1
ABSTRAK
IRMAWATI “EFEKTIFITAS PENGAJIAN DIALOG ZUHUR MASJID ISTIQLAL DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN KEAGAMAAN JAMA’AH”
Alasan saya mengambil judul ini, karena saya tertarik dengan segi dakwah yang ada di masjid Istiqlal yaitu, Dakwah melalui dialog dzuhur dan pengaruhnya dalam meningkatkan pengamalan agama terhadap jama’ah pengajian dialog dzuhur merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan cara membiasakan menyeru atau mengajak seseorang (masyarakat) agar mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan ajaran Islam secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan memperoleh data mengenai efektifitas pengajian dialog dzuhur masjid Istiqlal dalam meningkatkan pengamalan keagamaan jama’ah serta untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pengajian dialog dzuhur bagi peningkatan pengamalan jama’ah. Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian langsung pada obyek penelitian dengan cara kwantitatif, deskriptif, yaitu usaha penelitian yang berupa menghimpun data mengolah dan menganalisa secara deskriptif sesuai dengan fenomena yang ada di masjid Istiqlal tersebut. Pengajian Dialogis Dzuhur masjid Istiqlal dalam rangka memberikan pencerahan fikir, dzikir, fadhail kepada umat Islam menuju masyarakat madani, mempunyai pengaruh tehadap audiens (jama’ah) yang mengikutinya. Artinya bagaimana pengamalan keagamaan jama’ah yang berkaitan dengan agama dapat diterapkan pada kehidupan sehara-hari melalui ibadah, muamalah, dan akhlak audien (jama’ah) yang mengikuti kegiatan pengajian tersebut. Penelitian ini menjadi penting, sebab akan menjadi masukan bagi penyelenggaraan jama’ah sebagai ukuran keberhasilan masjid Istiqlal dan jama’ah nya untuk memperbaiki metode di masa yang akan datang.
2
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur, penulis haturkan kehadirat zat yang segala makhluk berada dalam genggaman-Nya, atas Taufiq dan Hidayah-Nya yang senantiasa mewarnai setiap langkah dan niat tulis, sehingga meski dengan melewati perjalanan yang teramat panjang dan rumit, serta rasa pengharapan yang sangat mendalam, tetapi atas berkat pertolongan-Nya dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “EFEKTIFITAS PENGAJIAN DIALOG ZUHUR MASJID ISTIQLAL DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN KEAGAMAAN JAMA’AH” Lantunan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, seorang manusia yang dengan ikhlas mengemban amanah Tuhan pemilik kesempurnaan, dan pada akhirnya risalah itu sampai kepada kita semua. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah dengan sabar membantu dan membimbing terwujudnya skripsi ini. Dengan penuh hormat dan ketulusan, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Murodi, MA. Selaku dekan fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban MA, selaku ketua jurusan manajemen dakwah dan Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku sekretaris jurusan manajemen dakwah. 3. Dr. H.M. Idris Abdus Shomad MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk
3 yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan nasehat-nasehat yang amat berguna bagi penulis. 4. Para dosen yang ada di fakultas dakwah dan komunikasi yang telah menyampaikan ilmunya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan. 5. Perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan fakultas dakwah dan komunikasi. 6. Ketua BPPMI Bapak Drs. H. Mubarok MSi dan Kasubid.Diklat masjid Istiqlal,Bapak Drs. H.M. Napin Djamaluddin dan Minhajul Afkar SHi, yang telah membantu dan melayani penulis dengan ramah-tamah dan tangan terbuka dalam mencari dan informasi mengenai efektifitas pengajian dialog dzuhur yang berada di Masjid Istiqlal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta H. Hasan dan Hj. Awanih, goresan tinta ini tidak dapat memiliki rasa terima kasih penulis untuk dua insan yang sungguh tak kenal balas jasanya, membantu penulis baik moril maupun material dalam hidup ini. Yang setiap hembusan nafasnya mengalir semangat dan do’a untuk kesuksesan dan kebahagian setiap langkah penulis, mereka jualah yang telah mengajarkan arti sebuah kehidupan, senyummu adalah inspirasi dalam hidupku, suatu harapan dalam hidupku ingin membuatmu tersenyum bahagia. 8. Seluruh keluarga penulis, kakak tercinta kak Iyus, kak Hayati dan saudarasaudara penulis yaitu, Neneng, Alfi yang senantiasa mendo’akan penulis
4 selama mencari ilmu. Mudah-mudahan penulis bisa menjadi contoh yang baik bagi keluarga. 9. Seluruh teman-teman jurusan MD angkatan 2003, Susi, Tuti, Suci, Maya, Hj. Laelah, Fuyani, Marhali, dan Sayyidina Ali. Kalian semua adalah motivator bagi penulis. 10. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi, yang penulis khususkan kepada saudara Pepen Riyadi, S.Pd.I. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan semua ini, semoga bantuan dari semua pihak dapat dijadikan amal saleh disisi-Nya, dan harapan penulis mudah-mudahan karya ilmiah yang sederhana ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Tangerang, Februari 2008
Penulis
5
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayattullah di Jakarta.
Ciputat, 18 Februari 2008
Irmawati
71
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..............................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB
I
v
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................
6
C. Tujuan dan Pemanfaatan Penelitian .....................................
6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ...............................................................
8
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 11 BAB
II
TINJAUAN UMUM TENTANG MASJID DAN DAKWAH A. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Masjid ...................................... 12 1. Pengertian Masjid ................................................................. 12 2. Fungsi-fungsi Masjid .............................................................. 15 B. Dialog Sebagai Metode Dakwah ........................................... 17 1. Pengertian Metode Dakwah ............................................. 17 2. Pengertian Dialog................................................................. 20
72 C. Dakwah Efektif ............................................................................ 24 1. Dakwah (Pengertian dan Tujuan) .................................... 24 2. Pengertian Efektivitas .......................................................... 32 BAB
III TINJAUAN UMUM TENTANG MASJID ISTIQLAL v A. Pendirian dan Pembangunan Masjid Istiqlal ........................ 35 B. Visi dan Misi ................................................................................. 36 C. Letak Geografis Masjid Istiqlal .................................................. 36 D. Kegiatan Masjid Istiqlal ............................................................. 37 E. Struktur Organisasi ...................................................................... 39
BAB
IV PENGAJIAN
DIALOG
ZHUHUR
DI
MASJID
ISTIQLAL
DAN
PENGARUHNYA TERHADAP JAMA’AH A. Pelaksanaan Pengajian Dialog Zhuhur Di Masjid Istiqlal ..... 40 1. Program Pengajian Dialog ................................................. 40 2. Pengasuh-pengasuh ........................................................... 41 3. Metode dan Sarana ........................................................... 42 B. Sejauhmana Efektifitas Pengajian Dialog Bagi Peningkatan Pengamalan Agama Pada Jama’ah ................................... 43 BAB
V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 60 B. Saran-saran ................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
1. Jenis Kelamin Responden .........................................................................
43
2. Umur Responden........................................................................................
44
3. Pekerjaan Responden ................................................................................
45
4. Peningkatan Pemahaman Materi Pengajian ..............................................
46
5. Bersedia melaksanakan tugas di rumah ....................................................
46
6.
Perlunya materi diulang kembali .............................................................
47
7. Kesulitan jama’ah dalam memahami materi .............................................
48
8. Peningkatan pemahaman materi pengajian ...............................................
48
9. Materi yang disukai jama’ah dalam pengajian dialog dzuhur ..................
49
10. Perlunya kitab/buku sebagai bahan rujukan ..............................................
50
11. Sikap responden jika sedang melakukan kegiatan tiba waktu shalat ........
51
12. Peningkatan pengamalan dalam interaksi membaca al-qur’an .................
51
13. Kesadaran jama’ah dalam melaksanakan sunat berjama’ah .....................
52
14. Alasan jama’ah dalam melaksanakan puasa wajib ...................................
53
15. Frekuensi jama’ah dalam menjalankan shalat sunnah ..............................
54
16. Kehadiran jama’ah dalam mengikuti pengajian dialog dzuhur .................
54
17. Motivasi jama’ah mengikuti pengajian dialog dzuhur ..............................
55
18. Setelah ikut pengajian dialog dzuhur ini pengetahuan jamah tentang Islam
56
19. Mempererat ukhuwah Islamiyah diantara para jama’ah ...........................
56
20. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT ...................
