tanda/ gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai resiko terkena penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai gejala/ tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit DBD perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan aktif untuk melakukan pembersihan dan pemberantasan sarang nyamuk. Kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah merupakan kesenangan nyamuk Aedes aegypti untuk beristirahat (Depkes, 1992).
2.3.
Promosi Kesehatan
2.3.1. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: 1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. 2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut. Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain: a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan seperti “gerakan 3M +1T”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M yaitu menguras, mengubur dan menutup serta telungkup). b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti Kepala Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu 3M + 1 T tersebut. c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massa Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan. Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah opini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan perilaku baru tersebut dalam kehidupannya. 3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkan komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan di bidangnya. 2.3.2. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi “Indonesia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Sehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
2.4.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
ditandai dengan deman mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lembam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun/renjatan atau syok (Depkes, 2006). Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu: (1). Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (2). Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (3). Dengue 3 diisolasi oleh Sather (4). Dengue 4 diisolasi oleh Sather Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah, sedangkan aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak (Depkes RI, 1991). Penularan penyakit DBD dapat terjadi apabila seorang penderita yang di dalam darahnya mengandung virus dengue, yang kemudian menularkan kepada orang lain dengan perantaraan gigitan nyamuk Ae. Aegypti atau Ae.albopictus. Dalam darah penderita, virus dengue mengalami inkubasi selama 4-7 hari (viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Pada masa viremia ini penderita berperan sebagai sumber infeksi kepada orang lain (Sumarmo, 1999). Penularan demam berdarah dengue melalui bermacam cara antara lain: a. Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. b. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD dan tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya. d. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus akan berpindah bersama air liur nyamuk. e. Bila orang yang tertular itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak) maka virus itu akan menyerang sel pembeku darah dan merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler). Akibatnya terjadi pendarahan dan kekurangan cairan yang ada dalam pembuluh darah orang itu. f. Bila orang yang tertular mempunyai zat anti kekebalan yang cukup maka virus tersebut dibuat tidak berdaya sehingga orang tersebut tidak sakit. g. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang satu minggu (Depkes RI, 2006). Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaraingan tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya (Depkes RI, 1992). Penyakit Demam Berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit, mengisap darah orang yang sakit demam berdarah dengue atau tidak sakit tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai hari 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Depkes RI, 1992). 2.4.1. Tanda-tanda Penyakit DBD Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus menerus dan badan terasa lemah dan lesu. Pada hari kedua dan ketiga akan timbul bintik-bintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba). Kadang-kadang kesadarannya menurun (Depkes, 1992). Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau neyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena (biasanya cairan ringer laktat atau NaCL) perlu diberikan. Transfusi darah diberikan kepada penderita yang mengalami perdarahan yang membahayakan seperti hematemesis, melena, serta penderita yang menunjukkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht) pada pemeriksaan berkala. Indikasi pemberian transfusi pada penderita yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang semakin tegang dengan penurunan kadar Hb yang mencolok (Depkes RI, 2004). Pada fase demam dianjurkan (Depkes RI, 2006): (1) Istirahat di tempat tidur (bed rest) selama masih demam (2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan bila diperlukan (3) Memberikan minum sebanyak-banyaknya, karena penderita DBD mengalami kekurangan cairan di dalam tubuh. Oleh sebab itu pertolongan pertama yang paling penting adalah memberi minum sebanyakbanyaknya. Minuman dapat berupa jus buah, air teh manis, sirop, susu, serta larutan oralit. 2.4.2. Vektor Penular Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam bambu, dalam lipatan daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarto, 1995). Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah tempattempat penyimpanan air di dalam atau di luar rumah, atau di tempat-tempat umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah (Depkes, 1992). Nyamuk-nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat-tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun dekat rumah. Nyamuk betina meletakkan telurnya di bejana-bejana atau tempat-tempat penyimpanan air di dalam atau di sekitar rumah, sekolah atau gedung perkantoran. Tempat yang sering dijadikan bertelur adalah batok kelapa, drum, kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tatakan pot bunga, tangki air, tempat penampungan air pada lemari es, baskom, pipa air, benda-benda yang terbuang dari kaca atau plastik, ban-ban bekas dan botol-botol kosong, dan talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depary, 2003). Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu mengisap darah penderita DBD. Jika nyamuk kelak menggigit orang lain, maka virus dengue akan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut dapat menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan ada dalam darah selama 1 minggu. Setelah nyamuk menggigit dan menghisap darah penderita yang sedang dalam masa viremia, lalu dalam tubuh nyamuk akan mangalami multiplikasi dan menyebar di berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar air liur. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut telah siap untuk menularkan virus kepada orang lain dengan tenggang waktu itu disebut masa inkubasi ekstrinsik (Sumarmo, 1999). Virus dengue akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap virus dengue ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui salauran alat tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur itulah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti hidupnya antara 1-2 bulan (Depkes RI, 1992). 2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain: a. Sumber air yang digunakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD. b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA) Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik. c. Kebersihan Lingkungan Kebersihan halaman dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Depkes, 1997). 2.5.
Upaya Penanggulangan DBD
2.5.1. Penemuan Penderita Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan demam, pilek atau diare. Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di Manila pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (shock) dan perdarahan gastrointestinal yang berakhir dengan kematian penderita, menyebabkan pandangan ini berubah (Soedarmo, 1988). Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik. Oleh karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat tanda/gejala yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD (Depkes RI, 1992). Apabila keluarga/masyarakat menemukan tanda/gejala di atas, maka penderita segera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres hangat dan minum banyak seperti air teh, susu, sirop, oralit dan lain-lain. Jika dalam dua hari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
panas tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti perdarahan kulit (seperti gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) atau sarana pelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan (Depkes RI, 2006). Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan penderita DBD maka wajib dilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal penderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim formulir pemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 Tahun 1989 (Depkes RI, 1992). Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau membatasi penularan penyakit DBD di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut. Jenis kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut (Depkes RI, 1992): a. Bila ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan satu atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, dilakukan penyemprotan (fogging focus) di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (siklus 1 untuk mematikan nyamuk Aedes aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk Aedes aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium pupa), Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk. b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukan penggerakan masyarakat PSN dan penyuluhan. c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat. Penanggulangan lain yang dilakukan di desa/kelurahan rawan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya KLB dan membatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis kegiatan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut (Soegijanto, 2004): a. Desa/kelurahan rawan I (endemis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir setiap tahun terjangkit DBD maka dilakukan: i. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan yang dilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah Desa/Kelurahan rawan I sebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB. ii. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu pemeriksaan tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurangkurangnya tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular DBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ). iii. Penyuluhan pada masyarakat.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
b. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan: i. Pemeriksaan jentik berkala. ii. Penyuluhan pada masyarakat. c.
Desa/Kelurahan rawan III (potensial) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir tidak pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukan jentik lebih dari 5%, maka dilakukan: i. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan tetapi pemeriksaan di rumah di lakukan jika ada Desa/Kelurahan rawan I atau II di kecamatan yang sama. ii. Penyuluhan kepada masyarakat.
d. Desa/Kelurahan bebas yaitu desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD, dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yang ketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang ditemukan jentik kurang dari 5% maka dilakukan: i. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum. ii. Penyuluhan kepada masyarakat. 2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut Penanggulangan DBD Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan kasus/tersangka DBD diwajibkan melapor kepada Puskesmas setempat sesuai dengan domisili (tempat tinggal) pasien dan membuat surat pengantar untuk disampaikan kepada kepala Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
desa/kelurahan melalui keluarga pasien. Laporan kasus/tersangka DBD dari Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan lalu dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dengan tembusan kepada Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal pasien yang bersangkutan. Pelaporan dilakukan 24 jam setelah diagnosa sementara ditegakkan. Puskesmas yang menerima laporan adanya kasus DBD melaksanakan penyelidikan Epidemiologis dan penanggulangan focus untuk membatasi penularan penyakit DBD: 1. Penyelidikan Epidemiologi: meliputi kegiatan pencarian penderita DBD tambahan/tersangka DBD, serta pemeriksaan jentik di rumah pasien dan 20 rumah sekitarnya. Tujuan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui ada/ tidaknya risiko penularan lebih lanjut. 2. Penanggulangan fokus di lapangan meliputi kegiatan: a. Penyemprotan insektisida (fogging focus) bila sesuai indikasi, yaitu: ditemukan ≥ 1 kasus DBD lainnya, ditemukan 3 penderita panas tanpa sebab yang jelas (tersangka DBD) serta ditemukan jentik > 5% rumah/ bangunan yang diperiksa. b. Penggerakan
masyarakat
untuk
PSN
secara
bersama-sama
yang
dikoordinasi olrh Kepala Desa/Kelurahan setempat. c. Jika diperlukan dilakukan larvadinasi (terutama untuk daerah sulit air). d. Penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala/tanda dini DBD dari pertolongan pertama oleh masyarakat serta PSN DBD. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Dinas Kesehatan
Desa
Puskesmas dan
Penyelidikan Epidemiologi
Puskesmas Perawatan
Keluarga
RS/Unit pelayanan Kesehatan
Gambar 2.1. Alur Pelaporan Kasus DBD
2.5.3. Penataan Lingkungan Penataan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga mengurangi kontak antara vektor dengan manusia adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan buatan manusia, dan perbaikan desain rumah (Depkes RI, 2003). Pencegahan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD adalah dengan cara modifikasi lingkungan yaitu (Depkes RI, 2003): 1. Perbaikan saluran air: Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air tersebut pada berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan perkembangbiakan aedes. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
2. Talang air/tangki air bawah tanah atau sumber air bawah tanah anti nyamuk: Perindukan jentik Ae.aegypti termasuk di talang air/tangki air bawah tanah bangunan dari batu (masonary), saluran pipa air, maka strukturnya harus dibuat anti nyamuk. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2003): 1. Mengeringkan instalasi penampungan air: genangan air/kebocoran di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, katup, katup pintu air, kotak keran hidran, meteran air dan lain-lain, akan dapat menampung air dan menjadi tempat perindukan jentik Ae.aegypti bila tidak dirawat. 2. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga: Sumber utama perkembangbiakan Ae. Aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen, galon dan wadah-wadah yang lebih kecil sebagai penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air harus ditutup dengan penutup rapat atau kasa. 3. Jamban/vas
bunga
dan
perangkap
semut:
Merupakan
sumber
perkembangbiakan Ae.aegypti yang banyak dijumpai. Semua harus dilubangi sebagai lubang pengeringan. Untuk vas bunga dapat diberi campuran pasir dan air. Jambangan bunga dari kuningan, bukan merupakan tempat perindukan larva yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti wadah dari kaca. Perangkap semut dapat dibubuhi garam atau minyak.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4. Diwadah tertentu lainnya: Alat pendingin air, wadah kondensasi air di bawah kulkas, dan pendingin ruangan harus secara teratur diperiksa, dikeringkan dan dibersihkan. 5. Pembuangan sampah padat: Sampah padat seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. 6. Pembuangan Ban: Ban bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes. Ban dapat didaur ulang untuk menghasilkan barang-barang. 7. Mengisi lubang pagar: Pagar atau pembatas pagar yang terbuat dari tanaman berlubang seperti bambu harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi dengan pasir, pecahan gelas, atau semen untuk mengurangi perindukan Aedes. 8. Botol, Kaca dan Kaleng: Semuanya merupakan wadah penampung air yang harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur-ulang untuk keperluan industri. Pengawasan kualitas lingkungan adalah cara pemberantasan vektor DBD melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk Ae.aegypti dari daerah pemukiman penduduk. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Pengawasan kebersihan lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum (TTU) dan tempat-tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali, (2) Penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kebersihan lingkungan dan masyarakat dalam kebersihan lingkungan melalui gotong royong secara berkala, (3) Pemantauan kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD (Chahaya, 2003).
2.6.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya Penanggulangan DBD Faktor manusia erat kaitannya dengan peran serta dalam penanggulangan vektor DBD di masyarakat. Mobilitas penduduk yang tinggi dapat memudahkan penyebarluasan DBD dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Depkes RI (2003), bahwa populasi penduduk, kepadatan penduduk di suatu wilayah dengan mobilitas yang tinggi mempunyai potensi yang besar untuk meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah terjangkitnya penyakit DBD. Dari laporan Depkes RI tahun 2003, penyebab sulitnya pemberantasan DBD disebabkan antara lain: 1. Tenaga pemantau jentik tetap di masyarakat yang bertugas untuk memantau jentik secara berkala ada tapi belum berjalan maksimal. 2. Faktor biaya juga salah satu penghambat pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD. Tidak adanya dana khusus menyebabkan banyaknya pokjapokja (kelompok kerja) DBD yang telah dibentuk di kecamatan tidak berjalan dan berfungsi seperti yang diharapkan, padahal peran serta masyarakat pada pokja sangat potensial dalam memberantas penyakit DBD.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
3. Sistem surveilans yang sangat penting belum dilakukan dengan baik, terlihat dari beberapa perencanaan kegiatan surveilans yang tidak direalisasikan dan minimnya dana operasional kegiatan surveilans. 4. Penentuan diagnosis yang cepat dan tepat sebagai deteksi dini kasus dan pemutusan rantai penularan juga belum dilakukan secara optimal. Tidak adanya peralatan untuk menghitung trombosit dan hematokrit, yang merupakan penunjang diagnosis secara laboratorium di puskesmas sangat mempengaruhi kecepatan penetapan diagnosis (Depkes RI, 2003).
2.7.
Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka didapat kerangka pikir penelitian sebagai berikut: Peran Keluarga
-
Pemberantasan sarang Nyamuk Sanitasi Lingkungan
Penanggulangan Terhadap
Peran Petugas Kesehatan
-
Tanggung Jawab Petugas Promosi Kesehatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang berupaya melihat sedalam mungkin kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. Dengan melihat fenomena kehidupan pribadi individu dan kelompok, serta bagaimana kehidupan itu mempengaruhi motif, tindakan, serta komunikasi mereka (Daymon, 2001). Pendekatan dengan melihat fenomena yang ada di masyarakat ditujukan untuk membantu memasuki sudut pandang orang lain, dan berupaya untuk memahami bagaimana mereka menjalankan kehidupannya dengan cara mereka, serta pemahaman bahwa realitas pemahaman setiap individu berbeda. Penelitian ini, fenomena yang akan digali adalah faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit demam berdarah dengue dan upaya-upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
3.2.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perumnas Helvetia Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian di Perumnas Helvetia dikarenakan Perumnas merupakan perumahan dengan padat penduduk yang juga mobilitas masyarakatnya sangat tinggi sehingga sampai saat ini masih ditemukan penderita penyakit demam
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
berdarah dengue, walaupun telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan penyakit demam berdarah dengue. Pengamatan dan wawancara saya lakukan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia yaitu di sekitar Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari 2009 – April 2009.
3.3.
Pemilihan Informan Informan pada penelitian ini adalah keluarga yang dapat memberikan informasi ataupun keterangan yang dibutuhkan yaitu keluarga baik itu ibu, bapak maupun anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam satu rumah baik yang pernah menderita demam berdarah dengue maupun yang tidak menderita demam
berdarah dengue. Informan selanjutnya dan petugas penunjang lain yaitu kepala lingkungan yang juga sebagai petugas Jumantik. Informan atau keluarga yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 4 (empat) keluarga yang diambil dari warga Perumnas Helvetia. Dari kempat keluarga yang menjadi subjek penelitian ini, ternyata secara kebetulan ada dua keluarga yang anggota keluarganya pernah menderita penyakit demam berdarah dan dua keluarga lagi belum pernah menderita demam berdarah. Walaupun ternyata secara kebetulan terdapat jumlah yang sama antara yang pernah menderita dan tidak pernah menderita demam berdarah bukanlah suatu kesengajaan apalagi untuk membuat perbandingan perilaku keluarga dalam penanggulangan penyakit demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Selain mewawancarai keluarga saya juga mewawancarai petugas kesehatan yaitu petugas penanggung jawab program demam berdarah di Puskesmas Helvetia dan Kepala lingkungan yang juga bertindak sebagai jumantik. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan saya juga mewawancarai tetangga keluarga sehingga informasi yang didapat lengkap sehingga kedalaman informasi tercapai sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Untuk keabsahan data saya melakukan teknik triagulasi data. Saya memastikan bahwa catatan harian wawancara dengan informan dan catatan observasi telah terhimpun. Kemudian dilakukan uji silang terhadap materi catatan harian, untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dengan catatan harian observasi.
3.4.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data saya lakukan dengan cermat atas kegiatan-kegiatan yang berlangsung dan didapat pada rumah keluarga dan tempat kerja petugas kesehatan. Data-data yang saya dapat lalu dikumpulkan untuk mengkaji penelitian ini. Hasil wawancara saya peroleh dari 4 keluarga dan 1 orang petugas penanggulangan demam berdarah. Wawancara juga saya lakukan kepada seluruh keluarga yang tinggal di rumah keluarga tersebut juga kepada tetangga keluarga. Wawancara saya lakukan langsung di dalam rumah keluarga, di halaman rumah atau di luar rumah keluarga, sedangkan untuk petugas kesehatan saya lakukan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
wawancara di Puskesmas Helvetia kalau kepada petugas penunjang lain yaitu jumantik saya juga melakukan di rumah jumantik tersebut dan di kantor Kelurahan dikarenakan jumantik juga sebagai Kepala Lingkungan. Hasil wawancara atau percakapan mendalam serta hasil observasi, saya tulis langsung di tempat, tetapi ada juga percakapan yang saya tulis setelah berlalu beberapa saat atau agak lama. Hal ini sangat beresiko terhadap kemungkinan terlupakannya beberapa data yang telah diperoleh, oleh sebab itu kemungkinan saya mengingat atas apa yang baru saya lihat dan dengar dari informan sangat dibutuhkan. Pengambilan data yang saya lakukan, kemungkinan besar bahwa ada beberapa data yang lupa dan lolos dari pencatatan saya, karena semua pembicaraan tidak didukung dengan alat rekaman. hal ini saya lakukan atas dasar, ketika saya melakukan wawancara dengan merekam mereka menolak pembicaraan mereka direkam karena mereka merasa seperti diwawancarai oleh wartawan. Dan ketika saya tidak menggunakan alat perekam tersebut mereka lebih rileks dan lebih leluasa menjawab pertanyaan yang saya berikan, sehingga saya memutuskan untuk tidak menggunakan alat perekam tersebut. Hambatan-hambatan yang saya temukan pada penelitian ini adalah setelah saya memperoleh data tentang keluarga yang terkena demam berdarah dari data Puskesmas lalu saya mencari rumah mereka tetapi kebanyakan mereka susah saya temui dikarenakan pada umumnya rumah mereka kosong dan terkunci dikarenakan keluarga tersebut bekerja dan setelah saya temukan keluarga yang ada dirumah mereka menolak untuk saya wawancarai dengan alasan repot tetapi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
pada kenyataannya mereka merasa risih dan tidak bersedia menjawab pertanyaan apalagi bila rumah mereka di lihat-lihat terutama kamar tidur, kamar mandi dan dapur mereka. Walaupun begitu keluarga baru mau bekerjasama setelah saya mengajak petugas Puskesmas untuk menemani pertama sekali kerumah keluarga tersebut dan memperkenalkan saya merupakan bagian dari petugas Puskesmas yang sedang melakukan pendataan penderita demam berdarah. Dalam pengumpulan data di lapangan, saya lakukan dengan pengamatan atas aktivitas yang dilakukan keluarga sehari-hari sedangkan kepada petugas kesehatan selain saya mewawancarai mereka di Puskesmas, saya juga melakukan pengamatan yang mereka lakukan di lapangan dengan mengikuti kegiatan mereka sewaktu
melakukan
penyelidikan
Epidemiologi
serta
melakukan
penyemprotan/fogging di rumah keluarga yang menderita demam berdarah. Aktivitas yang dilakukan oleh keluarga maupun oleh petugas kesehatan dan petugas penunjang, cara-cara penanggulangan demam berdarah yang dilakukan oleh objek menjadi catatan lapangan peneliti. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh keluarga dan petugas kesehatan, meliputi bagaimana cara keluarga melakukan pencegahan demam berdarah yaitu 3M, kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan serta penanggulangan demam berdarah yang dilakukan petugas saya catat langsung ketika melakukan pembicaraan. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kelupaan yang menyebabkan berkurangnya data yang saya peroleh. Selanjutnya data yang saya Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kumpulkan melalui pengamatan dan wawancara, kemudian ditarik kesimpulan yang perlu dikoreksi, dan dijadikan sebagai catatan penulisan dalam pengkajian pada penelitian. Dalam pengumpulan data saya memulainya dari semua keluarga yang bersedia saya wawancarai lalu kemudian setelah saya mendapatkan respon yang cukup positif dari mereka maka saya memilih keluarga yang terkena demam berdarah terlebih dahulu yang saya amati untuk mengetahui bagaimana mereka sampai terkena demam berdarah dan melihat bagaimana keadaan sanitasi dan kebersihan rumah mereka serta tindakan 3 M keluarga tersebut, sedangkan keluarga yang tidak terkena saya dapati keluarga mereka telah melakukan 3M serta kepada petugas peneliti mengikuti kegiatan mereka dalam penanggulangan demam berdarah. Dari 2 keluarga yang terkena demam berdarah dari hasil perbincangan, saya berpendapat bahwa keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab anak mereka sakit demam berdarah. Sehingga keluarga mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan pencegahan dikarenakan kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan walaupun informasi bukan hanya bisa didapat dari petugas kesehatan tetapi petugas kesehatan seharusnya juga merasa bahwa mereka juga bagian dari masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan. Untuk memperoleh data secara mendalam dari 4 keluarga tersebut saya mendatangi mereka secara kontinu sehingga mereka merasa dekat dengan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
peneliti, terutama kepada 2 keluarga yang menderita demam berdarah yaitu keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri yang menerima saya dengan sangat terbuka. Hal ini memungkinkan penelitian yang dilakukan dapat lebih mendalam. Jumlah informan yang peneliti ambil berdasarkan azas kecukupan, yaitu bila dalam proses pengumpulan data tidak ditemukan lagi variasi informasi maka saya tidak perlu mencari informan lagi, saya akan terus mencari informan apabila informasi yang diterima masih berubah-ubah (bervariasi), sampai diperoleh hasil yang sama serta tidak bervariasi. Oleh karena itu walaupun informan kunci hanya 4 keluarga tetapi saya sudah mendapat data yang cukup mengenai peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah. Begitu juga dengan petugas dikarenakan untuk penanggung jawab program hanya satu orang maka saya hanya menggali informasi kepada petugas tersebut karena petugas tersebutlah yang turun langsung ke lapangan sedangkan Kepala Puskesmas hanya mengetahui segala tindakan yang dilakukan petugasnya serta menerima laporan dari petugas dan untuk melengkapi maka saya juga menggali informasi kepada kepala lingkungan yang juga bertugas sebagai jumantik.
3.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan informan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going analysis” yaitu analisis yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang diperoleh. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bingkai, yaitu suatu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
metode yang digunakan untuk menemukan bingkai dari suatu perspektif untuk melihat sebuah perspektif yang digunakan untuk melakukan pengamatan, analisis, dan interpretasi terhadap sebuah realitas di masyarakat (Bungin, 2007). Cara analisis bingkai yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi dan mengkategori penyebab masalah, faktor-faktor pendukung yang menjadi kemungkinan masalah tersebut ada di masyarakat. Kemudian dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap penyebab-penyebab masalah. Hal yang ingin dicapai dalam melakukan analisis data kualitatif adalah menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dan memperoleh gambaran tuntas terhadap proses tersebut, serta menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu fenomena.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum
4.1.1. Kecamatan Medan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia luasnya ± 11,55 km2 (1.155 Ha), terdiri dari 7 kelurahan. Kecamatan Medan Helvetia dibagi berdasarkan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Helvetia mengelola 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Puskesmas Helvetia terletak di jalan Kemuning Raya Perumnas Helvetia. Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah padat penduduk dengan ketinggian 27 meter dari permukaan laut, letak Lintang Utara: 030 – 2´ LU Lintang Selatan: 620 – 41¨ LS Bujur Timur: 980 – 39´ BT. Adapun batas-batas kecamatan ini, yaitu: Sebelah Utara
: Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan
: Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Barat
: Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Timur
: Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah
4.1.2. Kependudukan Berdasarkan data statistik maka jumlah penduduk pada Kecamatan Medan Helvetia adalah sebesar 130.581 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 65.548 jiwa dan perempuan sebesar 65.033 jiwa. Adapun luas kelurahan, jumlah
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk dan kepadatan penduduk per Km2 di Kecamatan Medan Helvetia, seperti terlihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km2 di Kecamatan Medan Helvetia
No
Kelurahan
Luas
Jumlah
Kepadatan
(Km2)
Pendudu
(Km2)
k 1
Helvetia
1,25
13.149
10.519
2
Helvetia Tengah
1,50
22.275
14.850
3
Helvetia Timur
1,82
22.094
12.140
4
Dwikora
2,00
23.137
11.568
5
Sei Sikambing
0,98
13.179
13.448
6
Cinta Damai
1,80
17.708
9.838
7
Tanjung Gusta
2,20
19.309
8.654
Jumlah
11.55
130.581
11.306
Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007 4.1.3. Mata Pencaharian Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pada wilayah kerja Puskesmas Medan Helvetia, seperti pada Tabel 4.2:
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian pada Wilayah Kecamatan Medan Helvetia
Mata Pencaharian PNS
No
Desa/Kelurahan Helvetia
1 Helvetia Tengah 2 Helvetia Timur
A
Swa
Pet
Pedaga
Pensiun
B
sta
ani
ng
an
-
1.364
530
RI 1.23
14
1.93
6
5
2
2.48
24
758
-
496
840
8
5
661
45
607
15
1.085
91
3
2
4
Dwikora
460
76
536
24
377
105
5
Sei Sikambing
361
16
203
-
1.923
93
Cinta Damai
396
26
663
26
582
318
298
40
141
110
103
5.266
2.056
6
6 Tanjung Gusta
403
7
10 3
Jumlah
6.00
1.
4.99
5
30
7
3
Sumber: Kantor Lurah Se Kec. Medan Helvetia, 2007
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pada Tabel 4.2. terlihat bahwa distribusi mata pencaharian penduduk yang berada pada Kecamatan Medan Helvetia yang terbesar adalah sebagai PNS, diikuti oleh Pedagang dan yang terkecil adalah petani. Pada penelitian ini pekerjaan informan adalah Swasta dan PNS. 4.1.4. Penduduk yang Mutasi Distribusi penduduk berdasarkan mutasi di wilayah kerja Puskesmas Medan Helvetia, seperti yang terlihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada Wilayah Kecamatan Medan Helvetia
N 1 2
Kelurahan Lahir Mati Helvetia 53 54 Helvetia 87 6 Tengah 3 Helvetia 94 44 Timur 4 Dwikora 78 23 5 Sei 5 29 Sikambing 6 Cinta Damai 34 26 7 Tanjung 58 52 Gusta Jumlah 409 289 Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007.
Datang 384 519
Pindah 274 317
689
204
734 428
156 136
441 456
190 87
8.054
1.364
Pada Tabel 4.3. Terlihat bahwa mutasi (pindah) penduduk yang berada di Medan Hevetia cukup banyak tetapi tetap saja Datang lebih besar. Menunjukkan tingginya mobilisasi dari penduduk sehingga memungkinkan menjadi daerah endemis demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.2.
