1
ADAPTASI MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (Studi Kasus Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Adaptasi Masyarakat Nelayan yang ada di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato terhadap perubahan iklim. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai instrumen penelitian untuk memperoleh data.
Desa Buhu Jaya merupakan Desa yang terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Alumbango, dusun Buhu, dan kemudian dusun Tanjung Nipa. Pada saat ini sebagian besar masyarakat Desa Buhu Jaya yang pekerjaannya sebagai nelayan yaitu berada di dusun Alumbango. Pada penelitian ini menjelaskan bagaimana pola adaptasi masyarakat nelayan terhadap perubahan iklim yang ada di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa perubahan iklim merupakan suatu fenomena yang memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, dan fenomena inilah yang menuntut masyarakat untuk melakukan adaptasi demi kelangsungan hidup. Kata Kunci : Adaptasi, Masyarakat Nelayan, Perubahan Iklim. Wahyuni Husain1. Nim 281410085 “Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Perubahan Iklim”. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah bimbingan Bapak Farid Th. Musa S.Sos,.MA2 dan Bapak Funco Tanipu ST,.MA.3
1
Peneliti Dosen Pembimbing 1 (Satu) 3 Dosen Pembimbing 2 (Dua) 2
2
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya atau yang pekerjaannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan penangkapan ikan di perairan umum atau di laut.4 Lingkungan kerja para nelayan yaitu berada dilingkungan pesisir, pesisir merupakan desa yang berada di kisaran pantai yang sebagian penduduknya bekerja sebagai nelayan.5 Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan nelayan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan profesi seseorang yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam melangsungkan eksistensi hidupnya atau untuk kelangsungan hidup mereka. Sebagian besar nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional atau nelayan kecil, dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Akses mereka terhadap perkembangan iptek masih sangat relatif terbatas, baik karena kemampuan mereka atau sarana dan prasarana yang ada. Oleh karena itu dengan rendah pengetahuan yang mereka miliki maka pengetahuan mereka tentang iklim atau mengenai perubahan iklim juga masih sangat rendah, sedangkan mengingat bahwa perubahan iklim merupakan suatu hal yang dapat mengganggu aktifitas mereka bekerja untuk pergi melaut. Perubahan iklim adalah perubahan yang merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat dengan jangka waktu yang panjang. 6 Perubahan iklim terjadi
4
Endang Retnowati. Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural. 2011. Hlm
152. Kusnadi. Nelayan “ Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”. Bandung. Humaniora Utama Press. 2000. Hlm 32. 6 Heni Rindayati. Adaptasi Nelayan Perikanan Tangkap Pulau Moro Karimun Kepulauan Riau Terhadap Perubahan Musim. 2013. Hlm 265. 5
3
secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan perubahan yang sulit untuk dihindari. Fenomena ini akan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrim dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya pergeseran musim. Salah satu sektor yang tidak bisa terhindar dari perubahan iklim adalah sektor perikanan terutama perikanan tangkap, karena nelayan yang bergerak di sektor ini sangat mengandalkan hasil tangkapan pada sumberdaya ikan yang terkandung di dalam laut. Perubahan iklim bukanlah hal yang baru bagi para nelayan, perubahan iklim ini juga marupakan suatu fenomena yang sering dialami oleh masyarakat nelayan dalam melakukan penangkapan ikan. Perubahan iklim berdampak luas terhadap nelayan pesisir. Mereka bergantung pada hasil laut yang amat rentan yang dengan perubahan kecil saja sudah berdampak besar. Dengan demikian fenomena alam ini yang menimbulkan kondisi iklim ekstrim. Kondisi ekstrim ini merupakan kondisi dimana iklim lagi tidak baik dalam artian adanya musim ombak yang besar dipermukaan laut sehingga menyebabkan nelayan tidak bisa melaut atau mencari ikan. Perahu-perahu penangkap ikan juga mesti menghadapi cuaca yang tidak menentu dan gelombang tinggi. Perubahan iklim juga dapat mengganggu atau dapat memberikan dampak terhadap mata pencaharian para masyarakat nelayan diakibatkan oleh karena pola iklim yang berubah-ubah. Kondisi iklim yang berubah-ubah maka juga akan menghadirkan adanya perubahan musim yaitu musim angin. Bagi para nelayan musim angin ini dikenal dengan musim angin timur dan musim angin barat.