57
21. Pengamalan jama’ah tentang keagamaan ..................................................
58
22. Pengamalan jama’ah tentang menjalankan ibadah ...................................
58
7
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masjid bagi umat Islam merupakan tempat ibadah dan salah satu instrumen
perjuangan
dalam
menggerakan
risalah
yang
dibawa
Rasulullah SAW untuk menegakkan kebenaran. Rasulullah SAW pada pertama hijrah (12 Rabbiul Awal/28 Juli 622 M) adalah mendirikan masjid dan menjadikannya sebagai lembaga utama dan memfungsikan masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan yang dalam perkembangannya melahirkan dunia Islam1. Pada masa Rasulullah masjid mempunyai potensi yang sangat penting dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan lahir dan batin, untuk membinda masyarkat Islam berlandaskan tauhid. Didalam masjid Rasulullah SAW mengadakan benteng pertahanan bersifat moril dan spiritual yaitu semangat jihad dijalan Allah, sehingga kaum muslimin yang pada waktu itu jumlahnya masih sedikit, rela mengorbankan jiwa, harta, benda dan segenap kesenangan materi mereka. Rasulullah
SAW
menjadikan
masjid
sebagai
tempat
untuk
mengajarkan pokok-pokok agama Islam, tempat ibadah berjamaah dan
1
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : PT, Al-Husna Zikra, 2001) cet ke-7, h, 371
8 senantiasa menjadikan masjid tempat untuk bertemu, bermusyawarah dan merundingkan masalah-Masalah yang dihadapi. Sehingga masjid menjadi pusat Ibadah dan kebudayaan Islam2. Dalam perkembangan masjid merupakan simbol eksistensi sebuah masyarakat muslim. Dalam sebuah komunitas muslim masjid disamping dapat menggambarkan kualitas pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama Islam, bila suatu daerah ditemukan sebuah masjid yang besar dan megah itu sepi dari jama’ah, maka akan muncul kesimpulan bahwa kaum muslimin didaerah itu hanya rajin membangun tetapi tidak dapat memanfaatkannya. Bahkan dapat disimpulkan, bahwa kaum muslimin di daerah itu pemahaman dan pengalaman agamanya masih kurang3. Pertumbuhan
masjid,
khususnya
di
Indonesia
sangat
menggembirakan, dari tahun ke tahun jumlah masjid kian bertambah, tetapi
secara
jujur
harus
diakui
bahwa
fungsionalisasinya
belum
optimalnya4. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi masjid tersebut di berbagai tempat dewasa ini mengalami semacam degradasi makna5.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT. Karya Toha, 1971) h. 67 3 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al Mawardi prima, 2002) cet, I h, xiii 4 Didin Hafidhuddin, Fungsionalisasi Masjid Dalam Rangka Membangun Kebersamaan Umat: dalam buku dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h, 173 5 Roudhonah, et All, Masjid: Pusat kebudayaan Islam, (Jurnal Dakwah vol. 2 Oktober 2000) h, 89
9 Masjid tidak lagi di fungsikan sebagaimana yang dituntut oleh ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun masjid digunakan hanya sekedar untuk ibadah shalat saja. M. Natsir yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap menyatakan bahwa “ Masjid yang kita inginkan adalah masjid yang hidup memancarkan kehidupan rumah tangga, masjid yang menggerakan potensi lahir dan batin6. Untuk menjadikan masjid sebagaimana yang kita inginkan yaitu menjadikan masjid seperti pada masa Rasulullah SAW, maka masjid harus di makmurkan sebagaimana terdapat dalam surat At – Taubah ayat 18 :
ﺟ َﺪ َﻳ ْﻌ ُﻤ ُﺮ ِإ ﱠﻧﻤَﺎ ِ ﷲ َﻣﺴَﺎ ِ ﻦ َﻣﻦْء ا َ ﷲ َا َﻣ ِ ﺧ ِﺮ وَا ْﻟ َﻴ ْﻮ ِم ﺑِﺎ ِﻷ َ ﻼ َة َوَأﻗَﺎ َم ْا َﺼ وَأﺗَﻰ اﻟ ﱠ ﺶ َوَﻟ ْﻢ اﻟ ﱠﺰآَﺎ َة َ ﺨ ْ ﻻ َﻳ ﷲ ِإ ﱠ َ ﻚ ﻓَﻌَﺴَﻰ ا َ ﻦ َﻳﻜُﻮﻧُﻮا أَن ُأ ْوَﻟ ِﺌ َ ﻦ ِﻣ َ ا ْﻟ ُﻤ ْﻬ َﺘﺪِﻳ Artinya
: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orangorang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah : 18)
Yang dimaksud memakmurkan masjid pada ayat di atas, menurut para ulama terbagi menjadi dua bagian :
6
h, 45
Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta, Prima Yasa, 2001), cet ke-3
10 1) Memakmurkan fisik, yaitu membangun sarana fisik masjid dan fasilitasnya. Pahalanya sangat besar bagi siapa yang terlibat didalamnya dengan niat mencari ridho Allah SWT. 2) Pemakmuran spiritual, yaitu meramaikan dengan melakukan shalat, dzikir, doa membawa al-quran dan mengadakan majlis ta’lim beserta kegiatan-kegiatannya7. Kedua makna pemakmuran tersebut tersirat didalam ayat diatas. Orang-orang yang meramaikan masjid itu adalah orang-orang yang beriman
kepada
Allah
dan
hari
kiamat,
mereka
bermaksud
memakmurkan dan menegakkan Dinul Islam agar terus berkembang dan cahayanya memancar keseluruh pelosok dunia. Meramaikan
masjid
adalah
menjadikannya
pusat
kegiatan
jama’ah dalam tiap kehidupan, dengan memfungsikan masjid sebagai tempat untuk mengarahkan dan mengaitkan bidang-bidang kehidupan kepada taqwa, kehadiran masjid menjadi pengingat manusia yang menjalankan beragama aktivitas supaya selalu berlaku, berbuat, sesuai dengan seruan dan larangan Allah SWT. Suasana yang dipancarkan oleh masjid mempengaruhi akhlak muslim yang melakukan aktifitasnya seharihari8. Melihat kenyataan itu, maka masjid memiliki peranan yang penting sebagai pusat kegiatan dakwah. Karena dengan dakwah itulah maka akan tercermin fungsi masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan
7
Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid Langkah Menuju Kebangkitan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2003), cet ke-9, h, 3 8 Ibid h. 5
11 Islam. Dimana kegiatan kemasyarakatan dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan masjid adalah kegiatan dakwah karena seluruh kegiatan Islam itu adalah dakwah artinya semua ajaran Islam itu harus menjadi pegangan umat manusia, supaya selamat didunia dan akhirat, masjid merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan ajaran agama Islam yaitu Islam memerintahkan umatnya supaya membangun masjid sebagai tempat untuk mengingat Allah SWT, maka jika dianalisa lebih jauh dari fungsi masjid ini banyak aspek yang biasa dikembangkan antara lain : Pertama aktifitas masjid dapat mengantisipasi perubahan zaman, bila masjid tidak hanya sekedar rutinitas shalat lima waktu saja. Akan tetapi difungsikan sebagai sarana pembina umat, pusat pengembangan kajian Islam dan berbagai pelayanan ekonomi umat9. “Dalam masjid kaum muslimin mendengarkan pengajian dan pengetahuan yang berguna
bagi
kehidupan
mereka
sehari-hari,
berkenaan
dengan
kehidupan dan pencarian rezeki atau hubungan dalam masyarakat”10. Sehingga
masjid
adalah
tempat
menuntut
ilmu
dan
mendedikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Masjid Istiqlal berusaha dimaksimalkan peran dan fungsinya, dimana hal ini ditandai dengan adanya aktifitas yang dikembangkan. Aktifitas masjid istiqlal dalam pandangan penulis tidak hanya menyentuh sekelompok orang, tapi aktifitasnya menyentuh dan melibatkan semua kelompok jama’ah, mulai dari kelompok anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
9
Roudhonah, et All, Masjid : Pusat Kebudayaan Islam. h, 92 H. Fachrudin HS, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) cet ke-I, h, 78
10
12 Salah satu kegiatan masjid Istiqlal adalah dilaksanakannya pengajian dialog zhuhur setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu. Pengajian ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat, bahkan jamaah yang mengikuti pengajian ini tidak hanya dari masyarakat yang ada dilingkungan masjid istiqlal tetapi banyak masyarakat yang berasal diluar lingkungan masjid istiqlal. Pengajian ini membawa perubahan positif dilingkungan masjid istiqlal, jika sebelumnya masih banyak masyarakat yang lalai mengikuti shalat, namun setelah mengikuti pengajian ini mereka menjadi rajin mengikuti
shalat
sebelumnya
berjamaah.