Subjek Penelitian
4.2.1. Deskripsi Subjek Penelitian Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada 4 keluarga serta satu orang petugas pemegang program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Keluarga yang menjadi subjek penelitian ini semuanya bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Walaupun subjek bertempat tinggal di Perumnas di mana semuanya tertata dengan baik dengan kehomogenan dari lingkungan mereka tetapi tetap saja demam berdarah terjadi. Perumnas Helvetia merupakan perumahan masyarakat dengan tatanan letak rumah yang berdempetan dan memanjang sebanyak 25 rumah dan didepannya juga memanjang rumah sebanyak 25 rumah. Perumnas Helvetia dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan mobilisasi dari warganya yang tinggi sehingga memungkinkan terjangkitnya demam berdarah. Perumnas Helvetia tidak menyediakan ruang atau halaman bagi penghuninya sehingga warga hanya memiliki halaman yang sangat kecil dan juga sempit. Halaman warga merupakan jalan yang memisahkan rumah yang ada didepan. Halaman yang sempit tersebut juga dimanfaatkan warga Perumnas untuk banyak hal seperti untuk bermain oleh anak-anak. Adapun gambaran umum dari subjek penelitian dapat dilihat di bawah ini: 1. Informan I (Keluarga Bapak Sugi) Bapak Sugi berumur 41 tahun bekerja sebagai penarik becak mesin, pendidikan Bapak Sugi adalah SMA dan bersuku Jawa. Bapak Sugi mempunyai Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
seorang istri yang bernama Ibu Dita yang berusia 44 tahun, bersuku Jawa dengan pendidikan terakhir adalah PGTK (Pendidikan Guru TK) atau setingkat DI dan bekerja sebagai guru TK sebelum menikah dengan Bapak Sugi, tetapi setelah menikah berhenti menjadi guru TK dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Bapak Sugi dan Ibu Dita mempunyai seorang anak yang bernama Rizdin berusia 5 tahun dan bersekolah di TK Paut Muhabah. Rizdin inilah yang terkena demam berdarah dengue. Bapak Sugi dan keluarga bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh Ibu Dita, dari mulai membersihkan rumah sampai mengantar jemput anaknya sekolah. Ibu Dita dalam melakukan pekerjaan rumah juga dibantu oleh suami dan seorang keponakannya seperti dalam hal membersihkan kamar mandi dan bak mandi. Rumah Bapak Sugi berada di Perumnas Helvetia dengan type rumah 36, terdapat ruang tamu, dapur, dua kamar tidur dan dua buah kamar mandi. Kamar mandi yang satu berukuran kecil yaitu 1x 1 M2 yang bertugas membersihkan adalah Bapak Sugi, sedangkan bak yang lebih besar yaitu berukuran 2½ x 1 M2 dan dalam keadaan baik serta air selalu penuh berada satu ruang dengan tempat mencuci pakaian dan mencuci piring serta tempat menjemur pakaian. Kamar mandi tersebut dalam keadaan lembab dan kotor serta baru terang ketika dinyalakan lampu. Adapun yang bertugas membersihkan kamar mandi tersebut adalah sang keponakan tetapi di karenakan banyaknya kegiatan di sekolah maka keponakan tersebut sangat jarang memberihkan kamar mandi tersebut. Ibu Dita menjemur pakaian di dalam rumah dikarenakan Ibu Dita jarang di rumah serta Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
halaman rumah yang tidak ada sehingga Ibu Dita harus menjemur dipagar rumahnya tetapi karena takut hilang dan merasa bahwa kalau dijemur di dalam rumah pakaian lebih awet. Didekat kamar mandi selain berfungsi sebagai tempat menjemur juga merupakan tempat mencuci piring Ibu Dita sehingga banyak ember berserakan untuk menampung air dikarenakan air PAM yang sering mati, piring-piring tersebut akan dicuci setelah air hidup. Keluarga Bapak Sugi baru melakukan secara rutin membersihkan bak mandi dan wadah yang menampung air setelah anaknya terkena demam berdarah sedangkan menutup wadah/ember yang digunakan untuk menampung air tidak dilakukan karena menurut Ibu Dita air yang mereka tampung langsung habis dipakai jadi tidak pernah lama disimpan. Ibu Dita mengatakan mereka tidak pernah mengubur barang-barang bekas karena barang-barang bekas selalu dibuang ditempat sampah di depan rumah mereka dan kemudian diangkut petugas sampah hal ini juga dikarenakan ketidakadaan lahan mereka, bahkan ketika mereka ingin membuat sumur untuk mengantisipasi seringnya mati air tidak dapat mereka lakukan karena ketidakadaan lahan tersebut. Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sugi dalam keadaan lancar karena tetangga depan dan samping rumah “rajin” membersihkan selokan. Tetapi selokan belakang rumah dalam keadaan yang tidak terurus dan mampet juga banyak sampah di dalam selokan tersebut bahkan banyak sampah yang dapat menampung air seperti bekas cup aqua, plastik bahkan dikarenakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
selokan tersebut seluruhnya dibuat dari semen sehingga bila air tidak mengalir dapat menjadi perindukan nyamuk. Semua keluarga yang tinggal merasa tidak penting dan tidak memperhatikan selokan yang mampet tersebut karena berada di belakang rumah mereka. 2. Informan II (Keluarga Bapak Apri) Bapak Apri berusia 32 tahun, bekerja sebagai supir dengan pendidikan SMA. Bapak Apri mempunyai istri yang bernama Ibu Ida yang berusia 25 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, adapun pendidikan Ibu Ida adalah SLTP. Bapak Apri dan Ibu Ida bersuku Jawa dan bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Keluarga Bapak Apri mempunyai dua orang anak yang bernama Arif berumur 6 tahun tetapi belum bersekolah menurut Ibu Ida nanti tahun ajaran baru Arif langsung masuk SD, dan anak kedua bernama Yolanda berumur 3 tahun, adapun anak Bapak Apri yang terkena demam berdarah adalah Yolanda. Keluarga Bapak Apri tinggal di sebelah rumah orang tua Bapak Apri, mereka menumpang di rumah orang tuanya Bapak Apri tetapi tidak satu rumah. Rumah Bapak Apri sangat kecil yang hanya terdiri dari tiga ruangan yaitu ruang depan tamu yang mereka “jadikan” kamar tidur, ruang tengah yang merupakan dapur tempat Ibu Ida memasak dan yang terakhir adalah kamar mandi di mana mereka tidak menggunakan bak mandi tetapi hanya “ember sedang” tanpa penutup dan dibiarkan terbuka untuk mempung air dan “jamban”. Ibu Ida mencuci pakaian di kamar mandi tersebut, kamar mandi tersebut juga berfungsi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
untuk menjemur pakaian kelurga Ibu Ida apabila belum kering ataupun Iibu Ida malas menjemur di halaman. Kamar mandi tersebut ada ventilasi yang juga merupakan sumber cahaya bagi kamar mandi tersebut dan tanpa “kawat kasa” padahal ventilasi tersebut langsung berhubungan dengan rumah tetangga mereka yang terkena demam berdarah empat orang yaitu bapak, ibu dan dua ponakan mereka kejadian tersebut sebelum “Yolanda” terkena demam berdarah. Rumah Bapak Apri tidak mempunyai “jendela” sama sekali karena rumah mereka terhimpit antara rumah orang tua Bapak Apri dan “warung sarapan pagi” orang tua Bapak Apri, satu-satunya sumber ventilasi adalah pintu masuk rumahnya. Rumah Bapak Apri terlihat bersih dan rapi dikarenakan Ibu Ida “rajin” menjaga kebersihan rumah mereka. Walaupun bersih tetapi rumah mereka langsung berhadapan dengan gudang tempat penyimpanan barang-barang berkas milik ibu mertua Ibu Ida di ruang gudang tersebut tidak berdinding rapat melainkan setengah terbuka karena bekas “warung sarapan pagi” mereka yang tidak dipakai lagi. Di dalam gudang berukuran 2 x 3 m2 tersebut banyak berserakan barang-barang tidak terpakai lagi seberti kaleng bekas cat, tumpukan kayu, tumpukan kardus, bekas tempat “rak” piring dan ada kran air serta ember untuk menampung air karena ibu mertua sering mencuci piring dan kadangkadang pakaian di tempat tersebut, gudang tersebut gelap dan lembab. Sebelum Yolanda terkena demam berdarah Ibu Ida mengatakan bahwa mereka pulang kampung dikarenakan ibu kandung Ibu Ida meninggal dunia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sehingga mereka meninggalkan rumah dalam kedaan terkunci selama lebih dari seminggu. Sewaktu pulang kembali kerumah mereka Ibu Ida mengatakan bahwa ember penampung air yang ada di kamar mandi dalam keadaan penuh terisi air walaupun Ibu Ida tidak bisa memastikan ada tidaknya jentik nyamuk di dalam ember tersebut. Dikarenakan hari sudah malam mereka langsung tidur sehingga tidak sempat membuang air yang ada dalam ember penampung tersebut dan keesokan harinya ketika mau “memasak” barulah air dalam ember tersebut dibuang dan diganti baru. Selokan di sekitar rumah Bapak Apri dalam keadaan lancar walaupun sebelumnya dalam keadaan mampet hal itu dilakukan setelah kepala lingkungan mereka meminta seluruh warganya agar bergotong royong. Selokan di belakang rumah Ibu Ida lancar hanya selokan ibu mertuanya dalam keadaan mampet karena tersumbat “batu besar”. 3. Informan III (Keluarga Bapak Sitorus) Bapak Sitorus berusia 44 tahun bersuku Batak Toba, pekerjaan Bapak Sitorus adalah Polisi yang bertugas di Binjai adapun pendidikan terakhir Bapak Sitorus SMA. Bapak Sitorus memiliki istri yang bernama Ibu Lasma yang berusia 43 tahun, bekerja sebagai penjahit pakaian wanita dan kebaya. Ibu Lasma juga bersuku Batak Toba dengan pendidikan terakhir adalah SMA. Keluarga Bapak Sitorus bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Bapak Sitorus dan Ibu Lasma mempunyai tiga orang anak yaitu anak pertama dan kedua mereka adalah kembar yaitu Nila dan Nola yang berusia 8 tahun dan sekolah di SD, sedangkan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
adik mereka yang bernama Ketrin berusia 4 tahun belum bersekolah. Keluarga Bapak Sitorus tidak ada yang menderita demam berdarah. Walaupun Bapak Sitorus merupakan seorang polisi yang bertugas di Binjai, dan pekerjaannya sebagai polisi membuat Bapak Sitorus jarang di rumah tetapi Bapak Sitorus “sangat suka” bersih-bersih terutama membakar sampah, walaupun sampah di rumah mereka diangkut oleh pengangkut sampah tetapi mereka memisahkan sampah yang bisa dibakar untuk dijadikan pupuk dari sisa-sisa pembakaran sampah yang digunakan untuk tanaman “bunga” istri Bapak Sitorus selain itu juga biasa mengusir nyamuk karena asap dari pembakaran sampah tersebut. Rumah Bapak Sitorus bertipe 36 di Perumnas Helvetia. Rumah tersebut terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi. Di dalam ruang tamu yang juga merangkap sebagai tempat istri Bapak Sitorus menjahit ada empat buah mesin jahit, dua buah lemari kaca untuk menyimpan baju-baju yang telah dijahit dan tertutup rapat. Dalam melakukan pekerjaannya Ibu Lasma dibantu oleh adiknya baik dalam menjahit pakaian maupun membersihkan rumah mereka. Ibu Lasma selalu membersihkan kamar mandi serta menguras bak mandi dikarenakan Ibu Lasma tidak bisa melihat bak mandi yang kotor. Ibu Lasma setiap habis mandi selalu menguras bak mandi mereka yang dibuat sengaja kecil sehingga hanya menampung air yang tidak terlalu banyak. Di dalam kamar mandi Ibu Lasma ada beberapa ember yang ditelungkupkan untuk menampung air Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
apabila terjadi mati air tetapi sudah agak jarang sehingga ember tersebut ditelungkupkan. Halaman rumah Ibu Lasma walaupun tidak luas di samping merupakan tempat untuk menjemur pakaian juga terdapat banyak tanaman bunga. Walaupun Ibu Lasma suka tanaman tetapi pot-pot bunga tempat menanam bunga tersebut tidak menyimpan air dan tanaman tersebut selalu digemburkan dan ketika menyiram tanaman hanya secukupnya saja. Untuk menyiram tanaman Ibu Lasma juga menggunakan kran air yang diberi ember dan setelah selesai menyiram tanaman embernya ditelungkupkan kembali. Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sitorus dalam keadaan lancar karena dengan rutin masyarakat dan Bapak Sitorus membersihkannya tetapi karena rumah keluarga Bapak Sitorus dekat dengan pasar Helvetia di mana kurangnya kesadaran pedagang dan pengelola pasar untuk membersihkan selokan tersebut sehingga selokan tersebut tersumbat dan penuh dengan sampah, walaupun “masyarakat” sudah “protes” kepada pengelola pasar Helvetia tetapi tindakan pengelola belum juga ada. 4. Infoman IV (Keluarga Bapak Nainggolan) Bapak Nainggolan berprofesi sebagai pengacara bersuku Batak, berumur 40 tahun dengan pendidikan Sarjana. Sedangkan istri Bapak Nainggolan bernama Ibu Lisbet berusia 32 tahun bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir Sarjana dan bersuku Batak juga, rumah yang mereka tempati sekarang ini di Perumnas Hevetia bukan rumah mereka pribadi tetapi mereka “sewa”. Keluarga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bapak Nainggolan menempati rumah tersebut sejak tahun 2004 setelah mereka menikah. Rumah yang mereka tempati tersebut bertipe 36 dengan ruang tamu, 2 kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Semua ventilasi di rumah ini kami pasangi dengan “kasa” nyamuk supaya nyamuk tidak bisa masuk kerumah. Kamar mandi mempunyai sebuah bak yang tidak terlalu besar dan selalu dikuras oleh Bapak Nainggolan. Ibu Lisbet mengatakan “maklumlah air PAM suka kotor”, di dalam kamar mandi tersebut juga terdapat “tong penampung air” dan banyak ember. Ibu Lisbet mengatakan bahwa air PAM “suka mati” sehingga mereka harus menampung air untuk keperluan rumah tangga mereka seperti mencuci pakaian dan lain-lain kedalam “tong penampung air” dan ember-ember tersebut. Ibu Lisbet menjemur pakaian diteras rumah mereka dengan menggunakan jemuran dari besi, hal tersebut dikarenakan ketiadaan halaman rumah mereka. Sampah rumah tangga Ibu Lisbet diangkut oleh petugas sampah yang datang secara rutin sehingga tidak ada barang-barang bekas yang berserakan. Sampah padat seperti kaleng bekas, botol bekas dan ember bekas selalu mereka kumpulkan selanjutnya setelah banyak mereka jual, sehingga tidak perlu mereka kubur juga dikarenakan tidak ada lahan untuk mengubur benda-benda bekas tersebut.