4
Musim inilah yang menentukan bagaimana kehidupan masyarakat nelayan dan yang menuntun mereka untuk harus bisa beradaptasi dengan alam. Nelayan begitu tergantung pada musim yang terkait dengan keadaan alam atau iklim, dan juga tempat yang biasa didatangi ikan ditentukan oleh keadaan iklim, atau tempat keberadaan ikan mempunyai musim-musimnya. Jenis hasil tangkapan pasti berbeda di setiap titik sesuai dengan kondisi alam atau musim yang sedang berlangsung. Hal ini menjadi faktor yang menyebabkan setiap nelayan akan berbeda cara kerjanya dari satu tempat ke tempat lain, dalam satu kondisi musim ke musim yang lain. Alam menjadi penantang terberat bagi masyarakat nelayan, mereka terpaksa menyesuaikan diri dengan alam dan dengan segala keterbatasannya. Oleh karena itu Kehidupan nelayan memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam. Keeratan hubungan ini menciptakan ketergantungan nelayan pada lingkungan alam yaitu perubahan iklim.7 Kajian Mengenai Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Perubahan Iklim Mahluk hidup dalam batas tertentu mempuyai kelenturan. Kelenturan ini memungkinkan mahluk itu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri tersebut disebut sebagai adaptasi. Kemampuan untuk beradaptasi mempunyai nilai untuk dapat bertahan hidup atau untuk demi kelangsungan hidup.
7
Tri Joko Sri Haryono. Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan. ( Jurnal, Vol. 7, No. 2, Juli Desember 2005 Hlm 122).
5
Makin besar kemampuan adaptasi, makin besar peluang untuk melangsungkan hidup. Dengan kemampuan adaptasi yang besar, suatu jenis dapat menempati habitat yang beraneka. Manusia adalah contoh jenis mahluk yang mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat besar. Hampir semua jenis habitat dihuni oleh manusia. Dari daerah pantai sampai pada pegunungan yang tinggi. Lingkungan selalu berubah, kadang-kadang perubahan terjadi dengan cepat, kadang-kadang lambat. Perubahan besar yang terjadi dengan cepat mudah terlihat dan orang berusaha mengadaptasikan dirinya terhadap perubahan itu. Tetapi tidak selalu adaptasi itu berhasil. Perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit secara pelan-pelan sukar untuk terlihat. Adaptasi yang tidak berhasil, menghasilkan sifat yang tidak sesuai dengan lingkungan.8 Adaptasi ini merupakan suatu hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat nelayan, mengingat bahwa kehidupan masyarakat sangat tergantung pada iklim, apabila terjadi perubahan iklim maka secara otomatis masyarakat nelayan tidak dapat bekerja atau mencari ikan. Dengan adanya adaptasi maka masyarakat bisa menyesuaikan pekerjaan mereka terhadap adanya perubahan iklim. Seperti yang dikatakan oleh Sukadana bahwa pada dasarnya masyarakat nelayan memiliki hubungan erat dengan lingkungan alam. 9 Maka dari itu harus diciptakan adanya adaptasi intersifikasi yaitu adaptasi melalui teknologi penangkapan dan diversifikasi perluasan mata pencaharian. 8
Soemarwoto Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung. Djambatan. 1987. Hlm 37 9 Tri Joko Sri Haryono. Op.Cit, hlm 122
6
Selain itu ada juga cara untuk beradaptasi dengan perubahan iklim pada lingkungan perairan, yaitu dengan cara tradisional dengan menentukan lokasi atau daerah penangkapan ikan dengan mengamati parameter-parameter lingkungan periaran dengan panca indera yang dimiliki.10 Ward beranggapan bahwa masyarakat bersifat rasional. Pribadi adalah manusia yang bersifat intelektual, yang merupakan dasar untuk bersifat intelektual yang merupakan dasar untuk bertahan di dalam suatu kehidupan. Manusia pribadi senantiasa berusaha untuk menghilangkan halangan-halangan yang menghambat perkembangan. Salah satu hasilnya adalah keadaan sosial yang lebih baik sepanjang mengenai aspek kahidupan masyarakat, dan untuk meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya.11 Comte adalah seorang sosiologi yang meberikan tekanan pada kedudukan yang dominan dari masyarakat. Comte menyatakan, bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Manusia diikat di dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang dan adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Pribadi sendiri adalah makhluk yang lemah yang sukar untuk bertahan.