kurang
antusias
Dari
lingkungan
terhadap
masyarakat
ajaran
Islam
yang dan
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Didasari oleh latar belakang pemikiran diatas, penulis merasakan hal ini sangat menarik untuk diteliti dan menjadi bahan penelitian dalam penulisan mengadakan penelitian ilmiah untuk dijadikan sebagai skripsi dengan judul “EFEKTIFITAS PENGAJIAN DIALOG ZHUHUR MASJID ISTIQLAL DALAM MENINGKATKAN PENGAMALAN KEAGAMAAN JAMA’AH“. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah agar pembahasan ini tidak terlalu meluas maka penulis membatasi penelitian ini hanya pengajian dialog dzuhur masjid istiqlal dalam meningkatkan pengamalan keagamaan di masjid Istiqlal Jakarta Pusat.
13 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Apakah pengajian dialogis zhuhur dapat
meningkatkan
pengamalan keagamaan jama’ah ? C. Tujuan dan Pemanfaatan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada skirpsi ini adalah apakah pengajian dialogis dzuhur dapat meningkatkan pengamalan keagamaan jama’ah. 2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis Dalam
konteks
akademis
penelitian
ini
diharapkan
memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca, tokoh masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan, sosial dan dakwah, terutama bagi peneliti sendiri dalam bidang Manajemen Dakwah dan penelitian.
14 b. Segi Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis diharapkan dapat dijadikan
acuan
panduan
dalam
pengelolaan
lembaga-
lembaga dakwah dan dapat memberikan masukan kepada masjid istiqlal dalam pelaksanaan dakwah. D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah. Maka langkah awal yang penulis teliti adalah menelaah telebih dahulu terhadap skripsiskripsi terdahulu yang mempunyai judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi dan buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan penulis teliti, antara lain : 1. Karya milik Nurochman (1985100077) yang berjudul “Pengaruh pengajian
dialogis
lembaga
dakwah
Al–Mujahidin
Pamulang
terhadap sikap audiens” , dalam skripsi ini Nurochman memaparkan pengaruhnya pengajian dialogis lembaga dakwah Al–Mujahidin terhadap sikap audiens, sedangkan yang membedakan dengan skripsi penulis yaitu penulis lebih mengarah kepada efektivitas pengajian
dialog
zhuhur
masjid
istiqlal
dalam
pengalaman keagamaan terhadap jama’ah.
meningkatkan
15 2. Karya Asmuni Syukir, Dengan judul buku Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,Surabaya: Al- Ikhlas, 1983. Buku ini menjelaskan tentang strategi yang dipakai dalam berdakwah. Penjelasan dalam buku ini amat berkaitan dengan judul skripsi yang penulis teliti, dalam hal Efektifitas Pengajian Dialog Zhuhur Masjid Istiqlal Dalam Meningkatkan Pengamalan Keagamaan Jamaah. E.
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian dapat diartikan suatu cara, yang akan
dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta yang didapat dengan sangat hati-hati dan sistematis serta mewujudkan keserasian. 1.
Metode Penelitian Didalam suatu penelitian tidak lepas dari adanya metode penelitian, adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian kuantitatif deskripitif yaitu usaha penelitian yang berupa menghimpun data, mengolah dan menganalisa secara deskripstif sesuai dengan fenomena yang ada di masjid istiqlal tersebut.
2. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek pada penelitian ini adalah Kasubid.Diklat, Drs. H. M. Napin Djamaluddin. Di Jl. Taman Wijaya Kusuma Jakarta-Pusat,
sedangkan
yang
menjadi
objek
penelitian ini adalah jama’ah masjid istiqlal. 3. Teknik pengumpulan sampel dan jumlah populasi
dalam
16 Sampel merupakan perwakilan dari populasi, populasi adalah keseluruhan unit sampel yang akan diteliti. Dari 200-300 peserta yang hadir secara rutin setiap hari dipengajian dialog zhuhur masjid istiqlal, tidak seluruhnya diteliti, pengambilan sampel penulis menggunkan teknik random atau sampel acak, untuk itu penulis hanya mengambil 25 % dari 200 % jama’ah menjadi 50 jama’ah yang diteliti sebagai sampel.11 4.
Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data penelitian ini, peneliti melakukannya selama tiga bulan adapun teknik pengumpulan datanya sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat kondisi objek penelitian secara langsung, dimana peneliti mengamati langsung kegiatan pengajian yang ada di masjid istiqlal. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan), dan terwawancara (orang yang diwawancarai)
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1998 ), Cet ke-12, hal.112
17 Wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan data secara langsung, dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada ketua pengajian dialog zhuhur masjid istiqlal dan mencari informasi tambahan kepada jama’ah masjid istiqlal. c. Angket Bentuk angket yang penulis pergunakan adalah angket tertutup dan angket terbuka. Kemudian angket tersebut dibagi-bagikan kepada responden yang dijadikan sampel, sementara responden hanya tinggal mengisi atau menandai jawaban dengan mudah dan cepat. Teknik ini penulis
pergunakan
untuk
mendapatkan
data
yang
komprehensif mengenai pengamalan keagamaan jama’ah di masjid istiqlal. 5. Teknik Pengolahan data a. Editing, yaitu memeriksa jawaban responden untuk diteliti, ditelaah
dan
dirumuskan
pengelompokkannya,
untuk
memperoleh data yang benar-benar sempurna. b. Tabulating,
yaitu
menstabulasikan
atau
memindahkan
jawaban-jawaban responden kedalam tabel, kemudian dicari
presentasinya
wawancara
untuk
digunakan
dianalisa, untuk
sedangkan
memperkaya
memperkuat analisa data. c. Analisa dan interpretasi data yaitu menganalisa data.
hasil dan
18 6. Teknik Analisis Data Teknik analisa data menggunakan rumus frekuensi dengan menghitung presentase ( % ), seperti pedoman berikut ini : P = F x 100 % N Keterangan :
P = Besarnya Presentasi F = Frekuensi N = Jumlah Sample.12
Adapun pedoman yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan disertai Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press tahun 2007. F.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis membagi atas
lima BAB secara rinci sebagai berikut : BAB
I
: Pendahuluan,
berisi
Latar
Belakang
Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan
Manfaat
Penelitian,
Metode
Penelitian
dan
Sistematika Penulisan, Tinjauan Pustaka.
12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 40
19 BAB
II
: Tinjauan teoritis tentang masjid dan dakwah meliputi, pengertian masjid, fungsi-fungsi masjid, dialog sebagai sebuah
metode
dakwah,
pengertian
metode,
penegrtian dialog, pengertian dakwah dan tujuan dakwah, dan dakwah efektif. BAB
III
: Gambaran umum tentang masjid Istiqlal meliputi sejarah berdirinya, letak geografisnya, struktur organisasi dan kegiatan masjid Istiqlal.