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.2.2. Petugas Penanggulangan Demam Berdarah 1. Petugas Puskesmas (Informan I) Petugas yang bertugas sebagai pemegang program penanggulangan demam berdarah di puskesmas bernama Ibu Herta. Ibu Herta berusia 41 tahun dengan pendidikan DIII Keperawatan dan sekarang ini sedang mengambil S1 Keperawatan. Ibu Herta baru bekerja di puskesmas tersebut sejak tahun 2006 sebelumnya Ibu Herta bekerja di Puskesmas pembantu. Sehari-harinya ibu Herta selain bertugas sebagai pemegang program pencegahan demam berdarah, Ibu Herta juga bertugas mendampingi dokter umum maupun dokter spesialis yang bertugas di puskesmas tersebut. Ibu Herta mempunyai dua orang anak yang sudah besar yaitu Samuel berumur 16 tahun dan Rut berumur 13 tahun. Ibu Herta bertugas menjadi pemegang program sudah hampir 1 tahun 6 bulan yang mencakup seluruh wilayah kerja puskesmas yaitu Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Sei Sikambing, Cinta Damai dan Tanjung Gusta. Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya sebagai pemegang program mendapat fasilitas berupa kendaraan roda dua dikarenakan luasnya wilayah kerja Puskesmas tersebut sehingga dengan adanya kendaraan roda dua akan memudahkan Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan peninjauan dan melakukan penyelidikan apabila ada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang terkena ataupun melapor menderita demam berdarah. Ibu Herta mengatakan bahwa tugasnya sebagai pemegang program antara lain adalah membuat laporan tiap bulan tentang DBD ke pada Dinas Kesehatan, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan lapangan setiap bulan, apabila ada kasus DBD maka Ibu Herta akan turun untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) lalu dilaksanakanlah fogging kepada rumah keluarga yang terkena demam berdarah, setiap Jumat Ibu Herta dan petugas Puskesmas secara bergantian melaksanakan PSN dengan kegiatan Jumat bersih dan pemberian abate secara gratis kepada warga, setiap ada kasus DBD maka setelah dilaksanakan PE maka hasilnya harus segera diantar ke Dinas Kesehatan Kota Medan, serta setiap bulan membuat laporan berapa jumlah kasus DBD dan berapa yang difogging. Ibu Herta mengatakan mengapa sampai sekarang masih saja terjadi demam berdarah adalah karena masyarakat kurang perduli tentang masalah kebersihan di lingkungannya seperti membersihkan bak kamar mandi dan menjaga lingkungan rumahnya seperti selokan yang banyak sampah plastik dan cup-cup aqua sehingga selokan tersebut menjadi tersumbat. Ibu Herta juga mengatakan kalau ada kasus DBD pada masyarakat, mereka hanya merasa bahwa fogginglah yang paling perlu tanpa menyadari bahwa kebersihan rumah dan lingkunganlah yang harusnya dijaga. Ibu Herta mengatakan promosi tentang DBD tidak ada yang ada hanyalah promosi kesehatan pada anak sekolah dengan pemberian hadiah seperti tas yang bertuliskan pencegahan DBD. Program-program yng telah Ibu Herta jalankan antara lain adalah dengan kegiatan kebersihan lingkungan seperti Jumat bersih, lalu penyuluhan pada masyarkat dan anak sekolah setiap bulannya. Pemeriksan jentik yang rutin Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dilakukan setiap hari jumat sekalian jumat bersih dan ketika ada kasus di suatu lingkungan rumah warga maka seluruh warga yang ada di lingkungan tersebut akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada jentik atau tidak, dan bila ada maka akan diberikan bubuk abate kepada setiap warga dan mengadakan fogging kepada warga yang terkena kasus DBD. Ibu Herta mengatakan bahwa jumantik (juru pemantau jentik) juga secara rutin memeriksa jentik di rumah-rumah warga di lingkungan jumantik tersebut. Dan bila ada kasus jumantik dan petugas pemegang program penanggulangan DBD akan turun melihat bagaimana kasus tersebut terjadi. Ibu Herta mengatakan bahwa penanggulangan DBD selalu dilakukan dan apabila pada Jumat bersih dilakukan pemeriksaan bak mandi dan di dalam baknya ada jentik maka akan diberikan bubuk abate serta memberikan penyuluhan dengan memberitahukan untuk membersihkan bak kamar mandi minimal dua kali seminggu serta membuang air yang telah mengandung jentik tersebut. Bila ada kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Helvetia ibu Herta mengatakan bahwa bila ada laporan dari Kepling masuk bahwa ada penderita DBD pada pagi hari maka petugas puskesmas akan langsung turun ke tempat yag berkasus bersama Kepling lalu dilakukan pemeriksaan epidemiologi lalu dilaksanakanlah fogging dirumah warga yang terkena kasus dan petugas akan langsung melaporkan hasil PE nya kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Ibu Herta mengatakan bila ada kasus DBD lalu dilakukanlah PE oleh petugas Puskesmas dan diperiksalah bak mandi warga tersebut dan bila terdapat jentik Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ketika “aku menyuruh mereka untuk mengosongkan bak mandi tersebut segera tetapi mereka suka menolak dengan alasan sayang airnya bisa kami jadikan untuk membersihkan kain lap dan kain pel, maklum saja di Perumnas air sering mati karena itu mereka merasa sayang membuang air walaupun sudah berjentik. 2. Kepala Lingkungan (Informan II) Kepala Lingkungan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah. Kepala lingkungan sangat dibutuhkan keterlibatan mereka karena mereka sangat mengenal masyarakat yang ada di wilayah mereka. Bapak Dodot berusia 43 tahun bersuku Jawa dengan pendidikan SMA. Bapak Dodot merupakan salah seorang kepala lingkungan yang sudah mengabdikan diri selama sepuluh tahun di lingkungannya. Selain sebagai seorang Kepala Lingkungan Bapak Dodot juga sebagai salah seorang tenaga pemanjau jentik atau disebut juga “jumantik”. Program jumantik mulai berjalan sejak tahun 2002 dan Bapak Dodot sudah mulai menjalaninya setelah mereka dikader oleh petugas Puskesmas sehingga mereka memiliki pengetahuan dan seiring dengan waktu mereka juga semakin berpengalaman di bidang “jumantik” tersebut. Walaupun gaji sebagai Kepala Lingkungan tidak terlalu memadai dan dibayar tiga bulan sekali tetapi Bapak Dodot mengatakan setiap mereka membantu warga mereka membuat KTP ataupun surat lain mereka diberi imbalan yang cukup lumayan dan menutupi kebutuhan mereka. Keluarga Bapak Dodot bertempat tinggal di Perumnas Helvetia, istri Bapak Dodot bernama Ibu Ani berusia 36 tahun juga terlibat menjadi kader baik kader Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Posyandu juga merupakan kader yang melakukan pendataan bila melakukan pemeriksaan jentik dari rumah kerumah masyarakat di Kelurahan Helvetia selain itu juga Ibu Ani membuka warung kecil-kecilan di dekat Kelurahan. Pak Dodot dan istri mempunyai dua orang anak yang pertama berusia 15 tahun bernama Tuti dan anak kedua berusia 10 tahun bernama Iwan. Pak Dodot memiliki rumah bertipe 36 dengan 2 kamar, ruang tamu dan 1 buah kamar mandi. Ibu Ani setiap pagi membersihkan rumah mereka seperti menyapu dan mengepel baru setelah itu Ibu Ani pergi ke Kelurahan untuk berjualan. Kamar mandi keluarga Bapak Dodot selalu dikuras seminggu sekali bergantian oleh seluruh keluarga tetapi menurut Bapak Dodot setiap kali kamar mandi dan bak mandi terlihat kotor maka selalu dibersihkan oleh Bapak Dodot. Bapak Dodot sebagai seorang Kepling selalu mengajak warganya untuk bergotong royong tetapi dikarenakan warganya kebanyakan adalah pekerja maka gotong royong tersebut jarang dilakukan kecuali bila sudah banjir karena selokan mampet penuh sampah barulah warganya mau ikut serta bergotong royong semua. Kepala lingkungan sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah sudah bekerja secara maksimal tetapi “adakalanya” kesadaran masyarakatlah yang sangat kurang, bahkan ada masyarakat yang ketika diperiksa bak mandi mereka untuk melihat ada atau tidak jentik mereka menolak tetapi setelah “ditelusuri” ternyata mereka takut diperiksa bak mandinya karena “sangat jorok” dan banyak jentik-jentiknya.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pak Dodot juga merasa sudah sangat banyak hal yang telah mereka lakukan seperti memberikan penyuluhan dan setiap minggu turun ke rumah warga untuk memeriksa jentik di bak mandi sekalian memberikan penyuluhan kepada warga akan bahaya demam berdarah dan pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan bahkan, Bapak Dodot pernah menyebarkan “selebaran” yang salah satu isinya tentang pencegahan demam berdarah. Kepala lingkungan mengatakan banyaknya warga mereka yang terkena demam berdarah dikarenakan rumah yang ditinggalkan dalam waktu yang lama seperti pulang kampung ataupun rumah yang sudah tidak disewakan kembali dan dalam keadaan kosong, di mana penghuninya lupa mengosongkan air bak mandi sehingga menjadi perindukan dari nyamuk demam berdarah. Kepala lingkungan mengatakan bahwa jumantik sekarang ini tidak berjalan lagi semenjak “Pak Walikota masuk bui” juga disebabkan tidak ada lagi perintah dari Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara rutin kerumah-rumah warga untuk melihat jentik, tetapi sama sekali tidak ada aktivitas yaitu semenjak bulan sepuluh tahun 2008. Dulu semasa masih ada Pak Walikota Kepala Lingkungan “menurut” Pak Dodot masih diberikan “uang jalan” sebesar Rp. 20.000.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.3.
Penyebab Terjadinya Demam Berdarah pada Keluarga
4.3.1. Kebersihan dalam Rumah Keluarga Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana keluarga dalam menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi di rumah mereka: I
Rumah keluarga Bapak Sugi mempunyai dua kamar mandi yang dipakai oleh keluarga mereka, istri Bapak Sugi tidak pernah
membersihkan
kamar
mandi
mereka
karena
menyerahkan tugas tersebut kepada sang suami dan keponakannya. Bapak Sugi selalu membersihkan kamar mandi
terutama
baknya
seminggu
sekali
sedangkan
keponakannya Bapak Sugi baru membersikan kamar mandi beserta bak mandi ketika Ibu Dita istri dari Bapak Sugi sudah “memperingatkan” berulang-ulang. Padahal bak mandi yang menjadi tugas keponakaannya tersebut lah yang besar dan selalu menjadi tempat penampungan air dan selalu penuh dengan air. Kamar mandi keluarga Bapak Sugi juga dalam keadaan lembab dan tanpa penerangan. Ibu Dita juga menjemur pakaian mereka di dalam rumah di depan kamar mandi dikarenakan rumah mereka tidak mempunyai halaman dan biasanya menjemur dipagar rumah tetapi karena ibu Dita sering tidak dirumah maka Ibu Dita merasa lebih aman menjemur pakaian di dalam rumah dan lebih awet serta tidak Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
cepat pudar warna bajunya disebabkan tidak terkena sinar matahari secara langsung ……
II
Kamar mandi keluarga Bapak Apri sangat sederhana disana tidak ada bak mandi hanya ada ember sedang untuk menampung air tetapi kamar mandi tersebut dalam keadaan lembab dan tanpa penerangan, di dalam kamar mandi tersebut istri Bapak Apri yaitu Ibu Ida juga suka menjemur pakaian walaupun tidak setiap hari hanya digunakan bila pakaiannya masih belum kering saja, tetapi untuk menjemur handuk setiap hari dilakukan oleh Ibu Ida di dalam kamar mandi tersebut………
III
Kamar mandi keluarga Bapak Sitorus selalu membersihkan kamar mandi terutama bak mandi yang dibuat tidak terlalu bersar sehingga tidak menyimpan air terlalu banyak, walau banyak wadah penampung air didalam kamar mandi tersebut tetapi dalam keadaan ditelungkupkan dan tidak ada air di dalamnya….
IV
Kamar mandi keluarga Bapak Nainggolan dalam keadaan bersih dan ventilasi di dalam kamar mandi tersebut dipasangi
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dengan kasa nyamuk. Bapak Nainggolan beserta istri selalu membersihkan kamar mandi tersebut minimal 2 hari sekali, karena kotornya air PAM….
Dari narasi di atas terlihat bahwa ada 2 keluarga yang kurang menjaga kebersihan kamar mandi keluarga mereka sehingga dalam keadaan lembab dan kemungkinan nyamuk untuk berkembang biak sangat besar sedangkan 2 keluarga selalu menjaga kebersihan kamar mandi keluarga mereka. 4.3.2. Ketersediaan Air Narasi di bawah ini menggambarkan bagaimana keadaan ketersediaan air di Perumnas Helvetia: I
Maka nya “kami” jarang membersihkan bak mandi dikarenakan air PAM yang selalu mati pagi hari lalu hidup kembali jam 10 pagi dan mati lagi jam 2 siang barulah hidup kembali jam 4 sore. Jadi kalau air yang ada di bak mandi digunakan untuk membersihkan bak mandi otomatis untuk yang lain pakai air apa? Sedangkan untuk menampungnya udah susah bahkan aku aja harus bangun pagi-pagi untuk mencuci pakaian supaya ada air, dan mencuci piring serta mengepel lantai aku lakukan sore hari karena air selalu mati kalaupun hidup airnya sangat kecil. Wadah penampung air dalam keadaan terbuka tanpa penutup karena tidak ada penutupnya……
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II
Aku menampung air selain yang didalam bak mandi tersebut, aku tampung juga dengan ember-ember dan tong besar untuk menyimpan air. Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air, sehingga untuk mandi, mencuci dan kakus harus ditampung dalam “tong” dan ember-ember dan tidak aku tutup karena memakai ember tong dan ember yang tidak ada tutupnya…….