10
Suwarman Partosuwiryo. Pranata Mangsa Sebagai Alterbatif Pedoman Untuk Penangkapan Ikan. Daerah Istimewa Yogyakarta. 11 Soerjono Soekanto. Pribadi dan Mastarakat. (Bandung. Alummi. 1983. Hlm 15).
7
Apabila dia hidup bersama dengan rekan-rekannya, maka akan timbul dinamika sosial untuk menguasai keadaan di sekelilingnya. Dalam hal ini juga kepentingan kolektif (kepentingan umum) lebih penting daripada kepentingan pribadi. Intelektualitas dan moralitas yang merupakan variabel-variabel penting di dalam perkembangan sosial, merupakan hasil kehidupan sosial, atau hasil dari proses-proses sosial, dan bukan merupakan suatu refleksi daripada ciri-ciri pribadi manusia. Oleh karena menusia mengalami kekurangan dalam intelektualitas maka kualitas harus ditanamkan pada pribadi oleh kehidupan bersama. 12 Nelayan adalah suatu komunitas yang mana mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan, baik di laut, selat, teluk, danau maupun sungai dengan menggunakan perahu atau kapal dan berburu atau menggunakan perangkap. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya, mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai.13 Mereka umumnya tinggal atau menetap di daerah pesisir pantai dan membentuk suatu komunitas yang disebut dengan komunitas nelayan. Mereka adalah orang-orang yang begitu gigih dan akrab dengan kehidupan di laut yang sifatnya keras. Pengetahuan tradisionalnya tentang ekologi kelautan, merupakan bagian dari kehidupan mereka yang sifatnya turun temurun. Para nelayan ini sangat percaya betapa pun kuatnya tantangan itu, laut tetap menawarkan berbagai kemungkinan serta
12
Ibid 1983.
13
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-nelayan.html
8
memberikan peluang dalam mencari nafkah untuk memperolehnya dan mereka berjuang dengan penuh keyakinan, keuletan dan ketabahan serta penggunaan teknologi yang sederhana. Nelayan adalah orang yang melakukan penangkap ikan baik di perairan laut atau pun di perairan umum dengan menggunakan seperangkat alat tangkap ikan. Nelayan sering didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkap ikan di laut. Definisi ini dibuat untuk konteks masyarakat tradisional. Ketika perikanan sudah mengalami berbagai perkembangan, pelaku-pelaku dalam penangkapan ikan semakin beragam statusnya. Pengertian menurut pemahaman nelayan, Perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota, arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-hari, sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan Pengertian menurut pemahaman masyarakat umum, perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.14 Bagi para masyarakat nelayan perubahan iklim atau ketidakertaturan musim di kenal dengan sebutan angin musim, angin musim ini terbagi atas dua bagian yaitu musim angin barat dan musim angin timur. Pada umumnya, angin barat merupakan angin yang bertiup sekitar bulan oktober sampai dengan bulan April. Pada musim angin barat ini banyak menimbulkan hujan, atau dikenal dengan musim penghujan. Setelah musim angin barat maka akan muncul musim angin timur. Musim angin timur merupakan musim angin yang terjadi sekitar bulan April sampai dengan bulan
14
Op.Cit. Hlm 265.