BAB
IV
: Pengajian
dialog
pengaruhnya dialog
zhuhur
terhadap
zhuhur,
di
masjid
jamaah
program
Istiqlal
melalui
pengajian
dan
pengajian
dialog
zhuhur,
pengasuh-pengasuh, metode dan sarana, pengaruh pengajian terhadap
dialog
terhadap
pengetahuan,
jama’ah, pengaruh
pengaruh terhadap
kepribadian, pengaruh terhadap sikap dan perilaku. BAB
V
: Penutup, Kesimpulan, Saran-saran
20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASJID DAN DAKWAH
A. Pengertian Efektifitas Efektifitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective, yang berarti berhasil, mujarab, berlaku, atau mengesankan.1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa hasil guna atau tepat guna.2 Sesuatu dapat dikatakan efektif jika dapat berhasil serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan) sebelum melakukan hal tersebut. Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia, terminology efektivitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.3 H. Emerson menjelaskan arti dari efektivitas (effectiveness) sebagaimana dikutip oleh Suwarno Handayaningrat dalam buku “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen” sebagai berikut: “Effectiveness is measuring in tern of attaining prescribed goals or objectives” (efektivitas ialah pengukuran dalam tercapainya sasaran
1
John M. Echols dan Hasan Shadilly, An-English – Indonesia Dictionary, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet. Ke-23, h. 207 2 Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 250 3 Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve), jilid.2, h. 883
21 atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya). Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.4 Efektivitas
menunjukkan
keberhasilan
dari
segi
tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan hasil yang makin mendekati sasaran
berarti
makin
tinggi
efektivitasnya.
Peter.
F.
Drucker
mengatakan efektif ialah menjalankan pekerjaan yang benar (to do the right things). Ia juga berpendapat, bahwa bagi seorang manager, yang penting adalah efektif. Oleh sebab itu penetapan sasaran yang sudah ditetapkan secara tepat, semua sumber harus dikerahkan untuk mencapainya.5 Efektifitas juga menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti. Misalnya: X = 60% dalam mencapai tujuan Y.6 Sedangkan menurut Gibson, James L., Ivancevich, John M., Donelly yang dikutip oleh FX. Suwarto, efektifitas ialah penilaian yang yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan
4
Suwarno Handayanigrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Idayu Press dan Yayasan Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16 5 Ensiklopedia Nasional Indonesia, Pengelolaan Masjid Dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah, (Jakarta: 1990), cet. Ke-1, h. 3 6 Ensiklopedia Indonesia, Jilid II (CES – HAM), (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1980), h. 134
22 organisasi, makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin lebih efektif menilai mereka.7 Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut disimpulkan bahwa secara umum efektifitas berarti adanya suatu usaha atau upaya
diadakan
untuk
mencapai
suatu
tujuan
yang
telah
direncanakan agar tercapainya hasil yang memuaskan. Dakwah efektif berarti mengajak orang lain kepada jalan kebenaran, menyampaikan Islam kepada individu ataupun golongan kejalan Allah (Sistem Allah), mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, hidup sesuai denan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan yang berpokok pada Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Begitu juga dengan efektivitas dakwah yaitu tidak hanya dilihat sekedar memberi pengaruh atau pesan, akan tetapi juga dengan profesionalitas para penyampai pesan (da’i), dan keberadaan program dakwah itu sendiri, yaitu berkaitan dengan materi dakwah, metode dakwah, sarana dakwah yang dapat memberikan pengaruh terhadap mad’u nya.
B. Pengertian Pengajian Dialogis Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “Kaji” yang berarti membaca, menderas, atau mengaji berarti membaca Al-Qur’an.8
7
FX. Suwarto, Perilaku Keorganisasian, Buku Panduan Mahasiswa, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999), h. 1 8 Purwo Darminto WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999) h.22
23 Mengkaji berasal dari kata aji yang berarti belajar, mempelajari, memeriksa, memikirkan, mempertimbangkan.9 Pada umumnya pengajian terbentuk seperti kuliah terbuka dimana nara sumber (ulama) memberikan ceramah kemudian jama’ah
mendengarkan, menyimak, mencatat
pelajaran
yang
diberikan nara sumber. Dilihat dari metode pengajian mempunyai cara
(metode)
wetonan,
bandungan,
musyawarah,
takror,
mudaqosah, jam’iayah, dan sebagainya.10 Melalui
perkembangan,
pengjian
yang
bertujuan
untuk
mengajarkan agama Islam kepada masyarakat dimodifikasi kedalam bentuk yang lain seperti dialog, diskusi dan sebagainya. Bentuk dialog atau diskusi inilah yang kemudian berkembang menjadi pembahasan masalah (bahts al-masa’il). Pengertian
dialog
menurut
bahasa
artinya
percakapan,
sandiwara. Dialogis artinya bersifat komunikatif dan terbuka, atau dialog berarti tulisan yang dihasilkan dari hasil wawancara – tanya jawab (tehnik percakapan sandiwara).11 Pengajian dialogis merupakan diskusi yang mengarah pada forum (ceramah) dengan bentuk forum dialog “Forum dialog merupakan
9
penggunaan
kombinasi
antara
dukungan
Daryanto, SS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surabaya : Apollo, 1997) h. 316 Lihat: dawan raharjo (ed),pesantren dan pembaharuan (jakarta : LP3S,1995),h.56 11 Daryanto. SS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surabaya : Apollo, 1997) h. 98 10
dan
24 pertanyaan sehingga menjadi struktur dua arah atau tiga arah yang melahirkan dialog”.12 Jadi pengajian dialog dzuhur adalah “Bentuk atau cara (metode) pengajian yang dikombinasi dengan tanya jawab dan bersifat komunikatif – terbuka, dengan struktur dua atau tiga arah dengan susunan tempat yang berhadap-hadapan antara nara sumber dengan audiens (pendengar) dan diantara keduanya dipandu oleh moderator, dan pengajian tersebut dilaksanakan pada hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu 12.30-14.00 WIB. Di majid isiqlal jakarta pusat. Pengertian audiens adalah jama’ah yang hadir atau berada dalam lokasi
tempat kegiatan pengajian berlangsung baik yang
saling berhadapan (tatap muka) atau di luar tempat kegiatan pengajian tetapi masih terkait untuk mendengarkan apa yang di sampaikan oleh nara sumber (penceramah ) dan mempunyai hubungan pada kegiatan itu. Sedangkan moderator adalah orang bertugas memandu jalannya acara pengajian, mengatur proses pengajian, membuka dan meutup acara pengajian
C. Pengamalan Keagamaan Yang dimaksud dengan pengamalan keagamaan adalah melaksanakan seluruh ajaran Islam yang telah dijelaskan dalam Al12
15 h.182
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), cet.