III
Saya selalu menyediakan tong ataupun ember-ember karena di Perumnas Helvetia ini sering kali mati air terutama kalau pagi karena semua masyarakat Perumnas pake air PAM. Jadi kalau tidak ditampung dalam ember pada waktu air hidup maka tidak bisa mandi nanti kami semua. Wadah penampung air selalu aku tutup rapat dan setelah dipakai airnya maka aku tutup kembali dan dibersihkan secara teratur minimal seminggu sekali atau setelah airnya habis…..
IV
Walau sekarang sudah jarang mati air tapi tetap aja aku selalu menampung air di dalam tong air di dalam kamar mandi karena takut kalau tiba-tiba mati air sedangkan persediaan air tidak ada. Tong air selalu aku tutup kembali setelah aku gunakan airnya dan dibersihkan bila air sudah habis…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keempat keluarga di atas semuanya menampung air dengan wadah-wadah penampung air dikarenakan kurangnya ketersediaan air di Perumnas Helvetia di mana dengan sering mati air PAM pada saat-saat masyarakat sangat membutuhkan air untuk beraktivitas maupun untuk keperluan rumah tangga seperti memasak dan mencuci. Ada dua keluarga yang selalu menutup dan membersihkan wadah penampung air secara teratur dan dua keluarga lagi tidak menutup wadah penampungan air ataupun membersihkan wadah tersebut. 4.3.3. Pengetahuan Keluarga Pengetahuan keluarga tentang penyakit demam berdarah terlihat dari narasi keluarga berikut ini: I
Ibu Dita merasa panik setelah anaknya demam turun naik tanpa penyebab, setelah dibawa ke bidan ternyata anaknya menderita demam berdarah. Ibu Dita mengatakan tidak tahu dengan pasti di mana anaknya terkena demam berdarah dan bagaimana pencegahannya demam berdarah tersebut padahal Ibu Dita juga pernah terkena demam berdarah sewaktu remaja di Surabaya. Ibu Dita mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan ataupun informasi apapun dari petugas kesehatan tentang demam berdarah …
II
Setelah pulang dari kampung beberapa hari kemudian anak Ibu Ida yaitu Yolanda mulai menderita demam lalu dibawa ke bidan tetapi bidan mengatakan hanya demam biasa, bahkan ketika Ibu Ida menanyakan tentang “bintik-bintik merah” dikaki putrinya ibu bidan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
mengatakan “tidak apa-apa” biasa digigit nyamuk. Aku mulai khawatir karena kakak pernah terkena demam berdarah dan tandatandanya “bintik-bintik merah”. Tetapi karena kata sibidan tidak apa-apa aku “tenang” saja, tetapi karena demam putriku terus turun naik maka kami bawa lagi ke bidan yang lain dan setelah periksa darah maka “positif” putriku demam berdarah lalu diopname di Rumah sakit. Tetapi setelah sembuh dan suamiku “melapor” ke Puskesmas tetap aja tidak ada penyuluhan atau pun informasi tentang demam berdarah dari petugas kesehatan….
III
Demam berdarah saya ketahui dari televisi dan dari bacaan tentang demam berdarah, di mana penderita biasanya panas turun naik tanpa sebab yang jelas dan adanya bintik-bintik merah seperti gigitan nyamuk di tangan dan kaki. Biasanya kalau demam harus diberi minum banyak, dikompres dan obat penurun panas. Kalau penyuluhan dari petugas saya tidak pernah mendapatkan…..
IV
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh nyamuk aedes kalau terkena biasanya demam tanpa sebab yang jelas dan turun naik sebaiknya diberi minum banyak dan dikompres. Kalau mau memastikan harus diperiksa darah ke laboratorium karena kadangkadang tanda bintik-bintik merah itu tidak ada…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Narasi keluarga di atas terlihat bahwa 2 keluarga mempunyai pengetahuan yang kurang sedangkan 2 keluarga lagi mempunyai pengetahuan yang sudah baik bahkan mereka sudah mengetahui tentang penanggulangan demam berdarah bila keluarga mereka terkena demam berdarah. 4.3.4. Sanitasi Lingkungan Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana sanitasi lingkungan kurang terjaga oleh keluarga: I
Kebersihan lingkungan ditempat kami tinggal ini kami lakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing keluarga. Kalau sempat saja kami lakukan karena kami jarang di rumah. Ada beberapa keluarga didepan tempat tinggal keluarga Bapak Sugi yang selalu membersihkan lingkungannya tetapi ada keluarga yang tidak mau membersihkan sama sekali sehingga selokan mereka mampet seperti “orang Batak” yang jualan, sampahnya dibuang diselokan dan malas membersihkannya. Selama Ibu Dita tinggal di Perumnas Helvetia baru sekali kepala lingkunganya turun meminta warga untuk bergotong royong membersihkan selokan yaitu setelah “si Rizdin” sembuh dari demam berdarahnya dan Ibu Dita melaporkan bahwa anaknya terkena demam berdarah…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II
Selokan kami ini jarang kami dibersihkan karena kebanyakan keluarga yang tinggal di sini sibuk dan jarang di rumah. Kalaupun mau membersihkan selokan harus keluarga masing-masing. Karena kejadian anak saya terkena demam berdarah makanya kepala lingkungan turun dan mengajak warga membersihkan selokan. Padahal Ibu Ida selalu membersihkan selokan bersama ibu mertuanya tetapi hanya selokan di belakang rumah tetapi kalau di depan jarang…..
III Kebersihan lingkungan kami karena kami secara rutin mengadakan gotong royong setiap hari minggu kalaupun tidak semua keluarga yang tinggal di sini ikut tetapi kami selalu melakukannya sehingga selokan tidak mampet dan bersih. Hanya karena kami tinggal didekat pasar Helvetia di mana banyak pedagang yang buang sampah sembarangan, makanya selokan dekat pasar Helvetia itu mampet dan bila hujan maka airnya mengalir kerumah keluarga yang berdekatan dengan pasar tersebut, padahal kami sudah mengajukan keberatan kepada pengelola pasar Helvetia tetapi belum juga ada tanggapan……
IV Semua keluarga di lingkungan kami selalu membersihkan selokan rumahnya walaupun sendiri-sendiri, tetapi umumnya selokan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kami
ditutupi
dengan
semen
sehingga
susah
untuk
membersihkannya. Hal itulah yang kadang-kadang membuat selokan kurang lancar…..
Dari narasi keluarga di atas terlihat 2 keluarga tidak pernah melakukan kegiatan gotong royong di lingkungan tempat mereka tinggal dan 2 keluarga secara rutin melakukannya. Sanitasi lingkungan harus dijaga oleh masing-masing keluarga karena kesibukan dari masing-masing keluarga menyebabkan mereka tidak tidak sempat bergotong royong apalagi untuk melakukan 3M bersama-sama, padahal 3M tersebut sangat penting untuk pemberantasan demam berdarah.
4.4.
Peran Petugas Kesehatan Berikut ini narasi dari Petugas Kesehatan dan petugas penunjang demam berdarah terhadap masyarakat yang tidak perduli akan kesehatan mereka sendiri: I
Masyarakat tidak perduli akan pentingnya kebersihan bahkan ada masyarakat yang ketika mau diperiksa bak mandi mereka “menolak”, setelah dipaksa ternyata memang bak mandinya tidak pernah dibersihkan. Ketika ada ditemukan jentik di dalam bak mandinya disuruh buang airnya juga menolak karena nanti mau digunakan untuk mencuci kain lap dan mengepel lantai, setelah itu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
apakah bak mandinya dikeringkan atau tidak aku tidak tahu lah “habis” dikasih tahu pemilik rumahnya “membandel”….
II Siapa yang ingin warganya terkena demam berdarah kata pak Dodot tetapi bila terjadi bagaimana? apa saya yang salah padahal mereka pergi ke Tembung lalu digigit oleh nyamuk Tembung terus mereka pulang ke Helvetia dan mereka demam selanjutnya positif demam berdarah “nah” kalau seperti ini siapa yang salah? makanya kalau warga saya terkena demam berdarah saya selalu tanyakan pergi kemana mereka sebelumnya…..
Dari kedua narasi petugas terlihat bahwa peran petugas kesehatan terhadap penanggulangan demam berdarah sudah berjalan walaupun belum maksimal, hal ini dikarenakan kurangnya penyuluhan yang petugas berikan sehingga masyarakat merasa bahwa yang mereka lakukan sudah benar. Sedangkan petugas penunjang penanggulangan demam berdarah menurut Ibu Herta sebagai Petugas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap penangulangan demam berdarah bahwa Jumantik berjalan seperti narasi berikut: I Tenaga jumantik berjalan dan pemeriksaan jentik selalu dilakukan setiap hari Jumat dan sekalian Jumat bersih. Dan apabila ada kasus pada suatu lingkungan maka seluruh rumah dilingkungan warga tersebut akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
jentik atau tidak, hal ini dilakukan bersama kepala lingkungan wilayah setempat….
Tetapi kenyataan yang didapati di lapangan bahwa jumantik sudah tidak berjalan lama, seperti narasi Pak Dodot sebagai Kepala Lingkungan yang juga sebagai tenaga jumantik berikut: II
Kami para Jumantik sudah lama tidak melakukan pemeriksaan jentik lagi sejak bulan Nopember 2008 dikarenakan tidak ada lagi perintah dari Pemerintah daerah, selama ini kami bekerja sebagai pemantau jentik karena ada tugas dari Bapak Walikota tetapi sekarang tidak berjalan lagi…..
Petugas juga terlihat kurang aktif dan tidak memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan demam berdarah pada masyarakat di wilayah kerjanya terlihat dari narasi dua keluarga yang terkena demam berdarah ketika meraka melapor kepada Puskesmas: I
Setelah kakak melapor ke Puskesmas bahwa anak kakak terkena demam berdarah maka datanglah petugas Puskesmas. Selanjutnya rumah kakak diperiksa begitu juga “dua puluh” rumah yang ada di lingkungan sekitar rumah kakak dan dikatakan oleh petugas Puskesmas itu hanya dua rumah saja yang tidak ada jentik, lalu sore hari sekitar jam 14.00 wib dilakukan penyemprotan tetapi
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
“herannya” hanya rumah kakak saja padahal hampir semua rumah berjentik kata petugasnya bahkan ada yang “mau” memberikan “uang” kalau rumah mereka disemprot juga tetapi petugasnya menolak. Waktu dilakukan penyemprotan semua kamar dibuka begitu juga kamar mandi tetapi mereka tidak meminta kakak untuk menyimpan dan menutup makanan hanya inisiatif kakak sendiri untuk menyimpan makanan. Waktu dilakukan penyemprotan hanya penyemprotnya saja yang turun sedangkan petugas puskesmas tidak turun lagi. Setelah dilakukan penyemprotan dan asapnya hilang maka seluruh perabotan dapur kakak cucu kembali seperti piring, gelas dan lain-lainnya karena kakak khawatir ada sisa-sisa zat kimia nya menempel. Dan setelah itu petugas kesehatan tidak pernah muncul lagi apalagi untuk memberikan penyuluhan demam berdarah kepada kami…..
II
Suami melapor ke Puskesmas bahwa anak saya terkena demam berdarah tetapi baru dua hari kemudian petugas Puskesmasnya turun memeriksa kerumah setelah suami saya kembali datang ke Puskesmas dengan membawa hasil laboratorium anak saya sebagai bukti bahwa anak saya memang benar terkena demam berdarah. Tetapi karena saya tidak di rumah dan pulang kampung karena meninggalnya ibu saya di mana rumah saya dalam keadaan kunci
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
maka Petugas penyemprot tidak dapat masuk kedalam rumah sehingga yang disemprot hanya luarnya rumah saja dan selokan seluruhnya, petugas penyemprot berjanji akan datang untuk menyemprot kembali tetapi sampai sekarang mereka tidak pernah datang lagi untuk menyemprot ulang apalagi untuk memberikan penyuluhan tentang demam berdarah kapada keluarga kami….
4.5.
Penanggulangan Demam Berdarah oleh Keluarga
4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga Dan Kamar Mandi Narasi keluarga berikut menggambarkan penanggulangan demam berdarah yang dilakukan dalam menjaga kebersihan kamar mandi dan wadahwadah penampungan air: I
Supaya jangan terkena demam berdarah lagi Ibu Dita selalu mengawasi dan memeriksa kamar mandi dan apabila bak mandi kelihatan air nya kotor maka ibu Dita segera meminta suami dan keponakannya membersihkan bak mandi. Dan untuk menjaga agar kamar mandi mereka terang dan tidak lembab maka ibu Dita mengganti atap kamar mandinya dengan seng plastik sehingga cahaya matahari bisa masuk ke kamar mandi, sedangkan emberember penampung air selalu ditelungkupkan oleh Ibu Dita setelah ember tidak dipakai lagi…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II
Walaupun kami tidak pakai bak mandi tetapi sekarang kami bila ember penampung air sudah habis airnya langsung aku telungkupkan, pakaian yang dijemur di kamar mandi selalu aku angkat bila sudah kering dan tidak aku biarkan pakaian sampai bermalam dan handuk setelah dipakai dijemur diluar. Aku khawatir sekarang “takutnya” nyamuk bersarang dipakaian lembab itu. Kamar mandi kami pun sudah diganti atap seng nya dengan atap plastik supaya terang….
III
Kakak selalu membersihkan bak mandi bahkan bak mandinya sengaja kakak minta kecil saja karena tidak tahan kakak melihat bak mandi yang kotor itupun hampir setiap hari kakak bersihkan maklum sekarang air PAM airnya selalu kotor padahal sudah kakak buat penyaring dikran air tetapi tetap saja tidak bertahan lama. Bak mandi selalu kakak bersihkan bahkan lebih bersih bak mandi dari lantai kamar mandinya. Ember-ember penampung air diwaktu air mati kakak telungkupkan supaya jangan sampai air masuk dan lupa dibuang bisa-bisa ada jentik pula….