9
Oktober, pada musim angin timur ini alam bersifat kering artinya musim ini merupakan musim kemarau.15 Seperti yang dikatakan oleh Tri Joko Sri Haryono dalam hasil penelitiannya bahwa musim adanya ikan yaitu berkisar dari bulan Desember sampai Maret, karena pada saat ini merupakan musim kemarau, dimana musim tidak ada hujan, sehingga masyarakat nelayan tidak mengalami gangguan dalam melakukan penangkapan ikan.16 Jika merujuk pada perubahan iklim yang terjadi di daerah Pohuwato atau daerah penelitian, dikatakan bahwa sekarang ini berbagai lembaga swadaya yang bergerak di bidang lingkungan telah menghawatirkan kondisi lingkungan di daerah Pohuwato, dikatakan bahwa perubahan iklim di daerah pohuwato pada saat ini semakin meningkat, maka sangat diperlukan adanya adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim.17 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan situasi keadaan yang sedang berlangsung di masyarakat dengan berlandaskan permasalahan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah, yang kemudian dianalisis dan diolah berdasarkan data sebenarnya yang diperoleh di lapangan berdasarkan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mempunyai latar alamiah, dengan maksud 15
Mulyadi, Winarto, E.P Adji Wahyu. IPS Terpadu. Semarang. CV. Aneka Ilmu. 2007. Hlm 4
16
Tri Joko Sri Haryono. Op.Cit, hlm 125. Yowan Tamu Dkk. Pohuwato “Sejarah, Prestasi, dan Masa Depan” . Marisa. Bappeda Kabupaten Pohuwato. 2013. Hlm 102. 17
10
penelitian untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.18 Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian kualitatif diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti memilih lokasi penelitian dilokasi ini karena masyarakatnya banyak yang bekerja sebagai nelayan, dari data sekunder yang ada bahwa pada tahun 2014 masyarakat yang ada di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat yang bekerja sebagai nelayan yaitu berjumlah 55 orang. Selain masyarakatnya banyak yang bekerja sebagai nelayan lokasi ini merupakan lokasi yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data dan juga sepanjang pengetahuan peneliti belum ada yang melakukan penelitian sehubungan dengan adaptasi masyarakat nelayan terhadap perubahan iklim yang ada di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato.
Djam’an Satori. Aan Komariah . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta. 2009. Hlm 23. 18
11
PEMBAHASAN Adaptasi terhadap perubahan iklim ini perlu dilakukan oleh masyarakat nelayan guna untuk memenuhi beberapa kebutuhan. untuk memenuhi kebutuhan itu maka masyarakat nelayan harus bisa melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Berikut akan dijelaskan mengenai adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat nelayan Desa Buhu Jaya mempunyai beberapa bentuk adaptasi dalam menyikapi perubahan iklim. Salah satunya mengesuaikan lokasi penangkapan ikan dengan iklim yang sedang berlangsung. Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Desa Buhu Jaya dalam menyikapai perubahan iklim yaitu juga dengan cara penganekargaman alat tangkap yang akan digunakan untuk menangkap ikan. Masyarakat nelayan perlu menggunakan alat pancing yang besar agar supaya menangkap ikan pada musim ekstrim tidak kesulitan, karena alat pancing yang digunakan merupakan alat pancing yang tidak mudah patah, kemudian untuk umpannya masyarakat nelayan hanya menggunakan pasir intan, haltersebut merupakan jebakan bagi ikan, karena pasir intan tersebut ketika sudah berada didalam air maka akan terlihat seperti makanan ikan. . Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan dalam hasil wawancara bahwa dimusim angin timur ini ombak di laut sangat besar dengan anginnya yang juga sangat berhembus kencang, untuk mengurangi kerugian maka informan hanya menggunakan alat pancing yang seperti dijelaskan di atas.