25 Qur’an dan Al-Hadits demi tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kata pengamalan asal katanya adalah “amal”, yang berarti perbuatan, (baik atau buruk) sesuatu yang dilakukan dengan tujuan untuk kebaikan, tingkah laku. Karena mendapatkan awalan peng dan akhiran an, maka kata amal berubah menjadi pengamalan yang mengandung arti proses (perbuatan), pelaksanaan, penerapan, atau menunaikan kewajiban.13 Sedangkan kata keagamaan asal katanya adalah “Agama” yang berarti kepercayaan kepada Tuhan, ajaran tentang Ketuhanan. Jadi keagamaan adalah ajaran yang berisikan kewajiban dan larangan yang telah di tetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa”.14 Dalam bukunya Lentera Hati, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa kata “Agama” diartikan sebagai “ Peraturan-peraturan ilahi yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat”.15 Sedangkan Harun Nasution berpendapat bahwa agama adalah : a. Pengakuan
terhadap
adanya
hubungan
manusia
kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1997) h.25 Ibid, h.9 15 M. Quraish Shihab, Lentera Hati, (Bandung : Mizan, 1994) h.129 14
dengan
26 b. Ajaran yang di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul c. Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang berasal dari kekuatan ghaib d. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu16 Jadi
pengamalan
keagamaan
mengandung
arti
proses
pelaksanaan seluruh kewajiban dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
16
h.9
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari berbagai aspek, (Jakarta : UI Press, Jilid I, 1997),
27
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID ISTIQLAL
A. Pendirian Dan Pembangunan Masjid Istiqlal. Masjid Istiqlal adalah Masjid yang terbesar di Asia Tenggara. Masjid
ini
merupakan
kebanggaan
Bangsa
Indonesia,
sebagai
manivestasi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas curahan karunia-Nya, bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam dapat berhasil memperjuangkan kemerdekaan dan terbentuknya Negara RI. Oleh karena itu Masjid ini dinamakan ISTIQLAL artinya MERDEKA. Setelah penyerahan kedaulatan pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia tahun 1949, maka tercetuslah ide pembangunan Majid Istiqlal di Jakarta oleh Bapak Wahid Hasyim (Menteri Agama tahun 1950) dan Bapak Anwar Cokroaminoto, yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Masjid Istiqlal dibangun 1961 pada masa presiden Soekarno dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1978 oleh presiden Soeharto, pembangunan masjid itu menghabiskan waktu 17 tahun. Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1994 sesuai keputusan presiden No.38 tahun 1994. Masjid
terbesar
di
Asia
Tenggara
ini
dinyatakan
bahwa
pembangunannya sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah menganugrahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia melalui perjuangan kaum muslimin dan seluruh bangsa Indonesia. Luas tanah yang dimiliki oleh masjid Istiqlal sekitar 9,5 hektar, bangunan fisiknya
35
28 meliputi ± 2,5 hektar, sisanya untuk halaman, pertamanan, dan tempat parkir, serta sungai mengelilinginya.1 Bangunan fisik masjid terdiri dari gedung utama, gudung pendahuluan, teras raksasa dan menara, gedung utama 5 lantai sayapnya dapat menampung 77.000 jama’ah, sedangkan gedung pendahuluan yang berfungsi sebagai penghubung ke lantai atas dapat menampung 8.000 orang. Teras raksasa dipergunakan apabila lantai utama sudah penuh, teras ini sudah berkapasitas 50.000 jama’ah. Menara yang berada di sebelah timur memiliki ketinggian 6.666 cm. Ketinggian tersebut merupakan simbol dari jumlah ayat-ayat yang terdapat di dalam ayat al-qur’an.2 B. Visi dan Misi Visi misi masjid istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia tenggara. Istiqlal memiliki visi misi. adapun visi misinya adalah: 1. Visi Terwujudnya Masjid Istiqlal sebagai masjid pelopor pembinaan persatuan umat dan Bangsa Indonesia pada umumnya. 2. Misi Meningkatkan kualitas pelayanan ibadah bagi masyarakat serta menjaga kesucian masjid sebagai rumah Allah sehingga dapat
1
Drs. H. Imam Sumadi, Sekretariat BPPMI Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Wawancara Pribadi, 6 Agustus 2007 2 Tim Penyusun, Profil Masjid Istiqlal, 2004, h. 3
29 terwujud suasana masjid yang sejuk, aman, tentram, dan terhormat serta mulia karena Allah.3 C. Letak Geografis Masjid Istiqlal Masjid Istiqlal terletak di Jl. Taman Wijaya Kusuma Kec. Sawah Besar dan Gambir Utara Jakarta Pusat DKI, bersebelahan dengan Gereja Katholik Katedral berbatasan sebelah selatan dengan Jl. Perwira dari arah Gambir masuk Kec. Gambir sebelah timur berbatasan dengan Lapangan Benteng. D. Kegiatan Masjid Istiqlal Dalam rangka pembangunan dakwah islam, Masjid Istiqlal mengadakan berbagai kepada
dakwah
kegiatan yang kesemuanya mengarah
Islam.Ada
berbagai
kegiatan
dakwah
yang
dilaksanakan di Masjid Istiqlal yang diorganisir oleh pihak pengurus Masjid. Adapun kegiatan yang menjadi perhatian masjid Istiqlal meliputi: a. Bidang Peribadatan Kegiatannya adalah shalat rawatib dan shalat jum’at bagi karyawan, masyarakat atau jama’ah Istiqlal. Kegiatan peribadatan dalam bentuk lain yaitu mengadakan shalat tarawih berjama’ah di bulan suci Ramadhan, shalat Idul Fitri dan Idul Adha,Qiyamullail, tadarus Al-Qur’an secara berjama’ah.
3
Ibid, h. 2
30 b. Bidang Ta’lim Dalam bidang taklim masjid istiqlal mengadakan pengajian dialog zhuhur setiap Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu, jama’ah yang hadir tediri dari Bapak-bapak, Ibu-ibu dan remaja. Pengajian dialog zhuhur disampaikan oleh ustad secara langsung membahas fiqih, nasohidiniyah, riyadussholihin, dan bulughul marom, kemudian di lakukan cermin tanya untuk mengingat materi yang di sampaikan oleh ustad. c. Pengajian Kaum Ibu Pengajian kaum Ibu-ibu ini dilaksanakan setiap hari Rabu dan Ahad pukul 08.00-10.00 WIB. Pengajian ini lebih mengarah kepada metode dialog dalam pendalaman materinya, yang sebelumnya seorang ustadzah memberikan pengantar dari materi yang akan dipelajari, hal ini di lakukan untuk menghindari kejenuhan jama’ah dari materi yang disampaikan oleh seorang ustadzah. d. Taman Pendidikan Kanak-kanak Pendidikan taman kanak-kanak yang di tanamkan sejak usia 4 tahun yang di adakan setiap hari Senin sampai Kamis jam 14.00-17.00 WIB merupakan kegiatan unggulan, yang diselenggarakan oleh masjid Istiqlal, hal ini dibuktikan dengan jumlah santri yang mengikuti pengajian al-qur’an. e. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
31 Kegiatan hari besar Islam yang diadakan di masjid istiqlal, kegiatannya antara lain, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
32 Gambar struktur
33
BAB IV PENGAJIAN DIALOG DI MASJID ISTIQLAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP JAMA’AH
A. Pengajian Dialog Zhuhur Suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik jika suatu kegiatan tidak tersusun dengan teratur sesuai jadwal jadi jadwal Pengaturan jadwal ini sangat penting agar kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para jama’ah maka Masjid Istiqlal mengatur dan menyusun pelaksanaan, sebagai berikut : a. Waktu Pengajian dialog zhuhur ini dalam peaksanaannnya setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu jam 12.30 sampai 14.00 WIB. Adapun kegiatannya setelah shalat zhuhur dan shalat qobliah dan ba’diah.1 Materi yang diberikan fiqih, nasohidiniyah, buluqhal Maram, dan riadussolihin sebulan sekali. b. Tempat Tempat pelaksanaan pengajian dialog zhuhur diadakan di Masjid Istiqlal.
1
Drs. H.M. Napin Djamaluddin, Kasubid Diklat Masjid Istiqlal, Wawancara Pribadi, 25 September 2007
34 c. Pengajar Pengajar atau ustad di Masjid Istiqlal kurang lebih 20 orang dan mempunyai Imam Besar yaitu Prof. DR. KH.
Muhammad
Mustofa Ya’qub, MA d. Jama’ah Jama’ah adalah Mad’u jama’ah Masjid Istiqlal yang terdiri 40 dari Ibu-ibu, remaja, dan Bapak-bapak kantoran yang belajar dan mengikuti pengajian secara rutin. 1. Program Pengajian Dialog Adapun program yang terdapat dalam kegiatan pengajian dialog zhuhur yaitu : ceramah dan tanya jawab2 dimana da’i atau pengajar memberikan uraian kepada jama’ah dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian atau penjelasan terhadap suatu masalah. Setelah da’i atau pengajar memberikan uraian kepada jama’ah maka da’i memberikan kesempatan bertanya kepada para jama’ah tentang hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang diajarkan. Materi yang disampaikan oleh ustad secara langsung membahas fiqih, nasohidiniyah, baluqhul maram, kemudian dilakukan cermin tanya jawab untuk mengingat materi yang telah disampaikan oleh ustad. Pengajian ini lebih mengarah kepada metode dialog dalam pendalaman materinya, yang sebelumnya seorang ustad memberikan pengantar dari materi yang akan dipelajari, hal ini dilakukan untuk menghindari
2
Ibid.