IV
Kamar mandi beserta bak mandinya selalu kami bersihkan bersamasama setiap kali airnya terlihat kotor dan biasanya air sudah
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
terlihat kotor dalam dua hari padahal kami memakai PAM. Air PAM disini sering mati karena itu selalu aku sediakan “tong air” yang kami tutup rapat dan ember-ember yang bila sudah tidak ada airnya kami langsung telungkupkan kembali. Kamar mandi kami juga atap sengnya sudah kami ganti dengan tap seng plastik sehingga matahari bisa masuk dan kamar mandi terang serta tidak lembab….
Dari keempat keluarga di atas terlihat bahwa telah ada upaya pencegahan demam berdarah yang dilakukan oleh keluarga sehingga mereka dapat mencegah terjadinya demam berdarah di keluarga mereka. 4.5.2. Mengantisipasi Ketersediaan Air Selama ini yang menjadi masalah yang cukup “rumit” di Perumnas Helvetia adalah ketersediaan air yang cukup, sehingga banyak warga atau keluarga menyediakan tempat penampungan air seperti tong air dan ember-ember yang banyak di kamar mandinya sehingga dapat menjadi tempat perindukan jentik. Hal ini terlihat dari narasi keluarga berikut: I
Air selalu mati sehingga kami sangat kesulitan untuk memperoleh air tetapi untuk menyimpan air di “tong” tidak kami lakukan karena takut kalau tidak langsung habis airnya bisa-bisa jadi tempat jentik nyamuk. Untuk mengantisipasi agar air tetap cukup
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
maka
saya
bangun
pagi
untuk
mencuci
pakaian
dan
membereskan rumah serta membersihkan kamar mandi beserta bak mandinya disore hari sehingga air ada….
II
Air selalu mati jadi harus berhemat dan supaya tidak harus menampung air dengan banyak wadah maka disimpan dalam tong besar dan ditutup rapat dan seminggu sekali “tong air” dikuras airnya dan dibersihkan…
III
Supaya air tetap ada maka aku selalu berusaha untuk menampung air diwaktu air hidup, biasanya memakai ember dan tong air. Kalau membersihkan kamar mandi dan bak mandi selalu aku lakukan bila kotor dan airnya mulai “jorok”. Bak mandinya dikuras dan airnya dibuang setiap 3 hari sekali atau paling lama seminggu sekali supaya tidak ada jentik-jentik nyamuk….
IV
Kami selalu menampung air di tong air karena PAM sering mati. Walaupun kami menampung air aku selalu membersihkan tong air dan mengeringkannya bila tidak kami pakai……
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Dengan banyaknya wadah tempat penampungan air tersebut dikhawatirkan akan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes tetapi bila setiap keluarga tetap menbersihkan secara teratur dan menutup tempat penampungan air tersebut maka dapat dicegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk tersebut.
4.5.3. Menjaga Kebersihan Sanitasi Lingkungan Berikut narasi bagimana sanitasi lingkungan dan pembuangan sampah padat yang dilakukan keluarga sehingga penyakit demam berdarah tidak terjadi: I
Sampah keluarga saya kata ibu Dita, selalu diangkut oleh pengangkut sampah, sedangkan sampah yang kering seperti botol bekas, plastik bekas ataupun ember bekas selalu saya kumpulkan saya periksa dulu ada atau tidak air di dalamnya kalau tidak saya satukan didalam “kotak” dan saya susun rapi di dalam gudang setelah terkumpul banyak barulah saya jual ke tukang “Botot”, sedangkan sampah-sampah yang menyumbat selokan seperti bungkus plastik, minuman dan jajanan anakanak dalam “cup” yang bisa menampung air dan dibuang sembarangan kedalam selokan selalu saya angkut dan masukkan ke dalam tempat sampah….
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II
Kalau sampah saya selalu dibuang ditempat sampah dan diangkut pengangkut sampah, tetapi kalau sampah yang bisa saya jual selalu saya pisahkan dengan sampah biasa dan saya kumpulkan didalam “karung” supaya tidak berserakan dipermainkan anakanak saya setelah banyak baru saya jual ke tukang “botot”. Selokan kami memamg selalu penuh dengan sampah karena banyak yang jualan tetapi saya meminta mereka membersihkan selokan setelah mereka selesai berjualan dan memasukkan sampah tersebut ke tempat sampah….
III
Sampah kakak selalu diangkut tukang sampah tetapi hanya yang bisa membusuk aja seperti sisa sayuran dan nasi sedangkan kalau sampah-sampah yang bisa kakak bakar akan kakak bakar untuk kakak jadikan kompos dan menurut kakak tanah bekas sampah yang dibakar tersebut membuat tanaman bunga kakak subur kalau tanah yang dibeli kurang bagus menurut kakak. Kalau sampah kaleng, botol bekas dan ember bekas ataupun sampah yang laku dijual selalu kakak kumpulkan ke dalam karung disimpan rapi jangan sampai diganggu anak-anak lalu setelah banyak kakak jual ke “botot”….
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
IV
Bapak Sitorus selalu membuang sampah rumah tangga mereka ke tempat sampah dan kemudian akan diangkut oleh pengangkut sampah, bila ada sampah yang bisa mereka manfaatkan seperti sampah kering (botol, ember-ember bekas dan plastik) akan mereka kumpulkan lalu mereka jual. Keluarga Bapak Naigolan juga selalu menjaga kebersihan lingkungan mereka seperti selokan mereka dari sampah yang bisa menampung air sehingga selokan depan rumah mereka selalu bersih….
Dari narasi keempat keluarga tersebut dapat terlihat bahwa pengelolan sanitasi lingkungan dan sampah yang baik dapat memberikan manfaat yang sangat besar selain terhindar dari penyakit demam berdarah juga menghasilkan pemasukan bagi keluarga yaitu dengan mengumpulkan sampah yang laku dijual.
4.6.
Perlindungan Keluarga terhadap DBD a. Menggunakan Pakaian Pelindung Berikut narasi bagaimana keluarga melindungi anggota keluarganya dari gigitan nyamuk demam berdarah:
I
Kalau tidak sekolah si Rizdin dan aku bepergian ke “Binjai” selalu aku pakaikan Rizdin celana panjang dan baju panjang tangan karena takut nanti Rizdin nya di gigit nyamuk…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II
Setiap bepergian ke tempat saudara saya selalu memberi pakaian kepada anak-anak saya dengan pakaian tangan panjang dan celana panjang dan sedikit besar dan tebal supaya kalau nyamuk mau menggigit terhalang pakaian yang dipakai anak saya….
III
Biasanya kalau bepergian aja aku pakaikan anak-anak pakaian yang agak tebal dan tertutup, karena takut juga mereka digigit nyamuk tapi tidak selalu karena anak-anak malas pakai pakaian yang seperti itu…..
IV
Karena anakku masih sangat kecil maka aku sangat khawatir anakku digigit nyamuk, makanya selalu aku pakaikan pakaian yang tebal dan menutupi seluruh badannya kecuali di rumah karena anakku suka rewel kalau kepanasan….
Narasi di atas terlihat bahwa keempat keluarga tersebut berupaya agar anak-anak mereka memakai pakaian yang tebal dan longgar serta menutup seluruh badan ketika berpergian ketempat-tempat yang belum pernah mereka datangi ataupun daerah yang mereka takuti banyak nyamuk. b. Menggunakan Obat Anti Nyamuk dan Kelambu Narasi berikut menggambarkan keluarga yang menggunakan obat nyamuk baik bakar maupun elektrik serta Kelambu: Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
I
Kalau aku tidak suka dengan obat nyamuk bakar karena khawatir dengan asapnya kasihan pula anakku nanti “sesak nafas” pula dan kalau obat anti nyamuk oles seperti “autan” juga takut karena belum tahu akan efek sampingnya, jadi kami biasa pakai obat nyamuk “hit” elektrik karena aku rasa lebih aman….
II
Kalau keluarga kakak selalu pakai obat nyamuk bakar karena “murah” dan gampang memperolehnya kalau kakak pakai obat nyamuk semprot anak-anak tidak tahan bau dari obat nyamuk semprot tersebut tetapi kalau pakai obat nyamuk bakar anak-anak bisa tidur hanya supaya asapnya jangan sampai terhirup anakanak diletakkan saja obat nyamuk bakarnya sedikit agak jauh dan disudut ruangan atau kamar…..
III
Saya takut sekali kalau anak saya kembali terkena demam berdarah, sehingga anak-anak saya biarkan bermain didalam kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu. Saya tidak membiarkan anak-anak saya bermain di luar kecuali mereka jajan di sebelah itupun tidak saya biarkan mereka lama diluar. Saya menggunakan kelambu ini karena keluarga saya tidak tahan dengan obat nyamuk bakar, semprot dan obat nyamuk lainnya. karena saya belum tahu efek dari pakai obat
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
nyamuk tersebut lagian semuanya mengandung zat kimia. Kalau pakai kelambu saya merasa lebih aman untuk anak-anak hanya kelihatan berserakan rumah karena ada kelambu ini….
IV
Aku lebih suka pakai obat nyamuk semprot karena bisa aku pakai sampai sebulan dan hemat. Kalau di televisi dikatakan bahwa obat nyamuk semprot sisa-sisa aerosol bisa nempel di bantal atau di mana-mana maka selalu aku semprot satu jam sebelum tidur lalu aku kibas-kibas dulu bantal dan “seprei” sehingga yang sisasisa zat kimia yang tertinggal bisa “hilang” setelah itu aku sapu kembali ruangan yang disemprot baru aku tidur begitu juga kalau aku seprot obat nyamuk siang hari supaya jangan terhirup oleh anakku….
Dari narasi keluarga di atas terlihat bahwa keluarga biasa keluarga untuk mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti nyamuk baik bakar, elektrik maupun semprot, tetapi ternyata ada keluarga yang memang menggunakan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk demam berdarah di siang hari.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.7.
Penanggulangan Demam Berdarah oleh Pemerintah a. Pencegahan Narasi berikut menggambarkan bagaimana petugas Puskesmas turun ke warga untuk melakukan pemeriksaan jentik:
I
Seluruh petugas Puskesmas secara kontinu melaksanakan pemeriksaan jentik setiap hari Jumat. Puskesmas Helvetia memiliki 7 wilayah kerja dan kami membaginya menjadi empat kelompok dan setiap Jumat secara bergiliran kelompok tersebut mengadakan PSN kepada warga di wilayah kerja puskesmas …..
II
Kami sekarang tidak pernah melakukan pemeriksaan jentik lagi tetapi setahu kami petugas Puskesmaslah yang sekarang turun melakukannya setiap hari Jumat melakukan pemeriksaan jentik ke rumah-rumah warga…
Dari narasi di atas memang untuk pemeriksaan jentik sudah dilakukan oleh petugas Puskesmas tetapi belum merata mereka lakukan karena keterbatasan tenaga dan waktu. Sudah seharusnya petugas pemantau jentik ini diaktifkan kembali dan diberikan insentif yang memadai sehingga mereka bisa bekerja maksimal. Pemberantasan sarang nyamuk walaupun dikatakan oleh petugas telah dilakukan melalui Jumat bersih tetapi kenyataannya yang dilakukan hanyalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sebatas pemeriksaan jentik bukan kegiatan bergotong royang dengan melakukan kegiatan 3M yaitu menguras bak mandi, menutup wadah-wadah penampungan air, dan mengubur barang-barang tidak terpakai dan dapat menampung air. b. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan Berikut narasi petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan demam berdarah: I
Apabila ada masyarakat yang berobat ke Puskesmas dan terindikasi penyakit demam berdarah maka diberikan pengobatan yaitu pemberian obat penurun panas, dan apabila harus dirujuk ke rumah sakit maka dirujuklah penderita ke rumah sakit. Tetapi bila ada laporan dari Lurah bahwa ada warga mereka yang terkena demam berdarah maka kakak lihat hasil laboratoriumnya benar atau tidak terkena demam berdarah dari hasil trobositnya yang menurun,lalu kalau laporannya diterima pagi maka kakak akan langsung menjumpai kepala lingkungannya dan bersama kepala lingkungan kakak akan turun kerumah penderita demam berdarah tersebut setelah itu kakak melakukan penyelidikan epidemiologi seperti menanyakan kapan sakitnya, sejak kapan terkenanya dan bepergian kemana. Setelah dilakukan PE tersebut maka dilakukan fogging ke rumah warga yang terkena demam berdarah tersebut
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
selanjutnya maka dibuatlah laporan langsung ke Dinas Kesehatan Kota tentang penderita demam berdarah serta foggingnya….
II
Kalau ada warga yang terkena demam berdarah maka saya langsung melapor ke Puskesmas dan selanjutnya bersama petugas Puskesmas kami turun melihat rumah dan penderita demam berdarah, dan biasanya kami memeriksa bak mandinya ada tidak jentik begitu juga tempat-tempat yang ada mengandung air bersih seperti tempat penampung air Dispenser, selanjutnya petugas kesehatanlah yang bekerja yaitu untuk fogging…..
Dari narasi di atas petugas kesehatan hanya menunggu laporan dari kelurahan ataupun ada penderita demam berdarah yang datang ke Puskesmas, petugas tidak pernah menjemput bola sehingga kejadian demam berdarah dapat diantisipasi secara dini. c. Pengamatan Penyakit dan Penyelidikan Epidemiologi Berikut merupakan narasi dari petugas kesehatan yang menjadi penanggung jawab program penanggulangan demam berdarah tentang pengamatan dan penyelidikan epidemiologi yang dilakukannya: I
Bila ada masyarakat yang menderita penyakit demam berdarah maka saya turun kelapangan untuk melakukan penyelidikan Epidemiologi serta melakukan pengamatan kepada seluruh warga
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang ada di lingkungan tersebut ada tidak yang sebelumnya terkena demam berdarah dan pemeriksaan jentik ke seluruh rumah warga…..
Dari narasi petugas kesehatan tersebut dapat dilihat bahwa pengamatan penyakit demam berdarah baru dilakukan apabila ada masyarakat yang terkena demam berdarah saja kalau tidak maka petugas kesehatan tidak turun. Sedangkan penyelidikan Epidemiologi memang dilakukan setelah ada masalah untuk melihat perjalanan penyakit demam berdarah tersebut dan apa penyebabnya.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.
Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleh Keluarga
5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti Seperti influenza atau penyakit infeksi lain, infeksi virus dengue dapat berulang, mungkin seseorang bisa mengalami infeksi virus dengue dua, tiga, atau empat kali. Virus dengue dapat menyerang siapapun melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan segala upaya untuk menghindari demam berdarah berulang. Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang dapat tertular demam berdarah, termasuk orang yang pernah mengalami sakit demam berdarah. Dua faktor ini sangat menentukan seseorang akan terkena DBD atau tidak, terutama saat penyakit DBD meningkat. Dua faktor tersebut adalah faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kita mampu menjaga kondisi badan tetap bugar, kemungkinan kecil untuk terkena demam berdarah. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan perilaku orang-orang disekitar kita. Oleh karena itu, untuk menghindarinya perlu usaha yang lebih keras (Satari, 2004). Penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah penderitanya tinggi dan penyebarannya yang makin luas, terutama di musim Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penghujan. Sejumlah pakar kesehatan setuju bahwa kondisi ini juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang memudahkan seseorang menderita DBD. Masyarakat kita lebih senang mandi dengan menampung air dahulu ke dalam bak mandi daripada menggunakan shower. Padahal
kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk Aedes
aegypti untuk hidup dan berkembang (Satari, 2004). Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan di masyarakat Perumnas Helvetia yang menampung air dengan wadah penampung air yaitu tong walaupun hal tersebut terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan air bersih seperti narasi keluarga berikut: “Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air, sehingga untuk mandi, mencuci dan kakus harus ditampung dalam “tong” dan ember-ember”. Nyamuk ini sangat senang berkembang biak ditempat penampungan air karena tempat itu tidak terkena sinar matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah. Dan dari berbagai tempat berkembang biak, bak mandi merupakan tempat penampungan air yang paling banyak mengandung larva Aedes aegypti. Hal ini dikarenakan kamar mandi masyarakat kita umumnya lembab, kurang sinar matahari dan sanitasi atau kebersihannya kurang terjaga. Nyamuk Aedes lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tepat bersembunyi di dalam rumah atau bagunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Walaupun jarang, juga ditemukan di luar rumah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ditanaman atau tempat berlindung lainnya, tempat beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda-benda yang digantung seperti baju dan tirai dan dinding. Keluarga memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan rumah, apabila keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya maka nyamuk penyebab demam berdarah tidak dapat berkembang biak dikarenakan sifat dari nyamuk demam berdarah sendiri yang sangat senang hidup dan berkembang biak ditempat yang lembab dan bersih. Selama ini kita terlalu banyak berharap kepada Pemerintah agar dapat mencegah penyebaran demam berdarah padahal hal tersebut dapat dicegah oleh keluarga melalui kebersihan rumah dan lingkungan (Anonim, 2007). Kebersihan di dalam rumah bukan hanya dalam menjaga rumah tersebut bersih tetapi juga dari semua hal yang dapat menjadi peristirahatan nyamuk seperti baju yang bergantungan dan kurangnya ventilasi sehingga rumah lembab. Biasanya kebersihan di dalam rumah terdiri dari membersihkan rumah secara teratur setiap hari dan menjaga kebersihan rumah lainnya yaitu antara lain kamar mandi. Adapun cara membersihkan bak mandi yaitu secara berkala keluarga melakukan pengurasan dan pembersihan dinding dalamnya, lalu taburi air dengan larvasida untuk membunuh jentik-jentik yang ada, serta bila rumah akan ditinggalkan untuk beberapa hari maka bak mandi harus dikosongkan/keringkan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Mungkin
hampir
setiap
rumah
di
Indonesia
memiliki
tempat
penampungan air. Itu artinya di setiap rumah jentik Aedes aegypti dapat berkembang biak. Oleh karena itu, gerakan memberantas nyamuk harus dilakukan pada setiap keluarga di rumahnya. Kegiatan ini harus dilakukan secara serempak mengingat nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang yang cukup jauh dengan radius 100-200 meter. Jadi, jika anda sudah membersihkan seluruh rumah, bukan tidak mungkin salah satu keluarga kita atau bahkan kita sendiri tetap tertular DBD. Penelitian Satari (2004), menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa pipa atau PAM, perkembangan nyamuk Aedes aegypti-nya lebih tinggi karena penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air dengan saluran pipa. Hal ini tidak sejalan dengan hasil pengamatan saya karena walaupun masyarakat Perumnas Helvetia menggunakan PAM tetap saja masyarakatnya terkena demam berdarah. Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia pada jam-jam tertentu atau sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air pada berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan Aedes. Kebanyakan wadah tersebut besar dan berat (seperti tangki penyimpanan air) dan sulit untuk dikeringkan atau dibersihkan, bahkan sumur bersih apabila tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sangat penting tersedianya air minum dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik dan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
terus menerus untuk mengurangi kemungkinan penyimpanan air dalam wadah yang dapat berfungsi sebagai tempat perindukan jentik (Depkes RI, 2007). Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas besar. Wadah penampungan harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah menggunakan air harus dijaga agar wadah tertutup kembali (Depkes RI, 2003). Dari hasil penelitian yang saya lakukan maka di Perumnas Helvetia dari empat keluarga tersebut yang diamati seluruhnya melakukan penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya keluarga dalam mengantisipasi ketersediaan air tersebut dengan menggunakan wadah penampungan air yang tertutup dan terjaga baik. Walaupun menggunakan tong yang besar untuk menampung air karena keterbatasan air tetapi selama tong penampung air tersebut tertutup rapat dan bila selesai mengambil air lalu tong tersebut ditutup kembali serta membersihkan dan membuang air sisa yang ada di dalam tong secara berkala dan menyikat tong penampung air tersebut maka jentik demam berdarah tidak akan ada di dalamnya. 5.1.2. Sanitasi Lingkungan Menurut Depkes (2003), kebersihan lingkungan dari media seperti kaleng, ban bekas, plastik, tempurung dan lain-lain merupakan aspek lingkungan yang mempengaruhi terjadinya DBD.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh keluarga dan warga, sanitasi lingkungan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh seluruh warga di lingkungan tersebut, tetapi tidak semua warga yang merasa bertanggung jawab akan keadaan sanitasi lingkungannya apalagi yang tinggal di perumahan. Warga baru mau bergotong royong apabila kepala lingkungan mereka aktif dan mau bersama-sama warga bergotong royong. Kepala lingkungan sebagai tokoh masyarakat seharusnya berperan aktif tetapi hal tersebut sangat jarang sekarang ini. Sanitasi lingkungan yaitu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan di sekitar keluarga. Selama ini kejadian yang terjadi di masyarakat mereka kurang sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan. Masyarakat hanya mau membersihkan lingkungan di rumah mereka saja. Masyarakat tidak sadar bahwa nyamuk Aedes aegypti bisa terbang dalam radius sampai 100 meter, jadi bukan mereka saja yang bisa terkena tetapi tetangga mereka juga bisa terkena. Menurut Soegijanto (2004), dari semua pengendalian nyamuk Aedes seperti pengendalian kimiawi tetap saja yang paling penting dari semua itu adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme penularan penyakit DBD sehingga dapat berperan aktif menanggulangi penyakit DBD. Sejalan dengan hal di atas maka kepala lingkungan dianggap sebagai orang yang sangat dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan dari Pemerintah. Selama ini masyarakat merasa bahwa kepala lingkungan merekalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang harusnya berperan serta aktif untuk mengajak warganya membersihkan dan menjaga sanitasi lingkungan. Kepala lingkungan sudah seharusnya tanggap akan situasi yang ada pada warganya apalagi warga merasa mereka yang mengangkat kepala lingkungan melalui musyawarah bersama. Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin (2003) dan Kusdi (2003), menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor keadaan lingkungan berupa kebersihan halaman rumah dari sampah yang dapat menampung air seperti botol bekas, tempurung dan lain-lain. Hal tersebut berlawanan dengan yang peneliti dapatkan karena sampah juga dapat menimbulkan DBD bila sampah tersebut dibiarkan berserakan dan tanpa memeriksa ada tidak air di dalamnya serta menempatkan sampah tersebut dengan baik, keluarga hanya membuang sampah yang tidak berguna seperti sampah sayuran, sisa nasi, dan sampah belanjaan seperti bekas kantongan dan sampah kertas, tetapi sampah seperti kaleng bekas cat, botol plastik, botol kaca dan benda-benda yang bisa mereka jual selalu mereka simpan padahal bila bendabenda tersebut tidak disimpan dengan benar dan benar-benar bersih dari air maka akan menyebabkan demam berdarah karena jentik nyamuk bisa tinggal ditempat tersebut. Menurut Satari H (2004), penanggulangan demam berdarah pada keluarga sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik, penyakit demam berdarah terus saja terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan oleh keluarga. Penderita demam berdarah menjadi sangat tinggi dan menyebar Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sangat luas biasanya pada musim penghujan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling efektif adalah dengan tindakan PSN sehingga tempat-tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk dapat dihilangkan. Menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas agar kasus DBD tidak terjadi lagi. Memang, tidak mudah karena usaha ini membutuhkan kerjasama. Jika mau bergerak sendiri akan sulit. Oleh karena itu, sebaiknya meminta aparat setempat memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat untuk melakukan aksi 3 M. Sampah merupakan masalah bagi setiap keluarga, apalagi masyarakat kita masih mempunyi sifat “sayang” membuang “masih” bisa dipakai, padahal sampah merupakan sumber penyakit bila tidak dibuang pada tempatnya dan dengan benar. Masyarakat yang tinggal diperumahan biasanya tidak terlalu pusing dengan sampah karena “biasanya” selalu diangkut oleh pengangkut sampah tetapi kalau pengangkut sampahnya selalu tepat waktu mengangkut sampah, ketika hal tersebut tidak terjadi maka sampah akan bertumpuk di pekarangan dan menimbulkan masalah. Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah atau Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sebelum dimusnahkan harus disimpan secara baik. Perlengkapan rumah tangga harus disimpan terbalik seperti mangkok, ember dan alat penyiram tanaman sehingga tidak menampung air hujan. Sedangkan botol, kaca, kaleng dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang untuk keperluan industri (Depkes RI, 2004). Pembuangan sampah padat di Perumnas Helvetia tidak dapat dilakukan dengan cara mengubur/menanam karena keterbatasan lahan dari warga masyarakat Perumnas sehingga pencegahan yang mereka lakukan hanya menguras bak mandi dan kontainer lain yang mengandung air, menutup wadah penampung air dan penyimpanan air lainnya serta telungkupkan wadah-wadah yang tidak terpakai serta dapat menyimpan air. 5.1.3. Pengetahuan Keluarga Penelitian yang dilakukan Paiman (2000), menjelaskan bahwa penderita DBD umumnya mempunyai pengetahuan yang kurang, sehingga berdampak terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Pengetahuan yang kurang merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian DBD. Masyarakat dengan tingkat pengetahuan tinggi cenderung lebih memahami dan mengerti dalam menjaga kesehatan dirinya dan anggota keluarganya, apabila mengenai penyakit menular seperti DBD. Sesuai dengan penelitian di atas, didapati bahwa dari keluarga yang terkena demam berdarah, setelah ditanyakan kepada keluarga tersebut ternyata keluarga mengetahui dan mengenal demam berdarah selama ini hanya dari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
“televisi”, tetapi begaimana tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit demam berdarah tidak mereka ketahui secara jelas. Pengetahuan mereka dapatkan selain dari televisi biasanya dari “mulut ke mulut” melalui tetangga ataupun saudara mereka yang pernah terkena demam berdarah serta pengalaman pribadi. Tetapi kalau pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangatlah jarang bahkan tidak pernah mereka dapatkan. Dari dua keluarga yaitu keluarga Ibu Dita dan Ibu Ida dalam mengobati demam berdarah hanya secara naluriah sebagai seorang ibu yang anaknya mengalami sakit dengan membawa anak mereka berobat tanpa pengetahuan yang cukup sehingga kemungkinan untuk terulang kembali demam berdarah kepada keluarga mereka sangat besar, karena demam berdarah bisa menular keanggota keluarga yang lain bila mereka tidak tahu akan penyebab demam berdarah dan gejala-gejalanya. Pengetahuan yang kurang dan sikap ibu yang tidak mau tahu akan pentingnya penanggulangan demam berdarah juga menjadi kendala yang sangat besar dikarenakan mereka ketidak mau tahuan keluarga akan pentingnya 3 M, bukan kalau telah di fogging mereka sudah dapat terhindar dari demam berdarah. Sedangkan dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah yaitu keluarga Bapak Sitorus dan Bapak Nainggolan didapati bahwa pengetahuan mereka sudah baik terhadap penanggulangan demam berdarah bahkan mereka telah mengetahui bagaimana cara pencegahan demam berdarah tersebut sehingga keluarga mereka tidak terkena demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5.2.