12
Batu dan bulu ayam tersebut nelayan gunakan untuk sebagai cara untuk menangkap ikan, karena sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat nelayan bahwa di saat musim angin barat itu air laut sangat keruh karena adanya ombak yang besar, maka dalam hal ini bulu ayam bisa dijadikan sebagai pengganti umpan, ini merupakan salah satu cara masyarakat nelayan untuk menangkap ikan pada musim angin Timur. Melakukan adapatasi merupakan tindakan yang sangat mudah, dan apabila kita berusaha untuk melakukan adaptasi itu, maka adaptasi tersebut akan terjadi dengan cepat. Adaptasi tersebut akan terlihat pada orang yang benar-benar berusaha mengadaptasikan dirinya seperti melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim itu sendiri. Mengacu pada hasil wawancara yang yang diungkapkan oleh informan pada penelitin ini dapat diketahiu bahwa masyarakat nelayan Desa Buhu Jaya merupakan masyarakat yang betul-betul ingin menyesuaikan pekerjaan mereka dengan perubahan iklim, alat pancing yang serba sederhana yang digunakan untuk menangkap ikan semata-mata untuk menghindari adanya karugian, sedangkan pendapatan pada iklim yang ekstrim ini sangat minim. Pada dasarnya pekerjaan sebagai nelayan bukan hanya pekerjaan yang sepeleh, pekerjaan ini juga membutuhkan adanya pemahaman. Seperti yang telah diungkapkap oleh informan. Pemahaman mengenai lokasi penangkapan ikan merupakan cara tradisional yang dilakukan oleh para masyarakat nelayan untuk menentukan daerah atau lokasi penangkapan ikan yaitu dengan mengamati parameter-parameter
13
lingkungan perairan dengan pemahaman yang mereka miliki. Dari sini kita dapat ketahui bahwa pekerjaan nelayan bukanlah pekerjaan yang mudah. Perubahan iklim merupakan merupakan fenomena yang sering dialami oleh masyarakat nelayan, pada fenomena ini masyarakat sulit untuk membaca tanda-tanda alam seperti adanya angin kencang, sehingga ini sangat menyulitkan nelayan ketika berada di lokasi penangkapan ikan. Sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan. Jika apabila dipaksakan untuk tetap melaut pada iklim yang ekstrim ini, maka yang ditemukan bukanlah hasil tangkapan tetapi malah kecelakaan karena perubahan iklim ini merupakan adanya angin kencang disertai dengan gelombang tinggi yang sulit untuk ditempuh oleh para nelayan, khususnya nelayan yang ada Di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Untuk menyikapi masalah ini pemerintah telah mengupayakan adanya sosialisasi mengenai perikanan di Desa Buhu Jaya, seperti bimbingan mengenai adanya pembudidayaan ikan. Karena pada saat ini di Desa Buhu Jaya sudah ada kelompok perikanan. Kelompok perikanan tersebut sudah dipasilitasi oleh pemerintah dengan adanya pembuatan tambak, sekarang ini tampak tersebut dipergunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Tambak yang ada di desa Buhu Jaya itu sekarang meningkat padahal kelompok perikanan tambak yang ada di Desa itu masih terhitung pemulah saat ini pula masyarakat yang tergabung dikelompok itu masih dalam tahap pembinanaan, tambak yang ada di desa Buhu Jaya itu baru ada sekitar dua bulan. Peningkatan kelompok perikan tersebat terlihat pada pembudidayaan yang mereka lakukan, awalnya
14
kelompokperikan yang ada di Desa Buhu Jaya ini hanya membudidayakan ikan bandeng namun sekarang pembudidayaan itu sudah bertambah dengan adanya pembudidayaan udang. Program ini dilakukan oleh pemerintah guna untuk membantu ekonomi masyarakat. PENUTUP Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian dengan pembahasan melalui observasi dan wawancara mengenai “ Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Perubahan Iklim Studi Kasus Desa Buhu Jaya Kecamtan Paguat Kabuapten Pohuwato memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data yang saya dapatkan dalam hasil penelitian semua masyarakat nelayan Desa Buhu Jaya mengatakan bahwa perubahan iklim ini merupakan fenomena yang memberikan dampak negatif terhadap kehidupan mereka. 2. Adanya perubahan iklim menyebabkan sebagian besar masyarakat nelayan yang ada di Desa Buhu Jaya tidak bisa sepenuhnya melakukan aktivitas mereka sehari-hari untuk pergi melaut, sehingga mengakibatkan pendapatan para nelayan khususnya di Desa Buhu Jaya menurun bahkan mengakibatkan adanya kerugian seperti yang telah dijalaskan pada hasil penelitian pada bab sebelumnya..