35 kejenuhan jama’ah dari materi yang disampaikan oleh seorang ustad. 2. Pengasuh-Pengasuh Di samping itu pengasuh atau pengurus Masjid Isitiqlal mengusahakan penceramah yang profesional supaya jama’ah tidak merasa jenuh terhadap materi-materi yang disajikan oleh para penceramah di Masjid Istiqlal. Pengasuh yang ada di Masjid Istiqlal (±) kurang lebih 20 orang dengan latar belakang atau kualifikasi pendidikan lulusan sarjana ada yang dari PTIQ, IAIN dan perguruan tinggi luar yang terpenting berasal dari jurusan agama (Islam) dan yang sudah biasa dakwah, khutbah ceramah dan mengisi pengajian-pengajian di luar. 3. Metode dan Sarana3 Dalam dakwah membutuhkan metode, fungsinya untuk mencapai suatu tujuan, apabila metode ini efektif makin efektif pula mencapai tujuan. Seorang da’i dituntut agar menguasai metode dakwah sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dan dicerna. Adapun metode-metode yang digunakan oleh pengajian dialog zhuhur diantaranya ialah : a. Metode Ceramah
3
Ibid.
36 Yakni da’i atau pengajar memberikan uraian kepada jama’ah dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian atau penjelasan terhadap suatu masalah. b. Metode Tanya Jawab/Dialog Da’i atau pengajar memberi kesempatan bertanya kepada para jama’ah tentang hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang di ajarkan. Untuk sarana dalam pengajian dialog zhuhur ini, sarananya diatas pengimaman disediakannya kursi untuk penceramah dan moderator.
Sedangkan
moderator
adalah
yang
bertugas
memandu jalannya acara pengajian, mengatur proses pengajian, membuka dan menutup acara pengajian. 4. Tujuan Pengajian Membentuk pribadi muslim Indonesia yang berbudi luhur, berilmu amaliah beramal – ilmiah, berfikir – islamiah. Mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. B. Pengaruh Pengajian Dialog terhadap jama’ah Guna mengetahui berpengaruh atau tidaknya pengajian dialogis Identitas Responden Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin
37 Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase (%)
Laki-laki
37
74
Perempuan
13
26
Jumlah
50
100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa identitas berjama’ah berdasarkan
jenis
kelamin
laki-laki
berjumlah
37
orang
(74%),
sedangkan jama’ah perempuan sebanyak 13 orang (26%). Dengan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jama’ah laki-laki adalah jama’ah terbanyak mengikuti pengajian dialog zhuhur. Selanjutnya berdasarkan perbedaan usia dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Berdasarkan Perbedaan Usia Usia Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
17 – 27 tahun
5
10
28 – 38 tahun
6
12
39 – 49 tahun
17
34
> 50 tahun
22
44
50
100
Jumlah
38 Dari tabel diatas terlihat bahwa responden yang berusia > 50 tahun sebanyak 22 orang responden (44%). Jumlah usia tampaknya paling dominan dalam mengikuti kegiatan pengajian dialog zhuhur di Masjid
Istiqlal.
Mengapa
paling
dominan
usia
51>
tahun,
ini
mengindikasikan bahwa pada saat-saat itulah manusia biasanya lebih bersemangat untuk mendekatkan diri kepada Allah,, mengingat usia tersebut mendekati kepada ajal. Sementara responden yang berusia 17–27 tahun jumlahnya hanya terdapat lima responden (10%), sisanya berusia 28–38 tahun sebanyak enam responden (12%), dan responden yang berusia 39–49 tahun berjumlah 17 responden (4%). Selanjutnya berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Berdasarkan Pekerjaan Responden Pekerjaan Responden
Frekuensi
Prosentase (%)
Pensiun
5
10
Pegawai Swasta / PNS
18
36
Wiraswasta
5
30
Pelajar / Mahasiswa
4
8
Ibu rumah tangga
8
16
50
100
Jumlah
39 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang sudah pensiun berjumlah 5 orang (10%), responden yang bekerja pegawai swasta dan PNS berjumlah 18 orang (36%), yang bekerja disektor wiraswasta berjumlah 15 orang (30%), jumlah yang berstatus sebagai pelajar / mahasiswa berjumlah 4 orang (8%), sedangkan yang berstatus sebagai Ibu rumah tangga berjumlah 8 orang (16%), jumlah yang bekerja sebagai pegawai lebih banyak yaitu 18 jama’ah (36%). Hal ini menunjukkan bahwa jama’ah yang berstatus sebagai pegawai swasta dan PNS selalu menyempatkan waktu luang untuk mengikuti pengajian dialog zhuhur.
40 1. Pengaruh Pengajian dialog zhuhur terhadap Pengetahuan. Tabel 4 Peningkatan Pemahaman Materi Pengajian No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Memahami
11
22
b
Memahami
34
68
c
Kurang Memahami
5
10
d
Tidak Memahami
0
0
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jama’ah memahami materi
yang
disampaikan
oleh
ustad.
Jama’ah
yang
sangat
memahami 11 responden (22%) dan yang memahmi 34 responden (68%), sedangkan responden yang kurang memahami 5 resonden (10%). Darai data diatas menunjukkan bahwa hampir semua responden (68%) memahami materi pengajian dialog zhuhur yang disampaikan oleh ustad. Mengenai kegiatan responden dalam melaksanakan tugas di rumah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Bersedia Melaksanakan Tugas di Rumah No a
Alternarif Jawaban Sangat Bersedia
Frekuensi
Prosentase %
31
62
41 b
Bersedia
15
30
c
Kurang Bersedia
3
6
d
Tidak Bersedia
1
2
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jama’ah yang sangat bersedia menerima tugas dirumah berjumlah 31 jama’ah (62%) yang menjawab bersedia menerima tugas dirumah berjumlah 15 jama’ah (30%). Berdasarkan data tersebut dari 31 jama’ah bersedia untuk menerima tugas dari ustad seperti membaca buku-buku mengenai perlunya materi diulang kembali dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6 Perlunya Materi di ulang kembali No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Perlu
29
58
b
Perlu
17
34
c
Kurang Perlu
4
8
d
Tidak Perlu
0
0
Jumlah
50
100
42 Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa jama’ah yang menyatakan perlunya materi pengajian yang di ulang berjumlah 29 responden (58 %) yang
menyatakan tidak perlu berjumlah 4
responden (8 %). Berdasarkan
data
tersebut
menyatakan
perlunya
materi
pengajian di ulang terlebih dahulu sebelum melanjutkan kemateri berikutnya, pernyataan ini di perkuat oleh jawaban responden yang menjawab sangat perlu yaitu berjumlah 29 responden (58 %). Mengenai kesulitan untuk memahami materi dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
43 Tabel 7 Kesulitan jama’ah dalam memahami materi
No A
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
6
12
3
6
Materi yang di sampaikan baru
B
Cara penyampaian kurang baik
C
Kurang konsentrasi
18
36
D
Kurang waktu pembahasan
23
46
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jama’ah yang menyatakan materi yang di sampaikan baru berjumlah 6 responden (12 %) yang menyatakan cara penyampaian kurang baik berjumlah 3 responden (6 %) yang menyatakan kurang konsentrasi 18 responden (36 %) yang menyatakan kurang waktu pembahasan 23 responden (46%) Berdasarkan data tersebut para
jama’ah lebih banyak
mengalami kesulitan dalam pembahasan materi yang di sampaikan kurangnya waktu pembahasan. Tabel 8 Peningkatan Pemahaman Materi Pengajian
44 No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Merasakan
29
58
b
Merasakan
18
36
c
Kurang Merasakan
3
6
d
Tidak Merasakan
0
0
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir semua jama’ah menyatakan adanya adanya peningkatan pengetahuan khususnya agama islam. Setelah mengikuti kegiatan pengajian dialog zhuhur. Jama’ah
yang
menyatakan
adanya
peningkatan
pengetahuan berjumlah 29 responden (58 %) dan 3 repoden (6 %) menyatakan kurang peningkatan dalam memahami materi pengajian dialog zhuhur. Mengenai materi yang disukai jama’ah dalam pengajian dialog zhuhur dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 9 Materi yang disukai jama’ah dalam pengajian dialog zhuhur No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Materi Fiqih
20
40
b
Aqidah
7
14
c
Akhlak
13
26
45 d
Lain-Lain
10
20
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa materi yang paling disenangi oleh jama’ah adalah materi yang menjawab materi fiqih 20 responden 40%, yang menjawab materi aqidah 7 respoden 14%, dan menjawab lain-lain 10 responden 20%. Dari hasil data tersebut maka peneliti dapat menganalisa bahwa materi yang paling disenangi oleh jama’ah adalah fiqih.