Peran Petugas
5.2.1. Tanggung Jawab Petugas Petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD mempunyai tanggung jawab yaitu melakukan kunjungan rumah dalam hal ini untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat yaitu keluarga agar mereka mengerti dan melaksanakan penanggulangan
DBD,
melakukan
pemeriksaan
jentik
di
rumah-rumah
masyarakat, menggerakkan dan mengawasi pemberantasan sarang nyamuk serta membuat laporan hasil pemeriksaan jentik serta melaporkannya setiap bulan (Depkes RI, 2006). Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 diakui oleh Departemen Kesehatan bahwa kelemahan pembangunan kesehatan dari sudut tenaga adalah yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu pendidikan yang belum memadai, komposisi tenaga kesehatan yang timpang (Depkes RI, 1999). Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti dapati di lapangan di mana tenaga kesehatan program penanggulangan DBD hanya satu orang dengan pendidikan DIII keperawatan dengan luas wilayah kerja yang sangat luas yaitu 7 wilayah, dengan minim pengetahuan dan pengalaman serta sering berganti-ganti petugas penanggung jawab sehingga kinerja petugas kesehatan tersebut kurang. Petugas kesehatan selama ini merasa bahwa tugas mereka bukan hanya untuk mengontrol masyarakat agar mau menjaga keluarga mereka terhadap demam berdarah. Petugas merasa bahwa masyarakat lah yang tidak aktif dan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sangat pasif, karena selama masyarakat merasa bahwa “fogginglah” yang paling penting dalam pencegahan demam berdarah maka demam berdarah akan terus terjadi, padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tetapi tidak membunuh jentik-jentik nyamuk jadi semua harus “berpulang” ke masyarakat kembali untuk menjaga rumah dan lingkungannya sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk demam berdarah. Petugas dalam menjalankan tanggung jawabnya sudah seharusnya melakukan
kunjungan
rumah
untuk
melakukan
penyuluhan
tentang
pemberantasan demam berdarah kepada keluarga tetapi pada kenyataannya hal itu tidak mereka lakukan, hanya ketika terjadi kasus demam berdarah saja mereka melakukan kunjungan rumah hal itu pun dikarenakan harus melakukan penyelidikan Epidemiologi. Selain melakukan kunjungan rumah petugas kesehatan juga melakukan pemeriksaan jentik berkala ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan secara rutin yaitu pada waktu yang telah ditetapkan bersama. Ibu Herta selaku petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah di Puskesmas Helvetia mengatakan, mereka secara rutin melakukan pemeriksaan jentik pada hari Jumat, di mana dikerahkan seluruh petugas yang ada di Puskesmas dan dijadwalkan secara terperinci kapan saja mereka turun melakukan melakukan pemeriksaan jentik tersebut karena mereka dibagi sebanyak empat kelompok di seluruh wilayah kerja Puskesmas.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Selain itu petugas kesehatan juga merupakan penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang nyamuk tetapi melihat kenyataan di lapangan di mana petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah hanya satu orang saja maka hal tersebut sulit dilakukan. Di mana seharusnya petugas kesehatan mengawasi dan mengajak masyarakat agar mau melakukan PSN secara serentak dan mengingat wilayah kerja Puskesmas Helvetia yang sangat luas dengan 7 wilayah kerja maka petugas sangat kewalahan untuk melakukannya. Petugas
kesehatan
dalam
hal
ini
penanggung
jawab
program
penanggulangan demam berdarah setiap melakukan pemeriksaan jentik yaitu setiap hari Jumat membuat catatan atau hasil rekapan pemeriksaan jentik, tetapi dari hasil yang saya lihat sewaktu saya mengikuti pemeriksaan jentik yang mereka lakukan rekap itu hanya sekedar catatan berapa jumlah rumah yang diperiksa dan itu dicatat hanya pada selembar kertas bukan pada kertas rekapan tetap dan nama pemilik rumah tidak dicatat secara lengkap. Setiap selesai melakukan pemeriksaan jentik maka hasil catatan pemeriksaan itu lalu diserahkan kepada petugas penanggulangan DBD lalu si petugas tersebutlah yang merekap hasil pemeriksaan jentik tersebut lalu dilaporkanlah kepada Kepala Puskesmas. 5.2.2. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia tidak berjalan di mana seharusnya hal ini dilakukan mengingat angka kejadian demam berdarah yang tinggi di Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan sangat penting dilakukan sehingga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
masyarakat tergugah untuk mengubah perilaku mereka dari yang tidak baik menjadi perilaku yang baik. Petugas kesehatan penanggung jawab program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia bahkan tidak tahu apa itu promosi kesehatan atau apa saja yang dilakukan dalam melakukan promosi kesehatan, bahkan ketika ditanya hal yang paling sederhana tentang penyuluhan apa saja yang mereka lakukan sepertinya petugas tersebut juga kurang mengerti. Promosi kesehatan yang mereka lakukan hanya sekedar himbauan kepada keluarga agar melakukan 3 M tanpa menunjukkan dan mempraktekkan apa-apa saja 3M tersebut. Bahkan brosur dan leafleat Puskesmas Helvetia mengenai DBD tidak ada, padahal itu sangatlah banyak di Dinas Kesehatan tinggal bagaimana cara mereka untuk bisa memperoleh dan membagi-bagikan kepada masyarakat yang datang ke Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan yang mereka akui hanya pada waktu “Gerakan Bulan DBD” berupa pergerakkan yang dilakukan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dengan pemberian tas dan kaos yang bertuliskan pencegahan demam berdarah kepada anak-anak SD dan hal tersebut telah sangat lama tidak ada lagi. Promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan sangat penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal tersebut merupakan proses jangka panjang untuk mencapai perubahan perilaku manusia, yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Penuluhan kesehatan dinilai cukup efektif untuk daerahdaerah endemis dan beresiko terjangkitnya DBD (Depkes RI, 2003). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi personal meliputi kegiatan pendidikan kelompok dan berbagai media massa seperti televisi, Koran dan majalah. 5.2.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk Dari hasil pengamatan saya petugas kesehatan melakukan kegiatan PSN setiap hari Jumat sudah dilaksanakan dengan baik tetapi karena setiap melakukan yang “kata mereka” adalah PSN tetapi kenyataannya hanyalah pemeriksaan “jentik” di dalam rumah dikarenakan pelaksanaan“PSN” tersebut dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas yang didapati penderita demam berdarah. Ketika petugas Puskesmas ditanya mengapa hanya di wilayah atau lingkungan yang terkena kasus demam berdarah saja yang dilakukan Jumat bersih “kata” petugas Puskesmas karena luasnya wilayah kerja Puskesmas. PSN sebenarnya bagaimana mengajak masyarakat agar turut serta dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan bergotong royong bersama membersihkan lingkungan tetapi karena umumnya warga Perumnas Helvetia adalah pekerja maka hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan bersama dengan warga. Salah satu cara hanya dengan memeriksa ada tidaknya jentik di wadah penampungan air warga serta memberikan penyuluhan langsung kepada keluarga agar selalu melakukan 3M+1T. PSN dapat dilakukan secara serentak oleh warga hanya harus diatur dan disepakati waktu yang tepat seperti hari Minggu atau hari libur di mana Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
masyarakat tidak bekerja dan berada di rumah, sehingga semua masyarakat dapat bersama melakukan kegiatan PSN tersebut karena tindakan PSN tersebut harus serenpak sehingga nyamuk demam berdarah tidak dapat berpindah tempat dan dapatlah diputuskan rantai kehidupan nyamuk demam berdarah tersebut. Masyarakat sebenarnya mau untuk diajak melakukan kegiatan PSN tersebut jika semua warga turun dan kepala lingkungan mereka juga mau turut serta bersama mereka.
5.3.
Penanggulangan terhadap DBD Penanggulangan DBD pada dasarnya adalah pemutusan mata rantai penularan dari nyamuk demam berdarah yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sebagai berikut: a. Perlindungan Perorangan Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia dan merupakan spesies yang aktif disiang hari. Nyamuk betina mempunyai waktu menggigit, yaitu beberapa jam diwaktu pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Pada umumnya Aedes aegypti tidak menggigit di malam hari, namun mungkin menggigit dalam ruangan yang terang di malam hari (Depkes RI, 2003). Menurut Depkes RI (2003), pakaian dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk bila pakaian tersebut cukup tebal dan longgar, lengan panjang dan celana panjang dengan kaki yang merupakan daerah gigitan nyamuk.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Merujuk hal di atas maka anak sekolah seharusnya mengenakan pakaian semacam itu. Selama ini pakaian anak sekolah tidak seperti itu apalagi kalau anak TK dan SD di mana seragam anak TK dan SD adalah jelana pendek untuk anak laki-laki dan rok pendek untuk anak perempuan. Tidak banyak anak TK dan SD yang memakai seragam yang menutup seluruh badannya, sehingga nyamuk dengan mudah menggigit mereka. Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan pyrentrum dan aerosol (semprot) banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri terhadap nyamuk (Depkes RI, 2003). Membunuh nyamuk dewasa dengan memanfaatkan penyemprot aerosol yang dijual dan tersedia secara aman. Adapun cara penggunaannya dengan menyemprot kamar-kamar tidur termasuk kamar mandi, kloset dan dapur selama beberapa detik dan tutup kamar-kamar tersebut selama 15 – 20 menit. Waktu penyemprotan harus berbarengan dengan saat puncak waktu menggigit diawal pagi hari dan sore hari. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga Bapak Nainggolan untuk mencegah gigitan nyamuk. Menurut Depkes RI (2003), dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah, tirai yang telah dicelupkan ke larutan insektisida mempunyai manfaat yang terbatas dalam program pemberantasan dengue karena spesies vector menggigit pada siang hari. Walaupun demikian, kelambu dapat digunakan secara efektif melindungi bayi dan pekerja malam. Yang sedang tidur siang kelambu tersebut dapat juga secara efektif. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keluarga Bapak Sugi untuk mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu nyamuk yang mereka pakai setiap hari dan anak-anak Bapak Sugi juga bermain di dalam kelambu hal tersebut menunjukkan bahwa ketakutan yang amat sangat dari Ibu Ida terhadap kemungkinan anak-anaknya terkena demam berdarah kembali, terlihat dari narasi berikut: Saya takut sekali, sehingga anak-anak saya bermain di dalam kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu. b. Pemberantasan Vektor Jangka Panjang Cara yang harus dilakukan terus menerus untuk meniadakan Ae. aegypti adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua yang memungkinkan dapat menjadi tempat bersarang nyamuk. Vas bunga satu minggu sekali ditukar airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva (Soedarmo, 2005). Hal ini merupakan pemberantasan vector yang paling tepat dilakukan di samping biaya murah dan sangat gampang melakukannya hanya membutuhkan kemauan yaitu dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara kontinu di setiap keluarga.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5.4.
Promosi Kesehatan dalam Pencegahan Demam Berdarah a. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa seperti televisi, koran, majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal ini adalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukan
tindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebut menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya. Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalam penanggulangan
demam
berdarah
yaitu
dengan
membentuk
organisasi
kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamas pemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasi yang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.
b. Bina Suasana
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agar mau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilaku dalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk. Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubur sehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindar dari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnya diharapkan masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh masyarakat tersebut. c. Advokasi Melakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapat berjalan yaitu kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yang mendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarang nyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu di wilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkan dukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan pada akhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuah ketetapan yang bisa mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarang masyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang dapat menampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padat lainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakan pencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan aspek penelitian, sebagai berikut:
6.1.1. Peran Keluarga 1. Dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah merupakan keluarga yang menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi, sedangkan dua keluarga kurang menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi sehingga keluarga tersebut terkena demam berdarah. 2. Sanitasi lingkungan yang terjaga ada dua keluarga sehingga keluarga tidak terkena demam berdarah, sedangkan dua keluarga yang terkena demam berdarah tidak menjaga sanitasi lingkungan karena kesibukan dan jarang di rumah. 3. Dua keluarga yang terkena demam berdarah mempunyai pengetahuan yang kurang di mana keluarga tidak mengetahui penanggulangan demam berdarah, sedangkan dua keluarga mempunyai pengetahuan yang baik serta mengetahui penanggulangan demam berdarah.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
6.1.2. Peran Petugas Kesehatan 1. Peran petugas tidak berjalan dengan baik di mana petugas kurang memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga masyarakat masih banyak yang menderita demam berdarah. 2. Petugas kurang aktif dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal melakukan pemberantasan sarang nyamuk sehingga pemberantasan sarang nyamuk tidak berhasil. 6.1.3. Penanggulangan DBD 1. Penanggulangan DBD hanya dilakukan ketika terjadi wabah demam berdarah sehingga penanggulangan tidak berjalan secara terus menerus.
6.2.
Saran 1. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas kesehatan terutama dalam penanggulangan demam berdarah. 2. Diharapkan
masyarakat
lebih
proaktif
dalam
mencari
tahu
upaya
penanggulangan demam berdarah sehingga masyarakat mempunyai motivasi yang baik dalam hal penanggulangan demam berdarah tersebut. 3. Petugas kesehatan agar mau memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanggulangan demam berdarah secara berkesinambungan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Alsa A, 2003, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bungin B, 2007, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta. Chahaya, I, 2003, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia, Digitized by USU Digital Library, Medan. Depkes RI, 1992, Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular dan Pelaporan DBD, Ditjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. ________, 1992, Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, DepKes RI, Jakarta. ________, 1999, Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2004, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jakarta. ________, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Depkes RI, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2005, Rencana Strategis 2005-2009 Program Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. , 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dinkes Medan, 2006, Profil Kesehatan Kota Medan, Medan. Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006, Profil Kesehatan Sumatera Utara, SUMUT. Dever G. E Alan, 1984, Epidemiology in Health Services Management an Aspen Publication, Aspen Sytems Corporation Rockville, Maryland Royal Tunbridge Wells. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Green, L, 1991, Health Promotion Planning and Education and Environtment Approch, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia. Notoadmodjo S, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2003, Pendidikan dan perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Promosi Kesehatan dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Nawar, S, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Daerah Endemis dan Non Endemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005, Tesis, USU. Soedarmo S.P. Sumarmo, Demam Berdarah (Dengue) pada Anak, UI, Jakarta, 1988. Sumodiningrat G, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutomo S, 2003, Rencana Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue 2004-2008: Laporan Konsultan WHO Project INO CPC 001 September-Desember 2003, Ditjen P2M & PLP. Soegijanto, S, 2003, Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003. Airlangga University Press, Surabaya. Soegijanto, S, 2006, Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press, Surabaya. Suhardiono, 2004, Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera Utara tahun 2002, Tesis, USU. Siregar, F.A, 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Indonesia, Digitized by USU Digital Library.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Soedjajadi dkk, 2005, Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2, NTB. Tarimo E, 1994, Pemanduan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dengan Pemeliharaan Kesehatan Dasar, Pertimbangan-pertimbangan praktis, Binarupa Aksara, Jakarta. Wang W, 1997, Control of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in China, Dengue Bulletin, Volume 21 Desember 1997, www, Whosea.org. WHO, 2000, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Terjemahan dari WHO regional Publication SEARO No. 29: Prevention Control of dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, Depkes RI, Jakarta.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008