15
3. Sebagian besar para nelayan Desa Buhu Jaya tidak memiliki pekerjaan sampingan sehingga mereka dituntut untuk tetap pergi kelaut meskipun iklim sangat ekstrim. 4. Dari tuntuntan pekerjaan mereka sebagai nelayan menyebabkan sebagian masyarakat nelayan Buhu Jaya sudah bisa beradaptasi dengan perubahan iklim. Adaptasi ini terlihat pada penyesuaian alat tangkap dan lokasi penangkapan ikan. 5. Dalam menyikapi dampak perubahan iklim, pemerintah Desa Buhu Jaya telah mengupayakan adanya kelompok perikanan bagi masyarakat nelayan. Dengan tujuan untuk membantu ekonomi para masyarakat nelayan yang ada di Desa Buhu Jaya Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengajukan saran khususnya kepada para nelayan untuk adaptasi iklim ini perlu ditingkatkan. Kemudian untuk kelompok perikanan yang telah diupayakan pemerintah juga perlu untuk ditingkat karena kelompok ini dapat membantu masyarakat terutama para nelayan sebab dengan adanya kelompok ini para nelayan disamping mereka mencari penghasulan dilaut juga bisa mendapat penghasilan dari kelompok perikanan ini.
16
Daftar Pustaka
Buku : Borg dan Gall dalam Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung. Alfabeta. Dewi Wulansari. 2009. Sosiologi “Konsep Dan teori”. Bandung. PT Refika Aditama Djam’an Satori. Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta James A. Black, Dean J. Champion. 2009. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung. PT Refika Aditama Kusnadi. 2000.
Nelayan “ Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”. Bandung.
Humaniora Utama Press. Lexy J. Maleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Mulyadi, Winarto, E.P Adji Wahyu. 2007. IPS Terpadu. Semarang. CV. Aneka Ilmu. Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito. Sahala Hutabarat, Stewart M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta. Soemarwoto Otto. 1987. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung. Djambatan. Soerjono Soekanto. 1983. Pribadi dan Mastarakat (Suatu Tinjaun Sosiolgis). Bandung. Alummi. Yowan Tamu Dkk. Pohuwato. 2013 “Sejarah, Prestasi, dan Masa Depan” . Marisa. Bappeda Kabupaten Pohuwato.
17
Hasil Penelitian : Endang Retnowati. (2011).
Nelayan
Indonesia Dalam Pusaran
Kemiskinan
Struktural. Perspektif Volume XVI No. 3 Tahun 2011 Edisi Mei. Diakses Pada: Senin, Tanggal 23 Desember 2013, 11:32.
Heni Rindayati. 2013. Adaptasi Nelayan Perikanan Tangkap Pulau Moro Karimun Kepulauan Riua Terhadap Perubahan Musim. Tesis. Ilmu lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Diakses Pada: Senin, Tanggal 17 Februari 2014, 06:26. Shodiq Eko Ariyanto. Dampak Kajian Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Kacang Hijau Di Lahan Hijau. ISSN : 1979-6870. Diakses Pada: Senin, 17 Februari 2014, 06:26. Suwarman Partosuwiryo. Pranata Mangsa Sebagai Alterbatif Pedoman Untuk Penangkapan Ikan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Tri Joko Sri Haryono. 2005. Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan. (Vol. 7, No. 2, Juli-Desember). Diakses Pada: Jum’at, Tanggal 17 Januari 2014, 09:27. Internet : http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-nelayan.html. Diakses Pada: minggu, 16 Februari 2014, Jam 12:06.
18