46 Tabel 10 Perlunya kitab atau buku sebagai bahan rujukan No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Perlu
25
50
b
Perlu
18
36
c
Kurang Perlu
5
10
d
Tidak Perlu
2
4
Jumlah
50
100
Dari
tabel
diatas
dapat
dilihat
bahwa
jema’ah
yang
menyatakan sangat perlu untuk memiliki buku/kitab sebagai bahan bacaan berjumlah 27 responden (54%), yang menyatakan perlu berjumlah 18 responden (36%), dan yang menyatakan kurang perlu berjumlah 5 responden (10%), sedangkan jema’ah yang menyatakan tidak perlu ada 2 responden (4%). Dari tabel diatas sangat jauh presentasenya antara jama’ah yang tidak memerlukan buku/kitab sebagai bahan referensi dengan jemaa’ah yang menyatakan kurang perlu dan tidak perlu hanya berjumlah 2 responden (4%).
47
48 2. Pengaruh terhadap sikap dan prilaku Tabel 11 Sikap responden jika sedang melakukan kegiatan tiba waktu sholat No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Segera Shalat
39
78
b
Mengakhirkan Shalat
11
22
c
Tidak Shalat
0
0
d
Dan Lain-Lain
0
0
Jumlah
50
100
Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa sikap jama’ah bila
sedang melakukan kegiatan kemudian tiba waktu shalat dapat dikategorikan tinggi hal ini terbukti dengan 64% diantara mereka menjawab segera shalat, ini menunjukkan bahwa kualitas imam mereka meningkat. Mereka yang mengakhirkan shalat tergolong rendah karena belum memahami pentingnya shalat diawal waktu. Mengenai kegiatan jama’ah dalam membaca Al-qur’an dapat dilihat pada tabel : Tabel 12 Peningkatan Pemahaman Materi Pengajian No a
Alternarif Jawaban Membaca Al-Qur’an
Frekuensi
Prosentase %
29
58
49 b
Membaca tafsir AlQur’an
8
16
c
Belajar Al-Quran dan Hadits
13
26
d
Dan Lain-Lain
0
0
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 29 orang atau 58% menjawab membaca Al-Qur’an dan 8 responden
atau 16%
menjawab tafsir Al-qur’an serta 13 orang atau 26 % yang menjawab belajar Al-Qur’an dan hadits. Disini dapat kita lihat bahwa 58% menjawab membaca Alqur’an karena mereka paham bahwa Al-Qur’an perupakan pedoman hidup umat islam. Sehingga merek yakin bahwa dengan membaca al-Qur’an sangat banyak memberikan manfaat dalam berbagai kehidupan. Dan bagi mereka yang menjawab membaca tafsir AlQur’an
yaitu sebanyak 16% karena mereka kurang pandai dalam
membaca Al-Qur’an sehingga mereka memahami Al-Qur’an dengan cara membaca tafsirnya. Bagi yang belajar Al-Qur’an dengan AlHadits yaitu 26% karena mereka ingin lebih memahami Al-Qur’an dan Haditsnya dengan baik. Tabel 13 Kesadaran jama’ah dalam melaksanakan shalat berjamaah
50 No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Sering
36
72
b
Sering
9
18
c
Kadang-Kadang
5
10
d
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa keberhasilan pengajian di masjid Istiqlal bagi para jama’ah dalam melaksanakan shalat berjema’ah mengalami peningktan dari sebelum mengikuti pengajian jama’ah yang selalu mengerjakan shalat berjama’ah mengalami peningkatan menjadi 72%. Adapun mengeni alasan jama’ah dalam melksanakan puasa wajib dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 14 Alasan jamaah dalam melaksanakan puasa wajib No
Alternarif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Kewajiban
38
76
b
Di suruh orang tua
9
18
c
Ikut-ikutan
3
6
d
Dan lain-lain
0
0
Jumlah
50
100
51 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 38 jama’ah atau 76% menjawab kewajiban, dan 9 atau 18% responden menjawab disuruh orang tua sert 3 jema’ah atau 6% menjawab ikut-ikutan. Disini dapat kita lihat bahwa 76% menjawab kewajiban, karena mereka menyadari bahwa ini merupakan kewajiban setiap muslim untuk menjalankan puasa wajib, dan 18% menjawab disuruh orang tua karena mereka belum menyadari bahwa puasa wajib merupakan suatu kewajiban setiap muslim untuk itu masih diingatkan oleh orang tuanya, serta 6% menjawab iku-ikutan karena mereka hanya mengikuti keadaan lingkungannya dan tidak menyadari bahwa puasa wajib adalah merupakan suatu kewajiban. Mengenai kegiatan jema’ah dalam mengenai frekuensi shalat sunnat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
52 Tabel 15 Frekuensi Jama’ah dalam Menjalankan Shalat Sunnat No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat Sering
9
18
b
Sering
10
20
c
Kadang-Kadang
31
62
d
Tidak Pernah
0
0
50
100
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi jama’ah dalam menjalankan shalat sunnat tersebut meskipun tergolong jarang namun mereka masih meruangkan waktunya untuk melaksanakan shalat-shalat sunnat. Hal ini terbukti dengan 62 % di antara mereka menjawab kadangkadang, karena mereka terbentur sama waktu terbatas. Sedangkan mengenai kegiatan jama’ah dalam mengikuti pengajaran dialog zhuhur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 16 Kehadiran Jama’ah dalam Mengikuti Pengajaran Dialog Zhuhur No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Selalu
19
38
b
Sering
23
48
53 c
Jarang
7
14
d
Tidak Pernah
0
0
50
100
Jumlah
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa jama’ah yang selalu hadir dalam mengikuti pengajian mencapai 19 responden (38 %), yang menjawab sering berjumlah 23 responden (48 %), yang menjawab jarang berjumlah 7 responden (14 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah hadir tidak ada (0 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa keseriusan para jama’ah untuk terus mengikuti kegiatan pengajian dialog zhuhur. mengenai motivasi jama’ah dalam mengikuti pengajian dialog zhuhur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 17 Motivasi Jama’ah Mengikuti Pengajian Dialog Zhuhur No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Menambah Ilmu
34
8
b
Mengisi Waktu
11
22
c
Mengikuti yang Lain
5
10
d
Lain-lain
0
0
50
100
Jumlah
54 Dari tabel diatas dapat kita lihat yang menjawab menambah ilmu keislaman 34 orang atau 64 % karena, mereka sadar benar akan minimnya ilmu pengetahuan, ilmu agama dilingkungan masyarakat maka perlu adanya penambahan ilmu keislaman mereka dengan mengikuti pengajian tersebut. 3. Pengaruh terhadap kepribadian Mengenai kegiatan jama’ah setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
55 Tabel 18 Setelah ikut pengajian dialog zhuhur ini pengetahuan Jama’ah tentang Islam No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat bertambah
5
10
b
Sedikit bertambah
7
14
c
Sama saja
30
60
d
Tidak tahu
8
16
50
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada (10 %) responden yang menjawab sangat bertambah pengetahuan keislamannya setelah ikut pengajian dialog zhuhur, yang menjawab sedikit bertambah ada (14 %), sama saja (60 %) dan tidak tahu (16 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (60 %) menyatakan sama saja pengetahuan keislamannya setelah ikut pengajian dialog zhuhur. Tabel 19 Mempererat Ukhuwah Islamiyah Diantara Para Jama’ah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat bertambah
5
10
b
Sedikit bertambah
25
50
c
Sama saja
15
30
56 d
Tidak tahu Jumlah
5
10
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada (10 %) responden yang menjawab sangat bertambah hubungan ukhuwah Islamiyah diantara para jama’ah setelah ikut pengajian dialog zhuhur, yang menjawab sedikit bertambah ada (50 %), sama saja (30 %) dan tidak tahu (10 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (50 %) menyatakan sedikit bertambah hubungan ukhuwah Islamiyah diantara para jama’ah setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur. Tabel 20 Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan Kepada Allah SWT No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat bertambah
7
14
b
Sedikit bertambah
27
54
c
Sama saja
5
10
d
Tidak tahu
11
22
50
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada (14 %) responden yang menjawab sangat bertambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur, yang menjawab sedikit bertambah ada (54 %), sama saja (10 %) dan tidak tahu (22 %). Hal
57 ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (54 %) menyatakan sedikit bertambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur.
58 Tabel 21 Pengamalan Jama’ah Tentang Keagamaan No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
a
Sangat bertambah
10
20
b
Sedikit bertambah
30
60
c
Sama saja
12
24
d
Tidak tahu
8
16
50
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada (20 %) responden yang menjawab sangat bertambah pengamalan tentang keagamaan setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur, yang menjawab sedikit bertambah ada (60 %), sama saja (24 %) dan tidak tahu (16 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (60 %) menyatakan sedikit bertambah pengamalan keagamaan setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur. Tabel 22 Pengetahuan Jama’ah Tentang Menjalankan Ibadah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase %
A
Sangat bertambah
8
16
B
Sedikit bertambah
24
48
C
Sama saja
12
24
59 D
Tidak tahu Jumlah
6
12
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada (16 %) responden yang menjawab sangat bertambah pengetahuan tentang menjalankan ibadah setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur, yang menjawab sedikit bertambah ada (48 %), sama saja (24 %) dan tidak tahu (12 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (48 %) menyatakan sedikit bertambah
pengetahuan
tentang
mengikuti pengajian dialog zhuhur.
menjalankan
ibadah
setelah
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Program pengajian dialog zhuhur yang digunakan oleh Masjid Istiqlal adalah metode ceramah dan tanya jawab. Penggunaan metode ceramah pelaksanaan pengajian dialog dilakukan setelah shalat
zhuhur
qabliyah
dan
ba’diah
dalam
pembinaan
pengamalan keagamaan jama’ah masjid Istiqlal sudah cukup efektif. Hal ini bagaimana para jama’ah merasa ada peningkatan dari segi ibadahnya, misalnya para jama’ah, semakin rajin dalam menjalankan shalat lima waktu tidak ada lagi menunda-nunda atau mengakhirkan waktu shalatnya apalagi meninggalkannya. 2. Efek pengamalan terhadap responden setelah mengikuti pengajian dialog zhuhur seperti dalam shalat lima waktu, shalat sunat, puasa wajib, tampak mengalami perubahan walaupun belum sampai pada tingkatan yang diharapkan. Hal ini mengingat bahwa hidayah Allah itu tidak datang secara spontanitas melainkan dengan berangsur-angsur. Ternyata dari hasil angket penulis menyimpulkan bahwa pengajian dialog memberikan peningkatan terhdap pengetahuan keagamaan para jama’ah, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menerangkan bahwa setelah jama’ah mengikuti kajian di masjid Istiqlal pengetahuan keagamaan mereka bertambah.
Hal
ini
membuktikan
bahwa
adanya
efektifitas
61 pengajian
dialog
zhuhur
dalam
meningkatkan
pengamalan
keagamaan jama’ah.hal ini dapat dilihat 11 sampai 17 yang menerangkan bahwa ada peningkatan dalam segi ibadahnya Adapun
yang
menjadi
penghambat
untuk
peningkatan
kuantitas dan kualitas pengajian dialog zhuhur yaitu kurangnya waktu untuk mengkaji materi pengajian lebih mendalam, adanya hubungan dan penceramah/pemberi materi pengajian. B. Saran-saran Responden jama’ah yang sangat baik terhadap pengajian dialog yang dilaksanakan oleh para pengurus masjid Istiqlal Jl. Taman Wijaya Kusuma perlu ditingkatkan dan dipertahankan oleh para pengurus, namun untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan respon tersebut, penulis menyampaikan saran sebagai berikut. 1. Pengurus masjid Istiqlal tidak menutup “diri” dari kritikan dan saran dari para jama’ah dan sebagai bahan evaluasi dari setiap kebijakan yang diambil, untuk pengembangan pengajian dialog zhuhur kedepan. 2. Mensosialisasikan
secara
terbuka
dan
transparan
kepada
jama’ah/responden setiap kebijakan untuk meningkatkan kualitas penyajian dialog zhuhur yang akan dilaksanakan dan tidak tertutup kemungkinan untuk dievaluasi kembali. 3. Perlu adanya dukungan dari semua pihak, terutama orang-orang yang berperanan penting, baik langsung maupun tidak langsung,
69 62
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aidh bin Al-Qarni, Memakmurkan Masjid Langkah Menuju Kebangkitan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2003) Arifin, Prof. H. M. M.Ed., Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) Amrullah Ahmad (ed), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1983) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) Buku Panduan Masjid Istiqlal Jakarta : 2004 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen agama RI. Al-qur’an dan terjemahnya, (semarang: PT. karya Toha, 1971) Drs. H. M. Napin Djamaluddin, Wawancara Pribadi, 25 September 2007 E. Ayyub, Muhammad et.Al, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997) E. Ayub, Moh Muhsin MK, dan Ramlan Mardjoned, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Ensiklopedia Nasional Indonesia, Pengelolaan Masjid dalam pengembangan Dakwah Islamiyah, (Jakarta: 1990) Ensiklopedia Indonesia, Jilid II (CES – HAM), (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1980) FX. Suwarto, Perilaku Keorganisasian, Buku Panduan Mahasiswa, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1999), Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. AlHusna Zikra, 2001) Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru - Van Hoeve) Harahap, Sofyan Syafri, Drs, MSAC, Manajemen Masjid, Jakarta : Prima Yasa, 2001. cet. Ke-2 Hafidhuddin. Didin, Fungsionalisasi masjid dalam rangka membangun kebersamaan umat : (Jakarta Gema Insani Press, 1998) HS, H. Fachrudin, Ensiklopedia Al-qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992)
63 70 Hadayanigrat Suwarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Idayu Press dan Yayasan Masagung, 1990) Islami, Amin Ahsan, serba-serbi Dakwah, (Bandung: PT. Pustaka Jalan Ganesha) Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah: Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo: Citra Islami Press, 1997) John, M. Echols dan Hasan Shadilly, An-English – Indonesia Dictionary, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996) Jamaludin Kafie, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Karunia, 1988) Kramer, A.L.N. SR, Kamus Bahasa Belanda Indonesia, (Den Haag : Van Good Zonen, 1996) Mustafa, H.A. 150 Hadits-Hadits Pilihan (Untuk Pembinaan akhlak dan iman), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1985) Muslim, Imam, Koordinasi Dakwah Islam, Pengelolaan Masjid dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah, (Jakarta:1990) cet ke-I Rais, Amin, Demi Kepentingan Bangsa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997) Roudhonah, Dra, Hj, M, Ag, ET, All, Masjid : Pusat Kebudayaan Islam, Jurnal Dakwah, No. I, Oktober 2000 Rukmana D.W, Nana, H, Ir, MA, Masjid dan Dakwah, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002 cet ke-1 Syaikh DR. Rabi’, Cara Para Nabi Berdakwah, (Tegal, Maktabah Salafy Press, 2002) Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan 1997) Shahih Muslim, (Beirut, Lebanon: Daarul Fikri, 1958) Suparta, Munzier H. Metode Dakwah, (Rahmat Semesta, LKPDFK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003) Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, t.th) Suwarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Idayu Press dan Yayasan Masagung, 1990) SS. daryanto, kamus umum bahasa indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) Sudijono. Anas, Pengantar Statistik Dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999) Qorni, Al, A’idh bin Abdullah. Memakmurkan Masjid Langkah Menuju Kebangkitan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, cet ke-1 Qodir, Abdul Munsy. Metode diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981) Uwaidah Mahmud Abdul latif, Pengembangan Dakwah Kewajiban dan SifatSifatnya, (Jakarta: Pustaka Thariqul Izzah 2003)